Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

MASALAH KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Mata Ajar Septiana Fathonah, S.Kep.,Ns., M. Kep

Kelompok 4 :

1. Anggun Putri Zulkarnaen (3220213859)


2. Devi Nur Indah Rahmawati (3220213871)
3. Elma Riski Aprilia (3220213875)
4. Nadya Zhafira Salsabila (3220213887)
5. Prita Ayu Ratna Kartika (3220213888)
6. Rosa Oktafiani (3220213893)
7. Samaritan Oktavianes (3220213896)
8. Selfia Hikmah (3220213897)
9. Zuhri Fahmadin (3220213904)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayahnya
kepada kita semua, sebab itulah penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I tentang Masalah Keperawatan Pasien dengan Gangguan Hipertensi.

Tugas ini disusun untuk dipresentasikan sebagai bagian dari materi kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan
bagi kita semua.

Yogyakarta, September 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. DEFINISI HIPERTENSI.............................................................................................3
B. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................................4
C. KLASIFIKASI HIPERTENSI.....................................................................................4
D. PENYEBAB HIPERTENSI........................................................................................5
E. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI...............................................................................7
F. KOMPLIKASI HIPERTENSI..................................................................................10
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................11
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.............................................................................12
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN...........................................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................................21

A. KESIMPULAN...............................................................................................................21
B. SARAN............................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktulima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang (Kemenkes RI).
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita
tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi
komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada
besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata,
jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.
Dokter dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia Dr. Tunggul Situmorang SpPD-
KGH,FINASIM mengatakan tekanan darah merupakan penyebab utama kematian di dunia
tapi juga menjadi beban utama sehingga ini menjadi masalah global. Organ-organ tubuh yang
menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada
pembuluh darah arteri perifer. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah
satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun
2025 akan ada 1,5 Miliar orang  yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya
10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Riskesdas 2018 menyatakan
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan
angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun

1
(55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%  diketahui bahwa sebesar  8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta
32,3% tidak rutin minum obat.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui
bahwa dirinya  memiliki penyakit hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan
penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena Penderita hipertensi merasa sehat
(59,8%), Kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), Minum obat tradisional (14,5%),
Menggunakan terapi lain (12,5%), Lupa minum obat (11,5%), Tidak mampu beli obat
(8,1%), Terdapat efek samping obat (4,5%) dan Obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes
(2%).
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok,
diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan
lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Data
Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data faktor risiko seperti
proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, proporsi kurang
aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi obesitas sentral 31% dan proporsi
obesitas umum 21,8%. Data tersebut diatas menunjukkan peningkatan jika dibandingkan
dengan data RISKESDAS tahun 2013.

Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat yang peduli kesehatan untuk selalu menjaga
kesehatan dengan berolahraga secara teratur, menjaga pola makan, menghindari faktor risiko
yang memicu hipertensi dan memeriksa kesehatan secara berkala di fasilitas kesehatan
terdekat agar terhindar dan meminimalkan komplikasi yang dapat muncul karena penyakit
hipertensi sehingga terhindar dari penyakit kronis yang mengancam jiwa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. Hipertensi selain berisiko menderita penyakit juga berisiko
menderita penyakit lain yaitu saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah maka semakin berisiko (Nurrarif & Kusuma, 2015).Hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana tekanan darah meningkat secara abnormal dan terus-menerus pada
bebrapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh bebrapa faktor risiko yang
tidak berjalan semestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal (Wijaya & Putri,
2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah di atas normal (mordibitas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140
menunjukkan fase darah sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukkan
fase darah kembali ke jantung. Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan sebagi hipertensi batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas
18 tahun. Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan darah diastolic
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolic masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertampahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastic (Triyanto,
2014).

3
B. MANIFESTASI KLINIS
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai system orang yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan


urinasi pada malam hari) dan azetoma peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi sebagai peralisis sementara pada satu sisi
(Hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Triyanto, 2014).

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki tanda atau mengalami
gejala, meskipun tekanan darah mencapai level tinggi yang membahayakan kesehatan.
Meskipun bebrapa orang dengan hipertensi tahap awal mungkin mengalami “dull
Headaches”, pusing atau bebrapa lagi mimisan, tanda dan gejala ini biasanya tidak
muncul sampai hipertensi mencapai tahap yang beratbahkan tingkat yang mengancam
nyawa. Secara umum orang dengan hipertensi sebagian besar tidak menimbulkan gejala.
Tetapi ada pula yang mungkin timbul dari hipertensi yaitu (Oktavianus & Sari, 2014):

1) Sakit kepala
2) Pendarahan dari hidung
3) Pusing
4) Wajah kemerahan
5) Kelelahan

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Hipetensi primer (essensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang dimana etilogi patofisiologinya tidak


diketahui. Berdasarkan literatur > 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
primer. Faktor genetic mempunyai peranan penting pada patogenensis hipertensi
primer. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi
keseimbangan natrium, tetapi juga didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik

4
yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosterone,
steroid adrenal, dan angiotensinogen.
2. Hipertensi sekunder

Sedangkan sisanya terdapat < 10 % pasien yang menderita hipertensi sekunder.


Hipertensi sekunder dapat disebabkan dari penyakit komorbid atau obat tertentu. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskuler merupakan penyebab hipertensi sekunder yang paling sering terjadi.

Klasifikasi tingkat darah dari WHO-ISH 1999 (mmHg)

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
Subkelompok : 140-149 90-94

Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109


Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Subkelompok : 140-149 < 90

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VII 2003 (mmHg)

Kategori Sistolik Diastolik

Normal < 120 dan < 80


Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

D. PENYEBAB HIPERTENSI

5
Penyebab hipertensi juga di golongkan dalam 2 jenis yaitu hipertensi primer/esensial dan
hipertensi sekunder.

1. Hipertensi primer merupakan tipe yang paling sering dijumpai, terdapat 95% pasien
penderita hipertensi primer. Hipertensi primer dikaitkan dengan kombinasi faktor
gaya hidup. Hipertensi primer terjadi karena beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor keturunan, dari data statistik menyebutkan bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menyebabkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan, faktor ini disebabkan oleh usia (jika seseorang bertambah
usianya maka tekanan darah meningkat). Jenis kelamin laki-laki leboh tinggi dari
perempuan dan ras kulit hitam lebih banyak dari ras kulit putih.
c. Pola gaya hidup, kebiasaan dengan pola gaya hidup yang menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah mengkonsumsi garam yang tinggi melebihi dari 30
gr, obesitas yang diakibatkan dari makan yang berlebihan, stress, serta pengaruh
lain seperti merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone,
dan epineprin).

2. Hipertensi sekunder terdapat 5% dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder


disebabkan oleh kondisi medis seperti penyakit jantung atau reaksi terhadap obat-
obatan tertentu. Penyebab hipertensi sekunder antara lain :
a. Penyakit ginjal, stenosis arteri renalis disebabkan oleh penyempitan arteri
renalis yang menyebabkan penurunan tekanan perfusi, hipertensi, dan
penurunan ukuran ginjal. Stenosis arteri renalis biasanya dipicu oleh hetero
sclerosis.
b. Kelainan hormonal, seperti hiperaldosteronisme atau kelebihan hormon
aldosteron, sindroma cushing (penyakit akibat kelebihan hormone kotrisol),
dan feokromositoma atau tumor yang berasal dari sel-sel kromafin kelenjar
adrenal.
c. Obat-obatan, seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoetin, kokain,
alkohol dan lainnya.

Penyebab hipertensi berdasarkan hasil uji Chi-square diketahui bahwa :


1. Ada hubungan antara faktor keturunan

6
2. Ada hubungan antara faktor pola makan
3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok
4. Ada hubungan antara konsumsi alkohol
5. Tidak ada hubungan dengan aktifitas fisik
6. Tidak ada hubungan dengan berat badan

E. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


1. Faktor Risiko Yang tidak Dapat Dikontrol

a) Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap penyakit hipertensi karena dengan
bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi
yang semakin meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan
alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.
Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur.

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga


prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas serta tekanan darah
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan
berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.

b) Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu
seperti hipertensi, di mana hipertensi lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sitolik.

Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang


melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding
pembuluh darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40 tahun, kasus
serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria. Pria dan wanita
menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi. Ahli lain berpendapat
bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan
kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi

7
garam, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang
digunakan oleh wanita menopause dapat pula mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.

c) Riwayat keluarga

Individu dengan riwayat keluarga mempunyai penyakit tidak menular lebih sering
menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang mempunyai
faktor keturunan hipertensi, maka akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada
keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko
hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang
mempunyai riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka
dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang
penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka
kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.

2. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol :

a) Konsumsi garam
Garam dapur adalah faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi.
Garam dapur memiliki kandungan 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram
natrium perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume
cairan ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya dan
berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi efektif
merupakan bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang
melakukan perfusi aktif pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian
dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah
dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah.
Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi,
dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yang
dikeluarkan kelenjar adrenal.

Orang-orang yang memiliki kepekaan terhadap natrium akan lebih mudah


mengikat natrium sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dan peningkatan
tekanan darah. Garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam

8
berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.

b) Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat


badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga dapat
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.

Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak
jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Minyak goreng yang tinggi
kandungan ALTJ-nya hanya memiliki nilai tambah gorengan pertama saja.
Penggunaan minyak goreng yang digunakan secara berulang kali akan merusak ikatan
kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol
yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan aterosklerosis dan hal yang memicu
terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.

c) Merokok

Merokok diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa


peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang dapat mengakibatkan
penurunan kolesterol High Density Lipid (HDL), serta peningkatan Low Density Lipid
(LDL) dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi dan penyakit jantung koroner.

d) Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama
dengan 30. Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa
sebab. Pada penderita hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat badan berlebih.
Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada dinding
arteri menjadi lebih besar.
Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui
mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas
simpatis, peningkatan aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel. Selain

9
hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis penyakit
jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.

e) Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung memiliki frekuensi denyut jantung
yang lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkkan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar
pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan
perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga
dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan mengakibatkan risiko
hipertensi meningkat.

F. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin
II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan
bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya
ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).

1) Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang disebabkan oleh
hipertensi. Stroke muncul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang
mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.

10
Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi
dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut mengakibatkan
peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam ruang
intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron
di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.

2) Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya
iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.

3) Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
menyebabkan darah mengalir ke unitunit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan mengakibatkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang.
Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.

4) Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,
maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina
yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena
retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya
dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.

Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hipertensi maligna, di
mana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba. Manifestasi klinis akibat hipertensi
maligna juga terjadi secara mendadak, antara lain nyeri kepala, double vision, dim
vision, dan sudden vision loss (Nuraini, 2015).

11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan disesuaikan dengan faktor risiko dan klinis
pasien:
1) Penilaian risiko kardiovaskular : Gula darah puasa, profil lipid, asam urat
2) Penilaian penyebab hipertensi : TSH (Thyroid-stimulating hormone)
3) Penilaian komplikasi hipertensi :
 Serum kreatinin untuk perhitungan Egfr
 Serum sodium, potassium dan kalsium
 Urinalisa
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Terdapat berbagai pilihan pemeriksaan untuk menilai ada tidaknya komplikasi:
1) Elektrokardiografi : digunakan untuk menilai apakah terjadi komplikasi seperti infark
miokard akut atau gagal jantung
2) Foto polos thoraks : digunakan untuk menilai apakah terjadi pembesaran ventrikel
atau edema paru
3) Ekokardiografi : digunakan untuk melihat fungsi katup dan bilik jantung
4) Doppler perifer : digunakan untuk melihat struktur pembuluh darah, misalnya pada
thrombosis vena dalam dan penyakit arteri perifer
5) USG ginjal : digunakan untuk melihat adanya kelainan pada ginjal, misalnya batu
ginjal atau kista ginjal
6) Skrining hipertensi endokrin
7) CT scan kepala
8) Pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori adalah metode pengukuran darah
selama 24 jam dibutuhkan untuk memantau efek terapi yang telah diberikan kepada
pasien.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut.

1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik

12
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan :

a. Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic


bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
b. Antagonis (penyekat) respector beta (β-blocker), terutama penyekat selektif,
bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
c. Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptro alfa di otot polos
vaskuler yang secara normal berespons terhadap rangsangan saraf simpatis
dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
d. Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.
Misalnya natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazin, nitrogliserin, dll.

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Berikut diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi (Tim
pokja SDKI DPP PPNI 2017) :

1. Nyeri akut ( D.0077 )

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab : 1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).

Batasan Karakteristik :

Kriteria Mayor :

a) Subjektif : mengeluh nyeri.

b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada, posisi menghindar


nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

Kriteria Minor :

13
a) Subjektif : tidak ada

b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

Kondisi Klinis Terkait :

a. Kondisi pembedahan

b. Cedera traumatis

c. Infeksi

d. Sindrom koroner akut

e. Glaukoma

2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh

Penyebab : peningkatan tekanan darah

Batasan Karakteristik :

Kriteria Mayor :

1) Subyektif : (tidak tersedia)

2) Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral
teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.

Kriteria Minor :

1) Subyektif : parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)

2) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks anklebrachial <0,90 , bruit


femoralis.

Kondisi klinis terkait :

a. Tromboflebitis

14
b. Diabetes mellitus

c. Anemia

d. Gagal jantung kongestif

e. Kelainan jantung congenital

f. Thrombosis arteri

g. Varises

h. Thrombosis vena dalam

i. Sindrom kompartemen

3. Hipervolemia (D.0022)

Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.

Penyebab: gangguan mekanisme regulasi

Batasan karakteristik :

Kriteria Mayor :

1) Subyektif : ortopnea , dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam
waktu singkat, jugular venous pressure (JVP) dan/atau Central Venous pressure
(CVP) meningkat, refleks hepatojugular positif.

Kriteria Minor :

1) Subyektif : (tidak ada)

2) Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar Hb/Ht


turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru.

Batasan karakteristik :

Kondisi klinis terkait :

a. Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik

15
b. Hipoalbuminemia

c. Gagal jantung kongesif

d. Kelainan hormone

e. Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati )

f. Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis)

g. Imobilitas

4. Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab : kelemahan.

Batasan karakteristik :

Kriteria Mayor :

1) Subyektif : mengeluh lelah

2) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi istirahat

Kriteria Minor :

1) Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak nyaman setelah


beraktivitas , merasa lelah.

2) Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukan aritmia

3) Gambaran EKG menunjukan iskemia

4) Sianosis

Kondisi Klinis Terkait :

a. Anemia

b. Gagal jantung kongesif

16
c. Penyakit jantung koroner

d. Penyakit katup jantung

e. Aritmia

f. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

g. Gangguan metabolic

h. Gangguan musculoskeletal

5. Defisit Pengetahuan ( D.0111)

Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.

Penyebab : kurang minat dalam belajar

Batasan karakteristik :

Kriteria Mayor :

1) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

2) Objektif : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang


keliru terhadap masalah.

Kriteria Minor :

1) Subjektif : ( tidak ada )

2) Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan perilaku berlebihan


(mis. apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria)

Kondisi klinis terkait :

a. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien

b. Penyakit akut

c. Penyakit kronis

6. Ansietas ( D.0080)

17
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.

Penyebab : kurang terpapar informasi.

Batasan Karakteristik :

Kriteria Mayor :

1) Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi.

2) Objektif : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.

Kriteria Minor :

1) Subjektif : mengeluh pusing, Anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya.

2) Objektif : freuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah


meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk,
sering berkemih, berorrientasi pada masa lalu.

Kondisi Klinis Terkait :

a. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)

b. Penyakit akut

c. Hospitalisasi

d. Rencana operasi

e. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

f. Penyakit neurologis

g. Tahap tumbuh kembang

7. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)

Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk


memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

18
Faktor Risiko : Perubahan afterload

Kondisi Klinis Terkait :

a. Gagal jantung kongesif

b. Sindrom koroner akut

c. Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis, trikupidalis, atau


mitralis)

d. Atrial/ventricular septal defect

e. Aritmia

8. Resiko Jatuh ( D.0143)

Definisi : Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.

Faktor Risiko :

a. Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)

b. Riwayat jatuh

c. Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)

d. Penggunaan alat bantu berjalan

e. Penurunan tingkat kesadaran

f. Perubahan fungsi kognitif

g. Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)

h. Kondisi pasca operasi

i. Hipotensi ortostatik

j. Perubahan kadar glukosa darah

k. Anemia

l. Kekuatan otot menurun

19
m. Gangguan pendengaran

n. Gangguan kesimbangan

o. Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma, katarak, ablasio, retina, neuritis optikus)

p. Neuropati

q. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)

Kondisi klinis terkait :

a. Osteoporosis

b. Kejang

c. Penyakit sebrovaskuler

d. Katarak

e. Glaucoma

f. Demensia

g. Hipotensi

h. Amputasi

i. Intoksikasi

j. Preeklampsi

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang cukup berbahaya karena tidak
menimbulkan gejala yang spesifik dan secara fisik. Banyak penderita hipertensi yang baru
saja menyadari hipertensinya pada 5 tahun terakhir dan didagnosis pada kejadian layanan
darurat. Sebagian besar penderita hipertensi tidak rutin mengecek tekanan darahnya
walaupun sudah mengetahui komplikasinya secara mendasar. Begitu juga dengan
kepatuhan minum obat, banyak penderita hipertensi yang tidak patuh dalam minum obat
karena hanya meminum obat disaat timbul gejala. Hal ini menunjukkan kurangnya
pemahaman penderita hipertensi terhadap penyakitnya.

B. SARAN

1. Bagi Penderita
Diharapkan penderita melakukan kontrol secara rutin ke tempat pelayanan kesehatan.
Selain itu penderita melakukan diet hipertensi.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan lebih meningkatkan promosi kesehatan tentang diet hipertensi pada
masyarakat khususnya pada keluarga dan penderita hipertensi
3. Bagi Keluarga
Diharapkan tetap berperan sebagai pendamping dan pengatur pola makan penderita
hipertensi selama melakukan diet hipertensi.

21
DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing.

Andra, S. wijaya, & Yessie, M. putri. (2013). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta:
Nuha medika.

Eviana, P. P. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Hipertensi Di Puskesmas


Margasari Kota Balikpapan.

Kartikasari, A. N., Chasani, S., & Ismail. A. (2012). Faktor Risiko Hipertensi pada
Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang (Doctoral dissertation,
Fakultas Kedokteran).

Kemenkes RI. 2019. Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan
Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”.

Nuraini. (2015). Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.

Oktavianus & Sari, Febriana Sartika. 2014. “Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa”. Yogyakrata :Graha Ilmu.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan praktik klinis dan clinical
pathway penyakit jantung dan pembuluh darah, edisi pertama. Jakarta : PERKI. 2016,
p 38-42.

Riskesdas. 2018. Prevalensi hipertensi pada penduduk usia ≥18 tahun berdasarkan daerah di
Indonesia.

Situmorang, P. R. (2015). Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada


penderita rawat inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014. Jurnal
ilmiah keperawatan imelda, 1(1), 71-74.

Susilo, Y., & Wulandary, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.

Thomas G, Sullivan DJ, Forman JP, Bakris GL. Blood pressure measurement in diagnoss
and management of hypertension in adults. Up to Date. 2018

22
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi
1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Triyanto, Endang. 2014. “Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu”. Yogyakarta:Graha Ilmu.

WHO. 2015. Data penderita hipertensi di dunia.

Yonata, A., & Pratama, A. S. P. (2016). Hipertensi sebagai faktor pencetus terjadinya
stroke. Jurnal Majority, 5(3), 17-21.

Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017).Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Jurnal


Majority, 6(1), 28-33.

23

Anda mungkin juga menyukai