Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Cendikia Muda

Volume 1, Nomor 3, September 2021


ISSN : 2807-3469

PENGARUH PENERAPAN AKTIVITAS MANDIRI : KEBERSIHAN DIRI


TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG
KUTILANG RSJ DAERAH PROVINSI LAMPUNG

THE INFLUENCE OF INDEPENDENT ACTIVITIES IMPLEMENTATION:


PERSONAL CLEANLINESS ON THE INDEPENDENCE OF SELF-CARE DEFICIT
PATIENTS IN THE KUTILANG ROOM, LAMPUNG PROVINCE

Bella Indriani1, NuryLutfiatil Fitri2, Indhit Tri Utami3


1,2,3
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro
Email: bellaindriani009@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia mengalami kenaikan.
Gangguan Jiwa secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan fungsi
kehidupan yang tejadi pada gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Tujuan: Penerapan ini untuk
mengetahui pengaruh penerapan aktivitas mandiri : kebersihan diri terhadap kemandirian pasien defisit
perawatan diri. Metode: menggunakan desain studi kasus. Hasil: rerata presentase kemampuan
perawatan diri sebelum sebelum penerapan aktivitas kemandirian perawatan diri sebesar 54,8 %. Dan
setelah penerapan aktivitas kemandirian perawatan diri terjadi peningkatan yaitu pada hari pertama 77,6
%, pada hari ke-2 90,8 % dan pada hari ke-3 menjadi 98,6 %. Kesimpulan: Hasil penerapan
menunjukkan adanya peningkatan kemandirian pasien dalam melakukan kebersihan diri.

Kata kunci: Defisit perawatan diri, gangguan jiwa, kemandirian

ABSTRACK

Background : The prevalence of severe mental disorders in the Indonesian population has increased.
Mental disorders are clinically significant related to distress or suffering and cause disturbances in one
or more functions of human life. One of the disorders of life function that occurs in mental disorders is
a self-care deficit. Purpose: This application is to determine the effect of implementing independent
activities: personal hygiene on the independence of patients with self-care deficits. Methods: using a
case study design. Results: the average percentage of self-care abilities before the implementation of
self-care independence activities was 54.8%. And after the implementation of self-care independence
activities there was an increase, namely on the first day 77.6%, on the second day 90.8% and on the
third day it became 98.6%. Conclusion: The results of the application showed an increase in the
patient's independence in performing personal hygiene.

Keyword: Mental disorders, independence, self-care deficit, ,

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 382


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

PENDAHULUAN yang secara klinis bermakna yang


berhubungan dengan distress atau
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera penderitaan dan menimbulkan gangguan
yang meliputi fisik, mental, dan sosial pada satu atau lebih fungsi kehidupan
yang tidak hanya bebas dari penyakit manusia.Gangguan jiwa yang menjadi
atau kecacatan. Orang yang jiwanya salah satu masalah utama dinegara-
sehat adalah jika kondisi mental negara berkembang adalah skiofrenia2.
sejahtera dan kehidupannya harmonis,
produktif sebagai bagian yang utuh dari Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
kualitas hidup seseorang itu sendiri. mempengaruhi otak dan menyebabkan
Kesehatan Jasmani merupakan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,
komponen penting dalam arti sehat gerakan dan perilaku aneh dan
seutuhnya, berupa sosok manusia yang terganggu. Skizofrenia tidak dapat
berpenampilan kulit bersih, mata didefinisikan sebagai penyakit
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian tersendiri, melainkan diduga sebagai
rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak suatu sindrom atau proses penyakit yang
bau, selera makan baik, tidur nyenyak, mencakup banyak jenis dengan berbagai
gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh gejala. Skizofrenia sebagai penyakit
berjalan normal. Sedangkan Kesehatan neurologis yang memengaruhi persepsi
Spiritual atau Rohani merupakan pasien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan
komponen tambahan yang memiliki arti perilaku sosialnya, (Yosep, 2010).
penting dalam kehidupan sehari-hari Tanda yang muncul pada skizofrenia
masyarakat, setiap individu perlu antara lain adalah penurunan atau
mendapat pendidikan formal maupun ketidakmampuan berkomunikasi,
informal, kesempatan berlibur, gangguan realitas, afek tidak wajar atau
mendengar alunan lagu dan musik, tumpul, gangguan kognitif serta
siraman rohani dan lainnya agar terjadi mengalami kesukaran melakukan
keseimbangan jiwa yang dinamis dan aktivitas sehari-hari, (Hastuti&Rohmat,
tidak monoton, World Health 2018)3.
1
Organization (WHO, 2015) .
Berdasarkan data WHO (2016) dalam
Pada perundangan terdahulu, UU Maksum (2018), diperkirakan terdapat
Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
tentang Upaya Kesehatan Jiwa, orang terkena bipolar, 21 juta orang
memberikan batasan bahwa upaya terkena skizofrenia, dan 47,5 juta orang
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi terkena demensia. Diperkirakan
yang dapat menciptakan keadaan yang gangguan jiwa dari 13% penyakit secara
memungkinkan atau mengizinkan keseluruhan akan berkembang menjadi
perkembangan fisik, intelektual, dan 25% di tahun 2030, Kejadian tersebut
emosional yang optimal pada seseorang, akan memberikan peningkatan
serta perkembangan ini selaras dengan prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke
orang lain, (Yusuf, 2015).Gangguan tahun, (Sukma&Agustin, 2019)4.
Jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 383


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

Menurut Riskesdas (2018) pervalensi Defisit perawatan diri sangat


gangguan jiwa berat pada penduduk berpengaruh bagi kesehatan fisik,
indonesia mengalami kenaikan menjadi seseorang dapat mengalami banyak
1,8 per mil dari nilai sebelumnya tahun gangguan kesehatan yang akan
2018 adalah 1,7 per mil. Gangguan jiwa dideritanya karena tidak terpeliharanya
banyak terjadi dibeberapa provinsi yaitu, kebersihan perorangan dengan baik,
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, gangguan fisik yang terjadi adalah
Sumatera Utara dan Banten. gangguan integritas kulit, gangguan
Kabupaten/kota yang memiliki membran mukosa mulut, infeksi pada
penduduk dengan gangguan jiwa mata dan telinga, serta gangguan fisik
terbanyak adalah Bogor 23.998 dan lainnya7.
Bandung 15.2945.
Defisit perawatan diri adalah suatu
Berdasarkan informasi yang penulis keadaan seseorang mengalami kelainan
dapatkan dari RSJ Daerah Provinsi dalam kemampuan untuk melakukan
Lampung khususnya Ruang Kutilang atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sejak bulan Agustus 2019 sampai sehari-hari secara mandiri.Tidak ada
Februari tahun 2020, dijelaskan bahwa keinginan untuk mandi secara teratur,
jumlah presentase pasien dengan tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
masalah gangguan jiwa yang paling bau badan, bau nafas, dan penampilan
utama terjadi adalah masalah gangguan tidak rapi, (Yusuf, 2015). Sedangkan
sensori persepsi:halusinasi dengan Fitria (2012) menyatakan bahwa defisit
presentase sebanyak 35%, defisit perawatan diri adalah suatu keadaan
perawatan diri sebanyak 30%, harga diri seseorang yang mempunyai kelemahan
rendah sebanyak 16%, isolasi sosial kemampuan dalam melakukan atau
sebanyak 10%, dan pada pasien dengan melengkapi aktivitas perawatan diri
resiko perilaku kekerasan sebanyak 9%6. secara mandiri (hygiene), berpakaian
atau berhias,makan, dan BAB atau BAK
Dalam keperawatan jiwa ada 5 diagnosa (toileting)8.
utama untuk gangguan jiwa atau
skizofrenia yaitu resiko perilaku Dari uraian diatas dijelaskan bahwa
kekerasan, gangguan sensori persepsi: defisit perawatan diri sangat
halusinasi, defisit perawatan diri, isolasi berpengaruh bagi kesehatan fisik,
sosial, dan harga diri rendah. Yusuf seseorang dapat mengalami banyak
(2015) menyatakan bahwa defisit gangguan kesehatan yang akan
perawatan diri merupakan salah satu dideritanya karena tidak terpeliharanya
masalah utama yang timbul pada klien kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan jiwa, pasien gangguan jiwa gangguan fisik yang terjadi adalah
kronis sering mengalami gangguan integritas kulit, gangguan
ketidakpedulian merawat diri, keadaan membran mukosa mulut, infeksi pada
ini merupakan gejala perilaku negatif mata dan telinga, serta gangguan fisik
dan menyebabkan klien dikucilkan baik lainnya. Oleh sebab itu penulis tertarik
dalam keluarga maupun masyarakat. untuk memilih melakukan penelitian

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 384


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

karya ilmiah pada pasien defisit terhadap suatu perlakuan atau


perawatan diri untuk membantu pemaparan tertentu. Pada karya tulis
meningkatkan kemandirian pasien ilmiah ini penulis ingin melakukan
dengan menerapkan strategi pelaksanaan penerapan aktivitas mandiri : kebersihan
terkhusus pada kebersihan diri SP 1 diri terhadap kemandirian pasien defisit
yaitu mandi, keramas, gosok gigi, ganti perawatan diri.
pakaian, dan potong kuku agar pasien
dengan masalah defisit perawatan diri HASIL
dapat berkurang angka kejadiannya9.
Tabel 1.Gambaran Subyek Penerapan
Berdasarkan penjelasan diatas penulis Data Keterangan
mengambil judul Pengaruh Penerapan
Aktivitas Mandiri : Kebersihan Diri Nama Tn. R
Usia 30 Tahun
Terhadap Kemandirian Pasien Defisit
Jenis Kelamin Laki – Laki
Perawatan Diri di RSJDaerah Provinsi Agama Islam
Lampung. Perumusan masalah pada Suku/Bahasa Jawa/Indonesia
Karya Tulis Ilmiah ini adalah Pendidikan SMP
“Bagaimanakah Pengaruh Penerapan Pekerjaan Petani
Tanggal 12 juli 2020
Aktivitas Mandiri : Kebersihan Diri Masuk RS
Terhadap Kemandirian Pasien Defisit Gambaran 5x (pada tahun 2010,
Perawatan Diri Sebelum Dan Setelah frekuensi 2014, 2016, 2019, dan
Dilakukan Penerapan Diruang Kutilang subyek masuk 2020)
RS
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Riwayat Tidak Ada
Lampung Tahun 2020.?” Keluarga
ODGJ
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah Alasan masuk Klien masuk ke RSJD
ini adalah untuk mengetahui Pengaruh RS Provinsi Lampung
karena mengamuk saat
Penerapan Aktivitas Mandiri :
dirumah. Klien
Kebersihan Diri Terhadap Kemandirian mengatakan saat
Pasien Defisit Perawatan Diri Diruang dirumah ia lebih suka
Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah menyendiri, ketika
klien menyendiri ia
Provinsi Lampung Tahun 202010.
sering mendengar suara
yang tidak jelas dan
METODE klien malas merawat
dirinya seperti mandi,
Desain karya tulis ilmiah ini gosok gigi, memotong
menggunakan desain studi kasus kuku, dll.
(casestudy). Unit yang menjadi kasus Faktor Merasa kurang
Predisposisi diperhatikan dan
tersebut secara mendalam dianalisis dipedulikan oleh
baik dari segi yang berhubungan dengan keluarganya.
keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor Faktor Klien mengalami putus
yang mempengaruhi, kejadian khusus Presipitasi obat
Data yang Klien tidak rapi, badan
yang mucul sehubungan dengan kasus
didapat klien berdaki, jenggot
maupun tindakan dan reaksi kasus

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 385


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

dan kumis klien dalam kemampuan untuk melakukan


panjang, kuku klien atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
panjang dan kotor, gigi
klien kuning.
sehari-hari secara mandiri.Tidak ada
Pemeriksaan TD : 120/90 mmhg, N: keinginan untuk mandi secara teratur,
fisik TTV 80x/mnt, RR: 18x/mnt, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
S: 36,20C bau badan, bau nafas, dan penampilan
tidak rapi, (Yusuf, 2015). Sedangkan
Fitria (2012) menyatakan bahwa defisit
Tabel 2. Presentase Kemampuan perawatan diri adalah suatu keadaan
Perawatan Diri Sebelum Dan Sesudah seseorang yang mempunyai kelemahan
Penerapan Aktivitas Mandiri:
Kebersihan Diri kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri
Penilaian Sebelum Sesudah secara mandiri (hygiene), berpakaian
Kemampuan Hari ke atau berhias,makan, dan BAB atau BAK
1 2 3 (toileting).
Presentase 80 99
50% 70%
mandi % % Menurut Satrio, dkk (2015) Jenis
Presentase 97 100
50% 77% kelamin merupakan salah satu aspek
gosok gigi % %
Presentase 93 99 sosial budaya dari faktor predisposisi
52% 80%
Keramas % % dan faktor presipitasi terjadinya
Presentase 96 98 gangguan jiwa. Berdasarkan hasil
Ganti 60% 82% % %
penelitian keseluruhan pasien berjenis
pakaian
Presentase 88 97 kelamin laki-laki sebanyak 15 orang
62% 79% pasien.Hal ini sesuai dengan penelitian
potong kuku % %
Rerata Hastuti & Rohmat (2018) yang
presentase menyatakan laki-laki lebih beresiko
77,6 90, 98,
kemampuan 54,8 %
% 8% 6% menderita skizofrenia dibandingkan
perawatan
diri perempuan.Mekanisme koping yang
dilakukan laki-laki dan perempuan pun
berbeda dalam memecahkan
Tabel 2 menunjukan bahwa rerata masalah.Begitu juga dalam melakukan
presentase kemampuan perawatan diri kebersihan diri.Perempuan cenderung
sebelum sebelum penerapan aktivitas lebih peduli dengan citra tubuhnya
kemandirian perawatan diri sebesar 54,8 karena pada dasaranya perempuan
%. Dan setelah penerapan aktivitas
cenderung ingin terlihat cantik dan
kemandirian perawatan diri terjadi sempurna dihadapan lawan jenis.Hal ini
peningkatan yaitu pada hari pertama bisa mempengaruhi hygiene perempuan
77,6 %, pada hari ke-2 90,8 % dan pada lebih baik daripada hygiene laki-laki
hari ke-3 menjadi 98,6 %. (Laili, 2014).Sesuai dengan pernyataan
PEMBAHASAN diatas sehingga jenis kelamin subyek
sangat mempengaruhi defisit perawatan
Defisit perawatan diri adalah suatu diri yang terjadi karena subjek berjenis
keadaan seseorang mengalami kelainan kelamin laki-laki.

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 386


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

Menurut Yessica ( 2008 dalam Hastuti intelektualitas, kepribadian, moralitas,


& Rohmat, 2018) pengetahuan pasien pengalaman masa lalu, koping dan
tentang penyakitnya sangat penting, keterampilan komunikasi secara
pendidikan dalam pelaksanaan jadwal verbal.Pada subyek (Tn. R) yang
berhubungan dengan pengetahuan menyebabkan terjadinya defisit
responden tentang perawatan diri dan perawatan diri yaitu koping individu
kemampuan baca tulis. Pendidikan yang tidak efektif yang didukung dari
secara tidak langsung telah membawa kurangnya hubungan antara orangtua
individu kepada suatu bentuk usaha dari dan anak yang kurang memperhatikan
lingkungan keluarganya ke dalam serta kurang peduli dengan Tn. R
kelompok teman sebayanya sehingga sehingga subyek (Tn.R) mengalami
terlihat adanya kecenderungan bahwa isolasi sosial yang dapat mengakibatkan
semakin tinggi tingkat pendidikan defisit perawatan diri. Pemicu terjadinya
seseorang semakin tinggi kemandirian defisit perawatan diri dapat diakibatkan
seseorang.Laili (2014) menyatakan oleh toleransi terhadap frustasi yang
bahwa pengetahuan tentang hygiene rendah sehingga subyek (Tn. R) tidak
akan mempengaruhi praktik hygiene dapat mengontrol dirinya dari masalah
seseorang, permasalahan yang sering stress yang dialami klien, yang
terjadi pada pasien adalah ketiadaan mengakibatkan motivasi klien untuk
motivasi karena kurangnya beraktivitas menjadi berkurang dan
pengetahuan.Pada subjek Tn. R subyek tidak melakukan perawatan
didapatkan data bahwa pendidikan dirinya, serta koping individu yang tidak
terakhirnya adalah SMP. efektif.

Hasil kemampuan perawatan kebersihan Potter dan Perry(2005 dalam Satrio,


diri sebelum dilakukan penerapan 2015) mengemukakan faktor – faktor
aktivitas mandiri pada subjek (Tn. R) yang mempengaruhi praktik hygiene
masih rendah dengan presentase (50%). seseorang adalah citra tubuh, praktek
Hasil kemampuan perawatan kebersihan sosial, status sosial ekonomi, pendidikan
diri sesudah dilakukan penerapan yang rendah, pengetahuan, kultur
aktivitas mandiri (mandi, keramas, budaya, motivasi kurang dan kondisi
gosok gigi, ganti pakaian, dan potong fisik yang lemah. Subyek Tn. R
kuku) pada subjek (Tn. R) selama 3 hari mengalami defisit perawatan diri yang
mengalami peningkatan kemampuan diakibatkan karena menurunnya
yang signifikan dengan presentase pada motivasi yang dirasakan oleh Tn. R. Hal
hari pertama (82%), pada hari kedua ini sesuai dengan pernyataaan yang
(97%), dan dihari ketiga (98%). dikemukakan oleh Satrio, dkk(2015)
bahwa setiap orang memiliki keinginan
Beberapa faktor predisposisi yang dan pilihan tentang waktu untuk mandi,
dialami oleh klien antara lain psikologis bercukur, dan melakukan perawatan
dan sosial budaya. Stuart (2009 dalam rambut sesuai dengan kebutuhan. Jika
Satrio, 2015) menyatakan bahwa orang tersebut tidak memiliki motivasi,
psikologis meliputi konsep diri, maka dia tidak mampu menentukan

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 387


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

pilihan, hal ini akan mempengaruhi sehingga menyebabkan terjadinya defisit


terpenuhinya kebutuhan perawatan diri. perawatan diri pada subjek (Tn. R).

Faktor presipitasi adalah gejala pencetus KESIMPULAN


yang menyebabkan hal tersebut terjadi,
antara lain adalah faktor kesehatan, Berdasarkan uraian hasil penerapan di
lingkungan, sikap dan perilaku individu atas maka dapat diambil kesimpulan
(Stuart & Laraia, 2005 dalam Stuart, sebagai berikut:
2009 dalam Satrio, 2015). Yang 1. Berdasarkan karakteristik dapat
merupakan faktor presipitasi pada Tn. R diuraikan subjek (Tn. R) berusia 30
adalah lingkungan dan perilaku individu. tahun, jenis kelamin laki-laki,
Keliat (1996 dalam Muhith, 2015) pekerjaan petani.
menyatakan bahwa dalam lingkungan 2. Rerata presentase kemampuan
biasanya terjadi keributan, kehilangan perawatan diri sebelum sebelum
objek yang berharga, dan konflik penerapan aktivitas kemandirian
interaksi sosial. Pada subjek (Tn. R) perawatan diri sebesar 54,8 %.
didapatkan data bahwa subjek pernah di 3. Rerata presentase kemampuan
rawat di rumah sakit jiwa sebelumnya perawatan diri setelah penerapan
dan putus obat. Hal tersebut aktivitas kemandirian perawatan diri
menunjukkan bahwa lingkungan subjek terjadi peningkatan yaitu pada hari
(Tn. R) kurang perduli terhadap pertama 77,6 %, pada hari ke-2 90,8
perkembangan subjek sehingga tidak % dan pada hari ke-3 menjadi 98,6
ada pengontrolan dan penjagaan supaya %.
subjek tetap sehat dan tidak kambuh.

Pada faktor presipitasi subjek (Tn. R) DAFTAR PUSTAKA


adalah masalah pada sikap individu 1. Yusuf, A.H., Fitryasari, R. &
dalam menghadapi stressornya.Hal ini Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar
sesuai dengan pernyataan Stuart(2009 Keperawatan Jiwa. Jakarta:
dalam Satrio, 2015) bahwa salah satu Salemba Medika.
pencetus skizofrenia adalah perilaku 2. Yoseph,Iyus & Titin Sutini, (2016).
individu. Pada subjek (Tn. R) tidak Buku AjarKeperawatan Jiwa Dan
adanya pengontrolan dan penjagaan Advance Mental Health Nursing.
kesehatan individu secara mandiri, yang Bandung : PT Refika Aditama.
dipengaruhi dari lingkungan sekitar dan 3. Hastuti,Rohmat. 2018. Pengaruh
keluarganya yang kurang Pelaksanaan Jadwal Harian
memperhatikan serta memperdulikan Perawatan Diri Terhadap Tingkat
subyek (Tn. R) sehingga subjek (Tn. R) Kemandirian Merawat Diri Pada
mengalami putus obat. Sikap tersebut Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm
termasuk dalam faktor presipitasi bagian Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
sikap perilaku yang didasari subjek GASTER Vol. XVI No. 2.
4. Sukma,Agustin. 2019. Study Kasus
Penerapan Tindakan Kebersihan

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 388


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021

Diri Pada Klien Gangguan Jiwa 8. Laili, D. N., Rochmawati, D. H. &


Dengan Diagnosa Keperawatan Targunawan. (2014). Pengaruh
Defisit Perawatan Diri Di Aktivitas Mandiri: Personal
PuskesmasPejagoan. Stikes Hygiene Terhadap Kemandirian
muhammadiyah gombong. Pasien Defisit Perawatan Diri Pada
5. Rikesdas.(2018). Badan Penelitian Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal
Dan Pengembangan Keperawatan dan Kebidanan.Vol. 3
Kesehatan.Jakarta : Depkes RI.RM No. 1.
RSJD Provinsi Lampung 2020. 9. Keliat, B. A. (2015). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta
6. Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar : EGC.
dan Aplikasi Penulisan Laporan 10. Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
Pendahuluan dan Strategi Keperawatan Jiwa Teori Dan
Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Aplikasi.Yogyakarta : CV. Penerbit
Salemba Medika. Andi Offset.
7. Satrio, dkk.(2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa.Lampung.

Indriani, Pengaruh Penerapan Aktivitas… 389

Anda mungkin juga menyukai