Anda di halaman 1dari 26

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI”

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Anggun Cahyani
2. Brigita Sarbunan
3. Christi Mira Patadi
4. Dina Vitrianti Atbar
5. Merlin Tandi Padang
6. Fajar Kusuma Wardana
7. Lestari Saragi
8. Arini
9. Sr. Benedikta
10. Christo
11. ?
12. ?
13. ?
14. ?
15. ?
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
dengan Hipertensi.

Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam tugas ini, maka


dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami buuhkan untuk
kesempurnaan makalah kami ini.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 24 November 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................
BAB I Pendahuluan...............................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan.........................................................................................
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................
A. Konsep Medik.............................................................................
1. Defenisi..................................................................................
2. Etiologi...................................................................................
3. Anatomi fisiologi ...................................................................
4. Manifestasi klinik...................................................................
5. Patofisiologi...........................................................................
6. Komplikasi.............................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang.......................................................
8. Penatalaksanaan...................................................................
9. Pathoflowdiagram..................................................................
B. Asuhan Keperawatan..................................................................
1. Pengkajian.............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.........................................................
3. Rencana Keperawatan..........................................................
BAB III Penutup.....................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang.
Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi
adalahsuatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik ( bagian atas ) dan
diastolic( bagian bawah ) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ( sphygmomanometer )
ataupun alat digital lainnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling
mematikan didunia. Sebanyak 1 milyar orang didunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini.hipertensi secara tidak langsung membunuh
penderitaannya, melainkan memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas
berat dan mematikan serta memberi gejala yang berlanjut untuk organ tubuh,
seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah dan
otot jantung (Murwani, 2009 ).fenomena Pemahaman di masyarakat
menggangap bahwa penyakit hipertensi disebabkan karena sering marah-marah
dan terlalu banyak mengkomsumsi garam. Masyarakat percaya bahwa hanya
dengan mengkomsumsi rebusan air mengkudu tanpa dicampur gula, penyakit
hipertensi bisa disembuhkan (Ardiansyah,2009).
Banyaknya masyarakat yang tidak rutin dalam mengontrol
hipertensi diantaranya karena merasa jenuh terhadap cara pengobatan dalam
jangka waktu yang lama sehingga penderita tidak melaksanakan program
pengobatan yang ada, serta kurangnya kesadaran pada penyakit hipertensi yang
dianggap biasa. Penyebab hipertensi yang utama adalah kebiasaan dan gaya
hidup yang tidak sehat, misalnya suka minuman alkohol, suka merokok, kurang
olahraga atau beraktivitas, stress, suka makanan dengan kadar berlebihan, suka
minum berkafein dan sering berkomsumsi makanan berkolesterol tinggi sehingga
pada tahap yang lebih berat dapat terjadi kerusakan pada beberapa organ
tertentu. Akibat bila hal ini di biarkan maka akan beresiko bertambah parahnya
penyakit hipertensi sehingga jatuh pada keadaan yang lebih berat, misalnya bisa
mengakibatkan berbagai komplikasi yang lebih buruk seperti stroke bahkan
kematian mendadak.

B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana konsep Medik penyakit Hipertensi ?
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan penyakit Hipertensi?

C. Tujuan.
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Hipertensi
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan Hipertensi
c. Dapat membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk
pasien Hipertensi
d. Dapat melakukan implementasi pada pasien Hipertensi.
BAB II
Tinjauan Teori

A. Konsep Medik
1. Defenisi
Palmer (2005 dalam Manuntung, 2018) menjelaskan hipertensi
secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tenakan darah tinggi menjadi
masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah
tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah
(termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.
Menurut WHO (dalam Manuntung, 2018) batas normal tekanan
darah adalah 120 – 140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg
tekanan diastolik. Seseorang dikatakan mengidap hipertensi bila tekanan
darahnya >140/90 mmHg.
Menurut Joint National Committee (JNC) VII (2003 dalam
Manuntung, 2018) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas
18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg,
sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg.
Menurut Smeltser (2001 dalam Manuntung, 2018) hipertensi pada
lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
Manuntung (2018) menyimpulkan hipertensi merupakan keadaan
tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau
sama atau melebihi 90 mmHg.
Smeltzer, et al. (2012 dalam Manuntung, 2018) hipertensi pada usia lanjut
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
 Hipertensi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (the
seventh report of the joint national committee on prevention,
detection,evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC VII) dan
Brashers (2008 dalam Manuntung, 2018).

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Kategori
Normal  120 mmHg < 80mmHg
Pre hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi tahap 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 mmHg ≤ 100 mmHg
Sumber : Brashers,2008 (dalam Manuntung, 2018).

2. Etiologi
Manuntung (2018) menjelaskan berdasarkan penyebab, hipertensi dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertens primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain,
antara lain, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi primer
terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui pasti penyebabnya.
Faktor – faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi, yaitu :

 Umur
Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap
meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi
hipertensi seiring dengan bertambahnya umur mereka
 Jenis kelamin.
Wanita > pria : diusia > 50 tahun. Karena di usia tersebut seorang
wanita sudah mengalami monopouse dan tingkat stres lebih tinggi.
Pria > wanita : diusia < 50 tahun. Karena diusia tersebut seorang
pria mempunyai lebih banyak aktivitas dibandingkan wanita.
 Genetic.
Adanya factor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan
resiko menderita hipertensi.
 Stress.
Stress dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormone
adrenalin akan meningkat sewaktu kita stress, dan bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah meningkat.

3. Anatomi dan Fisiologi(Sirkulasi Darah dalam Jantung)


Fikriana (2018) menjelaskan Jantung merupakan organ utama sirkulasi
darah. Terdapat dua macam sirkulasi yang terjadi yaitu sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonal.
 Sirkulasi sistemik, dimulai dari aliran darah dari ventrikel kiri melalui
arteri, arteriol, dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena.
 Sirkulasi pulmonal, dimulai dari aliran darah dari ventrikel kanan
masuk ke dalam paru – paru selanjutnya dari paru – paru masuk ke
dalam atrium kiri.
Sumber : https//: www. Texasheart.org/HIC/Anatomy/conduct.efm
(dalam Fikriana, 2018).
Fikriana (2018) menjelaskan pada seseorang yang mengalami
gangguan pada sistem kardiovaskuler akan muncul beberapa gejala
antara lain :
a. Nyeri dada dan rasa tidak nyaman
b. Dipsnea (sesak nafas)
c. Palpitasi
d. Sinkop
e. Edema dan gejala lainnya.

4. Manifestasi Klinis
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Secara umum gejala yang timbul oleh penderita sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Riwayat hipertensi dari keluarga
c. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdengung
f. Perasaan berputar seperti tujuh keliling seperti ingin jatuh
g. Tegangg pada leher belakang
h. Kelelahan
i. Mual
j. Muntah.

5. Pathofisiologi
Secara umum penyebab terjadinya hipertensi ialah peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol. Tekanan sistol meningkat ketika
ada ejeksi secara cepat dari stroke volume dalam jumlah besar atau
ketika stroke volume dikeluarkan melalui aorta. Dinding elastis aorta
biasanya merenggang untuk mengakomodasi berbagai jumlah darah
yang dikeluarkan ke aorta, untuk mencegah tekanan dari kenaikan
berlebihan selama sistol dan mempertahankan tekanan selama
diastol. Pada beberapa orang lansia, aorta kehilangan elastisitasnya
dan aorta menjadi lebih kaku. Ketika hal ini terjadi, aorta kurang
mampu meregangkan dan menyangga tekanan yang dihasilkan oleh
darah yang dikeluarkan ke aorta, yang mengakibatkan tekanan sistolik
tinggi. (Porth, 2006 dalam Susetyowati, Huriyati, Kandarina, Fasa,
2018).
Manuntung (2018) menyatakan hipertensi esensial melibatkan
interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan lingkungannya
yang dihubungkan oleh pejamu mediator neurohormonal. Secara
umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan
atau peningkatakan tekanan darah dan atau peningkatan volume
darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor herediter
diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi
reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen sintetase
oksida nitrat endotelial; gen protein reseptor kinase gen reseptor
adrenergik; gen kalsium transport dan natrium hidrogen antiporter
(mempengaruhi sentisitivitas garam) dan gen yang berhubungan
dengan resistensi insulin, obesitas, hyperlipidemia, dan hipertensi
sebagai kelompok bawaan.
Manutung (2018) menyatakan teori terkini mengenai hipertensi
primer meliputi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis / Somatic
Nervous Sistem (SNS) yaitu terjadi respon maladaptif terhadap
stimulus saraf simpatis dan perubahan gen pada sereptor ditambah
kadar katekolamin serum yang menetap, peningkatan aktivitas sistem
renin angiotensin – aldosterone (RAA), secara langsung menyebabkan
vasokoontriksi, tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan
menurutnkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat,
memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding
pembuluh darah, mediasi kerusakan organ akhir pada jantung
(hipertrofi) pembuluh darah ginjal.

6. Komplikasi.
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati maka dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut (Andra Safery 2013) :
I. Jantung.
Dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit
koroner. Pada penderita hipertensi beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi akibatnya jantung
tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan
diparu maupun di jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan
sesak dan udema.
2. Otak.
Komplikasi pada otak dapat menimbulkan stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaring didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam
tubuh.
4. Mata.
Dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.

7. Pemeriksaan Penunjang.
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada penderita hipertensi bertujuan untuk mengetahui
progresif penyakit ini. Pemeriksaan laboratorium awal meliputi :
1.Urinalisis: Protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
2.Hemoglobin / hematrokit
3.Elektolit darah: kalium
4.Ureum / Kreatinin
5.Gula darah puasa
6.Kolestrol total
7.Elektrokardiografi
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk klien
hipertensi yaitu riwayat dan pemerikasaan fisik secara menyeluruh,
pemeriksaan retina, pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
kerusakan organ seperti ginjal dan jantung, EKG (Elektrokardiogram)
untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri, urinalisa untuk mengetahui
protein di dalam urin, pemeriksaan renogram, pielogram, intravena,
arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penutupan
kadar urin, foto dada dan CT scan (Bararah dan Jauhar, 2013).

8. Penatalaksanaan Medis.
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi (Muttaqin, 2010).
I. Modifikasi gaya hidup ( Nonfarmakologis)
Pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi
adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2010) :
 Manajemen stres
 Mengurangi berat badan
 Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
 Olahraga teratur
 Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi antihipertensi.
2. Terapi farmakologis.
Menurut Muttaqin (2009) obat – obat antihipertensi dapat dipakai
sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain, obat – obatan
ini diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu Diuretik, Menekan
simpatetik (simpatolitik), Vasodilator arteriol yang bekerja langsung,
Antagonis angiotensin (ACE inhibitor), dan Penghambat saluran
kalsium (blocker calcium antagonis). Lebih lanjut Muttaqin (2009)
menjelaskan :
 Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering
diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid
dapat diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau
klien yang baru. Banyak obat antihipertensi dapat menyebabkan
retensi cairan ; karena itu seringkali diuretik diberi bersama
antihipertensi.
 Menekan simpatetik (simpatolitik)
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik),
penghambat adrenergik alfa dan penghambat neoron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik
penghambat adrenergic beta, dibahas sebelumnya juga dianggap
sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta.
 Penghambat adrenenegik – alfa
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa 1,
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
Penghambat beta juga menurunkan lipoprotein berdensitas sangat
rendah (very low density lipoprotein – VLDL) lipoprotein
berdensitas rendah (low density lipoprotein – LDL) yang
bertanggungjawab dalam penimbunan lemak di arteri
(arteriosklerosis).

9. Pathoflowdiagram.
Predisposisi Presipitasi

Usia Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas menurun Hipertensi

Kerusakan Vaskuler Pembuluh Darah

Perubahan Striktur

Penyumbatan Pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Vasokontriksi
Resistensi Suplai O2 pada otak Spasme arteriola
pembuluh darah
Sistemik Koroner
pembuluh menurun
darah otak Diplopia
Resti Injuri
Nyeri Akut Sinkop Blood flow Vasokonttraksi
Gangguan pola tidur

Gangguan perfusi jaringan Respon Afterload meningkat Fatique

Rangsangan aldosteron Penurunan curah


Intoleransi Aktivitas
jantun

Retensi

Edema

Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan
B. Asuhan Keperawatan.
I. Pengkajian.
a. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Diagnosa : Hipertensi
b. Keadaan umum
Pasien tampak sakit sedang
Alasan : Tampak pasien terbaring di atas tempat tidur, terpasang
infus pada tangan sebelah kiri dengan cairan RL 500 cc.
Tanda-tanda vital
1). Kesadaran : Compos mentis
Skala Koma Glaslow :
Respon motorik : 6
Respon bicara : 5
Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15

Kesimpulan :Tidak coma.


2). Tekanan darah : 160/100mmHg
MAP : mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
3). Suhu : 36,4° C :- di Oral √ Axilla -
Rectal
4). Pernapasan : 25x/menit
Irama: √: Terataur - Kusmaul -- Cheynestokes
Jenis : Dada √ Perut -
Nadi : 84x/menit
Irama : √ Teratur - Takichardi - Bradichardi

II. Pengkajian Pola Kesehatan


A. Pola prsepsi dan pemeliharaan kesehatan
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting. Pasien
mengatakan sebelum sakit, pernah mengalami flu dan demam.
Pasien mengatakan suka mengkonsumsi makanan instan dan
siap saji.
2. Riwayat sakit saat ini
 Keluhan utama :nyeri kepala, pusing dan mata berkunang-
kunang saat berdiri dan beraktifitas
 Riwayat sakit saat ini :
Pasien mengatakan datang kerumah sakit RSUD Bangil IGD
tanggal 1 januari 2020 jam 08.00 dengan keluhan utama pasien
mengatakan pusing kepala dibagian belakang, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri menjalar sampai ujung kepala, dengan skala
nyeri 5 dan bertambah saat pasien saat beraktifitas.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami.
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang pernah
dialaminya.
 Riwayat kesehatan keluarga.
Keluarga pasien mengatakan bahwa ibu kandungnya
mempunyai riwayat penyakit hipertensi, Lingkungan rumah
pasien bersih dan ada ventilasinya. Perilaku yang
mempengaruhi kesehatan Pasien sering makan makanan
asin dan gorengan.
3. Pemeriksaan fisik:
Kebersihan rambut : Tampak rambut berwarna hitam
Kulit kepala : Tampak bersih
Kebersihan kulit : Tampak bersih
Higiene rongga mulut : Tampak bersih
Kebersihan genetalia :Tidak dikaji karena pasien
menolak.
Kebersihan anus :Tidak dikaji karena pasien
menolak
B. Pola nutrisi dan metabolik
1. Keadaan sebelum sakit:
Pasien mengatakan 3 kali makan dalam sehari (pagi, siang,
malam). Makanan terdiri dari: nasi, sayur, ikan. Pasien mengatakan
dapat menghabiskan 1 porsi makanan setiap kali makan. Pasien
mengatakan makanan kesukaannya ialah: makanan yang instant dan
siap saji seperti: Bubur ayam, dan mie goreng. Pasien mengatakan
minumnya 5-7 gelas(1250cc-1500cc)/ hari kadang pasien minum teh.
Pasien mengatakan suka minum minuman yang diblender seperti: jus
papaya dan jus apel. Berat badan pasien 60kg
2. Keadaan sejak sakit:
Pasien mengatakan semenjak sakit napsu makanya berkurang.
Pasien mengatakan porsi makannya : 3x sehari hanya 2-3 sendok
makan. Pasien mengatakan minumnya sebanyak 1250-1750cc dalam
sehari. Berat badan pasien setelah sakit 48kg.
3. Obsevasi
Tampak pasien 1/4 makanannya dan minumnya 250cc air.
C. Eliminasi
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar dan tidak mengalami
masalah, warna feses berwarna kuning kecoklatan, konsitensinya
lunak, pasien mengatakan BAB 1-2 kali dalam sehari dan tiap pagi.
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pola BAK, pasien
mengatakan tiap hari BAK ± 6-7 kali, ± 1200 cc dan mengatakan
kencingnya jernih dan berbau khas kencing.
2. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan BAB dan BAK masih normal, pasien
mengatakan tidak ada masalah pada BAB, BAB 1-2 kali dalam sehari,
warna fesesnya kuning kecoklatan , konsitensi lunak. Pasien
mengatakan BAK 6-7 kali ± 1200 cc dan mengatakan kencingnya
jernih dan berbau khas kencing.
D.

c. Data penunjang : Data Penunjang Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Darah lengkap
Leukosit (WBC) 12,15 10e3/uL
Neutrofil 78,7 69,6%
Limfosit 2,3
Monosit 3,6 4,12%
Neutrofil % 73,0 39,3-73,7 %
Limfosit % L 16,1 18,0-48,3 %
Monosit % 7,0 4,40-12,7 %
Eosinofil % 2,6 0,600-7,30 %
Basofil % 1,3 0,00-1,70 %
Eritrosit (RBC) 5,495 4,6-6,2 106/μ L
Hemoglobin (HBC) L 5.53 13,5-18,0 g/dL
Hematokrit (HCT) 42,36 40-54 &
MCV L 77,09 81,1-96,0 μ m3
MCH 27,29 27,0-31,2 pg
MCHC 35,40 31,8-35,4 g/dL
RDW 11,85 11,5-14,5 %
PLT H 469 155-366 103/μ L
MPV 7,014 6,90-10,6 fL
FAAL GINJAL
BUN 20 7,8-20,23 mg/dL
Kreatinin H 1,315 0,8-1,3 mg/dL
3. Diagnosa.
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada Hipertensi adalah :
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hipertropi ventrikel atau regiditas ventrikuler, iskemia
miokard.
2) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
3) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan asites(edema)
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil


Intervensi (SLKI)
Keperawatan (SIKI)
1. Penurunan Manajemen Aritmia:
curah jantung Kriteria hasil : 1) Evaluasi adanya nyeri
berhubungan 1) Tanda vital dalam rentang dada (intensitas, lokasi,
dengan normal (tekanan darah, durasi)
peningkatan nadi, respirasi) 2) Catat adanya tanda dan
afterload, 2) Dapat mentoleransi gejala penurunan cardiac
vasokontriksi, aktivitas, tidak ada putput
hipertropi kelelahan 3) Monitor saturasi oksigen
ventrikel atau 3) Tidak ada edema paru, 4) Monitor adanya dyspnea,
regiditas perifer, dan tidak ada fatigue, tekipneu dan
ventrikuler, asites ortopneu
iskemia 4) Tidak ada penurunan 5) Monitor tanda-tanda vital
miokard. kesadaran 6) Berikan lingkungan yang
tenang
2. Nyeriakut Manajemen Nyeri
berhubungan Kriteria hasil 1) Lakukan pengkajjian
dengan 1) Mampu mengontrol nyeri nyeri secara
peningkatan (tahu penyebab nyeri, komprehensif termasuk
tekanan mampu menggunakan lokasi, karakteristik,
vaskuler tehnik nonfarmakologi durasi, frekuensi, kuaitas
serebral dan untuk mengurangi nyeri, dan faktor presipitasi
iskemia mencari bantuan) 2) Gunakan teknik
2) Mampu mengenali nyeri komunikasi terapeutik
(skala, intensitas, untuk mengetahui
frekuensi dan tanda nyeri) pengalaman nyeri pasien
3) Menyatakan rasa nyaman 3) Kontrol lingkungan yang
setelah nyeri berkurang dapat mempengaruhi
4) Mengajarkan teknik nyeri seperti suhu
relaksasi ruangan, pencahayaan
5) Kolaborasi pemberian dan kebisingan
analgetik(jika perlu) 4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5) Fasilitasi istirahat yang
cukup
3. Resiko Kriteria hasil :
ketidakseimban 1) Terbebas dari edema, Manajemen Cairan
gan cairan efusi, anaskara 1) Monitor vital sign
berhubungan 2) Bunyi nafas bersih, tidak 2) Kaji lokasi dan luas
dengan ada dyspnea/ortopneu edema
asites(edema) 3) Menjelaskan indikator 3) Monitor masukan
kelebihan cairan makanan/cairan dan
4) Monitor tanda-tanda vital hitung intake kalori
5) Kolaborasi pemberian 4) Monitor status nutrisi
diuretik sesuai instruksi 5) Kalaborasi pemberian
diuretik sesuai interuksi
4. Ansietas Kriteria hasil
berhubungan 1) Klien mampu Anxiety Reduction
dengan mengidentifikasi dan (penurunan
perubahan mengungkapkan gejala kecemasan)
status cemas 1) Gunakan pendekatan
kesehatan 2) Mengidentifikasi, yang menenangkan
mengungkapkan dan 2) Jelaskan semua
menunjukkan tehnik prosedur dan apa yang
untukmengontrol cemas dirasakan
3) Vital sign dalam batas selamaprosedur
normal 3) Pahami prespektif pasien
4) Postur tubuh, terhadap situasi stres
ekspresiwajah, bahasa 4) Temani pasien untuk
tubuh, danaktivitas memberikan keamanan
menunjukkan dan mengurangitakut
berkurangnya kecemasan 5) Identifikasi tingkat
kecemasan
6) Instruksikan pasien
mengunakan teknik
relaksasi
7) Kolsborasi dengan
dokter untuk teknik
farmakologi

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
1) Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan petujuk tenaga kesehatan lain.
2) Tindakajan kolaborsi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
6. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Hipertensi adalah:

1) Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)


2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4) Tidak ada penurunan kesadaran
5) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
6) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
7) Terbebas dari edema, efusi, anaskara
8) Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea/ortopneu
9) Terbebas dari distensi vena jugular, reflek hepatojugular (+)
10) Menjelaskan indikator kelebihan cairan
11) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
12) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untukmengontrol cemas
13) Vital sign dalam batas normal
14) Postur tubuh, ekspresiwajah, bahasa tubuh, danaktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolic atau keduanya.Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160mmHg dan tekanan diastolik
90mmHg (Andra Safery Wijaya, 2013)

B. Saran

Dalam melakukan suatu Asuhan Keperawatan Pada Gangguan System


KardiovaskulerHipertensi harus meningkatkan wawasan tentang Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan System KardiovaskulerHipertensi sehingga dalam
menjalankan atau melaksanakan suatu asuhan keperawatan tidak terjadi
kesalahan yang dapat berakibat pada klien. Perawat juga harus membuka pola
pikirannya dalam proses Asuhan Keperawatan Pada Gangguan System
Kardiovaskuler Hipertensi dengan demikian perawat dapat meningkatakan
kualitas asuhan keperawatan pada klien dengan ilmu yang didapatkan .
Daftar Pustaka
Andra, &. Y. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha
Medika.

Fadila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Smeltzer. (2013). Brunner and suddarth of medical surgical nursing. Jakarta : EGC.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan Bagi Penderita Hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yuli Aspiani, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC &
NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai