Anda di halaman 1dari 25

RESUME KEPERAWATAN GERONTIK

“Pemenuhan Kebutuhan ADL pada Lansia”

Oleh :
Namira Fitria
183110224
III B

Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Murniati Muchtar, S. Kep, S.KM, M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TA 2020/2021
“Resume tentang Pemenuhan Kebutuhan ADL
(Activity Dayli Living) pada Lansia”

A. Pengertian ADL
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang
sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya
sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis,
mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur,
bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu
tempat ke tempat lain)
B. Macam – Macam ADL
1. ADL Dasar
Sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air
besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan
lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005).
2. ADL Instrumental
Yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang
kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,
menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL
saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada
juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam
kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan
mobilitas (Sugiarto,2005)
3. ADL Vokasional
Yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. ADL Non Vokasional
Yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.


ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang
terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.
ADL dasar dipengaruhi oleh :
1. ROM sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Propioseptif
5. Persepti visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)

Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities


Daily Living adalah:
1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2) Kapasitas mental
3) Status mental seperti kesedihan dan depresi
4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5) Dukungan anggota keluarga

Menurut (Iskandar, 2017), kemauan dan kemampuan untuk melakukan


activity of daily living tergantung pada beberapa faktor,yaitu:
a) Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda
kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap
ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat
perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–lahan
berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of
daily living.
b) Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous
mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan.
Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous
sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan
gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma
injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living (Iskandar,
2017)
c) Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus
untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan
kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis
dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity of daily
living (Iskandar, 2017)
d) Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat
sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasin pada suatu cara yang
realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku
intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya
akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan
interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau
disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam
pemenuhan activity of daily living (Iskandar, 2017).
e) Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam
kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul
dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi
seperti kehilangan.
f) Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan
fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan
dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama
sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian
membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan
hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian
diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca
yang mempengaruhi activity of daily living.
g) Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status
mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu.
Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu
yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi
kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang
memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang
mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan – kebutuhan dasarnya (Hardywinoto,2007).
h) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan
kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan Activity of
Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu,
kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
posyandu (Iskandar, 2017).

D. Cara Mengukur ADL


Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari lansia. Pengukuran
kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif
dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis.
Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas. Berikut ini
beberapa instrumen pengukuran ADL atau Indeks kemandirian ADL ( Sugiarto,
2005) sebagai berikut :
Pengukuran Activity daily living pada lansia dapat diukur dengan menggunakan
instrument sebagai berikut :
1) Barthel Indeks
Barthel Indeks merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas
serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan
menggunakan 10 indikator, yaitu :
No Jenis ADL Kategori Skor
1 Makan 0 = Tidak dapat
(Feeding) 1 = Perlu bantuan
untuk
memotong dll
2 = Mandiri

2 Mandi 0 = Tergantung
(Bathing) orang lain
1 = Mandiri

3 Perawatan 0 = Perlu bantuan


diri 1 = Mandiri
(Grooming)

4 Berpakaian 0 = Tergantung
(Dressing) 1 = Sebagian
dibantu /perlu
bantuan
2 = Mandiri
5 Buang air 0 = Tidak bisa
kecil (Bowel) mengontrol
(perlu
di kateter dan
tidak dapat
mengatur
1 = BAK kadang-
kadang (sekali
/24 jam)
2 = Terkontrol
penuh (lebih
dari 7hari)

6 Buang air 0 = Inkontinensia


besar (perlu enema)
(Bladder) 1 = Kadang
Inkontensia
(sekali
seminggu)
2 = Terkontrol
penuh

7 Penggunaan 0 = Tergantung
toilet bantuan orang
lain orang lain
1 = Perlu bantuan
tetapi dapat
melakukan
sesuatu sendiri
2 = Mandiri

8 Berpindah 0 = Tidak dapat


(tidur atau 1 = Butuh bantuan u
duduk) (2 orang)
2 = Dapat duduk
dengan sedikit
3 = Mandiri

9 Mobilitas 0 = Tidak
bergerak/tidak
mampu
1 = mandiri dengan
kursi roda
2 = Berjalan dengan
bantuan
3 = Mandiri
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Perlu bantuan
2 = Mandiri

Interpretasi hasil :
 20 : Mandiri
 12-19 : Ketergantungan Ringan
 9-11 : Ketergantungan Sedang
 5-8 : Ketergantungan Berat
 0-4 : Ketergantungan
2) Kats Indeks
Katz indeks adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian
yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional
dapat mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga
memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Iskandar, 2017).
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3)
berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan berpakaian (Maryam, R. Siti,
dkk, 2011).
E. Penilaian Activity Of Daily Living (ADL)
Penilaian ADL(Activity Of Daily Living) penting dalam rangka menetapkan
level bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang.
Bila lansia tidak dapat melakukan ADL (Activity Of Daily Living) instrumen
secara mandiri diperlukan peran perawat pembantu (care-giver).Dengan
demikian, lansia diharapkan dapat terus bersosialisasi (Tamher dan
Noorkasiani, 2011). Terdapat sejumlah alat atau instrument ukur yang telah
teruji validitasnya untuk mengukur ADL(Activity Of Daily Living) dasar
salah satunya adalah indeks Katz.
Penilaian dalam melakukan activity of daily living sebagai berikut:
1) Mandi
Mandiri (1) : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung
atau ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya
Bergantung (0): bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
2) Berpakaian
Mandiri (1): mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancing/mengikat pakaian
Bergantung (0): tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
3) Toileting
Mandiri (1): masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri
Bergantung (0): menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.
4) Berpindah
Mandiri (1): berpindah dari tempat tidur, bangkit darikursi sendiri
Bergantung (0): bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau
kursi, tidak melakukan sesuatu atau perpindahan.
5) Kontinen
Mandiri (1): BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Bergantung (0): inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter
dan pispot, enema dan pembalut/pampers.
6) Makanan
Mandiri (1): mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Bergantung (0): bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali dan makan parenteral atau melalui
Naso Gastrointestinal Tube (NGT).
F. Tabel Kemampuan Activity Of Daily Living (ADL)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15
tempat tidur atau sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka, 0 5
meyisir rambut, gosok gigi)
4. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian,menyeka tubuh,
menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di permukaan datar 0 5
(jika tidak bisa, dengan kursi
roda)
7. Naik turun tangga 5 10
8. Mengenakan pakaian 5 10
9. Kontrol bowel (BAB) 5 10
10. Kontrol Bladder (BAK) 5 10
Jumlah 35-45 90

Kategori :
a) Mandiri =72 - 90
b) Ketergantungan parsial= 54-71
c) Ketergantungan total = 35-53
G. Aktifitas Sehari – Hari Untuk Mencegah Penurunan ADL
Aktivitas sehari – hari untuk mencegah penurunan ADL menurut Iskandar
(2017) yaitu :
1) Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga
kesegaran jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih
cepat, denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan tetapi perlu
selalu dikontrol terhadap peningkatan denyut nadi jangan sampai melebihi
batas maksimal.
2) Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin
lama makin cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih
jenis ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 – 6, dikala udara
masih bersih dan segar. Lokasi terbaik adalah daerah perkebunan atau
pegunungan yang jauh dari asap kendaraan bermotor, pabrik yang
menyebabkan polusi udara
3) Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi
untuk orang – orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi,
asalkan dilakukan secara teratur.
4) Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali secara
berirama menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada lari
perlahan.
Kasus ADL pada lansia
kasus
Ny.N berumur 65 tahun yang dirawat di BPSTW sabai nan aluih, klien mengatakan
memiliki penyakit hipertensi. Saat ini Ny.N masih mengkonsumsi obat antihipertensi
secara rutin. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu beraktivitas. Ny. N
makan 3x sehari, dan mengahbiskan 1porsi makanan. BAB 1x sehari, BAK 6x
sehari. Kemampuan bersosialisasi Ny.N baik yaitu saling mengobrol dengan teman
satu kamarnya dan penghuni wisma lainnya. Ny.N mengatakan mengalami susah
tidur dan gelisah, tetapi Ny.N selalu berfikir positive saja. Ny.N beragama islam dan
sholat 5 waktu sehari semlam dan berdoaa atas kesembuhannya. Ny.N mengatakan
semuana masih bisa dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan dan
tidak membutuhkan bantuan orang lain. Ny.N makan sendiri, pergi ke toilet sendiri,
pakai pakaian sendiri dan mandi sendiri. Ny.N tidak menggunakan alat bantu
berjalan
Pembahasan
1. KATZ indeks
Klien termasuk dalam kateogori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
mandiri tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan orang lain, Ny.N makan,
BAK,BAB serta menggunakan pakaian dan mandi dengan sendirinya, dan Ny.N
tidak menggunakan alat bantu berjalan
2. Modifikasi dari bartel indeks
Tanggal : 12 september 2020
Nama :Ny.N
Kelamin/umur: perempuan/65 tahun

NO FUNGSI S KETERANGAN HASI


K L
O
R
1 Mengendalikan rangsang 0 Tidak terkendali/tak teratur (perlu 2
BAB 1 pencahar)
2 Kadang-kadang tak terkendali (1 x /
minggu)
Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai kateter 2
BAK 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1
2 x / 24 jam)
Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain 1
(mencuci wajah, menyikat 1 Mandiri
rambut, mencukur kumis,
sikat gigi)
4 Penggunaan WC (keluar 0 Tergantung pertolongan orang lain 2
masuk WC, 1 Perlu pertolongan pada beberapa
melepas/memakai celana, 2 kegiatan tetapi dapat mengerjakan
cebok, menyiram) sendiri beberapa kegiatan yang lain
Mandiri
5 Makan minum (jika makan 0 Tidak mampu 2
harus berupa potongan, 1 Perlu ditolong memotong makanan
dianggap dibantu) 2 Mandiri
6 Bergerak dari kursi roda 0 Tidak mampu 3
ke tempat tidur dan 1 Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
sebaliknya (termasuk 2 (2 orang)
duduk di tempat tidur) 3 Bantuan minimal 1 orang
Mandiri
7 Berjalan di tempat rata 0 Tidak mampu 3
(atau jika tidak bisa 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
berjalan, menjalankan 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
kursi roda) 3 Mandiri
8 Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain 2
memasang tali sepatu, 1 Sebagian dibantu (mis: mengancing
mengencangkan sabuk) 2 baju)
Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 2
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain 1
1 Mandiri
19
Skor Barthel Index (Nilai AKS / ADL):
20 : Mandiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan ringan (B)
9 – 11 : Ketergantungan sedang (B)
5 – 8 : Ketergantungan berat (C)
0 – 4 : Ketergantungan total (C)
Setelah dikaji didapatkan skor : 20 dimana Ny.N dalam kategori mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed). St Louis : Mosby
Darmojo R.B. (2006). Buku Ajar Geriatri. Edisi ke-3, Balai Penerbit. Jakarta:
FKUI
Hardywinoto dan Setiabudhi, T.(2005). Panduan Gerontologi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Kemensos RI. (2014). Pedoman Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanjut Usia
di rumah (home care). Jakarta : Direktorat Pelayanan Sosial lanjut Usia
Sugiarto, Andi.( 2005). Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan
Sehari-Hari Pada Lansia Di panti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan
Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.
RESUME KEPERAWATAN GERONTIK
“TAK ( terapi aktivitas kelompok) pada Lansia”

Oleh :
Namira Fitria
183110224
III B

Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Murniati Muchtar, S. Kep, S.KM, M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TA 2020/2021
“Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Lansia”

A. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang
sama.Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling
bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku
destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan
memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan
kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk
saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah
anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah
untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan
berperilaku terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,
saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku
baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota
kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.
B. Tujuan dan Fungsi Kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada
pada kontribusi dan setiap anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok
merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota
kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain.
a. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
b. Mengembangkan stimulasi sensori
Tipe: music, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot,
dan imajinasi.
c. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu
memenuhi kebutuhan.
d. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

Secara umum tujuan kelompok adalah :


a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
b. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
c. Merupakan proses menerima umpan balik
C. Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut
1) Struktur Kelompok Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi,
proses pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok.
Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku
dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2) Besar Kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok
kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok
kecil menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah 7-10 orang, menurut Lancester
(1980) adalah 10-12 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck
(1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak
semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat,
dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan
interaksi yang terjadi.
3) Lamanya Sesi Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi
(Stuart & Laraia, 2001). Biasanya dimulai dengan 24 pemanasan berupa
orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya
sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/ dua kali per minggu;
atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

D. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia


Ada bebrapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti
terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:
1) Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta
dihargai
2) eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam kelompok
3) Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya
dan merubah sikap dan perilaku yang maladaptive dan destrkutif
4) Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalamn serta saling
memantau satu sama lainnya yang dipertuntukkan untuk menemukan solusi
menyelsaikan masalah.

E. Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Menurut Keliat (2005), prinsip memilih klien adalah:
1) Gejala sama
Misalnya terapi aktivitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus
untuk pasien halusinasi, dan lain sebagainya. Setiap terapi aktivitas
kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk
sosialisasi, kerjasama, maupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap
tujuan spesifik tersebut akan dapat dicapai apabila klien memiliki
masalah atau gejala yang sama, sehingga mereka dapat bekerja sama atau
berbagi dalam proses terapi.
2) Kategori sama
Dalam artian klien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil
kategorisasi. Klien yang dapat diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok
adalah klien akut skor rendah sampai klien tahap promotion. Bila dalam
satu terapi klien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi akan
lebih mudah tercapai.
3) Jenis kelamin
Pengalaman terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien dengan
gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi daripada
perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
4) Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar
klien.
5) Jumlah efektif adalah 7-10 orang per-kelompok terapi
Jika terlalu banyak peserta, maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena
akan terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada klien. Bila terlalu
sedikitpun terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuannya sulit tercapai.
F. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Lansia
Berikut ini terdapat beberapa jenis terpi yang bisa diterapkan sebagai aktivitas
kelompok para lansia, diantaranya:
1) Stimulasi Sensori (Musik)
Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk ungkapan perhatian, baik itu bagi
pendengar maupun bagi pemusik. Kualitas dari musik sendiri memiliki andil
terhadap fungsi-fungsi untuk mengungkapkan perhatian yang mana terletak
pada struktur dan ururan matematis, yang mana mampun untuk menunjukkan
pada ketidak beresan di dalam kehidupan seseorang. Peran dan sertanya akan
nampak dalam sebuah pengalaman musikal, semisal menyanyi, menghasilkan
integrasi pribadi yang dapat mempersatukan fisik, pikiran, dan roh.
2) Stimulasi Persepsi
Di dalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai cara
mempersepsikan stimulus yang telah disediakan ataupun yang sudah pernah
dialami. Kemmapuan untuk mempersepsikan inilah yang akan dievaluasi dan
ditingkatkan di dalam setiap sesinya.
Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif dalam
berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan
persepsi. Ada beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca majalah,
menonton televisi, pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lainnya.
3) Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di sekitarnya,
mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien, hingga lingkungan
yang memiliki hubungan dan kaitanya dengan klien. Hal ini juga berlaku pada
orientasi waktu di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di masa depan.
Aktivitas yang dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat, waktu, benda,
serta kondisi yang nyata
4) Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi dengan individu-individu
di sekitar klien. Sosialiasi akan dilakukan secara bertahap secara
interpersonal, kelompok, maupun massa. Aktivitas yang dapat dilakukan
berupa latihan sosialisasi yang ada di dalam kelompok.
5) Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran, kebersamaan,
serta bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang
dilakukan semisal penanaman kangkung, lombok, bayam, dan lainnya.
6) Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang serta
mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang.
Semisal memiliki peliharaan kucing, bertenak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini
,merupakan cara pencegah gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.
7) Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang
sudah disediakan. Misalnya saja membuat kipas, membuat sulak, membuat
bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.
8) Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya ingat
seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dengan
mengadakan cerdas cermat, mengerjakan tebaktebakan, puzzle, mengisii TTS,
dan lainnya.
9) Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta harga
diri. Proses nya dengan menceritakan berbagai pengalaman-pengalaman di
dalam hidupnya. Misalnya saja menceritakan tentang masa muda nya.
10) Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh anggota
keluarga yang mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari terapi keluarga ini
adalah untuk mampu melaksanakan fungsifungsinya sebagai keluarga.
Sasaran utama dari dari terapi ini adalah keluarga yang kondisinya mengalami
disfungsi, tidak dapat melaksanakan fungsi yang mana dituntut oleh
anggotanya.
Dalam terapi keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga akan
diidentifikasikan dan dikontribusikan dari masing-masing anggota di dalam
keluarga pada penyebab munculnya masalah tersebut. Misalnya saja penyebab
keluarga tidak harmonis. Sehingga nantinya masing-masing anggota keluarga
dapat lebih mawas diri pada masalah yang terjadi dalam keluarga dan mencari
solusi yang tepat untuk mengembalikan fungsi keluarga sebagaimana
sebelumnya.

G. Peran Perawat dalam TAK pada Lansia


Peran perawat dalam mempersiapkan terapi aktifitas kelompok adalah:
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2. Sebagai leader dan co leader
a. Sebagai Leader
Tugasnya:
1) Menyusun rencana pembuatan proposal
2) Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
3) Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
4) Membuka aktifitas kelompok
5) Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
6) Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi
lainnya untuk memperkenal kan diri
7) Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
8) Membacakan tata tertib
b. Co-leader
Tugasnya:
1) Membantu leader mengorganisasi anggota
2) Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
3) Menggerakkan anggota kelompok
4) Membacakan aturan main
3. Sebagai Fasilitator
Tugasnya :
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
b. Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
4. Sebagai observer
Tugasnya :
a. Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan,
proses dan penutup.
b. Mencari serta mengarahkan respon klien
c. Mencatat semua proses yang terjadi
d. Memberi umpan balik pada kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. 2017. Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas
Sehari – Hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
Mickey,Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC
Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-
Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan
Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai