Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN VASCULER PROBLEM: HIPERTENSI

ANGGOTA KELOMPOK:

Adelia Rimba Alamsyah


Ela Nurlaela
Fanny Fatmawaty
Ismi Nurazizah
Mertisa Angra
Yayan Ferriyana
Umi Solihat

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SEMESTER GANJIL 2019-2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Vascular Problem: Hipertensi” yang penulis
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta , September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ............................................................................. 3

A. Definisi Hipertensi ....................................................................................... 3

B. Jenis-jenis Hipertensi .................................................................................. 3

C. Etiologi Hipertensi ....................................................................................... 5

D. Patofisiologi Hipertensi .............................................................................. 6

E. Alur Klinis Hipertensi ................................................................................. 7

F. Tanda dan Gejala Hipertensi ...................................................................... 9

G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 9

H. Penatalaksanaan Hipertensi ...................................................................... 10

I. Komplikasi Hipertensi .............................................................................. 12

J. Asuhan Keperawatan Hipertensi ............................................................. 13

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................... 19

A. Kesimpulan ................................................................................................. 19

B. Saran ............................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah
kesehatan utama yang berada di negara maju maupun berkembang. Penyakit
jantung merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
penyumbatan pada pembuluh darah. Salah satu penyakit jantung yang dapat
membahayakan nyawa adalah hipertensi. Hipertensi adalah penyakit
kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah (Marliani dan H.Tantan, 2013). Hipertensi juga merupakan
salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak
diderita oleh masyarakat
World Health Organization (2015) dalam Kemenkes (2019) menyatakan
bahwa pada tahun 2015, di seluruh dunia terdapat sekitar 1,13 miliar orang
yang menderita hipertensi dan diperkirakan akan terus meningkat jumlahnya
menjadi 1,5 miliar orang. World Health Organization juga menyatakan
bahwa setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 4,3 juta orang meninggal
dunia akibat hipertensi dan komplikasinya. Menurut data dari Sample
Registration System (2014) dalam Kemenkes (2019), di Indonesia hipertensi
dengan komplikasi merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua
umur. Berdasarkan Riskesdas (2018) dalam Kemenkes (2019), pada tahun
2018 prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia berada di Pulau
Kalimantan Selatan sebesar 44,1%.
Dari data diatas, apabila hal ini didiamkan terus menerus akan
mengakibatkan berbagai macam komplikasi seperti aneurisma, stroke, gagal
jantung, dll. Oleh karena itu, dibutuhkan peran perawat dalam aspek
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Aspek
promotif yang dapat dilakukan adalah mengadakan pendidikan kesehatan
yang berhubungan dengan hipertensi, aspek preventif yang dapat dilakukan
dengan cara mengatur pola makan sehat seperti menghindari makanan yang
bayak mengandung garam, berhenti merokok, hindari stress, dan olahraga

1
secara teratur. Aspek kuratif yang dapat dilakukan dengan cara
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian obat dan terapi,
serta aspek rehabilitatif sebagai upaya pemulihan klien yang dapat
dilakukan dengan cara cek kesehatan dan olahraga secara rutin.
Memperhatikan hal tersebut kelompok tertarik untuk mempelajari
bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
melalui pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini meliputi :
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan vasculer problem seperti
hipertensi
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan :
a. Definisi Hipertensi
b. Jenis-Jenis Hipertensi
c. Etiologi Hipertensi
d. Patofisiologi Hipertensi
e. Alur Klinis Hipertensi
f. Tanda dan Gejala Hipertensi
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Penatalaksanaan Hipertensi
i. Komplikasi Hipertensi
j. Asuhan Keperawatan Hipertensi

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi arterial, disederhanakan dengan sebutan tekanan darah tinggi
adalah evolusi persisten dari tekanan darah sistolik pada level 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolik pada level 90 mmHg atau lebih
(Black dkk, 2014).
Hipertensi adalahsatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi,2008).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal seperti yang telah disepakati oleh para ahli aitu lebih dari 140/90
mmHg (Sudoyo, 2006).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan
tekanan sistoloik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg
(Price,2005).

B. Jenis-jenis Hipertensi
1. Hipertesi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita olehsekitar 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan
pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer
diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memungkinkan
lebih besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulna hipertensi adalah

3
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamin ( pria lebih tinggi dari pada wanita), dan ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari pada orang berkulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30gram),
kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum alkohol,
minum obat obatan (efedrin, prednison, epinefrin)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini bersifat kongenital
atau akibat arterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran
darah ke ginjal sehingga terjadi aktifan baroreseptor ginal,
perangsangan pelepasan renin,dan pembentukan angiontensin II.
Angiontensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah, dan
secara tidak langsung meningkatkan sitensis andosteron dan reabsorpsi
natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan ada stenosis atau apabila
ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder antara lain feokromositoma
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denut jantung dan volume sekuncup, dan
penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup
akibat retensigaram dan peningkatan CRT karena hipersensitivitas
sistem saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron
tanpa doketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.
3. Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis
hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan
darah (lebih dari 140 mmHg pada sistolik, lebih dari 90mmHg pada
diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita non-

4
hipertensidan membaik 12 minggu pascapartum. Hipertensi jenis ini
tampaknya terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah jantung dan
peningkatan total peripheral resistence (TPR). Jika hipertensi ini terjadi
setelah 12 minggu pascapartum atau telah ada sebelum kehamilan 20
minggu , masuk ke dalam kategori hipertensi kronik.
Pada preeklamsi, tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria (dari
dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24jam ). Preeklamsi biasanya
terjadi pada usia 20 minggu dan dihubungkan dengan penurunan aliran
darah plasenta dan pelepasan mediator kimiawi yang dapat
menyebabkan disfugsi sel endotel vaskulardiseluruh tubuh. Kondisi ini
merupakan gangguan yang sangat serius, seperti hanya preeklamsia
superimposed pada hipertensi kronis.

C. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebeb yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
2. Obesitas : berhubungan dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat
3. Stres terkena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebakan karena terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta yang menurun, katup jantung
menebal dan manjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan peningkatan resistensi pembuluh
darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantungmemompa darah
menurun 1% tiaptahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan

5
volume. Elastisitas pembuluh darah menghilang karena tejadi kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

D. Patofisiologi Hipertensi
Perubahan arteriolar yang menyebabkan terjadinya kerusakan vaskuler
pembuluh kemudian terjadi penyumbatan pembuluh darah di pembuluh
darah terjadi reaksi vasokontriksi kemudian menyebabkan gangguan
sirkulasi penigkatan penebalan arteriolar dapat disebabkan oleh faktor
genetik yang dapat menyebabkan peningkatan restensi vaskuler. Ada empat
sistem kontrol yang mempengaruhi dalam menjaga tekan darah adalah
sistem Baroreseptor dan kemoseptor arteri bekerja secara refleks untuk
mengatur tekanan darah baroseptor terletak di sinus karotis aorta dan
dinding bilik jantung kiri Kemoseptor berada di medula dan tubuh karotis
dan aorta sensitif tehadap perubahan oksigen, karbon dioksida, dan ion
hidrogen dan PH dalam darah penurunan konsentrasi oksigen dalam arteri
atau PH menyebabkan kenaikan refleksif pada tekanan, sementara pada
kenaikan karbon dioksida menyebabkan penurunan tekanan darah.
Pengaturan volume cairan pada tubuh, perubahan volume cairan
mempengaruhi tekanan arteri sistemik dapat berpengaruh pada kelainan
dalam traspor natrium dalam tubulus ginjal dan menyebabkn hipertensi
essensial ketika kadar nantrium dan air berlebih volume total darah akan
meningkatkan tekanan darah.
Sistem renin-agiotensin memainkan peran dalam pengaturan tekanan darah.
Renin adalah enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mengatalis substrat
protein plasma untuk memisahkan angiotensin I yang dihilangkan oleh
enzim pengubah ke paru-paru untuk membentukangiotensin II dan
kemudian angiotensin III. Ngiotensin II dan III bertindak sebagai
vasokonstriktor dan juga merangsang pelepasan aldosteron. Dengan
meningkatkanya aktifitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III
tampaknya juga menghambat eksresi natrium, yang menghasilkan naiknya
tekanan darah. Sekresi renin yang bertambah telah diteliti sebagi penebab
meningkatnya resisten vaskuler periferal pada hipertensi perifer.

6
Sel endotel vaskuler terbukti enting terhadap hipertensi sel
endotelmemproduksi nitrat oksida yang mendilatasi atriol dan endotelium
yang mengonstriksikannya. Auto regulasi yakni difungsi endotelium yang
mengonstrisikannya. Disfungsi endotelium telah berimpliasi pada hipertensi
esensial manusia. Hipertensi primer kemungkinan terjadi akibat kerusakan
atau malfungsi pada semua sistem ini.
Hipertensi terbagi menjadi dua yakni hipertensi primer (esensial) adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya faktor yang mempengaruhi
yakni perubahan pada resistansi vaskuler perifer, denyut jantung atau curah
jantung yang dapat mempengaruhi tekanan darah arteri siskemik. Hipertensi
sekunder dapat disebabkan karena berbagai faktor dapat terjadi pada otak
menyebakan resistensi pembuluh darah di otak meningkat dan suplai O2
pada otak menurun.Pada ginjal menyebabkan kelebihan volume cairan
menyebabkan edema kemudian dapat menyebakan vosokontriksi pada
pembuluh darah.Pada pembuluh darah dapat menyebakan fatigue (rasa lelah
yang tidak hilang ketika istirahat) dan iskemi miokard dan Pada retina dapat
menyebabkan Spasmae arteriol. Faktor tersebut dipengaruhi karena umur,
jenis kelamin, gaya hidup, obesitas.

E. Alur Klinis Hipertensi

Faktor Predis posisisi

Merangsang pusat vasomotor

Merangsang neuron pre ganglion untuk melepaskan


asetikolin
Merangsan serabut pasca-ganglion ke pembulu darah untuk
melepaskan norepinefrin

Kortisol dan steroid lainnya Kelenjar medula adrenal


disekresi oleh kelenjar juga terangsang untuk
korteks adrenal menyekresi epinefrin

Memperkuat
Vasokonstriksi pembuluh darah

7
Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Meransang pembentukan angiotensin I menjadi angiostensi


II
Merangsang sekresi aldosteron

Retensi natrium dan air di tubulus

Peningkatan volume intravaskular

Hipertensi

Peningkatan terhadap pemompaan darah ventrikel

Peningkatan resisten terhadap pemompaan darah ventrikel

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskular

Sistemik Koroner

Otak Ginjal Penurunan suplai O2 ke


koroner
Obstruksi/ruptus Disfungsi ginjal
Pembulu darah Iskemik miokard
otak
Gagal ginjal Nyeri dada

Stroke hemoragik
Diagnosa
Vasokontriksi Keperawatan :Nyeri
Nyeri kepala akut dan intoleransi
aktivitas
Peningkatan
Diagnosa afterload
Keperawatan : Nyeri Diagnosa keperawatan :
akut 8 Penurunan curah jantung
F. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien dengan hipertensi
biasanya mengalami tanda gejala, seperti sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, dan kesadaran
menurun.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipertensi adalah dengan
melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Selain itu pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan adalah :
1. EKG, memastikan tidak ada ST elevasi atau ST depresi sehingga tidak
ada perburukan status kesehatan akibat penyakit hipertensi.
2. Gula darah, di pastikan jika gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Hal ini
mencegah komplikasi hipertensi menjadi penyakit endokrin seperti
diabetes mellitus.
3. Darah lengkap hematokrit, elektrolit K+, Ca, HDL-C dan LDL, ureum
dan kreatinin untuk memastikan dalam batas normal agar tidak
menimbulkan komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan
hipertensi seperti: stroke, gagal jantung atau gagal injal.
4. Foto Rontgen
a. bentuk dan besar jantung dari iga koarkrasi aorta.
b. Pembendungan, lebarnya paru.

9
H. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Berikut merupakan
beberapa diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanisme nya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolaminplasma. Olahraga teratur selama
30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah.

10
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
Sedangkan, penatalaksanaan medis yang dapat diterapkan pada penderita
hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan :
a. Diuretik : Chlortalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium,
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR.
b. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung
atau arteri dengan mengintervensi influx kalsium yang dibutuhkan
untuk kontraksi . Sebagian penyakit saluran kalsium bersifat lebih
spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung: sebagian yang
lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos vascular.
Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki
kemampuan yang berbeda beda dalam menurunkan kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
c. Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung
dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan
pengeluaran natrium pada urine kemudian menurunkan volume
plasma dan curah jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan

11
darah dengan efek bradikinin yang memanjang, yang normlnya
memecah enzim. Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk kehamilan.
d. Antagonis (penyekat) reseptor beta (β-blocker), terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.

I. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan dengan baik, dapat
menyebabkan timbulnya komplikasi, seperti :
1. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hermoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang, arteri otak yang mengalami arteroskerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisme.
2. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,

12
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada
hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeclampsia. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat. Kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.

J. Asuhan Keperawatan Hipertensi


Asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi meliputi :
1. Pengkajian
a. Aktifitas
Pengkajian dalam aktifitas meliputi gaya hidup yang
mempengaruhi tekanan darah, cepat lelah, otness on breath,
peningkatan denyut nadi, perubahan irama jantung, takipneu, dan
dispneu.
b. Sirkulasi
Riwayat di temukan hasi pemerikasaan peningkatan tekanan darah
yang berulang, gangguan target organ seperti : arterosklerotik,
gangguan katub, gangguan koroner, indarf mioakard, gagal jantung
dan gangguan serebrovaskuler. Palpitasi, diaphoresis, peningkatan
kekuatan denyut nadi, posisi nadi apikal bergeser, takikardi,
aritmia, daerah perifer dingin karena vasokonstriksi dibuktikan
dengan penurunan cafilarry refill time, kulit tampak pucat, kadang
ditemukan cyanosis.

13
c. Integritas Ego
Riwayat perubahan personalit, cemas, depresi, euphoria, faktor
penyebab stress yang berhubungan dengan orang lain, keuangan,
pekerjaan, perubahan mood, irritable, mudah berubah fokus
d. Eliminasi
Riwayat gangguan ginjal seprti : infeksi, sumbatan aliran darah
ginjal atau gangguan ginjal lainnya.
e. Cairan dan Nutrisi
Asupan diit yang tinggi kalori, tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolosterol, asupan diit kalium, kalsium, magnesium, mual muntah,
perubahan berat badan, riwayat deuretik, peningkatan tekanan vena
jugularis, glycosuria.
f. Neurosensori
Riwayat kelemahan tubuh , TIA atau stroke, pusing, ganggun
penglihatan seperti diplopia dan pandangan kabur dan epistaksis,
perubahan status mental seperti perubahan tingkat kesadaran,
orientasi, bicara, afek dan daya ingat, kekuatan otot berkurang
bahkan sampai hilang, perubahan pada mata seperti sklerotik pada
retina, papilooedema, perdarahan pada mata.
g. Nyeri
Nyeri bagian kepala biasanya terjadi pada saat terjaga dan keluhan
nyeri hilang dengan sendirinya setelah beberapa jam, kaku pada
tengkuk dan kepala bagian belakang, nyeri abdomen.
h. Respirasi
Dispneu, tachypnea, orthopnea, paroxyimal noctural dyspnea,
batuk, dan riwayat merokok.
i. Keselamatan pasien
Episode mati rasa pada sebagian tubuh, pusing pada saat berubah
posisi, dan gangguan koordinasi gerak tubuh.
j. Seksual
Post menoupose dan disfungsi ereksi yang dapat disebabkan karena
hipertensi atau efek pengobatan.

14
k. Pembelajaran
Faktor resiko dalam keluarga termasuk hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, deabetes melitus, dan serebrovaskuler atau
penyakit ginjal. Penggunaan terapi hormonal, penggunaan obat-
obatan dan alkohol, penggunaan terapi hernal untuk mengontrol
terkanan darah.
l. Pertimbangan untuk discharge planning
Kebutuhan bantuan untuk bantuan perawatan diri, pemantauan
tekanan darah, kontrol ulang dan penggunaan obat-obatan
m. PEMERIKASAAN PENUNJANG
Pemerikasaan darah, hemoglobin, hemotokrit, leokosit, ureum,
cretinin, glucosa, natrium, HDL, LDL, kolestrol total. Pemeriksaan
urin lengkap, intravenuos pyelogram ( IVP) untuk melihat fungsi
ginjal, Renogram untuk melihat fundi ginjal, chest X ray untuk
melihat kondisi jantung ( CTR) klasifikai untuk area katub,
elektrokardiogram: gelombang P yang lebar ditemukan pada fase
awal hipertensi, dan CT scan untuk melihat adanya tanda stroke
dan tumor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertropi ventrikel, hipertrofi ventrikel
atau regiditas ventrikuler, iscemia miokard.
b. Intolerasi aktifikas berhubungan dengan kelemahan ,
ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serbral
3. Intervensi
a. Dx 1 : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertropi ventrikel,
hipertrofi ventrikel atau regiditas ventrikuler, iscemia miokard
1) Tujuan (NOC) : Curah jantung klien adekuat.

15
2) Kriteria Hasil : Tekanan darah dalam rentang normal, toleransi
terhadap aktifitas, nadi perfer kuat, ukuran jantung normal, tidak
ada distensi vena jugularis, distritmia, bunyi jantung abnormal,
angina, edema perifer, edema pulmonal, diaporesis, mual, dan
kelelahan.
3) Intervensi (NIC) : Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
radiasi, durasi dan faktor pencetus nyeri), lakukan penilaian
konperehensif terhadap sirkulasi perifer seperti (cek nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas),
dokumentasikan adanya distritmia jantung, catat tanda dan
gejala penurunan curah jantung, observasi TTV, observasi status
kardiovaskuler, observasi distrimia jantung termasuk ganggua
irama jantung termasuk konduksi, observasi status respirasi
terhadap gelaja gagal jantung, observasi abdomen untuk
mengidentifikasi adanya perunuran perfusi, observasi
keseimbangan cairan (asupan- haluaran dan berat badan harian),
observasi fungsi pacemaker sesuai kebutuhan), kenali adanya
perubahan tekanan darah, kolaborasi dalam pemberian
antiaritmia sesuai kebutuhan
b. Dx 2 : Intoleraansi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan, dan kebutuhan oksigen
1) Tujuan (NOC) : Klien menunjukan toleransi terhadap aktivitas
2) Kriteria Hasil : Klien dapat menentukan aktivitas yang sesuai
dengan peningkatan nadi, tekanan darah dan frekuensi
pernafasan, mempertahan irama dalam batas normal.
Mempertahankan warna dan kehangatan kulit dengan aktivitas,
EKG dalam batas normal, melaporkan tingkat aktivitas harian
3) Intervensi (NIC) : Tentukan keterbatasan klien terhadap
aktivitas, tentukan penyebna lain kelelahan, motivasi klien
untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya,
observasi asupan nutrisi sebagai asupan energi yang adekuat,
observasi respon jantung paru terhadap aktivitas (misal:

16
takikardi, distrimia, dipnea, diaporesis, pucat, tekanan
hemodinamik dan frekuensi pernafasan), batasi stimulus
lingkungan (misal : pencahayaan dan kegaduhan), Bantu klien
untuk bangun dari tempat tidur dan duduk disamping tempat
tidur atau berjalan, dorong klien untuk melakukan aktivitas
harian sesuai sumber energi, ajarkan klien dan klien teknik
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dapat
memilimalkan penggunaan oksigen, dorong klien untuk
melakukan aktivitas sesuai dengan daya tahan tubuh.
c. Dx. 3 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral
1) Tujuan (NOC) : Klien dapat mengontrol nyeri.
2) Kriteria Hasil : Mengenal faktor penyebab nyeri, awitan nyeri,t
indakan pencegahan, tindakan pertolongan nonanalgetik,
menggunakan analgetik yang tepat, melaporkan nyeri terhadap
tenaga kesehatan ( perawat/dokter), perubahan TTV.
3) Intervensi (NIC) : Kaji nyeri secara komprehensif meliputi
lokasi, karateristik dan awitan, durasi, ferkuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri dan faktor prisipitasi. Observasi
isyarat nonverbal dari ketidaknyamanan, khusunya dalam tidak
bisa berkomunikasi secara efektif. Tingkatkan tidur atau
istirahat yang cukup, ajarkan teknik nonfarmakologik, misal
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik distraksi, terapi
panas dingin, masase. Evaluasi efektivitas tindakan mengontrol
nyeri, modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
respon klien, kolaborasi pemberian analgetik.
4. Implementasi
Menurut Asmadi (2013) implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Implementasi keperawatan terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :

17
a. Fase pertama yang merupakan fase persiapan dan mencakup
pengetahuan tentang validasi rencana, implementasi, persiapan
klien, dan keluarga
b. Fase kedua dimana merupakan fase puncak implementasi
keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini data yang
sudah dikumpulkan akan disimpulkan dan dihubungkan dengan
reaksi klien.
c. Fase ketiga merupakan terminasi antara perawat denan klien.
Implementasi tindakan keperawatan terbagi menjadi :
a. Independen
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter
atau tenaga kesehatan lainnya.
b. Interdependen
Kegiatan yang memerlukan kerja sama dari tenaga kesehatan lain.
c. Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis atau
instruksi dari tenaga medis.
5. Evaluasi
Menurut Asmadi (2013) evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Evaluasi formatif
Meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP yakni
subjektif, objektif, analisa data, dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif
Dilakukan setelah seluruh aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan. Bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas
pelayanan asuhan keperawatan.

18
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah jika didapat TDS (Tekanan Darah Sistolik) lebih dari
140 mmHg atau TTD ( Tekanan Darah Diastolik) lebih dari 90mmHg.
Hipertensi disebabkan karena berbagai hal yakni diantaranya riwayat
keluarga, usia, ras, dan pola hidup. Sebagian besar penderita hipertensi tidak
menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan di hidung, pusing, kelelahan,
jantung berdebar-debar, pandangan kabur (penglihatan ganda). Hipertensi
harus mendapatkan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan berbagai
macam komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan hipertensi
baik penatalaksanaan non medis seperti diit, mengubah gaya hidup, olahraga
teratur, dan menurunkan berat badan. Maupun penatalaksaan non medis
dengan menggunakan obat-obatan.

B. Saran
Perawat dapat meningkatkan aspek pelayanan keperawatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Secara promotif perawat dapat
memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit hipertensi secara
terperinci. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan
bagaimana cara mencegah agar tekanan darah dapat turun secara normal,
misalnya dengan cara mengatur pola hidup yang sehat dengan mengurangi
konsumsi makanan yang dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, rajin
berolahraga, dan lain-lain. Secara kuratif perawat dapat melaksanakan
tindakan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain. Aspek rehabilitatif
meliputi peran perawat dalam mengedukasi penderita dan keluarga agar
menjalankan kontrol rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: EGC

Kusuma, Hardhi dan Nurarif Amin. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc. Yogyakarta: Penerbit
Mediaction.

Marliani, Lili dan H. Tantan. (2013). 100 Questions & Answer Hipertensi.
Jakarta: Elex Media.

Reny, Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

RSCM. (2016). Buku Panduan Asuhan Keperawatan RSUPN DR. CIPTO


MANGUNKUSUMO. Jakarta: Bidang Keperawatan RSCM.

Kemenkes. (2019). Hipertensi Paling Banyak Diidap Masyarakat


www.depkes.go.id/article/view/hipertensi-paling-banyak-diidap-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai