Anda di halaman 1dari 28

KRISIS HIPERTENSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Mittahul Zannah (19010625)
Sinta Nuraini (19010626)
Rantika Melisda (19010628)
Mukhlisah (19010629)
Kahara Zakna (19010632)
Dila Adelia (19010633)
Marina Sari (19010634)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam juga kita panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kealam yang berilmu
pengetahuan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, dorongan dan do’a untuk menyelesaikan makalah ini. Seperti kata
pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, begitu pula dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman, dosen serta para pembaca sekalian demi kepentingan
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Wassalamu’alaikum wr.wb.

Lhokseumawe, Desember 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULAUN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 3


A. Konsep Penyakit................................................................................... 3
2.1 Definisi .......................................................................................... 3
2.2 Anatomi Fisiologi........................................................................... 3
2.3 Etiologi........................................................................................... 6
2.4 Klasifikasi....................................................................................... 6
2.5 Tanda dan Gejala............................................................................ 7
2.6 Pathway........................................................................................... 8
2.7 Komplikasi...................................................................................... 9
2.8 Pemeriksaaan Penunjang................................................................ 10
2.9 Penatalaksanaan.............................................................................. 10
B. Asuhan Keperawatan............................................................................ 14

BAB III PENUTUP......................................................................................... 23


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 23
3.2 Saran..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini penyakit hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu
di dunia. Berdasarkan dari data WHO (2015), hampir satu miliyar penduduk
diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi diatas normal. Diperkirakan di
tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi.
Angka penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat sebanyak
36% terjadi pada orang dewasa menderita hipertensi, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46% (Wade, 2016).
Penyakit yang serius ini didefinisikan sebagai suatu peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan distolic sedikitnya
90 mmHg. Penyebabnya hipertensi ini dibagi menjadi dua golongan yaitu
primer dan sekunder. Hipertensi primer disebabkan berbagai faktor seperti
genetik, lingkungan, obesitas, dan lain-lain. Berbeda dengan hipertensi primer,
hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu
organ atau sistem tubuh (Noviyanti, 2015).
Penyakit yang juga sering disebut dengan silent killer ini telah
membunuh 1.5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga
orang di asia menderita tekanan darah tinggi. Selanjutnya dari data kemenkes
RI pada tahun 2010 kejadian hipertensi cukup tinggi, dengan proporsi kasus
42,38% pada pria dan 57,62% pada wanita (Kemenkes RI, 2012).
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), gejala-gejala penyakit hipetensi
yang biasa terjadi pada seseorang yaitu: sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Sementara itu komplikasi hipertensi yang pernah di jumpai pada penderita
hipertensi meliputi gangguan penglihatan saraf, jantung, fungsi ginjal, dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan dampak kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang menimbulkan kelumpuhan dan ganggguan
kesadaran hingga koma.

1
Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang
mencolok tinggi, umumnya tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik lebih dari 120-130 mmHg, dan peningkatannya
terjadi dalam waktu yang relatif pendek. Selain itu, dalam penatalaksanaan,
yang lebih penting daripada tingginya tekanan darah adalah adanya tanda
kerusakan akut organ target. Dengan pemakaian obat antihipertensi baru yang
bekerja jangka panjang dengan efek samping yang minimal, jumlah pasien
krisis hipertensi menjadi lebih sedikit, dengan angka prevalensi sekitar 1%
pada pasien hipertensi (Noviyanti, 2015)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Krisis Hipertensi ?
2. Apa Etiologi dari Krisis Hipertensi ?
3. Bagaimana klasifikasi dari Krisis Hipertensi ?
4. Apa Tanda dan Gejala Krisis Hipertensi ?
5. Bagaimana Pathway dari Krisis Hipertensi ?
6. Apa Komplikasi Krisis Hipertensi ?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Krisis Hipertensi ?
8. Bagimana Penatalaksanaan dari Krisis Hipertensi ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Krisis Hipertensi ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar dari Krisis Hipertensi dan Asuhan
Keperawatan dari Krisis Hipertensi untuk diterapkan dan dijadikan bahan
belajar.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg
hipertensi di kategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan diastolik karena dianggap lebih
serius dan peningkatan sistoliknya.(Smith dalam Padila, 2013 : 356).
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensi nya. (Terry & Weaver, 2014)
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 
≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ
target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan
segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi
dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan
dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang
terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi
darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan
patokan >220/140 mmHg (Herlianita, 2010).

2.2 Anatomi Fisiologi


Menurut Padila (2012) anatomi dan fisiologi dalam kasus hipertensi
adalah sebagai berikut :

3
a. Jantung

(Sumber Padila, 2012)

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot dan


berongga, terletak di rongga thoraks bagian mediastinum, diantara 2 paru-
paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah di sebut
apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang
intercosta V kiri atau kira-kira 9 Cm dari kiri line medioclavicularis,
sedangkan bagian atasnya di sebut basis terletak agak ke kanan tepatnya pada
costa ke III, 1 cm dari tepi lateral sternum.
Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm dan tebalnya 6
cm. Beratnya sekitar 200-425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gr.
a. Lapisan otot jantung
Ada 3 lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut apikardium,
Lapisan bagian tengah di sebut Miokardium, lapisan ini lebih tebal, tersusu
atas otot lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan
bagian dalam di sebut endokardium, lapisan ini terdiri dari jaringan
endotalia yang juga melapisi ruang jantung dan katup-katup jantung.
b. Selaput jantung

4
Jantung di lapisi oleh 2 membran untuk mencegfah terjadinya trauma dan
infeksi yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral. Pericardium
parietal merupakan merman lapisan jantung paling luar dan tersusun dari
jaringan vibrosa. Membrane ini sangat efektif dalam melindungi jantung
dari infeksi. Sedangkan lapisan membrane pericardium visceral
merupakan lapisan pada bagian dalam yang melekat ke miokardium dan
melapisi beberapa sentimeter aorta dan arteri vulmonalis. Diantara kedua
lapisan tersebut terdapat 5-20 ml cairan pericardium yang berfungsi
sebagai pelumat untuk mencegah trauma.
c. Ruang jantung
Jantung terbagi atas 2 belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah yang di sebut septum.
Setiap belahan terdiri dari 2 ruang yaitu ruang pengumpul yang di sebut
atrium dan ruang pemompa yang di sebut dengan ventriel. Dengan
demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan dan vetrikel kiri.
d. Katup jantung
Jantung memiliki 2 tipe katup yaitu katup atrioventrikuler dan katup
semilunar. Katup atrioventrukuler terletak di antara atrium dan ventrikel.
Katup ini terdiri atas katup trikuspidalis yang menghubungkan antara
atrium dan ventrikel kanan dan bikusvidalis atau mitral yang
menghubungkan antara antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
e. System konduksi jantung
1) Sinoatril Node (SA Node), terletak antara vena cava superior dengan
atrium kanan.
2) Atrioventrikular Node (AV Node), terletak antara bagian bawah
atrium kanan dan ventrikel atau dekat septum atrium.
3) Bundle His merupakan pacemaker dengan impuls 40-60 x/m.
4) Serat Purkinje merupakan serat otot jantung dengan jaringan yang
menyebar pada otot endokadium bagian ventrikel.

5
f. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi dan
relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat
ventrikel berkontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi).
Normalnya siklus jantung di mulai dengan depolarisasi spontan dari sel
pacemaker dari SA Node dan berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.

2.3 Etiologi
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular,
berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor
penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami.
Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai
peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga
membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi
autoregulasi (Devicaesaria, 2014)
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
 Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak  teratur minum obat.
 Pre-eklampsia dan eklampsia kehamilan
 Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
 Pengguna NAPZA
 Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)
(Devicaesaria, 2014)

2.4 Klasifikasi
Menurut Herlianita (2010) krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2
berdasar tingkat kegawatannya
1. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat

6
dikategorikan  sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun
kebanyakan referensi di Indonesia  memakai patokan >220/140.
2. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi
tapi belum  disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan
dalam hitungan jam atau hari untuk mencegah kerusakan target organ.
Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada patokan mutlak, namun sebagai
patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110 mmHg.

2.5 Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan
organ target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap
pasien. Pada pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial
akan dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda
neurologi fokal berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada
hipertensi ensefalopati didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit
neurologi fokal. Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati
dengan perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema.
Pada sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul
lebih dominan seperti; angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri
akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan
atau hematuria bisa saja terjadi (Devicaesaria, 2014)
Gejala krisis Hipertensi ini bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat
1. Gejala ringan :
 Mual, muntah
 Sakit Kepala
 Kaku pada tengkuk
 Nyeri Dada
 Sesak Napas
2. Gejala yang lebih berat
 Gangguan kesadaran sampai pingsan
 Kejang
 Nyeri dada hebat

7
2.6 Pathway

Penderita Hipertensi tidak teratur minum obat, pengguna


NAPZA, Obesitas, Gaya Hidup, Ateriosklerosis

Hipertensi Emergency

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh darah Ginjal

Suplai O2 ke Sistemik Vasokontriksi pembuluh


otak menurun darah ginjal
vasokontriksi
Sinkop Blood Flow
Afterload ↑ Fatigue

Ketidakefektifan perfusi Respon RAA


jaringan otak Penurunan curah COP
jantung
Rangsang
Intoleransi Aktivitas Aldosteron

Retensi Na

Edema

8
2.7 Komplikasi
a. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri
dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat
pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat
menurunkan resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner.
Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
b. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat
pilihan karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang
juga dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang
lain.
c. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan
darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan
perut. Untuk menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera
diturunkan. Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100
mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ
target. Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan
bersama penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
d. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian
tekanan darah dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok,
siklosporin, kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli.
Penatalaksanaan adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular
sistemik tanpa mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti
nikardipin dapat dipakai pada keadaan ini

9
e. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis
kokain. Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan
infark miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis
katekolamin, meski labetalol juga terbukti efektif

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Musttaqin (2014) pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara, yaitu :
a. Pemeriksaan segera seperti :
- Darah : Rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD
- Urine : Urinalisa & Kultur Urin
- EKG : 12 lead, melihat tanda iskemi
- Foto dada : apakah ada edema paru
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
pertama)
- Dugaan kelainan ginjal : IVP, renal angiografi, biopsi renal
- Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : CT scan
- Bila disangsikan feokromositoma : urine 24 jam untuk khatekolamin,
metamefrin, Venumandelic Acid (VMA)
- Echocardiografi dua dimensi : membedakan gangguan fungsi diastolik
dari gangguan fungsi sistolik ketika tanda gagal jantung didapatkan.

2.9 Penatalaksanaan
Menurut Devicaesaria (2014) terdapat beberapa penatalaksanaan yang
dapat dilakukan kepada pasien krisis hipertensi yaitu :
1.  Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik
Pada kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara
cepat, sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam
beberapa menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan
secara lebih perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat
tersebut dicapai dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan

10
darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai
tekanan darah diastolik sekitar 100 mmHg.
Seperti sudah disebutkan di atas, pada kegawatan hipertensi
diberikan obat antihipertensi parenteral yang memerlukan titrasi secara
hati-hati sesuai dengan respons klinik. Setelah penurunan tekanan darah
secara cepat tercapai dengan pemberian obat antihipertensi parenteral,
dimulai pemberian obat antihipertensi oral.
Jika tekanan darah makin menurun dengan penambahan obat
antihipertensi oral tersebut, dilakukan titrasi penurunan dosis obat
antihipertensi parenteral sampai dihentikan. Pengukuran tekanan darah
yang berkesinambungan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
monitor tekanan darah osilometrik otomatik.
Sebaiknya tekanan darah tidak diturunkan sampai normal atau
hipotensi, kecuali pada diseksi aorta, karena akan mengakibatkan
terjadinya hipoperfusi organ target. Penurunan tekanan darah sampai
normal dapat dilaksanakan pada saat pasien berobat jalan.
Obat parenteral yang digunakan untuk terapi krisis hipertensi adalah :
 Natrium Nitropusida
 Nikardipin hidroklorida
 Nitrogliserin
 Enaraplirat
 Hidralazin Hidroklorida
 Diazoksid
 Labatalol Hidroklorida
 Fentolamin
Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek
samping segera. Nitroprusid dan labetalol hidroklorida intravena memiliki
efek vasodilatasi segera dengan waktu kerja yang pendek, sehingga banyak
digunakan pada awal klinis.
Efek pada kebanyakan obat antihipertensi diperkuat oleh deuretik.
Pemantauan tekanan darah yang sangat ketat dan status kardiovaskuler
pasien penting dilakukan selama penanganan dengan obat ini.

11
Penurunan tekanan darah secara mendadak dapat terjadi dan
memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan tekanan darah ke batas
normal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu
segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di
ICU, pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila
ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status
volume intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan
penyebab krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai
krisis hipertensi, tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD
yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan
usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik
tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg
selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal :
disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP
ataupun TD yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung
dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan,
kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD
secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan
dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan
lemak terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang
kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu

12
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung
pada usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk
yang berat badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam
tiga kali waktu makan (pagi, siang, malam).

BAHAN UKURAN
PORSI SEHARI
MAKANAN PORSI
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak


atau rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan
tekanan sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering
dianjurkan dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang.
Sementara dari golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan
bawang putih. Sedangkan makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh
penderita hipertensi adalah daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure
mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20
% dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara
bertahap bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam.
Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat

13
dilanjutkan dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal.
Penurunan tekanan darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap
dalam dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
CONTOH KASUS :
Tuan M umur 68 tahun dibawa kerumah sakit oleh anaknya jam 22.30 wib, Ny S
mengatakan tuan M mengalami nyeri dada, sakit kepala, kesadaran menurun dan
tiba-tiba pingsan , Ny S mengatakan bahwa Tn M sudah 15 tahun mengidap
penyakit Hipertensi dan memang memiliki keturunan riwayat Hipertensi dari
keluarga. Tuan M di pindahkan ke ruang Intensif Care Unit (ICU) , saat di ruang
ICU dilakukan pengkajian didapatkan hasil TD 220/130 mmHg, RR 28 X/menit,
suhu: 36,6C, nadi: 89 x/menit. Kulit terasa dingin, CRT 3 , bunyi jantung
tambahan S3 gallop, kekuatan otot pasien lemah dan rentang gerak terbatas. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan ST Elevasi sedangkan untuk pemeriksaan
radiologi didapatkan Pembesaran jantung (Kardiomegali).

14
ANALISA DATA

Nama : Tn. M No.RM : 234521


Umur : 68 Tahun Diagnosa Medis : HT Emergency
Masalah
No Data penunjang Etiologi
keperawatan

1 DS : Hipertensi Emergency Penurunan


curah jantung
 Ny.S mengatakan
Kerusakan Vaskuler
pasien tekanan darah
Pembuluh darah
nya tinggi
 Ny.S mengatakan Perubahan Struktur
pasien masih tidak
sadarkan diri Penyumbatan Pembuluh
Darah

DO :
Vasokontriksi
 Pasien terlihat tidak
sadarkan diri
Gangguan Sirkulasi
 TTV
TD : 220/130 mmhg Pembuluh Darah
RR : 28 ×/mnt
Nadi : 89 ×/mnt Sistemik
Suhu : 36,6 °c
 GCS : 4 Vasokontriksi

 Kesadaran : Stupor
Afterload
 EKG: ST elevasi
 Bunyi jantung
Penurunan curah jantung
tambahan : S3 Gallop
 Ronsen : Kardiomegali

15
2 DS : Hipertensi Emergency Resiko
Ny.S mengatakan pasien Ketidakefekti
mengalami penurunan Kerusakan Vaskuler fan perfusi
kesadaran ketika masuk Pembuluh darah jaringan otak
rumah sakit
Perubahan Struktur

DO :
Penyumbatan Pembuluh
 GCS : 4
Darah
 Kesadaran stupor
 Pasien tidak sadarkan
Vasokontriksi
 KU : lemah
 Monitor : TTV Gangguan Sirkulasi
TD : 220/130 mmhg
RR : 28 ×/mnt Otak
Nadi : 89 ×/mnt
suplai O2 ke otak
Suhu : 36,6 °c

Sinkop

Ketidakefektifan perfusin
jaringan ceebral

3 DS : Hipertensi Emergency Intoleransi


Ny.s mengatakan pasien Aktivitas
masih belum ada Kerusakan Vaskuler

pergerakan Pembuluh darah

DO: Perubahan Struktur

 Pasien terlihat tidak


Penyumbatan Pembuluh
sadarkan diri
Darah
 Kekuatan otot 1 1
2 1
Vasokontriksi
 GCS : 4

16
 Terlihat pergerakan
terbatas Gangguan Sirkulasi

 Kesadaran pasien
Pembuluh Darah
stupor

Sistemik

Vasokontriksi

Afterload

Fatigue

COP

Intoleransi Aktivitas

Masalah Keperawatan
1. Penurunan curah jantung
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Intoleransi aktivitas

Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

17
18
Intervensi Keperawatan

Nama : Tn. M No.RM : 234521


Umur : 68 Tahun Diagnosa Medis : HT Emergency
Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1 Penurunan curah jantung NOC : NIC :


berhubungan dengan
 Pompa Jantung  Perawatan Jantung
perubahan kontraktilitas 1. Agar pasien tidak
KH T A 1. Pastikan tingkat aktivitas pasien
mengalami seranggan
DS : Suara jantung 5 2 yang tidak membahayakan
jantung
abnormal curah jantung atau
 Ny.S mengatakan pasien
Kelelahan 5 2 mempropokasi serangan
tekanan darah nya tinggi
Intileran aktivitas 5 2 jantung. 2. Dorong aktivitas pasien
 Ny.S mengatakan pasien
Dyspnea pada saat 5 2 2. Dorong adanya peningkatan dengan peningkatan
masih tidak sadarkan diri
istirahat aktivitas bertahap ketika kondisi aktivitas.
Skala Indikator : pasien sudah distabilkan
DO :
(misalnya : dorong akivitas yang
 Pasien terlihat tidak sadarkan 1. Sangat terganggu
lebih ringan atau waktu yang

19
diri 2. Banyak terganggu singkat dengan waktu istirahat
 TTV 3. Cukup terganggu yang sering dalam melakukan
TD : 220/130 mmhg 4. Sedikit terganggu aktivitas).
3. Irama jantung yang normal
RR : 28 ×/mnt 5. Tidak terganggu 3. Monitor jumlah dan irama
merupakan kerja jantung
Nadi : 89 ×/mnt jantung
yang efektif
Suhu : 36,6 °c
4. untuk mengetahui keadaan
 GCS : 4 4. Memonitor tanda-tanda vital pasien baik atau buruk.
 Kesadaran : Stupor secara rutin. 5. Untuk mengetahui jika ada
 EKG: ST elevasi 5. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.
 Bunyi jantung tambahan : S3 penurunan curah jantung.
Gallop
 Ronsen : Kardiomegali
2 Resiko Ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan otak
KH T A  Monitor tekanan intrakarnial
DS : Tekanan intrakranial 5 1 (TIK) 1. mengetahui dan memonitor
Ny.S mengatakan pasien Tekanan darah 5 2 1. Bantu menyisipkan perangkat TIK
mengalami penurunan kesadaran sistolik pemantauan TIK 2. mengetaui perkembangan
ketika masuk rumah sakit Tekanan darah 5 2 2. Monitor kualitas dan kualitas dan karakteristik

20
diastolik krakteristik gelombang TIK TIK
DO : Nilai rata-rata tekanan 5 1 3. memantau TD pada otak
 GCS : 4 darah 3. Monitor tekanan darah aliran
 Kesadaran stupor Keadaan pingsan 5 1 otak 4. mengetahui jumlah output

 Pasien tidak sadarkan Penurunan tingkat 5 1 4. Monitor jumlah dari cairan serebrospinal

 KU : lemah kesadaran nilai,karakteristik pengeluaran


cairan serebrospina(CSF) 5. memantau efek rangsangan
 Monitor : TTV Refleks saraf 5 1
5. Monitor efek rangsangan di di area pada TIK
TD : 220/130 mmhg terganggu
lingkungan pada TIK
RR : 28 ×/mnt Kognisi terganggu 5 1
Nadi : 89 ×/mnt
Suhu : 36,6 °c Skala indicator :

1.sangat terganggu

2.banyak terganggu

3.cukup terganggu

4.sakit terganggu

5.tidak terganggu

21
3 Intoleransi aktifitas NOC: NIC :
berhubungan dengan imobilitas  Terapi aktivitas
 Daya Tahan 1. Agar pasien dan keluarga
1. Bantu klien dan keluarga untuk
DS : Kriteria Hasil : mengetahui kelemahan
mengidentifikasi kelemahan
Ny.s mengatakan pasien masih
dalam lebel aktivitas tertentu
belum ada pergerakan 2. Agar nyeri dapat berkurang
KH T A 2. Bantu dengan akivitas fisik
Aktivitas fisik 5 2 secara teratur misalnya
DO:
Melakukan aktivitas 5 2 berputar, ambulasi dan
 Pasien terlihat tidak sadarkan
rutin kebersihan diri sesuai dengan
diri
Daya tahan otot 5 2 kebutuhan 3. Agar keluarga pasien dapat
 Kekuatan otot 1 1
Skala Indikator : 3. Berikan kesempatan keluarga membantu pasien
2 1
1. Sangat terganggu untuk terlibat dalam aktivitas
 GCS : 4
4. Agar pasien tidak mengalami
2. Banyak terganggu dengan cara yang tepat
 Terlihat pergerakan terbatas ketegangan otot
3. Cukup terganggu 4. Lakukan ROM aktif/pasif untuk
 Kesadaran pasien stupor
4. Sedikit terganggu menghilangkan ketegangan otot

5. Tidak terganggu

22
23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensi nya.
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular,
berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor
penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami.
Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai
peningkatan resistensi vaskular.
Krisis Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu Hipertensi Emergency dan
Hipertensi Urgency. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di
ICU, pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila
ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran.

3.2 Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat
bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca
terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Devicaesaria, A. (2014). Hipertensi Krisis. Jakarta : FKUI.


Herlianita, R. (2010). Krisis Hipertensi. Jurnal Keperawatan Vol 1 No.2. 151 -
155. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/408
Kemenkes RI. (2012). Pusat Data dan Informasi. Buletin Penyakit Tidak
Menular. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Muttaqin, A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Noviyanti. (2015). Hipertensi : Kenali, Cegah, dan Obati. Yogyakarta :
Notebook.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid I. Yogyakarta : Mediaction.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
medika.
Terry, C. L., & Weaver, A. (2014). Keperawatan Kritis. Yogyakarta : Rapha.
Wade, Carlson. (2016). Mengatasi Hipertensi. Bandung : Nuansa Cendekia.
WHO. (2015). World Health Statistic Report. Geneva : World Health
Organization.

25

Anda mungkin juga menyukai