Anda di halaman 1dari 75

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Respiratori, Kardiovaskuler dan Hematologi yang diampu oleh
Ibu Sugesti Aliftitah S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Fijjriya Maulina Ananta (722621738)
2. Syaiful Dhani Hidayat (722621719)
3. Hesty Adriana (722621709)
4. Fitria Noviyana Putri (722621712)
5. Moh. Asnawi (722621703)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori dan Hematologi dengan
judul “Asuhan Keperawatan Hipertensi” berdasarkan pengumpulan data dari
berbagai sumber.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori, dan Hematologi yaitu
Ibu Sugesti Aliftitah, S.Kep., Ns., M.Kep untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Disusun agar
mahasiswa bisa memahami dan mengetahui lebih luas lagi tentang “Asuhan
Keperawatan Hipertensi” pada makalah ini. Kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan dan menyusunannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan, baik dalam bentuk
saran maupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat guna perkembangan dunia pendidikan.

Sumenep, 21 Oktober 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................5
2.1 Anatomi Fisiologi............................................................................5
2.2 Definisi Hipertensi........................................................................13
2.3 Etiologi Hipertensi........................................................................14
2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi......................................................15
2.5 Patofisiologi dan WOC Hipertensi..............................................15
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi............................................18
2.7 Komplikasi Hipertensi.................................................................19
2.8 Penatalaksanaan Hipertensi........................................................19
2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis Hipertensi..................................21
A. Pengkajian................................................................................21
B. Analisa Data.............................................................................23
C. Diagnosa Keperawatan............................................................25
D. Intervensi Keperawatan..........................................................32
E. Implementasi Keperawatan....................................................37
F. Evaluasi Keperawatan.............................................................38
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................40
3.1 Study Kasus...................................................................................40
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus........................................................41
BAB IV PENUTUP....................................................................................
4.1 Kesimpulan........................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah
berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi
berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh
tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal
ginjal, stroke, dan gagal jantung (Willy, 2018). Hipertensi berasal dari dua
kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya tekanan darah.
Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Penderita hipertensi banyak yang berpikir bahwa obat darah tinggi hanya
perlu diminum ketika tensi tinggi, yang hanya bisa diketahui saat checkup di
dokter maupun puskesmas atau saat mereka mengalami sakit kepala hebat.
Padahal jika masyarakat sering melewatkan dosis obat hipertensi atau tidak
mengkonsumsinya seperti yang telah direkomendasikan dokter, bukan cuma
tekanan darah yang jadi makin tak terkendali namun juga melipat gandakan
resiko untuk komplikasi yang berakibat fatal. Selain itu masyarakat percaya
bahwa hanya dengan memakan mentimun saja penyakit hipertensi akan
hilang atau sembuh (Murwani,2009).
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan
darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan
sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada
tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan
hipertensi pada peringkat ke tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian
dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan
jantung setiap tahunnya (Corwin, 2007). Di Indonesia sendiri, berdasarkan
hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa.
Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita
hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas

1
2

menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar


25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi
yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas,
2013). Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010, data
jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi
Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderita hipertensi. Dari hasil survei
tentang penyakit terbanyak di rumah sakit di Provinsi Jawa Timur, jumlah
penderita hipertensi sebesar 4,89%, pada hipertensi essensial, dan 1,08% pada
hipertensi sekunder di RSUD Bangil-Pasuruan.
Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi
terus meningkat. Gaya hidup gemar makan fast food yang kaya lemak, asin
malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah
jumlah pasien hipertensi (Rudianto,2013). Saat ini orang lebih suka memilih
makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak dan banyak
mengandung garam. Selain itu makanan blendrang atau disebut makanan
kemarin juga banyak mengandung kadar garam dari lemak cukup tinggi.
Seharusnya masyarakat sadar bahwa dengan mengkonsumsi makanan diatas
dapat memicu terjadinya hipertensi. Bila hal ini terus dilakukan maka
hipertensi mereka akan bertambah parah, sehingga akan menimbulkan
komplikasi seperti kerusakan pada otak, kerusakan pada jantung, kerusakan
pada ginjal, dan kerusakan pada mata (Rusdianto,2013).
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun segala
bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk
mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi. Hipertensi perlu dideteksi
dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat
dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.
Pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan seperti klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis atau sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. Perawat juga dapat mengajarkan
klien untuk berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan juga
3

menghindari mengkonsumsi garam yang berlebih untuk menstabilkan tekanan


darah. Penatalaksanaan penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
minum obat secara teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter dengan
sekali dalam sehari. Selain itu perawat perlu memonitoring tekanan darah
masyarakat guna mencegah penyakit hipertensi secara dini, kontrol penyakit
ke dokter minimal sebulan sekali, monitoring tekanan darah, kerusakan target
organ, interaksi obat, efek samping dan kepatuhan (Anindya,2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi dari Hipertensi?
2. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi?
3. Bagaimana etiologi Hipertensi?
4. Apa saja manifestasi klinis yang ditimbulkan dari Hipertensi?
5. Bagaimana patofisiologis dan WOC Hipertensi?
6. Seperti apa pemeriksaan diagnostik hipertensi?
7. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh hipertensi?
8. Bagaimana penatalaksanaan Hipertensi?
9. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis dari Hipertansi?
10. Bagaimana kasus asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis
hipertensi?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami lebih dalam mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami anatomi fisiologi hipertensi
b. Untuk memahami definisi hipertensi
c. Untuk memahami etiologi hipertensi
d. Untuk memahami manifestasi klinis hipertensi
e. Untuk memahami patofisiologi dan WOC hipertensi
f. Untuk memahami pemeriksaan diagnostik hipertensi
4

g. Untuk memahami komplikasi hipertensi


h. Untuk memahami penatalaksanaan hipertensi
i. Untuk memahami asuhan keperawatan teoritis dari hipertensi
j. Untuk memahami kasus asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa
medis hipertensi

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan pengalaman bagi penulis untuk
melakukan studi kasus serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai sumber
bacaan dan data acuan dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Bagi Pelayanan kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik keperawatan yang tepat
khususnya untuk pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah,


dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah
dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh. Arteri membawa darah dari
jantung, vena membawa darah ke jantung, sedangkan kapiler menggabungkan
arteri dan vena, terlentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara
makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan
ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinding
kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat
dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi
penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai
dengan siklus jantung, jika jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70
kali per menit.

5
6

A. Kecepatan normal denyut nadi per menit :


Pada bayi yang baru lahir 140x/menit
Selama tahun pertama 120x/menit
Selama tahun kedua 110x/menit
Pada umur 5 tahun 96-100x/menit
Pada umur 10 tahun 80-90x/menit
Pada orang dewasa 60-80x/menir
(Pearce, 2009: hal 151)
B. Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem
vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja
sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke
pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantung
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan
darah didalam arteri, kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg
tekanan ini disebut tekanan sistole. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan
80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan
diastole.
C. Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari
pembuluh darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan
berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu
aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan
tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik
turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemompa, isapan yang
dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari
vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan
nadi dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya
7

pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis,


olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga
tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama,
aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai
suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah ke segala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancar. Keadaan dapat
terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang
mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs. H. Syaifuddin. 2010).
D. Anatomi Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yang dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atas merupakan
pangkal jantung dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak
runcing disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah
depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan Vl dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini
teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya
lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-
300 gram.
Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin
untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita
masih hidup. Oleh karena itu, membutuhkan makanan yang dibawa oleh
darah. Pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk
jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria. Jantung
dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk menggiatkan
kerja jantung dan nervus para simpa memperlambat kerja jantung. Jantung
8

dapat bergerak yaitu dengan cara mengembang dan menguncup,


disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf
otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang
terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut
nodus sinoatrial (sinus knop simpul keith flak). Dari sini rangsangan akan
diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus
atrioventrikular atau simpul tawara melalui berkas wenkebach, Dari
simpul tawara rangsangan akan melalui bundel atrioventrikular dan pada
bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut
anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik. Seterusnya
rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian apeks kordis dan melalui
berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan demikian
jantung berkontraksi.
 Struktur eksterior jantung

 Struktur inferior jantung


9

Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode:


a) Periode konstriksi (periode sistole).
Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan
menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis (atrioventrikular) dalam
keadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra
mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan.
Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aotra kemudian di
edarkan ke seluruh tubuh.
b) Periode dilatasi (periode diastole).
Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikus dan
trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk
ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel
dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui
vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh
melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
c) Periode istirahat
Periode istirahat adalah waktu antara periode konstriksi dan dilatasi,
ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat
jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap
kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.
Kalau kita bekerja maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi
sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh tubuh. Kerja jantung
dapat diketahui dengan jalan memeriksa perjalanan darah dalam arteri.
Oleh karena dinding arteri akan mengembang jika di dalamnya
mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini menimbulkan
denyutan pada arteri. Sesuai dengan kuncupnya jantung yang disebut
denyut nadi. Baik buruknya dan teratur tidaknya denyut nadi
bergantung dari kembang kempisnya jantung.
10

1. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung
selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu
konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) konstriksi dari ke dua
atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial dan
pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap pengendoran selama
0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi
ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus
lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk
mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga
memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah
ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.
2. Bunyi jantung
Selama pergerakan, jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup. Bunyi pertama disebabkan
menutupnya katup atrioventrikel, dan bunyi kedua karena menutupnya
katup aorta dan arteri pulmonary setelah konstriksi dari ventrikel. Bunyi
yang pertama adalah panjang, yang kedua pendek dan tajam. Dalam
keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lebih keras, tetapi bila arus
darah cepat atau kalau ada kelainan pada katup maka terdapat bunyi
bising.
3. Debaran Jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel kiri
terhadap dinding anterior yang terjadi selama konstriksi ventrikel.
Debaran ini dapat diraba dan sering terlihat pada ruang interkostalis
kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
4. Sifat otot jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan
berkontraksi otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak
bergantung pada rangsangan saraf. Konduktivitas (daya hantar)
konstriksi melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali dan
11

sangat jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang yang
dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung pada
rangsangan saraf.
5. Denyut arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri
bila darah dipompakan keluar jantung. Denyut ini dapat diraba pada
arteri radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang
tekanan yang dialihkan dari aorta kearteri yang merambat lebih cepat.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh
pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dan umur.
6. Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu
banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit dengan
daya pompa 20-25 liter/menit. Setiap menit jumlah volume darah yang
tepat sama sekali dialirkan dari vena ke jantung. Apabila pengembalian
dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan
daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung bisa membengkak
berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama,
bisa menjadi edema.
7. Katup-katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting dalam
susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
a) Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup.
b) Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
c) Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra
dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju ke paru-paru.
d) Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan
aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
12

E. Fisiologi Jantung
Jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot
atrium, otot ventrikel dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai
pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan
cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama.
Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi
dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat
kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan
konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus
rangsangan bagi jantung.
1. Sifat ritmisitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dariluar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls)
sendiri. Pada keadaan fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya
kontraktilitas yang tinggi.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka
seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot
jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segera
dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi
dengan kekuatan yang sama. Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah
bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu dan
hormon tertentu.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa
relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara
maksimal, otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu.
Serat otot jantung akan bertambah panjang bila volume diastoliknya
bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu
kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
13

2.2 Definisi Hipertensi


Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi yaitu tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang
menetap. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan
darah berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi
berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh
tubuh sehingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit seperti
gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung (Willy, 2018).
 Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 (2003)
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-149 90-99
Hipertensi Stage II >150 >100
(Arif Muttaqin, 2009)
 Klasifikasi hipertensi menurut WHO
Tekanan Sistole Tekanan Diastole
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 3 (hipertensi berat) 160-179 100-109
Tingkat 1 (hipertensi ringan) >180 >110
Hipertensi sistole terisolasi >140 <90
Sub group: perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
14

 Klasifikasi hipertensi menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Dan/ Diastole
Kategori Sistole (mmHg)
Atau (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap II >160 Atau >100
Hipertensi sistole terisolasi >140 Dan <90
(Andy Sofyan, 2012)

2.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, terdapat dua jenis hipertensi yang umum
terjadi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
adalah jenis hipertensi yang berkembang dari waktu ke waktu tanpa penyebab
yang dapat diidentifikasi. Lebih dari 90% hipertensi masuk ke dalam
kelompok hipertensi primer (esensial). Kelainan hermodinamik utama pada
hipertensi asensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi
asensial adalah multi faktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang terjadi dengan
cepat dan bisa menjadi lebih parah dari pada hipertensi primer. Hipertensi
sekunder prevelensinya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin),obat dan lain-lain. Secara umum,
penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
A. Faktor genetik atau keturunan
Salah satu penyebab hipertensi bisa jadi karena faktor genetik atau
keturunan. Itu artinya, ada mutasi gen atau kelainan genetik yang
diwarisi dari orang tua sehingga membuat penderita secara genetik
mengalami hipertensi.
B. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang semakin menua juga bisa menjadi penyebab
hipertensi. Jika penderita mengalami perubahan fungsi ginjal karena
15

penuaan, maka keseimbangan garam dan cairan alami tubuh penderita


terganggu. Alhasil, tekanan darah tubuh ikut meningkat.
C. Pola hidup tidak sehat
Pilihan pola hidup yang dijalani merupakan penyebab hipertensi yang
paling sering terjadi. Sebagai contoh, kebiasaan merokok, terlalu banyak
konsumsi makanan asin, terlalu banyak konsumsi makanan manis, serta
kurangnya aktivitas fisik.

2.4 Manifestasi Klinis


Sebagian besar manifestasi klinik hipertensi timbul setelah mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun, dan biasanya berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga dan kadang-kadang disertai dengan mual dan
muntah.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina disebabkan oleh hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan saraf pusat.
d. Nokturea karna peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada hipertensi maligma yang merukan hipertensi berat yang progresif,
dimana tekanan darah diastolik >115 mmHg. Hipertensi maligma dapat
meningkatkan resiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke. Seseorang
dengan maligma beiasanya memiliki gejala-gejala:
a. Morning headaches
b. Penglihatan kabur
c. Sesak nafas atau dispnea
d. Gejala uremia

2.5 Patofisiologi
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini akan menyebabkan resistensi
perifer akan meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk
mengatasi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital
seperti jantung, otak dan ginjal akan menurun (Potter & Perry, 2012).
16

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak


ke bawah melalui simaptis ke ganglia simaptis. Pada titik ini neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan noreprinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi
(Smeltzer & Bare, 2013). Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Tambahan aktivitas
vasokontriksi ini terjadi karena medulla adrenal mengsekresi epineprin dan
korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid yang dapat memperkuat
respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi ini mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan terjadinya pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, dan menyebakan
terjadinya peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung pencetus keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2013).
Terdapat beberapa faktor yang mengontrol tekanan darah dan
berkontribusi mengembangkan hipertensi primer. Dua faktor utama meliputi
masalah hormon yaitu hormone natriuretik dan reninangiotensin-aldosteron
system (RAAS) serta mekanisme atau gangguan elektrolit (natrium, klorida,
potasium). Hormon natriuretik menyebabkan peningkatan konsentrasi
natrium dalam sel yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Reninangiotensi-aldosteron system mengatur sodium, potassium dan volume
darah yang akan mengatur tekanan darah di arteri (pembuluh darah membawa
darah menjauhi hati). Dua hormon yang terlibat dalam RAAS yaitu
angiotensin II dan aldosterone. Angiotensin II menyebabkan penyempitan
pembuluh darah, meningkatkan pelepasan bahan kimia yang meningkatkan
tekanan darah dan meningkatkan produksi aldosteron. Penyempitan
pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan darah (kurang ruang, jumlah
17

darah yang sama) yang juga terjadi tekanan pada jantung. Aldosterone
menyebabkan natrium dan air tetap berada dalam darah. Akibatnya ada
volume darah yang lebih besar dan akan meningkatkan tekanan pada jantung
dan meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah arteri adalah tekanan dalam
pembuluh darah khususnya pembuluh darah arteri yang diukur dalam
millimeter air raksa (mmHg). Dua nilai tekanan darah arteri adalah tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Bell et al., 2015).

Pathway/WOC
18

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. Hemoglobin/Hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
b. BUN (Blood Unit Nitrogen)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal glukosa hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
c. Glukosa
Hiperglikemi dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus adanya pembentukan
plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
19

l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

2.7 Komplikasi
Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
a. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Pusing/migrain
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Kelemahan
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

2.8 Penatalaksaan Hipertensi


Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor
risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
20

obat antihipertensi (Aspiani, 2016). Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan


dengan cara terapi tanpa obat dan terapi dengan obat.
A. Pengobatan secara non-farmakologis, antara lain:
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram/hari.
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan dapat mengurangi tekanan darah. Kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
21

dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat


meningkatkan kerja jantung.
B. Pengobatan secara farmakologis, antara lain:
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National
Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit
lain yang ada pada penderita.

2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis Hipertensi


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalahmasalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan.
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan penanggung jawab dengan pasien.
22

b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual,
detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang
bersifat obyektif yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
pada tubuh pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan melihat
keadaan pasien (inspeksi). Peraba suatu sistem atau organ yang hendak
diperiksa (Palpasi) mengetuk suatu sistem atau organ (Perkusi), dan
mendengar suatu sistem atau organ (Auskultasi).
a. Keluhan utama
Biasanya pasien keadaan umumnya lemah
b. Tanda-tanda vital (TTV)
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi.
c. Breathing (B1)
Inspeksi: Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada retraksi
Palpasi : Tidak mengalami nyeri tekan
Perkusi : Sonor
23

Auskultasi: Suara nafas tambahan


d. Blood (B2)
Inpeksi : Sianosis
Palpasi : Irama jantung teratur, tekanan darah naik
Perkusi : Pekak
Auskultasi :Bunyi jantung S1,S2 Tunggal.
e. Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran composmentis, orientasi baik, gelisah, pupil
isokor
Palpasi : Adanya nyeri tekan.
Perkusi : Tidak ada
Auskultasi :Tidak ada
f. Bladder (B4)
Inspeksi :Warna urine kunig pekak, konsistensi normal, berbau
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada perkemihan
g. Bowel (B5)
Inpeksi : Mukosa bibir lembab, perubahan berat badan, mual muntah
Perkusi : Abdomen timpani
Auskultasi : Terjadi penurunan pada bising usus
h. Bone (B6)
Inspeksi : Turgor kulit elastis
Palpasi : Akral hangat

B. Analisa Data
1. Aktivitas istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala:
a. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup
dan penyakit serebrovaskuler.
b. Episode palpitasi
24

Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah
b. Nadi denyutan jelas dari karotis, ugularis, radialis, takikardia
c. Murmur stenosis vulvular
d. Distensi vena jugularis
e. Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
f. Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
3. Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.
5. Makanan/Cairan
Gejala:
a. Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol
b. Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
c. Riwayat penggunaan diuretic
Tanda:
a. Berat badan normal atau obesitas
b. Adanya edema
c. Glikosuria
d. Neurosensori
Gejala:
a. Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
b. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
25

Tanda:
a. Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi bicara, efek,
proses piker
b. Penurunan kekuatan genggaman tangan
c. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
6. Pernapasan
Gejala:
a. Disnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea
b. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
c. Riwayat merokok
Tanda:
a. Distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan
b. Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
c. Sianosis
7. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
8. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala:
a. Faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus.
b. Faktor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan
pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
9. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi
obat.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
26

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan


(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Berikut adalah uraian dari masalah
yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015) dengan hipertensi:
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
3. Kelebihan volume cairan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
5. Ketidakefektifan koping
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Resiko cedera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan hipertensi (Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017):
1. Nyeri akut (D.0077)
a. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
Agen pencedera fisiologis (misal: inflamasi, iskemia, neoplasma).
c. Batasan Karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subjektif: mengeluh nyeri.
2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (misal: waspada,
posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan
sulit tidur.
Kriteria Minor:
1) Subjektif: tidak ada
2) Objektif: tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis.
27

d. Kondisi Klinis Terkait


1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
a. Definisi: penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat
menggangu metabolisme tubuh
b. Penyebab: peningkatan tekanan darah
c. Batasan Karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subyektif: (tidak tersedia)
2) Objektif: pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun.
Kriteria Minor:
1) Subyektif: parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
2) Objektif: edema, penyembuhan luka lambat, indeks anklebrachial
<0,90, bruit femoralis
d. Kondisi klinis terkait
1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Kelainan jantung congenital
6) Thrombosis arteri
7) Varises
8) Thrombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen
28

3. Hipervolemia (D.0022)
a. Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, atau
intraseluler.
b. Penyebab: gangguan mekanisme regulasi
c. Batasan karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subyektif: ortopnea, dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND)
2) Objektif: Edema anasarka atau edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, jugular venous pressure (JVP)
atau Central Venous pressure (CVP) meningkat, refleks
hepatojugular positif.
Kriteria Minor:
1) Subyektif: (tidak tersedia)
2) Objektif: Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari
output, kongesti paru.
d. Kondisi klinis terkait:
1) Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal jantung kongesif
4) Kelainan hormone
5) Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati)
6) Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis)
7) Imobilitas
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
a. Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab: kelemahan
c. Batasan karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subyektif: mengeluh lelah
2) Objektif: frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi istirahat
29

Kriteria Minor:
1) Subyektif: dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas, merasa lelah.
2) Objektif: tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukan aritmia
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Sianosis
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
5. Defisit Pengetahuan (D.0111)
a. Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
b. Penyebab: kurang minat dalam belajar
c. Batasan karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subjektif: Menanyakan masalah yang dihadapi
2) Objektif: menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan
persepsi yang keliru terhadap masalah.
Kriteria Minor:
1) Subjektif: (tidak tersedia)
2) Objektif: menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan
perilaku berlebihan (misal apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria)
d. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
30

3) Penyakit kronis
6. Ansietas (D.0080)
a. Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Penyebab: kurang terpapar informasi.
c. Batasan Karakteristik
Kriteria Mayor:
1) Subjektif: merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.
2) Objektif: tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
Kriteria Minor:
1) Subjektif: mengeluh pusing, Anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya.
2) Objektif: freuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak puca,
suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorrientasi
pada masa lalu.
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit kronis progresif (misal kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
7. Resiko Penurunan curah Jantung (D.0011)
a. Definisi: Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Faktor Risiko: Perubahan afterload.
c. Kondisi Klinis Terkait
31

1) Gagal jantung kongesif


2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta,
pulmonalis, trikupidalis, atau mitralis)
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
8. Resiko Jatuh (D.0143)
a. Definisi: Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh.
b. Faktor Risiko
1) Usia ≥65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (Pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran
15) Gangguan kesimbangan
16) Gangguan penglihatan (misal Glaucoma, katarak, ablasio, retina,
dan neuritis optikus)
17) Neuropati
18) Efek agen farmakologis (misal Sedasi, alcohol, anastesi umum)
c. Kondisi klinis terkait
1) Osteoporosis
2) Kejang
3) Penyakit sebrovaskuler
32

4) Katarak
5) Glaucoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeklampsi

D. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018). Menurut Nurarif &
Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (misal iskemia)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil: Tingkat nyeri (L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan: (Manajemen nyeri I.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal
akupuntur, terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
33

5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya suhu


ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
perifer meningkat
Kriteria hasil: Perfusi perifer (L.02011)
1) Nadi perifer teraba kuat
2) Akral teraba hangat
3) Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan: Pemantauan tanda vital (I.02060)
1) Memonitor tekanan darah
2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Memonitor suhu tubuh
5) Memonitor oksimetri nadi
6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat
Kriteria hasil: Keseimbangan Cairan (L. 03020)
1) Terbebas dari edema
2) Haluaran urin meningkat
3) Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan: (Manajemen hipervolemia I.03114)
1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (misal ortopnes, dipsnea,
edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)
2) Monitor intake dan output cairan
34

3) Monitor efek samping diuretik (misal hipotensi ortortostatik,


hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
4) Batasi asupan cairan dan garam
5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
6) Ajarkan cara membatasi cairan
7) Kolaborasi pemberian diuretic
d.Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat
Kriteria hasil: toleransi aktivitas (L.05047)
1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
3) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan: (Manajemen energi I.050178)
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (misal
cahaya, suara, kunjungan)
4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5) Anjurkan tirah baring
6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8) meningkatkan asupan makanan
e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil: Tingkat pengetahuan (L.12111)
1) Pasien melakukan sesuai anjuran
2) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
3) Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan: Edukasi kesehatan (I.12383)
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
35

2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan


motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) berikan kesempatan untuk bertanya
6) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
f.Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
ansietas menurun
Kriteria hasil: Tingkat ansietas (L.09093)
1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
2) Pasien tampak tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan: Reduksi ansietas (I.09314)
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal Kondisi, waktu, dan
stressor)
2) Gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
g.Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah
jantung meningkat
Kriteria hasil: curah jantung (L.02008)
1) Tanda vital dalam rentang normal
2) Nadi teraba kuat
3) Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan: (Perawatan jantung I.02075)
36

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:


dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (misal
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor keluhan nyeri dada
6) Berikan diet jantung yang sesuai
7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu
8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
h.Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh
menurun.
Kriteria Hasil: Tingkat jatuh (L.14138)
1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan: Pencegahan jatuh (I.14540)
1) Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat
kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
2) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
3) Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis.
Morse scale, humpty dumpty)
4) Pasang handrail tempat tidur
5) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpidah.
37

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2015). Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga
jenis implementasi keperawatan, yaitu:
a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam
memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations adalah suatu tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
lain-lain.
c. Dependent Implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)
sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
38

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017). Menurut (Asmadi,
2008) terdapat 2 jenis evaluasi: a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:
a. Kartu SOAP
Data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)
dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
1) S (Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan
keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi,
dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan
39

segera. Oleh karena itu, seing memerlukan pengkajian ulang untuk


menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang
spesifik dan priode yang telah ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien
dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan.
Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi: jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah sebagian teratasi: jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai atau masalah tidak teratasi: jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan baru.
40

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Study Kasus


Ny.Broto, 42 Tahun dirawat di ruang Melati dengan keluhan sakit
kepala dan badannya merasa lemah. Riwayat klien mengalami hipertensi yang
terdiagnosa saat kehamilan anak bungsunya, Ibu klien meninggal pada usia 65
tahun karena penyakit jantung yang berkaitan dengan hipertensi (CVD),
kakek dan nenek klien juga mengalami CVD. Klien mengatakan sudah minum
obat anti hipertensi namun akhir- akhir ini berhenti karena takut akan efek
samping obat tersebut dan klien lupa nama obatnya. Terakhir periksa klien
mendapat resep obat atenolol 100 mg/hari dan HCTZ 12,5 mg/hari, namun
klien mengatakan malas minum obat dan lupa untuk menebus resepnya. Klien
juga mengaku kesulitan mengubah kebiasaan makannya, dan malas untuk
berolahraga. Klien juga mengalami obesitas sedang (BB: 68 Kg, TB: 152 cm).
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan TD: 155/110 mmHg, RR: 30 x/ menit,
N:100x/ menit, Nyeri terasa berat di kepala dengan skala nyeri 6.,Badan terasa
lemah dan tidak mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. Hasil lab
menunjukkan sodium 138mEq/L; potassium 3,4 mEq/L; blood urea nitrogen
(BUN) 19 mg/dL; creatinine 0,9mg/dL; calcium 9,8 mg/dL; total cholesterol
268 mg/dL; triglycerides 230 mg/dL; dan gula darah puasa 105 mg/dL. Pasien
menolak diukur urine 24 jam.
41

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus


1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. Broto
No. RM : 01-44-45
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 12 Mei 1981
Umur : 42 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Raya Ambunten Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Madura
Diagnosa Medis : Hipertensi
Tanggal Masuk RS : 1 Oktober 2023
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2023
Sumber Informasi : Suami pasien
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 15 Juni 1978
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jln.diponegoro no.33
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Pasien : Suami pasien
42

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sakit kepala dan badan terasa lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sakit kepala dan badannya merasa lemas. Pasien
memiliki riwayat hipertensi terdiagnosa sejak kehamilan anak
bungsunya. Pasien mengatakan sudah minum obat anti hipertensi
namun akhir-akhir ini berhenti karena takut akan efek samping obat
tersebut dan klien lupa nama obatnya. Terakhir periksa, pasien
mendapat resep obat etenolol 100 mg/hari dan HCTZ 12,5 mg/hari,
namun pasien mengatakan malas untuk meminum obat dan lupa untuk
menebus resepnya. Pasien juga mengaku kesulitan mengubah kebiasaan
makannya, dan malas untuk berolahraga. Pasien juga mengalami
obesitas sedang (BB: 68kg, TB: 152cm). Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan TD: 155/110 mmhg, RR: 30x/menit, N: 100x/menit, nyeri
terasa berat di kepala dengan skala nyeri 6, badan terasa lemah dan
tidak mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. Hasil lab
menunjukkan sodium138mEq/L; potassium3.4 mEq/L; blood urea
nitrogen (BUN) 19mg/dL; creatinine 0.9mg/dL; calcium 9.8 mg/dL;
total cholesterol 268 mg/dL; triglycerides 230mg/dL; dan gula darah
puasa 105 mg/dL. Pasien menolak diukur urin 24 jam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi terdiagnosa sejak kehamilan anak
bungsunya. Pasien mengatakan sudah minum obat anti hipertensi
namun akhir-akhir ini berhenti karena takut akan efek samping obat
tersebut dan klien lupa nama obatnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien meninggal pada usia 65 tahun karena penyakit jantung yang
berkaitan dengan hipertensi (CVD). Kakek dan nenek pasien juga
mengalami CVD.
43

5. Genogram

Keterangan:
Pasien

CVD Perempuan

CVD Laki-laki

Perempuan

Laki-laki
44

D. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia menurut Gordon


(11 Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Pasien mengatakan sudah menum obat anti hipertensi, namun akhir-
akhir ini berhenti karena takut akan efek samping akan obat tersebut
dan pasien lupa nama obatnya.
b. Terakhir periksa pasien mendapat resep obat atenolol 100mg/hari
dan HCTZ 12,5 mg/hari, namun pasien mengatakan malas minum
obat dan lupa untuk menebus resepnya.
c. Pasien mengaku kesulitan mengubah kebiasaan makan dan malas
untuk berolahraga
d. Pasien mengalami obesitas sedang (BB: 68kg, TB: 152cm)
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Sebelum sakit: pasien mengatakan kesulitan mengubah kebiasaan
makannya. Pasien mengalami obesitas sedang (BB: 68kg,
TB:152cm)
b. Selama sakit: pasien kesulitan mengubah kebiasaan makan
3. Pola Eliminasi
Tidak terkaji
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum sakit: Pasien mengatakan malas untuk berolahraga
b. Selama sakit: pasien mengatakan badannya merasa lemas. Badan
terasa lemah dan tidak mampu melakukan aktivitas harian secara
mandiri.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Tidak terkaji
6. Pola Kognitif Persepsual Sensori
a. Sebelum sakit: pasien mengatakan sudah minum obat anti hipertensi,
namun akhir-akhir ini berhenti karena takut akan efek samping obat
tersebut dan lupa nama obatnya. Terakhir pemeriksaan, pasien
mendapat resep obat, namun pasien mengatakan malas untuk minum
obat dan lupa untuk menebus resepnya.
45

b. Selama sakit: pasien megeluh sakit kepala dan nyeri terasa berat di
kepala dengan skala nyeri 6
7. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
a. Identitas Diri : Pasien seorang penderita hipertensi
b. Gambaran Diri : Pasien seorang wanita berumur 42 tahun
c. Ideal Diri : Pola pikir pasien terganggu karena penyakitnya
d. Harga Diri : pasien seorang yang terbuka dan mau bercerita
e. Peran Diri : Pasien sebagai istri
8. Sexual dan Reproduksi :
Tidak terkaji
9. Pola Peran Hubungan
a. Sebelum sakit: hubungan dengan orang lain dan komunikasi baik
b. Selama sakit: sama seperti sebelum sakit
10. Manajemen Koping Stress
a. Sebelum sakit: Pasien tidak dapat mengatasi permasalahannya
sendiri
b. Selama sakit: Pasien membutuhkan bantuan dan dukungan keluarga
dalam mengatasi masalah
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Tidak terkaji
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat kesadaran : sadar
2. TTV:
N : 100x/menit
RR : 30x/menit
TD : 155/110 mmHg
S : 37,7oC
3. Kepala: Nyeri terasa berat (skala nyeri 6)
4. Mata, telinga, hidung
Mata : tidak terkaji
Telinga : tidak terkaji
Hidung : tidak terkaji
46

5. Mulut : tidak terkaji


6. Leher : tidak terkaji
7. Dada/toraks
Inspeksi : tidak terkaji
Auskultasi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
Perkusi : tidak terkaji
8. Abdomen
Inspeksi : tidak terkaji
Auskultasi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
Perkusi : tidak terkaji
9. Genetalia : tidak terkaji
10. Ekstremitas : badan terasa lemah dan tidak mampu melakukan aktivitas
harian secara mandiri
11. Kulit : tidak terkaji
F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium:
1. Sodium 138 mEq/L
2. Potassium 3,4 mEq/L
3. Blood urea nitrogen (BUN) 19 mg/dL
4. Creatinine 0,9 mg/dL
5. Calcium 9,8 mg/dL
6. Total kolesterol 268 mg/dL
7. Triglycerides 230 mg/dL
8. Gula darah puasa 105 mg/dL
47

2. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 - DS: Penurunan Penurunan Curah Jantung
- Badan terasa lemas Curah Jantung ↓
- DO: Kerusakan vaskuler
- Tekanan darah meningkat pembuluh darah
(155/110 mmHg) ↓
- RR : 30x/menit Vasokonstriksi
- N : 100x/menit ↓
- BB: 68 kg ; TB: 152 cm Iskemik
- Badan terasa lemah dan tidak ↓
mampu melakukan aktivitas Perubahan Afterload
harian secara mandiri ↓
- Potassium 3,4 mEq/L Tekanan darah
- Creatinine 0,9 mg/dL meningkat
- Total cholesterol 268 mg/dL (155/110 mmHg)
- Triglycerides 230 mg/dL
- Gula darah puasa 105 mg/dL
2 - DS: Nyeri akut Nyeri Akut
- Pasien mengeluh nyeri (sakit ↓
kepala Penyumbatan pembuluh
- DO: darah di otak
- TD: 155/110 mmHg ↓
- N: 100x/menit Agen pencedera
- RR: 30x/menit fisiologis
- Nyeri terasa berat dikepala ↓
dengan skala nyeri 6 Resistensi pembuluh
darah otak meningkat

Nyeri (sakit kepala)
3 - DS: Keletihan Keletihan
- Pasien mengeluh lelah ↓
48

- Pasien merasa lemah Penyempitan pembuluh


- DO: darah
- Badan terasa lemah, tidak ↓
mampu melakukan aktivitas Aliran darah ke
harian secara mandiri jaringan/organ tubuh
- TD: 155/110 mmHg berkurang
- RR: 30x/menit ↓
- N: 100x/menit Kondisi fisiologis
- Nyeri memberat di kepala ↓
dengan skala nyeri 6 Mengeluh lelah
4 - DS: - Obesitas Obesitas
- DO: ↓
- BB: 68 kg Kurang aktivitas fisik
- TB: 152 cm harian
- IMT >27 kg/m2 (29,4) ↓
- Pasien juga mengaku kesulitan Malas berolahraga
mengubah kebiasaan makannya ↓
dan malas berolahraga IMT > 27 kg/m2 (29,4)
5 - DS: Ketidakpatuhan Ketidakpatuhan
- Memolak melakukan ↓
pemeriksaan urine Penolakan terhadap
- Px malas meminum obat dan pengobatan
lupa menebus resepnya ↓
- Px mengatakan sudah minum Ketidakadekuatan
obat antihipertensi, namun pemahaman
akhir-akhir ini berhenti karena ↓
takut akan efek samping obat Malas meminum obat
tersebut dan lupa nama obatnya dan menolak
- DO: - pemeriksaan urine

3. Diagnosa Keperawatan
49

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload


dibuktikan dengan tekanan darah meningkat (155/110 mmHg)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan nyeri dibagian kepala (skala nyeri 6)
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis dibuktikan dengan
pasien mengeluh lelah dan tidak mampu melakukan aktivitas harian
secara mandiri
4. Obesitas berhubungan dengan kurang aktivitas fisik harian dibuktikan
dengan IMT > 27 kg/m2 (29,4)
5. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman
dibuktikan dengan malas meminum obat dan menolak pemeriksaan urine

4. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curang jantung b.d. perubahan afterload d.d. tekanan darah
meningkat (155/110 mmHg)

Intervensi (SIKI) Rasional Tujuan (SLKI


Perawatan Jantung (I.02075) Perawatan Jantung Setelah dilakukan
Observasi : Observasi: asuhan keperawatan
1. Identifikasi tanda/gejala 1. Untuk membantu dalam selama 24 jam
primer penurunan curah mendiagnosa masalah lebih awal, diharapkan Curah
jantung yang dapat mendukung perawatan Jantung (L.02008)
2. Identifikasi tanda/gejala yang lebih efektif meningkat dengan
sekunder penurunan curah 2. Untuk membantu dalam kriteria hasil:
jantung perawatan dan pengelolaan 1. Lelah cukup
3. Monitor tekanan darah penyakit jantung menurun (4)
4. Monitor berat badan 3. Untuk memantau tekanan darah 2. Berat badan
setiap hari pada waktu selama 24 jam cukup menurun
yang sama 4. Untuk memantau perubahan berat (4)
5. Periksa tekanan darah dan badan harian 3. Tekanan darah
frekuensi nadi sebelum 5. Memantau respon terhadap obat cukup membaik
pemberian obat (4)
Terapeutik: Terapeutik:
50

1. Berikan diet jantung yang 1. Mengurangi beban kerja jantung,


sesuai menormalkan berat badan,
2. Fasilitasi pasien dan mengurangi resiko penyumbatan
keluarga untuk modifikasi pembuluh darah
gaya hidup sehat 2. Pencegahan penyakit, pengelolaan
3. Berikan dukungan penyakit dan meningkatkan
emosional dan spiritual kualitas hidup
Edukasi: 3. Pemulihan fisik
1. Anjurkan beraktivitas Edukasi:
fisik secara bertahap 1. Mengurangi risiko cedera,
2. Ajarkan pasien dan menghindari kelelahan berlebihan,
keluarga mengukur berat meningkatkan kebugaran dan
badan harian kekuatan
Kolaborasi: 2. Untuk memantau perubahan berat
1. Rujuk ke program badan
rehabilitasi jantung Kolaborasi:
1. Pemulihan pasca penyakit jantung,
peningkatan kesehatan
kardiovaskular, dan pengelolaan
faktor risiko

2. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis d.d. nyeri terasa berat di kepala
Intervensi (SIKI) Rasional Tujuan (SLKI)
Manajemen Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri Setelah dilakukan
Observasi: Observasi: asuhan keperawatan
1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi nyeri dan selama 24 jam
karakteristik, durasi, skala yang muncul saat nyeri diharapkan Tingkat
frekuensi, kualitas, 2. Untuk mengetahui seberapakah Nyeri (L.08066)
intensitas nyeri rasa nyeri yang dialami oleh pasien menurun dengan
2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mengetahui mimik wajah kriteria hasil:
3. Identifikasi respon nyeri yang diperlihatkan pasien saat 1. Kemampuan
non verbal nyeri muncul menuntaskan
51

4. Identifikasi faktor yang 4. Mengetahui hal-hal yang dapat aktivitas cukup


memperberat dan memperberat atau memperingan meningkat (4)
memperingan nyeri nyeri yang dirasakan pasien 2. Keluhan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan 5. Dengan pengetahuan klien dapat cukup menurun
dan keyakinan tentang mengetahui tentang nyeri yang (4)
nyeri dirasakannya 3. Meringis
6. Monitor keberhasilan 6. Dengan memantau terapi menurun (5)
terapi komplementer yang komplementer yang sudah 4. Kesulitan tidur
sudah diberikan diberikan, perawat dapat menurun (5)
7. Monitor efek samping mengetahui sejauh mana 5. Frekuensi nadi
penggunaan analgetik keberhasilan terapi komplementer membaik (5)
Terapeutik: 7. Untuk menghindari efek samping 6. Pola nafas
1. Berikan teknik yang tidak diinginkan membaik (5)
nonfarmakologis untuk Terapeutik: 7. Tekanan darah
mengurangi rasa nyeri 1. Mengurangi tingkat nyeri pasien/ cukup membaik
2. Kontrol lingkungan yang mengalihkan pasien dari rasa (4)
memperberat rasa nyeri nyerinya dan memberikan efek 8. Nafsu makan
3. Fasilitasi istirahat dan relaksasi membaik (5)
tidur 2. Mengurangi resiko faktor yang 9. Pola tidur
4. Pertimbangkan jenis dan dapat memperberat nyeri atau yang membaik (5)
sumber nyeri dalam menimbulkan nyeri
pemilihan strategi 3. Mengalihkan dan memenuhi
meredakan nyeri kebutuhan istirahat pasien
Edukasi: 4. Untuk menilai jenis dan sumber
1. Jelaskan penyebab, nyeri dalam memilih strategi
periode, dan pemicu nyeri pereda nyeri
2. Jelaskan strategi Edukasi:
meredakan nyeri 1. Untuk memberikan pemahaman
3. Anjurkan memonitor agar pasien tidak gelisah saat nyeri
nyeri secara mandiri timbul
4. Anjurkan menggunakan 2. Dapat membantu klien dan
analgetik secara tepat keluarga dalam pentingnya
52

5. Ajarkan teknik informasi mengontrol nyeri dan


nonfarmakologis untuk menemukan dukungan keluarga
mengurangi rasa nyeri 3. Pasien dapat mengetahui sendiri
Kolaborasi: karakteristik, penyebab, lokasi saat
1. Kolaborasi pemberian nyeri muncul
analgetik 4. Mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri yang dirasakan pasien
5. Untuk membantu klien dalam
mengetahui kecemasan nyeri
Kolaborasi:
1. Untuk membantu proses
penyembuhan pasien pasca
operasi/untuk mengurangi nyeri

3. Keletihan b.d. kondisi fisiologis d.d. pasien mengeluh lelah dan tidak
mampu melakukan aktivitas harian

Intervensi (SIKI) Rasional Tujuan (SLKI)


Manajemen Energi (I.05178) Manajemen Energi Setelah dilakukan
Observasi: Observasi: asuhan keperawatan
1. Identifikasi gangguan 1. Untuk mengetahui gangguan selama 24 jam
fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang dialami pasien diharapkan Tingkat
mengakibatkan kelelahan akibat kelelahan Keletihan (L.05046)
2. Monitor kelelahan fisik 2. Untuk mengetahui tingkat menurun dengan
dan emosional kelelahan fisik dan emosional kriteria hasil:
3. Monitor pola dan jam pasien 1. Verbalisasi
tidur 3. Untuk mengetahui pola tidur kepulihan energi
4. Monitor lokasi dan pasien apakah teratur atau tidak cukup meningkat
ketidaknyamanan selama 4. Untuk mengetahui lokasi dan (4)
melakukan aktivitas tingkat ketidaknyamanan pasien 2. Tenaga cukup
Terapeutik: selama melakukan aktivitas meningkat (5)
1. Sediakan lingkungan Terapeutik: 3. Kemampuan
nyaman dan stimulus 1. Untuk memberikan rasa nyaman melakukan
53

2. Lakukan latihan rentang bagi pasien aktivitas rutin


gerak pasif dan/atau aktif 2. Untuk meningkatkan dan melatih cukup meningkat
3. Berikan aktivitas distraksi massa otot dan gerak ekstremitas (4)
yang menenangkan pasien 4. Verbalisasi lelah
4. Fasilitasi duduk di sisi 3. Untuk mengalihkan rasa menurun (5)
tempat tidur, jika tidak ketidaknyamanan yang dialami 5. Lesu menurun (5)
dapat berpindah atau pasien 6. Sakit kepala
berjalan 4. Untuk melatih gerak mobilisasi cukup menurun
Edukasi: pasien selama dirawat (4)
1. Anjurkan tirah baring Edukasi: 7. Frekuensi napas
2. Anjurkan aktivitas secara 1. Untuk memberikan kenyamanan menurun (5)
bertahap pasien saat beristirahat 8. Pola napas
3. Anjurkan menghubungi 2. Untuk menunjang proses membaik (5)
perawat jika tanda dan kesembuhan pasien secara 9. Pola istirahat
gejala kelelahan tidak bertahap membaik (5)
berkurang 3. Agar perawat bisa dengan segara
4. Anjurkan strategi koping mengkaji dan merencanakan
untuk mengurangi kembali tindakan keperawatan
kelelahan yang bisa diberikan
Kolaborasi: 4. Agar pasien dapat mengatasi
1. Kolaborasi dengan ahli kelelahannya secara mandiri
gizi tentang cara dengan mudah
meningkatkan asuhan Kolaborasi:
keperawatan 1. Untuk memaksimalkan proses
penyembuhan pasien
54

4. Obesitas berhubungan dengan kurang aktivitas harian ditandai dengan


BB: 68 kg, TB: 152 cm

Intervensi (SIKI) Rasional Tujuan (SLKI)


Manajemen Berat Badan Manajemen Berat Badan Setelah dilakukan
(I.03097) Observasi: asuhan keperawatan
Observasi: 1. Untuk mengetahui kondisi selama 24 jam
1. Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat diharapkan Berat
kesehatan pasien yang mempengaruhi berat badan Badan (L.03018)
dapat mempengaruhi Terapeutik: membaik dengan
berat badan 1. Untuk memantau status nutrisi dan kriteria hasil:
Terapeutik: IMT kasien 1. Berat badan cukup
1. Hitung berat badan ideal 2. Untuk mengurangi risiko membaik (4)
pasien ketidakstabilan gula darah dan 2. Tebal lipatan kulit
2. Fasilitasi menentukan menurunkan berat badan secara cukup membaik
target berat badan yang bertahap (4)
realistis Edukasi: 3. Indeks massa
Edukasi: 1. Asupan makanan yang cukup dan tubuh cukup
1. Jelaskan hubungan antara aktivitas fisik yang seimbang membaik (4)
asupan makanan, aktivitas adalah hal yang dapat diubah
fisik, penambahan berat untuk memenuhi nurtrisi tubuh
badan dan penurunan normal
berat badan 2. Berat badan lebih dapat
2. Jelaskan faktor risiko meningkatkan risiko penyakit
berat badan lebih dan jantung, diabetes, dan masalah
berat badan kurang kesehatan lainnya, sementara berat
3. Anjurkan mencatat berat badan kurang dapat menyebabkan
badan setiap minggu masalah pertumbuhan, gangguan
4. Anjurkan melakukan sistem kekebalan tubuh, dan risiko
pencatatan asupan makan, infeksi yang tinggi
aktivitas fisik dan 3. Untuk memantau perubahan berat
perubahan berat badan badan, mengevaluasi program
penurunan berat badan
55

4. Untuk memantau pola makan dan


nutrisi, kontrol berat badan,
pengelolaan gaya hidup sehat

5. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman


dibuktikan dengan malas meminum obat dan menolak pemeriksaan urine

Interensi (SIKI) Rasional Tujuan (SLKI)


Dukungan Kepatuhan Dukungan Kepatuhan Program Selama dilakukan
Program Pengobatan Pengobatan asuhan keperawatan
(I.12361) Observasi: selama 2x24 jam
Observasi: 1. Untuk memantau dan diharapkan Tingkat
1. Identifikasi kepatuhan mengevaluasi sejaun mana Kepatuhan (L.12110)
menjalani program program tersebut diikuti meningkat dengan
pengobatan Terapeutik: kriteria hasil:
Terapeutik: 1. Untuk meningkatkan kepatuhan 1. Merbalisasi
1. Buat komitmen menjalani pasien dan mendapatkan manfaat kemauan
program pengobatan maksimal dari perawatan medis memenuhi
dengan baik 2. Untuk mendampingi pasien program perawatan
2. Buat jadwal selama menjalani program atau pengobatan
pendampingan keluarga pengobatan meningkat (5)
untuk bergantian 3. Untuk memantau proses 2. Verbalisasi
menemani pasien selama pengobatan dan mengevaluasi mengikuti anjuran
menjalani program efektivitas dalam mengatasi meningkat (5)
pengobatan kondisi kesehatan pasien 3. Risiko komplikasi
3. Dokumentasikan aktivitas 4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyakit/masalah
selama menjalani proses apa saja yang dapat mendukung kesehatan menurun
pengobatan atau menghambat berjalannya (5)
4. Diskusikan hal yang dapat program pengobatan 4. Perilaku mengikuti
mendukung atau 5. Untuk memberikan dukungan program
menghambat berjalannya emosional selama program perawatan/pengoba
program pengobatan perawatan berlangsung dan tan membaik (5)
5. Libatkan keluarga untuk keluarga dapat membantu 5. Perilaku
56

mendukung program memastikan bahwa pasien menjalankan


pengobatan yang dijalani mengikuti jadwal pengobatan anjuran membaik
Edukasi: dengan baik (5)
1. Informasikan program Edukasi: 6. Tanda dan gejala
pengobatan yang harus 1. Supaya pasien dapat mengetahui menyakit membaik
dijalani program pengobatan apa saja (5)
2. Informasikan manfaat yang akan dijalani
yang akan diperoleh jika 2. Untuk mengetahui kelebihan dan
teratur menjalani program manfaat yang akan diperoleh jika
pengobatan teratur dalam menjalani program
3. Anjurkan keluarga untuk pengobatan tersebut
mendampingi dan 3. Untuk memberikan dukungan
merawat pasien selama maupun mendampingi pasien
menjalani program selama menjalani program
pengobatan pengobatan
4. Anjurkan pasien dan 4. Untuk mengevaluasi lebih lanjut
keluarga melakukan jika pasien mengalami gejala
konsultasi ke layanan yang tidak jelas atau perubahan
kesehatan terdekat signifikan dalam kondisi
kesehatan pasien, serta dapat
mencegah atau deteksi dini
terkait masalah kesehatan lainnya
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny. Broto
No. RM : 01-44-4
Umur : 42 Tahun
Diagnosa Medis : Hipertensi
Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Penurunan Curah Observasi: S (subjektif):
2023 Jantung b.d. 08.00 - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung - Ny.B mengatakan lemas
perubahan afterload Hasil: berkurang
d.d. tekanan darah  Lemas berkurang - Ny.B mengatakan nyeri di
meningkat (155/110  Badan mampu untuk melakukan aktivitas mandiri kepala sudah berkurang
mmHg) meskipun terkadang perlu bantuan - Ny.B mengatakan sudah bisa
 RR: 22x/menit melakukan aktivitas mandiri

 N: 90x/menit meskipun terkadang perlu


08.30 - Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung bantuan

Hasil: O (objektif):

 BB: 68 kg - S : 37,5OC
- N : 90x/menit
 Total cholesterol 250 mg/dL

57
58

 Triglycerida 220 mg/dL - RR : 22x/menit


 Gula darah puasa 100 mg/dL - TD : 135/90 mmHg
09.00 - Monitor tekanan darah - BB: 68 kg
Hasil: TD: 135/90 mmHg - TB: 152 cm
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama - Total cholesterol 250 mg/dL
Hasil: BB:68 kg - Triglycerida 220 mg/dL
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum - Gula darah puasa 100 mg/dL
pemberian obat A (assesment):
Hasil: TD: 135/90 mmHg - Masalah penurunan curah jantung
Terapeutik: sebagian teratasi
09.15 - Berikan diet jantung yang sesuai P (Planning):
Hasil: Pasien kooperatif dan mau melakukan diet dengan - Intervensi dilanjutkan
membatasi asupan kolesterol tinggi dan rendah rendah 1. Pantau TTV
lemak 2. Kaji keletihan pasien, seperti
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup nyeri dan perubahan pernapasan
sehat 3. Pantau tingkat kesadaran pasien
Hasil: Pasien dan keluarga kooperatif 4. Atur posisi pasien
- Berikan dukungan emosional dan spiritual 5. Kolaborasi dengan dokter atau
Hasil: Pasien kooperatif tenaga kesehatan lain
59

Edukasi:
09.30 - Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Hasil: Pasien kooperatif
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Hasil: Pasien dan keluarga kooperatif
Kolaborasi:
09.45 - Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Hasil:
 Membantu dalam manajemen penyakit tersebut dengan
memberikan edukasi, mendukung perubahan gaya hidup
yang sehat, dan memberikan pemantauan kesehatan yang
teratur
 Membantu meningkatkan kondisi kardiovaskular,
kekuatan otot, daya tahan, dan mengurangi risiko
penyakit jantung yang lebih lanjut
60

Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Nyeri akut b.d. agen Observasi: S (subjektif):
2023 pencedera fisiologis 12.00 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Ny.B mengatakan nyeri di bagian
d.d. nyeri dibagian intensitas nyeri kepala sudah berkurang
kepala Hasil: - Skala nyeri berkurang 4 (0-10)
(skala nyeri 6)  Pasien mengatakan nyeri di kepala membaik dari O (objektif):
sebelumnya, tetapi terkadang nyeri di kepala terasa lagi - N : 90x/menit
dalam beberapa waktu - RR : 22x/menit
 N: 90x/menit - Pasien kooperatif dan mampu
 RR: 21x/menit memahami edukasi dari perawat
12.15 - Identifikasi skala nyeri A (assesment):

Hasil:Pasien mengatakan skala nyeri berkurang dari hari - Masalah nyeri akut sebagian

sebelumnya yaitu 4 (0-10) teratasi

- Identifikasi respon nyeri non verbal P (Planning):

Hasil:Pasien sedikit meringis ketika nyeri terasa sesekali - Intervensi dilanjutkan

- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan 1. Kaji TTV

nyeri 2. Kaji tingkat nyeri

Hasil: Pasien mengatakan nyeri datang tiba-tiba dan hilang 3. Ajarkan teknik relaksasi
61

tidak lama setelahnya 4. Berikan posisi yang nyaman


12.30 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 5. Penatalaksanaan pemberian
Hasil: Pasien cukup paham dan mengerti tentang nyeri obat analgetik
yang dialami
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Hasil: Pasien tampak cukup rileks dan nyaman
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Hasil: Pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah
minum obat sehingga bisa tidur
Terapeutik:
12.45 - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil: Pasien kooperatif
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Hasil: Pasien merasa nyaman dengan suhu dan
pencahayaan dalam ruangan
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
62

strategi meredakan nyeri


Hasil: Membantu dalam meredakan nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Hasil: Pasien paham tentang apa yang dijelaskan perawat
13.00
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
Hasil: Pasien paham dan mengerti
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Hasil: Pasien kooperatif
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Hasil: Pasien Kooperatif
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil: Pasien kooperatif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil: Tidak semua obat analgetik dapat dikonsumsi
13.30
penderita hipertensi, obat yang boleh dikonsumsi
seperti parasetamol dan asam mefenamat
63

Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Keletihan b.d. kondisi Observasi: S (subjektif):
2023 fisiologis d.d. pasien 15.00 - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan - Ny.B mengatakan lemas sudah
mengeluh lelah dan kelelahan berkurang
tidak mampu Hasil: kondisi fisiologis pasien (penurunan curah jantung) - Lesu berkurang
melakukan aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional - Ny.B mengatakan sudah bisa
harian secara mandiri Hasil: pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas melakukan aktivitas mandiri
harian secara mandiri meskipun terkadang memerlukan meskipun terkadang perlu
bantuan dari orang lain bantuan
- Monitor pola dan jam tidur - Pasien mengatakan perasaan
Hasil: pasien tidur sesuai ketentuan memberat di kepala sudah
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan berkurang
aktivitas O (objektif):
Hasil: - Pasien kooperatif dan merasa
 Pasien mengatakan perasaan memberat di kepala sudah nyaman
cukup membaik A (assesment):
 Parasaan badan lemas berkurang - Masalah keletihan sebagian
teratasi
64

Terapeutik P (Planning):
15.30 - Sediakan lingkungan nyaman dan stimulus - Intervensi dilanjutkan
Hasil: Pasien mengatakan lingkungan/ruangan px nyaman 1. Kaji kemampuan pasien untuk
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif beraktivitas
Hasil: pasien kooperatif 2. Ajarkan pasien dan keluarga
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan teknik relaksasi
Hasil: pasien merasa nyaman 3. Anjurkan pasien membatasi
Edukasi aktivitas berat
16.00 - Anjurkan tirah baring 4. Mengajarkan teknik ROM
Hasil: pasien kooperatif 5. Berikan pengobatan nyeri
- Anjurkan aktivitas secara bertahap sebelum aktivitas
Hasil: pasien kooperatif
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Hasil: pasien kooperatif
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Hasil: pasien kooperatif
65

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asuhan keperawatan
Hasil:
 Penilaian nutrisi yang lebih akurat
 Perencanaan diet yang tepat
16.15
 Manajemen nutrisi selama perawatan
 Edukasi pasien
 Identifikasi risiko nutrisi
 Manajemen terkait komplikasi nutrisi
 Memoerbaiki hasil terapi
66

Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Obesitas b.d. kurang Observasi: S (subjektif):
2023 aktivitas fisik harian 16.30 - Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat - Ny.B mengatakan akan berusaha
d.d. IMT > 27 kg/m2 mempengaruhi berat badan menjaga dan mengontrol asupan
(29,4) Hasil: kondisi kardiovaskuler (hipertensi) makanannya seperti mengurangi
Terapeutik: makanan yang mengandung
- Hitung berat badan ideal pasien kolesterol tinggi dan rendah
Hasil: lemak
Berat Badan(kg) - Ny.B mengatakan akan
 IMT =
¿¿
memperbaiki dan mengubah
68 kg
= kebiasaan makannya dan mau
( 1, 52 m ) x (1 , 52m)
menjalani diet
= 29,4 (obesitas sedang)
- Ny.B mengatakan akan
 BBI = (TB – 100) x 90%
mengobah pola hidup yang lebih
= [(152 – 100) x 90%
sehat (seperti berolahraga sesuai
= 46,8 kg (Berat Badan Ideal)
16.45 anjuran yang telah dijelaskan)
- Fasilitasi menentukan target berat badan yang realistis
O (objektif):
Hasil:
- IMT: 29,4 (obesitas sedang)
 Menetapkan target yang akan dicapai dan mulai menjaga
- Pasien kooperatif dan mau
67

perubahan gaya hidup yang sehat mendengarkan penjelasan yang


 Peningkatan kesehatan diberikan
 Perubahan gaya hidup yang berkelanjutan A (assesment):
Edukasi: - Masalah obesitas teratasi
- Jelaskan hubungan antara asupan makanan, aktivitas fisik, P (Planning):
penambahan berat badan dan penurunan berat badan - Intervensi dihentikan
Hasil: pasien mengerti tentang apa yang dijelaskan
17.00 - Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan berat badan
kurang
Hasil: pasien mengerti dan terkadang sesekali bertanya
- Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu
Hasil: pasien kooperatif
- Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan, aktivitas
fisik dan perubahan berat badan
Hasil: pasien kooperatif
68

Diagnosa
Hari/Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2 Oktober Ketidakpatuhan b.d. Observasi: S (subjektif):
2023 ketidakadekuatan 19.00 - Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan - Ny.B mengatakan sebelumnya
pemahaman d.d. Hasil: malas minum obat karena kurang
malas meminum  Setelah perawat menjelaskan tentang pentingnya program paham tentang kegunaan obat dan
obat dan menolak pengobatan dan memberi penjelasan terkait pertanyaan efek samping dari obat tersebut
pemeriksaan urine yang pasien tanyakan, pasien kooperatif dan mau - Pasien menolak pemeriksaan
menjalani program pengobatan urine merasa melanggar privasi
 Pasien mengatakan sebelumnya malas minum obat karena pribadi pasien, akan tetapi setelah
kurangnya pemahaman tentang kegunaan obat dan efek perawat memberikan penjelasan,
samping dari obat tersebut pasien mau melakukan
Terapeutik: pemeriksaan urine
19.15 - Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik O (objektif):
Hasil: pasien kooperatif dan mau menjalani prgram - Pasien/keluarga kooperatif dan
pengobatan dengan baik mau menjalani program
- Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian pengobatan sesuai aturan
menemani pasien selama menjalani program pengobatan A (assesment):
Hasil: keluarga kooperatif - Masalah ketidakpatuhan teratasi
- Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses
69

pengobatan P (Planning):
Hasil: - Intervensi dihentikan
 Perawat dapat melihat perkembangan pasien dari waktu ke
waktu serta dapat memahami apakah pengobatan pasien
efektif atau ada perubahan yang perlu dilakukan
 Merekam pengambilan obat dan menjadwalkan janji temu
medis antara nakes dan pasien
 Memantau efek samping dari pengobatan dan
mengevaluasinya
- Diskusikan hal yang dapat mendukung atau menghambat
19.30 berjalannya program pengobatan
Hasil:
 Diskusi dapat membantu pasien untuk memahami secara
lebih baik tentang rencana pengobatannya
 Membantu dalam penyelesaian masalah bersama,
mengidentifikasi hambatan atau masalah yang mungkin
muncul selama program pengobatan
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan
70

yang dijalani
Hasil: keluarga kooperatif
Edukasi:
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
20.00 Hasil: pasien kooperatif
- Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
Hasil: pasien paham atas penjelasan dari perawat dan
sesekali bertanya terkait manfaat dari program
pengobatannya
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan
Hasil: keluarga kooperatif
- Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke
layanan kesehatan terdekat
Hasil: pasien dan keluarga kooperatif
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistole), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastole).
Dari studi literatur yang dilakukan terhadap beberapa jurnal, diketahui
bahwa pola makan dengan pemilihan makanan yang kurang tepat sangat
berpengaruh terhadap penyakit hipertensi yang terjadi. Pola makan yang
dapat mengakibatkan hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi natrium dan tinggi lemak, dan juga stress.

4.2 Saran
Diharapkan seseorang dapat mencegah dan mengatasi hipertensi
dengan baik diantaranya yaitu dengan memperbaiki pola makan menjadi lebih
baik, seperti mengkonsumsi makanan seimbang, rutin mengkonsumsi buah
dan sayur dan minum air putih sesuai kebutuhan dalam sehari, dan selalu
berpikir positif untuk menghindari stress. Dari makalah ini diharapkan pada
pembaca dapat memahami isi makalah dan bermanfaat bagi pembaca.

71
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Fiona. 2022. Mengenal Anatomi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita,
bocahindonesia.com. Diakses tanggal 25 September 2023. https://
bocahindonesia.com/anatomi-fungsi-sistem-reproduksi-wanita/

Roslandari, Luh Made Wuan, dkk. 2020. Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi Rawat Jalan
Pada Program Pengelolaan Penyakit Kronis. Pharmaceutical Journal Of
Indonesia. Vol 5(2) : hal 131 – 139. Diakses pada tangga 15 November
2023. https://pji.ub.ac.id/ index.php/pji/article/download/141/116

Sari, Novia Puspita. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Hipertensi Yang Dirawat Di Rumah Sakit. Diakses pada tanggal 6
November 2023. https://repository.poltekkes kaltim.ac.id/1069/1/KTI%20
NOVIA%20PUSPITA%20SARI.pdf.

Wahyudi, Yusuf. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa


Medis Hipertensi Di RSUD Banggil. Pasuruan. Diakses pada tanggal 6
Noember 2023. https://media.neliti.com/media/publications/296897-asuhan-
keperawatan-pada-ny-s-dengan-diag-1baf47fe.pdf.

Yayasan Bina Insani Bakti. 2020. Makalah Hipertensi. Akademi Keperawatan


Sungai Penuh Diakses pada tanggal 6 November 2023. https://www.
academia.edu/41379954/ASKEP_ HIPERTENSI

72

Anda mungkin juga menyukai