Latar Belakang
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh/baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Kelompok adalah suatu sistem sosial yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari.
Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, inteleransi, interdependensi dan
saling membagikan norma sosial yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Kelompok adalah
kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan
mempunyai norma yang sama (Keliat, 2005)
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan
persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik
diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga
semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK)
klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok yang lain.
B. Landasan Teori
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh/baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya:
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah,
urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I
Memberi rasa Mengalami ansietas, kesepian, rasa Tersenyum, tertawa
nyaman tingkat bersalah dan ketakutan. sendiri
ansietas sedang Mencoba berfokus pada pikiran Menggerakkan bibir
secara umum, yang dapat menghilangkan ansietas tanpa suara
halusinasi merupakan Pikiran dan pengalaman sensori Pergerakkan mata yang
suatu kesenangan masih ada dalam kontol kesadaran, cepat
nonpsikotik. Respon verbal yang
lambat
Diam dan berkonsentrasi
Tahap II Pengalaman sensori menakutkan Terjadi peningkatan
Menyalahkan Merasa dilecehkan oleh denyut jantung,
Tingkat kecemasan pengalaman sensori tersebut pernafasan dan tekanan
berat secara umum Mulai merasa kehilangan kontrol darah
halusinasi Menarik diri dari orang lain non Perhatian dengan
menyebabkan psikotik. lingkungan berkurang
perasaan antipati Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori kerja
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Tahap III
Mengontrol Klien menyerah dan menerima Perintah halusinasi
Tingkat kecemasan pengalaman sensori (halusinasi). ditaati.
berat Isi halusinasi menjadi atraktif. Sulit berhubungan
Pengalaman Kesepian bila pengalaman sensori dengan orang lain.
halusinasi tidak dapat berakhir psikotik. Perhatian terhadap
ditolak lagi lingkungan berkurang
hanya beberapa detik.
Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat
Tahap IV
Klien sudah dikuasai Pengalaman sensori mungkin Perilaku panik.
oleh Halusinasi. menakutkan jika individu tidak Resiko tinggi
Klien panik. mengikuti perintah halusinasi, bisa mencederai.
berlangsung dalam beberapa jam Agitasi.
atau hari apabila tidak ada Tidak mampu berespon
intervensi terapeutik. terhadap lingkungan.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah 30 menit klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, diharapkan klien mampu magontrol
halusinasinya dengan cara menghardik.
b. Tujuan Khusus
Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
Klien mengetahui bagaimana mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Klien dapat memahami dan memperagakan cara menghardik halusinasi