Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI DENGAN KLIEN KRONIK DAN TERMINAL

KOMUNIKASI KELOMPOK DAN MASSA

Dosen Pengampu :

Lulut Handayani, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :
Qanita Nurul Izza (P1337420522061)
Nita Salsabila Salma (P1337420522062)
Azizah Kusumawati Yuwono (P1337420522063)
Savira Alya (P1337420522064)
Luluk Cahya K.N. (P1337420522065)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG
PROGRAM DIPLOMA III
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, saya senantiasa memanjatkan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Komunikasi ini.

Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah
mendukung dan membantu saya selama proses pembuatan makalah ilmiah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas komunikasi dengan klien kronik dan
terminal dan bagaimana cara komunikasi yang baik dengan klien, dan lain-lain.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari jika dalam makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan baik tata bahasa,
makna, dan lainnya. Untuk itu saya ingin memohon maaf atas kesalahan
dan ketidaksempuranaan yang para pembaca temukan.

Saya berharap semoga makalah komunikasi ini dapat memberikan manfaat


maupun inpirasi terhadap para pembaca. Dan saya mengharapkan saran dan kritik
anda.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................i

Daftar Isi .......................................................................................................ii

Bab I Pendahulua...........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................1

Bab II Pembahasan...........................................................................................

A. Kronik dan Terminal.................................................................3


B. Komunikasi pada Kelompok dan Massa................................10

Pentup........................................................................................................14

Daftar Pustaka............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan
baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif,
penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal
jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS
yang memerlukan perawatan lebih lanjut, disamping kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh
kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama
pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan
tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan
keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.Maka kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin.
Pada perawatan pasien dalam kondisi terminal menekankan pentingnya
integrasi perawatan lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat
diatasi dengan baik.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
- Apa penyebab dari penyakit kronis?
- Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
- Bagaimana cara berkomonikasi dengan pasien kronis?
C. Tujuan
- Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis
- Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis

1
- Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita
buruk terhadap pasien kronis
- Menjelaskan bagaiman berkomonikasi dengan penderita penyakit
kronis dengan benar 

2
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seseorang penolong atau perawat dapat
membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi
(Suryani, 2005). Struktur organisasi formal mempunyai dampak terhadap
komunikasi. Orang yang berada di tingkat lebih bawah dalam hierarki
organisasi berisiko tidak mendapatkan komunikasi yang memadai dari tingkat
yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena jumlah tingkat komunikasi harus
disaring dalam organisasi besar. Selain itu, dalam organisasi besar, mustail
bagi ketua organisasi seorang diri mengomunikasikan secara pribadi pada
setiap orang atau kelompok yang terlibat dalam pengambilan keputusan
organisasi. (Marquis, 2010).
A. KLIEN KRONIK DAN TERMINAL
1. KRONIK
 Definisi Kronik
Penyakit kronis disebut-sebut menjadi penyebab utama kematian dan
kecacatan di seluruh dunia. Definisi penyakit kronis menurut WHO (World
Health Organization) adalah penyakit yang terjadi dengan durasi panjang
yang pada umumnya berkembang secara lambat serta terjadi akibat faktor
genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku.
 Jenis-Jenis Penyakit Kronis
1. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jantung tidak
mampu lagi melakukan fungsinya untuk memompa darah dan oksigen
secara memadai ke seluruh organ dalam tubuh. Penyakit ini mungkin
membuat jantung Anda membengkak sehingga fungsinya terganggu. Hal-
hal seperti mengonsumsi terlalu banyak alkohol, merokok, dan
menggunakan obat-obatan terlarang dipercaya dapat merusak jantung Anda.
Gejala gagal jantung yang mungkin muncul adalah sesak napas atau
kesulitan bernapas, merasa lelah dan kaki lemas saat beraktivitas,

3
pembengkakan pada pergelangan kaki, dan detak jantung cepat atau tidak
teratur.
Untuk menjaga agar penyakit tidak semakin parah, kebanyakan
penderita gagal jantung perlu mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan
oleh dokter dan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Operasi juga
mungkin dibutuhkan untuk untuk mengatasi masalah jantung yang
disebabkan oleh masalah katup jantung atau pembuluh darah yang
tersumbat.
2. Stroke
Stroke adalah kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan oleh
gangguan pada suplai darah yaitu terputusnya aliran darah ke bagian otak.
Jaringan otak membutuhkan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk
menjaga sel-sel saraf dan bagian lain dari jaringannya tetap berfungsi
dengan baik. Stroke dan penyakit jantung merupakan penyakit
kardiovaskular utama.
Gejala stroke yang mungkin muncul adalah mati rasa atau kelemahan
wajah, kesulitan berbicara, penurunan penglihatan pada satu atau kedua
mata, kesulitan untuk menelan, kehilangan keseimbangan atau kurang
koordinasi, dan ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh secara
tiba-tiba. Jika Anda mengalami tanda gejala stroke, segera periksakan diri
ke dokter.
Pengobatan untuk stroke dapat dilakukan dengan konsumsi obat-
obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup. Beberapa obat dapat
menghentikan atau bahkan memulihkan kerusakan otak jika diberikan
segera setelah stroke muncul. Terapi berbicara juga mungkin dibutuhkan
untuk mengatasi masalah berbicara.
3. Diabetes
Diabetes adalah kondisi kesehatan kronis yang mempengaruhi
bagaimana tubuh mengubah makanan menjadi sumber energinya. Kondisi
ini membuat sebagian besar makanan akan dipecah menjadi glukosa dan
dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi.

4
Beberapa gejala diabetes yang mungkin muncul adalah meningkatnya
rasa lapar dan haus, sering buang air kecil, pandangan menjadi kabur,
mengalami kelelahan yang ekstrim, dan luka yang tak kunjung sembuh.
Akan tetapi, gejala yang lain akan dirasakan tergantung pada tipe diabetes
yang dialami.

4. Hipertensi
Hipertensi ditandai dengan tingginya tekanan darah yang sudah
melebihi batas normal. Akan tetapi, tekanan darah Anda akan berubah
sepanjang hari berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Semakin tinggi
tekanan darah, maka risiko terserang penyakit lainnya seperti serangan
jantung dan stroke pun akan semakin besar.
2. TERMINAL
 Definisi Penyakit Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu. (Carpenito, 2004) Penyakit terminal merupakan
penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah kematian contohnya
seperti penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan
harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini
mengarah kearah kematian. (Nursedarsana, 2010).
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian
tidak dapat dihindari dalam waktu bervariasi. ( Stuart & Sundeen, 2009)
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat
progresif,  pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan,
memperbaiki kualitas hidup. (Heelya, 2009) Pasien penyakit terminal adalah
pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai
stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat
menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus
mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit,
namun tidak lagi  berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi keadaan terminal

5
adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi
bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.
 Kriteria Penyakit Terminal Adapun kriteria penyakit terminal menurut
Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai  berikut:
- Penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi
- Mengarah pada kematian
- Diagnosa medis sudah jelas
- Tidak ada obat untuk menyembuhkan
- Prognosis jelek
- Bersifat progresif
 Jenis-Jenis Penyakit Terminal Adapun yang dapat dikategorikan sebagai
penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen (2009) adalah
- Penyakit-penyakit Kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada. Diantara
beberapa jenis kanker, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling
berbahaya dan paling sering terjadi. Kanker payudara sangat berbahaya
dikarenakan kanker jenis ini menyerang organ reproduksi luar yaitu
payudara dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Kanker payudara juga
dapat menyebabkan kematian. Kanker payudara yang dapat menyebabkan
kematian adalah kanker  payudara stadium IV. Pada kanker payudara
stadium IV seseorang sudah menderita kanker  payudara yang sangat parah
atau bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal). Kondisi terminal pada
penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat dihindari dan ini pasti
akan dialami oleh setiap penderita yang akan menjelang ajal. Pada kondisi
terminal perubahan utama yang terjadi adalah perubahan  psikologis yang
menyertai pasien. Perubahan psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah
yang lebih buruk dan membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran
perawat sangat dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, dan untuk
membuat klien merasa lebih nyaman dan mampu membuat klien menjadi
tenang  pada saat menjelang ajal.
- Penyakit-penyakit infeksi

6
Meningitis merupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai radang
membran  pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang,
yang mana keseluruhan tersebut di sebut meningen. Bahayanya adalah
Apabila Meningitis telah masuk stadium terminal dan tidak ditangani
segera, maka adanya resiko kematianlah yang akan terjadi dalam waktu
kurang lebih 3 pekan.
- Congestif Renal Falure (CRF)
Chronic Renal Failure (CRF) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
berlangsung secara progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam
tubuh).
- Stroke Multiple Sklerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf
dari sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord)
memburuk atau degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau
isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari
impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan  juga adalah penting untuk
memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf.
- Akibat kecelakaan fatal Cedera kepala telah menyebabkan banyak
kematian dan cacat pada usia kurang dari 50 tahun. Otak bisa
mengalami cedera meskipun tidak terdapat luka yang menembus
tulang tengkorak. Berbagai cedera bisa disebabkan oleh percepatan
mendadak yang memungkinkan terjadinya benturan atau karena
perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala membentur objek yang
tidak bergerak.
- AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome) Adalah sekumpulan
gejala dan infeksi (atau : sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi
virusvirus lain. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency
Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan

7
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju  perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
 Masalah Yang Berkaitan Dengan Penyakit Terminal Menurut Stuart &
Sundeen (2009), adalah sebagai berikut
1. Problem fisik Berkaitan dengan kondisi (penyakit terminalnya) : nyeri,
perubahan berbagai fungsi sistem tubuh, perubahan tampilan fisik.
2. Problem psikologis (ketidakberdayaan) Kehilangan kontrol,
ketergantungan, kehilangan diri dan harapan.
3. Problem sosial Isolasi dan keterasingan, perpisahan.
4. Problem spiritual. Kehilangan harapan dan perencanaan saat ajal tiba
5. Ketidak-sesuaian Antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan
yang didapat (dokter, perawat, keluarga, dsb).
 Perawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal
1. Kebutuhan Seseorang dengan Penyakit Terminal Seseorang dengan
penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan kehilangan.
Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut.
Komunikasi dengan  pasien penyakit terminal merupakan komunikasi
yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan tentang
penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang  proses berduka
dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perawat menggunakan konsep
komunikasi terapeutik. Saat  berkomunikasi dengan pasien dengan
kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari pasien. Dalam
menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi
terapeutik. Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan
pasien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik
membentuk dasar bagi intervensi pelayanan  paliatif. (Potter & Perry,
2009) Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan  jujur,
tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran
terbuka, serta amati respon verbal dan nonverbal pasien dan keluarga.
Saat berkomunikasi mungkin saja pasien akan menghindari topik
pembicaraan, diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal

8
tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi. Respon  berduka
yang normal seperti kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah,
membuat komunikasi menjadi sulit. Jika pasien memilih untuk tidak
mendiskusikan penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan
katakana bahwa pasien bisa kapan saja mengungkapkannya. Beberapa
pasien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan  pribadi atau
budaya, dan pasien lain ragu - ragu untuk mengungkapkan emosi
mereka karena orang lain akan meninggalkan mereka. (Potter & Perry,
2009) Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati
keputusannya akan membuat hubungan terapeutik dengan pasien
berkembang. Terkadang pasien perlu mengatasi berduka mereka
sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika pasien
ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat
yang tepat.
2. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal Tingkat
kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal menurut Stuart &
Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
 Closed Awareness Dalam hal ini pasien dan keluarga tidak
menyadari datangnya kematian, tidak tahu mengapa sakit dan
percaya akan sembuh.
 Mutual Pretense Dalam hal ini pasien, keluarga, team
kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal tetapi merasa tidak
nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang
dihadapi pasien. Ini berat bagi pasien karena tidak dapat
mengekspresikan kekuatannya.
 Open Awareness Pada kondisi ini pasien dan orang
disekitarnya tahu bahwa dia berada diambang kematian
sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada
tahap ini  pasien dapat dilibatkan untuk proses intervensi
keperawatan.
 Respon Pasien Terhadap Penyakit Terminal

9
- Menurut Stuart & Sundeen (2009) keadaan terminal dapat
menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi
respon kehilangan diantaranya adalah: Kehilangan kesehatan Respon
yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat  berupa : pasien
merasa takut, cemas, pandangan tidak realistis dan aktivitas terbatas.
- Kehilangan kemandirian Respon yang ditimbulkan dari kehilangan
kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai perilaku, bersifat
kekanak-kanakan dan ketergantungan
- Kehilangan situasi Pasien merasa kehilangan situasi yang dinikmati
sehari-hari  bersama keluarga dan kelompoknya
- Kehilangan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai
akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll
- Kehilangan fungsi fisik Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh
seperti pasien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
- Kehilangan fungsi mental Dampak yang dapat ditimbulkan dari
kehilangan fungsi mental seperti pasien mengalami kecemasan dan
depresi, tidak dapat  berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga
pasien tidak dapat berpikir secara rasional
- Kehilangan konsep diri Pasien dengan penyakit terminal merasa
dirinya  berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga pasien tidak
dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya.
Hal ini dapat mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah.
- Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga Contohnya : seorang
ayah yang memiliki peran dalam keluarga mencari nafkah akibat
penyakit teminalnya, ayah tesebut tidak dapat menjalankan peranya
tersebut.

B. KOMUNIKASI PADA KELOMPOK DAN MASSA


 Pengertian
Menurut De Vito (2011), adalah sekumpulan individu yang cukup kecil
untuk berkomunikasi dengan relatif mudah, yaitu para anggota saling
berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki

10
semacam organisasi atau struktur di antara mereka. Kelompok
mengembangkan norma-norma atau peraturan yang 205 mengidentifikasi apa
yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.
 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
keluarga, seperti yang akan di uraikan berikut ini :
- Citra diri dan citra orang lain Setiap orang mempunyai gambaran-
gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan
kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana
ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya,
bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di
sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan
persepsi orang.
- Suasana Psikologis Suasana Psikologis di akui mempengaruhi
komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam
keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
- Lingkungan Fisik Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan
kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi disekolah.
Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah
bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal.
Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat.
Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka
komunikasi yang berlangsung pun harus taat norma.
- Kepemimpinan Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai
peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam
keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang
pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan
berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan
tersebut
 Strategi Komunikasi Terapeutik pada Kelompok

11
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam
keluarga tercipta secara efektif yaitu :
- Respek Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai
(respectfull attitude). Adanya penghargaan biasanya akan
menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi.
Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun
akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua
atau orang di sekitanya.
- Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi
dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati
adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain,
sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Mendengarkan di sini
tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan
perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan
keterbukaan dalam keluarga.
- Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang
bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa
tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk
ke dalam komunikasi yang audibel ini.
- Jelas Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak
menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan
transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orangtua harus
berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu
caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat
tingkatan usia).
- Tepat Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang
diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya
- Rendah Hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih
tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap

12
rendah hati ini maka lawan diskusi kita memjadi lebih terbuka,
sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.

 Hambatan Dalam Komunikasi


- Konflik Peran
- Usia
- Pendidikan
- Ekonomi
- Budaya
- Bahasa

13
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa klien kronik dan terminal
adalah pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau pasien
menjalang kematian. Dengan alasan tersebut mungkin membuat pasien mudah
menyerah dan tida bersemangat untuk melanjutkan hidupnya. Untuk itu alangkah
baiknya kita dapat memberikan pengertian dan penjelasan dengan baik dan benar
serta tidak melupakan fakta yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
dan Penyakit kronik dan terminal. Jakarta: Depkes RI

Pertiwi, M. Restu, dkk. 2021. Komunikasi Teraupetik dalam Kesehatan.


Yogyakarta : Rizmedia.

15

Anda mungkin juga menyukai