Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat
dan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat
memberikan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Pada kesempatan ini, tidak lupa
pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
“Konsep Keperawatan Jiwa Sehat dan Resiko” sehingga makalah ini terselesaikan
tepat pada waktunya. Dan juga saya mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang lain atas segala bantuan dan dukungannya.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Umum....................................................................................... 3
C. Tujuan Khusus...................................................................................... 3
A. Konsep Lansia...................................................................................... 4
B. Konsep demensia.................................................................................. 6
C. Konsep Terapi Reminiscence................................................................ 7
A. Setting Tempat...................................................................................... 11
B. Protokol Pelaksanaan Terapi Reminiscence......................................... 11
C. Plan Of Action Pelaksanaan Terapi Reminiscence............................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik
secara fisik, mental maupun psikososial. Kecemasan yang terjadi pada
lanjut usia disebabkan oleh perubahan kondisi fisik, perubahan psikologis
maupun perubahan lingkungan. Diperlukan suatu tindakan farmakologi
dan nonfarmakologi untuk mengurangi tingkat kecemasan pada lanjut
usia, salah satunya adalah terapi nonfarmakologi aromaterapi lavender,
aromaterapi lavender dapat memberikan perasaan rileks yang berpengaruh
terhadap psikologis lanjut usia ( Suriyati,2015).
Lanjut usia disebut sebagai individu yang memiliki usia lebih dari
60 tahun keatas. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada strktur dan fisiologisnya sehingga menyebabkan lansia
mengalami regresi atau kemunduran pada fisik, psikologis dan sosial.
Penurunan kondisi ini akan menimbulkan masalah psikologis pada
lansiaseperti stress, cemas dan depresi (BPS,2021). Pada tahun 2050,
jumlah lansia akan meningkat dua kali lipat menjadi 1,5 milyar. Di dunia,
jumlah lansia yang berusia >65 tahun meningkat dari 6% pada tahun1990
menjadi 9% dari jumlah penduduk pada tahun 2019. Jumlah tersebut
diprediksi akan meningkat hingga 16 % pada tahun 2050 (Kemenkes,
2019).
Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah yang serius sebab
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kemandirian lansia di masa
yang akan datang. Kondisi gangguan fungsi kognitif ini sangat bervariasi
antara ringan, sedang dan berat. Pada lansia dengan penurunan fungsi
kognitif dapat menyebabkan penurunan persepsi, sensori, respon motorik
dan penurunan reseptor propioseptif pada sistem saraf pusat (SSP)
sehingga dapat menyebabkan gangguan keseimbangan postural. Gangguan
keseimbangan postural biasanya disebabkan oleh kelemahan otot
ektremitas, stabilitas postural, dan juga gangguan secara fisiologis dari
salah satu indera yang ada dalam tubuh kita (Pramadita et al., 2019).
Terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk mengurangi
stres yaitu relaksasi, pendekatan perilaku dan kognitif. Terapi dengan
pendekatan perilaku-kognitif salah satunya yaitu terapi Reminiscence atau
terapi kenangan. Terapi Reminiscence merupakan salah satu intervensi
yang menggunakan memori untuk memelihara kesehatan mental dan
1
meningkatkan kualitas hidup. Dalam kegiatan terapi ini, terapis
memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memorimemori masa
lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta
hubungan klien dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan
orang lain (Rahayuni et al., 2015)
Kegiatan mengenang merupakan aktivitas yang alami bagi semua
orang di segala usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, kecenderungan
untuk mengenang meningkat dan semakin penting. Terapi Reminiscence
bertujuan untuk meningkatkan harga diri, membantu individu mencapai
kesadaran diri, memahami diri, beradaptasi terhadap stres, meningkatkan
kepuasan hidup dan melihat dirinya dalam konteks sejarah dan budaya.
Selain itu, terapi Reminiscence yang sederhana dapat menjadi suatu
mekanisme koping untuk menghadapi stress (Rahayuni et al., 2015).
Menurut Wilkinson (2012) terapi reminiscence adalah terapi untuk
menge-nang kembali kejadian di masa lampau, pikiran, dan perasaan yang
menyenang-kan dan diberikan kepada lansia dengan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup atau kemampuan penyesuaian terhadap
perubahan dari suatu kejadiansaat ini. Aktivitas terapi ini dapat dilaku-kan
secara kelompok maupun perorangan serta mampu memodifikasi perilaku,
fungsi sosial dan fungsi kognitif.
Didalam penelitian (Lee et al., 2022) menyatakan bahwa terapi
remini-scence dilakukan untuk menurunkan masalah depresi, harga diri
yang rendah, ketidakmampuan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada
lansia. Sedangkan menurut Cappeliez (2010) terapi remini-scence juga
terbukti efektif untuk mening-katkan kepuasan hidup, mengurangi dan
mencegah depresi, meningkatkan perawatan diri, meningkatkan harga diri,
membantu lansia dalam transisi, krisis dan kehilangan. Ditambahkan pula
oleh Gaggioli et al.(2014) bahwa terapi reminiscence dapat didefinisikan
sebagai recall memori peristiwa masa lalu, pikiran, dan perasaan untuk
meningkatkan kuali-tas hidup, kesenangan, dan penyesuaian dalam
kehidupan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi reminiscence
berpengaruh terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia
menunjukkan bahwa intervensi reminiscence memiliki efek jangka pendek
dan jangka panjang yang bermanfaat pada kesehatan mental dan kualitas
hidup pada lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif (Ciquier &
Caza, 2016; Yen & Lin, 2018). Hasil beberapa penelitian lain di Indonesia
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi reminiscence terhadap
peningkatan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian yang dilakukan pada
lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Abiansemal 1 dan di UPT PSTW
2
Bondowoso menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi reminiscence
terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia. Berdasarkan hasil ini,
maka reminiscence direkomendasikan menjadi salah satu terapi yang dapat
diberikan dalam upaya pengoptimalan fungsi kognitif pada lansia. (Harini,
Setianingsih, & Widjanegara, 2018; Dewi, 2018).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Pemberian Terapi Reminiscence Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Lansia di Desa Kuta Baro
b. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut Nugroho, menjadi tua merupakan suatu proses yang
alamiah, dimana hal tersebut berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu tahap anak-anak, dewasa, dan tua (Muhith, A. &
Siyoto, 2016). Ketiga tahap ini memiliki perbedaan baik secara
biologis maupun psikologis. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun
1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Artinawati, 2014).
Penuaan manusia (human aging) adalah proses yang kompleks dan
beragam serta tidak terbatas pada penuaan sel saja tetapi dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang melampaui lingkup biologis. Analisis dan
pemahaman mengenai aging tidak bisa dibatasi hanya pada kronologis
perubahan pada individu (Lee et al., 2022). Sedangkan(Wijoyo &
Daulima, 2020) menyatakan bahwa para ahli berpendapat proses
penuaan sudah dimulai sejak seseorang lahir secara biologis, Karena
itu masa penuaan manusia perlu dipersiapkan sebaik mungkin bahkan
mulai dari sejak manusia dilahirkan.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas yang telah memasuki tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres fisiologis dan lingkungan.
4
3. Perubahan Lanjut Usia
b. Perubahan Psikososial
Depresi, kesedihan dan kesepian biasa terjadi padalansia.
Karena jaringan pendukung di masa lalu, seperti teman, keluarga,
dan pekerjaan, banyak lansia yang mengalami kehilangan dalam
waktu singkat. Kehilangan tersebut berarti bahwa ancaman
terhadap otonomi, kemandirian, dan pengambilan keputusan
mengarah pada pengucilan, ketidakamanan finansial,
berkurangnya mekanisme koping, dan penurunan identitas sosial,
nilai pribadi, dan harga diri (Bastable, 2002).
Menurut perubahan psikososial pada lansia yang dapat
terjadi berupa ketika seseorang lansia mengalami pensiun (purna
tugas), maka yang dirasakan adalah pendapatan berkurang
(kehilangan finansial), posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan
semua kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/ fasilitas),
kehilangan relasi, kehilangan kegiatan, akibatnya timbul kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara
hidup (Subekti, 2017).
c. Perubahan Fisiologis
Munculnya gangguan depresi pada lansia lebih diakibatkan
oleh penurunan fungsi fisik seperti tidak mam-pu mengurus
kebutuhan dasar, tidak mampu melakukan kegiatan yang
diang-gap penting oleh lansia dan peristiwa kematian orang
terdekat. Kecemasanyang dialami oleh lansia terkait dengan
kekha-watiran akan masalah kesehatannya, sedangkan
demensia yang dialami oleh lansia disebabkan oleh perubahan
dalam tak yang tidak dapat dipulihkan sebagai akibat
perkembangan perubahan struk-tural atau kematian akibat
stroke (Wulandari & Fuad Nashori, 2014).
5
B. Konsep Demensia
1. Pengertian Demensia
2. Kriteria Demensia
a. Penyakit Alzheimer
Jenis demensia paling lazim (50%-70%) yang disebabkan oleh faktor
keturunan.
b. Demensia jenis Vaskuler
Jenis kedua yang paling banyak sekitar 20%, disebabkan akibat
komplikasi penyakit vaskular seperti hipertensi, stroke dan diabetes.
c. Demensia disebabkan penyakit Parkinson
Demensia yang terjadi pada penderita Parkinson tahap akhir
d. Demensia Frontotemporal
Demensia yang mengakibatkan penderita mengalami perubahan
personaliti, emosi, dan masalah tingkah laku.
e. Demensia jasad lewy
Demensia jenis ini disebabkan oleh pengumpulan protein abnormal
yang dikenali sebagai jasad lewy didalam otak, demensia jenis ini
akan mengalami lebih banyak gejala psikosis seperti halusinasi.
6
mandiri masih bisa dilakukan tetapi sulit untuk mempelajari hal-hal baru.
Demensia kriteria sedang mulai mengalami kesulitan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari, menujukan gejala seperti mudah lupa terutama
untuk peristiwa yang terjadi baru saja dan lupa dengan nama orang.
Demensia dengan kriteria berat mengalami ketidakmandirian serta tidak
mengenali anggota keluarga disorientasi personal dan sulit memahami,
menilai peristiawa yang telah dialami sehingga aktivitas kehidupan sehari-
hari terganggi dan bergantung pada orang lain serta membutuhkan
dukungan dari keluarga (Widyantoro et al., 2021).
7
penyimpanan ini terjadi pada korteks serebri. Korteks yang terdiri
lebih dari 10 milyar sel otak yang terhubung dengan sel-sel lain di
daerah otak. Tiap sel otak mempunyai hubungan dengan 4 ribu hingga
10 ribu sel otak lainnya dan berhubungan melalui impuls listrik dan
zat kimia yang disebut neurotransmitter. Pada subjek dengan
demensia sedang, afek perubahan afek positif lebih cepat terlihat dan
insight muncul lebih cepat daripada subjek dengan demensia sedang.
Maka dari itu kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan
untuk membantu lansia meningkatkan fungsi kognitif sehingga resiko
demensia dapat berkurang dan progresifitas kerusakan kognitif tidak
meningkat cepat (GULTOM et al., 2021).
3. Tipe Reminiscence
8
reminiscence ini bertujuan untuk membantu beradaptasi terhadap
kehilangan dan memelihara harga diri.
b. Evaluative Reminiscence
Tipe ini untuk mengevaluasi masa lalu dan digunakan
sebagai pendekatan pemecahan konflik.
c. Offensive Defensive Reminiscence
Tipe ini dapat menggali informasi yang tidak
menyenangkan dan dapat menyebabkan atau menghasilkan
perilaku dan emosi, serta menimbulkan resolusi terhadap informasi
yang penuh konflik dan tidak menyenangkan.
4. Media dalam Terapi Reminiscence
Media yang digunakan dalam Reminiscence Therapy yaitu benda-
benda yang berhubungan dengan kenangan/ masa lalu lanjut usia.
Menurut Collins, media yang dapat digunakan yaitu Reminiscence kit
yang berisi barang - barang di masa lalu seperti majalah, peralatan
memasak, dan peralatan kebersihan, selain itu dapat juga
menggunakan foto-foto pribadi, alat untuk memutar musik atau video,
video dan kaset, buku, pulpen, stimulus bau seperti kopi, stimulus
rasa, dan bahan -bahan lain untuk menstimulasi sentuhan
(Poorneselvan & Steefel, 2014).
5. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Reminiscence
a. Kelebihan Terapi Reminiscence
9
akan memperburuk kepada lansia yang akan mendapat terapi ini
dan akan terjadi penolakan oleh lansia jika terapis tidak dapat
mengantisipasi hal tersebut.
BAB III
RANCANGAN PROGRAM
A. Setting Tempat
10
kehadiran
selanjutnya
Serta perlunya
berpartisipasi
secara aktif
11
bersama
mengenang
hadiah yang telah
mereka terima
dan tentang
sumbangan yang
mereka berikan
untuk acara
keluarga.
12
mencari administrative
pekerjaan, izin
dan memiliki penemuan dan
tabungan dari penemuan
pekerjaan lokasi bisnis
dan jenis
pekerjaan.
13
dan hargai orang-
orang yang
terlibat,
dengarkan saran
peserta, dan
berfoto bersama
14
pertama,Men remaja pengalamannya
anyakan Menanyakan hobi sesuai topik
masalah- klien
masalah pada Menanyakan
masa remaja, tempat rekreasi
terkait yang sering klien
rekreasi dan kunjungi
hobi klien
15
bercocok kesehatan apa perasaan,
tanam dll yang dikunjungi menyampaikan
Pengalaman pengalamannya
bercocok tanam sesuai topik
Pengalaman
perjalanan jauh
16
secara mandiri
dirumah
1 Mengungkapkan perasaan
Jumlah
A. Petunjuk penilaian
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya :
1. Bila nilai >3 : klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai <2 : pasien harus belajar menceritakan pengalaman pada
orang lain diluar terapi
17
Format Evaluasi dan Dokumentasi
1 Mengungkapkan perasaan
Jumlah
C. Petunjuk penilaian
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
D. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya :
3. Bila nilai >3 : klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
4. Bila nilai <2 : pasien harus belajar menceritakan pengalaman pada
orang lain diluar terapi
18
Format Evaluasi dan Dokumentasi
1 Mengungkapkan perasaan
Jumlah
E. Petunjuk penilaian
5. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
6. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
F. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya :
5. Bila nilai >3 : klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
6. Bila nilai <2 : pasien harus belajar menceritakan pengalaman pada
orang lain diluar terapi
19
DAFTAR PUSTAKA
Kousha, A., Sayedi, A., Rezakhani, H., & Matlabi, H. (2020). The Iranian
Protocol of Group Reminiscence and Health-Related Quality of Life Among
Institutionalized Older People. 1027–1034.
Lee, K. H., Lee, J. Y., & Kim, B. (2022). Person-Centered Care in Persons Living
With Dementia: A Systematic Review and Meta-analysis. Gerontologist,
62(4), E253–E264. https://doi.org/10.1093/geront/gnaa207
20
pada Depresi Lansia Wanita yang Tinggal Di Panti Werdha. 5(1), 42–56.
Pramadita, A. P., Wati, A. P., Muhartomo, H., Kognitif, F., & Romberg, T.
(2019). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Gangguan Keseimbangan
Postural Pada Lansia. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 8(2), 626–641.
Razak, A. A., & Zakaria, R. (2019). Penjagaan Pesakit Demensia (N. naimah
Jafar (ed.)). Penerbit University Sains Malaysia.
Retno Suryatika, A., & Heru Pramono, W. (2019). Penerapan Senam Otak
Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 3(1), 28–36.
Wulandari, E., & Fuad Nashori, H. (2014). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap
21
Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia Effectiveness Zikr Therapy for
Psychological Well-Being (Pwb) in Elderly. Jurnal Intervensi Psikologi,
6(2), 235. www.kompas.
Yen, H., & Lin, L. (2017). A Systematic Review of Reminiscence Therapy for
Older Adults in Taiwan. 00(0).
22