DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6A
1. Akbar Herlambang
2. friska marshanda
3. Muhammad Fachri
6. Shofiea Hkhr
7. Wulan Dari
DOSEN PENGAMPU
Ns.Agung Riyadi S.Kep.,M.Kep
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas yang berjudul "Askep Agregat
Penyakit Kronis" ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Adapun isi dari makalah
ini yaitu menjelaskan tentang askep agregat penyakit kronis. Penulis berterima kasih kepada
Ns.Agung Riyadi S.Kep.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-
mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah
ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan Makalah.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
A. Konsep Penyakit Kronik Hipertensi Pada Lansia.............................................................6
1. Konsep Penyakit Kronik.............................................................................................6
2. Etiologi Penyakit Kronik............................................................................................7
3. Fase Penyakit Kronik..................................................................................................7
4. Pembagian Berdasarkan Populasi Pada Penyakit Kronik...........................................8
5. Kategori Penyakit Kronik...........................................................................................9
6. Tanda Dan Gejala Penyakit Kronik.............................................................................9
7. Pencegahan Penyakit Kronik......................................................................................9
8. Penatalaksanaan..........................................................................................................11
9. Sifat Penyakit Kronik..................................................................................................12
10. Penyakit Kronik Hipertensi.........................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................18
A. Pengkajian.........................................................................................................................18
B. Skoring..............................................................................................................................25
C. Analisa Data......................................................................................................................26
D. Diagnosa............................................................................................................................27
E. Intervensi...........................................................................................................................27
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................................34
A. Kesimpulan.......................................................................................................................34
B. Saran..................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................35
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit kronik?
2. Bagaimana penyakit kronik pada lansia?
3. Bagaimana dampak penyakit kronik pada lingkungan?
4. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan penyakit Hipertensi?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep penyakit kronik
2. Untuk mengetahui penyakit kronik pada lansia
3. Untuk mengetahui aspek yang harus dikaji
4. Untuk mengtahui dampak penyakit kronik pada lingkungan
5. Untuk mengetahui analisa data dan identifikasi masalah
6. Untuk mengetahui askep komunitas dengan hipertensi
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Etiologi Penyakit Kronis
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kalangan maupun kelompok usiatingkat
sosial ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang
bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsiterutama muskuloskeletal dan organ-organ
penginderaanAda banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi
masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir diseluruh negaradiantaranya kemajuan
dalam bidang kedokteran modern yang mengarah pada menurunnya angka kematian dari
penyakit infeksi dan kondisi serius lainnyanutrisi yang membaik dan peraturan yang
mengatur keselamatan ditempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama,
dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan
insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare2010)
Kemajuan dalam teknologi perawatan dan farmakologi telah memperpanjang
rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang
mendasariMeskipun teknologi dapat menyembuhkan hidup, teknologi juga dapat
mengakibatkan masalah-masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang
dirancang untuk menyembuhkannya. Sebagai contoh teknologi sangat meningkatkan
angka bertahan hidup bayi prematur namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga
membuat mereka. rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator
dan kebutaan (SutjahjoAri2015).
7
Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat
pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa
yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau
cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual
8
inap. Pada kasus ini didapatkan sekitar 5% dari pasien (The health Service Executive,
2011).
9
pengaruh yang lebih membahayakanTerdapat tiga tingkat pencegahanyaitu pencegahan
primersekunder dan tersier (Asmadi2008)
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi
patogenikTujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan traumaSecara umum,
pencegahan primer meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (specific protection). Promosi kesehatan dapat dilakukan
melalui beberapa caraantara lain pendidikan kesehatanpeningkatan gizi yang tepat
pengawasan,pertumbuhan individu, konseling pernikahan, dan pemeriksaan
kesehatan berkala. Perlindungan khusus dilakukan melalui upaya imunisasi, hygiene
personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment
allergic, dan nutrisi khusus (misnutrisi untuk ibu hamilnutrisi untuk bayi) dan
lainnya (Asmadi2008).
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut (Siti Maryam dkk, 2008):
a) Program imunisasi misalnya vaksin influenza beralkohol
b) Konseling berhenti merokok dan minuman
c) Dukungan nutrisi
d) Exercise
e) Keamanan di dalam dan sekitar rumah
f) Manajemen stress
g) Penggunaan medikasi yang tepat
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase awal
patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan intervensi segera guna
menghentikan penyakit pada tahap dini, mencegah penyebaran penyakit,
menurunkan intensitas penyakit atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat
fase ketidakmampuan. Pencegahan sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis
dini/penanganan segera, seperti penemuan kasus, survey penapisan, pemeriksaan
selektif (Asmadi, 2008).
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut (Siti
Maryam dkk, 2008):
10
a) Kontrol hipertensi
b) Deteksi dan pengobatan kanker
c) Screening: pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain
lain.
3.) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah atau membatasi
ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat
berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan ini antara lain dilakukan melalui
upaya pembatasan ketidakmampuan (disability limitation) dan rehabilitasi. Untuk
pembatasan ketidakmampuan, langkah yang bisa diambil adalah pelatihan tentang
cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang
dilakukan, antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan keadaannya
(selective places), terapi kerja, dan pembentukan kelompok paguyuban khusus bagi
klien yang memiliki kondisi yang sama (Asmadi, 2008).
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut (Siti Maryam
dkk, 2008):
a) Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan
membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronisMisalnya osteoporosis
atau inkontinensia urine atau fekal.
8. Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas.
Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan 10 penatalaksanaan teratur untuk
menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008).
11
9. Sifat Penyakit Kronis
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
1) Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung
2) Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu Contoh penyakit diabetes mellitus.
3) Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis.
B. Ptofisiologi hipertensi
Mekanisme pasti terjadinya hipertensi pada lansia belum sepenuhnya jelas terutama dari
ketuaan normal terhadap system kardiovaskuler meliputi perubahan Aorta dan pembuluh
darah system Mic penebalan dinding Aorta dan pembuluh nadi besar meningkatkan
Elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umurPerubahan ini menyebabkan penurunan
compliance Aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan Resistensi vascular Ferry
fairSensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur.
Perubahan mekanisme Refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya
variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus Penurunan
12
sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan Refleks Pastural, yang
mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.
2) Faktor yang dapat dimodifikasi yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia:
a. Obesitas.
Hipertensi dan obesitas merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara
aktivitas Metabolik dan neurohormonal, dengan perubahan Resistensi insuli in
yang dihasilkan oleh sistem Renin Angiotensin Aldosteron sistem dan aktivitas
13
saraf simpatis yang menyebabkan hipertensi pada individu dengan berat badan
berlebih atau obesitas.
b. Stress
Merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi pada kelompok lanjut usia, yakni
lansia yang mengalami stres mempunyai resiko untuk menderita hipertensi 2043
kali lebih besar dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami stresKetika
memasuki usia lansia akan memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi dan
stressTersebut dapat disebabkan oleh status pekerjaan dan pendapatan rendah
sehingga kurang mendapatkan pengobatan yang baik ketika seseorang menderita
hipertensi.
c. Nutrisi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asari (2017) dan penelitian dari
super Fi (2014) menunjukkan bahwa mengkonsumsi buah dan sayur yang
mengandung anti oksidan, serat, mineralkalium dan magnesium dapat mencegah
kerusakan pembuluh darah dan menangkap radikal bebasDijelaskan juga bahwa
mengkonsumsi lemak dapat meningkatkan penebalan dinding pembuluh darah
yang dapat meningkatkan tekanan darah begitupun dengan mengkonsumsi kopi dan
the, sedangkan mengkonsumsi natrium dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah perifer sehingga jantung membutuhkan usaha yang lebih untuk
memompakan darah, hal ini yang menimbulkan tekanan darah tinggi.
14
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepalapusing
b. Lemaskelelahan
c. Sesak nafas
d. Mual
e. Gelisah
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
15
F. Terapi pada Penyakit Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
1) Terapi nonfarmakologi Terapi nonfarmakologiMenerapkan gaya hidup sehat
bagi setiap orang sangatpenting untuk mencegah tekanan darah tinggi
danmerupakan bagian yang penting dalam penangananhipertensiSemua pasien
dengan prehipertensi danhipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidupModifikasi gaya hidup yang penting yang terlihatmenurunkan tekanan
darah adalah mengurangi beratbadan untuk individu yang obesitas atau
gemukmengadopsipola makan DASH Dietary Approach to StopHypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; dietrendah natriumaktifitas fisik; dan
mengkonsumsi alkoholsedikit sajaPada sejumlah pasien dengan
pengontrolantekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat
antihipertensimengurangi garam dan berat badan dapatmembebaskan pasien
dari menggunakan obat.Program diet yang mudah diterima adalah yang
didisainuntuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahanpada pasien yang
gemuk dan obes disertai pembatasanpemasukan natrium dan alkoholUntuk ini
diperlukanpendidikan ke pasiendan dorongan moril.
2) Terapi farmakologi
Terapi FamiakologiAda 9 kelas obat antihipertensiDiuretikpenyekat
beta,penghambat enzim konversi angiotensin (ACE),penghambat reseptor
angiotensin (ARB)dan antagoniskalsium dianggap sebagai obat antihipertensi
utamaObat-obat ini baik sendiri. atau dikombinasiatau digunakan untuk
mengobati mayoritas pasiendengan hipertensi karena bukti menunjukkan
keuntungandengan kelas obat iniBeberapa dari kelas obat ini(misalnya diuretik
dan antagonis kalsium) mempunyaisubkelas dimana perbedaan yang bermakna
dari studiterlihat dalam mekanisme kerjapenggunaan klinis atauefek
sampingPenyekat alfa, agonis alfa 2 sentral,penghambat adrenergikdan
vasodilator digunakansebagai obat alteranatif pada pasien-pasien
tertentudisamping obat utama,Terapi Kombinasi Rasional kombinasi obat
antihipertensi.
16
Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi padahipertensi dianjurkan:
a) Mempunyai efek aditif
b) Mempunyai efek sinergisme
c) Mempunyai sifat saling mengisi
d) Penumnan efek samping masing-masing obat
e) Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organtarget tertentu
f) Adanya"fixed dose combination" akan meningkatkankepatuhan pasien
(adherence)
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data tentang
kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan
komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang dilakukan, yaitu
pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan pendokumentasian data.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua bagian
yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda pengkajian
adalah individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson & McFarlane, 2011).
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering tetapi tidak tandus.
b. luas daerah : 9 Ha
c. Batas wilayah:
Utara : Desa Ngemplak
Barat: Desa Ngaglik
Selatan: RT 3 RW 6
Timur : Desa Gedong
2. Demografi
Jumlah penduduk : 410 jiwa
Jumlah KK : 40
18
a. Berdasarkan jenis kelamin
kelompok usia
132
100
88
70
20
19
c. Mobilitas penduduk: penduduk jarang dirumah ketika pagi dan siang hari karena bekerja,
sedangkan anak-anak sekolah.
d. Kepadatan penduduk: padat
Perguruan tinggi
TK
1% 13%
2% SMA
14% SMP
5% SD
Berhenti Sekolah
12% tidak tamat SD
23% tidak sekolah
tidak tamat SMP
12% tidak tamat SMA
5% 12%
f. perkerjaan
20
perkerjaan
Petani
25
Pedagang
131
Buruh
56
PNS
51
Pelajar
147
0 20 40 60 80 100 120 140 160
g. Agama
Agama
25%
Islam
kristen
75%
21
3. Lingkungan fisik
a. Perumahan:
type rumah
tembok 21 kk 52 , 5%
½ tembok 19 kk 47,5%
status rumah
Milik rumah sendiri 38 kk 95%
kontrak 2 kk 5%
b. Penerangan:
ventilasi
Memiliki ventilasi 30 kk 75%
Tidak ada ventilasi 10 kk 25%
22
PAM 10 kk 25%
Sumur 30 kk 75%
pengeloaan air minum
Selalu dimasak 15kk 37,5%
Kadang dimasak 10 kk 25%
Tidak perah dimasak 15kk 37,5%
e. jamban
Memiliki jamban 40 kk 100%
Tidak memiliki jamban 0 0
4. fasilitas umum
Sarana pendidikan
a. taman kanak-kanak : 1
b. jumlah SD : 1
Fasilitas kegiatan kelompok
a. Karang taruna: 1 kelompok
b. Pengajian : 1 kelompok
c. PKK : 2x/bulan
Sarana ibadah
a.jumlah masjid : 1
Sarana olahraga
a. Lapangan sepak bola : 1
Fasilitas kesehatan
23
a.puskesmas pembantu: 1
c.Sarana transportasi:
Sepeda ontel 2 5%
motor 29 72,5%
mobil 9 22,5%
d. Keadaan Jalan: Jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor.
6.Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat Ngemplak yang terdiri dari I RW dan 3 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. kontak tani : ada
24
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan
sekali.
8.Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata bersama-sama ke
suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader juga sering mengadakan
rekreasi bersama yang diharapkan dapat menengurangi stresor dan beban pikiran.
Distribusi penyakit
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan di desa ngaplak didapatkan data :
distribusi penyakit
tidak melakukan
pemeriksaan hipertensi
24% 30%
tidak memiliki
keluhan
12%
arthritis
DM 20%
13%
hipertensi arthritis DM
tidak memiliki keluhan tidak melakukan pemeriksaan
B. SKORING
25
Ancaman Kesehatan 2
Keadaaan Sejahtera 1
C. ANALISA DATA
26
ketua RW 6
mengatakan bahwa
rata-rata lansia yang
menderita hipertensi
DO :
1. Berdasarkan data
dari puskesmas pada
bulan Maret sampai
bulan Mei di desa
Ngemplak RW 6 31%
lansia menderita
hipertensi.
2. 31% kemampuan
lansia dalam
mengenali secara dini
penyakit hipertensi
kurang baik.
3. 31% warga yang
menderita hipertensi
tidak pernah
mendapatkan
penyuluhan tentang
hipertensi
D. DIAGNOSA
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan
E. INTERVENSI
27
DATA DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC
Masalah Domain 1 : Tujuan : Prevensi primer Prevensi primer;
Kesehatan Promosi Berkurangnya Domain IV Domain 3;
Resiko kesehatan perilaku beresiko Pengetahuan perilaku
peningkatan meningkatnya kesehatan dan
hipertensi pada Kelas 2 : hipertensi dan prilaku. Kelas S; Edukasi
lansia Manajemen meningkatnya klien
kesehatan efektifitas Kelas S ; 1. 5510 :
Hasil angket: 1. Defisiensi pemeliharaan Pengetahuan pendidikan
1. 85% kesehatan kesehatan pada kesehatan kesehatan (210)
kemampuan komunitas agregat resiko 2. 5520 :
lansia dalam (00215) meningkatnya Level 3 : memfasilitasi
mengenali08:56 hipertensi Intervensi pembelajaran
2. Perilaku 1. 1844 : (244)
kesehatan Pengetahuan; 3. 5604 :
secara dini
cenderung Manajemen sakit pengajaran
penyakit
berisiko (00188) akut. kelompok (372)
hipertensi kurang
4. 5618 :
baik.
3. Ketidak 2. 1803 : pengajaran
efektifan Pengetahuan; prosedur/tindakan
2. 40% warga
pemeliharaan Proses penyakit (371)
yang menderita
kesehatan
hipertensi tidak
(00099). 3. 1805 : Domain 4;
pernah
Pengetahuan; keamanan
mendapatkan
Perilaku sehat
penyuluhan
Domain 7;
tentang
4. 1823 : komunitas
hipertensi
Pengetahuan;
Promosi Kelas C; promosi
3. Berdasarkan
kesehatan kesehatan
data dari
komunitas
puskesmas pada
28
bulan Maret 5. 1854 :
sampai bulan Pengetahuan; Level 3 :
Mei di Desa Diet sehat intervensi
Ngemplak 45% 1. 7320 :
Lansia menderita 6. 1855 : manajemen kasus
hipertensi08:58 Pengetahuan; (113)
Gaya hidup sehat 2. 8599 :
pengembangan
kesehatan
masyarakat (129)
3. 8709 :
pengembangan
Prevensi program (313)
Sekunder 4. 8750 :
Domain IV pemasaran sosial
Pengetahuan di masyarakat
kesehatan dan (351)
prilaku
Kelas Q ;
perilaku sehat
Level 3 :
Intervensi Prevensi
1. 1600 : sekunder;
kepatuhan Domain 3 :
perilaku perilaku
2. 1621 :
kepatuhan Kelas O; terapi
perilaku; diet perilaku
sehat
29
3. 1602 : perilaku Level 3;
promosi intervensi
kesehatan 1. 4350 :
4. 1603 : manajemen
pencarian perilaku (92)
perilaku sehat 2. 4360 :
5. 1606 : modifikasi pelaku
pertisifasi dalam (95)
pengambilan
keputusan Kelas V;
perawatan manajemen
kesehatan resiko
6. 1608 : kontrol
gejala. Level 3;
intervensi
Kelas R; Health 1. 6486 :
beliefs manajemen
1. 1704 : Health lingkungan
beliefs; percieved keamanan (179)
thread
2. 1705 : Domain 6; sistem
orientasi kesehatan
kesehatan
Kelas Y; mediasi
Kelas FF; terhadap sistem
manajemen kesehatan
kesehatan 1. 7320 :
1. 3100 : manajemen kasus
manajemen (113)
individu; sakit 2. 7400 : panduan
akut sistem kesehatan
30
(212)
Kelas T; kontrol
resiko dan Kelas A;
keamanan manajemen
1. 1908 : deteksi sistem kesehatan
faktor resiko 1. 7620 :
pengontrolan
Domain V; berkala (132)
Kesehatan yang 2. 7726 :
dirasakan preceptor; peserta
didik(306)
Kelas U; 3. 7890 :
kesehatan dan transportasi; antar
kualitas hidup fasilitas
1. 2008 : status kesehatan
kenyamanan 4. 7880 :
2. 2006 : status manajemen
kesehatan teknologi (387)
individu
3. 2000 : kualitas Domain 6 :
hidup sistem kesehatan
4. 2005 : status
kesehatan peserta Kelas D;
didik manajemen
resiko komunitas
Kelas V; status 1. 6520 :
gejala sekrining
1. 2109 : kesehatan (213)
tingkatan ketidak
nyamanan
2. 1306 : nyeri;
31
tingkat respon
fisik
3. 2102 : level
nyeri
4. 2103 : Prevensi tersier
tingkatan gejala Domain 5;
keluarga
Kelas EE ;
kepuasan Kelas X :
terhadap perawatan siklus
perawatan kehidupan
1. 3014 : 1. 7140 :
kepuasan klien dukungan
2. 3015 : keluarga (193)
kepuasan 2. 7120 :
manajemen mobilisasi
kasus keluarga (190)
3. 3012 :
kepuasan Domain 6; sistem
terhadap kesehatan
pengajaran
4. 3003 : Kelas B;
kepuasan manajemen
keberlanjutan informasi
perawatan 1. 7910 :
5. 3016 : konsultasi (131)
kepuasan 2. 7920 :
manajemen nyeri dokumentasi
6. 3007 : (151)
kepuasan 3. 7980 :
lingkungan fisik pencatatan
32
7. 3011 : insidensi kasus
kepuasan klien; 4. 8080 : test
kontrol gejala diagnostik
5. 8100 : rujukan
Domain VI; (320)
Kesehatan
keluarga
Kelas Z; kualitas
hidup keluarga
1. 2606 : status
kesehatan
keluarga
Kelas X; Family
well being
1. 2600 : kopong
keluarga
2. 2602 :
fungsional
keluarga
3. 2606 : status
kesehatan
keluarga
4. 2605 :
artisifasi
keluarga dalam
perawatan
33
Prevensi tersier;
Domain VI;
Kesehatan
keluarga
Kelas Z; kualitas
hidup keluarga
1. 2605 :
partisifasi tim
kesehatan dalam
keluarga
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degenerative kardiovaskuler yang
paling banyak dialami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya.
Penyakit degenerative pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan
menambah beban finansial negara yang tidak sedikit dan akan Bkt kan kualitas hidup
lansia karena meningkatnva angka morbiditas bankan danat menyebahkan kematian.
34
Orang yang sudah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi yang di
derita diantaranya stroke,kebutaan, gagal ginjal dll.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas
medis sebalknya memberikan contoh mansyarakat untuk menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji
kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
35
Panti Werda Darma Bhakti Kelurahan Panjang Surakarta.
Jurnal Kesehatan, 10(1), 26-31.
http://journals.ums.ac.id/index.php/jk/article/view/5489/3571
Kuswardhani, R. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Journal of
Internal
Medicine, 7(2), 135-140.
Rumahorbo, L. J., Fanggidae, R. S., Pakpahan, M., & Purimahua, D. I. (2020).
Kajian Literatur:
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lansia [Literature
Review:
Factors That Aleel the Incidence o Hypertension in Rlderly . Arsing Current formal
Keperavatan. 8(1). 1. https://doi.org/10.19166/nc.v&il.2711
36