Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat
dan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat
memberikan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Pada kesempatan ini, tidak lupa
pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
“Konsep Keperawatan Jiwa Sehat dan Resiko” sehingga makalah ini terselesaikan
tepat pada waktunya. Dan juga saya mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang lain atas segala bantuan dan dukungannya.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 08 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Umum....................................................................................... 3
C. Tujuan Khusus...................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia...................................................................................... 4
B. Konsep demensia.................................................................................. 6
C. Konsep Terapi Reminiscence................................................................ 7

BAB III RANCANGAN PROGRAM

A. Setting Tempat...................................................................................... 11
B. Protokol Pelaksanaan Terapi Reminiscence......................................... 11
C. Plan Of Action Pelaksanaan Terapi Reminiscence............................... 14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik
secara fisik, mental maupun psikososial. Kecemasan yang terjadi pada
lanjut usia disebabkan oleh perubahan kondisi fisik, perubahan psikologis
maupun perubahan lingkungan. Diperlukan suatu tindakan farmakologi
dan nonfarmakologi untuk mengurangi tingkat kecemasan pada lanjut
usia, salah satunya adalah terapi nonfarmakologi aromaterapi lavender,
aromaterapi lavender dapat memberikan perasaan rileks yang berpengaruh
terhadap psikologis lanjut usia ( Suriyati,2015).
Lanjut usia disebut sebagai individu yang memiliki usia lebih dari
60 tahun keatas. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada strktur dan fisiologisnya sehingga menyebabkan lansia
mengalami regresi atau kemunduran pada fisik, psikologis dan sosial.
Penurunan kondisi ini akan menimbulkan masalah psikologis pada
lansiaseperti stress, cemas dan depresi (BPS,2021). Pada tahun 2050,
jumlah lansia akan meningkat dua kali lipat menjadi 1,5 milyar. Di dunia,
jumlah lansia yang berusia >65 tahun meningkat dari 6% pada tahun1990
menjadi 9% dari jumlah penduduk pada tahun 2019. Jumlah tersebut
diprediksi akan meningkat hingga 16 % pada tahun 2050 (Kemenkes,
2019).
Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah yang serius sebab
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kemandirian lansia di masa
yang akan datang. Kondisi gangguan fungsi kognitif ini sangat bervariasi
antara ringan, sedang dan berat. Pada lansia dengan penurunan fungsi
kognitif dapat menyebabkan penurunan persepsi, sensori, respon motorik
dan penurunan reseptor propioseptif pada sistem saraf pusat (SSP)
sehingga dapat menyebabkan gangguan keseimbangan postural. Gangguan
keseimbangan postural biasanya disebabkan oleh kelemahan otot
ektremitas, stabilitas postural, dan juga gangguan secara fisiologis dari
salah satu indera yang ada dalam tubuh kita (Pramadita et al., 2019).
Terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk mengurangi
stres yaitu relaksasi, pendekatan perilaku dan kognitif. Terapi dengan
pendekatan perilaku-kognitif salah satunya yaitu terapi Reminiscence atau
terapi kenangan. Terapi Reminiscence merupakan salah satu intervensi
yang menggunakan memori untuk memelihara kesehatan mental dan

1
meningkatkan kualitas hidup. Dalam kegiatan terapi ini, terapis
memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memorimemori masa
lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta
hubungan klien dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan
orang lain (Rahayuni et al., 2015)
Kegiatan mengenang merupakan aktivitas yang alami bagi semua
orang di segala usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, kecenderungan
untuk mengenang meningkat dan semakin penting. Terapi Reminiscence
bertujuan untuk meningkatkan harga diri, membantu individu mencapai
kesadaran diri, memahami diri, beradaptasi terhadap stres, meningkatkan
kepuasan hidup dan melihat dirinya dalam konteks sejarah dan budaya.
Selain itu, terapi Reminiscence yang sederhana dapat menjadi suatu
mekanisme koping untuk menghadapi stress (Rahayuni et al., 2015).
Menurut Wilkinson (2012) terapi reminiscence adalah terapi untuk
menge-nang kembali kejadian di masa lampau, pikiran, dan perasaan yang
menyenang-kan dan diberikan kepada lansia dengan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup atau kemampuan penyesuaian terhadap
perubahan dari suatu kejadiansaat ini. Aktivitas terapi ini dapat dilaku-kan
secara kelompok maupun perorangan serta mampu memodifikasi perilaku,
fungsi sosial dan fungsi kognitif.
Didalam penelitian (Lee et al., 2022) menyatakan bahwa terapi
remini-scence dilakukan untuk menurunkan masalah depresi, harga diri
yang rendah, ketidakmampuan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada
lansia. Sedangkan menurut Cappeliez (2010) terapi remini-scence juga
terbukti efektif untuk mening-katkan kepuasan hidup, mengurangi dan
mencegah depresi, meningkatkan perawatan diri, meningkatkan harga diri,
membantu lansia dalam transisi, krisis dan kehilangan. Ditambahkan pula
oleh Gaggioli et al.(2014) bahwa terapi reminiscence dapat didefinisikan
sebagai recall memori peristiwa masa lalu, pikiran, dan perasaan untuk
meningkatkan kuali-tas hidup, kesenangan, dan penyesuaian dalam
kehidupan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi reminiscence
berpengaruh terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia
menunjukkan bahwa intervensi reminiscence memiliki efek jangka pendek
dan jangka panjang yang bermanfaat pada kesehatan mental dan kualitas
hidup pada lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif (Ciquier &
Caza, 2016; Yen & Lin, 2018). Hasil beberapa penelitian lain di Indonesia
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi reminiscence terhadap
peningkatan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian yang dilakukan pada
lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Abiansemal 1 dan di UPT PSTW

2
Bondowoso menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi reminiscence
terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia. Berdasarkan hasil ini,
maka reminiscence direkomendasikan menjadi salah satu terapi yang dapat
diberikan dalam upaya pengoptimalan fungsi kognitif pada lansia. (Harini,
Setianingsih, & Widjanegara, 2018; Dewi, 2018).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Pemberian Terapi Reminiscence Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Lansia di Desa Kuta Baro
b. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan pemberian terapi reminiscence pada lansia.

2. Mendeskripsikan status kognitif pada lansia melalui pemberian


terapi reminiscence.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut Nugroho, menjadi tua merupakan suatu proses yang
alamiah, dimana hal tersebut berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu tahap anak-anak, dewasa, dan tua (Muhith, A. &
Siyoto, 2016). Ketiga tahap ini memiliki perbedaan baik secara
biologis maupun psikologis. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun
1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Artinawati, 2014).
Penuaan manusia (human aging) adalah proses yang kompleks dan
beragam serta tidak terbatas pada penuaan sel saja tetapi dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang melampaui lingkup biologis. Analisis dan
pemahaman mengenai aging tidak bisa dibatasi hanya pada kronologis
perubahan pada individu (Lee et al., 2022). Sedangkan(Wijoyo &
Daulima, 2020) menyatakan bahwa para ahli berpendapat proses
penuaan sudah dimulai sejak seseorang lahir secara biologis, Karena
itu masa penuaan manusia perlu dipersiapkan sebaik mungkin bahkan
mulai dari sejak manusia dilahirkan.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas yang telah memasuki tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres fisiologis dan lingkungan.

2. Batasan Usia Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia


(WHO), ada empat tahapan yaitu (Padila, 2013) :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

4
3. Perubahan Lanjut Usia

a. Penuaan Perubahan Mental

Dalam ranah mental atau psikis lansia, bentuk


perubahannya bisa berupa sikap yang semakin mementingkan diri
sendiri, mudah ragu dan semakin pelit tentang apa yang
dimilikinya. Hampir setiap lansia memiliki sikap umum, yaitu
keinginan akan umur panjang, dan energinya dihemat semaksimal
mungkin. Perubahan kepribadian yang drastis jarang terjadi.
Biasanya, itu adalah ekspresi tulus dari perasaan seseorang
(Bastable, 2002).

b. Perubahan Psikososial
Depresi, kesedihan dan kesepian biasa terjadi padalansia.
Karena jaringan pendukung di masa lalu, seperti teman, keluarga,
dan pekerjaan, banyak lansia yang mengalami kehilangan dalam
waktu singkat. Kehilangan tersebut berarti bahwa ancaman
terhadap otonomi, kemandirian, dan pengambilan keputusan
mengarah pada pengucilan, ketidakamanan finansial,
berkurangnya mekanisme koping, dan penurunan identitas sosial,
nilai pribadi, dan harga diri (Bastable, 2002).
Menurut perubahan psikososial pada lansia yang dapat
terjadi berupa ketika seseorang lansia mengalami pensiun (purna
tugas), maka yang dirasakan adalah pendapatan berkurang
(kehilangan finansial), posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan
semua kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/ fasilitas),
kehilangan relasi, kehilangan kegiatan, akibatnya timbul kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara
hidup (Subekti, 2017).
c. Perubahan Fisiologis
Munculnya gangguan depresi pada lansia lebih diakibatkan
oleh penurunan fungsi fisik seperti tidak mam-pu mengurus
kebutuhan dasar, tidak mampu melakukan kegiatan yang
diang-gap penting oleh lansia dan peristiwa kematian orang
terdekat. Kecemasanyang dialami oleh lansia terkait dengan
kekha-watiran akan masalah kesehatannya, sedangkan
demensia yang dialami oleh lansia disebabkan oleh perubahan
dalam tak yang tidak dapat dipulihkan sebagai akibat
perkembangan perubahan struk-tural atau kematian akibat
stroke (Wulandari & Fuad Nashori, 2014).

5
B. Konsep Demensia
1. Pengertian Demensia

Demensia adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya


sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.
Kemunduruan kognitif pada orang dengan demensia biasanya diawali
dengan kemunduran memori atau daya ingat (Retno Suryatika & Heru
Pramono, 2019). Selanjutnya dalam (Widyantoro et al., 2021) di katakan
bahwa Demensia merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat
progresif. Demensia bukanlah penyakit atau gangguan spesifik, melainkan
sekelompok gejala yang merefleksikan kehilangan kemampuan untuk
berfikir, mengingat, dan menalar.

Kemudian pendapat lain mengatakan bahwa Demensia adalah


gejala terjadinya penurunan memori, berfikir, perilaku, dan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kehilangan kapasitas intelektual
pada demensia tidak hanya pada memori atau ingatan saja, tetapi juga pada
kognitif dan kepribadian (Al-Finatunni’mah & Nurhidayati, 2020).

2. Kriteria Demensia

Jenis-jenis demensia menurut (Razak & Zakaria, 2019) yaitu :

a. Penyakit Alzheimer
Jenis demensia paling lazim (50%-70%) yang disebabkan oleh faktor
keturunan.
b. Demensia jenis Vaskuler
Jenis kedua yang paling banyak sekitar 20%, disebabkan akibat
komplikasi penyakit vaskular seperti hipertensi, stroke dan diabetes.
c. Demensia disebabkan penyakit Parkinson
Demensia yang terjadi pada penderita Parkinson tahap akhir
d. Demensia Frontotemporal
Demensia yang mengakibatkan penderita mengalami perubahan
personaliti, emosi, dan masalah tingkah laku.
e. Demensia jasad lewy
Demensia jenis ini disebabkan oleh pengumpulan protein abnormal
yang dikenali sebagai jasad lewy didalam otak, demensia jenis ini
akan mengalami lebih banyak gejala psikosis seperti halusinasi.

Demensia memiliki beberapa kriteria meliputi ringan, sedang,


berat. Demensia dengan kriteria ringan pada aktivitas social dan aktivitas

6
mandiri masih bisa dilakukan tetapi sulit untuk mempelajari hal-hal baru.
Demensia kriteria sedang mulai mengalami kesulitan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari, menujukan gejala seperti mudah lupa terutama
untuk peristiwa yang terjadi baru saja dan lupa dengan nama orang.
Demensia dengan kriteria berat mengalami ketidakmandirian serta tidak
mengenali anggota keluarga disorientasi personal dan sulit memahami,
menilai peristiawa yang telah dialami sehingga aktivitas kehidupan sehari-
hari terganggi dan bergantung pada orang lain serta membutuhkan
dukungan dari keluarga (Widyantoro et al., 2021).

C. Konsep Terapi Reminiscence


1. Definisi Terapi Reminiscence
Reminiscence therapy diperkenalkan pertama kali oleh Robert
Butler pada tahun 1960 (Butler, 1963), yang menekankan pentingnya
bagi individu yang sudah memasuki usia tua untuk mencapai rasa
intergritas diri dengan melihat kembali kehidupan mereka dan
mengumpulkan perasaan, tujuan serta makna hidup (Manurung,
2016). Nursing Interventions Classification (NIC) mendefinisikan
Reminiscence therapy sebagai salah satu intervensi yang dilakukan
dengan mengingat peristiwa masa lalu, perasaan, dan pikiran untuk
memfasilitasi kesenangan, kualitas hidup, dan beradaptasi dengan
kondisi saat ini (Lee Goldman,MD & Andrew I. Scfhafer, 2012).
Reminiscence Therapy merupakan suatu metode yang
berhubungan dengan memori, yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan mental dan kualitas hidup lansia (Mega & Sumintardja,
2016). Menurut (Hermawati & Permana, 2020) reminiscence adalah
proses yang dikehendaki atau tidak dikehendaki untuk mengumpulkan
kembali memori-memori seseorang pada masa lalu. Memori tersebut
dapat merupakan suatu peristiwa yang mungkin tidak bisa dilupakan
atau peristiwa yang sudah terlupakan yang dialami langsung oleh
individu. Kemudian memori tersebut dapat sebagai kumpulan
pengalaman pribadi atau “disharingkan” dengan orang lain.
Gibson (2011) medefinisikan reminiscence adalah proses
mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu, dan telah
dibentuk sebagai suatu topik utama baik dalam teori maupun aplikasi
pada psikogerontologi.
Terapi reminiscence akan memicu impuls pada memori.
Memori ialah proses dimana penyimpanan impuls sensorik yang
penting untuk dipakai pada masa yang akan datang sebagai pengatur
aktifitas motorik dan pengolahan berpikir. Sebagian besar

7
penyimpanan ini terjadi pada korteks serebri. Korteks yang terdiri
lebih dari 10 milyar sel otak yang terhubung dengan sel-sel lain di
daerah otak. Tiap sel otak mempunyai hubungan dengan 4 ribu hingga
10 ribu sel otak lainnya dan berhubungan melalui impuls listrik dan
zat kimia yang disebut neurotransmitter. Pada subjek dengan
demensia sedang, afek perubahan afek positif lebih cepat terlihat dan
insight muncul lebih cepat daripada subjek dengan demensia sedang.
Maka dari itu kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan
untuk membantu lansia meningkatkan fungsi kognitif sehingga resiko
demensia dapat berkurang dan progresifitas kerusakan kognitif tidak
meningkat cepat (GULTOM et al., 2021).

2. Manfaat Terapi Reminiscence

Terapi reminiscence bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan


membantu individu mencapai kesadaran diri dan memahami diri,
beradaptasi terhadap stress dan melihat bagian dirinya dalam konteks
sejarah dan budaya(Vitaliati, 2018) . Terapi reminiscence juga
bertujuan untuk menciptakan kebersamaan kelompok dan
meningkatkan keintiman sosial. Chiang (2009) menyatakan bahwa
Terapi reminiscence bertujuan tidak hanya untuk memberikan
pengalaman yang menyenangkan untuk meningkatkan kualitas hidup,
tetapi juga meningkatkan sosialisasi dan hubungan dengan orang lain,
memberikan stimulasi kognitif, meningkatkan komunikasi dan dapat
menjadi suatu terapi yang efektif untuk gejala depresi. Terapi
reminiscence bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan membantu
individu mencapaikesadaran diri dan memahami diri, beradaptasi
terhadap stres dan melihat bagian dirinya dalam konteks sejarah dan
budaya (Widjanegara et al., 2017)

3. Tipe Reminiscence

Manurung (2016) mengatagorikan ada 3 tipe utama Therapy


Reminiscence, yaitu :
a. Simple atau Positive Reminiscence
Tipe ini untuk merefleksikan informasi dan pengalaman
serta perasaan yang menyenangkan pada masa lalu cara menggali
pengalaman tersebut dengan menggunakan pertanyaan langsung
yang tampak seperti interaksi sosial antara klien dan terapi. Simple

8
reminiscence ini bertujuan untuk membantu beradaptasi terhadap
kehilangan dan memelihara harga diri.
b. Evaluative Reminiscence
Tipe ini untuk mengevaluasi masa lalu dan digunakan
sebagai pendekatan pemecahan konflik.
c. Offensive Defensive Reminiscence
Tipe ini dapat menggali informasi yang tidak
menyenangkan dan dapat menyebabkan atau menghasilkan
perilaku dan emosi, serta menimbulkan resolusi terhadap informasi
yang penuh konflik dan tidak menyenangkan.
4. Media dalam Terapi Reminiscence
Media yang digunakan dalam Reminiscence Therapy yaitu benda-
benda yang berhubungan dengan kenangan/ masa lalu lanjut usia.
Menurut Collins, media yang dapat digunakan yaitu Reminiscence kit
yang berisi barang - barang di masa lalu seperti majalah, peralatan
memasak, dan peralatan kebersihan, selain itu dapat juga
menggunakan foto-foto pribadi, alat untuk memutar musik atau video,
video dan kaset, buku, pulpen, stimulus bau seperti kopi, stimulus
rasa, dan bahan -bahan lain untuk menstimulasi sentuhan
(Poorneselvan & Steefel, 2014).
5. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Reminiscence
a. Kelebihan Terapi Reminiscence

Fontaine dan Flether (2003) dalam (Manurung, 2016) terapi


Reminiscence memiliki kelebihan:

1) Meningkatkan harga diri


2) Membantu individu mencapai kesadaran diri
3) Memahami diri
4) Beradaptasi terhadap tress
5) Melihat bagian dirinya dalam konteks sejarah dan budaya
6) Meningkatkan kualitas hidup
7) Meningkatkan sosialisasi dan hubungan dengan orang lain
8) Memberikan stimulus kognitif

b. Kekurangan Terapi Reminiscence


Terapi Reminiscence selain memiliki kelebihan, terapi ini
juga memiliki kekurangan.Tidak hanya mengingat pengalaman dan
kenangan yang menyenangkan, tetapi, ada juga lansia yang
mempunyai kenangan buruk yang dikhawatirkan dapat memicu
gejala depresi dan memperberat gangguan mood. Akibatnya hal ini

9
akan memperburuk kepada lansia yang akan mendapat terapi ini
dan akan terjadi penolakan oleh lansia jika terapis tidak dapat
mengantisipasi hal tersebut.

BAB III

RANCANGAN PROGRAM

A. Setting Tempat

Program ini rencana akan dilaksanakan di Desa Kuta Baro


Kabupaten Aceh Basar. Dilakukan dirumah masing-masing responden.

B. Protokol Pelaksanaan Terapi Reminiscence

Waktu yang dibutuhkan dalam pemberian terapi reminiscence


berkisar antara 4 sampai 16 minggu, dan durasi sesi berkisar dari 30 menit
sampai dengan 2 jam (Yen & Lin, 2017). Sedangkan untuk protokolnya
menurut (Kousha et al., 2020) dijabarkan dalam tabel berikut :

Sesi Judul Tujuan Proses Motivasi


Pertemuan

1. Memahami  Untuk dapat Salam


tujuan, akrab antara
memperkenalk perawat dan klien Referensi
an diri, Bina serta lingkungan
permainan peran
hubungan  Untuk
Penanya
saling percaya menciptakan
dan topik yang minat pada klien laporan pekerjaan
menarik  Untuk membuat serupa
klien merasa
nyaman dalam pra-organisasi terkait
pertemuan
dan diskusi bebas.
 Untuk
memperkenalkan
aturan acara dan
pentingnya

10
kehadiran
selanjutnya
 Serta perlunya
berpartisipasi
secara aktif

2. Ekspresi  Untuk  Dokumen


kenangan masa menciptakan rasa identitas diri
kecil, remaja nyaman  Mainan anak-
dan kehidupan  Untuk anak saat itu
selanjutnya mengingatkan  Bola dan jaring
nama-nma orrang  Papan, tas
yang penting sekolah baju
 Untuk sekolah, nama
menciptakan rasa guru, lokasi
memiliki sekolah dan
 Untuk mengalami catatan sekolah
kembali perasaan
masa kecil
 Untuk mengingat
aspek baik dan
buruk dari
sekolah
 Untuk
membangun
kembali emosi
umum

3. Sejarah  Untuk mengingat  Foto anggota


keluarga, saat-saat indah keluarga
proses dalam hidup  foto ulang
kehidupan dan  apa yang mereka tahun
pernikahan lakukan untuk  foto pernikahan
mempertahankan  dan acara
hubungan keluarga
perkawinan lainnya.
mereka
 untuk berbagi
pengalaman

11
bersama
 mengenang
hadiah yang telah
mereka terima
 dan tentang
sumbangan yang
mereka berikan
untuk acara
keluarga.

4. Kehidupan di  Mengingat cara  Peta kota dan


kota dan desa hidup dan desa tempat
dan pahit dan mendukung lahir
memori yang pekerjaan  jarak tempat
manis pedesaan seperti tinggal, lokasi
bercocok tanam, geografis
cara bepergian  fasilitas dan
dari desa ke kota layananana
atau sebaliknya  kecelakaan,
 cara berobat permainan,
 budaya dan adat  dan kenangan
istiadat daerah perjalanan.
tersebut
 masalah
kehidupan
perkotaan dan
pedesaan
 dan koneksi
keluarga

5. Ekspresi karya  Untuk  Alat, mata uang


kenangan dan mengingatkan sebelumnya
pengamalan, kemajuan karir  sertifikasi
posisi  dorongan, pelatihan dan
pekerjaan dan kesamaan bidang keterampilan
keberhasilan antar anggota  penghargaan
 kesenangan masa pekerjaan
lalu di dunia  seragam kerja
bisnis  promosi
 bagaimana

12
mencari administrative
pekerjaan,  izin
 dan memiliki  penemuan dan
tabungan dari penemuan
pekerjaan  lokasi bisnis
 dan jenis
pekerjaan.

6. Kebajikan,  Untuk mengingat  Gambar & foto


amal, dan cara-cara tempat amal,
ibadah membantu dan mesjid,
mendukung sekolah, hibah
orangorang yang masal,
terkena dampak penanggulanga
banjir dan gempa n banjir dan
bumi gempa, ummat
 menghadiri dan sholat
kebaktian jumat, serta
 mengunjungi kunjungan
pasien, membantu pasien.
orang miskin
 membutuhkan,
membantu
membangun
masjid dan
sekolah,
 mendapatkan
mahar pernikahan
dan tas untuk
siswa yang
membutuhkan

7. Diskusi bebas  Untuk  Tinjau foto dan


memberikan gambar sesi
umpan balik, sebelumnya.
rencanakan
pertemuan
semacam itu di
masa mendatang,
rayakan bersama

13
dan hargai orang-
orang yang
terlibat,
dengarkan saran
peserta, dan
berfoto bersama

C. Plan Of Action (POA) Pelaksanaan Terapi Reminiscence

Kegiatan dilaksanakan selama lima minggu dengan 8 kali


pertemuan dalam 7 sesi tatap muka antara klien binaan dengan
mahasiswa.

Hari/ Sesi Tujuan Metode Intervensi Evaluasi


Tgl

kamis I Membina Diskusi  Salam Setelah 30 menit


hubungan Memperkenalkan pertemuan klien
saling diri diharapkan :
percaya,  Menanyakan Mampu
membuat pengalaman klien mengungkapkan
klien pada masa kanak- perasaan,
nyaman, kanak menympaikan
menciptakan  Meperlihatkan pengalamannya
minat pada benda-benda sesuai topik
klien, yang berarti atau
menanyakan permainan ketika
pengalaman klien kecil dulu
terkait masa  Memvalidasi
kana-kanak peassan klien

Jumat II Kilen mampu Diskusi  Salam Setelah 30 menit


menyampaik dan Video  Memvalidasi pertemuan klien
an kegiatan perasaan klien diharapkan :
yang telah  Mulai Mampu
dilakukan menanyakan mengungkapkan
pada pengalaman masa perasaan,
pertemuan menyampaikan

14
pertama,Men remaja pengalamannya
anyakan  Menanyakan hobi sesuai topik
masalah- klien
masalah pada  Menanyakan
masa remaja, tempat rekreasi
terkait yang sering klien
rekreasi dan kunjungi
hobi klien

Kamis III Klien mampu Diskusi  Salam Setelah 30 menit


membahas dan  Memvalidasi pertemuan klien
terkait melihat perasaan klien diharapkan :
pengalaman foto  Mulai Mampu
hidupnya di menanyakan mengungkapkan
masa dewasa pengalaman masa perasaan,
terkait pada dewasa menyampaikan
pengalaman  Menanyakan pengalamannya
kerja pekerjaan klien sesuai topik

Kamis IV Klien mampu Diskusi  Salam Setelah 30 menit


berbagi dan video  Memvalidasi pertemuan klien
pengalaman perasaan klien diharapkan :
terkait  Mulai Mampu
hubungan menanyakan mengungkapkan
dengan pengalaman perasaan,
keluarga dan ketika besama menyampaikan
tetangga keluarga pengalamannya
 Menanyakan sesuai topik
kegiatan bersama
tetangga
 Pengalaman
membantu
tetangga

Jumat V klien mampu Diskusi  Salam Setelah 30 menit


berbagi dan gmbar  Memvalidasi pertemuan klien
pengalaman perasaan klien diharapkan :
terkait cara  Ketika sakit klien Mampu
berobat, cara fasilitas mengungkapkan

15
bercocok kesehatan apa perasaan,
tanam dll yang dikunjungi menyampaikan
 Pengalaman pengalamannya
bercocok tanam sesuai topik
 Pengalaman
perjalanan jauh

Kamis VI Klien mampu Diskusi  Salam Setelah 30 menit


berbagi dan  Mulai pertemuan klien
pengalaman gambar menanyakan diharapkan :
terkait pengalaman Mampu
kebajikan, ketika bulan mengungkapkan
ibadal dan rammadhan dan perasaan,
amal hari raya menyampaikan
 Menanyakan pengalamannya
pengalaman klien sesuai topik
ketika ada
tetangga yang
terkena musibah
 Menanyakan
pengalaman
terkait amal
ibadah klien

Kamis VII Klien mampu Diskusi  Salam Setelah 30 menit


membahas  Memvalidasi pertemuan klien
terkait perasaan klien diharapkan :
evaluasi  Menanyakan Mampu
integritas diri perasaan seletah mengungkapk
yang dicapai dilakukan terapi an perasaan,
oleh klien dari sesi 1-6 menyampaika
 Menanyakan n
harapan klien pengalamanny
kedepan a sesuai topik
 Memastikan klien Mampu
melakukan terapi melakukan
reminiscence terapi
secara mandiri reminiscence

16
secara mandiri
dirumah

Format Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi I : Berbagi pengalaman pada masa kanak-kanak

No Aspek yang dinilai Nilai

1 Mengungkapkan perasaan

2 Menyampaikan pengalaman masa


kanak-kanak yang di ingat klien

3 Pengalaman bersama teman yang


paling disenangi

4 Peristiwa yang paling


menyenangkan ketika masa kanak-
kanak

5 Menyampaikan perasaan setelah


menceritakan pengalaman yang
menyenangkan pada masa kanak-
kanak

Jumlah

A. Petunjuk penilaian
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya :
1. Bila nilai >3 : klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai <2 : pasien harus belajar menceritakan pengalaman pada
orang lain diluar terapi

17
Format Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi II : Berbagi pengalaman pada masa Remaja

No Aspek yang dinilai Nilai

1 Mengungkapkan perasaan

2 Menyampaikan pengalaman masa


kanak-kanak yang di ingat klien

3 Pengalaman bersama teman yang


paling disenangi

4 Peristiwa yang paling


menyenangkan ketika masa remaja

5 Menyampaikan hobi yang


disenangi

6 Berbagi pengalaman terkait tempat


rekreasi yang sering dikunjungi

Jumlah

C. Petunjuk penilaian
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
D. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya :
3. Bila nilai >3 : klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
4. Bila nilai <2 : pasien harus belajar menceritakan pengalaman pada
orang lain diluar terapi

18
Format Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi III : Berbagi pengalaman pada masa Dewasa

No Aspek yang dinilai Nilai

1 Mengungkapkan perasaan

2 Menyampaikan pengalaman masa


kanak-kanak

3 Berbagi Pengalaman pada masa


Remaja

4 Berbagai pengalaman terkait masa


dewasa

5 Berbagi pengalaman terkait


perayaan hari besar Islam

7 Menyampaikan perasaan setelah


berbagi pengalaman

Jumlah

E. Petunjuk penilaian
5. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
6. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
F. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya :
5. Bila nilai >3 : klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
6. Bila nilai <2 : pasien harus belajar menceritakan pengalaman pada
orang lain diluar terapi

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Finatunni’mah, A., & Nurhidayati, T. (2020). Pelaksanaan Senam Otak untuk


Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lansia dengan Demensia. Ners Muda,
1(2), 139. https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5666

Butler, R. N. (1963). The Life Review: An Interpretation of Reminiscence in the


Aged. Psychiatry, 26(1), 65–76.
https://doi.org/10.1080/00332747.1963.11023339

GULTOM, R., MARTINA, S. E., & HARIANJA, E. S. (2021). Penerapan Terapi


Reminiscence Dalam Upaya Pencegahan Demensia Pada Lansia Di Upt
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial Binjai. MONSU’ANI TANO
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 122.
https://doi.org/10.32529/tano.v4i2.1006

Hermawati, E., & Permana, I. (2020). Manfaat Terapi Reminiscence dalam


Mengatasi Depresi pada Lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 41.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.447

Kemenkes. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian


Kesehatan RI, 1(1), 1.

Kousha, A., Sayedi, A., Rezakhani, H., & Matlabi, H. (2020). The Iranian
Protocol of Group Reminiscence and Health-Related Quality of Life Among
Institutionalized Older People. 1027–1034.

Lee, K. H., Lee, J. Y., & Kim, B. (2022). Person-Centered Care in Persons Living
With Dementia: A Systematic Review and Meta-analysis. Gerontologist,
62(4), E253–E264. https://doi.org/10.1093/geront/gnaa207

Manurung, N. (2016). Therapy Reminscence. CV Trans Info Media.

Mega, F., & Sumintardja, E. N. (2016). Kajian Reminiscence Group Therapy

20
pada Depresi Lansia Wanita yang Tinggal Di Panti Werdha. 5(1), 42–56.

Poorneselvan, C., & Steefel, L. (2014). The Effect of Individual Reminiscence


Therapy on Self-Esteem and Depression Among Institutionalized Elderly in
India. 20(3), 183–190. https://doi.org/10.1891/1078-4535.20.3.183

Pramadita, A. P., Wati, A. P., Muhartomo, H., Kognitif, F., & Romberg, T.
(2019). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Gangguan Keseimbangan
Postural Pada Lansia. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 8(2), 626–641.

Rahayuni, N., Utami, A. S., & Swedarma, E. (2015). Pengaruh Terapi


Reminscence Terhadap Stres Lansia Di Banjar Luwus Baturiti Tabanan Bali.
Keperawatan Swriwijaya, 2(2), 130–138.

Razak, A. A., & Zakaria, R. (2019). Penjagaan Pesakit Demensia (N. naimah
Jafar (ed.)). Penerbit University Sains Malaysia.

Retno Suryatika, A., & Heru Pramono, W. (2019). Penerapan Senam Otak
Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 3(1), 28–36.

Subekti, I. (2017). Perubahan Psikososial Lanjut Usia Tinggal Sendiri di Rumah.


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 3(1), 23–35.

Vitaliati, T. (2018). Pengaruh penerapan reminiscence therapy terhadap tingkat


depresi pada lansia [Bondowoso]. Jurnal Keperawatan BSI, Vol 6 No.(1),
58–63.

Widjanegara, I. G., Harini, G. A., & Setianingsih, P. P. (2017). Pengaruh


Reminiscence Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia. Jurnal
Gema Keperawatan, 2, 1–10.

Widyantoro, W., Widhiastuti, R., & Atlantika, A. P. (2021). Hubungan Antara


Demensia Dengan Activity of Daily Living (Adl) Pada Lanjut Usia.
Indonesian Journal for Health Sciences, 5(2), 77–85.
https://doi.org/10.24269/ijhs.v5i2.3698

Wijoyo, E. B., & Daulima, N. H. . (2020). Optimalisasi Integritas Diri Melalui


Terapi Kelompok Teraupetik Lansia: Studi Kasus. Jurnal JKFT, 5(2), 26.
https://doi.org/10.31000/jkft.v5i2.3919

Wulandari, E., & Fuad Nashori, H. (2014). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap

21
Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia Effectiveness Zikr Therapy for
Psychological Well-Being (Pwb) in Elderly. Jurnal Intervensi Psikologi,
6(2), 235. www.kompas.

Yen, H., & Lin, L. (2017). A Systematic Review of Reminiscence Therapy for
Older Adults in Taiwan. 00(0).

22

Anda mungkin juga menyukai