Anda di halaman 1dari 20

PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM

PERSPEKTIF KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :
MONA ANGGIA FISKA

NIM:2114201026

KELAS:III A

MAPEL:KEPERAWATAN JIWA 1

DOSEN:

NS.AMELIA SUSANTI,M.KEP,SP.KEP J

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-
Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan makalah
Kesehatan Keperawatan Jiwa I yang berjudul “Proses terjadinya Gangguan Jiwa Dalam
Perspektif Keperwatan Jiwa” ini dengan lancar.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman


yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat. Apabila ada kesalahan
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

2.1 Definisi Gangguan Jiwa...........................................................................................3

2.2 Perspektif Keperawatan jiwa...................................................................................4

2.3 Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa..............................................................5

2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa...........................................................................8

2.4 Klasifikasi Gangguan Jiwa....................................................................................10

2.5 Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa..........12

BAB III............................................................................................................................16

PENUTUP.......................................................................................................................16

A. Kesimpulan...........................................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan
tanpa mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan jiwa
merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang
berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan
perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa
disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa
akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini
tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang
yakni.Faktor Keturunan,Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat
ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat
mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah
dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa
tersebut. Faktor Lingkungan,Faktor lingkungan di sini juga bisa berpengaruh
terhadap penyakit medis ganguanjiwa tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa definisi ganguan jiwa?
2. Bagaimana perspektif gangguan jiwa?
3. Apa saja faktor penyebab gangguan jiwa?
4. Apa saja tanda dan gejala gangguan jiwa?
5. Apa saja klasifikasi gangguan jiwa?
6. Bagaimana macam pengobatan pengobatan jiwa?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan jiwa
2. Untuk mengetahui perspektif gangguan jiwa
3. Untuk mengetahui faktor penyebab gangguan jiwa
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa
5. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan jiwa
6. Untuk mengetahui macam pengobatan pada gangguan jiwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gaangguan
tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat
(Maramis, 2010).

Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang


mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan
orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa merupakan
suatu gangguan yang sama halnya dengan gangguan jasmaniah lainnya, tetapi
gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa
cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa (Budiono, 2010)

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami


gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014)

Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak normal


baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun secara mental.
Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya
bagian anggota badan tertentu meskipun terkadanggejalanya dapat terlihat
dengan keadaan fisik.

Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau


perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang tidak

3
dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.[1] Gangguan
tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif
atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau
sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan
pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan
waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang
definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah
digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-
negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi
kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan jiwa. Ardani (2007)

2.2 Perspektif Keperawatan jiwa


Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang hakikat
manusia dan esensi keperawatan yang menjadi kerangka dasar dalam praktik
keperawatan jiwa. Setiap individu memiliki harkat dan martabat, sehingga
masing masing individu perlu dihargai. Tujuan individu meliputi : tumbuh,
sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing masing individu berpotensi untuk
berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah makhluk holistik yang
kebutuhannya berbeda. Semua prilaku individu itu bermakna meliputi : pikiran,
persepsi, perasaan dan tindakan.
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan jiwa antara
lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu
dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan sebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh
kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang tersedia.

4
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
untuk kesehatan fisik dan mentalnya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan, memaksimalkan
fungsi (meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan), dan meningkatkan
aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan
pada individu.

2.3 Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa


Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur
yang terus-menerus saling mempengaruhi (Yosep,2007) yaitu:

1. Faktor – factor somatic (somatogenik) atau organobiologis


a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
2. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
a. Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus(perasaan tak
percaya dan kebimbangan)
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa
salah
g. Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu

5
h. Keterampilan, bakat, dan kreatifitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur
kejiwaan, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat
beberapa penyebab dari beragai unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan
terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan kejiwaan. Menurut Maramis 2010
dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab gangguan jiwa dapat
dibedakan atas :

1. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada


neuroanatomi, neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat
kematangan dan perkembangan organik, serta faktorpranatal dan
perinatal.

2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan


anak, peranan ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan
dalam keluarga,pkerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor
intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola
adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi
masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah
yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga,
pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah
kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan,
dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai
keagamaan.

6
Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
diantaranya:
1. Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini
merupakan usia yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk
menghadapi dirinya sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi
juga semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi
juga harus memikirkan anggota keluarganya.
2. Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang
tidak mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan
aktualisasi dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak
mempunyai kegiatan dan memungkinkan mengalami harga diri
rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3. Kepribadian yang tertutup

Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup


cenferung menyimpan permasalahannya sendiri sehingga
masalah yang dihadapi akan semakin menumpuk. Hal ini
yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan
permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga
menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa.

4. Putus obat

Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa


seseorang dengan gangguan jiwa harus minum obat seumur
hidup, terkadang klien merasa bosan, dan kurang
pengetahuan akan menghentikan minum obat dan merasa
sudah sembuh.

5. Pengalaman yang tidak menyenangkan

Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami


misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh

7
masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah
mengalami ganguan jiwa

6. Konflik dengan teman atau keluarga

Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga


misalnya karena harta warisan juga dapat membuat seseorang
mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan
dengan teman atau keluarga akan memicu stressor yang
berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang
berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka
kemungkinan besar sesorang akan mengalami gangguan jiwa.

2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa
menurut Maramis tahun 2010 diantaranya:

a. Normal dan Abnormal


Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu dikatakan
abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang tersebut telah
menyimpang dari batas-batas norma
b. Gangguan Kesadaran
Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam mengadakan
pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri
(melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka
orientasi (waktu, tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta
pemakaian informasi yang masuk secara efektfif (melalui ingatan dan
pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu keadaan dengan
kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara
keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak
normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf
tidak sesuai kenyataan.
c. Gangguan Ingatan

8
Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi
(mencatat atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan
saraf pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan
catatan tersebut) ; dan pemanggilan kembali atau “recall” (mengigat
atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan terjadi
apabila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga
usnsur diatas.
d. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan
kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang.
Gangguan Afek dan Emosi. Afek ialah nada perasaan,
menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan, kekecewaan, kasih
sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi
afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi
adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak komponen
fisiologi dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah
mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi,
kecemasan, eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan
ambivalensi.
e. Gangguan Psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa, gangguan psikomotor dapat berupa:
a) Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
b) Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang,
gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat.
c) Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi
badan tertentu.
d) Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat
padanya oleh orang lain.
e) Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan

9
f) Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya
tidak bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak
dipengaruhi oelh rangsangan dari luar
g) Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi
badan yang tidak wajar
h) Grimas : miik yang aneh dan berulang-ulang
i) Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali
dan tidak bertujuan.
f. Gangguan proses berfikir
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan
serta penalaran.
g. Gangguan persepsi
h. Gangguan intelegensi
i. Gangguan kepribadian.

2.4 Klasifikasi Gangguan Jiwa


Sistem klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan
DSM (Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem
kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba
menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari berbagai
sindrom, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa banding. Kriteria
diagnosis pada DSM menggunakan sistem multtiaksis, yag menggambarkan
berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan. Multiaksisi
tersebut meliputi sebagai berikut:

a. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus
perhatian klinis
b. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental
c. Aksis 3 : kondisi medis secara umum
d. Aksis 4 ; masalah lingkungan dan psikososisal
e. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global

Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia (PPDGJ)


pada awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada

10
PPDGJ III disusun berdasarkan ICD X. Secara singkat, klasifikasi PPDGJ III
meliputi:

1) F00-R09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental


simtomatik)
2) F10-F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoakti
3) F20-F29: Skizofrenia , gangguan skizotipal, dan gangguan waha
4) F30-F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
5) F40-F48 : gangguan neurotik, gangguan somaoform, dan gangguan terkait
stress
6) F50-F59 : sindroma perilaku yanng berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik
7) F60-F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
8) F70-F79 : retardasi mental
9) F80-F89 : gangguan perkembangan psikologis
10) F90-F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada
anak dan remaja

Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil riset kesehatan


Dasar tahun 2013 dibagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan jiwa
berat/kelompok psikosa dan gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan
mental emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan
dan sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan jiwa
berat.

11
2.5 Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa
Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan
untuk memulihkan kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan,
beberapa terapi pengobatan pada pasien gangguan jiwa menurut buku Ajar
Keperawatan Jiwa tahun 2015, diantaranya :

a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya
digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat
psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan
mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis
psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya
kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi
terjadinya efek samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif terapi
lainnya.
b. Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien
gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan
kejang umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat
khusus yang dirancang aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran
listrik diberikan pada otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada
bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran
terapeutik untuk menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan
kejang epileptik tonik-klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang
peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik, melainkan
respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan terjadinya perubahan
faali dan biokimia otak
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan
mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara
ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu

12
dengan yang lain, saling memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu
persetujuan norma yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu sistem
sosial yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan
interdependensi. Terapi aktivitas kelompok. (TAK) bertujuan memberikan
fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk
menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain,
mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri.
Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan
pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan
meningkatkan hubungan interpersonal.
d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,
yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan
perasaan negatifnya, memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan
negatifnya, serta mampu memecahkan masalah tersebut.
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang
timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota
keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan yang sama
untuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu
sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa
individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling
bergantung, serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
f. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar dapat
membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari
Bahasa Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau
environment, sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi
lingkungan adalah sama dengan terapi suasana lingkungan yang dirancang
untuk tujuan terapeutik. Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang
karena adanya efek negatif perawatan di rumah sakit berupa penurunan

13
kemampuan berpikir, adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak
baik atau kurang sesuai, serta pasien akan kehilangan kontak dengan dunia
luar.
g. Terapi Perilaku
Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat perilaku tersebut
dirasa kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu perilaku tidak
dapat diterima oleh budaya setempat karena bertentangan dengan norma
yang berlaku. Terapi dengan pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang
dapat membuat seseorang berperilaku sesuai dengan proses belajar yang
telah dilaluinya saat dia berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung.

Dalam menunjang tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang


dibutuhkan, tetapi juga program pengobatan pada pasien gangguan jiwa,
menurut Psychiatric-Mental Health Nursing tahun 2015 macam-macam
pengobatan pada pasien gangguan jiwa diantaranya:

a. Pengobatan rawat inap dirumah sakit


Perawatan psikiatri rawat inap disebuah rumah sakit merupakan cara utama
untuk orang dengan penyakit mental. Unit psikiatri menekankan terapi bicara
atau interaksi antara pasien dengan staf dan lingkungan yang ada. Terapi
lingkungan juga mrupakan salah satu aspek dalam pengobatan rawat inap
dirumah sakit untuk membantu pasien dalam menstabilkan pasien dengan
gangguan jiwa yang lebih akut. Dalam init rawat inap ditujukan untuk
mengidentifikasi gejala dan ketrampilan dalam menangani gejala yang
muncul, serta mengidentifikasi masalah jangka panjang untuk menjalani
terapi rawat jalan.
b. Pengobatan rawat jalan
Rawat jalam adalah salah satu unit kerja dirumah sakit atau suatu pelayanan
kesehatan yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam
pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan
rawat jalan merupakan pelyanan kepada pasien untuk observasi, diagnosa
pengobatan, rehabilitasi medik dan peayanan kesehatan lainnya yang bersifat
umum, spesialistik, sub spesialistik yang dilaksanakan di suatu rumah sakit
atau layanan kesehatan tanpa tinggal rawat inap (Agustiawan & Andri).

14
Salah satu program dalam rawat jalan adalah rehabilitasi kejiwaan yang
mengacu pada layanan yang dirancang untuk mempromosikan proses
pemulihan untuk orang dengan penyait mental. Program rawat jalan
bertujuan untuk mengontrol gejala dan memanajemen pengobatan untuk
pemberdayaan dan pningkatan kualitas hidup. Pelayanan rawat jalan lebih
mengedepankan komunitas yang berbasis masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau


perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang
tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.[1]
Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku,
komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu
pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia.
Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah
sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih
terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun
kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga
orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu
pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe
umum dari kelainan jiwa.

B. Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada
pasien terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat & Mustikasari. (2013) Gambaran Klien Perilaku Kekerasan di Rumah
Sakit Jiwa Pusat Jakarta. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Keperawatan Jiwa.

Budiman. (2010). Jumlah Gangguan Jiwa. http://www.suarabandung.com. diakses pada


tanggal 9 Agustus 2016.

Djamaludin. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Dwi Isyani. (2012) Gambaran Karakteristik Klien Yang Dirawat di Rumah Sakit
Khusus Dadi Makassar. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan.

Kusumawati, F & Hartono Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Maramis, W.F. (2010). Ilmu kedokteran jiwa, Erlangga Universitas Press.

Wahyu, S. (2012). Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahyuni, Sri. (2011). “Hubungan Lama Hari Rawat Dalam Kemampuan Pasien
Mengontrol Halusinasi” Jurnal Ners Indonesia. Vol. 1. No.2.

Wanadadi. (2014). Pengertian Pekerjaan Profesi dan Profesional. Diakses pada tanggal
27 Juli 2016

17

Anda mungkin juga menyukai