Oleh Kelompok 7
Anggota :
Ahmad Riady Ramlan
Adan Arya Mangirian
Afifah Mar’atus Sholihah
Awanag Dharma Eriscya
Bayu Putra P
Cici Susanti
Dina Triani
Dwi Sulistyaningsih
Fitri Lailatul Hasanah
Ibnu Fajar
Mellyka Riana Norjali
Nadhila Raniati
Nurmalasari Ekasaputri
Rahmadita
Khaira Nur Agustya
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Mubarak, 2011). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Lanjut usia merupakan proses
alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan fungsi
dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan daya kemampuan untuk hidup serta keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). Salah satu
kegagalan berkaitan dengan fungsi penurunan daya kemampuan pada lansia adalah
penurunan fungsi kognitif yaitu demensia. Demensia merupakan sindrom yang ditandai
oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi
kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi (Arif Mansjoer, 2010). Saat ini kasus demensia telahmelonjak tajam
dengan semakin besarnya ju mlah lansia di Indonesia. Bahkan demensia diperkirakan
akan melonjak dalam beberapa dekade mendatang, menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO). Hingga kini saja terdapat 35,6 juta orang yang hidup dengan demensia
pada 2010. Angka itu berpotensi meningkat hingga dua kali lipat menjadi 65,7 juta pada
2030 (menurut WHO di Swiss). Pada tahun 2050, kasus dimensia bisa meningkat tiga
kali lipat hingga mencapai 115,4 juta (menurut WHO di Swiss). Saat ini jumlah
penyandang dimensia di Indonesia hampir satu juta orang. Sebagian besar demensia tipe
Alzheimer yang gejala dirinya berupa pelupa dan kesulitan visuopasial sering
terlewatkan sehingga sulit mengetahui waktu pasti muncul penyakit. Biasanya
penyandang dibawa ke rumah sakit (RS) atau Dokter karena penyakit lain seperti;
stroke, dieabetes, hipertensi atau kolesterol. Dan ketika diperiksa dokter baru
mengetahui bahwa itu adalah proses dimensia. Angka kejadian Dimensia di Asia Afrika
adalah 4,3 juta pertahun yang akan meningkat menjadi 19,7 juta per tahn pada tahun
2050. Artinya, laju demensia adalah 1 kasus baru setiap 7 detik menurut penelitian
Graff.
Salah satu cara untuk mengoptimalakn fungsi kognitif lansia adalah dengan
menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu bentuk psikoterapi
suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual,
kreati, dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan
derajat kesejahteraan fisik dan mental pasien. Terapi okupasi bertujuan
mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan
kompensasi / adaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu
melalui pelatihan, remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi meningkatkan
kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang kinerja berikut; aktivitas hidup
sehari-hari (misalnya makan, mandi, minum, toileting, mobilisasi fungsional) dan
kegiatan instrumental hidup sehari- hari. Aktivitas kelompok adalah kumpulan
individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain saling terkait
dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama. Therapy Aktivitas Kelompok
(TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien dengan maksud memberi
therapy bagi anggotanya. Salah satu TAK adalah terapi okupasi yang merupakan
usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan tertentu, bagian dari
rehabilitas medis sehingga pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan
ini sebagai suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal
hidup. Salah satu terapi okupasi adalah membuat kerajinan tangan yang bertujuan
untuk meningkatkan minat lansia pada rekreasi atau kreativitas.
Lampiran
A. Konsep Lansia
Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis
(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung,
sedangkan biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang
berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari
keadaan jaringan tubuhnya. Lanjut usia merupakan proses alamiah dan
berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktural dan fungsi
secara normal, ketahanan terhadap cedera, termaksud infeksi (Mubarak, 2010).
Menurut WHO dalam Setiabudhi (2005), usia lanjut meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun
2. Usi lanjut (elderly), kelompok usia 60-70 tahun
3. Usia lanjut tua (very old), kelompok usia diatas 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Depertemen Kesehatan RI (2006)
memberikan batasan lansia sebagai berikut:
1. Virilitas (prasenium): Masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
2. Usia lanjut dini (senescen): Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun).
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif: usia
di atas 65 tahun (Fatmah, 2010).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan, Mubarak (2010);
1. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari,
3. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat Akibat
perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus-menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan
bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan-kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung
dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan
ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan
masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial
(Goldstein, 1992).
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri- ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. Penarikan diri ke dalam dunia
fantasi Selalu mengingat kembali masa lalu Selalu khawatir karena
pengangguran, Kurang ada motivasi, Rasa kesendirian karena hubungan dengan
keluarga kurang baik, dan Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu
dengan yang lain saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama
(Stuart & Sundeen, 1998) Aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain saling terkait dan
dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama. Therapy Aktivitas
Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien
dengan maksud memberi therapy bagi anggotanya. Dimana berkesempatan
untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon social. Therapy
Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi sejumlah klien
dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong klien dalam
berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan,
berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman
dalam kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK):
orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada
klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
a. Mengembangkan stimulasi persepsi
b. Mengembangkan stimulasi sensoris
c. Mengembangkan orientasi realitas
d. Mengembangkan sosialisasi
3. Prinsip-prinsip Memilih Peserta Terapi Aktivitas Kelompok
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah
homogenitas, yang dijabarkan antara lain:
a. Gejala sama
Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk
pasien halusinasi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok
memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi, kerjasama
ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik tersebut
akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama,
sehingga mereka dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.
b. Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil
kategorisasi. Pasien yang dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok
adalah pasien akut skor rendah sampai pasien tahap promotion. Bila dalam
satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi
akan lebih mudah tercapai.
c. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan
gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada
perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
d. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar
pasien.
e. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan
terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu
sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.
4. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia
a. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain
b. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain
serta merubah perilaku yang destrkutif dan maladaptive
c. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu
satu sama lain unutk menemukan cara menyelesaikan masalah
5. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia
a. Stimulasi Sensori (Musik) Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan
perhatian, baik bagi para pendengar yang mendengarkan maupun bagi
pemusik yang menggubahnya. Kualitas dari musik yang memiliki andil
terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada
struktur dan urutan matematis yang dimiliki, yang mampu menuju pada
ketidakberesan dalam kehidupan seseorang.
Peran sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti
menyanyi, dapat menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan
tubuh, pikiran, dan roh.
Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di
mana individu telah mengesampingkan kepentingannya demi
kepentingan kelompok.
b. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini maka diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan :
seperti baca majalah, menonton acara televisi ; stimulus dari pengalaman
masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang mal adaptif atau
destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
c. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu,
dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu,
tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
d. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
6. Nilai Terapeutik Dari Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pembinaan harapan
b. Penyebaran informasi
c. Kelompok sebagai keluarga
d. Sosialisasi
e. Belajar berhubungan dengan pribadi lain
f. Kohesivitas
g. Katarsis dan Peniruan perilaku
C. Terapi Okupasi
1. Pengertian Terapi Okupasi
Pengertian terapi okupasi sangat banyak, antara lain sebagai berikut:
Occupation : kesibukan / pekerjaan. Terapi okupasi adalah usaha
penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan tertentu. Terapi okupasi
adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitas medis. Penekanan terapi ini adalah sebagai pada sensomotorik
dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan
mengnibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan
pemeliharaan kamampuan anak. Dengan memperhatikan asset (kemampuan)
dan Emitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Terapi okupasi adalah prilaku atau kegiatan-kegiatan individu yang
akan dilakukan pada area kerja, perawatan diri dan rekreasi. Terapi okupasi
adalah suatu aktifitas-aktifitas yang secara disadari dapat dilihat,
direncanakan dan menyenangkan.
Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah ditentukan
dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlian yang dibutuhkan
dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Prinsip : Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai
suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.
A. Peserta
1. Karakteristik/criteria
a. Peserta dapat diajak bekerjasama
b. Pasien dapat berkonsentrasi.
2. Proses seleksi
a. Pengkajian oleh mahasiswa
b. Peserta tidak disorientasi
c. Kooperatif dan dapat memahami pesan yang diberikan
d. Mengadakan kontrak dengan klien
3. Pengorganisasian
a. Waktu
Hari/tanggal : selasa/ 31/1/23
b. Tim Terapis
Setting : Peserta dan terapis duduk bersama dan keadaan ruangan tenang
Tim terapis dan uraian tugas
Leader: Awang Dharma Eriscya
Menyusun rencana TAK
Mengarahkan peserta sesuai tujuan
Memfasilitasi peserta untuk mengekpresikan perasaan,
pendapatan dan memberikan upan balik
Role play
d. Alat
Manik manik
Nilon
gunting
Mp3 music
e. Setting Tempat
PK
Keterangan :
= Leader `
= Observer = Klien
= Co Leader
PA = Pembimbing Akademik PK = Pembimbing Klinik
= Fasilitator
persiapan :
1. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. mengumpulkan informasi mengenai riwayat dan pengalaman
3. pekerjaan pasien, pola hidup sehari-hari, minat, dan kebutuhannya
4. analisa tampilan pekerjaan seperti kemampuan untuk
5. melaksanakan aktivitas dalam kehidupan keseharian, yang
meliputi aktivitas dasar hidup sehari-hari, pendidikan, bekerja,
6. bermain, mengisi waktu luang, dan partisipasi sosial
Orientasi :
a. Salam tarapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan terapi
2. Menjelaskan aturan main berikut
3. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
4. Lama kegiatan ± 30menit.
5. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d. Tahap Kerja
e. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti terapi okupasi
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien membuat keterampilan seperti yang telah diajarkan
2) Kontrak yang akan datang
3) Buat kesepakatan baru untuk kegiatan berikutnya
Tahap evaluasi dan dokumentasi
Menjelaskan
perasaannya
5. Menjelaskan tujuan dari
terapi kelompok Memperhatikan
6. Kontrak waktu dengan lansia
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara Memperhatikan
pelaksanaan terapi membuat
kerajinan tangan kepada
lansia
2. Memberikan kesempatan Bertanya
kepada lansia untuk bertanya
jika belum jelas Antusias saat
3. Membagikan benang serta menerima
manik manik ke lansia peralatan
4. Fasilitator mendampingi dan Memulai untuk
memberikan motivasi kepada melem kain
lansia
5. Menanyakan kepada lansia
apakah telah selesai membuat Menjawab
gelang pertanyaan
6. Memberitahu lansia bahwa
waktu yang diberikan telah
selesai
7. Memberikan pujian terhadap
lansia yang mampu Mendengarkan
3. 5 menit Evaluasi :
1. Menanyakan bagaimana Menceritakan
perasaan lansia setelah
mengikuti kegiatan
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan Memperhatikan
pujian kepada seluruh lansia Gembira
yang telah mengikuti program
terapi
kelompok Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih
kepada lansia dan
pemberian hadiah berupa
konsumsi(makanan)
3. Menutup acara
Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Diharapkan peserta duduk sesuai dengan posisi
b. Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Leader menjelaskan aturan jalannya kegiatan dengan jelas
c. Fasilitator menempatkan diri ditengah-tengah peserta
d. Observer menempatkan diri ditempat yang memungkinkan untuk
dapat mengawasi jalannya kegiatan
e. Audiens dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok diharapkan : Jika semua peserta (100 %) dapat
membuat kreatifitas gelang dari manik-manik dengan benar, rapi dan menarik diberi nilai
100.
No Nama Klien Klien dapat Klien dapat Klien dapat Klien dapat
memperkenal memperhatikan/ menebak mengikuti TAK
kan diri berkonsentrasi gambar dari awal
dalam bermain sampai akhir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
.
Azwar, Saifudin, Drs. 2003. Dasar-dasar psikometri. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Azwar, Saifuddin, Drs. 2004. Dasar-dasar Psikometri. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Budiono MA, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdiknas. Direktorat Pembinaan 2007. Pedoman
Pembelajaran Bidang Pengembangan kreativitas lansia : Jakarta