Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBUTUHAN AKTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA KELOMPOK L


ANSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing : Cecilya Kustanti S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelas 3B
Kelompok 3

1. Rifda Siti Afifah ( 3120203646 ) 8. Tri Lestari ( 3120203651)


2. Rifna Sefianisa ( 3120203647 ) 9. Vito Trijayanto (3120203652)
3. Sahid Pamungkas ( 3120203696 ) 10. Nurul Minarni (3120203641)
4. Silvia Destri Sianita ( 3120203648 ) 11. Raden Roro Dwi Lestari (3120203642)
5. Siti khassanah ( 3120203649 ) 12. Rahmad Dwilaksono (3120203643)
6. Talia Hardian Nastiti ( 3020193517 ) 13. Randi Safria (3120203644)
7. Titik Anindya Putri ( 3120203650 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan r
ahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
“Kebutuhan Aktivity Daily Living (ADL) Pada Lansia”.Tidak lupa juga kami me
ngucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontrib
usi dalam penyusunanmakalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, bai
k dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.Kami berharap semoga makalah yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Yogyakarta, 27 Maret 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia sebagai individu sama halnya dengan klien yang digambarkan
oleh Orem yaitu suatu unit yang juga mengehendaki kemandirian dalam mempert
ahankan hidup, kesehatan dan kesejateraannya. Kemandirian pada lanjut usia terg
antung pada kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas sehari–
hari. Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara komulatif dal
am perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dal
am menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu mampu berfiki
r dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidu
pnya untuk berkembang ke yang lebih mantap (Rohadi et al., 2016).
Menurut Marlita et al (2018) Semakin lanjut usia seseorang maka kemamp
uan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran
pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dal
am hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantu
ngan yang memerlukan bantuan orang lain. Apabila ketergantungan tidak segera
diatasi, maka akan menimbulkan beberapa akibat seperti gangguan system tubuh,
yaitu penyakit menurunnya “Activity of Daily Living (ADL)” (Marlita et al., 201
8).
ADL (Activity daily living) adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin se
hari-hari dan merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL merupakan sa
lah satu alat ukur untuk menilai kapasitas fungsional seseorang dengan menanyak
an aktivitas kehidupan sehari-hari, untuk mengetahui lanjut usia yang membutuh
kan pertolongan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari atau
dapat melakukan secara mandiri. Menghasilkan informasi yang berguna untuk m
engetahui adanya kerapuhan pada lanjut usia yang membutuhkan perawatan. Sala
h satu pendekatan yang dilakukan adalah melalui penilaian Activity Daily Living
melalui Indeks KATZ (Wulandari, 2014). Indeks Katz adalah suatu instrument pe
ngkajian dengan sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan seseorang u
ntuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan keman
dirian fungsional dapat mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien s
ehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat. (Munjiat, 2020)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui kebutuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui pengertian Activity Daily Living (ADL) pada lansia.
b. Dapat mengetahui macam-macam Activity Daily Living (ADL) pada lans
ia.
c. Dapat mengetahui kebutuhan biologis pada lansia.
d. Dapat mengetahui kebutuhan psikologis pada lansia.
e. Dapat mengetahui kebutuhan sosial pada lansia.
f. Dapat mengetahui kebutuhan spiritual pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Biologis
1. Pengertian Kebutuhan Biologis
Kebutuhan biologis pada lansia merupakan kebutuhan jasmaniah atau
kebutuhan primer seperti makanan, tempat tinggal, pakaian dan kesehatan.
Setiap orang tentu akan memenuhi kebutuhan tersebut namun cara pemenu
han kebutuhan tersebut berbeda satu dengan yang lainnya bergantung deng
an kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Akan tetapi kebutuhan yan
g sangat dibutuhkan bagi lansia yaitu seperti kebutuhan makanan karena m
akanan sangat penting bagi kehidupan manusia karena dari makanan kita
mendapatkan energy untuk menjalankan fungsi tubuh dan bahan penyusun
tubuh. (Ekasari, 2018)
2. Pemenuhan Kebutuhan Biologis pada Lansia
a. Kebutuhan Seksual pada Lansia
Kebutuhan biologis mempengaruhi tingkah laku manusia, terut
amakebutuhanseksual.Seksmemilikiberagammanfaatyangdapatmeni
ngkatkan kualitas hidup dan kesehatan, baik dari segi fisik maupunp
sikologis. Dukungan suami atau istri melalui sikap saling mendenga
r danmerasakan apa yang dirasakan diantara pasangan akan mampu
membantu mengatasi stres. Pasangan suami istri yang selalu menjag
a rasa keterbukaan dalam memecahkan permasalahannya akan mam
pu mencegah dan mengatasi masalah Secara biologis kebutuhan sek
sual juga dapat meredakan ketegangan fisik dan secara psikologis s
angat penting bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan suami atau istri.
Salah satu manfaat seks adalah membuat tubuh memproduksi h
ormon endorfin. Selain bersifat analgesik atau pereda rasa sakit, hor
monendorfin juga dapat mengendalikan respon tubuh terhadap stres,
mengatur kontraksi dari dinding usus,dan menentukan suasana hati.
Endorfin dilepaskan tubuh saat melakukan hubungan seksual dan
semakin banyak saat mencapai orgasme yang akhirnya dapat menin
gkatkan mood dan menghilangkan stres.
Pemenuhan kebutuhan seksual pada lansia dapat dilakukan den
gan berhubungan bagaimana seseorang mengkomunikasikan perasa
an melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, p
elukan, dan senggama sexual dan prilaku yang lebih halus, seperti is
yarat gerak tubuh, berpakaian,dan kata-kata(Sumartyawati, dkk, 202
0).

b. Kebutuhan Pemeliharaan Tidur pada Lansia


Kebutuhan paling besar bagi lansia untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya yaitu dengan peningkatan kesehatan. Salah satu caran u
ntuk meningkatkan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan biologis
nya adalahdengan pemeliharaan tidur. Pemeliharaan tidur ini melipu
ti kuantitas dankualitas tidur. Dimana hal tersebut berfungi untuk m
emastikan pemulihan fungsi tubuh sampai ke tingkat fungsional yan
g lebih optimal serta untuk memastikan terjaganya pada siang hari u
ntuk menyelesaikan tugas-tugasdan menikmati kualitas hidup yang t
inggi. Beberapa upaya dari bidang kesehatan dalam membantu lansi
a yang mengalami gangguan tidur yaitu dengan menggunakan penat
alaksanaan farmakologi maupun nonfarmakologi.
Secara farmakologis penatalaksanaan gangguan tidur dapat dib
erikanobat- obatan seperti benzodiazepine (ativan, valium, dan diaz
epam) darigolongansedative- hipnotik. Terapifarmakologis tentu me
miliki efek kerja yang cepat namun jika diberikan dalam jangka pan
jang akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan lanjut
usia seperti semakin berkurangnya kualitas tidur pada lansia itu sen
diri. Terapi nonfarmakologi yang dapatdiberikan pada penderita gan
gguan tidur diantarannya dengan latihan relaksasi otot progresif (me
ditasi, yoga, hipnotis), terapi musik, mendengarkan murotal Al-Qur’
an, pijat refeleksi dan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Te
chnique ). Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk mening
katkan kualitas tidur lansia adalah dapat melakukandengan membua
t tempat tidur lebih nyaman, mematikan lampu kamar dan juga ada
yang sambil menonton TV untuk membantu mempercepat tidurnya.

c. Kebutuhan Makan dan Minum pada Lansia


1) Keseimbangan gizi lansia
Bertambahnya usia akan disertai dengan penurunan fungsi
dan metabolisme serta komposisi tubuh. Perubahan itu menyeba
bkan kebutuhan terhadap zat gizi dan jumlah asupan makanan b
erubah. Masalah gizi dan penyakit yang dipengaruhi oleh makan
an yang seringkali menimpa lansia adalah berkaitan dengan mas
alah kekurangan dan kelebihan zatgizi.
 Kekurangan energi,protein,anemia karena kurang asamfolat
(vitamin B kompleks) dan vitamin B12,seng, dan kalsium
 Kelebihan energi dalam bentuk kelebihan berat badan dan o
besitas
Vitamin b kompleks terdapat pada hati, bayam, asparagus,
ikan tuna,ikan laut, dan umbi- umbian. Vitamin B12 terdapat di
hati, kepiting, ikansalmon, ikan sarden, kuning telur, keju, dan
daging, kalsium terdapatpada ikan salmon, sarden, dan kacang-
kacangan. Seng terdapat padaikan darat, daging, dan telur. Asu
pan makanan yang mempengaruhi lansia adalah proses degener
ative pada saluran cerna yang mengalami perumahan dari rong
ga mulut sampai usus.
2) Kebutuhan makan pada lansia
Susunan makanan pada lansia harus mengandung semua un
sur giziyaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, air, d
an serat dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan serta seimb
ang dalam komposisinya.Kebutuhan energi tersusun atas karboh
idrat 60-70%,lemak 20-25%, danprotein 15-20% dari total kebut
uhan energi. Protein sebanyak 15-20% yang tersusun atas protei
n hewani dari daging tanpa lemak, ikan, putih telur, atau kombin
asi dari kacang- kacangan. Jumlah lemak dalam makanan 20-25
% dari total energi, kurang dari 10% adalah lemak hewani. Jum
lah asupan kolesterol kurang dari 300 mg/hari sehingga harus di
hindari makan makanan dengan kolenterol tinggi sepertikuning t
elur, jeroan, kuning telur, otak, kulit, udang, keju, sop buntut,dll.
Dianjurkan lansia makan makanan yang mengandung serat yang
larut dalam air seperti apel, kacang merah, dan kedelai. Selain s
umberserat buah dan sayuran juga merupakan sumber vitamin d
an mineral.Menu yang disusun untuk kebutuhan makanan sehari
hari sebaiknya disajikan dalam keadaan hangat, segar,dan porsi
kecil. Frekuensinya 7-8 kali, terdiri 3 kali makanan utama,seta
4-5 kali makanan selingan.
3) Asupan Cairan Tubuh Pada Lansia(KebutuhanMinum)
Pada lansia komposisi air tubuhnya kurang dari 60%. Berk
urangnya cairan menyebabkan berkurangnya kemampuan adapt
asi terhadap suhuluar.suhu tubuh lansia akan cepat naik bila suh
u udara panas dan suhu tubuh akan cepat turun bila suhu udara d
ingin. Lansiamudahkekurangan cairan tubuh (dehidrasi) sehingg
a berhati-hati jika suhu udara dingin. Sebagai sumber kalsium,
minum susu dapat juga menambah konsumsi air yang kurang pa
da lansia. Kebutuhan air pada lansia sekitar 2-3 liter/hari (10-15
gelas).
Adapun keperluan seperti makan dan minum apabila lansia
yang dirawat dalam kondisi tidak sehat maka perawat juga harus
memberikan asuhan keperawatan untuk pemulihan kesehatanny
a, untuk itu selain keterampilan nonmedis Seorang perawat lansi
a juga harus punya keterampilan medisketika ditugaskan meraw
at lansia di suatu rumah dan atau panti jompoperawat lansia juga
dituntut untuk memberikan bimbingan kepada anggota keluarga
mengenai cara perawatan lansia.

d. Kebutuhan Sandang dan Papan pada Lansia


Kebutuhan sandang adalah kebutuhan pakaian yang diperlukan
olehlansia tersebut untuk kehidupan sehari-hari pakaian yang diperl
ukan untuk melindungi tubuh dari panas dandingin. Sedangkan keb
utuhan papan adalah kebutuhan yang berupa tempat tinggal seperti r
umah yang sangat dicari karena untuk kebutuhan jangka panjang da
n kebutuhan papan diperlukan untuk bertahan diri dan akan berlanju
t hidup dan tinggal bersama keluarganya. Beberapa upaya untuk me
menuhi kebutuhan lansia pada sandang dan papan adalah dengan m
enyediakan tempat tinggal yang layakdanmenyediakan makanan da
n pakaian.
1) Menyediakan tempat tinggal yang layak
Tempat tinggal yang layak bagi anggota keluarga yang sudah lanj
utusianya adalah tempat tinggal yang sehat, nyaman dan aman. B
erkaitan dengan kondisi lansia yang biasanya mulai menurun, ma
ka memerlukan istirahat lebih banyak dibanding usia di bawahny
a.
2) Menyediakan makanan dan pakaian
Untuk pemenuhan kebutuhan makanan bagi lansia sendiri adalah
menyediakan makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan k
ondisi lansia. Di samping itu, pola makannya ditata, menjadwal w
aktu makan,dan menyederhanakan menu. Dengan pemenuhan ke
butuhan gizi yangbaik dan makan teratur serta banyak mengkons
umsi air, lansia dapatmempertahankan daya tahan tubuh secara o
ptimal, serta mengganti sel-sel yang rusak guna mengatasi proses
menua. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan pakaian bagi lan
sia adalah pengadaan atau menyediakan pakaian yang disesuaika
n dengan kebutuhan dan kondisi lansia. Pemenuhan kebutuhan pa
kaian ini yang terpenting adalah untuk melindungi tubuh dari cua
ca panas, dingin, angin, dan harus memperhatikan dan menjamin
kebersihannya (Padmiati & Kissumi, 2015). Susunan makanan pa
da lansia harus mengandung semua unsur gizi yaitu karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, air, dan serat dalam jumlah yan
g cukup sesuai kebutuhan serta seimbang dalam komposisinya.

B. Kebutuhan Psikologis
1. Kebutuhan Psikologis pada Lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan fase akhir dari perkembangan
manusia. Seorang dikatakan lansia apabila telah memasuki usia 60 tahun
keatas. Proses menjadi seorang lansia ini diikuti dengan berbagai
perubahan baik pada aspek fisik maupun psikologis yang rata-rata akan
mengalami penurunan kualitas dan fungsi.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa
lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Kondisi fisik tersebut
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, energy menurun, kulit makin keriput, gigi mulai rontok,
tulang makin rapuh, dsb.
Kondisi psikologi dan psikososial pada lansia juga biasanya
mulai jatuh pada masa krisis, seperti ketergantungan pada orang lain,
menarik diri dari masyarakat, meningkatnya emosi dan sensitifitas
psikologis, sampai dengan munculnya depresi.
Walaupun kejadian parah tidak terjadi pada semua lansia, namun
hal ini perlu tetap menjadi perhatian khusunya bagi keluarga yang
memiliki lansia. Penurunan fungsi fisik, kognitif dan psikologis pada
lansia ini perlu mendapatkan perhatian karena tidak jarang hal-hal
tersebut dapat menjadi awal mula penurunan kebahagiaan dan
munculnya kecemasan bahkan depresi pada lansia.

2. Gangguan psikologis pada lansia


a. Depresi
Perasaan sedih dan penurunan motivasi hidup merupakan salah
satu yang paling banyak ditemui pada lansia. Seiring dengan
bertambahnya umur dan berkurangnya peran dalam masyarakat juga
berpengaruh terhadap keparahan depresi.
Secara umum gejala depresi ini adalah:
1) Penurunan motivasi
2) Perasaan sedih berkelanjutan
3) Kecemasan berkelanjutan
4) Sulit tidur, dan
5) Sering terjadinya perubahan emosi tanpa sebab pasti
b. Amnesia
Gangguan ingatan pada lansia menjadi hal yang juga paling sering
terjadi yang diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya karena
penurunan kinerja fungsi syaraf otak. Beberapa tanda/ gejala amnesia
adalah:
1) Menurunnya daya ingat baik sementara maupun permanen.
2) Sering mengalami kebingungan dan
3) Kesulitan dalam mengenal lokasi
Amnesia bisa disebabkan oleh berbagai alasan seperti neurologis dan
organik, seperti kerusakan otak karena benturan benda
tumpul/kecelakaan. Amnesia juga bisa disebabkan oleh psikogenik.
c. Dementia
Merupakan kumpulan penyakit dengan berbagai gejala yang mana
mengakibatkan perubahan pada lansia dalam cara berpikir dan
berinteraksi dengan orang lain. Biasanya, memori jangka pendek,
pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik juga
terganggu, bahkan dapat mengubah kepribadian seseorang.
Tanda dari dementia ini antara lain perubahan suasana hati dan
munculnya sikap apatis. Secara umum ciri dari dementia ini mirip
dengan amnesia yaitu berupa penurunan ingatan dan fungsi otak, hal
ini terjadi karena kematian sel otak. Kematian sel otak ini bisa
disebabkan oleh kekurangan oksigen/vitamin, infeksi, dan tumor.
d. insomnia dan sleep apnea
Seiring dengan bertambahnya usia maka jumlah jam tidur juga
akan terpengaruh. Pada lansia biasanya jam tidur akan lebih pendek
dibanding dengan usia muda,yang ditandai dengan menurunnya
kualitas tidur seseorang. Insomnia secara umum ditandai dengan
beberapa kondisi antara lain:
1) Kesulitan tidur ini terjadi setidaknya tiga kali setiap minggunya,
dan telah berlangsung selama setidaknya satu bulan.
2) Kesulitan tidur tetap ada meskipun ada situasi dan kesempatan
yang optimal untuk tidur.
3) Kesulitan tidur ini juga diasosiasikan dengan kesusahan dan
gangguan di siang harinya.
4) Kesulitan tidur, atau tidur namun tidak memberikan efek perbaikan
badan.
Selain itu kesulitan tidur ini juga bisa terjadi karena
halangan pada saluran pernapasan bagian atas, dan banyak ditemui
pada lansia khususnya para perokok.
e. Alzheimer's Disease
Penyakit ini merupakan yang paling berisiko bagi lansia karena
penderita dapat mengalami penurunan ukuran dan jaringan otak. Bagi
penderita yang mengalami ini ada kemungkinan untuk tidak mengingat
dan tidak merasionalisasikan setiap pertistiwa yang dialami sehingga
komunikasi akan sangat terganggu.

3. Pencegahan penyakit psikologis lansia


Secara umum penerapan pola hidup sehat pada lansia menjadi
suatu hal yang harus diterapkan untuk mendapatkan kehidupan lansia yang
berkualitas. Lansia dengan aktifitas fisik dan sosial yang rutin cenderung
lebih tahan terhadap potensi penyakit-penyakit Iansia. Berkumpul dengan
keluarga, teman-teman serta melakukan aktifitas fisik ringan seperti
olahraga, rekreasi dan juga ibadah menjadi penambah daya tahan lansia
terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan ingatan dan depresi.
Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan lansia untuk pencegahan
penyakit lansia antara lain:
1) Rekreasi: hal ini dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang bagi lansia,
untuk bersosialisasi dengan sekitar yag dapat menghilangkan rasa
bosan.
2) Aktifitas Keagamaan : hal ini dilakukan untuk upaya meningkatkan
ketenangan rohani dan jiwa lansia, dimana lansia biasanya sudah mulai
berfikir untuk dapat menghadap Tuhan dengan cara yang baik
3) Aktifitas Bersama Keluarga : keluarga menjadi lingkungan terdekat
lansia, dan hal inilah yang layaknya dilakukan bahwa lansia dapat
tinggal dan dirawat oleh keluarganya, bukan dititipkan ke panti Jompo
kecuali dalam kondisi sangat terpaksa. Hal ini dapat menimbulkan rasa
aman dan nyaman bagi lansia Ketika berada di dekat keluarganya
sendiri.
4) Stimulasi kognitif : hal yang dapat dilakukan untuk stimulasi kognitif
ini antara lain dengan bermusik, dengan bermain puzzle.
5) Ikut dalam komunitas : perkumpulan hobby, olahraga atau komunitas
keagamaan bisa menjadi salah satu terapi alami untuk para lansia
dalam hal menjaga hubungan sosial dan komunikasi
Hal-hal tadi dipercaya dapat meningkatkan ketahanan lansia
terhadap sumber sumber penyakit diatas, tentu saja disesuaikan dengan
masing-masing lansia dan secara fisik juga perlu untuk tetap menjaga
pola makan yang bergizi seimbang sesuai dengan kebutuhan lansia
serta melakukan pemeriksaan kesehatan yang rutin.

C. Kebutuhan Sosial

D. Kebutuhan Spiritual
1. Pengertian
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan t
ujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan,
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual in
i berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan
dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika se
dang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian (Prakoso,
2014). Seseorang yang beragama harus mengetahui pokok-pokok mengena
i dasar-dasar keyakinan, kitab suci dan tradisi.
Aktivitas-aktivitas spiritualitas yang memberikan nilai tertinggi ba
gi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan
banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi
lebih tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa direduksi. (Fe
lpina, 2016)

2. Kebutuhan spiritual pada lansia


Kebutuhan spiritual pada usia lanjut adalah kebutuhan untuk meme
nuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan membantu untuk me
nghadapi kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya berupa
preventif dan caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan
mengadakan penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya ya
ng dilakukan dalam kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar menerima
keadaan, dan memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima ketika me
nghadapi kematian. Kebutuhan keperawatan gerontik adalah memperoleh
kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya dan meng
hadapi ajal. (Prakoso, 2014)
Pemenuhan kebutuhan spiritual tidak hanya berhenti pada dimensi
pengetahuan tapi diteruskan ke aspek selanjutnya yaitu Religious effect (th
e consequential dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana per
ilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan
sosial, misalnya apakah ia mengunjungi anggota panti yang sakit, menolon
g orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya. Dari teori
dan juga hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada lansia dengan sering
mengikuti bimbingan keagamaan maka lebih baik pula pemenuhan kebutu
han spiritualnya. Lansia yang sudah tahu mengenai pokok-pokok dasar pe
ngetahuan tentang ajaran agama yang dianutnya paling tidak sudah tahu m
engenai norma-norma dalam agamanya, hal yang boleh dan tidak boleh dil
akukan dalam agamanya. (Prakoso, 2014)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual pada lansia


a. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan s
piritual. Karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini ke
percayaan terhadap tuhan.
b. Keluarga
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebut
uhan spiritual. Karena kebutuhan keluarga memiliki ikatan emosional
yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/ suku
memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan kebutu
han spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
d. Kegiatan keagamaan
Adanya kegiatan keimanan dapat selalu meningkatkan keberadaan diri
nya dengan tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.
e. Masalah kebutuhan spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adala
h distress, yang nerupakan suatu keadaan dimana ketika individu atau
kelompok mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai y
ang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan yang ditand
ai dengan pasien meminta pertolongan spiritual. Beberapa orang yang
membutuhkan bantuan spiritual:
1) Pasien kesepian
2) Pasien ketakutan dan cemas
3) Pasien menghadapi pembedahan
4) Pasien yang harus mengubah gaya hidup (Baroroh, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

BarorohB., dan Irafayani, N.D. (2015). Peran keluarga sebagai Care Giver Terhad
ap Pengelolaan Aktivitas Pada Lansia Dengan Pendekatan NIC dan NOC.
Jurnal Keperawatan, 3, 141-151.
EkasarifatmaMia. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep dan Berb
agai Intervensi . Malang: Wineka Media.
FelpinaJati, dkkDanguwole. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kem
andirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL Di Kelurahan Tlogomas Kota Ma
lang. Nursing News, 1, 101-114.
PrakosoTegar SunuAhmad. (2014). Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual p
ada Lanjut Usia (Description Of Spiritual Needs On Elderly). Jurnal Ners
dan Kebidanan, 1, 196-200.
purbaputriemeliana, veronikaanita, ambaritabernadetta, & sinagadesriati. (2022).
Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Activity Daily (ADL) di
Panti Pemenang Jiwa. HealthCaring: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1, 27-35.
purba, e. p., veronika, a., ambarita, b. & sinaga, d., 2022. Tingkat Kemandirian
Lansia Dalam Pemenuhan Activity Daily (ADL) di Panti Pemenang Jiwa.
HealthCaring: Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 1, pp. 27-35.
WHO. Diakses pada 2021. Mental health of older adults. MedlinePlus. Diakses
pada 2021. Depression in older adult

Anda mungkin juga menyukai