Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
dengan Hipertensi.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................
BAB I Pendahuluan...............................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan.........................................................................................
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................
A. Konsep Medik.............................................................................
1. Defenisi..................................................................................
2. Etiologi...................................................................................
3. Anatomi fisiologi ...................................................................
4. Manifestasi klinik...................................................................
5. Patofisiologi...........................................................................
6. Komplikasi.............................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang.......................................................
8. Penatalaksanaan...................................................................
9. Pathoflowdiagram..................................................................
B. Asuhan Keperawatan..................................................................
1. Pengkajian.............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.........................................................
3. Rencana Keperawatan..........................................................
BAB III Penutup.....................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang.
Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi
adalahsuatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik ( bagian atas ) dan
diastolic( bagian bawah ) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ( sphygmomanometer )
ataupun alat digital lainnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling
mematikan didunia. Sebanyak 1 milyar orang didunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini.hipertensi secara tidak langsung membunuh
penderitaannya, melainkan memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas
berat dan mematikan serta memberi gejala yang berlanjut untuk organ tubuh,
seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah dan
otot jantung (Murwani, 2009 ).fenomena Pemahaman di masyarakat
menggangap bahwa penyakit hipertensi disebabkan karena sering marah-marah
dan terlalu banyak mengkomsumsi garam. Masyarakat percaya bahwa hanya
dengan mengkomsumsi rebusan air mengkudu tanpa dicampur gula, penyakit
hipertensi bisa disembuhkan (Ardiansyah,2009).
Banyaknya masyarakat yang tidak rutin dalam mengontrol
hipertensi diantaranya karena merasa jenuh terhadap cara pengobatan dalam
jangka waktu yang lama sehingga penderita tidak melaksanakan program
pengobatan yang ada, serta kurangnya kesadaran pada penyakit hipertensi yang
dianggap biasa. Penyebab hipertensi yang utama adalah kebiasaan dan gaya
hidup yang tidak sehat, misalnya suka minuman alkohol, suka merokok, kurang
olahraga atau beraktivitas, stress, suka makanan dengan kadar berlebihan, suka
minum berkafein dan sering berkomsumsi makanan berkolesterol tinggi sehingga
pada tahap yang lebih berat dapat terjadi kerusakan pada beberapa organ
tertentu. Akibat bila hal ini di biarkan maka akan beresiko bertambah parahnya
penyakit hipertensi sehingga jatuh pada keadaan yang lebih berat, misalnya bisa
mengakibatkan berbagai komplikasi yang lebih buruk seperti stroke bahkan
kematian mendadak.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana konsep Medik penyakit Hipertensi ?
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan penyakit Hipertensi?
C. Tujuan.
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Hipertensi
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan Hipertensi
c. Dapat membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk
pasien Hipertensi
d. Dapat melakukan implementasi pada pasien Hipertensi.
BAB II
Tinjauan Teori
A. Konsep Medik
1. Defenisi
Palmer (2005 dalam Manuntung, 2018) menjelaskan hipertensi
secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tenakan darah tinggi menjadi
masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah
tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah
(termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.
Menurut WHO (dalam Manuntung, 2018) batas normal tekanan
darah adalah 120 – 140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg
tekanan diastolik. Seseorang dikatakan mengidap hipertensi bila tekanan
darahnya >140/90 mmHg.
Menurut Joint National Committee (JNC) VII (2003 dalam
Manuntung, 2018) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas
18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan
sistoliknya lebih dari 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg,
sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg.
Menurut Smeltser (2001 dalam Manuntung, 2018) hipertensi pada
lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
Manuntung (2018) menyimpulkan hipertensi merupakan keadaan
tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau
sama atau melebihi 90 mmHg.
Smeltzer, et al. (2012 dalam Manuntung, 2018) hipertensi pada usia lanjut
diklasifikasikan sebagai berikut :
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
Hipertensi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (the
seventh report of the joint national committee on prevention,
detection,evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC VII) dan
Brashers (2008 dalam Manuntung, 2018).
2. Etiologi
Manuntung (2018) menjelaskan berdasarkan penyebab, hipertensi dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertens primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain,
antara lain, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi primer
terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui pasti penyebabnya.
Faktor – faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi, yaitu :
Umur
Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap
meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi
hipertensi seiring dengan bertambahnya umur mereka
Jenis kelamin.
Wanita > pria : diusia > 50 tahun. Karena di usia tersebut seorang
wanita sudah mengalami monopouse dan tingkat stres lebih tinggi.
Pria > wanita : diusia < 50 tahun. Karena diusia tersebut seorang
pria mempunyai lebih banyak aktivitas dibandingkan wanita.
Genetic.
Adanya factor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan
resiko menderita hipertensi.
Stress.
Stress dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormone
adrenalin akan meningkat sewaktu kita stress, dan bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah meningkat.
4. Manifestasi Klinis
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Secara umum gejala yang timbul oleh penderita sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Riwayat hipertensi dari keluarga
c. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdengung
f. Perasaan berputar seperti tujuh keliling seperti ingin jatuh
g. Tegangg pada leher belakang
h. Kelelahan
i. Mual
j. Muntah.
5. Pathofisiologi
Secara umum penyebab terjadinya hipertensi ialah peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol. Tekanan sistol meningkat ketika
ada ejeksi secara cepat dari stroke volume dalam jumlah besar atau
ketika stroke volume dikeluarkan melalui aorta. Dinding elastis aorta
biasanya merenggang untuk mengakomodasi berbagai jumlah darah
yang dikeluarkan ke aorta, untuk mencegah tekanan dari kenaikan
berlebihan selama sistol dan mempertahankan tekanan selama
diastol. Pada beberapa orang lansia, aorta kehilangan elastisitasnya
dan aorta menjadi lebih kaku. Ketika hal ini terjadi, aorta kurang
mampu meregangkan dan menyangga tekanan yang dihasilkan oleh
darah yang dikeluarkan ke aorta, yang mengakibatkan tekanan sistolik
tinggi. (Porth, 2006 dalam Susetyowati, Huriyati, Kandarina, Fasa,
2018).
Manuntung (2018) menyatakan hipertensi esensial melibatkan
interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan lingkungannya
yang dihubungkan oleh pejamu mediator neurohormonal. Secara
umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan
atau peningkatakan tekanan darah dan atau peningkatan volume
darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor herediter
diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi
reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen sintetase
oksida nitrat endotelial; gen protein reseptor kinase gen reseptor
adrenergik; gen kalsium transport dan natrium hidrogen antiporter
(mempengaruhi sentisitivitas garam) dan gen yang berhubungan
dengan resistensi insulin, obesitas, hyperlipidemia, dan hipertensi
sebagai kelompok bawaan.
Manutung (2018) menyatakan teori terkini mengenai hipertensi
primer meliputi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis / Somatic
Nervous Sistem (SNS) yaitu terjadi respon maladaptif terhadap
stimulus saraf simpatis dan perubahan gen pada sereptor ditambah
kadar katekolamin serum yang menetap, peningkatan aktivitas sistem
renin angiotensin – aldosterone (RAA), secara langsung menyebabkan
vasokoontriksi, tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan
menurutnkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat,
memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding
pembuluh darah, mediasi kerusakan organ akhir pada jantung
(hipertrofi) pembuluh darah ginjal.
6. Komplikasi.
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati maka dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut (Andra Safery 2013) :
I. Jantung.
Dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit
koroner. Pada penderita hipertensi beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi akibatnya jantung
tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan
diparu maupun di jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan
sesak dan udema.
2. Otak.
Komplikasi pada otak dapat menimbulkan stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaring didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam
tubuh.
4. Mata.
Dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
7. Pemeriksaan Penunjang.
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada penderita hipertensi bertujuan untuk mengetahui
progresif penyakit ini. Pemeriksaan laboratorium awal meliputi :
1.Urinalisis: Protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
2.Hemoglobin / hematrokit
3.Elektolit darah: kalium
4.Ureum / Kreatinin
5.Gula darah puasa
6.Kolestrol total
7.Elektrokardiografi
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk klien
hipertensi yaitu riwayat dan pemerikasaan fisik secara menyeluruh,
pemeriksaan retina, pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
kerusakan organ seperti ginjal dan jantung, EKG (Elektrokardiogram)
untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri, urinalisa untuk mengetahui
protein di dalam urin, pemeriksaan renogram, pielogram, intravena,
arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penutupan
kadar urin, foto dada dan CT scan (Bararah dan Jauhar, 2013).
8. Penatalaksanaan Medis.
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi (Muttaqin, 2010).
I. Modifikasi gaya hidup ( Nonfarmakologis)
Pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi
adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2010) :
Manajemen stres
Mengurangi berat badan
Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
Olahraga teratur
Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi antihipertensi.
2. Terapi farmakologis.
Menurut Muttaqin (2009) obat – obat antihipertensi dapat dipakai
sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain, obat – obatan
ini diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu Diuretik, Menekan
simpatetik (simpatolitik), Vasodilator arteriol yang bekerja langsung,
Antagonis angiotensin (ACE inhibitor), dan Penghambat saluran
kalsium (blocker calcium antagonis). Lebih lanjut Muttaqin (2009)
menjelaskan :
Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering
diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid
dapat diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau
klien yang baru. Banyak obat antihipertensi dapat menyebabkan
retensi cairan ; karena itu seringkali diuretik diberi bersama
antihipertensi.
Menekan simpatetik (simpatolitik)
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik),
penghambat adrenergik alfa dan penghambat neoron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik
penghambat adrenergic beta, dibahas sebelumnya juga dianggap
sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta.
Penghambat adrenenegik – alfa
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa 1,
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
Penghambat beta juga menurunkan lipoprotein berdensitas sangat
rendah (very low density lipoprotein – VLDL) lipoprotein
berdensitas rendah (low density lipoprotein – LDL) yang
bertanggungjawab dalam penimbunan lemak di arteri
(arteriosklerosis).
9. Pathoflowdiagram.
Predisposisi Presipitasi
Perubahan Striktur
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Vasokontriksi
Resistensi Suplai O2 pada otak Spasme arteriola
pembuluh darah
Sistemik Koroner
pembuluh menurun
darah otak Diplopia
Resti Injuri
Nyeri Akut Sinkop Blood flow Vasokonttraksi
Gangguan pola tidur
Retensi
Edema
Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan
B. Asuhan Keperawatan.
I. Pengkajian.
a. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Diagnosa : Hipertensi
b. Keadaan umum
Pasien tampak sakit sedang
Alasan : Tampak pasien terbaring di atas tempat tidur, terpasang
infus pada tangan sebelah kiri dengan cairan RL 500 cc.
Tanda-tanda vital
1). Kesadaran : Compos mentis
Skala Koma Glaslow :
Respon motorik : 6
Respon bicara : 5
Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
1) Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan petujuk tenaga kesehatan lain.
2) Tindakajan kolaborsi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
6. Evaluasi
A. Kesimpulan
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolic atau keduanya.Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160mmHg dan tekanan diastolik
90mmHg (Andra Safery Wijaya, 2013)
B. Saran
Smeltzer. (2013). Brunner and suddarth of medical surgical nursing. Jakarta : EGC.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan Bagi Penderita Hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yuli Aspiani, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC &
NOC. Jakarta: EGC.