Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN ANAK II

TUGAS MANDIRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : NILAM SARI


NIM : 70300116056
KELAS : KEPERAWATAN B

DOSEN MATA KULIAH :

Dr. ARBIANINGSIH,S.Kep,Ns.M,Kes.

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat

serta karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan

salam kami ucapkan kepada nabi Muhammad SAW.

Sekiranya dalam makalah ini banyak kekurangan, kami

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

kepada pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Samata, 25 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................
Daftar Isi ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Penyakit Kronik Pada Anak………………………………………..
B. Trend perawatan Anak Dengan Penyakit Kronis Di Dunia Dan Di
Indonesia………………………………………………………………………
C. Dampak Keberadaan Anak Dengan penyakit Kronik Terhadap Anak,
Orang Tua, Sibling, Dan Dampak Lainnya Yang Terkait…………………
D. Manajemen Asuhan Keperawatan Yang Tepat Diberikan Pada Anak
Dengan Penyakit Kronis …………………………………………................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................
B. saran …………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah

kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang

membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Berdasarkan data WHO,

prevalensi penyakit kronik di dunia mencapai 70% dari kasus yang

menyebabkan kematian. Presentase ini akan semakin meningkat dari

tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup,

mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stress

yang tinggi. Diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 150 juta orang akan

terkena penyakit kronis. Jenis penyakit kronik yang menyebabkan

kematian adalah penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit paru obstruksi

kronik, hipertensi dan diabetes mellitus.

Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan

psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien

dengan penyakit neurologi seperti epilepsi mempunyai risiko gangguan

psikiatri 5,8 kali lebih besar dibandingkan populasi umum. Sedangkan

pada pasien dengan penyakit kronis non-neurologi risikonya 2 kali lebih

besar dibandingkan populasi umum (Glazebook et al., 2003).

Penyakit kronis memerlukan terapi obat seumur hidup termasuk

perubahan gaya hidup. Obat-obat yang digunakan berfungsi tidak untuk

menyembuhkan namun untuk meningkatkan kualitas hidup dan

mencegah terjadinya komplikasi. Terapi seumur hidup dengan

menggunakan obat tentu akan meningkatkan risiko terjadinya efek


samping obat dan interaksi dengan obat penyakit lain atau obat bebas

yang mungkin digunakan oleh pasien. (Handayani dkk, 2006).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Definisi Penyakit Kronis Pada Anak ?

2. Bagaimana Trend perawatan Anak Dengan Penyakit Kronis Di Dunia

Dan Di Indonesia ?

3. Bagaimana Dampak Keberadaan Anak Denganpenyakit Kronik

Terhadap Anak, Orang Tua, Sibling, Dan Dampak Lainnya Yang

Terkait?

4. Bagaimana Manajemen Asuhan Keperawatan Yang Tepat Diberikan

Pada Anak Dengan Penyakit Kronis ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi penyakkit kronis.

2. Mengetahui trend keberadaan anak dengan penyakit kronis di dunia

dan di Indonesia.

3. Mengetahui dampak keberadaan anak denganpenyakit kronik

terhadap anak, orang tua, sibling, dan dampak lainnya yang terkait.

4. Mengetahui manajemen asuhan keperawatan yang tepat diberikan

pada anak dengan penyakit kronis.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi penyakit kronis pada anak


Penyakit kronis didefinisikan WHO sebagai penyakit dengan durasi
yang lama dan biasanya menunjukkan progesifitas yang lambat (Singh,
2008). Penyakit kronis memerlukan terapi obat seumur hidup termasuk
perubahan pola hidup (Handayani dkk., 2006).
Penyakit kronis adalah Keadaan yang berlangsung selama
sekurangnya 6 bulan memerlukan monitoring jangka panjang dan
manajemen untuk mengontrol gejala dan pengaruh dari perjalanan
penyakit (Bowden & Greenberg, 2014)
Mattson (dalam Bradford, 2002) menjelaskan bahwa penyakit
kronis adalah suatu penyakit menahun yang dapat berlangsung lama dan
fatal, penyakit ini diasosiasikan dengan kerusakan atau penurunan fungsi
fisik dan mental. Salah satu jenis penyakit kronis yang merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia, terutama pada negara
berkembang, adalah penyakit jantung (WHO, 2013).
Ada 4 jenis penyakit kronis utama, yaitu penyakit kardiovaskular
(jantung koroner dan stroke), kanker, diabetes melitus, dan pernafasan
kronis (asma dan PPOK) (WHO, 2002). Tidak seperti penyakit akut yang
dirawat baik pada rawat jalan maupun rawat inap, pasien dengan penyakit
kronis membutuhkan pemantauan outcome dan kualitas hidup pasien,
follow-up, pengobatan dengan jangka waktu yang panjang dan perubahan
pada gaya hidup untuk menunjang pengobatan yang dijalani (Lewis dkk.,
1997).
Penyebab terjadinya penyakit kronis
1. Genetik atau diturunkan
2. Defek kongenital atau insult pada janin selama perkembangan fetus
3. Insult atau injury saat kelahiran atau perawatan setelah lahir
4. Kondisi yang karena injury atau kondisi medis akut dan masalah
kesehatan mental. (Ball, Bindler & Cowen, 2010).
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik
mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah :
1. Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
Contoh penyakit jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan
menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan
kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis.
Contoh Kondisi Yang Memerlukan Perawatan Khusus

Kategori Kebutuhan Khusus Contoh kondisi kesehatan kronis


Ketergantungan pada medikasi atau DM, asthma, phenylketonuria,
diet khusus transplantasi organ, cystic fibrosis
Ketergantungan pada teknologi Gagal ginjal, bronchopulmonary
medis dysplasia
Peningkatan penggunaan pelayanan Kanker, sickle cell, disease, cystic
kesehatan fibrosis
Keterbatasan fungsi Down syndrome, brain injury,
autism, cerebral palsy
(Ball, Bindler & Cowen, 2010).
B. Trend perawatan Anak Dengan Penyakit Kronis Di Dunia Dan Di
Indonesia
Penyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan serius dan
penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2008, penyakit kronis
menyebabkan kematian pada 36 juta orang di seluruh dunia atau setara
dengan 36 % jumlah kematian di dunia (WHO, 2013). Berdasarkan hasil
temuan Riskesdas pada tahun 2013, penyakit kronis merupakan sepuluh
penyebab utama kematian di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2013)
Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di
negara-negara berkembang.Pada negara-negara berkembang lainnya,
kematian dan kecacatan dari penyakit kronis sekarang persentasenya
melebihi dari penyakit-penyakit menular yang terdiri dari 49%,
dibandingkandengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11% untuk
cedera. Dominasi penyakit kronis diNegara berkembang ini tidak juga
diakui kalangan ahli kesehatan (Nugent, 2008).
Ada beberapa trend perawatan anak dengan penyakit kronis antara
lain :
1. DEVELOPMENTAL FOCUS
Berfokus pada tingkat perkembangan anak bukan usia
kronologis atau diagnosis menekankan pada kemampuan dan
kekuatan anak bukan keterbatasannya. perhatian diarahkan untuk
normalisasi pengalaman, mengadaptasi lingkungan, dan
meningkatkan keterampilan koping (Hockenberry dan Wilson, 2011).
Peran perawat mengarahkan perhatian dari kondisi patologis
dengan fokus pada kelemahan dan masalah pada anak ke
perkembangan & pemenuhan kebutuhan unik dari anak dan keluarga
serta memperhatikan perkembangan keluarga (Hockenberry dan
Wilson, 2011).
Berdasarkan artikel yang dimuat oleh University of Michigan
Health System (2012), terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
pemahaman anak terhadap kondisi kronis yang dialami. Faktor
terbesar yang mempengaruhi adalah tahapan perkembangan anak.
Infant dan Toddlers : tahapan perkembangannya adalah mulai
membangun rasa percaya dan rasa aman. Pengalaman nyeri akibat
tindakan medis, pembatasan pergerakan, dan perpisahan dengan
orang tua akan berdampak pada tahapan perkembangannya.
Mengetahui tahapan perkembangan anak memudahkan perawat untuk
menyusun intervensi yang tepat misalnya melibatkan orang tua dalam
tindakan medis, memberikan kesempatan kepada orang tua untuk
menemani anak selama di RS, dll. Dan akan berbeda lagi dampaknya
pada anak usia pra sekolah dan sekolah.
2. PERKEMBANGAN KELUARGA
Perkembangan keluarga mencerminkan perubahan usia dan
kebutuhan anggota keluarga. Memiliki anggota keluarga dengan
penyakit serius atau cacat yang akan menyebabkan stres atau krisis
pada setiap tahap siklus hidup keluarga sehingga Perkembangan
keluarga terganggu atau mundur ke tingkat fungsinya. Perlu konsep
perkembangan keluarga untuk merencanakan intervensi yang berarti
dan mengevaluasi hasil perawatan
3. FAMILY CENTERED CARE
Orang tua yang memiliki anak yang menderita penyakit kronik
mempunyai tanggung jawab yang kompleks dan komprehensif dalam
merawat anak di rumah sakit dan di rumah. Tujuan perawatan adalah
meminimalkan manifestasi dari penyakit dan meningkatkan kognitif,
fisik dan psikososial anak melalui pendekatan family centered care
(Hockenberry dan Wilson, 2007)
Menurut Ferro dan Boyle (2015), anak dengan penyakit fisik
yang kronik menimbulkan gejala depresi pada ibu dan disfungsi
keluarga, menurunkan harga diri anak sehingga menyebabkan
ansietas dan depresi pada anak. Studi tersebut mendukung
pendekatan family centered care untuk meminimalkan beban pada
keluarga serta mendukung peningkatan perkembangan psikologis
anak.
Dalam mengintegrasikan FCC didalam praktik, yang harus
dilakukan perawat:
a. Mengakui dan menghormati keputusan & kekuatan keluarga.
b. Mengembangkan kompetensi keluarga dan kepercayaan diri dalam
merawat anak.
c. Memberdayakan keluarga untuk mendukung anak ketika
berhadapan dengan sistem pelayanan kesehatan.
Untuk membina BHSP maka perlu: kolaborasi, konsisten dalam
sharing informasi tentang penyakit, bertanggung jawab serta
pengambilan keputusan. (Vessey dan Mebane (2000) dalam
Hockenberry dan Wilson (2007)).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kieckhefer et al., (2014),
menerapkan program edukasi Building on Family Strenghts (BFS) bagi
orang tua anak dengan berbagai macam kondisi kronik, hasilnya
program ini dapat meningkatkan koping orang tua dalam menghadapi
dan me manage anak dengan kondisi kronik.
4. NORMALISASI
Strategi kognitif dan perilaku yang digunakan oleh keluarga
yang memiliki anak dengan penyakit kronik untuk terlihat hidup secara
normal. Perawat perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan keluarga,
memberikan dukungan dan terbuka tentang kondisi dan pengobatan
anak, aktif dalam melibatkan keluarga dalam semua aspek perawatan
anak.
Beberapa petunjuk dalam meningkatkan normalisasi pada anak
meliputi:
a. Persiapan
b. Partisipasi
c. Sharing
d. Kontrol
e. Harapan
f. Sikap positif (Hockenberry dan Wilson, 2007).
5. HOME CARE
Trend anak dengan penyakit kronik KRS sedini mungkin untuk
kembali ke keluarga dan komunitas, sehingga perlu home care.
Tujuan home care:
a. Normalisasi
b. Menurunkan dampak kondisi anak terhadap keluarga
c. Mendorong tumbuh kembang maksimal (Hockenberry & Wilson,
2011).
Home care meningkatkan QOL (Quaity of Life) Kirvassilis
(2015) dalam jurnal berjudul Technology depended children with
chronic respiratory problems. Do they benefit from home care?
menyebutkan bahwa kualitas hidup anak dengan penyakit kronik dan
tergantung pada alat bantu pernapasan meningkat secara signifikan
setalah melakukan home care.
6. MAINSTREAMING
Proses integrasi anak dengan kebutuhan khusus pada sekolah
regular serta Membersamakan anak luar biasa (anak dengan
kebutuhan khusus) dengan anak normal lain, tidak terpisah dengan
lingkungan yang normal. Dan Disesuaikan dengan kadar
kecacatannya apakah akan dilakukan intergrasi total atau partial.
Dimana Integrasi total adalah dilakukan secara penuh sebagai
anggota baik di dalam maupun di luar kelas dengan bantuan sesuai
dengan kebutuhan anak. Sedangkan Integrasi partial adalah dengan
mengikuti kegaiatan tertentu saja. (Hockenberry, 2011) dan (Purwanto,
2002)
Dalam sebuah penelitian oleh Cole, Waldron, & Majd, 2004
menyebutkan bahwa anak dengan disabilitas yang menjalani inklusif
menunjukkan hasil yang lebih baik dalam membaca dan matematika
dibandingkan dengn anak diasabilitas yang menjalani pendidikan
terpisah (SLB)
7. EARLY INTERVENTION
Early intervention adalah upaya yang dilakukan secara
sistematis dan terus menerus untuk membantu anak dengan
kebutuhan khusus dan rentan terhadap keterlambatan dalam
pertumbuhan sejak lahir sampai usia 3 tahun (Hockenberry dan Wison,
2011).
Early intervention harus melibatkan seluruh disiplin ilmu
kesehatan (dokter, perawat, terapist, nutritionist, dll) dan Keluarga,
dimana keluarga adalah bagian dari anggota tim kesehatan
multidisiplin
Early intervention bertujuan untuk memberikan dukungan dan
dorongan bagi keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan
khusus.
Komponen dalam early intervention antara lain :
a. Kemampuan dan kekuatan seluruh anggota keluarga
b. prioritas tujuan
c. Memberikan pelayanan
d. Adanya case manager
e. Menyiapkan anak masuk usia pra sekolah
Peran perawat dalam early intervention adalah Melakukan
pengkajian dan identifikasi dini terhadap anak dengan resiko
disabilitas baik dalam tatanan multidisiplin ilmu maupun sebagai case
manager (Hockenberry dan Wison, 2011).
Jenis early intervention
a. occupational therapy
b. physical therapy
c. speech therapy
d. special education seperti pendidikan untuk anak tuli
e. vision therapy
f. social work
g. nutrition
8. MANAGE CARE
Manage care membutuhkan perawatan kesehatan yang khusus
sehingga perlu pengelolaan perawatannya.
Pelaksanaan pengelolaan perawatan anak dengan kondisi
kronis berbeda dengan pengelolaan perawatan usia dewasa dengan
kondisi kronis, yakni:
a. Perkembangan anak bersifat dinamis sehingga berpengaruh pada
kebutuhan anak yang lebih bervariasi sesuai dengan tahapan
perkembangan yang dilaluinya dan juga terdapat perubahan
terhadap prioritas tujuan pada setiap tahapan perkembangannya.
Perkembangan dan status kesehatan anak masih sangat
tergantung pada kondisi sosioekonomi keluarga.
b. Prevalensi dan epidemiologi anak secara umum lebih banyak
menunjukkan kondisi kronis yang tidak biasa bila dibandingkan
dengan angka kejadian kondisi kronis pada usia dewasa.
Fokus utama manage care yaitu :
a. akses untuk mendapatkan perawatan
b. penggunaan pelayanan kesehatan
c. kualitas pelayanan kesehatan
d. kepuasan terhadap perawatan yang diterima
e. pembiayaan perawatan
f. status kesehatan
g. dampak terhadap keluarga.
Contohya adalah menjamin anak mendapatkan perawatan yang
dibutuhkan (misal: diikutsertakan dalam asuransi kesehatan)
Penelitian yang dilakukan oleh Szilagyi (2007) dilakukan untuk
mengetahui dampak program asuransi kesehatan New York terhadap
perawatan kesehatan pada anak dengan kebutuhan perawatan
khusus.
Hasilnya menunjukkan bahwa angka kejadian tidak
terpenuhinya kebutuhan anak akan resep obat menurun 3x lipat
setelah anak didaftarkan pada asuransi kesehatan dan terpenuhinya
perawatan khusus untuk anak meningkat 4 kali lipat. Kesimpulan yang
dapat ditarik bahwa asuransi kesehatan memperbaiki perawatan
medis untuk anak dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus.

C. Dampak Keberadaan Anak Dengan penyakit Kronik Terhadap Anak,


Orang Tua, Sibling, Dan Dampak Lainnya Yang Terkait
1. Dampak keberadaan anak dengan penyakit kronik pada anak
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap
klien diantaranya adalah :
a) Dampak psikologis Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, yaitu
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
b) Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh
tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai
dengan keadaan penyakitnya.
Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik Penyakit kronik dan
keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
SosialSpritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih
dan kartina, 2009)
a) Kehilangan kesehatan Respon yang ditimbulkan dari
kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut , cemas
dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b) Kehilangan kemandirian Respon yang ditimbulkan dari
kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai
perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c) Kehilangan situasi Klen merasa kehilangan situasi yang
dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya
d) Kehilangan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman muncul
sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll
e) Kehilangan fungsi fisik Contoh dampak kehilangan fungsi organ
tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui
hemodialisa
f) Kehilangan fungsi mental Dampak yang dapat ditimbulkan dari
kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami kecemasan
dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g) Kehilangan konsep diri Klien dengan penyakit kronik merasa
dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien
tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri
dan harga diri rendah
h) Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
2. Dampak keberadaan anak dengan penyakit kronik pada orang tua
Dampak dari keberadaan anak dengan penyakit kronik yaitu
dapat menyebabkan Orang tua merasa berduka karena kehilangan
seorang anak yang sempurna, merasa tidak mendapatkan
penghargaan dan merasa gagal (Wong, 2001).
Kondisi yang menjadi Sumber Stressor Pada Orang tua dengan
keberadaan anak yang mengalami penyakit kronik antara lain :
a. Kebutuhan pelayanan kesehatan yang terus menerus
b. Transisi perkembangan
c. Perburukan penyakit
d. Hospitalisasi (Melynk et al,2001 dalam George & Margaret, 2007).
Respon Orang tua terhadap anak dengan penyakit kronis
a. Stress
b. Shock
c. Tidak percaya
d. Menyangkal/ denial
e. Marah
f. Merasa bersalah
g. Harga diri rendah
h. Kehilangan kepercayaan
i. Berduka (Bendel et al, 1994 ; Eakes,1995; Vikers, 2005, 2005
,2006 dalam George & Margaret, 2007)
Dampak pada Orang tua yang bekerja antara lain :
a. Mengatur ulang jadwal kerja
b. mengurangi jam kerja
c. bahkan berhenti bekerja. (Hirst, 1985; Barret & Boyce, 1995;
Fredman et al 1995 ;Leiter et al, 2004; Vickers,2006 dalam George
& Margaret, 2007)
Vittoria (2013) menyatakan orangtua yang memiliki anak
dengan epilepsi dan kondisi neurologis lain hidup dengan perasaan
yang tidak pasti terus menerus.
3. Dampak keberadaan anak dengan penyakit kronik pada sibling
Sibling dapat menunjukkan respon emosional beragam dan
dengan cara yang juga beragam terhadap kondisi kronik yang dialami
saudaranya, dari rentang negatif sampai positif
Respon sibling terhadap keberadaan anak dengan penyakit
kronik
Respon negative :
a. Cemburu
b. perasaan benci
c. marah
d. depresi
e. keputusasaan
f. harga diri rendah
g. hubungan tidak baik dengan teman sebaya
h. prestasi sekolah menurun
Respon positif
a. Menunjukkan perkembangan emosi, wawasan
b. perbaikan perilaku
c. peningkatan tanggung jawab, mandiri, matang,
d. toleransi terhadap perbedaan. (Ball, Bindler & Cowen, 2012).
Sibling yang sehat perlu informasi tentang kondisi siblingnya.
Informasi ini harus diberikan pada usia yang tepat. Sibling yang sehat
juga dapat diarahkan untuk berpartisipasi dalam perawatan yang
dilakukan pada sibling dengan kondisi kronik
Dukungan terhadap orang tua dan sibling dengan anak penyakit
kronik
a. Agar keluarga dapat menghadapi tekanan dengan penyesuaian
optimal terhadap kondisi anak, masingmasing anggota harus
didukung secara individu sehingga sistem keluarga kuat (Wong,
2002)
b. Sibling pada anak dengan penyakit kronik butuh dukungan orang
tua untuk menyesuaikan diri dan koping mereka, dan perawat
dapat membantu orang tua untuk mengetahui kebutuhan sibling
tersebut (Ball, Bindler & Cowen, 2012).

D. Manajemen Asuhan Keperawatan Yang Tepat Diberikan Pada Anak


Dengan Penyakit Kronis
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi
proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan
(Purwaningsih dan kartina, 2009).
1. Pengkajian
a) Pengkajian terhadap klien
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Respon emosi klien
2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
b) Pengkajian terhadap keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Respon keluarga terhadap klien
2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) Kapasitas dan system pendukung yang ada
5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan
fungsional
6) Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan
dan perubahan yang terjadi
c) Pengkajian terhadap lingkungan
1) Sumber daya yang ada
2) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4) Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan
kesempatan kerja
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari
proses pengkajian klien dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih
dan kartina, 2009) :
a) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan penyakit terminal dan ancaman kematian
b) Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan
kehilangan dan perubahan
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang
dialami
d) Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
e) Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di
hargai
3. Perencanaan/ intervensi keperawatan
Tujuan dan intervensi yang dilakukan terhadap klien dengan
penyakit kronik adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :
Tujuan :
a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap
kenyataan
b. Klien mau membina hubungan dengan keluarga dan petugas
c. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini
Intervensi terhadap klien :
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
cemas, marah frustasi, dan depresi
b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif
c. Berikan informasi yang benar dan jujur
d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
e. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan
Intervensi terhadap keluarga :
a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya
b. Beri informasi tentang klien dan keluarga secara jelas
c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan klien
d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian pada
klien
e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien
f. Optimalkan sumber daya yang ada
g. Beri informasi tentang penyakit yang jelas
h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses
penyembuhan
i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan
kondisi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit

berlangsung lama sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan

sering kambuh, sedangkanpenyakit terminal merupakan penyakit

progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti

penyakit jantung,dan kanker

Penyakit kronis adalah Keadaan yang berlangsung selama

sekurangnya 6 bulan memerlukan monitoring jangka panjang dan

manajemen untuk mengontrol gejala dan pengaruh dari perjalanan

penyakit (Bowden & Greenberg, 2014)

Penyebab terjadinya penyakit kronis

I. Genetik atau diturunkan

II. Defek kongenital atau insult pada janin selama perkembangan

fetus

III. Insult atau injury saat kelahiran atau perawatan setelah lahir
IV. Kondisi yang karena injury atau kondisi medis akut dan masalah

kesehatan mental. (Ball, Bindler & Cowen, 2010).

B. Saran

Setelah membuat kesimpulan dari seluruh pembahasan kami

hendak menyampaikan saran agar Perawat memahami apa yang dialami

klien dengan penyakit kronis.


DAFTAR PUSTAKA

Ball, JW., Bindler, RC & Cowen, KJ. (2012). Principles of Pediatric Nursing_
Caring for Children , 5th Edition. New Jersey:Pearson Education.

Bowden, V., R., & Greenberg, C., S., (2014). Children and their families: The
continuum of nursing care. (3rd ed).

Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infant and
children. (8th ed). St.Louis: Mosby Elsevier

------------------------------------------ (2011). Wong’s nursing care of infant and


children (ed. 9). Missouri: Elsevier mosby

Kieckhefer, G. M., Trahms, C. M., Churchill, S. S., Kratz, L., Uding, N., &
Villareale, N. (2014). A randomized clinical trial of the building on
family strengths program: An education program for parents of children
with chronic health conditions. Maternal and Child Health Journal,
18(3), 563-74. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10995-013-1273-2

Kirvassilis, F., Chrysochou, E., Hatziagorou, E., Tsanakass, J. (2015).


Technology depended children with chronic respiratory problems. Do
they benefit from home care?. European respiratory journal. 46(59).
DOI: 10.1183/13993003

Purwaningsih, Wahyu dan Ina Karlina. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Szilagyi, P. G., Shone, L. P., Klein, J. D., Bajorska, A., & Dick, A. W. (2007).
Improved health care among children with special health care needs
after enrollment into the state children's health insurance program.
Ambulatory Pediatrics, 7(1), 10-7. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/208561809?accountid=17242
Whaley’s dan Wong, (2001). Psikologi Pekembangan Anak dan Remaja.
Bandung : Remaja rosdakarya.

WHO. 2013. About Cardiovascular diseases. World Health Organization.


Geneva. Cited July 15th 2014. Available from URL :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/ accessed
on.

Anda mungkin juga menyukai