Anda di halaman 1dari 16

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN GERONTIK

 
OLEH KELOMPOK 2
1. Ni Made Tri Ardiyani 223221320

2. Luh Putu Merta tejayanti223221317

3. Ni Wayan Sukartini 223221352

4. Desak Putu Dita Pranila 223221322

5. Ida Ayu Puspayani 223221324

6. Ni Made Merry Wara Cahyani 223221325

7. Ni Putu Desi Sukmayati 223221326

8. Luh Gede Vera Yuniari 223221344

9. Ni Made Emi Wahyuni 223221398

10. Gede Agus Surya Saputra223221350

11. Ni Kadek Sri Mirawati 223221354


PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang
merupakan proses alami yang sudah ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008). Akibatnya
jumlah lanjut usia semakin bertambah dan cenderung
lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2006). Sistem tubuh pada
lanjut usia akan mengalami penurunan diberbagai aspek
baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun spiritual
yang merupakan suatu proses penuaan (Stanley & Beare,
2006).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana trend dan isu dalam keperawatan lansia
(gerontik)?

 1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum : Agar penulis mampu mempelajari
trend dan isu keperawatan lansia (gerontik).
2. Tujuan Khusus : Mengetahui trend dan isu dalam
keperawatan lansia (gerontik).
1.4 MANFAAT
Aplikatif : Bagi instansi kesehatan merupakan informasi yang diperoleh
dapat digunakan sebagai pertimbangan/masukan oleh instansi kesehatan
di dalam melakukan penelitian mengenai trend dan isu tersebut.
Keilmuan : Sebagai sumbangan pemikiran yang sangat diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca agar dapat mengetahui Trend dan Issu
Keperawatan Gerontik serta mampu menjadi perawat professional di
masyarakat.
Bagi kelompok sendiri : makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang
diperoleh khususnya dalam trend dan isu keperawatan gerontik, serta
mampu menjadi perawat gerontik yang professional dengan mengetahui
trend dan isu keperawatan gerontik yang berkembang saat ini.
PEMBAHASAN
2.1 Fenomena Lansia
Pengertian Lansia
Menurut pasal UU No.13 tahun1998 pasal 1 ayat (2), (3), (4) tentang kesehatan
dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun. Menurut Wirakartakusumah lansia adalah seorang pria atau wanita yang
berusia enam puluh tahun keatas baik secara masih berkemampuan atau pun karena
sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan.

 2.2 FENOMENA DEMOGRAFI


Fenomena yang mennjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tindakan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif
terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
1.AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
2.AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
2.3 PERMASALAHAN PADA LANSIA
2.3.1 Permasalahan Umum
1. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2.3.2 Permasalahan Khusus


1.Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
2.Rendahnya produktifitas kerja lansia.
3. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat
4.Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
5.Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.
2.4 MASALAH KESEHATAN GERONTIK
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990).
2. Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya
ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan
merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik
lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang
akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan
penurunan pada peranan – peranan sosialnya.
4. Palliative Care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia
2.5 UPAYA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
1. Azas
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and
Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,dan
memperpanjang usia.

2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d) Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e) Memberikan perawatan di rumah (home care)
f) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging).
h) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)

3.Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu Promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
2.6 trend dan issue insomnia pada keperawatan gerontik
Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu
perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnyayang menyebabkan
rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di inginkan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia antara lain proses
penuaan, gangguan psikologis, gangguan medis umum, gaya hidup, faktor
lingkungan fisik, dan faktor lingkungan sosial (Rafknowledge dalam
Kanender, 2015).
Insomnia pada lansia juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, yaitu dari
faktor status kesehatan, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan,stres
psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup Insomnia pada usia lanjut dihubungkan
dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan perubahan kinerja
fungsional
2.6.1 TERAPI MASSAGE DAN RENDAN AIR HANGAT
(HYDROTERAPI) PADA KAKI
 Judul jurnal : Rendam Kaki Dengan Air Hangat Salah Satu Terapi Yang Mampu Mengatasi
Insomnia Pada Lansia
 Nama Jurnal : Holistik Jurnal Kesehatan
 Identitas Jurnal :
1. Penulis : Hardono, Elisa Oktaviana, Andoko
2. Volume : Volume 13 No 01
3. Tahun : Maret 2019
4. Halaman : hal.62-68
 Isi Jurnal :
Terapi pijat (massage) merupakan tindakan manipulasi otot-otot dan jaringan dalam tubuh
dengan tekanan, menggosok, dan vibrasi atau getaran dengan menggunakan sentuhan tangan,
jari-jari tangan, sikut, kaki, dan alat-alat manual atau elektrik untuk memperbaiki kondisi
kesehatan (Nurgiwiati, 2015). Merendam kaki dengan air hangat bertujuan untuk
meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema, mengendorkan otot-otot, meningkatkan
relaksasi otot, meringankan kekakuan otot, menghilangkan stres, meningkatkan permeabilitas
kapiler dan dapat menyehatkan jantung. Sehingga rendam air hangat efektif digunakan untuk
menurunkan insomnia pada lansia. Rendam kaki adalah terapi dengan cara merendam kaki
hingga batas 10-15 cm diatas mata kaki menggunakan air hangat. Terjadinya penurunan
insomnia pada lansia ini terjadi karena air hangat yang mampu menyalurkan rasa rileks dan
nyaman dan mampu menstimulus otak untuk memerintahkan hipotalamus untuk
meningkatkan produksi hormon melatonin yang memiliki turunan hormon serotonin sebagai
pengatur pola tidur manusia dan gelombang sikardian manusia
2.6.2 PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP
INSOMNIA PADA LANSIA
Judul jurnal : Pengaruh Aromaterapi Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Pstw Unit Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
Nama Jurnal : Jurnal Kebidanan
Identitas Jurnal :
1. Penulis : Sri Adiyati
2. Volume : Volume 2 Nomor 2
3. Tahun : Desember 2010
4. Halaman : hal.21-28
 Isi Jurnal :

Aromaterapi lavender mempunyai pengaruh terhadap pola tidur pada lansia dimensia. lansia
yang diberikan aromaterapi lavender memiliki peningkatan durasi tidur malam yang lebih
lama dari pada sebelum pemberian aromaterapi. Insomnia dapat diatasi dengan terapi
relaksasi, menurut Kaina (2006) aromaterapi merupakan slah satu terapi relaksasi yang dapat
digunakan untuk mengatasi insomnia, hal tersebut dikarenakan aroma wangi dari aromaterapi
memberikan efek rileks. Aromaterapi merupakan salah satu terapi pelengkap yang
menggunakan aroma wangi tumbuhtumbuhan yang digunakan untuk mengatasi insomnia,
terapi ini tidak memberikan efek menurunkan derajat insomnia seluruhnya. Aromaterapi
lavender dapat digunakan sebagai terapi pelengkap yang memberikan efek mengatasi
gangguan tidur pada lansia. Penggunaan aromaterapi sebagai terapi pelengkap harus diikuti
penggunaan terapi utama yang telah diberikan atau menggabungkan dengan terapi pelengkap
lainnya, sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan aromaterapi saja sebagai terapi.
2.6.3 PENGARUH TERAPI MUSIK GAMELAN TERHADAP PENURUNAN
INSOMNIA LANSIA DI MASYARAKAT
Judul jurnal : Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Penurunan Insomnia Lansia Di
Masyarakat
Nama Jurnal : Jurnal Jufdikes
Identitas Jurnal :
1. Penulis : Novita Wulansari, Tuti Anggarawati
2. Volume : Volume 4 Nomor 1
3. Tahun : Januari 2022
4. Halaman : hal.19-23
Isi Jurnal :
Terapi musik efektif dalam menurunkan derajat insomnia, hal tersebut didukung dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan terapi musik dalam
menurunkan insomnia lansia di Panti Werda Semarang. Musik mempunyai kekuatan untuk
mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami oleh tiap orang, karena saat musik
diaplikasikan menjadi terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara
kesehatan fisik, spiritual, emosional dari setiap individu.Musik adalah obat non-kimiawi yang
sangat menakjubkan. Pemberian terapi musik gamelan pada lansia di Padangsari ini sendiri
diberikan melalui audio. Pelaksanaan terapi sendiri selama 25 menit tiap sesinya. Lansia
sendiri didudukkan pada kursi dan duduk bersandar dengan rileks dan peneliti memberikan
pengarahan sebelum pelaksanaan terapi. Pelaksanaan terapi musik ini sendiri sudah sesuai
SOP yang ada. Hasil akhirnya adalah lansia dalam kelompok intervensi mengalami penurunan
derajat insomnia selama 2 bulan pelaksanaan terapi musik gamelan.
2.6.4 Peningkatan kualitas tidur lansia melalui terapi otot progresif
Judul jurnal : Peningkatan kualitas tidur lansia melalui Terapi Relaksasi Otot Progresif
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Identitas Jurnal :
1. Penulis : Eka Della Muharningsyah, Ananstasya Beatrick, Safira Firyaal, Ibrahasan Hulu, Karmila
2. Volume : Volume 3 Nomor 2
3. Tahun : Mei 2021
4. Halaman : Hal 359-366
Isi Jurnal :
Hasil penelitian menunjukan pengaruh terapi relaksasi otot progresif dalam meningkatkan
kualitas tidur baik sebelum diterapkan terapi pada lansia dengan insomnia dengan hasil kualitas
tidur sangat baik sebanyak 0 lansia, kualitas tidur cukup baik (insomnia ringan) 4 lansia, kualitas
tidur cukup buruk (insomnia berat) 19 lansia, dan kualitas tidur sangat buruk (insomnia sangat
berat) 2 lansia dari jumlah total keseluruhan lansia sebanyak 25 lansia. Pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan ( Kemala, dkk, 2020) mengatakan bahwa sebelum dilakukannya
tindakan terapi relaksasi otot mayoritas lansia mengalami kualitas baik 0 orang, kualitas
tidur sedang 12 orang dan kualitas tidur kurang berjumlah 61 orang dari 73 orang .
Berdasarkan hasil penelitian setelah tindakan intervensi pada lansia dengan insomnia
bahwa mayoritas kualitas tidur atau insomnia yaitu insomnia sangat baik (tidak ada keluhan
insomnia) 4 lansia , kualitas tidur cukup baik ( insomnia ringan) sebanyak 20 lansia ,
kualitas tidur cukup buruk (insomnia berat) 1 lansia , dan kualitas tidur sangat buruk sebanyak
(insomnia sangat berat) 0 lansia dari jumlah total keseluruhan lansia sebanyak 25 lansia .
Menurut nilai hasil total penelitian sebelumnya ( Kemala, dkk, 20 20) didapati hasil setelah
dilakukan tindakan mayoritas lansia yang mengalami kualitas tidur baik berjumlah 12
orang, kualitas tidur cukup berjumlah 59 orang, dan kualitas tidur kurang 0 orang dari 73 orang
penutup
3.1 KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Insomnia
merupakan suatu keadaan dimana seseorang sulit untuk tidur atau tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Penanganan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis dan non
farmakologis. Sedangkan penanganan non farmakologis termasuk penanganan yang
aman, efektif, dan tanpa efek samping seperti terapi komplementer yang termasuk
terapi pengobatan alamiah.
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan
menjadi 5 yaitu : (1) Biological based practice : Herbal, vitamin dan suplemen lain, (2)
Mind-body techniques : Meditasi, (3) Manipulative and body-based practice : Pijat
(massage), refleksi(4) Energy therapies : Terapi medan magnet, (5) Ancient medical
systems : Obat tradisional chinese,ayurvedic, akupuntur.

3.2 SARAN
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai