Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS

KESEHATAN KELOMPOK POPULASI PENYAKIT KRONIK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6A

1. Akbar Herlambang

2. friska marshanda

3. Muhammad Fachri

4. Rona Uli Arta S

5. Shandya Bella Amanda

6. Shofiea Hkhr

7. Wulan Dari

DOSEN PENGAMPU
Ns.Agung Riyadi S.Kep.,M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas yang berjudul "Askep Agregat
Penyakit Kronis" ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Adapun isi dari makalah
ini yaitu menjelaskan tentang askep agregat penyakit kronis. Penulis berterima kasih kepada
Ns.Agung Riyadi S.Kep.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-
mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah
ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Bengkulu, 10 Oktober 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan Makalah.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
A. Konsep Penyakit Kronik Hipertensi Pada Lansia.............................................................6
1. Konsep Penyakit Kronik.............................................................................................6
2. Etiologi Penyakit Kronik............................................................................................7
3. Fase Penyakit Kronik..................................................................................................7
4. Pembagian Berdasarkan Populasi Pada Penyakit Kronik...........................................8
5. Kategori Penyakit Kronik...........................................................................................9
6. Tanda Dan Gejala Penyakit Kronik.............................................................................9
7. Pencegahan Penyakit Kronik......................................................................................9
8. Penatalaksanaan..........................................................................................................11
9. Sifat Penyakit Kronik..................................................................................................12
10. Penyakit Kronik Hipertensi.........................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................18
A. Pengkajian.........................................................................................................................18
B. Skoring..............................................................................................................................25
C. Analisa Data......................................................................................................................26
D. Diagnosa............................................................................................................................27
E. Intervensi...........................................................................................................................27
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................................34
A. Kesimpulan.......................................................................................................................34
B. Saran..................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................35

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kronis menjadi fenomena yang banyak terjadi dikalangan masyarakat.


Penyakit kronis merupakan penyakit yang tidak menular dari satu orang ke orang lain, namun
memiliki durasi yang lama dan umumnya mengalami perkembangan yang lambatdiantaranya
adalah penyakit jantunghipertensistroke, kankerpenyakit pernafasan kronis dan diabetes
merupakan penyebab utama kematian di dunia mewakili 60% dari semua jumlah kematian
(WHO2017). Penyakit kronis diperkirakan telah menyumbang 46% dari beban penyakit
global pada tahun 2001dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 57% pada tahun
2020 (WHO2016).
Seiring berkembangnya jaman penyakit kronis tidak hanya diderita oleh lansia saja,
penyakit kronik dapat terjadi pada anak-anak, remaja dan lansia. Manusia seperti halnya
semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan
kematian. Perubahan-perubahan pada usia dan penerapan pola hidup yang tidak sehat dapat
menimbulkan berbaai penyakit kronik. Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan
penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering
kambuh. (Purwaningsih dan Karlina, 2009). Penyakit kronis menjadi fenomena yang banyak
terjadi dikalangan masyarakat. Penyakit kronis merupakan penyakit yang tidak menular dari
satu orang ke orang lain, namun memiliki durasi yang lama dan umumnya mengalami
perkembangan yang lambat, diantaranya adalah penyakit jantung, hipertensi, stroke, kanker,
penyakit pernafasan kronis dan diabetes merupakan penyebab utama kematian di dunia
mewakili 60% dari semua jumlah kematian (WHO, 2017). Penyakit kronis diperkirakan telah
menyumbang 46% dari beban penyakit global pada tahun 2001, dan angka ini diperkirakan
akan meningkat menjadi 57% pada tahun 2020 (WHO, 2016).

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit kronik?
2. Bagaimana penyakit kronik pada lansia?
3. Bagaimana dampak penyakit kronik pada lingkungan?
4. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan penyakit Hipertensi?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep penyakit kronik
2. Untuk mengetahui penyakit kronik pada lansia
3. Untuk mengetahui aspek yang harus dikaji
4. Untuk mengtahui dampak penyakit kronik pada lingkungan
5. Untuk mengetahui analisa data dan identifikasi masalah
6. Untuk mengetahui askep komunitas dengan hipertensi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Kronik Hipertensi Pada Lansia


1. Konsep Penyakit Kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun bertambah berat menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karlina,
2009). Seiring dengan perkembangan jaman, sering kali kita menemukan adanya anak dan
remaja yang menderita penyakit kronis yang tadinya hanya ditemukan pada orang dewasa
seperti misalnya penyakit diabetes mellitus, penyakit hipertensi dan penyakit jantung non-
kongenital. Adanya penyakit kronis pada anak dan remaja tidak hanya mempengaruhi
kesehatannya, tetapi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.Dengan
adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi penurunan kualitas hidup.
Penyakit Kronik pada Lansia Penuaan merupakan proses perubahan yang menyeluruh dan
spontan yang dimulai dari masa kanak-kanakpubertas, dewasa muda dan kemudian menurun
pada pertengahan sampai lanjut usia (lansia)Pada tahun 1971 jumlah lanjut usia di Indonesia
sebanyak 5,3 juta jiwa atau 4,48 persen dari jumlah total penduduk Indonesia, pada tahun 2000
meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%), dan pada tahun 2020 diperkirakan 28,8 juta jiwa
(11,34%). Peningkatan populasi lansia tentunya akan diikuti dengan peningkatan risiko untuk
menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit serebrovaskulerpenyakit jantung
koronerosteoartritis, penyakit musculoskeletaldan penyakit paruPada tahun 2000, di Amerika
Serikat diperkirakan 57 juta penduduk menderita berbagai penyakit kronis dan akan meningkat
menjadi 81 juta lansia padatahun 2020.
Sekitar 50-80% lansia yang berusia 65 tahun akan menderita lebih dari satu penyakit
kronis. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan jarang sembuh sempurna
Walau tidak semua penyakit kronis mengancam jiwa tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi
individu, keluarga, dan komunitas secara keseluruhanContoh penyakit kronis pada lansia
adalah diabetes melitus, hipertensi, TBC, kanker dan penyakit jantung. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) penyakit kronis mengambil sekitar 8,5 juta jiwa setiap tahunnya dan
menyebabkan sekitar 70 persen kematian dan kecacatan di dunia.

6
2. Etiologi Penyakit Kronis
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kalangan maupun kelompok usiatingkat
sosial ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang
bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsiterutama muskuloskeletal dan organ-organ
penginderaanAda banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi
masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir diseluruh negaradiantaranya kemajuan
dalam bidang kedokteran modern yang mengarah pada menurunnya angka kematian dari
penyakit infeksi dan kondisi serius lainnyanutrisi yang membaik dan peraturan yang
mengatur keselamatan ditempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama,
dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan
insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare2010)
Kemajuan dalam teknologi perawatan dan farmakologi telah memperpanjang
rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang
mendasariMeskipun teknologi dapat menyembuhkan hidup, teknologi juga dapat
mengakibatkan masalah-masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang
dirancang untuk menyembuhkannya. Sebagai contoh teknologi sangat meningkatkan
angka bertahan hidup bayi prematur namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga
membuat mereka. rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator
dan kebutaan (SutjahjoAri2015).

3. Fase penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu sebagai
berikut :
 Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor faktor genetik
atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis
 Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan
diagnostik.
 Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.

7
 Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
 Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat
pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
 Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa
yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
 Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
 Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
 Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau
cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual

4. Pembagian berdasarkan populasi pada penyakit kronis


Berdasarkan populasi pada penyakit kronis dapat dibagi menjadi tiga level yaitu sebagai
berikut:
 Level 1
Pada level ini didapatkan individu yang memiliki penyakit kronis yang dapat dikontrol
dengan baik oleh penderita sendiri dengan dukungan perawatan primer. Dalam level ini
didapatkan sekitar 80% dari pasien.
 Level 2
Pada level ini didapatkan individu dengan penyakit yang lebih kompleks. Mereka
mungkin memiliki penyakit satu atau lebih kronis dari berbagai tingkat keparahan,
tetapi tidak beresiko tinggi rawat inap, jika mereka dikelola dengan baik dimasyarakat.
Pada kasus inin didapatkan sekitar 15% dari penderita.
 Level 3
Pada level 3 ini didapatkan pada individu dengan kondisi kompleks, sering komplikasi,.
Mereka membutuhkan perawatan spesialis, intervensi intensif dan beresiko tinggi rawat

8
inap. Pada kasus ini didapatkan sekitar 5% dari pasien (The health Service Executive,
2011).

5. Kategori Penyakit Kronis


1) Lived with illnesses
Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya
selama hidup, dan biasanya mereka tidak mengalami kehidupan yang mengancam.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi
2) Mortal illnesses
Kategori penyakit ini secara jelas individu kehidupannya terancam dan individu yang
menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala dari penyakitnya dan
ancaman kematian. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker dan
penyakit kardiovaskular.
3) At risk illnesses
Kategori penyakit ini sangat berbeda dengan dua kategori sebelumnyaPada kategori
penyakit ini tidak menekankan pada penyakitnya tetapi pada resiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi, dan penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan hereditas. Conrad (1987, dikutip dari Christianson dkk1998
dadlam Siagian. Monica2018)

6. Tanda Dan Gejala Penyakit Kronis


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau
ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare2010).
Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit
pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil dan
warna kulit abnormal (Azidin2015).

7. Pencegahan Penyakit Kronis


Pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan
penyakitmemperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya

9
pengaruh yang lebih membahayakanTerdapat tiga tingkat pencegahanyaitu pencegahan
primersekunder dan tersier (Asmadi2008)
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi
patogenikTujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan traumaSecara umum,
pencegahan primer meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (specific protection). Promosi kesehatan dapat dilakukan
melalui beberapa caraantara lain pendidikan kesehatanpeningkatan gizi yang tepat
pengawasan,pertumbuhan individu, konseling pernikahan, dan pemeriksaan
kesehatan berkala. Perlindungan khusus dilakukan melalui upaya imunisasi, hygiene
personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment
allergic, dan nutrisi khusus (misnutrisi untuk ibu hamilnutrisi untuk bayi) dan
lainnya (Asmadi2008).
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut (Siti Maryam dkk, 2008):
a) Program imunisasi misalnya vaksin influenza beralkohol
b) Konseling berhenti merokok dan minuman
c) Dukungan nutrisi
d) Exercise
e) Keamanan di dalam dan sekitar rumah
f) Manajemen stress
g) Penggunaan medikasi yang tepat
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase awal
patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan intervensi segera guna
menghentikan penyakit pada tahap dini, mencegah penyebaran penyakit,
menurunkan intensitas penyakit atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat
fase ketidakmampuan. Pencegahan sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis
dini/penanganan segera, seperti penemuan kasus, survey penapisan, pemeriksaan
selektif (Asmadi, 2008).
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut (Siti
Maryam dkk, 2008):

10
a) Kontrol hipertensi
b) Deteksi dan pengobatan kanker
c) Screening: pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain
lain.
3.) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah atau membatasi
ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat
berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan ini antara lain dilakukan melalui
upaya pembatasan ketidakmampuan (disability limitation) dan rehabilitasi. Untuk
pembatasan ketidakmampuan, langkah yang bisa diambil adalah pelatihan tentang
cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang
dilakukan, antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan keadaannya
(selective places), terapi kerja, dan pembentukan kelompok paguyuban khusus bagi
klien yang memiliki kondisi yang sama (Asmadi, 2008).
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut (Siti Maryam
dkk, 2008):
a) Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan
membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronisMisalnya osteoporosis
atau inkontinensia urine atau fekal.

8. Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas.
Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan 10 penatalaksanaan teratur untuk
menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008).

11
9. Sifat Penyakit Kronis
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
1) Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung
2) Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu Contoh penyakit diabetes mellitus.
3) Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis.

10. Penyakit Kronis Hipertensi


A. Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degenerative kardiovaskuler yang paling
banyak dialami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnyaPenyakit
degenerative pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan menambah beban
finansial negara yang tidak sedikit dan akan Bkt kan kualitas hidup lansia karena
meningkatnya angka morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian (Depkes,2013)

B. Ptofisiologi hipertensi
Mekanisme pasti terjadinya hipertensi pada lansia belum sepenuhnya jelas terutama dari
ketuaan normal terhadap system kardiovaskuler meliputi perubahan Aorta dan pembuluh
darah system Mic penebalan dinding Aorta dan pembuluh nadi besar meningkatkan
Elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umurPerubahan ini menyebabkan penurunan
compliance Aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan Resistensi vascular Ferry
fairSensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur.
Perubahan mekanisme Refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya
variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus Penurunan

12
sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan Refleks Pastural, yang
mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi


Ada beberapa factor yang mempengaruhi hipertensi pada lansia, diantaranya factor
yang tidak dapat dimodifikasi dan juga factor yang dapat dimodifikasi.
1) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi yang mempengaruhi kejadian hipertensi.
a. Riwayat keluarga pada lansia:
Faktor genetic mempertinggi resiko terkena penyakit hipertensi, terutama pada
hipertensi primer. Tentunya factor genetic ini tidak berdiri sendiri, factor ini juga
dipengaruhi oleh factor factor lingkungan lain. Seseorang penderita yang
mempunyai sifat genetic hipertensi primer apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
intervensi terapi Bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensi nya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.
b. Ras
Penelitian yang dilakukan oleh Peltzer et al (2013) di wilayah Afrika
Selatanmenunjukkan bahwa ras campuran memiliki kejadian hipertensi pada lansia
yang lebih tinggi dibandingkan ras kulit hitamputih, mas Asia dan ras Indian.
c. Usia
Hasil penelitiannya dilakukan Bui Van et (2019) menyatakan bahwa Prevalensi
hubungan hipertensi dengan usia tua 70-79 atau lebih dari 80 tahun sangat
signifikan disbanding populasi usia 60-90 tahunLaporan yang dilakukan Tim 45
negara bahwa usia yang lebih tua konsisten terhadap hipertensi berdasarkan
Prevalensi hipertensi signifikan lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih tua
daripada orang dewasa yang lebih mudah.

2) Faktor yang dapat dimodifikasi yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia:
a. Obesitas.
Hipertensi dan obesitas merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara
aktivitas Metabolik dan neurohormonal, dengan perubahan Resistensi insuli in
yang dihasilkan oleh sistem Renin Angiotensin Aldosteron sistem dan aktivitas

13
saraf simpatis yang menyebabkan hipertensi pada individu dengan berat badan
berlebih atau obesitas.
b. Stress
Merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi pada kelompok lanjut usia, yakni
lansia yang mengalami stres mempunyai resiko untuk menderita hipertensi 2043
kali lebih besar dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami stresKetika
memasuki usia lansia akan memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi dan
stressTersebut dapat disebabkan oleh status pekerjaan dan pendapatan rendah
sehingga kurang mendapatkan pengobatan yang baik ketika seseorang menderita
hipertensi.
c. Nutrisi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asari (2017) dan penelitian dari
super Fi (2014) menunjukkan bahwa mengkonsumsi buah dan sayur yang
mengandung anti oksidan, serat, mineralkalium dan magnesium dapat mencegah
kerusakan pembuluh darah dan menangkap radikal bebasDijelaskan juga bahwa
mengkonsumsi lemak dapat meningkatkan penebalan dinding pembuluh darah
yang dapat meningkatkan tekanan darah begitupun dengan mengkonsumsi kopi dan
the, sedangkan mengkonsumsi natrium dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah perifer sehingga jantung membutuhkan usaha yang lebih untuk
memompakan darah, hal ini yang menimbulkan tekanan darah tinggi.

D. Menifestasi Penyakit Hipertensi


Manifestasi Klinis HipertensiMenurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., &
KusumaH.2016)tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa.Hal ini berarti. hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan darahtidak teratur
2. Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahanDalam kenyataanya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

14
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepalapusing
b. Lemaskelelahan
c. Sesak nafas
d. Mual
e. Gelisah
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

E. Komplikasi Penyakit Hipertensi


Menurut Ardiansyah, M(2012)
1. Infark Miokardium
Infark miokardiumterjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebutKarena terjadi hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark
2. Gagal Ginjal.
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulusRusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla
ginjal, neuron terganggudan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan
osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi
.
3. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat)Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yangmembuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusatAkibatnya neuro-neuro
disekitarnya terjadi koma dan kematian

15
F. Terapi pada Penyakit Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
1) Terapi nonfarmakologi Terapi nonfarmakologiMenerapkan gaya hidup sehat
bagi setiap orang sangatpenting untuk mencegah tekanan darah tinggi
danmerupakan bagian yang penting dalam penangananhipertensiSemua pasien
dengan prehipertensi danhipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidupModifikasi gaya hidup yang penting yang terlihatmenurunkan tekanan
darah adalah mengurangi beratbadan untuk individu yang obesitas atau
gemukmengadopsipola makan DASH Dietary Approach to StopHypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; dietrendah natriumaktifitas fisik; dan
mengkonsumsi alkoholsedikit sajaPada sejumlah pasien dengan
pengontrolantekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat
antihipertensimengurangi garam dan berat badan dapatmembebaskan pasien
dari menggunakan obat.Program diet yang mudah diterima adalah yang
didisainuntuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahanpada pasien yang
gemuk dan obes disertai pembatasanpemasukan natrium dan alkoholUntuk ini
diperlukanpendidikan ke pasiendan dorongan moril.
2) Terapi farmakologi
Terapi FamiakologiAda 9 kelas obat antihipertensiDiuretikpenyekat
beta,penghambat enzim konversi angiotensin (ACE),penghambat reseptor
angiotensin (ARB)dan antagoniskalsium dianggap sebagai obat antihipertensi
utamaObat-obat ini baik sendiri. atau dikombinasiatau digunakan untuk
mengobati mayoritas pasiendengan hipertensi karena bukti menunjukkan
keuntungandengan kelas obat iniBeberapa dari kelas obat ini(misalnya diuretik
dan antagonis kalsium) mempunyaisubkelas dimana perbedaan yang bermakna
dari studiterlihat dalam mekanisme kerjapenggunaan klinis atauefek
sampingPenyekat alfa, agonis alfa 2 sentral,penghambat adrenergikdan
vasodilator digunakansebagai obat alteranatif pada pasien-pasien
tertentudisamping obat utama,Terapi Kombinasi Rasional kombinasi obat
antihipertensi.

16
Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi padahipertensi dianjurkan:
a) Mempunyai efek aditif
b) Mempunyai efek sinergisme
c) Mempunyai sifat saling mengisi
d) Penumnan efek samping masing-masing obat
e) Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organtarget tertentu
f) Adanya"fixed dose combination" akan meningkatkankepatuhan pasien
(adherence)

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data tentang
kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan
komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang dilakukan, yaitu
pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan pendokumentasian data.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua bagian
yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda pengkajian
adalah individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson & McFarlane, 2011).
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering tetapi tidak tandus.
b. luas daerah : 9 Ha
c. Batas wilayah:
Utara : Desa Ngemplak
Barat: Desa Ngaglik
Selatan: RT 3 RW 6
Timur : Desa Gedong

2. Demografi
Jumlah penduduk : 410 jiwa
Jumlah KK : 40

18
a. Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Bilangan %


1 Laki-laki 192 46,8
2 Perempuan 218 53,2
3 Total 410 100

b. berdasarkan kelompok usia

kelompok usia
132

100
88
70
20

b ayi /b al i t a an ak -an ak r em aj a d ew asa l an si a

19
c. Mobilitas penduduk: penduduk jarang dirumah ketika pagi dan siang hari karena bekerja,
sedangkan anak-anak sekolah.
d. Kepadatan penduduk: padat

e. tingkat pendidikan penduduk

tingkat pendidikan penduduk

Perguruan tinggi
TK
1% 13%
2% SMA
14% SMP
5% SD
Berhenti Sekolah
12% tidak tamat SD
23% tidak sekolah
tidak tamat SMP
12% tidak tamat SMA
5% 12%

f. perkerjaan

20
perkerjaan
Petani
25

Pedagang
131

Buruh
56

PNS
51

Pelajar
147
0 20 40 60 80 100 120 140 160

g. Agama

Agama

25%

Islam
kristen

75%

21
3. Lingkungan fisik
a. Perumahan:
 type rumah
tembok 21 kk 52 , 5%
½ tembok 19 kk 47,5%
 status rumah
Milik rumah sendiri 38 kk 95%
kontrak 2 kk 5%

b. Penerangan:
 ventilasi
Memiliki ventilasi 30 kk 75%
Tidak ada ventilasi 10 kk 25%

 penerangan oleh matahari


Baik 10 kk 25%
Cukup 19 kk 47,5%
Kurang 11 kk 27,5%

c. sumber air dan air minum


 sumber air

22
PAM 10 kk 25%
Sumur 30 kk 75%
 pengeloaan air minum
Selalu dimasak 15kk 37,5%
Kadang dimasak 10 kk 25%
Tidak perah dimasak 15kk 37,5%

d. saluran pembuangan air / sampah


 kebiasaan membuang sampah diangkut petugas sampah: 35 kk ( 87,5% )
 membakar sampar: 5 kk (12,5%)
 keadaan pembuangan air limbah
1. tidak lancar: 3 kk (7,5%)
2.lancar : 37 kk (92,5%)

e. jamban
Memiliki jamban 40 kk 100%
Tidak memiliki jamban 0 0

4. fasilitas umum
 Sarana pendidikan
a. taman kanak-kanak : 1
b. jumlah SD : 1
 Fasilitas kegiatan kelompok
a. Karang taruna: 1 kelompok
b. Pengajian : 1 kelompok
c. PKK : 2x/bulan
 Sarana ibadah
a.jumlah masjid : 1
 Sarana olahraga
a. Lapangan sepak bola : 1
 Fasilitas kesehatan

23
a.puskesmas pembantu: 1

5.Keamanan dan Keselamatan


a.Pemadam kebakaran: tidak ada
b. poskampling : terdapat 1

c.Sarana transportasi:
Sepeda ontel 2 5%
motor 29 72,5%
mobil 9 22,5%

d. Keadaan Jalan: Jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor.

6.Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat Ngemplak yang terdiri dari I RW dan 3 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. kontak tani : ada

7.Sarana dan Fastlitas Kesehatan


a. Pelayanan kesehatan: terdapat 1 puskesmas
e. Panti sosial: ada.
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang menyediakan
banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara yang
diadakan oleh lokasi setempat
h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
 Sering hadir: 35 % lansia
 Jarang hadir: 25 % Lansia
 Tidak pernah hadir: 40 %

24
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan
sekali.

8.Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata bersama-sama ke
suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader juga sering mengadakan
rekreasi bersama yang diharapkan dapat menengurangi stresor dan beban pikiran.

Distribusi penyakit
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan di desa ngaplak didapatkan data :

distribusi penyakit

tidak melakukan
pemeriksaan hipertensi
24% 30%

tidak memiliki
keluhan
12%

arthritis
DM 20%
13%

hipertensi arthritis DM
tidak memiliki keluhan tidak melakukan pemeriksaan

B. SKORING

N Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


o
1 Sifat Masalah 1 2/3 X 1 =1,5
Skala : Tidak / Kurang Sehat 3

25
Ancaman Kesehatan 2
Keadaaan Sejahtera 1

2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2 1/2 X 2 = 4


Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah Untuk dicegah 1 2/3 X 1 = 1,5
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah 1 2/2 X 1 = 1
Skala : 2
Masalah Berat harus segera di tangani 1
Adanya Masalah tetapi tidak perlu ditangani 0
Masalah Tidak Dirasakan :
Jumlah 8

C. ANALISA DATA

No DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. DS: Resiko tinggi peningkatan angka Kurangnya
1. Dari hasil kejadian hipertensi pada lansia pengetahuan
wawancara dengan

26
ketua RW 6
mengatakan bahwa
rata-rata lansia yang
menderita hipertensi

DO :
1. Berdasarkan data
dari puskesmas pada
bulan Maret sampai
bulan Mei di desa
Ngemplak RW 6 31%
lansia menderita
hipertensi.
2. 31% kemampuan
lansia dalam
mengenali secara dini
penyakit hipertensi
kurang baik.
3. 31% warga yang
menderita hipertensi
tidak pernah
mendapatkan
penyuluhan tentang
hipertensi

D. DIAGNOSA
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan

E. INTERVENSI

27
DATA DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC
Masalah Domain 1 : Tujuan : Prevensi primer Prevensi primer;
Kesehatan Promosi Berkurangnya Domain IV Domain 3;
Resiko kesehatan perilaku beresiko Pengetahuan perilaku
peningkatan meningkatnya kesehatan dan
hipertensi pada Kelas 2 : hipertensi dan prilaku. Kelas S; Edukasi
lansia Manajemen meningkatnya klien
kesehatan efektifitas Kelas S ; 1. 5510 :
Hasil angket: 1. Defisiensi pemeliharaan Pengetahuan pendidikan
1. 85% kesehatan kesehatan pada kesehatan kesehatan (210)
kemampuan komunitas agregat resiko 2. 5520 :
lansia dalam (00215) meningkatnya Level 3 : memfasilitasi
mengenali08:56 hipertensi Intervensi pembelajaran
2. Perilaku 1. 1844 : (244)
kesehatan Pengetahuan; 3. 5604 :
secara dini
cenderung Manajemen sakit pengajaran
penyakit
berisiko (00188) akut. kelompok (372)
hipertensi kurang
4. 5618 :
baik.
3. Ketidak 2. 1803 : pengajaran
efektifan Pengetahuan; prosedur/tindakan
2. 40% warga
pemeliharaan Proses penyakit (371)
yang menderita
kesehatan
hipertensi tidak
(00099). 3. 1805 : Domain 4;
pernah
Pengetahuan; keamanan
mendapatkan
Perilaku sehat
penyuluhan
Domain 7;
tentang
4. 1823 : komunitas
hipertensi
Pengetahuan;
Promosi Kelas C; promosi
3. Berdasarkan
kesehatan kesehatan
data dari
komunitas
puskesmas pada

28
bulan Maret 5. 1854 :
sampai bulan Pengetahuan; Level 3 :
Mei di Desa Diet sehat intervensi
Ngemplak 45% 1. 7320 :
Lansia menderita 6. 1855 : manajemen kasus
hipertensi08:58 Pengetahuan; (113)
Gaya hidup sehat 2. 8599 :
pengembangan
kesehatan
masyarakat (129)
3. 8709 :
pengembangan
Prevensi program (313)
Sekunder 4. 8750 :
Domain IV pemasaran sosial
Pengetahuan di masyarakat
kesehatan dan (351)
prilaku

Kelas Q ;
perilaku sehat

Level 3 :
Intervensi Prevensi
1. 1600 : sekunder;
kepatuhan Domain 3 :
perilaku perilaku
2. 1621 :
kepatuhan Kelas O; terapi
perilaku; diet perilaku
sehat

29
3. 1602 : perilaku Level 3;
promosi intervensi
kesehatan 1. 4350 :
4. 1603 : manajemen
pencarian perilaku (92)
perilaku sehat 2. 4360 :
5. 1606 : modifikasi pelaku
pertisifasi dalam (95)
pengambilan
keputusan Kelas V;
perawatan manajemen
kesehatan resiko
6. 1608 : kontrol
gejala. Level 3;
intervensi
Kelas R; Health 1. 6486 :
beliefs manajemen
1. 1704 : Health lingkungan
beliefs; percieved keamanan (179)
thread
2. 1705 : Domain 6; sistem
orientasi kesehatan
kesehatan
Kelas Y; mediasi
Kelas FF; terhadap sistem
manajemen kesehatan
kesehatan 1. 7320 :
1. 3100 : manajemen kasus
manajemen (113)
individu; sakit 2. 7400 : panduan
akut sistem kesehatan

30
(212)
Kelas T; kontrol
resiko dan Kelas A;
keamanan manajemen
1. 1908 : deteksi sistem kesehatan
faktor resiko 1. 7620 :
pengontrolan
Domain V; berkala (132)
Kesehatan yang 2. 7726 :
dirasakan preceptor; peserta
didik(306)
Kelas U; 3. 7890 :
kesehatan dan transportasi; antar
kualitas hidup fasilitas
1. 2008 : status kesehatan
kenyamanan 4. 7880 :
2. 2006 : status manajemen
kesehatan teknologi (387)
individu
3. 2000 : kualitas Domain 6 :
hidup sistem kesehatan
4. 2005 : status
kesehatan peserta Kelas D;
didik manajemen
resiko komunitas
Kelas V; status 1. 6520 :
gejala sekrining
1. 2109 : kesehatan (213)
tingkatan ketidak
nyamanan
2. 1306 : nyeri;

31
tingkat respon
fisik
3. 2102 : level
nyeri
4. 2103 : Prevensi tersier
tingkatan gejala Domain 5;
keluarga
Kelas EE ;
kepuasan Kelas X :
terhadap perawatan siklus
perawatan kehidupan
1. 3014 : 1. 7140 :
kepuasan klien dukungan
2. 3015 : keluarga (193)
kepuasan 2. 7120 :
manajemen mobilisasi
kasus keluarga (190)
3. 3012 :
kepuasan Domain 6; sistem
terhadap kesehatan
pengajaran
4. 3003 : Kelas B;
kepuasan manajemen
keberlanjutan informasi
perawatan 1. 7910 :
5. 3016 : konsultasi (131)
kepuasan 2. 7920 :
manajemen nyeri dokumentasi
6. 3007 : (151)
kepuasan 3. 7980 :
lingkungan fisik pencatatan

32
7. 3011 : insidensi kasus
kepuasan klien; 4. 8080 : test
kontrol gejala diagnostik
5. 8100 : rujukan
Domain VI; (320)
Kesehatan
keluarga

Kelas Z; kualitas
hidup keluarga
1. 2606 : status
kesehatan
keluarga

Kelas X; Family
well being
1. 2600 : kopong
keluarga
2. 2602 :
fungsional
keluarga
3. 2606 : status
kesehatan
keluarga
4. 2605 :
artisifasi
keluarga dalam
perawatan

33
Prevensi tersier;
Domain VI;
Kesehatan
keluarga

Kelas Z; kualitas
hidup keluarga
1. 2605 :
partisifasi tim
kesehatan dalam
keluarga

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degenerative kardiovaskuler yang
paling banyak dialami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya.
Penyakit degenerative pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan
menambah beban finansial negara yang tidak sedikit dan akan Bkt kan kualitas hidup
lansia karena meningkatnva angka morbiditas bankan danat menyebahkan kematian.

34
Orang yang sudah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi yang di
derita diantaranya stroke,kebutaan, gagal ginjal dll.

B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas
medis sebalknya memberikan contoh mansyarakat untuk menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji
kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, D., & Hartinah, D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa Klumpit
UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Jikk, 4(2), 18-34
Totok, H., & Fahrun, N. R. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lanisa Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di

35
Panti Werda Darma Bhakti Kelurahan Panjang Surakarta.
Jurnal Kesehatan, 10(1), 26-31.
http://journals.ums.ac.id/index.php/jk/article/view/5489/3571
Kuswardhani, R. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Journal of
Internal
Medicine, 7(2), 135-140.
Rumahorbo, L. J., Fanggidae, R. S., Pakpahan, M., & Purimahua, D. I. (2020).
Kajian Literatur:
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lansia [Literature
Review:
Factors That Aleel the Incidence o Hypertension in Rlderly . Arsing Current formal
Keperavatan. 8(1). 1. https://doi.org/10.19166/nc.v&il.2711

36

Anda mungkin juga menyukai