Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Respiratori, Kardiovaskuler dan Hematologi yang diampu oleh
Ibu Sugesti Aliftitah S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Fijjriya Maulina Ananta (722621738)
2. Syaiful Dhani Hidayat (722621719)
3. Hesty Adriana (722621709)
4. Fitria Noviyana Putri (722621712)
5. Moh. Asnawi (722621703)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori dan Hematologi dengan
judul “Asuhan Keperawatan Hipertensi” berdasarkan pengumpulan data dari
berbagai sumber.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori, dan Hematologi yaitu
Ibu Sugesti Aliftitah, S.Kep., Ns., M.Kep untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Disusun agar
mahasiswa bisa memahami dan mengetahui lebih luas lagi tentang “Asuhan
Keperawatan Hipertensi” pada makalah ini. Kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan dan menyusunannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan, baik dalam bentuk
saran maupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat guna perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................5
2.1 Anatomi Fisiologi............................................................................5
2.2 Definisi Hipertensi........................................................................13
2.3 Etiologi Hipertensi........................................................................14
2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi......................................................15
2.5 Patofisiologi dan WOC Hipertensi..............................................15
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi............................................18
2.7 Komplikasi Hipertensi.................................................................19
2.8 Penatalaksanaan Hipertensi........................................................19
2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis Hipertensi..................................21
A. Pengkajian................................................................................21
B. Analisa Data.............................................................................23
C. Diagnosa Keperawatan............................................................25
D. Intervensi Keperawatan..........................................................32
E. Implementasi Keperawatan....................................................37
F. Evaluasi Keperawatan.............................................................38
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................40
3.1 Study Kasus...................................................................................40
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus........................................................41
BAB IV PENUTUP....................................................................................
4.1 Kesimpulan........................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami lebih dalam mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami anatomi fisiologi hipertensi
b. Untuk memahami definisi hipertensi
c. Untuk memahami etiologi hipertensi
d. Untuk memahami manifestasi klinis hipertensi
e. Untuk memahami patofisiologi dan WOC hipertensi
f. Untuk memahami pemeriksaan diagnostik hipertensi
4
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan pengalaman bagi penulis untuk
melakukan studi kasus serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai sumber
bacaan dan data acuan dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Bagi Pelayanan kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik keperawatan yang tepat
khususnya untuk pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
1. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung
selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu
konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) konstriksi dari ke dua
atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial dan
pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap pengendoran selama
0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi
ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus
lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk
mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga
memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah
ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.
2. Bunyi jantung
Selama pergerakan, jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup. Bunyi pertama disebabkan
menutupnya katup atrioventrikel, dan bunyi kedua karena menutupnya
katup aorta dan arteri pulmonary setelah konstriksi dari ventrikel. Bunyi
yang pertama adalah panjang, yang kedua pendek dan tajam. Dalam
keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lebih keras, tetapi bila arus
darah cepat atau kalau ada kelainan pada katup maka terdapat bunyi
bising.
3. Debaran Jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel kiri
terhadap dinding anterior yang terjadi selama konstriksi ventrikel.
Debaran ini dapat diraba dan sering terlihat pada ruang interkostalis
kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
4. Sifat otot jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan
berkontraksi otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak
bergantung pada rangsangan saraf. Konduktivitas (daya hantar)
konstriksi melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali dan
11
sangat jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang yang
dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung pada
rangsangan saraf.
5. Denyut arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri
bila darah dipompakan keluar jantung. Denyut ini dapat diraba pada
arteri radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang
tekanan yang dialihkan dari aorta kearteri yang merambat lebih cepat.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh
pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dan umur.
6. Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu
banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit dengan
daya pompa 20-25 liter/menit. Setiap menit jumlah volume darah yang
tepat sama sekali dialirkan dari vena ke jantung. Apabila pengembalian
dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan
daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung bisa membengkak
berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama,
bisa menjadi edema.
7. Katup-katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting dalam
susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
a) Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup.
b) Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
c) Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra
dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju ke paru-paru.
d) Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan
aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
12
E. Fisiologi Jantung
Jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot
atrium, otot ventrikel dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai
pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan
cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama.
Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi
dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat
kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan
konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus
rangsangan bagi jantung.
1. Sifat ritmisitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dariluar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls)
sendiri. Pada keadaan fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya
kontraktilitas yang tinggi.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka
seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot
jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segera
dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi
dengan kekuatan yang sama. Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah
bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu dan
hormon tertentu.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa
relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara
maksimal, otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu.
Serat otot jantung akan bertambah panjang bila volume diastoliknya
bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu
kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
13
2.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, terdapat dua jenis hipertensi yang umum
terjadi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
adalah jenis hipertensi yang berkembang dari waktu ke waktu tanpa penyebab
yang dapat diidentifikasi. Lebih dari 90% hipertensi masuk ke dalam
kelompok hipertensi primer (esensial). Kelainan hermodinamik utama pada
hipertensi asensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi
asensial adalah multi faktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang terjadi dengan
cepat dan bisa menjadi lebih parah dari pada hipertensi primer. Hipertensi
sekunder prevelensinya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin),obat dan lain-lain. Secara umum,
penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
A. Faktor genetik atau keturunan
Salah satu penyebab hipertensi bisa jadi karena faktor genetik atau
keturunan. Itu artinya, ada mutasi gen atau kelainan genetik yang
diwarisi dari orang tua sehingga membuat penderita secara genetik
mengalami hipertensi.
B. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang semakin menua juga bisa menjadi penyebab
hipertensi. Jika penderita mengalami perubahan fungsi ginjal karena
15
2.5 Patofisiologi
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini akan menyebabkan resistensi
perifer akan meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk
mengatasi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital
seperti jantung, otak dan ginjal akan menurun (Potter & Perry, 2012).
16
darah yang sama) yang juga terjadi tekanan pada jantung. Aldosterone
menyebabkan natrium dan air tetap berada dalam darah. Akibatnya ada
volume darah yang lebih besar dan akan meningkatkan tekanan pada jantung
dan meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah arteri adalah tekanan dalam
pembuluh darah khususnya pembuluh darah arteri yang diukur dalam
millimeter air raksa (mmHg). Dua nilai tekanan darah arteri adalah tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Bell et al., 2015).
Pathway/WOC
18
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
2.7 Komplikasi
Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
a. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Pusing/migrain
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Kelemahan
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual,
detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang
bersifat obyektif yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
pada tubuh pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan melihat
keadaan pasien (inspeksi). Peraba suatu sistem atau organ yang hendak
diperiksa (Palpasi) mengetuk suatu sistem atau organ (Perkusi), dan
mendengar suatu sistem atau organ (Auskultasi).
a. Keluhan utama
Biasanya pasien keadaan umumnya lemah
b. Tanda-tanda vital (TTV)
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi.
c. Breathing (B1)
Inspeksi: Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada retraksi
Palpasi : Tidak mengalami nyeri tekan
Perkusi : Sonor
23
B. Analisa Data
1. Aktivitas istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala:
a. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup
dan penyakit serebrovaskuler.
b. Episode palpitasi
24
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah
b. Nadi denyutan jelas dari karotis, ugularis, radialis, takikardia
c. Murmur stenosis vulvular
d. Distensi vena jugularis
e. Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
f. Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
3. Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.
5. Makanan/Cairan
Gejala:
a. Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol
b. Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
c. Riwayat penggunaan diuretic
Tanda:
a. Berat badan normal atau obesitas
b. Adanya edema
c. Glikosuria
d. Neurosensori
Gejala:
a. Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
b. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
25
Tanda:
a. Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi bicara, efek,
proses piker
b. Penurunan kekuatan genggaman tangan
c. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
6. Pernapasan
Gejala:
a. Disnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea
b. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
c. Riwayat merokok
Tanda:
a. Distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan
b. Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
c. Sianosis
7. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
8. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala:
a. Faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus.
b. Faktor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan
pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
9. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi
obat.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
26
3. Hipervolemia (D.0022)
a. Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, atau
intraseluler.
b. Penyebab: gangguan mekanisme regulasi
c. Batasan karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subyektif: ortopnea, dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND)
2) Objektif: Edema anasarka atau edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, jugular venous pressure (JVP)
atau Central Venous pressure (CVP) meningkat, refleks
hepatojugular positif.
Kriteria Minor:
1) Subyektif: (tidak tersedia)
2) Objektif: Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari
output, kongesti paru.
d. Kondisi klinis terkait:
1) Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal jantung kongesif
4) Kelainan hormone
5) Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati)
6) Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis)
7) Imobilitas
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
a. Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab: kelemahan
c. Batasan karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subyektif: mengeluh lelah
2) Objektif: frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi istirahat
29
Kriteria Minor:
1) Subyektif: dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas, merasa lelah.
2) Objektif: tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukan aritmia
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Sianosis
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
5. Defisit Pengetahuan (D.0111)
a. Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
b. Penyebab: kurang minat dalam belajar
c. Batasan karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subjektif: Menanyakan masalah yang dihadapi
2) Objektif: menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan
persepsi yang keliru terhadap masalah.
Kriteria Minor:
1) Subjektif: (tidak tersedia)
2) Objektif: menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan
perilaku berlebihan (misal apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria)
d. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
30
3) Penyakit kronis
6. Ansietas (D.0080)
a. Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Penyebab: kurang terpapar informasi.
c. Batasan Karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subjektif: merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.
2) Objektif: tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
Kriteria Minor:
1) Subjektif: mengeluh pusing, Anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya.
2) Objektif: freuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak puca,
suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorrientasi
pada masa lalu.
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit kronis progresif (misal kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
7. Resiko Penurunan curah Jantung (D.0011)
a. Definisi: Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Faktor Risiko: Perubahan afterload.
c. Kondisi Klinis Terkait
31
4) Katarak
5) Glaucoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeklampsi
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018). Menurut Nurarif &
Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (misal iskemia)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil: Tingkat nyeri (L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan: (Manajemen nyeri I.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal
akupuntur, terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
33
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2015). Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga
jenis implementasi keperawatan, yaitu:
a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam
memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations adalah suatu tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
lain-lain.
c. Dependent Implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)
sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
38
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017). Menurut (Asmadi,
2008) terdapat 2 jenis evaluasi: a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:
a. Kartu SOAP
Data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)
dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
1) S (Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan
keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi,
dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan
39
BAB III
TINJAUAN KASUS
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sakit kepala dan badan terasa lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sakit kepala dan badannya merasa lemas. Pasien
memiliki riwayat hipertensi terdiagnosa sejak kehamilan anak
bungsunya. Pasien mengatakan sudah minum obat anti hipertensi
namun akhir-akhir ini berhenti karena takut akan efek samping obat
tersebut dan klien lupa nama obatnya. Terakhir periksa, pasien
mendapat resep obat etenolol 100 mg/hari dan HCTZ 12,5 mg/hari,
namun pasien mengatakan malas untuk meminum obat dan lupa untuk
menebus resepnya. Pasien juga mengaku kesulitan mengubah kebiasaan
makannya, dan malas untuk berolahraga. Pasien juga mengalami
obesitas sedang (BB: 68kg, TB: 152cm). Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan TD: 155/110 mmhg, RR: 30x/menit, N: 100x/menit, nyeri
terasa berat di kepala dengan skala nyeri 6, badan terasa lemah dan
tidak mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. Hasil lab
menunjukkan sodium138mEq/L; potassium3.4 mEq/L; blood urea
nitrogen (BUN) 19mg/dL; creatinine 0.9mg/dL; calcium 9.8 mg/dL;
total cholesterol 268 mg/dL; triglycerides 230mg/dL; dan gula darah
puasa 105 mg/dL. Pasien menolak diukur urin 24 jam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi terdiagnosa sejak kehamilan anak
bungsunya. Pasien mengatakan sudah minum obat anti hipertensi
namun akhir-akhir ini berhenti karena takut akan efek samping obat
tersebut dan klien lupa nama obatnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien meninggal pada usia 65 tahun karena penyakit jantung yang
berkaitan dengan hipertensi (CVD). Kakek dan nenek pasien juga
mengalami CVD.
43
5. Genogram
Keterangan:
Pasien
CVD Perempuan
CVD Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
44
b. Selama sakit: pasien megeluh sakit kepala dan nyeri terasa berat di
kepala dengan skala nyeri 6
7. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
a. Identitas Diri : Pasien seorang penderita hipertensi
b. Gambaran Diri : Pasien seorang wanita berumur 42 tahun
c. Ideal Diri : Pola pikir pasien terganggu karena penyakitnya
d. Harga Diri : pasien seorang yang terbuka dan mau bercerita
e. Peran Diri : Pasien sebagai istri
8. Sexual dan Reproduksi :
Tidak terkaji
9. Pola Peran Hubungan
a. Sebelum sakit: hubungan dengan orang lain dan komunikasi baik
b. Selama sakit: sama seperti sebelum sakit
10. Manajemen Koping Stress
a. Sebelum sakit: Pasien tidak dapat mengatasi permasalahannya
sendiri
b. Selama sakit: Pasien membutuhkan bantuan dan dukungan keluarga
dalam mengatasi masalah
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Tidak terkaji
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat kesadaran : sadar
2. TTV:
N : 100x/menit
RR : 30x/menit
TD : 155/110 mmHg
S : 37,7oC
3. Kepala: Nyeri terasa berat (skala nyeri 6)
4. Mata, telinga, hidung
Mata : tidak terkaji
Telinga : tidak terkaji
Hidung : tidak terkaji
46
2. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 - DS: Penurunan Penurunan Curah Jantung
- Badan terasa lemas Curah Jantung ↓
- DO: Kerusakan vaskuler
- Tekanan darah meningkat pembuluh darah
(155/110 mmHg) ↓
- RR : 30x/menit Vasokonstriksi
- N : 100x/menit ↓
- BB: 68 kg ; TB: 152 cm Iskemik
- Badan terasa lemah dan tidak ↓
mampu melakukan aktivitas Perubahan Afterload
harian secara mandiri ↓
- Potassium 3,4 mEq/L Tekanan darah
- Creatinine 0,9 mg/dL meningkat
- Total cholesterol 268 mg/dL (155/110 mmHg)
- Triglycerides 230 mg/dL
- Gula darah puasa 105 mg/dL
2 - DS: Nyeri akut Nyeri Akut
- Pasien mengeluh nyeri (sakit ↓
kepala Penyumbatan pembuluh
- DO: darah di otak
- TD: 155/110 mmHg ↓
- N: 100x/menit Agen pencedera
- RR: 30x/menit fisiologis
- Nyeri terasa berat dikepala ↓
dengan skala nyeri 6 Resistensi pembuluh
darah otak meningkat
↓
Nyeri (sakit kepala)
3 - DS: Keletihan Keletihan
- Pasien mengeluh lelah ↓
48
3. Diagnosa Keperawatan
49
4. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curang jantung b.d. perubahan afterload d.d. tekanan darah
meningkat (155/110 mmHg)
2. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis d.d. nyeri terasa berat di kepala
Intervensi (SIKI) Rasional Tujuan (SLKI)
Manajemen Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri Setelah dilakukan
Observasi: Observasi: asuhan keperawatan
1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi nyeri dan selama 24 jam
karakteristik, durasi, skala yang muncul saat nyeri diharapkan Tingkat
frekuensi, kualitas, 2. Untuk mengetahui seberapakah Nyeri (L.08066)
intensitas nyeri rasa nyeri yang dialami oleh pasien menurun dengan
2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mengetahui mimik wajah kriteria hasil:
3. Identifikasi respon nyeri yang diperlihatkan pasien saat 1. Kemampuan
non verbal nyeri muncul menuntaskan
51
3. Keletihan b.d. kondisi fisiologis d.d. pasien mengeluh lelah dan tidak
mampu melakukan aktivitas harian
Hasil: O (objektif):
BB: 68 kg - S : 37,5OC
- N : 90x/menit
Total cholesterol 250 mg/dL
57
58
Edukasi:
09.30 - Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Hasil: Pasien kooperatif
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Hasil: Pasien dan keluarga kooperatif
Kolaborasi:
09.45 - Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Hasil:
Membantu dalam manajemen penyakit tersebut dengan
memberikan edukasi, mendukung perubahan gaya hidup
yang sehat, dan memberikan pemantauan kesehatan yang
teratur
Membantu meningkatkan kondisi kardiovaskular,
kekuatan otot, daya tahan, dan mengurangi risiko
penyakit jantung yang lebih lanjut
60
Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Nyeri akut b.d. agen Observasi: S (subjektif):
2023 pencedera fisiologis 12.00 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Ny.B mengatakan nyeri di bagian
d.d. nyeri dibagian intensitas nyeri kepala sudah berkurang
kepala Hasil: - Skala nyeri berkurang 4 (0-10)
(skala nyeri 6) Pasien mengatakan nyeri di kepala membaik dari O (objektif):
sebelumnya, tetapi terkadang nyeri di kepala terasa lagi - N : 90x/menit
dalam beberapa waktu - RR : 22x/menit
N: 90x/menit - Pasien kooperatif dan mampu
RR: 21x/menit memahami edukasi dari perawat
12.15 - Identifikasi skala nyeri A (assesment):
Hasil:Pasien mengatakan skala nyeri berkurang dari hari - Masalah nyeri akut sebagian
Hasil: Pasien mengatakan nyeri datang tiba-tiba dan hilang 3. Ajarkan teknik relaksasi
61
Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Keletihan b.d. kondisi Observasi: S (subjektif):
2023 fisiologis d.d. pasien 15.00 - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan - Ny.B mengatakan lemas sudah
mengeluh lelah dan kelelahan berkurang
tidak mampu Hasil: kondisi fisiologis pasien (penurunan curah jantung) - Lesu berkurang
melakukan aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional - Ny.B mengatakan sudah bisa
harian secara mandiri Hasil: pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas melakukan aktivitas mandiri
harian secara mandiri meskipun terkadang memerlukan meskipun terkadang perlu
bantuan dari orang lain bantuan
- Monitor pola dan jam tidur - Pasien mengatakan perasaan
Hasil: pasien tidur sesuai ketentuan memberat di kepala sudah
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan berkurang
aktivitas O (objektif):
Hasil: - Pasien kooperatif dan merasa
Pasien mengatakan perasaan memberat di kepala sudah nyaman
cukup membaik A (assesment):
Parasaan badan lemas berkurang - Masalah keletihan sebagian
teratasi
64
Terapeutik P (Planning):
15.30 - Sediakan lingkungan nyaman dan stimulus - Intervensi dilanjutkan
Hasil: Pasien mengatakan lingkungan/ruangan px nyaman 1. Kaji kemampuan pasien untuk
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif beraktivitas
Hasil: pasien kooperatif 2. Ajarkan pasien dan keluarga
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan teknik relaksasi
Hasil: pasien merasa nyaman 3. Anjurkan pasien membatasi
Edukasi aktivitas berat
16.00 - Anjurkan tirah baring 4. Mengajarkan teknik ROM
Hasil: pasien kooperatif 5. Berikan pengobatan nyeri
- Anjurkan aktivitas secara bertahap sebelum aktivitas
Hasil: pasien kooperatif
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Hasil: pasien kooperatif
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Hasil: pasien kooperatif
65
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asuhan keperawatan
Hasil:
Penilaian nutrisi yang lebih akurat
Perencanaan diet yang tepat
16.15
Manajemen nutrisi selama perawatan
Edukasi pasien
Identifikasi risiko nutrisi
Manajemen terkait komplikasi nutrisi
Memoerbaiki hasil terapi
66
Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Obesitas b.d. kurang Observasi: S (subjektif):
2023 aktivitas fisik harian 16.30 - Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat - Ny.B mengatakan akan berusaha
d.d. IMT > 27 kg/m2 mempengaruhi berat badan menjaga dan mengontrol asupan
(29,4) Hasil: kondisi kardiovaskuler (hipertensi) makanannya seperti mengurangi
Terapeutik: makanan yang mengandung
- Hitung berat badan ideal pasien kolesterol tinggi dan rendah
Hasil: lemak
Berat Badan(kg) - Ny.B mengatakan akan
IMT =
¿¿
memperbaiki dan mengubah
68 kg
= kebiasaan makannya dan mau
( 1, 52 m ) x (1 , 52m)
menjalani diet
= 29,4 (obesitas sedang)
- Ny.B mengatakan akan
BBI = (TB – 100) x 90%
mengobah pola hidup yang lebih
= [(152 – 100) x 90%
sehat (seperti berolahraga sesuai
= 46,8 kg (Berat Badan Ideal)
16.45 anjuran yang telah dijelaskan)
- Fasilitasi menentukan target berat badan yang realistis
O (objektif):
Hasil:
- IMT: 29,4 (obesitas sedang)
Menetapkan target yang akan dicapai dan mulai menjaga
- Pasien kooperatif dan mau
67
Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Ketidakpatuhan b.d. Observasi: S (subjektif):
2023 ketidakadekuatan 19.00 - Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan - Ny.B mengatakan sebelumnya
pemahaman d.d. Hasil: malas minum obat karena kurang
malas meminum Setelah perawat menjelaskan tentang pentingnya program paham tentang kegunaan obat dan
obat dan menolak pengobatan dan memberi penjelasan terkait pertanyaan efek samping dari obat tersebut
pemeriksaan urine yang pasien tanyakan, pasien kooperatif dan mau - Pasien menolak pemeriksaan
menjalani program pengobatan urine merasa melanggar privasi
Pasien mengatakan sebelumnya malas minum obat karena pribadi pasien, akan tetapi setelah
kurangnya pemahaman tentang kegunaan obat dan efek perawat memberikan penjelasan,
samping dari obat tersebut pasien mau melakukan
Terapeutik: pemeriksaan urine
19.15 - Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik O (objektif):
Hasil: pasien kooperatif dan mau menjalani prgram - Pasien/keluarga kooperatif dan
pengobatan dengan baik mau menjalani program
- Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian pengobatan sesuai aturan
menemani pasien selama menjalani program pengobatan A (assesment):
Hasil: keluarga kooperatif - Masalah ketidakpatuhan teratasi
- Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses
69
pengobatan P (Planning):
Hasil: - Intervensi dihentikan
Perawat dapat melihat perkembangan pasien dari waktu ke
waktu serta dapat memahami apakah pengobatan pasien
efektif atau ada perubahan yang perlu dilakukan
Merekam pengambilan obat dan menjadwalkan janji temu
medis antara nakes dan pasien
Memantau efek samping dari pengobatan dan
mengevaluasinya
- Diskusikan hal yang dapat mendukung atau menghambat
19.30 berjalannya program pengobatan
Hasil:
Diskusi dapat membantu pasien untuk memahami secara
lebih baik tentang rencana pengobatannya
Membantu dalam penyelesaian masalah bersama,
mengidentifikasi hambatan atau masalah yang mungkin
muncul selama program pengobatan
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan
70
yang dijalani
Hasil: keluarga kooperatif
Edukasi:
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
20.00 Hasil: pasien kooperatif
- Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
Hasil: pasien paham atas penjelasan dari perawat dan
sesekali bertanya terkait manfaat dari program
pengobatannya
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan
Hasil: keluarga kooperatif
- Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke
layanan kesehatan terdekat
Hasil: pasien dan keluarga kooperatif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistole), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastole).
Dari studi literatur yang dilakukan terhadap beberapa jurnal, diketahui
bahwa pola makan dengan pemilihan makanan yang kurang tepat sangat
berpengaruh terhadap penyakit hipertensi yang terjadi. Pola makan yang
dapat mengakibatkan hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi natrium dan tinggi lemak, dan juga stress.
4.2 Saran
Diharapkan seseorang dapat mencegah dan mengatasi hipertensi
dengan baik diantaranya yaitu dengan memperbaiki pola makan menjadi lebih
baik, seperti mengkonsumsi makanan seimbang, rutin mengkonsumsi buah
dan sayur dan minum air putih sesuai kebutuhan dalam sehari, dan selalu
berpikir positif untuk menghindari stress. Dari makalah ini diharapkan pada
pembaca dapat memahami isi makalah dan bermanfaat bagi pembaca.
71
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Fiona. 2022. Mengenal Anatomi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita,
bocahindonesia.com. Diakses tanggal 25 September 2023. https://
bocahindonesia.com/anatomi-fungsi-sistem-reproduksi-wanita/
Roslandari, Luh Made Wuan, dkk. 2020. Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi Rawat Jalan
Pada Program Pengelolaan Penyakit Kronis. Pharmaceutical Journal Of
Indonesia. Vol 5(2) : hal 131 – 139. Diakses pada tangga 15 November
2023. https://pji.ub.ac.id/ index.php/pji/article/download/141/116
72