Oleh :
183110221
III B
Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Murniati Muchtar, S. Kep, S.KM, M. Biomed
A. Pengertian ADL
ADL (Activities Daily Living) yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
seseorang dalam merawat dirinya, meliputi pakaian, makan, minum, toileting, mandi dan
berhias (Ekasari, Riasmini & Hartini, 2018).
ADL adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi
dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)
ADL adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal;
aktivitas tersebut mencakup, ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan
berhias dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi
dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan
dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen atau rehabilitative (Potter
dan Perry, 2005).
2 Mandi 0 = Tergantung
(Bathing) orang lain
1 = Mandiri
4 Berpakaian 0 = Tergantung
(Dressing) 1 = Sebagian
dibantu /perlu
bantuan
2 = Mandiri
5 Buang air 0 = Tidak bisa
kecil (Bowel) mengontrol
(perlu
di kateter dan
tidak dapat
mengatur
1 = BAK kadang-
kadang (sekali
/24 jam)
2 = Terkontrol
penuh (lebih
dari 7hari)
9 Mobilitas 0 = Tidak
bergerak/tidak mampu
1 = mandiri dengan
kursi roda
2 = Berjalan dengan
bantuan
3 = Mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan
2) Kats Indeks
Katz indeks adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi
yang tepat (Iskandar, 2017).
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil,
5) mandi dan berpakaian (Maryam, R. Siti, dkk, 2011).
4. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ked an dari kursi tanpa
bantuan (mungkin menggunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat
atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau kursi dengan
bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
5. Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang mengalami ketidakmampuan untuk mengontrol perkemihan dan
defekasi, pengawasan membantu mempertahankan control urin atau defekasi,
kateter digunakan atau kontnensa.
6. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan
dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam makan sebagian
atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau cairan intravena (Ekasari,
2018)
Cara mempertahankan Kemampuan aktifitas sehari-hari pada Lansia
dan Strategi mempertahankan kebutuhan aktifitas pada lansia meliputi:
1. Exercise/olahraga bagi lansia sebgai individu atau kelompok
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang memebutuhkan energy, seperti
berjalan, mencuci, menyapu dan sebagainya.
2. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas pada lansia sebagai individu/kelompok dengan indikasi
tertentu. Terapai aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan
atas kelompok penderita bersama-sama dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin dan diarahkan oleh seorang terapis.
1) Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin lamamakin
cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis inisebaiknya
dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 – 6, dikala udara masih bersih dansegar. Lokasi
terbaik adalah daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asapkendaraan bermotor,
pabrik yang menyebabkan polusi udara.
2) Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi untukorang –
orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan dilakukansecara teratur.
3) Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali secara berirama
menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada lari perlahan.
Rangkuman 11
“Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Lansia”
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi sejumlah klien dalam
membina hubungan sosial yang bertujuan untuk m enolong klien dalam berhubungan dengan
orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri
pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi
Realita (TAK), orientasi realita adalah upaya untuk me ngorientasikan keadaan nyata kepada
klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sunden, 1998). Aktivitas kelom
pok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain s
aling terkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
B. Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2001):
1) Struktur Kelompok Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga
stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok
diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.
2) Besar Kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan
Laraia (2001) adalah 7-10 orang, menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan
menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok
terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi
yang terjadi.
3) Lamanya Sesi Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001).
Biasanya dimulai dengan 24 pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing
berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/ dua kali
per minggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
2) Kategori sama
Dalam artian klien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Klien yang
dapat diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok adalah klien akut skor rendah sampai klien
tahap promotion. Bila dalam satu terapi klien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan
terapi akan lebih mudah tercapai.
3) Jenis kelamin
Pengalaman terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien dengan gejala sama,
biasanya laki-laki akan lebih mendominasi daripada perempuan. Maka lebih baik
dibedakan.
4) Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar klien.
1. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pe
rnah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. D
engan proses ini maka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehi
dupan menjadi adaptif.Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediak
an : seperti baca majalah, menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lal
u yang menghasilkan proses persepsi klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya
kemarahan dan kebencian.
2. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri
,orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingku
ngan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orienta
si waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orie
ntasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
3. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, d
an massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
b. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau keb
ersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masingmasing, dan leader mulai menunjukk
an rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siap yang berk
uasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yan
g akan terjadi
c. Kebersamaan
Anggota mulai menerapkan kebersamaan pada setiap anggota terapi kelompok yang ada.
c. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang tela
h disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan
lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreat
if.
d. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami te
rminasi premature, tidak sukses atau sukses
Ny. K berumur 73 tahun. Saat dikaji ia mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Saat ini Ny. K masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara
rutin. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3
kali. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat siang
hari. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan. Klien mengatakan
senang berada di panti, nyaman dan berbaur dengan lansia yang lain, bisa mengikuti
kegiatan yang ada di panti. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa
sakit pada bagian tengkuknya. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P). Nyeri terasa seperti mencengkram (Q) Klien mengatakan nyeri
di tengkuk (R) Klien mengatakan skala nyeri 5 (S) Nyeri yang dirasakan hilang timbul
(T) Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri. Masa kanak-kanak Ny. K tidak
pernah dirawat di rumah sakit dan jika sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa
tua pasien mengalami tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun, dan pernah mengalami
tetanus pada usia 67 tahun. Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang
seluruh badannya gatal-gatal seperti biduran. Ny. K mengatakan bahwa ada anggota
keluarganya yang mempunyai sakit hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya
yang bungsu.
2. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan dari orang lain di antaranya
yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan.
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga disimpulkan Ny.
K memiliki fungsi intelektual utuh.
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor 3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga
disimpulkan Ny. K kemungkinan depresi.
Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
posisi yaitu: posisi pada Ny. K sebagai berikut:
a. Tidur a. Tidur : 130/70 mmHg
b. Duduk b. Duduk : 140/90 mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : 140/90 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran
kurang lebih 5 – 10 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka dapat
dikatakan bahwa Tn. S memiliki resiko jatuh mengingat usia Ny. K juga sudah
semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang di
derita.
Samper, T. P., Pinontoan, O.R, dan Katuuk, M. E. (2017). Hubungan Interaksi Sosial
dengan Kualitas Hidup Lansia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara.
Maryam S. Et.al. 2008. Mengenai Lanjut Usia dan Perawatannya.Jakarta : Salemba
Medika
Potter, Patricia A: Perry, A. G. (2005). Fudamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Ekasari, M. F., Riasmini, & Hartini. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia.