Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI KLIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

Dosen Pengampu :

Lulut Handayani, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :
Qanita Nurul Izza (P1337420522061)
Nita Salsabila Salma (P1337420522062)
Azizah Kusumawati Yuwono (P1337420522063)
Savira Alya (P1337420522064)
Luluk Cahya K.N. (P1337420522065)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG
PROGRAM DIPLOMA III
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, saya senantiasa memanjatkan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Komunikasi ini.

Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah
mendukung dan membantu saya selama proses pembuatan makalah ilmiah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas komunikasi dengan klien gangguan
jiwa dan bagaimana cara komunikasi yang baik dengan klien, dan lain-lain.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari jika dalam makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan baik tata bahasa,
makna, dan lainnya. Untuk itu saya ingin memohon maaf atas kesalahan
dan ketidaksempuranaan yang para pembaca temukan.

Saya berharap semoga makalah komunikasi ini dapat memberikan manfaat


maupun inpirasi terhadap para pembaca. Dan saya mengharapkan saran dan kritik
anda.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................i

Daftar Isi .....................................................................................................ii

Bab I.............................................................................................................1

Latar Belakang .....................................................................................1

Rumusan Masalah.................................................................................1

Tujuan...................................................................................................1

Bab II Pembahasan......................................................................................2

Pengertian Gangguan Jiwa...................................................................2

Penyebab Umum Gangguan Jiwa.........................................................3

Gejala Gangguan Jiwa..........................................................................4

Komunikasi sesuai Masalah Klien........................................................5

Teknik Komunikasi dengan Klien Gangguan Jiwa..............................8

Penutup......................................................................................................11

Daftar Pustaka............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien
dan perawat secara profesional Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi khusus yang
dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kesehatan dalam hal ini adalah perawat dan
tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien.
Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik karena komunikasi
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien. Perawat menjadikan
dirinya secara terapeutik dengan berbagai tehnik komunikasi secara optimal
dengan tujuan mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas
penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi terapeutik
diharapkan dapat mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya dan
proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian dari gangguan jiwa?
- Apa saja penyebab yang menyebabkan gangguan jiwa?
- Bagaimana gejala-gejala yang ada pada klien dengan gengguan jiwa?
- Apa saja teknik-teknik apabila komunikasi dengan klien gangguan jiwa?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui arti dan makna dari gangguan jiwa
- Untuk mengetahui dengan pasti penyebab terjadinya gangguan pada jiwa
seseoang
- Agar lebih paham gejala-gejala gangguan jiwa
- Mengetahui dengan baik teknik-teknik yang benar apabila berkomunikasi
dengan klien gangguan jiwa

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial.
Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganguunya
emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca
indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan
bagipenderita (dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan
manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait denganpenderitaan
yang nyata dan kinerja yang buruk, yang disebabkan oleh gangguan biologis,
sosial,psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Kendati demikian, terdapat pula beberapa istilah yang dapat
digunakan untuk mendiskripsikan gangguan jiwa :
- Gangguan jiwa psikotik : Ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas,
ditandai waham (delusi) dan halusinasi.
- Gangguan jiwa neurotik : Tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai
realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan
yang menyebabkan kecemasan (anxietas), dengan gejala-gejala obsesi,
fobia, kompulsif.
- Gangguan jiwa fungsional : Tanpa kerusakan struktural atau kondisi
biologis yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
- Gangguan jiwa organik : Ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh
suatu penyebab spesifik yang membuahkan perubahan struktural di otak,
biasanya terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau demensia,
misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-
IV-TR karena ia merangkum pengertian bahwa beberapa gangguan jiwa
tidak mengandung komponen biologis.

2
- Gangguan jiwa primer : Tanpa penyebab yang diketahui disebut pula
idiopatik atau fungsional.
- Gangguan jiwa sekunder : Diketahui sebagai manifestasi simtomatik dari
suatu gangguan sistemik, medis atau serebral.
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status ekonomi sosial. Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang
salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-
guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang
salah ini hanya merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepar dan tepat (Notosoedirjo,
2005). Gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah kumpulan dari keadaan –
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental. 
B. Penyebab Umum
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga
unsur yang terus-menerus saling mempengaruhi(Yosep,2007) yaitu :
 Faktor – factor somatic (somatogenik) atau organobiologis
- Neroanatomi
- Nerofisiologi
- Nerokimia
- Tingkat kematangan dan perkembangan organic
 Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
- Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus(perasaan
tak percaya dan kebimbangan)
- Peranan ayah
- Persaingan antara saudara kandung
- Intelegensi
- Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

3
- Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau
rasa salah
- Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
- Keterampilan, bakat, dan kreatifitas
- Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
- Tingkat perkembangan emosi
 Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural
- Kestabilan keluarga
- Pola mengasuh anak
- Tingkat ekonomi
- Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
C. Gejala Gangguan Jiwa
1. Keadaan Fisik :
a. Suhu badan berubah: pada orang yang mengalami gangguan Mental
cenderung suhu meningkat.
b. Denyut Nadi cepat: Seseorang bila menghadapi kejadian yang tidak
menyenangkan dapat mengalami denyut nadi meningkat.
c. Berkeringat banyak : Orang yang dipermalukan di depan umum,
perasaan terpukul, menahan marah malu kerinagat bercucuran.
d. Nafsu makan kurang : Orang yang sedang terganggu Kesehatan
mentalnya kadang gairah makan terganggu sehingga bila berlarut2
berat badan menurun, berdampak pada Kesehatan fisik.
e. Gangguan Sistem Organ Dalam Tubuh: Orang normal: sistem organ
dalam tubuh berjalan sesuai fungsi masing-masing sehingga terjadi
keseimbangan dan berdamapak pada ketenangan.
f. Pada gangguan Mental misal: kesedihan yang bertubi-tubi yang tiba-
tiba nafas sesak dan batuk tidak berdahak hal ini bisa terjadi berlarut-
larut pada sistem organ paru-paru meskipun tidak ada tanda penyakit
medis.
g. Tekanan darah tinggi, sakit jantung dll

4
2. Keadaan Mental
a. Orang normal : mampu berpikir teratur dapat menarik kesimpulan
secara sehat.
b. Orang yg mengalami gangguan Mental : kemampuan berpikir menjadi
kacau, diselingi rangsangan-rangsangan lain, bila berpikir secara baik
memakan waktu yang lama dengan tanda:
- Ilusi : salah tangkap dalam mengindera
- Halusinasi : mengalami khayalan tanpa ada rangsang.
- Kompulsi : ragu-ragu mengenai sesuatu yang dikerjakan hingga
terjadi perbuatan serupa yang diulang-ulang.
- Misal :keinginan untuk menyalakan api (piromania), keinginan unt
minum minuman keras (dispomania), keinginan mengambil
sesuatu tetapi tidak untuk memiliki (kleptomania)
- Fobia: mengalami ketakutan yang sangat terhadap sesuatu kejadian
tanpa tahu sebabnya
- Delusi : mengalami sesuatu yang tidak sesuai kejadian tanpa
mengetahui lagi penyebabnya. Misal ; menganggap keadaan
sekitarnya selalu jelek (delusi persekusi), menganggap dirinya
orang penting, orang besar (delusi keagungan), menganggap
dirinya selalu bersalah, berdosa, hina (delusi melankoli)
3. Keadaan Emosi
a. Emosi : bagian dari perasaan yg bergejolak, dapat dilihat, penampakan
bisa berubah tingkah laku, sikap sedih, atau sebaliknya : gembira.
b. Sering merasa sedih ; Gejala emosi merendah, merasa tidak berguna,
mengalami kehilangan minat dan gairah.
c. Sering Merasa Tegang : Diliputi rasa tegang, tidak dapat santai/rileks,
harus beristirahat, bila ketegangan memuncak, Nampak tangannya
bergetar, gelisah, akhirnya lesu.
d. Sering Merasa Girang: Sulit mengendalikan emosi, bila tertawa, bicara
sulit dihentikan, menyanyi dan menari tidak mengingat tempat dan
waktu.
D. Komunikasi berdasarkan masalah pasien

5
1) Klien dengan Masalah Perilaku Kekerasan
a. Pengertian perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalm dua bentuk yaitu
saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
b. Tanda dan Gejala perilaku Kekerasan
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini :
- Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Jalan mondar mandir
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Melempar atau memukul benda/ orang lain
- Mengepalkan tangan
- Merusak barang atau benda
- Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan
c. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Perilaku Kekerasan
- Membina hubungan saling percaya dengan klien Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekarasan
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi cara konstruksif dalam merespon
terhadap kemarahan

6
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan
- Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan
- Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu,dosis dan efek)
2) Klien dengan Masalah Harga Diri Rendah
a. Pengertian harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri
b. Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu Mengkritik diri sendiri, Perasaan
tidak mampu, Pandangan hidup yang pesimis, Penurunan produktivitas,
Penolakan terhadap kemampuan diri
c. Tindakan keperawatan pasien dengan harga diri rendah : Membina
hubungan saling percaya perawat-klien, Klien dapat mengidentifikasi
aspek yang dimiliki klien dapat menilai  kemampuan yang digunakan,
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya, Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada,
Bantu mengenal harapan, Membantu klien mengungkapkan upaya yang
bisa digunakan dalam menghadapi masalah, Menetapkan tujuan yang
nyata, Bantu klien mengungkapkan beberapa rencana menyelsaikan
masalah, Membantu memilih cara yang sesuai untuk klien
3) Klien dengan Masalah Halusinasi
a. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada.
b. Tindakan keperawatan pasien dengan halusinasi
- Membina hubungan saling percaya perawat-klien

7
- Klien dapat mengenali halusinasi
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
- Klien memanfaatkan obat yang baik
4) Klien dengan Masalah Isolasi Sosial
a. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
b. Tindakan keperawatan terhadap pasien isolasi sosial
- Membina hubungan saling percaya
- Membantu klien menyadari perilaku isolasi social
- Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
- Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki
- Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi unutk
membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan
- Ajarkan kepada klien koping mekanisme yang konstruktif
- Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara
bertahap
- Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien yang
dimulai dengan keluarga terdekat
- Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap
pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar
E. TRIK DAN TEKNIK KOMUNIKASI DENGAN PASIEN
GANGGUAN JIWA
Teknik komunikasi terapeutik sendiri mempunyai empat teknik utama dalam
serangkaian teknik terapi penyembuhan, yang pertama ada teknik mendengarkan,
teknik bertanya, teknik menyimpulkan dan teknik mengubah cara pandang.

8
Berikut ini adalah teknik-teknik yang dipakai dalam terapi penyembuhan teknik
komunikasi terapeutik kepada pasien gangguan jiwa:
1. Teknik mendengarkan
Teknik mendengarkan merupakan teknik awal dan dasar komunikasi
terapeutik. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta
penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima, dalam hal ini perawat
harus menjadi pendengar yang aktif untuk bisa menjadi penelaah, menganalisis
apa yang terjadi pada pasien. Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti
dengan mendengarkan apa yang dibicarakan pasien dengan penuh perhatian baik
itu tentang perasaannya, pikirannya, atau persepsi pasien sendiri. Perawat
memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan pasien,
menunjukan perhatian yang penuh sehingga mempunyai waktu untuk
mendengarkan.
2. Teknik Bertanya
Bertanya merupakan salah satu teknik yang dapat mendorong dan memancing
pasien untuk mengungkapkan perasaan dipikirannya. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang lebih spesifik dan lengkap mengenai apa yang
disampaikan pasien. Bertanya merupakan teknik dasar yang dilakukan oleh
perawat dalam mencari informasi yang belum didapat apa yang telah disampaikan
pasien.
3. Menyimpulkan
Dapat disimpulkan dalam teknik ini, perawat mendapatkan poin utama atau
kesimpulan yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami
pasien sehingga perawat dapat mencarikan solusi dengan membuat perencanaan
dalam teknik selanjutnya. Hal penting dari menyimpulkan adalah peninjauan
kembali komunikasi yang telah dilakukan antara perawat dan pasien. Apabila
belum dapat disimpulkan poin utama yang dialami pada pasien maka perawat
harus kembali dan mengulang terus teknik-teknik yang dilakukan sebelumnya
sampai mendapatkan pokok masalah yang ada pada pasien halusinasi sendiri,
sehingga dengan demikian dapat masuk ke teknik selanjutnya dan dapat
melakukan perencanaan cara mengatasi dan solusi dari pemecahan masalah yang
dialami pasien.

9
4. Mengubah cara pandang
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari teknik
komunikasi terapeutik. Seorang perawat harus dapat memberikan cara pandang
lain agar pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek negatifnya saja, dalam
teknik ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan melatih pasien agar
dapat keluar dari masalah yang dialaminya. Dalam teknik ini perawat melakukan
stategi perencanaan dalam mengatasi masalah yang dialami pasien halusinasi
tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya yang terus-menerus dilakukan
misalnya dengan cara menghardik atau mengalihkan pikiran dan perasaan pasien
kearah yang lebih positif, makanya teknik ini prosesnya memerlukan waktu yang
lama supaya pasien paham terhadap masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana
cara mengatasi masalah yang terjadi dalam dirinya.
Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar
pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan
terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan
menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan
jiwa :
Pada pasien halusinasi, Perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi
terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas
fisik.
Pada pasien harga diri rendah, harus banyak diberikan reinforcement. Pada
pasien menarik diri. Libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama,
ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak
mau berhubungan dll. Pasien perilaku kekerasan, Khusus pada pasien perilaku
kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan terlebih
dahulu sebelum kita support dengan terapi – terapi lain.

10
PENUTUP
Kesimpulan

Komunikasi terapeutik yang terjalin ini melibatkan empat fase atau tahapan
yang seluruhnya menerapkan protokol kesehatan yakni fase pra interaksi, fase
orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Hambatan yang muncul selama proses
komunikasi terapeutik dilakukan di masa pandemic Covid-19 ini beragam antara
satu tenaga kesehatan dengan tenaga kesehatan lainnya. Beragam hambatan yang
bermunculan ini adalah protokol jaga jarak, penggunaan masker, hambatan
psikologis dan hambatan fisik gangguan pendengaran.Untuk mengatasi hambatan
yang tersebut dan memastikan komunikasi berjalan lancar, terdapat teknik
komunikasi yang diterapkan oleh tenaga kesehatan. Teknik yang dipergunakan ini
adalah menganggap pasien sebagai keluarga atau teman, menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti, memperhatikan nada bicara, menggunakan isyarat
tindakan , memperhatikan kontak mata, dan memberikan humor.

11
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung. Redika Aditama

Indrawati. (2003). Komunikasi Untuk Perawat, Jakarta: EGC

Musliha & Fatimah, Siti 2010. Komunikasi Keperawatan Yogyakarta : Muha


Medika

Machfoedz, Machmud. (2009). Komunikasi Keperawatan (Komunikasi


Terapeutik). Yogjakarta: Ganbika.

Yosep,iyus. 2009. Keperawatan Jiwa.Bandung. Redika Aditama

12

Anda mungkin juga menyukai