DISUSUN OLEH :
KHUSNUL KHATIMAH
A.18.10.031
PEMBIMBING
Asri,S.Kep,Ns,M.Kep
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan kepada tuhan maha esa karena telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kuliah ini dengan tepat
pada waktunya, yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi”. Adapun makalah
ini merupakan salah satu tugas dari keperawatan gerontik.
Dalam menyelesaikan penulisan tugas ini, kami mendapat banyak bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa
sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, memalui media ini kami
sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki maka itu kami dari pihak
menyusun sangat berharap saran dan kritik yang dapat memotivasi kami agar dapat lebih baik lagi
di masa yang akan datang.
Penyusun
Khusnul Khatimah
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii
A. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….……….1
1. Latar Belakang……………………………………………………………….………..1
2. Tujuan :
a. Tujuan Umum……………………………………………………………………..2
b. Tujuan Khusus………………………………………………………………….....2
3. Manfaat………………………………………………………………………………..2
B. BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………...………..4
1. Konsep Lansia………………………………………………………………..……….4
2. Konsep Medis…………………………………………………………..……………..6
a. Definisi……………………………………………………..……………………..7
b. Etiologi………………………………………………………..…………………..8
c. Patofiologi……………………………………………………………………….10
d. ManifsetasiKlinik………………………………………………………………..12
e. Komplikasi ………………………………………………………………………12
f. Penatalaksanaan ………………………………………………………………....14
3. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………………………..16
a. Pengkajian……………………………………………………………………….16
b. Diagnosis Keperawatan………………………………………………………….18
c. Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………………………..18
d. Implementasi…………………………………………………………………….24
e. Evaluasi………………………………………………………………………….25
C. BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………………
D. PENUTUP……………………………………………………………………………..
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di
dunia. Diperkirakan kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
mengalami peningkatan 80% pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus akan
meningkat menjadi 1,15 miliar kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita
hipertensi serta jumlah pertambahan penduduk saat ini. Paling sedikit, sepertiga
orang dengan penyakit hipertensi tidak ditangani dengan benar. Hal ini masih
ditambah dengan tidak adanya keluhan dari sebagian besar penderita hipertensi.
Sehingga jutaan orang berisiko mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalski,
2010).
Sejalan dengan bertambahnya usia 6,0% laki-laki dan 11,6% wanita yang
sudah berhenti menstruasinya beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua bagian yaitu hipertensi
primer serta hipertensi sekunder. Hipertensi primer penyebabnya belum diketahui,
sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang lain. Seluruh jumlah
penderita hipertensi lebih kurang 95% merupakan hipertensi primer, dan yang 5%
merupakan penderitahipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi
sekunder yang penyebabnya dapat diketahui (Padila, 2013).
B.Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
Penulis mampu mengetahui dan menggambarkan asuhan keperawatan terhadap
pasien Ny.N dengan gangguan sistem kardiovaskuler : Hipertensi sesuai standart
keperawatan
2 .Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan pengkajian pada Ny.N dengan gangguan sistem
kardiovaskuler : Hipertensi
b. Mampu menganalisa data pada Ny.N dengan gangguan sistem
kardiovaskuler :Hipertensi
c. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny.N dengan gangguan
sistem kardiovaskuler :Hipertensi
d. Mampu menggambarkan penyusunan perencanaan keperawatan pada Ny.N
dengan gangguan sistem kardiovaskuler :Hipertensi
e. Mampu meggambarkan implementasi pada Ny.N dengan gangguan sistem
kardiovaskuler : Hipertensi
f. Mampu menggambarkan evaluasi pada Ny.N dengan gangguan sistem
kardiovaskuler : Hipertensi
C. Manfaat
1.Manfaat bagi Penulis : Dapat melakukan perawatan dengan pasien hipertensi
pada saat penulis menjadi seorang perawat.
2
2.Manfaat bagi Universitas: Bermanfaat bagi Universitas sebagai salah satu
informasi untuk menambah bacaan dan bagi adik tingkat untuk menambah
pengetahuan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Lansia
a. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila usianya 60
tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman kesehatan RI
menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari
usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007).
b. Batasan Umur Lanjut Usia
Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia
dari pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :
1) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II yang
berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas”
2) Menurut WHO:
a) Usia pertengahan : 45-59 tahun
b) Lanjut usia : 60 – 74 tahun
c) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
d) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).
c. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan yang akan
terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan keagamaan.
1) Perubahan fisik
a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan berubah,
seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel
akan terganggu dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati beekurang.
b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan mengalami
perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi
gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada
indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi
4
dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap
nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti
menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.
c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara makan ,
seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur(Saliva) dan gerak peristaltic usus
juga menurun.
d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga
aliran darah ke ginjal menurun.
e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin
rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.
f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang
menurun , ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan tidaknya penyakit klinis,
denyut jantung menurun , katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari
akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya
distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat.
2) Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat proses
penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan
intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia
akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan masalah,
konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah
perubahan ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan
kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan
untuk mengingat pada lansia juga menurun.
3) Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan semakin
teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia
yang akan meninggalkan kehidupan dunia.
d. Tugas perkembangan pada lanjut usia
Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu individu. Ada beberapa tahapan
perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu
5
1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.
2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.
3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya.
2. Konsep Medis
a. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin,
2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa muda
TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa bermanfaat
( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
6
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama
buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
b. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan
gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat
berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
7
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan,
merokok (M.Adib,2009).
c. Patofiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan
asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan
primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme
8
pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan
normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah
sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer
meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan,
yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin
dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine
bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan
norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
9
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
d. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
10
PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
11
e. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut.Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi
yaitu : (Aspiani,2014)
Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah
tinggi.
Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa
memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi,
beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,
banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini
disebut gagal jantung. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang
tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam
tubuh.
f. Periksaan Dagnostik
12
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
13
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik
aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John,
2003; Sodoyo, 2006).
g. Penatalaksanaan
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat,
farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
15
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009;
Muttaqin, 2009).
a. Pengkajian
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea, 2008)
adalah sebagai berikut:
18
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh
darah.
Intervensi:
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel
dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan ligkungan,
batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.
19
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter: frekwensi
nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau
nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja
jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan.
3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
20
c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam
dll.
Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan massa tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler
dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
21
Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan
yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Intervensi:
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan.
Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari).
22
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan
untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin merupakan
indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor)
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment terapiutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan
seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?.
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada kurang
perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan
diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Intervensi:
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat
diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
23
monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur) pola
hidup penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat
untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak
menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi
dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008).
d. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, memfasilitasi koping. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
independent (suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk/ perintah dari dokter
atau tenaga kesehatan lainnya). Dependent (suatu tindakan dependent berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis, tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan
medis dilaksanakan) dan interdependent suatu tindakan yang memerlukan kerja sama dengan
24
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter (Nursalam,
2000).
e. Evaluasi
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
PROGRAM
Nama : Ny. N
Telp :-
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan :-
26
2. Riwayat Keluarga
1) Pasangan : Mati
kesehatan : -
umur :-
pekerjaan : -
alamat :-
b. Anak :
nama : Ny. R
tahun meninggal, : -
penyebab kematian. : -
3. Riwayat Pekerjaan
27
Pekerjaan sebelumnya
. Jumlah kamar :3
5. Riwayat Rekreasi
Dokter :-
Rumah sakit :-
Klinik : -
7. Kebiasaan /Ritual
28
Agama : Islam
29
8. Status kesehatan saat ini
Status kesehatan selama 1 tahun dan 3 tahun terakhir : Ny. N sering merasa
pusing dan sakit pada leher bagian belakang
Obat-obatan
Waktu dan cara penggunaan : Ny. N mengonsumsi obat tersebut disaat tekanan
darah meningkat
30
Faktor-faktor lingkungan : Ny.N tidak memiliki alergi dari factor lingkungan
Nutrisi
Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan) : Ny. N tidak melakukan diet apapun
Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan : Ny. N tidak memiliki diet
khusus, pembatasan makanan yaitu makanan berlemak dan berminyak
31
9. Penyakit masa kanak-kanak : Ny. N mengatakan tidak memiliki penyakit pada masa kanak –
kanak yang serius
Penyakit serius atau kronik :Ny. N mengatakan tidak terdapat penyakit serius
ataupun kronik
X X X
X
X X X X X X X
32
X X
Keterangan:
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
X MENINGGAL
SAKIT
G2 : Ayah dan ibu klien telah meninggal duna di karenakan faktor usia
G3: klien anak ke dua dari lima bersaudara, saudara pertama dan ke lima klien telah meninggal
33
11. Tinjauan sistem
√
√
√
√
34
√
√
√
Penilaian diri terhadap status kesehatan
√
√
√
√
√
√
√
√
Pola penyembuhan lesi, memar : Ny. N tidak memiliki lesi maupun memar pada kulitnya
Hemopoeti Ya Tidak
√
k
√
√
√
Kepal Ya Tidak
a √
√
√
35
√
36
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tanggal pemeriksaan terakhir : Tidak terdapat tanggal pemeriksaan terakhir pada mata
Lehe Ya Tidak
r √
√
√
√
√
√
√
√
37
√
√
Tanggal pemeriksaan terakhir : Tidak terdapat tanggal pemeriksaan terakhir pada telinga
38
√
√
√
√
√
√
√
Penilaian diri terhadap kemampuan olfaktori : Ny.N tidak memiliki masalah untuk
mengenali bau
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tanggal pemeriksaan gigi terakhir : Tidak terdapat tanggal pemeriksaan terakhir pada
gigi
.....................................................................................................................................
√
√
√
√
Pola pemeriksaan payudara sendiri √
√
√
√
√
√
√
Tanggal dan pemeriksaan sinar x dada terakhir : Tidak terdapat tanggal pemeriksaan
terakhir pada pernafasan
Perkemihan Ya Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
.....................................................................................................................................
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Perubahan warna kaki
.....................................................................................................................................
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pola defekasi biasanya : Ny. H tidak mengalami masalah frekuensi feses
Riwayat menstruasi : -
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Dampak pada penampilan sehari-hari : Nampak baik dalam penmpilan sehari-sehari Ny.M
Psikososial Ya Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas dengan √
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau √
6. dimasa
Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang √
mengganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ? √
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan √
9. terjadi
Apakahpada anda ? merasa bahagia pada sebagian besar waktu √
bapak/ibu
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu untuk √
berbuat apa- apa ?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ? √
12. Apakah bapak/ibu senang tinggal dirumah daripada keluar √
rumah dan mengerjakan sesuatu ?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa √
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering lupa ? √
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang √
Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favourable untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk
jawaban “tidak” sedangkan untuk pernyataan unfavourable, jawaban “tidak” diberi nilai 1
dan jawaban “ya” diberi nilai 0
BERG BALANCE SCALE
Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik
secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas keseimbangan (balance task) yang umum dalam
kehidupan sehari-hari.
Penunjang
3. Duduk tanpa penunjang 4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal dengan tangan
Tertutup
dengan tangan
Lantai
10. Menoleh ke belakang 3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain menunjukkan pergeseran
berat badan berkurang
11. Berputar 360 derajat 3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi hanya
4 detik atau kurang
14. Berdiri dengan satu 3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan 5-10
Kaki Detik
Total score = 51
Interpretasi
Mandiri :
Mandiri :
Tergantung :
3 Ke Kamar Kecil √
Mandiri :
Tergantung :
4 Berpindah √
Mandiri :
duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Bergantung
5 Kontinen
: √
Mandiri :
6 Maka √
n
Mandiri
:
Analisis Hasil :
52
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
ORIENTASI
REGISTRASI
30
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
Umur : 70 th
28
Keterangan: Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh Tidak Berisiko
Catatan : skala ukur dari MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
29
Lampiran 2
DATA FOKUS
DS:
Klien menyeluh nyeri
Klien menyeluh sulit tidur
Klien mengeluh tidak nyaman
Klien mengeluh tidak mampu rileks saat penyakitnya kambuh
DO:
Tekanan darah meningkat
170/110 mmHg
Klien tampak gelisah
Klien tampak meringis dan memegang tengkuknya
Klien tampak distres
30
Lampiran 3
31
Lampiran 4
JK : Perempuan
- 170/110 mmHg
32
Lampiran 5
Jk : Perempuan
33
Lampiran 6
No DiagnosisKeperawatan RencanaTindakanKeperawatan
Nyeri Akut
33
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
kualitas hidup
analgetik
34
Terapeutik
terapi bermain)
meredakan nyeri
Edukasi
pemicu nyeri
mandiri
35
secara tepat
Kolaborasi
jika perlu
36
BAB IV
PENUTUP
Bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari pemberian asuhan
keperawatan keluarga Ny.A dengan gangguan sistem kardiovaskuler : Hipertensi pada
keluarga Ny. A
A.Kesimpulan
B .Saran
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.