Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Mittahul Zannah (19010625)
Sinta Nuraini (19010626)
Rantika Melisda (19010628)
Mukhlisah (19010629)
Kahara Zakna (19010632)
Dila Adelia (19010633)
Marina Sari (19010634)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam juga kita panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kealam yang berilmu
pengetahuan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULAUN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang
mencolok tinggi, umumnya tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik lebih dari 120-130 mmHg, dan peningkatannya
terjadi dalam waktu yang relatif pendek. Selain itu, dalam penatalaksanaan,
yang lebih penting daripada tingginya tekanan darah adalah adanya tanda
kerusakan akut organ target. Dengan pemakaian obat antihipertensi baru yang
bekerja jangka panjang dengan efek samping yang minimal, jumlah pasien
krisis hipertensi menjadi lebih sedikit, dengan angka prevalensi sekitar 1%
pada pasien hipertensi (Noviyanti, 2015)
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar dari Krisis Hipertensi dan Asuhan
Keperawatan dari Krisis Hipertensi untuk diterapkan dan dijadikan bahan
belajar.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg
hipertensi di kategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan diastolik karena dianggap lebih
serius dan peningkatan sistoliknya.(Smith dalam Padila, 2013 : 356).
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensi nya. (Terry & Weaver, 2014)
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik
≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ
target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan
segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi
dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan
dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang
terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi
darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan
patokan >220/140 mmHg (Herlianita, 2010).
3
a. Jantung
4
Jantung di lapisi oleh 2 membran untuk mencegfah terjadinya trauma dan
infeksi yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral. Pericardium
parietal merupakan merman lapisan jantung paling luar dan tersusun dari
jaringan vibrosa. Membrane ini sangat efektif dalam melindungi jantung
dari infeksi. Sedangkan lapisan membrane pericardium visceral
merupakan lapisan pada bagian dalam yang melekat ke miokardium dan
melapisi beberapa sentimeter aorta dan arteri vulmonalis. Diantara kedua
lapisan tersebut terdapat 5-20 ml cairan pericardium yang berfungsi
sebagai pelumat untuk mencegah trauma.
c. Ruang jantung
Jantung terbagi atas 2 belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah yang di sebut septum.
Setiap belahan terdiri dari 2 ruang yaitu ruang pengumpul yang di sebut
atrium dan ruang pemompa yang di sebut dengan ventriel. Dengan
demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan dan vetrikel kiri.
d. Katup jantung
Jantung memiliki 2 tipe katup yaitu katup atrioventrikuler dan katup
semilunar. Katup atrioventrukuler terletak di antara atrium dan ventrikel.
Katup ini terdiri atas katup trikuspidalis yang menghubungkan antara
atrium dan ventrikel kanan dan bikusvidalis atau mitral yang
menghubungkan antara antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
e. System konduksi jantung
1) Sinoatril Node (SA Node), terletak antara vena cava superior dengan
atrium kanan.
2) Atrioventrikular Node (AV Node), terletak antara bagian bawah
atrium kanan dan ventrikel atau dekat septum atrium.
3) Bundle His merupakan pacemaker dengan impuls 40-60 x/m.
4) Serat Purkinje merupakan serat otot jantung dengan jaringan yang
menyebar pada otot endokadium bagian ventrikel.
5
f. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi dan
relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat
ventrikel berkontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi).
Normalnya siklus jantung di mulai dengan depolarisasi spontan dari sel
pacemaker dari SA Node dan berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
2.3 Etiologi
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular,
berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor
penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami.
Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai
peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga
membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi
autoregulasi (Devicaesaria, 2014)
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
Pre-eklampsia dan eklampsia kehamilan
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
Pengguna NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)
(Devicaesaria, 2014)
2.4 Klasifikasi
Menurut Herlianita (2010) krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2
berdasar tingkat kegawatannya
1. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat
6
dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun
kebanyakan referensi di Indonesia memakai patokan >220/140.
2. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi
tapi belum disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan
dalam hitungan jam atau hari untuk mencegah kerusakan target organ.
Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada patokan mutlak, namun sebagai
patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110 mmHg.
7
2.6 Pathway
Hipertensi Emergency
Perubahan struktur
vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Retensi Na
Edema
8
2.7 Komplikasi
a. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri
dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat
pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat
menurunkan resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner.
Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
b. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat
pilihan karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang
juga dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang
lain.
c. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan
darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan
perut. Untuk menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera
diturunkan. Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100
mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ
target. Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan
bersama penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
d. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian
tekanan darah dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok,
siklosporin, kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli.
Penatalaksanaan adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular
sistemik tanpa mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti
nikardipin dapat dipakai pada keadaan ini
9
e. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis
kokain. Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan
infark miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis
katekolamin, meski labetalol juga terbukti efektif
2.9 Penatalaksanaan
Menurut Devicaesaria (2014) terdapat beberapa penatalaksanaan yang
dapat dilakukan kepada pasien krisis hipertensi yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik
Pada kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara
cepat, sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam
beberapa menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan
secara lebih perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat
tersebut dicapai dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan
10
darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai
tekanan darah diastolik sekitar 100 mmHg.
Seperti sudah disebutkan di atas, pada kegawatan hipertensi
diberikan obat antihipertensi parenteral yang memerlukan titrasi secara
hati-hati sesuai dengan respons klinik. Setelah penurunan tekanan darah
secara cepat tercapai dengan pemberian obat antihipertensi parenteral,
dimulai pemberian obat antihipertensi oral.
Jika tekanan darah makin menurun dengan penambahan obat
antihipertensi oral tersebut, dilakukan titrasi penurunan dosis obat
antihipertensi parenteral sampai dihentikan. Pengukuran tekanan darah
yang berkesinambungan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
monitor tekanan darah osilometrik otomatik.
Sebaiknya tekanan darah tidak diturunkan sampai normal atau
hipotensi, kecuali pada diseksi aorta, karena akan mengakibatkan
terjadinya hipoperfusi organ target. Penurunan tekanan darah sampai
normal dapat dilaksanakan pada saat pasien berobat jalan.
Obat parenteral yang digunakan untuk terapi krisis hipertensi adalah :
Natrium Nitropusida
Nikardipin hidroklorida
Nitrogliserin
Enaraplirat
Hidralazin Hidroklorida
Diazoksid
Labatalol Hidroklorida
Fentolamin
Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek
samping segera. Nitroprusid dan labetalol hidroklorida intravena memiliki
efek vasodilatasi segera dengan waktu kerja yang pendek, sehingga banyak
digunakan pada awal klinis.
Efek pada kebanyakan obat antihipertensi diperkuat oleh deuretik.
Pemantauan tekanan darah yang sangat ketat dan status kardiovaskuler
pasien penting dilakukan selama penanganan dengan obat ini.
11
Penurunan tekanan darah secara mendadak dapat terjadi dan
memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan tekanan darah ke batas
normal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu
segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di
ICU, pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila
ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status
volume intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan
penyebab krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai
krisis hipertensi, tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD
yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan
usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik
tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg
selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal :
disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP
ataupun TD yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung
dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan,
kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD
secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan
dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan
lemak terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang
kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
12
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung
pada usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk
yang berat badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam
tiga kali waktu makan (pagi, siang, malam).
BAHAN UKURAN
PORSI SEHARI
MAKANAN PORSI
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas
13
dilanjutkan dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal.
Penurunan tekanan darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap
dalam dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
CONTOH KASUS :
Tuan M umur 68 tahun dibawa kerumah sakit oleh anaknya jam 22.30 wib, Ny S
mengatakan tuan M mengalami nyeri dada, sakit kepala, kesadaran menurun dan
tiba-tiba pingsan , Ny S mengatakan bahwa Tn M sudah 15 tahun mengidap
penyakit Hipertensi dan memang memiliki keturunan riwayat Hipertensi dari
keluarga. Tuan M di pindahkan ke ruang Intensif Care Unit (ICU) , saat di ruang
ICU dilakukan pengkajian didapatkan hasil TD 220/130 mmHg, RR 28 X/menit,
suhu: 36,6C, nadi: 89 x/menit. Kulit terasa dingin, CRT 3 , bunyi jantung
tambahan S3 gallop, kekuatan otot pasien lemah dan rentang gerak terbatas. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan ST Elevasi sedangkan untuk pemeriksaan
radiologi didapatkan Pembesaran jantung (Kardiomegali).
14
ANALISA DATA
DO :
Vasokontriksi
Pasien terlihat tidak
sadarkan diri
Gangguan Sirkulasi
TTV
TD : 220/130 mmhg Pembuluh Darah
RR : 28 ×/mnt
Nadi : 89 ×/mnt Sistemik
Suhu : 36,6 °c
GCS : 4 Vasokontriksi
Kesadaran : Stupor
Afterload
EKG: ST elevasi
Bunyi jantung
Penurunan curah jantung
tambahan : S3 Gallop
Ronsen : Kardiomegali
15
2 DS : Hipertensi Emergency Resiko
Ny.S mengatakan pasien Ketidakefekti
mengalami penurunan Kerusakan Vaskuler fan perfusi
kesadaran ketika masuk Pembuluh darah jaringan otak
rumah sakit
Perubahan Struktur
DO :
Penyumbatan Pembuluh
GCS : 4
Darah
Kesadaran stupor
Pasien tidak sadarkan
Vasokontriksi
KU : lemah
Monitor : TTV Gangguan Sirkulasi
TD : 220/130 mmhg
RR : 28 ×/mnt Otak
Nadi : 89 ×/mnt
suplai O2 ke otak
Suhu : 36,6 °c
Sinkop
Ketidakefektifan perfusin
jaringan ceebral
16
Terlihat pergerakan
terbatas Gangguan Sirkulasi
Kesadaran pasien
Pembuluh Darah
stupor
Sistemik
Vasokontriksi
Afterload
Fatigue
COP
Intoleransi Aktivitas
Masalah Keperawatan
1. Penurunan curah jantung
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Intoleransi aktivitas
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
17
18
Intervensi Keperawatan
19
diri 2. Banyak terganggu singkat dengan waktu istirahat
TTV 3. Cukup terganggu yang sering dalam melakukan
TD : 220/130 mmhg 4. Sedikit terganggu aktivitas).
3. Irama jantung yang normal
RR : 28 ×/mnt 5. Tidak terganggu 3. Monitor jumlah dan irama
merupakan kerja jantung
Nadi : 89 ×/mnt jantung
yang efektif
Suhu : 36,6 °c
4. untuk mengetahui keadaan
GCS : 4 4. Memonitor tanda-tanda vital pasien baik atau buruk.
Kesadaran : Stupor secara rutin. 5. Untuk mengetahui jika ada
EKG: ST elevasi 5. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.
Bunyi jantung tambahan : S3 penurunan curah jantung.
Gallop
Ronsen : Kardiomegali
2 Resiko Ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan otak
KH T A Monitor tekanan intrakarnial
DS : Tekanan intrakranial 5 1 (TIK) 1. mengetahui dan memonitor
Ny.S mengatakan pasien Tekanan darah 5 2 1. Bantu menyisipkan perangkat TIK
mengalami penurunan kesadaran sistolik pemantauan TIK 2. mengetaui perkembangan
ketika masuk rumah sakit Tekanan darah 5 2 2. Monitor kualitas dan kualitas dan karakteristik
20
diastolik krakteristik gelombang TIK TIK
DO : Nilai rata-rata tekanan 5 1 3. memantau TD pada otak
GCS : 4 darah 3. Monitor tekanan darah aliran
Kesadaran stupor Keadaan pingsan 5 1 otak 4. mengetahui jumlah output
Pasien tidak sadarkan Penurunan tingkat 5 1 4. Monitor jumlah dari cairan serebrospinal
1.sangat terganggu
2.banyak terganggu
3.cukup terganggu
4.sakit terganggu
5.tidak terganggu
21
3 Intoleransi aktifitas NOC: NIC :
berhubungan dengan imobilitas Terapi aktivitas
Daya Tahan 1. Agar pasien dan keluarga
1. Bantu klien dan keluarga untuk
DS : Kriteria Hasil : mengetahui kelemahan
mengidentifikasi kelemahan
Ny.s mengatakan pasien masih
dalam lebel aktivitas tertentu
belum ada pergerakan 2. Agar nyeri dapat berkurang
KH T A 2. Bantu dengan akivitas fisik
Aktivitas fisik 5 2 secara teratur misalnya
DO:
Melakukan aktivitas 5 2 berputar, ambulasi dan
Pasien terlihat tidak sadarkan
rutin kebersihan diri sesuai dengan
diri
Daya tahan otot 5 2 kebutuhan 3. Agar keluarga pasien dapat
Kekuatan otot 1 1
Skala Indikator : 3. Berikan kesempatan keluarga membantu pasien
2 1
1. Sangat terganggu untuk terlibat dalam aktivitas
GCS : 4
4. Agar pasien tidak mengalami
2. Banyak terganggu dengan cara yang tepat
Terlihat pergerakan terbatas ketegangan otot
3. Cukup terganggu 4. Lakukan ROM aktif/pasif untuk
Kesadaran pasien stupor
4. Sedikit terganggu menghilangkan ketegangan otot
5. Tidak terganggu
22
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensi nya.
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular,
berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor
penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami.
Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai
peningkatan resistensi vaskular.
Krisis Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu Hipertensi Emergency dan
Hipertensi Urgency. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di
ICU, pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila
ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran.
3.2 Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat
bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca
terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25