PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Menjadi tua
(aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami manusia
pada semua tingkat umur dan waktu. Masa usia lanjut memang masa yang tidak bisa
dielakkan oleh siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang, yang bisa dilakukan
oleh manusia hanyalah menghambat proses menua agar tidak terlalu cepat, karena pada
hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman,
2011).
Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut Badan
kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang
sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang
menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)).
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan
masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini
disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan
untuk merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Maka rumah
jompo atau panti sosial dapat menjadi pilihan mereka.
Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lanjut usia
yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni
biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut
Jhon (2008), panti werdha adalah tempat dimana berkumpulnya orang-orang lansia yang
baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala
keperluannya. Tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang dikelola oleh
swasta. Dirumah jompo para lansia akan menemukan banyak teman sehingga diantara
mereka saling membantu, saling memberikan dukungan dan juga saling memberikan
perhatian khususnya dalam pemenuhan kebutuhan ADL. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk membahas pengkajian status fungsional pada pasien lansia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian status
fungsional pada pasien lansia.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khususnya adalah agar mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep Activity Dily Living (ADL)
b. Menjelaskan macam macam ADL
c. Menjabarkan cara pengukuran ADL
d. Menguraikan factor-faktor yang mempengaruhi ADL
e. Menerapkan konsep pemeriksaan pengkajian menggunakan indeks Barthel pada
pasien lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2005).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang
harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-
hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan
tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga
dan masyarakat (Sugiarto,2005)
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang
dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain)
(Sugiarto,2005).
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan lebih
mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak
dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005).
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
2) Tujuan Pemeriksaan
Melakukan pengkajian kemampuan lansia dalam melakukan ADL
3) Persiapan Pemeriksaan
a. Alat tulis
b. Lembar instrumen pengkajian dengan Indeks Barthel
4) Implementasi
Perhatian Khusus:
a. Pemeriksaan dengan Indeks Barthel harus digunakan sebagai catatan tentang apa
yang dilakukan klien, BUKAN sebagai catatan tentang apa yang dapat dilakukan
klien.
b. Tujuan utama pemeriksaan adalah untuk menetapkan tingkat independensi dari
bantuan, fisik atau verbal, sekecil apapun dengan berbagai alasan.
c. Kebutuhan pengawasan dapat membuat klien menjadi tidak mandiri.
d. Kinerja klien harus ditetapkan dengan menggunakan bukti terbaik yang ada.
Meminta klien, teman / saudara, dan perawat akan menjadi sumber yang biasa,
tapi pengamatan langsung merupakan sumber informasi terbaik. Apabila klien
tidak mampu maka pengujian langsung tidak diperlukan.
e. Biasanya kinerja selama 24 - 48 jam sebelumnya penting, tapi kadang-kadang
periode yang lebih lama dibutuhkan
f. Penggunaan alat bantu diperbolehkan
BAB III
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada
Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan
Indeks Barthel. Semarang : UNDIP
http://ristafauziningtyas-fkp.web.unair.ac.id/artikel_detail-216130-Kesehatan%20Lansia-
ACTIVITIES%20OF%20DAILY%20LIVING%20(ADL).html diakses pada tanggal 15 Maret
2020