Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

Rangkuman Materi 10 dan 11


“Pemenuhan Kebutuhan ADL dan Terapi AktivitasPada Lansia”

Oleh :

MONICHA YUZA UTAMI

183110221

III B

Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Murniati Muchtar, S. Kep, S.KM, M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TA 2020/2021
Rangkuman 10

“Resume tentang Pemenuhan Kebutuhan ADL


(Activity Dayli Living) pada Lansia”

A. Pengertian ADL
ADL (Activities Daily Living) yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
seseorang dalam merawat dirinya, meliputi pakaian, makan, minum, toileting, mandi dan
berhias (Ekasari, Riasmini & Hartini, 2018).
ADL adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi
dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)
ADL adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal;
aktivitas tersebut mencakup, ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan
berhias dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi
dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan
dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen atau rehabilitative (Potter
dan Perry, 2005).

B. Macam Macam ADL


1. ADL dasar / Basic of Activity Daily Living, yaitu keterampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias.
2. ADL instrumental / Instrumental of Activity Daily Living, yaitu ADL yang
berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari
seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola
uang.
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu
luang.

C. Identifikasi Bentuk dan Sifat Bantuan ADL


Suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan activity of daily
living secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang
tepat (Maryam, 2008).
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang
masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu. Kemandirian adalahkemampuan
atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri
tanpa bergantung dengan orang lain (Maryam, 2008).
Menurut (Noorkasiani S.Tamher. 2008) untuk menetapkan apakah salah satu fungsi
tersebut mandiri atau dependen (yaitu memperlihatkan tingkat ketergantungan )
diterapkan standar sebagai berikut :
1. Mandi
Dinilai kemampuan klien untuk menggosok atau membersihkan sendiri
seluruh bagian badanya, atau dalam hal mandi dengan cara pancuran (shower) atau
dengan cara masuk dan keluar sendiri dari bath tub. Dikatakan independen
(mandiri), bila dalam melakukan aktivitas ini, lansia hanya memerlukan bantuan
untuk misalnya menggosok/membersihkan sebagian tertentu dari anggota badannya.
Lansia mampu mandiri sendiri tapi tak lengkap seluruhnya. Dikatakan dependen bila
klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian badannya. Juga bila klien tak
mampu masuk keluar bath tub sendiri.
2. Berpakaian
Dikatakan independen bila tak mampu mengambil sendiri pakaian dalam lemari
atau laci misalnya, mengenakan sendiri bajunya, memasang kancing atau resleting
(mengikat tali sepatu, dikecualikan).
3. Toileting
Dikatakan independen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, berajak dari kloset,
merapikan pakaian sendiri organ eskresi, bila harus menggunakan bed pan atau
pispot. Untuk keluar masuk toilet menggunakannya serta merapikan pakaiannya
selalu memerlukan bantuan.
4. Transferring
Dikatakan independen bila mampu naik turun sendiri dari tempat tidur atau
kursi/kursi roda. Bila hanya memerlukan sedikit bantuan atau bantuan yang bersifat
mekanis, tidak termasuk. Sebaliknya, dependen bila selalu memerlukan bantuan
untuk kegiatan tersebut diatas. Atau tidak mampu melakukan satu atau lebih aktifitas
transferring.
5. Kontinensia atau eliminasi
Dikatakan indenpenden bila mampu buang hajat sendiri (urinasi dan defekasi).
Sebaliknya, termaksud dependen bila pada salah satu atau keduanya (miksi atau
defekasi) memerlukan enema dan kateter. Juga bila lansia menggunakan bed pan
secara regular.
6. Makan
Dikatakan independen, bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil dari
piring. Dalam penilaian tidak termaksudmengiris poto gan daging. Misalnya, juga
menyiapkan hidangan. Keadan sebaliknya tergolong dependen.

Sedangkan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia Dalam ADL


Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk melakukan activity of daily
living tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan
kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan
activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara
perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of daily
living.
2. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam
activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah
informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem
nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan.
Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu
pemenuhan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan activity
of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses
mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis
dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto,
2007)
4. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal
yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi
interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada
intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti
masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga
dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).
5. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor
yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat
mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau
psikologi seperti kehilangan.
6. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan
lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam.
Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh,
dan hormon.
Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan
seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
7. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan
memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan
oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian
individu dalam memenuhi kebutuhannya adalahketerbatasan status mental. Seperti halnya
lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami
apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan
dasarnya (Hardywinoto,2007).
8. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya
adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah
pemeliharan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke
posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu
(Pujiono, 2009).
D. Cara Mengukur ADL
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari lansia. Pengukuran kemandirian
ADLakan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif dengan sistem skor yang
sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas. Berikut ini beberapa instrumen pengukuran ADL atau Indeks
kemandirian ADL ( Sugiarto, 2005) sebagai berikut :
Pengukuran Activity daily living pada lansia dapat diukur dengan menggunakan
instrument sebagai berikut :
1) Barthel Indeks
Barthel Indeks merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur
kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan
sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami
gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator, yaitu :
No Jenis ADL Kategori Skor
1 Makan 0 = Tidak dapat
(Feeding) 1 = Perlu bantuan
untuk
memotong dll
2 = Mandiri

2 Mandi 0 = Tergantung
(Bathing) orang lain
1 = Mandiri

3 Perawatan 0 = Perlu bantuan


diri 1 = Mandiri
(Grooming)

4 Berpakaian 0 = Tergantung
(Dressing) 1 = Sebagian
dibantu /perlu
bantuan
2 = Mandiri
5 Buang air 0 = Tidak bisa
kecil (Bowel) mengontrol
(perlu
di kateter dan
tidak dapat
mengatur
1 = BAK kadang-
kadang (sekali
/24 jam)
2 = Terkontrol
penuh (lebih
dari 7hari)

6 Buang air 0 = Inkontinensia


besar (perlu enema)
(Bladder) 1 = Kadang
Inkontensia
(sekali
seminggu)
2 = Terkontrol
penuh
7 Penggunaan 0 = Tergantung
toilet bantuan orang
lain orang lain
1 = Perlu bantuan
tetapi dapat
melakukan
sesuatu sendiri
2 = Mandiri

8 Berpindah 0 = Tidak dapat


(tidur atau 1 = Butuh bantuan u (2
duduk) orang)
2 = Dapat duduk
dengan sedikit
3 = Mandiri

9 Mobilitas 0 = Tidak
bergerak/tidak mampu
1 = mandiri dengan
kursi roda
2 = Berjalan dengan
bantuan
3 = Mandiri

10 Naik turun 0 = Tidak mampu


tangga 1 = Perlu bantuan
2 = Mandiri

Interpretasi hasil :
 20 : Mandiri
 12-19 : Ketergantungan Ringan
 9-11 : Ketergantungan Sedang
 5-8 : Ketergantungan Berat
 0-4 : Ketergantungan

2) Kats Indeks
Katz indeks adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi
yang tepat (Iskandar, 2017).
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil,
5) mandi dan berpakaian (Maryam, R. Siti, dkk, 2011).

E. Prosedur Bantuan ADL


Adanya gangguan kemandirian ADL lansia merupakan keterbatasan lansia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan perawatan dirinya. Bertambahnya usia
pada lansia menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan lansia dalam
memenuhi kebutuhan dan merawat dirinya.
Nugroho (2009) mengemukakan secara umum kondisi fisik seseorang yang
telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa perubahan. Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jung (2010) perubahan
sistem musculoskeletal, sistem kardiovaskuler, system pencernaan, sistem
pernafasan dan sistem endokrin pada usia lanjut yang memiliki berbagai
penyakit. (Ekasari, 2018)
Oleh karena itu pada saat pelaksanaan ADL ada beberapa aktivitas-aktivitas
yang memerlukan bantuan dalam pelaksanaannya.

Untuk itu adapun beberapa prosedur bantuan ADL, diantaranya:


1. Mandi
Menerima bantuan mandi hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau
kaki) menerima bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak
dimandikan)
2. Berpakaian
Mengambil baju dengan lengkap tanpa bantuan, mengambil baju dan
memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu,
menerima pakaian dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian tetap ridak
berpakaian.
3. Ke kamarkecil
Pergi ke kamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa bantuan
(dapat menggunakan objek untuk menyokong seperti tongkat, walker, atau kursi
roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan pengosongan
pada pagi hari, menerima bantuan ke kamar kecil membersihkan diri, atau
dalam merapikan pakain setelah eliminasi.

4. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ked an dari kursi tanpa
bantuan (mungkin menggunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat
atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau kursi dengan
bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
5. Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang mengalami ketidakmampuan untuk mengontrol perkemihan dan
defekasi, pengawasan membantu mempertahankan control urin atau defekasi,
kateter digunakan atau kontnensa.
6. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan
dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam makan sebagian
atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau cairan intravena (Ekasari,
2018)
Cara mempertahankan Kemampuan aktifitas sehari-hari pada Lansia
dan Strategi mempertahankan kebutuhan aktifitas pada lansia meliputi:
1. Exercise/olahraga bagi lansia sebgai individu atau kelompok
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang memebutuhkan energy, seperti
berjalan, mencuci, menyapu dan sebagainya.
2. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas pada lansia sebagai individu/kelompok dengan indikasi
tertentu. Terapai aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan
atas kelompok penderita bersama-sama dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin dan diarahkan oleh seorang terapis.

F. Aktifitas Sehari – Hari Untuk Mencegah Penurunan ADL


Aktivitas sehari – hari untuk mencegah penurunan ADL menurut Iskandar (2017) yaitu :
1) Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjagakesegaran
jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat,denyut jantung
lebih cepat dan otot menjadi lelah.Akan tetapi perlu selalu dikontrolterhadap peningkatan
denyut nadi jangan sampai melebihi batas maksimal.

1) Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin lamamakin
cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis inisebaiknya
dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 – 6, dikala udara masih bersih dansegar. Lokasi
terbaik adalah daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asapkendaraan bermotor,
pabrik yang menyebabkan polusi udara.

2) Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi untukorang –
orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan dilakukansecara teratur.

3) Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali secara berirama
menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada lari perlahan.
Rangkuman 11
“Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Lansia”

A. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien d
engan tujuan memberi terapi bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan k
ualitas hidup dan meningkatkan respon sosial.

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi sejumlah klien dalam
membina hubungan sosial yang bertujuan untuk m enolong klien dalam berhubungan dengan
orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri
pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi
Realita (TAK), orientasi realita adalah upaya untuk me ngorientasikan keadaan nyata kepada
klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sunden, 1998). Aktivitas kelom
pok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain s
aling terkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
B. Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2001):
1) Struktur Kelompok Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga
stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok
diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.

2) Besar Kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan
Laraia (2001) adalah 7-10 orang, menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan
menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok
terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi
yang terjadi.
3) Lamanya Sesi Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001).
Biasanya dimulai dengan 24 pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing
berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/ dua kali
per minggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

C. Tujuan dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi
dan setiap anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama
lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium
tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan
perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya
oleh anggota kelompok yang lain.
D. Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2005), prinsip memilih klien adalah:
1) Gejala sama
Misalnya terapi aktivitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien
halusinasi, dan lain sebagainya. Setiap terapi aktivitas kelompok memiliki tujuan spesifik
bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi, kerjasama, maupun mengungkapkan isi halusinasi.
Setiap tujuan spesifik tersebut akan dapat dicapai apabila klien memiliki masalah atau
gejala yang sama, sehingga mereka dapat bekerja sama atau berbagi dalam proses terapi.

2) Kategori sama
Dalam artian klien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Klien yang
dapat diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok adalah klien akut skor rendah sampai klien
tahap promotion. Bila dalam satu terapi klien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan
terapi akan lebih mudah tercapai.

3) Jenis kelamin
Pengalaman terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien dengan gejala sama,
biasanya laki-laki akan lebih mendominasi daripada perempuan. Maka lebih baik
dibedakan.
4) Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar klien.

5) Jumlah efektif adalah 7-10 orang per-kelompok terapi


Jika terlalu banyak peserta, maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu
ramai dan kurang perhatian terapis pada klien. Bila terlalu sedikitpun terapi akan terasa sepi
interaksi dan tujuannya sulit tercapai.

E. Rencana tindak Indikasi Kebutuhan Terapi Aktivitas Pada Lansia


Jenis-jenis terapi aktivitas kelompok pada lansia sesuai indikasi kebutuhan terapi
aktivitas pada lansia terdiri dari:
1. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mend
engarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya. Kualitas dari musik yang memiliki and
il terhadap fungsifungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan ma
tematis yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak beresan dalam kehidupan seseoran
g. Peran sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat mengh
asilkan integrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
a) Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
b) Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
c) Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana indivi
telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingn kelompok.

1. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pe
rnah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. D
engan proses ini maka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehi
dupan menjadi adaptif.Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediak
an : seperti baca majalah, menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lal
u yang menghasilkan proses persepsi klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya
kemarahan dan kebencian.
2. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri
,orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingku
ngan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orienta
si waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orie
ntasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
3. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, d
an massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

Tahapan dalam terapi aktivitas kelompok pada lansia :


a. Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dim
ana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kel
ompkelompok, menjelaskan sumbersumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor d
an jika memungkikan biaya dan keuangan.

b. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau keb
ersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masingmasing, dan leader mulai menunjukk
an rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siap yang berk
uasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yan
g akan terjadi

c. Kebersamaan
Anggota mulai menerapkan kebersamaan pada setiap anggota terapi kelompok yang ada.

c. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang tela
h disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan
lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreat
if.

d. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami te
rminasi premature, tidak sukses atau sukses

Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok pada lansia :


1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2. leader dan co leader
a. Leader
Tugasnya:
1. Menyusun rencana pembuatan proposal
2. Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
3. Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
4. Membuka aktifitas kelompok
5. Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
6. Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi
7. Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
8. Membacakan tata tertib
b. Co-leader
Tugasnya:
1. Membantu leader mengorganisasi anggota
2. Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
3. Menggerakkan anggota kelompok
4. Membacakan aturan main
c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
1. Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainn
2. Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
1) Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok
2) Mencari serta mengarahkan respon klien
3) Mencatat semua proses yang terjadi
4) Memberi umpan balik pada kelompok
5) Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
6) Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
7) Membacakan kontrak waktu
Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaalanjut terapi aktivitas kelompok pada
lansia :
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain
di kehidupan sehari-hari
2. Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian
3. Kontrak yang akan dating
4. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
5. Menyepakati waktu dan tempat.

F. Evaluasi dan Rencana Tindak lanjut Tindakan


Evaluasi terapi aktivitas kelompok pada lansia :
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk
menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan kli
en sesuai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verba
l dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
Kemampuan memperkenalkan diri :
a. Kemampuan Verbal
No ASPEK YANG DINILAI Nama klien
1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
JUMLAH
b. Kemampuan non verbal
No ASPEK YANG DINILAI Nama klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari aw
al sampai akhir
JUMLAH
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada kli
en atau tanda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0,
1, atau 2 klien belum mampu.
SKENARIO KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Status kesehatan saat ini

Ny. K berumur 73 tahun. Saat dikaji ia mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Saat ini Ny. K masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara
rutin. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3
kali. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat siang
hari. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan. Klien mengatakan
senang berada di panti, nyaman dan berbaur dengan lansia yang lain, bisa mengikuti
kegiatan yang ada di panti. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa
sakit pada bagian tengkuknya. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P). Nyeri terasa seperti mencengkram (Q) Klien mengatakan nyeri
di tengkuk (R) Klien mengatakan skala nyeri 5 (S) Nyeri yang dirasakan hilang timbul
(T) Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri. Masa kanak-kanak Ny. K tidak
pernah dirawat di rumah sakit dan jika sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa
tua pasien mengalami tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun, dan pernah mengalami
tetanus pada usia 67 tahun. Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang
seluruh badannya gatal-gatal seperti biduran. Ny. K mengatakan bahwa ada anggota
keluarganya yang mempunyai sakit hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya
yang bungsu.
2. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan dari orang lain di antaranya
yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan.

b. Modifikasi dari bartel indeks


Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali
sehari
Jumlah: secangkir
kecil
Jenis: air putih, dan
susu
3 Berpindah dari satu tempat 15 Mandiri
ketempat lain
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi: 3x
menyisir rambut, gosok gigi).
5 Keluar masuk toilet ( 5 Frekuensi: 2-3 kali
mencuci pakaian, menyeka
tubuh, meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi
hari dan sore hari
sebelum Ashar.
7 Jalan dipermukaan datar 10 Setiap ingin
melakukan sesuatu
misalnya mengambil
minum atau ke kamar
mandi.
8 Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-
pelan
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10 Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi: 1x sehari
Konsistensi: padat
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi: 6x sehari
Warna: kuning
12 Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti
senam yang diadakan
PSTW saat pagi hari
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 10 Jenis: rekreasi keluar
luang 1 tahun sekali dari
bpstw/hanya duduk
saja kadang
mengobrol dengan
teman.
Keterangan:
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori mandiri
3. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun

Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga disimpulkan Ny.
K memiliki fungsi intelektual utuh.

b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
Orientasi 5 5 Diamana kita sekarang?
a. Negara : Indonesia
b. Provinsi: DIY
c. Kota : Yogyakarta
d. Di : PSTW Budi Luhur
e. Wisma : Anggrek
2 Registras 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1
i detik dan mengatakan asing-masing obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
*Klien mampu menyebutkan kembali
obyek yang di perintahkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan
semuanya.
4. Menging 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point
masing-masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan

5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan nama pada klien
a. Missal jam tangan
b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar
nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada,
tetapi
Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah. klien dapat
menulis satu kalimat.
Total 29
Nilai

Interpretasi hasil : 29 (>23)


Keterangan : Terdapat aspek fungsi mental baik

4. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)


PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat Ya 1
atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apa kah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi Ya 1
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3

Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor 3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga
disimpulkan Ny. K kemungkinan depresi.

5. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus


Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas penuh Sangat terbatas Agak Terbatas Tidak terbatas
Kelembapan Lembab Sangat lembab Kadang lembab Jarang
konstan Lembab
Aktifitas Di tempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat terbatas Kadang Tidak
terbatas Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan/ Masalah Masalah Tidak Ada Sempurna
cubitan Resiko Masalah
Total skor = 22
Keterangan :
Paisien dengan total nilai :
a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi

Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan total skor : 22 sehingga


disimpulkan klien tidak mengalami resiko dekubitus.

6. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg


a. Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi
Reach Test (FR test) Hasil

Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
posisi yaitu: posisi pada Ny. K sebagai berikut:
a. Tidur a. Tidur : 130/70 mmHg
b. Duduk b. Duduk : 140/90 mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : 140/90 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran
kurang lebih 5 – 10 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka dapat
dikatakan bahwa Tn. S memiliki resiko jatuh mengingat usia Ny. K juga sudah
semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang di
derita.

b. Fungsional reach test (FR Tests)


Reach Test (FR test) Hasil
1. Minta lansia untuk menempel 1. L ansia dapat berdiri sendiri tanpa
ditembok bantuan / mandiri.
2. Minta lansia untuk 2. Hasil pemeriksaan diperoleh < 6 ichi
mencondongkan badannya ke (5,5 inchi)
depan tanpa melangkahkan
kakiknya.
3. Ukur jarak condong antara
tembok dengan punggung lansia
dan biarkan kecondongan terjadi
selama 1 – 2 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 5,5 inchi, maka
dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki resiko jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

Samper, T. P., Pinontoan, O.R, dan Katuuk, M. E. (2017). Hubungan Interaksi Sosial
dengan Kualitas Hidup Lansia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara.
Maryam S. Et.al. 2008. Mengenai Lanjut Usia dan Perawatannya.Jakarta : Salemba
Medika
Potter, Patricia A: Perry, A. G. (2005). Fudamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Ekasari, M. F., Riasmini, & Hartini. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia.

Malang: Wineka Media


Samper, T. P., Pinontoan, O.R, dan Katuuk, M. E. (2017). Hubungan Interaksi Sosial
dengan Kualitas Hidup Lansia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara.
Tamher & Noorkasiani, (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai