Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYAKIT HIPERTENSI

DOSEN PENGAMPU
FATMAWATI S.Kep., Ns., M.Kes

OLEH KELOMPOK 1
ABDUL BA'IZ MUS'ING (210402002)
AHMAD ARIYANTO (210402003)
AGUSTINA (210402004)
AINUL AHMAD (210402005)
AMELIA AGUSTINA PUTRI (210402006)
ASTRI (210402013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “
penyakit hipertensi ” tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah.kami menyadari bahwa makalah kami jauh
dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya.

Oleh karena itu,keterbatasan waktu dan kemampuan kami,maka kritik


dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan bagi pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................................................3
B. Klasifikasi...........................................................................................................................3
C. Etiologi...............................................................................................................................3
D. Patofisiologi........................................................................................................................4
E. Pathway...............................................................................................................................6
F. Gejala Klinis.......................................................................................................................6
G. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................7
H. Penatalaksanaan..................................................................................................................8
I. Komplikasi..........................................................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................................11
A. Pengkajian.........................................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................11
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................................11
D. Implementasi Keperawatan...............................................................................................13
E. Evaluasi Keperawatan.......................................................................................................13
BAB IV.........................................................................................................................................14
F. Kesimpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai di masyarakat.
Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan akan menjadi masalah
yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. (Yogiantoro, 2006 dalam
Muawanah, 2012). Hal ini disebabkan karena seseorang yang mengidap hipertensi
selama bertahun-tahun tidak menyadarinya, sampai terjadi kerusakan organ vital
yang cukup berat yang dapat membawa kematian. (Marliani, 2007 dalam Dian,
2012). Jadi hipertensi merupakan masalah serius bahkan cenderung meningkat
sehingga perlu adanya kesadaran sejak dini daripenderita agar tidak menimbulkan
kompikasi yang lebih berat. Penderita penyakit hipertensi di Dunia diperikiran akan
terus meningkat dalam setiap tahunnya. World Health Organization (WHO)
memperkirakan hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk
yang semakin bertambah banyak (Pratami, 2016). Tercatat 38,4 juta penderita
hipertensi pada tahun 2000 dan di perediksikan akan menjadi 67,4 juta orang pada
tahun 2025 (Setiawan 2004 dalam Muawanah, 2012). Presentase penderita hipertensi
didunia jumlahnya akan meningkat setiap tahun seiring meningkatnya jumlah
penduduk yang semakin bertambah banyak.
Pada umumnya faktor penyebab hipertensi tidak di ketahui secara pasti.
Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan merokok
(Puspitorini, 2009 dalam Syam, 2014). Tingkat stres diduga berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah. Saat seseorang mengalami stres katekolamin yang ada di
dalam tubuh akan meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf
simpatis, dan terjadi peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis meningkat
maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga menyebabkan
curah jantung meningkat,keadaan inilah yang cenderung menjadi faktor pencetus
hipertensi (Dekker, 1996 dalam Hawari, 2012). Jadi stres juga merupakan salah satu
faktor penting penyebab hipertensi.Penyebab peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi adalah stres. Stres merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang
tidak menyenangkan (Muhamad, 2014). Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,
1
sehingga tekanan darah akan meningkat. (Prasetyorini, 2012 dalam Muhamad,
2014).Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi
tetap tinggi jika salah satu faktor penyebab tidak di tangani maka tekanan darah akan
tetap menjadi tinggi.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi hipertensi?
2. Apa etiologi dan faktor resiko hipertensi?
3. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi hipertensi
2. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit hipertensi
3. Menjelaskan patofisiologi serta gejala manifestasi klinis hipertensi
4. Menjelaskan asuhan eperawatan pada pasien hipertensi

D. Manfaat
1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor resiko serta patifiologi  
hipertensi
2. Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami asuhan
keperawtan terhadap pasien hipertensi
3. Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan
hipertensi

2
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

B. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:

3
C. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport
Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

4
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkanpeningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

5
E. Pathway

F. Gejala Klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
6
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Udjianti, Wajan Juni (2010), pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi
meliputi :
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count)
Meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk melihat vaskositas dan indikator
faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah
a. BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau fungsi renal.
b. Serum glukosa : hiperglisemia (DM adalah faktor presipitator hipertensi) akibat dari
peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolesterol/trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposis
pemebntukan plak ateroma.
d. Kadar serum aldosterone : menilai adanya aldosteronisme primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap
vasokonstriksi dan hipertensi.
f. Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.
3. Elektrolit
a. Serum potasium atau kalium : hipoklemia menandakan adanya aldosteronisme atau
efek samping terapi diuretik.
b. Serum kalsium : jika terdapat peningkatan akan berkontribusi pada hipertensi
4. Urin
a. Analisa urin : adanya protein urien, glukosa dalam urin mengindikasikan adanya
disfungsi renal atau diabetes
b. Urine VMA (Catecholamine Metabolite) : peningkatan kadar mengindikasikan adanya
pheochromacytoma.
c. Sterodi urin : peningkatan kadar mengindikasikan adanya hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituary, sindrome chusing’s; kadar renin juga
meningkat.
5. Radiologi
a. Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna prostate hyperplasia (BPH).

7
b. Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
6. EKG
Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia

H. Penatalaksanaan
 Pengaturan diet Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah
garam dan rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untuk dapat mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak langsung
menurunkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga perlu
mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti pisang, sari jeruk dan diet dan
terapi penunjangb.
 Sebagainya yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi makanan
awetan dalam kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam
makanan (Vitahealth, 2005). Modifikasi gaya hidup yang dapat
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak
jenuh dan mengantinya dangan lemak polyunsaturated atau
monounsaturated dapat menurunkan resiko tersebut. Meningkatkan
konsumsi ikan, terutama ikan yang masih segar yang belum diawetkan
dan tidak diberi kandungan garam yang berlebih (Syamsudin, 2011).
Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat Gaya hidup dapat merugikan
kesehatan dan meningkatkan resiko komplikasi hipertensi seperti
merokok, mengkonsumsi alkohol, minum kopi, mengkonsumsi makanan
cepat saji (junk food), malas berolahraga (Junaidi, 2002), makanan yang
diawetkan didalam kaleng memiliki kadar natrium yang tinggi
didalamnya. Gaya hidup itulah yang meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi hipertensi karena jika pasien memiliki tekanan darah tinggi
tetapi tidak mengontrol dan merubah gaya hidup menjadi lebih baik
maka akan banyak komplikasi yang akan terjadi (Vitahealth, 2005).
Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya hidup yang baik bagi
penderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat badan hingga berat
badan ideal dengan munggurangi asupan lemak berlebih atau kalori total.
Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian juga dapat mengontrol
tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah dan sayuran yang
masih segar dalam konsumsi harian (Syamsudin, 2011).
8
 Menejemen Stres Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah,
murung, dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya
komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi
diharapkan mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk
relaksasi, dan istrirahat (Lumbantobing, 2003). Olahraga teratur dapat
mengurangi stres dimana dengan olahraga teratur membuat badan lebih
rileks dan sering melakukan relaksasi (Muawanah, 2012). Ada 8 tehnik
yang dapat digunakan dalam penanganan stres untuk mencegah
terjadinya kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien hipertensi yaitu
dengan cara : scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran,
hipnotis atau visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif,
olahraga dan terapi musik (Sutaryo, 2011).
 Mengontrol kesehatan Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu
memonitor tekanan darah. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar
dan mereka baru menyadari saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita
hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul
komplikasi lebih lanjut. Obat antihipertensi juga diperlukan untuk
menunjang. keberhasilan pengendalian tekanan darah (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2010). Keteraturan berobat
sangat penting untuk menjaga tekanan darah pasien dalam batas normal
dan untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol (Annisa, Wahiduddin, dan Jumriani,
2013).
 Olahraga teratur Olahraga secara teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga
yang dimaksut adalah latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh
seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu
olahraga secara teratur dapat menghindari terjadinya komplikasi
hipertensi (Corwin, 2009). Latihan fisik regular dirancang untuk
meningkatkan kebugaran dan kesehatan pasien dimana latihan ini
dirancang sedinamis mungkin bukan bersifat isometris (latihan berat)
latihan yang dimaksud yaitu latihan ringan seperti berjalan dengan cepat
(Syamsudin, 2011).

9
I. Komplikasi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan sangat berpotensi menyebabkan
gangguan pembuluh darah di seluruh organ tubuh. Secara umum kondisi darah
tinggi tidak bisa diprediksi secara dini akan menyerang organ bagian mana,
tergantung organ mana yang terlebih dahulu merespon tekanan yang abnormal.
Angka kematian yang tinggi pada penderita darah tinggi terutama disebabkan
oleh gangguan jantung.
a. Organ Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa
penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung
untuk memompa, sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang
besar. Kondisi ini disertai dengan adanya gangguan pembuluh darah jantung
sendiri (koroner) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan
berakibat rasa nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.
b. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan
sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis
yang akan menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadinya
pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan pada organ
pengelihatan.
c. Sistem Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh
darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat
racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat dari gagalnya sistem ginjal
akan terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak
organ tubuh lain terutama otak

10
11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Kasus

Seorang laki-laki berumur 60 tahun masuk Rumah sakit dengan keluhan tidak
bertenaga/lemah,pusing,kepala terasa berat, klien tampak pucat. Dengan TD:
180/95mmHg, Nadi: 90x/menit. Tidak ada tanda pembesaran jantung.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistol di atas 140mmHg dan atau
peningkatan tekanan darah distol di atas 80mmHg.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa yang muncul pada klien dengan penyakit hipertensi :

1. Perfusi perifer tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
dibuktikan dengan warna kulit pucat (D.0009)

2. Intoleransi aktititas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan frekuensi


jantung meningkat (D.0056)

C. Intervensi Keperawatan
1) Perfusi perifer tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah dibuktikan dengan warna kulit pucat (D.0009)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi


kerusakan organ,dengan kriteria hasil ; tekanan darah dalam batas normal (130/90
mmHg-140/95mmHg.

Intervensi Rasional

1. ajari teknik relaksasi Agar pasien lebih rileks


12
2. Anjurkan pasien untuk Agar keluhan tidak
meminimalkan aktivitas yang dapat bertambah melainkan
menyebabkan kepala pusing misal ; berkurang
mengejan saat buang air besar, batuk
panjang, membungkuk
3.Bantu pasien dalam ambulasi sesuai Agar pasien dapat
kebutuhan melakukan dengan mandiri
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk Agar klien dapat dengan
pemberian terapi dan tim gizi untuk mudah pulih atau tekanan
pemberian makanan darah menjadi normal

5. Pantau tekanan darah Agardapat mengetahui


penangan seperti apa yang
akan diberikan

2) Intoleransi aktititas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan


frekuensi jantung meningkat (D.0056)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan pasien


dapat memenuhi kebutuhannya secara optimal, dengan kriteria hasil; aktivitas dapat
dilakukan secara mandiri

Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum Agar mudah untuk memberi


tindakan sesuai keadaan pasien
2.Kaji tingkat aktifitas pasien Agar dapat membatasi aktifitasnya
dengan yang lebih penting
3. Bantu pasien dalam melakukan Agar pasien dapat dengan mudah
aktifitas melakukannya
4. Beri suport kepada pasien Agar pasien lebih semangat

5. Beri dorongan kepada Sebagai dampak yang baik bagi


pasien untuk melakukan pasien
aktifitas/perawatan diri

13
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai intervensi

1. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas intervensi


yang disusun sebelumnya, maka tindakan untuk diagnosa perfusi perifer tidak efektif
tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah: melakukan pengkajian dan
menanyakan keluhan pasien, melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital,
mengajarkan teknik napas dalam, memberikan tindakan nonfarmakologis yaitu
memberikan pijatan pada pundak, memberikan obat oral analsik 2 x 2 mg dalam 24
jam, memberikan injeksi gastrofer 25 mg/ 12 jam obat masuk melalui selang infus.

2. Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka tindakan keperawatan yang


dilakukan untuk diagnosa intoleransi aktifitas adalah melakukan pemeriksaan tanda –
tanda vital dan menanya keluhan pasien, memberikan injeksi dexa 5 mg/8 jam,
carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, obat masuk melalui selang infus,
memberikan mengajarkan pasien untuk menggerakkan tangannya dan menekukkan
kaki, membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya membantu pasien untuk
duduk, menganjurkan keluarga untuk selalu membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhannya.

E. Evaluasi Keperawatan
1. Untuk diagnosa perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal yaitu
( 130/90 mmHg - 140/95 mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala
masih pusing, masih didapatkan tekanan darah 135/95 mmHg, sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian dan penulis memodifikasi planning yaitu dengan
memberikan ruangan dan suasana yang tenang dan nyaman dengan cara membatasi
pengunjung, tidak membiarkan semua keluarga untuk menungguhi pasien.

2. Diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik kriteria


hasil yang penulis harapkan yaitu pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara
optimal. Pasien bisa berganti posisi tidur dengan cara miring ekstremitas atas dan
bawah sudah bisa digerakkan. Sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian,
maka penulis masih akan mempertahankan rencana keperawatan yaitu dengan
mendekatkan semua barang yang dibutuhkan didekat pasien agar pasien tidak
tergantung dengan orang lain

14
BAB IV
PENUTUP

F. Kesimpulan
Hipertensi merupakan masalah serius bahkan cenderung meningkat
sehingga perlu adanya kesadaran sejak dini dari penderita agar tidak
menimbulkan kompikasi yang lebih berat. Penderita penyakit hipertensi di Dunia
diperikiran akan terus meningkat dalam setiap tahunnya. World Health
Organization (WHO) memperkirakan hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak . Tercatat 38,4 juta
penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diperediksikan akan menjadi 67,4 juta
orang pada tahun 2025. Presentase penderita hipertensi di dunia jumlahnya akan
meningkat setiap tahun seiring meningkatnya jumlah penduduk yang semakin
bertambah banyak.

15
DAFTAR PUSTAKA
Tinjauan, P., & Hipertensi. (n.d.). BAB II. http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB

%20II.pdf

‌Penelitian, L. (n.d.). HIPERTENSI.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3f252a705ddbef7abf69a6a9ec

69b2fd.pdf

‌BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. (n.d.). Retrieved November 8, 2022, from

https://repo.unikadelasalle.ac.id/884/2/BAB%20ISI-LAMPIRAN_TASYA

%20MARIA.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai