Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Syarat utama berkehidupan dalam bermasyarakat adalah sehat fisik

maupun sehat jiwa merupakan modal utama kita untuk berhubungan ataupun

berinteraksi dengan orang lain di masyarakat. Menurut UU No18 tahun 2014

pengertian sehat jiwa adalah kondisi seseorang yang mampu berkembang secara fisik,

mental, spiitual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat berkerja secara produktif dan mampu

memberikan kontribusi terhadap komunitasnya.kita tidak bisa bermasyarakat

denganbaik,jika kita mengalami gangguan jiwa. Sedangkan menurut Yosep

(2007) ada atau tidaknya gangguan jiwa tidak mencerminkan kesehatan jiwa,

melainkan ada atau tidaknya berbagai karakteristik yang positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan

kedewasaan kepribadianya.

Menurut WHO tahun 2013 kondisi dimana kejiwaan dan gangguan

perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan termasuk didalamnya

gangguan yang di sebabkan oleh tingginya beban dari penyakit seperti depresi ,

gangguan afektif bipolar, skizofrenia,gangguan kecemasan, penyalah gunaaan zat,

retardasi mental gangguan perkembangan yang pada umumnya terjadi pada masa

kanak kanak ,dewasa dan autismen ini merupakan istilah gangguan jiwa. dan

untuk menangani gangguan jiwa yang di alami oleh klien di perlukan keperawatan

jiwa. Menurut American Nurses Association (ANA) area khusus dalam praktek

keperawawtan yang meng gunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar

menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam

menigkatkan ,mempertahankan,serta memulihkan keadaan mental klien dan kesehatan

1
mental masyarakat dimana klien berada ,ini merupakan pengertian keperawatan

jiwa (Kusumawati & Hartono,2010).

Menurut WHO (2013) Angka kejadian di dunia lebih dari 450 juta jiwa

orang dewasa secara global mengalami ganguan jiwa, dari jumlah itu hanya

kurang dari separuh yang bisa mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.terdapat

sekitar 10 % orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan ironisnya

terdapat 25 % penduduk dunia akan mengalami gangguan jiwa selama

hidupnya.saat ini gangguan jiwa telah mencapai 13 % dari keselurunhan penyakit

yang terjadi di dunia dan di perkirakan akan menjadi lebih besar yaitu 15% dari

keseluruhan penyakit didunia pada tahun 2030.

Angka kejadian penderita gangguan jiwa indonesia tercatat sebagai berikut

gangguan jiwa berat di indonesia 1,7 per mill. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI

Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.Proporsi RT yang pernah

memasung ART gangguan jiwa berat 14,3% dan terbanyak penduduk yang mengalami

pemasungan yaitu di daerah pedesaan sebesar (18,2%).Serta pada kelompok

kuintil indek kepemilikan terbawah (19,5%) angka prevalensi gangguan mental

emosional di indonesia sebesar 6% dan daerah yang mengalami gangguan mental

emosional tertenggi di indonesia adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,Jawa

Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.(KemenkesRI,2013).

Salah satu gejala gangguan jiwa berat adalah skizofrenia, skizofrenia

adalah penyakit neurologis yang akan berdampak mempengaruhi persepsi

klien,cara berfikir, bahasa, emosi dan prilaku sosialnya (Yosep,2010) . Menurut

Hawani (2016) skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana penderita tadak dapat

menghadirkan realita (Reality Testing Ability/RTA) dengan benar dan pemahaman

diri sendiri (self insight) yang buruk. Gejala positif meliputii waham, halusinasi,

gaduh gelisah, menganggap dirinya besar, pikiran penuh kecurigaan dan gejala

negatif meliputi sulit memahami pembicaraan, menarik diri atau mengasingkan

2
diri,afek tumpul, sulit berfikir abstrak, pola pikir stereotif, pasif. Menurut hasil

penelitian Rachmawati, tahun (2015) kelompok klien dengan diagnosa skizofrenia

berada pada usia dewasa dan kelompok klien dengan diagnosa Regradasi Mental

berada pada usia remaja. Studi epidemiologi faktor yang mempengaruhi

perkembangan janin terhadap resiko skizofrenia seperti infeksi ibu, kekurangan

makanan, dan kehamilan dan kelahiran komplikasi telah berulang kali terlibat, dan

juga faktor lingkungan yang lebih umum yang beragam seperti tempat perkotaan

lahir, peristiwa kehidupan yang penuh stres dan perang atau bencana alam

merukan faktor peningkatan terjadnya skizofrenia (Pikalov,dkk. 2014 )

Salah satu gejala negatif skozofrenia adalah isolasi sosial :menarik

diri ,isolasi sosial : menarik di ri adalah suatu keadaan diamana seorang individu

terjadi penurunan interaksi atau bahkan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain di

sekitarnya .klien mungkin merasa ditolak ,tidak diterima,kesepian dan klien tidak

mampu berhubungan dengan orang lain( Yosep,2010) Isolasi sosial di gunakan

klien untuk menghindari dari orang lain agar pengalaman yang tidak

menyenangkan yang pernah dialami tidak terulang lagi (Wakhid,dkk. 2013)

Isolasi sosial memiliki 2 faktor yaitu faktor ,adapun faktor dari

presdisposisi antara lain yaitu perkembangan dan sosial budaya.kegagalan dapat

menyebabkan seorang individu tidak percaya pada dirinya sendiri maupun orang lain

ragu,takut salah, pesimis pada dirinya sendiri, putus asa dan merasa tertekan keadaan

ini menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, suka berdiam diri

dan menghindari orang lain (kusumawati & hartono,2010) dan faktor presipitasi yaitu

stress sosiokultural dsn stress psikologi (Prabowo,2014) gangguan jiwa isolasi

sosial : menarik diri ini jika ti dak segera di tangani akan menimbulkan dampak

negatif. Menurut Purwanto tahun, ( 2015) dampak yang ditimbulkan dari isolasi

sosial adalah menarik diri, narcissism atau mudah marah, melakukan hal yang tak

3
terduga atau impulsivity, memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi dan

defisit perawatan diri(Purwanto,2015)

untuk meningkatkan derajat sosialisasi pada pasien isolasi sosial agar dapat

berinteraksi dengan orang lain di dalam masyarakat dan menghindarkan agar tidak

terjadi dampak negatif yang berkepanjangan oleh karena itu berdasarkan hal diatas

Penulis tertarik untuk mengangkat masalah isolasi sosial dengan masalah

keperawatan utama yaitu : kerusakan interaksi sosial : menarik diri pada Tn. A

dengan Menarik diri : Isolasi Sosial di Ruang Kakak Tua Rumah Sakit Jiwa Dr.

Radjiman Wediodiningrat Lawang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

Isolasi Sosial di Ruang Kakak Tua Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat

Lawang, Malang ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien

gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial dengan metode komunikasi

terapeutik.

2. Tujuan khusus

a) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah

keperawatan, membuat pohon masalah pada klien gangguan jiwa dengan

isolasi sosial : menarik diri.

b) Menerapkan diagnosa keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan isolasi

sosial : menarik diri.

4
c) Mahasiswa dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.

d) Mahasiswa dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang

nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

e) Mahasiswa dapat membuat Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada

klien dan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Masalah Utama


Isolasi Sosial

2.2 Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu

membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan

mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara

menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).

Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima

sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau

mengancam (Wilkinson, 2007).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend,

1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk

menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (

Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya

merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,

2006)

6
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

1) Faktor Perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui

individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat

dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga

adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam

menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,

perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan

memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa

percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah

laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.

Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak

mersaa diperlakukan sebagai objek.

Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam

berhubungan terdiri dari:

a) Masa Bayi

Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi

kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara

ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang

mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi

hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang

mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini

akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada

masa berikutnya.

b) Masa Kanak-kanak

7
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,

mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina

hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah

lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak

frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya

komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh

menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat

memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari

dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena

pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara

berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

c) Masa Praremaja dan Remaja

Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim

dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi

individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada

di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan

berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini

hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti

daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila

remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut,

yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada

remaja.

d) Masa Dewasa Muda

Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan

hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.

Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan

pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap

8
kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan

baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan

interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima

(mutuality).

e) Masa Dewasa Tengah

Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan

anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan

individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan

pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap

mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan

anak.

f) Masa Dewasa Akhir

Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan

keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun

pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut

ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian

yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.

2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku.

a) Sikap bermusuhan/hostilitas

b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya.

d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada

pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang

9
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan

masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.

e) Ekspresi emosi yang tinggi

f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan

yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

3) Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh

karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti

anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

4) Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga

yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar

monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,

sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur

otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak

serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor

internal maupun eksternal, meliputi:

1) Stressor Sosial Budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya

penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang

dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,

dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi

sosial.

10
2) Stressor Biokimia

a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik

serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan

meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO

adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya

MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada

pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan

karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan

maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan

tingkah laku psikotik.

d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala

psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-

sel otak.

3) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

4) Stressor Psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang

ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk

mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan

berhubungan pada tipe psikotik.

Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak

dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal

dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk

11
mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara

hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan

psikologis individu terhambat.

Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha

mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang

mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-

masing tingkah laku adalah sebagai berikut:

a) Tingkah laku curiga: proyeksi

b) Dependency: reaksi formasi

c) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi

d) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial

e) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi

f) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi,

represi dan regrasi.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan

dengan wawancara, adalah:

a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain

d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

f. Pasien merasa tidak berguna

g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

12
4. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Menyendiri  Kesepian  Manipulasi


 Otonomi  Menarik Diri  Implusif
 Kebersamaan  Ketergantungan  Narsisme
 Saling
Ketergantungan

Gambar 2.2 Rentang respon Sosial (Stuart, 2007)

5. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka

1) Chlorpromazine

Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai

realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri

terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.

Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya

berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,

berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping

gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering,

kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler

meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia

akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).

Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian

jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,

epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

13
2) Haloperidol (HLP)

Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta

dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti

gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,

tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap

penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

3) Trihexyphenidil (THP)

Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,

sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki

efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,

muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.

Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma

sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).

b. Terapi Individu

Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan

strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi

pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi

penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan

kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain,

mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-

bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat

mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien

memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu

kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan

14
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba,

dkk. 2008)

c. Terapi kelompok

Menurut (Purba, 2008), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan

bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Activity Daily Living (ADL)

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari yang meliputi:

a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu

bangun tidur.

b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk

tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.

c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan

mandi dan sesudah mandi.

d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan

berganti pakaian.

e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,

sedang dan setelah makan dan minum.

f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan

kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan

pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.

g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat

menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak

menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil

tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.

h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi

tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu

15
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul

padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia

(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.

2) Tingkah laku sosial

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien

dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:

a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk

melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur

kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.

b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk

melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab

pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.

c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara

dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai

tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.

d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan

bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).

e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan

ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.

f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama

atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.

g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat

mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak

meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan

dan sebagainya.

16
6. Pohon Masalah

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Efek

Isolasi Sosial Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Causa

7. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial

2. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

8. Data Yang Perlu Di Kaji


Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,

penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan

pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:

1. Identitas klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,

tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat

klien.

2. Keluhan utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)

komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi

dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.

3. Faktor predisposisi

17
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang

tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya;

perubahan struktur sosial.

Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai

suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban

perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak

menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4. Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan

keluhafisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek Psikososial

a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b. Konsep diri

1) Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak

menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .

Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus

asaan, mengungkapkan ketakutan.

2) Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak

mampu mengambil keputusan .

3) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses

menua , putus sekolah, PHK.

4) Ideal diri

18
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan

keinginan yang terlalu tinggi

5) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,

gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,

dan kurang percaya diri.

a) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga

social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang

diikuti dalam masyarakat.

b) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual)

6) Status mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,

kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang

mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan

dan kurang berharga dalam hidup.

7) Kebutuhan persiapan pulang

a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,

membersikan dan merapikan pakaian.

c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam

dan diluar rumah

e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

8) Mekanisme koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya

pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

9) Aspek medik

19
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,

Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

9. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Isolasi sosial

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

a. Klien

 SP 1

- Bina hubungan saling percaya

- Identifikasi penyebab isolasi sosial

 SP 2

- Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

- Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang

- Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang

lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah

 SP 3

- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien

- Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang

- Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu

- Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah

 SP 4

- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien

- Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek

samping obat)

20
- Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal kegiatan

harian dirumah

- Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain

b. Keluraga

- Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam merawat Klien

- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan

proses terjadinya

- Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA

- Beri obat-obatan sesuai program

- Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum

- Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN

- Libatkan dalam makan bersama

- Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering

- Berikan reinforcement positif setiap Klien berhasil melakukan suatu tindakan

- Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya

koping individu : koping defensif

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

1. Klien

- Bina hubungan saling percaya

- Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (individu,

keluarga, dan masyarakat)

- Antu klien menilai kemampuan klien yang dapat digunakan

- Bantu klien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan klien

21
- Melatih kemampuan kedua

- Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

2. Keluarga:

- Diskusikan masalah yang dirasakan keluargadalam merawat klien

- Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami klien

beserta proses terjadinya

- Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah

- Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri

rendah dirumah

- Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

- Jelaskan follow up klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA

- Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan klien

- Pantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum

- Ukur VS secara periodic

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN

- Bersikap menerima klien dan negativismenya

- Libatkan klien dalam setiap aktivitas dirumah dan di lingkungan

- Beri kesempatan pada klien untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya

sendiri misalnya merapikan tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum

obat

- Berikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri

22
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
CONTOH KASUS

Tanggal MRS :
Tanggal Dirawat di Ruangan :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Rawat :

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr. Y
Umur : 31 tahun
Alamat : Solok
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
JenisKel. : Laki-laki
No CM :-

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Px mengatakan dia dibawa ke RSJ oleh ibunya, Px mengaku dirinya tidak gila
dan tidak terima dirinya dibawa ke RSJ.

b. Data Sekunder
Menurut data dari perawat px datang tampak bingung, mondar-mandir di IGD,
orientasi cukup baik, px tidak tahu kenapa dibawa kesini, px merasa sudah sembuh,
px ingat kemarin kesini sudah sehat, px tampak tersenyum, bicara seperlunya, px
tidak mengaku mendengar bisikan atau melihat bayangan.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Px mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan, px hanya ingin cepat pulang.

23
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien baru KRS 1 minggu yang lalu, sejak dirumah tidak mau minum obat, pasien
kambuh, ngomel-ngomel, bicara melantur, marah-marah, sering merasa curiga sejak obat
tidak diminum, malam sulit tidur, mondar-mandir, kadang terlihat bicara dan tertawa
sendiri, makan dan mandi tidak teratur, tidak ada keinginan atau percobaan untuk bunuh
diri.
Diagnosa Keperawatan : Regimen Terapi Inefektif

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Px mengatakan dirinya pernah dirawat di RSJ lawang tetapi dirinya mengaku
bahwa tidak mengalami gangguan jiwa, saat ditanya kapan pasien mengatakan
dirinya lupa, tanda gejalanya yaitu pasien mengatakan dirinya dikira kabur
oleh keluarganya padahal sedang mencari kerja.
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
1. Px mengatakan dirinya pernah dipukul oleh ibunya ketika masih usia 3 tahun
dan pernah dipukul tetangganya hingga kepalanya sobek dan dijahit, saat
ditanya kapan pasien mengatakan lupa.
2. Px mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual baik sebagai pelaku,
korban maupun saksi.
3. Px mengatakan ditolak dalam keluarganya sejak usia 10 tahun (kelas 6 SD)
4. Px mengatakan pernah mengalami kekerasan dalam keluarga dengan dipukuli
dan mengaku dirinya diperlakukan seperti binatang oleh keluarganya, saat
ditanya ketika usia berapa pasien menjawab lupa.
5. Px mengatakan tidak pernah berbuat criminal baik sebagia pelaku, korban
maupun saksi.
Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri Jelaskan:

Px mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berupaya atau mencoba bunuh diri.

c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,


kematian, perpisahan )

Px mengatakan pernah mengalami kegagalan dalam mencari pekerjaan dimasa lal

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


Px mengatakan pernah mengalami penyakit fisik yaitu luka pada kepalanya karena
dipukul oleh tetangganya hingga kepalanya dijahit.
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Px mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengkonsumsi narkotika,
psikotropika

24
Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Ketika ditanya upaya yang telah dilakukan terkait kondisinya pasien hanya diam dan
menunduk
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Px mengatakan bhwa tidak ada dalam anggota keluarganya yang pernah mengalami
gangguan jiwa.

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:
Keterangan :
X X X
X : Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
X
---- : Tinggal Serumah

Px mengatakan dirinya adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Adiknya berjenis


kelamin laki-laki dan masih hidup. Pasien mengatakan dirinya dulu tinggal satu
rumah dengan ayah, ibu dan adik laki-lakinya, ayah, ibu dan adiknya masih hidup.
Kakek nenek dari ayahnya sudah meninggal begitu pula kakek nenek dari ibunya juga
sudah meninggal.
Diagnosa Keperawatan : -

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak disukai dan merasa tidak
masalah dengan penampilan fisiknya.
b. Identitas :
Pasien mengatakan namanya Tn. Y berusia 31 tahun berjenis kelamin laki laki anak
pertama dari 2 bersaudara, px menyakini bahwa dirinya benar-benar laki- laki dan
mempunyai keinginan untuk menikah.
c. Peran :

25
Pasien mengatakan berperan sebagai anak, pasien tidak diizinkan oleh orang tuanya
untuk bekerja.
d. Ideal diri :

Pasien ingin cepat sembuh dan ingin segera bertemu dengan orang tuanya

e. Harga diri :

Px mengatakan kurang percaya diri dan malu dengan orang disekitarnya

Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Px mengatakan tidak punya orang yang terdekat, baik orang tua, adik , tetangga,
dan teman-temanya dirumah sakit jiwa karena menganggap dirinya dijauhi oleh
orang disekitarnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Px mengatakan bahwa dirinya tidak pernah bersosalisasi dengan masyarakat
karena menganggap dirinya ditolak. Saat dirumah tua pasien terlihat menyendiri
dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Px mengatakan tidak mau bergaul dengan temannya karena malas.

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual
a. Agama
Px mengatakan bahwa dirinya beragama Islam dan yakin bahwa Tuhan akan
membalas setiap perbuatan orang-orang yang menganiaya dan menolak dirinya.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Px mengatakan bahwa gangguan jiwa adalah hal yang dialami oleh orang-orang
yang tidak waras.
Diagnosa Keperawatan: -

VI. PEMERIKSAAAN FISIK


1. Keadaan umum

Baik, penampilan pasien kurang bersih.


2. Kesadaran (Kuantitas)

26
Compos mentis, GCS 15 E: 4 V: 5 M: 6
3. Tanda vital:
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 OC
P : 19 x/menit
4. Ukur:
BB : 65 Kg
TB : 165 Cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini.
Diagnosa Keperawatan : -

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:

Pasien mengenakan pakaian dari RSJ, pasien tampak kurang bersih, baju agak kusut,
pasien kurang peduli terhadap kebersihannya, jambang tidak dicukur, kulit berdaki,
pasien sering menggaruk punggungnya.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Pasien menjawab pertanyaan seperlunya, dengan kata yang singkat tetapi
masih bisa dipahami. Suara agak keras, kadang bicaranya kurang terarah dan diulang-
ulang.

Diagnosa Keperawatan: -
3. Aktifitas motorik/Psikomotor

Kelambatan :

Tidak ada kelambatan aktivitas motorik/psikomotor yang dialami pasien baik


hipokinesia, hipoaktivitas, katalepsi, Sub stupor katatonik,
Peningkatan :

27
 Grimace

28
Pasien tampak mengerutkan otot dahi dan berubah-ubah yang tidak terkontrol.
Diagnosa Keperawatan : -
4. Mood dan Afek
a. Mood
 Kesepian
Pasien mengatakan dirinya kesepian dan terlihat menyendiri

b. Afek

 Labil
Pasien tampak tersenyum dan dengan segera terlihat mengerutkan dahi
seperti orang yang ingin marah

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

5. Interaksi Selama Wawancara


 Kontak mata kurang

Pasien tampak menunduk ketika diwawancarai dan hanya memandang sepintas


saja kea rah lawan bicara kemudian dengan segera menunduk kembali.
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
6. Persepsi Sensorik
Pasien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan ataupun melihat bayangan
yang orang lain tidak bisa dengar atau lihat.

Diagnosa Keperawatan : -
7. Proses Pikir
a. ArusPikir:
 Perseverasi
Saat diwawancara, pasien menjawab dirinya dianiaya oleh tetangganya yang
merebut sahamnya dan membunuh rekan kerjanya yang berasal dari Amerika,
jawaban tersebut selalu diulang-ulang.
b. Isi Pikir
 Pikiran isolasi sosial
Pasien mengatakan bahwa dirinya ditolsk oleh keluarga dan tetangganya sehingga
terlihat menyendiri.

c. Bentuk pikir :

 Non realistik

29
Bentuk piker non realistic ditandai dengan pasien mengatakan dirinya pemilik
saham banyak ini, Mall Matos dan MOG, NetTV, Indosiar, dan TVOne, dan
saham itu direbut oleh tetangganya yang menganiaya dirinya. Pasien juga
mengatakan bahwa tetangganya tersebut telah membunuh rekan kerjanya yang
berasal dari Amerika.

Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran

8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)

Waktu : baik, saat ditanya sekarang jam berapa, pasien menjawab jam 19.00,
pada kenyataannya memang jam 19.00.
Orang : baik, saat ditanya kami ini siapa, pasien menjawab “perawat”
Tempat : baik, saat ditanya sekarang dirinya dimana, pasien menjawab dirumah
Kesadaran pasien Compos Mentis, tidak menurun, orientasi pasien terhadap waktu,
orang, dan tempat baik.

Diagnosa Keperawatan: -
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Kurang baik, saat ditanya kejadian 2 bulan yang lalu yang sangat
menyenangkan pasien menjawab “lupa”
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)

Kurang baik, saat ditanya kapan jalan-jalan, pasien menjawab 1


minggu, kenyataannya pasien tidak ada jalan-jalan..

 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15


menit)

Baik, saat ditanya barusaja sedang apa, pasien menjawab wawancara


pada kenyataannya memang sedang wawancara.

Diagnosa Keperawatan: Gangguan Memori (Jangka panjang dan menengah)

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
Tingkat konsentrasi pasien kurang baik, dan mudah beralih, dibuktikan saat
ditanya mengapa dirinya dibawa kesini, pasien menjawab bahwa dia dianiaya
tetangganya dan direbut sahamnya, jawaban tersebut diulang-ulang.

30
b. Berhitung

Baik, dibuktikan dengan saat ditanya “2+3 berapa hasilnya pak?” dijawab “5”.

Diagnosa Keperawatan: -

11. Kemampuan Penilaian

 Gangguan ringan

 Gangguan bermakna

Pasien mengatakan bahwa pasien bisa mengambil keputusan dengan baik

Diagnosa Keperawatan: -
12. Daya Tilik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah sembuh dan ia tidak gila.
Diagnosa Keperawatan: -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 perawatan kesehatan,

 transportasi,
 tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
Ketika ditanya kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan, klien hanya diam.

2. Kegiatan Hidup Sehari hari


a. Perawatan diri
1) Mandi
Pasien mengenakan pakaian , pasien tampak kurang bersih, baju agak
kusut, pasien kurang peduli terhadap kebersihannya, jambang tidak
dicukur, kulit berdaki, pasien sering menggaruk punggungnya.

2) Berpakaian, berhias dan berdandan Jelaskan :


Pasien mampu berpakaian sendiri tanpa terbalik, cukur jambang,
menyisir rambut dan memotong kuku tanpa bantuan.
3) Makan

31
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis, memakai sendok dan kadang
belepotan

4) Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan :
Pasien BAB / BAK secara mandiri tanpa bantuan.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Pasien makan 3x sehari , dan 1x sehari untuk kudapan atau makanan
ringannya.

Bagaimana nafsu makannya


Nafsu makan pasien lahap.

Bagaimana berat badannya.


Berat badan pasien 65 kg, menurun dari sebelumnya.

Diagnosa Keperawatan: -

c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : jam 12.00 s/d jam 15.000
Tidur malam, lama : jam 20.30 s/d jam 05.30
Aktifitas sebelum/sesudah tidur :
Sebelum tidur : minum obat,
Setelah bangun : duduk duduk
Jelaskan :
Pasien tidak mengalami gangguan tidur. Pasien tidur siang selama 3
jam, dan tidur malam selama kurang lebih 9 jam. Sebelum tidur pasien
minum obat, setelah bangun pasien duduk-duduk.

2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan
Pasien tidak mengalami gangguan tidur karena pasien tidur dengan nyenyak.

32
Diagnosa Keperawatan: -

3. Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup

Pasien dibantu keluarga dalam mengantisipasi kebutuhan hidupnya.


 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,
Pasien tidak membuat keputusan berdasarkan keinginannya, tetapi akan dibantu
oleh keluarganya.
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri.
Pasien dibantu keluarganya dalam mengkonsumsi obatnya dan memeriksakan
kesehatannya.
Diagnosa Keperawatan: -

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga
v
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
System pendukung pasien dirumah hanya keluarga
Diagnosa Keperawatan: -

IX. MEKANISME KOPING


Jelaskan :
Pasien mengatakan kurang percaya diri pada orang-orang di sekitarnya karena keluar dari
RSJ.
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Inefektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya

Pasien mengatakan pernah bertengkar dan ditolak oleh tetangganya.

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya

Pasien mengatakan malu dengan orang di sekitarnya karena merasa kurang percaya
diri.

33
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya

Pasien mengatakan dirinya lulusan SD karena ketika dirinya akan melanjutkan ke


SMP uang beasiswanya diambil oleh ayahnya sebesar Rp 500.000

 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya

Pasien mangatakan dirinya tidak bekerja karena tidak diijinkan oleh orangtuanya.

 Masalah dengan perumahan, spesifiknya

Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan.

 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya

Pasien mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi karena tidak bekerja.

 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya

Pasien mengatakan jika dirinya sakit biasa maka hanya dibiarkan.

 Masalah lainnya, spesifiknya

Pasien selalu mengatakan ingin pulang karena menganggap dirinya tidak gila dan tidak perlu
dirawat di RSJ atau minum obat.

Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?

Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,


perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi),
obatobatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb

 Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan


 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan :
Penyakit / atau gangguan jiwa :
Pasien mengatakan bahwa penyakit gangguan jiwa adalah yang biasa diderita orang tidak
waras dan harus berobat.
Diagnosa Keperawatan: -

34
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : Skizofrenia Hebefrenik berkelanjutan ( F 20.1)
Axis II : Gangguan Kepribadian Schizoid ( F 60.1)
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah dengan lingkungan sosial
Axis V : GAF Scale 40-31

2. Terapi Medis
Tab Seroquel 1x400mg (0-0-1-0)
Tab Depakote 2x250mg (1-0-1)
Tab Klobazam 1x10mg (0-0-0-1)

XIII. ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS:
Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan
temannya malas. Pasien juga mengatakan
tidak punya orang yang terdekat, baik orang
tua, adik , tetangga, dan teman-temanya
dirumah karena menganggap dirinya dijauhi
oleh orang disekitarnya. Px mengatakan
bahwa dirinya tidak pernah bersosalisasi
Isolasi Sosial
dengan masyarakat karena menganggap
dirinya ditolak. pasien terlihat menyendiri dan
jarang berinteraksi dengan keluarga

DO:
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Pasien menunduk saat diwawancarai
- Pasien bicara seperlunya
- Pasien terlihat menyendiri
2. DS: Respon Pasca Trauma
Pasien mengatakan dirinya pernah dipukul
oleh ibunya ketika masih usia 3 tahun dan
dipukuli tetangganya hingga kepalanya sobek

35
dan dijahit.

DO:
- Wajahnya tampak memerah dan
tegang
- Bicara agak keras
- Pandangan mata tajam dan melotot
3. DS:
Pasien mengatakan kurang percaya diri dan
malu dengan orang sekitarnya

DO: Harga Diri Rendah


- Kontak mata kurang
- Lebih banyak menunduk
- Kurang memperhatikan perawatan diri
4. DS:
Pasien mengenakan pakaian itu dari kemaren,
pasien tampak kurang bersih, baju agak kusut,
pasien kurang peduli terhadap kebersihannya,
jambang tidak dicukur, kulit berdaki.

Defisit Perawatan Diri


DO:
- Pasien tampak kurang bersih
- Pasien sering menggaruk
punggungnya.
- Baju pasien kusut
- Rambut acak-acakan
- Jambang belum dicukur
5. DS:
Pasien mengatakan dirinya pemilik saham,
Matos dan MOG, NetTV, Indosiar, TVOne.
dan saham itu direbut oleh tetangganya yang
menganiaya dirinya. Pasien juga mengatakan
Perubahan Proses Pikir :
bahwa tetangganya tersebut telah membunuh
Waham Kebesaran
rekan kerjanya yang berasal dari Amerika.

DO:
- Klien bicara diulang-ulang
- Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

36
1. Isolasi Sosial
2. Kerusakan Interaksi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan
4. Harga Diri Rendah
5. Defisit Perawatan Diri
6. Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran
7. Gangguan Memori Jangka Panjang dan Menengah
8. Gangguan Proses Pikir
9. Regimen Terapi Inefektif
10. Koping Individu Inefektif

XV. POHON MASALAH

Effect Defisit Perawatan Diri

Core Problem Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Perubahan Proses Pikir:


Waham Kebesaran

Causa Faktor Predisposisi: Faktor Presipitasi:


Koping Individu Inefektif Regimen Terapi Inefektif

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri

37
38
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Nama Klien : Tn. Y


No. CM :
DX. Medis :
Ruangan :

Dx. Perencanaan
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
13/5/19 Isolasi Sosial TUM:
Klien mampu
berinteraksi
dengan orang
lain
TUK 1: Setelah 1x 1.1 BHSP dengan:
pertemuan, pasien
Klien dapat a. Sapa klien denhan
dapat menerima
membina ramah, baik verbal
kehadiran perawat.
hubungan saling maupun nonverbal
Klien dapat
percaya b. Perkenalkan diri
mengungkapkan
dengan sopan
perasaannya dan
c. Tanyakan nama
keberadaannya saat
lengkap dan nama
ini secara verbal :
panggilan yang
- Klien mau disukai klien
menjawab salam d. Jelaskan tujuan
- Ada kontak mata pertemuan
- Klien mau e. Buat kontrak
berjabat tangan interaksi yang
- Klien mau jelas
berkenalan f. Jujur dan tepati
- Klien mau janji
menjawab g. Tunjukkan sikap
pertanyaan empati dan
- Klien mau duduk menerima klien
berhadapan apa adanya
dengan perawat h. Beri perhatian
- Mau pada klien dan
mengungkapkan perthatikan
perasaannya kebutuhan dasar
klien
TUK 2:
Klien mampu
menyebutkan
Setelah 1x interaksi 2.1 Tanyakan pada
penyebab
dengan perawat, klien tentang:
menarik diri
klien dapat
a. Orang yang tinggal
menyebutkan

39
minimal satu serumah/sekamar
penyebab menarik dengan klien
diri yang berasal b. Orang yang paling
dari: dekat dengan klien
di rumah/ di ruang
1. Diri sendiri
perawatan
2. Orang lain c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
3. Lingkungan
orang tersebut
d. Orang yangtidak
dekat dengan klien
di rumah/ di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan
dilakukan agar
dekat dengan orang
lain
2.2 Kaji pengetahuan
klien tentang
perilaku menarik
diri dan tanda
tandanya
2.3 Diskusikan
dengan klien
penyebab menarik
diri atau tidak mau
bergaul dengan
orang lain
2.4 Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.

TUK 3:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 3.1 Kaji pengetahuan
menyebutkan klien dapat klien tentang
keuntungan menyebutkan manfaat dan
berhubungan keuntungan keuntungan
dengan orang berhubungan bergaul dengan
lain dan dengan orang lain orang lain.
kerugian tidak dan kerugian tidak
3.2 Beri kesempatan
berhubungan berhubungan
pada klien untuk
dengan orang dengan orang lain.
mengungkapkan
lain.
perasaannya
tentang keuntungsn

40
berhubungan
dengan orang lain.
3.3 Diskusikan
bersama klien
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
3.4 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain.
3.5 Kaji pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.6 Beri kesempatan
pada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.7 Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
bila tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
3.8 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.

TUK 4:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 4.1 Observasi perilaku
melaksanakan klien dapat klien saat
hubungan social melaksanakan berhubungan

41
secara bertahap. hubungan social dengan orang lain
secara bertahap
4.2 Beri motivasi dan
dengan :
bantu klien untuk
- Klien – perawat berkomunikasi
- Klien – perawat – dengan
perawat lain oranhglain
- Klien – perawat – melalui :
perawat lain –
- Klien – perawat
klien lain
- Klien – perawat –
- Klien – kelompok
perawat lain
kecil
- Klien – perawat –
- Klien – keluarga /
perawat lain – klien
kelompok /
lain
masyarakat
- Klien – kelompok
kecil
- Klien – keluarga /
kelompok /
masyarakat
4.3 Beri reinforcement
atas keberhasilan
yang telah dicapai
4.4 Bantu klien
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang lain
4.5 Motivasi dan
libatkan klien
untuk mengikuti
Terapi Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
4.6 Diskusikan jadwal
kegiatan hatrian
yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.7 Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal
4.8 beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang

42
dilaksanakan
TUK 5:
Klien mampu Setelah 1x interaksi, 5.1 Dorong klien
mengungkapkan klien mampu untuk
perasaan setelah mengungkapkan mengungkapkan
berhubungan perasaan setelah perasaannya
dengan orang berhubungan setelah
lain. dengan orang lain berhubungan
untuk : dengan orang
lain.
- Diri sendiri
- Orang lain 5.2 Diskusikan
- Kelompok dengan klien
manfaat
berhubungan
denagn orang lain
5.3 Beri reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 6:
Klien mendapat Setelah 1x 6.1 Diskusikan
dukungan pertemuan, keluarga pentingnya peran
keluarga dalam dapat menjelaskan serta keluiarga
memperluas tentang: sebagai
hubungan sosial pendukung untuk
- Pengertian
mengatasi
menarik diri
perilaku menarik
- Tanda gejala
diri
menarik diri
- Penyebab dan 6.2 Diskusikan
akibat menarik dengan anggota
diri keluarga tentang:
- Cara merawat
a. Perilaku
klien menarik
menarik diri
diri
b. Tanda gejala
menarik diri
c. Penyebab
Setelah 1x
perilaku
pertemuan keluarga
menarik diri
dapat
d. Cara keluarga
mempraktekkan
menghadapi
cara merawat klien
klien yang
manarik diri.
sedang menarik
diri
6.3 Diskusikan
potensi keluarga

43
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku menarik
diri
6.4 Latih keluarga
cara merawat
klien menarik diri
6.5 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mwncoba
cara yang
dilatihkan
6.6 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien
berkomunikasi
dengan orang
lain.
6.7 Anjurkan anggota
keluarga untuk
secara rutin dan
bergantian
mengunjungi
klien minimal 1x
seminggu
6.8 Beri reinforcement
atas hal-hal yang
telah dicapai dan
keterlibatannya
keluarga merawat
klien di rumah
sakit.
TUK 7:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 7.1 Diskusikan
memanfaatkan klien menyebutkan dengan klien
obat dengan tentang manfaat
a. Manfaat minum
baik dan kerugiantidak
obat
minum obat,
b. Kerugian tidak
nama, warna,
minum obat
dosis, cara, efek
c. Nama, warna,
terapi dan efek
dosis, efek terapi
samping
dan efek
penggunaan obat
samping obat
7.2 Pantau klien saat
penggunaan obat
7.3 Anjurkan klien
minta sendiri obat
pada perawat agar

44
dapat merasakan
manfaatnya
7.4 Beri pujian jika
klien
menggunakan
obat dengan
benar
7.5 Diskusikan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
7.6 Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-
hal yang tidak
diinginkan.

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn. Y Ruang : No RM :

No Tanggal & IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx jam KEPERAWATAN
1 1. Menyanyakan siapa saja S = pasien mengatakan
yang tinggal 1 rumah dengan dirinya tinggal dengan
pasien ayah, ibu, dan adik laki-
2. Menanyakan siapa yang lakinya. Pasien
paling dekat dengan pasien mengatakan tidak ada
dan sebabnya keluarga / orang lain yang
3. Menanyakan siapa yang dekat dengan dirinya,
tidak dekat dengan pasien dan karena manganggap
sebabnya dirinya ditolak. Pasien
4. Menanyakan kebaiasaan mengatakan dirinya tidak
interaksi pasien dengan ingin berinteraksi dengan
keluarganya orang dan orang lain
5. Menanyakan penyebab karena malas.
pasien tidak ingin
berinteraksi dengan keluarga O = -pasien tidak
dan orang lain cooperative, kontak mata
6. Mendiskusikan dengan hanya saat ditanya
klien tentang keuntungan menunduk , pasien sering
berteman dengan orang lain menyendiri, pasien tidak
7. Mendiskusikan dengan mau berkenalan, pasien
klien tentaang kerugian tidak mau mengulangi
berteman dengan orang lain cara berkenalan, ekspresi
8. mengajarkan cara wajah tidak berseri.
berkenalan
A = pasien tidak mau
melakukan cara
berkenalan karena malas,
serta tidak mau
memasukkan nya
kedalam jadwal kegiatan
hariannya.

P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi

46
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
2 1. Menanyakan tentang S = pasien mengatakan
kerugian tidak berhubungan akan kesepian bila tidak
dengan orang lain punya teman da nada
2. Menanyakan tentang teman yang diajaka
keuntungan berhubungan biacara bila punya teman
dengan orang lain
3. Mengajarkan cara O = pasien tidak
berkenalan kooperatif, kontak mata
4. Menganjurkan pasien kurang, tampak
memasukkan ke dalam menunduk, tampak
jadwal kegiatan harian menyendiri, ekspresi
tidak berseri, pasien lupa
nama perawat

A = pasien mampu
mempraktekkan cara
berkenalan dengan
perawat, pasien tidak mau
menambah pertanyaan
hobi dan alamat saat
berkenalan karena malas

P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi

Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi

3 1. Menanyakan dengan siapa S = pasien mengatakan


pasien sudah berkenalan bahwa temannya masih
2. Menanyakan keuntunhgan tetap Tn. D saja dan
bergaul dengan banyak orang malas untuk berkenalan
3. Mengajarkan cara lagi
berkenalan dengan lebih dari
1 klien dengan cara O = pasien mau menatap
menanyakan nama lengkap, wajah perawat, ekspresi
nama panggilan, alamat dan wajah kurang berseri,
hobi orang / klien lain. pasien salah
menyebutkan nama
perawat ketika ditanya
siapa nama perawat

47
A = pasien mampu
memperagakan cara
berkenalan dengan
perawat, dan
menambahkan
pertanyaan hobi dan
alamat, pasien tidak mau
berkenalan lagi karena
malas.

P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi

Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk.
2008).Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
48
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
kekecewaan dan kecemasan.
Tanda gejala yang ditemukan pada pasien dengan isolasi sosial seperti
tidak memiliki teman dekat, menarik diri, tidak komunikatif, tindakan berulang,
dan tidak bermakna, asik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata,
tampak sedih dan afek tumpul (Keliat,2010). Selain itu terdapat gejala objektif
dari isolasi sosial menurut (Dalami dkk, 2008) yaitu apatis, ekspresi wajah
sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri
dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak bercakap-cakap sendiri, tidak
ada kontak mata atau kontak mata kurang, lebih sering menunduk, berdiam diri
di kamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, tidak
melaukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada sast lahir, retensi urine
dan feses, masukan makanan dan minuman terganggu, tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada kasus diatas faktor presipitasi dari klien yaitu Pasien baru KRS 1
minggu yang lalu, sejak dirumah tidak mau minum obat, pasien kambuh,
ngomel-ngomel, bicara melantur, marah-marah, sering merasa curiga sejak obat
tidak diminum, malam sulit tidur, mondar-mandir, kadang terlihat bicara dan
tertawa sendiri, makan dan mandi tidak teratur, tidak ada keinginan atau
percobaan untuk bunuh diri.

4.2 Saran
Untuk pengembangan dari laporan asuhan keperawatan ini, masih jauh
dari sempurna maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk membuat laporan ini menjadi lebih baik. Adapun manfaat laporan ini
dapat dijadikan masukan untuk :

49
1. Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa supaya dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa
khususnya pada pasien dengan isolasi sosial agar lebih mempelajari dan
menguasai teori maupun keterampilan, baik mulai dari pengkajian sampai
evaluasi, agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dapat berjalan
dengan lancar.

2. Bagi Perawat
 Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa perlu memberikan
asuhan keperawatan TAK stimulasi sensori menggambar untuk
meningkatkan kemampuan mengekspresikan perasaan pada pasien
dengan isolasi sosial dan harga diri rendah.
 Pemberian TAK stimulasi sensori menggambar pada pasien isolasi
sosial dan harga diri rendah yang selama ini telah dijalankan agar terus
dikembangkan sesuai dengan tahap yang diajarkan.
 TAK stimulasi sensori menggambar hanya dilakukan pada pasien
harga diri rendah dan isolasi sosial.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam menyusun
laporan hasil makalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan isolasi
sosial. Selain itu sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada
kepustakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan
datang di bidang keperawatan khususnya dalam keperawatan jiwa.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapinya, dan juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas
asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan oleh mahasiswa.

50
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1

Desember 2013

Kusumawati, F. & H. Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

medika.

51
Pikalov, a, Schooler, N., Hsu, J., Cucchiaro, J., Goldman, R., & Loebel, A. (2014).

Schizophrenia International Research Conference 2014.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Rachm

awati, U. . K. B. A. & W. I. Y. (2015). Tindakan keperawatan pada klien, keluarga dan

kader kesehatan jiwa dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial di

komunitas. Jurnal Keperawatan Jiwa, 3(No.2), 97–106.

Wakhid, A., Hamid, A. Y. S., Keperawatan, F. I., Indonesia, U., Keperawatan, F. I., &

Indonesia, U. (2013). Pendekatan Model Hubungan Interpersonal

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:

52
Ekspresi wajah kurang berseri,

Pasien menunduk saat diwawancarai,

Pasien bicara hanya seperlunya,

Pasien terlihat menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan
a. Klien mampu membinahubungan saling percaya
b. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
c. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
d. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
e. Klien mampu berkenalan

4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi “
“Saya Lili, Saya senang dipanggil lili, Saya perawat dipuskesmas tanah
Garam.”
“Siapa nama bapak? Senang dipanggil siapa?”

53
2. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan bapak hari ini?”

3. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman bapak ?

Waktu : Mau berapa lama, pak? Bagaimana kalau 15 menit”

Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini


saja?

b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”

”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa
kesepian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang ibu kenal?”

“Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan


pasien yang  lain?”

”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak bergaul
dengan orang lain ?

«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang


lain”

54
 “Begini lho pak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
R, senang dipanggil R. Asal saya dari Lumajang, hobi nyanyi”

“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.


Contohnya begini: Nama anda siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”

“Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa melanjutkan


percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan bpk setelah kita  latihan berkenalan?”

Evaluasi Obyektif (Perawat)


” Coba bapak praktekkan lagi cara berkenalan dengan saya”

”bagus bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi.

2. Rencana Tindak Lanjut


Baik pak, berapa kali bapak ingin latihan kenalan dalam sehari? Baiklah satu
kali sehari saja ya pak. Pagi antara jam 08.00 – 09.00 ini dimasukkan ke
jadwal harian ya pak. Bapak contreng M bila melakukan sendiri, contreng B
bila diingatkan, contreng T bila tidak melakukan.

3. Kontrak yang akan datang

55
Topik : ”Besok pagi saya akan datang kesini lagi untuk mengajak bapak
ngobrol tentang pengalaman bapak bercakap-cakap dengan
keluarga bapak.

Waktu : bapak maunya jam berapa? Baik, jam 08.30 setelah ditensi ya
pak?

Tempat : ”Bagaimana kalaau disini saja ya pak. Baiklah, sampai


jumpa.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

C. PROSES KEPERAWATAN.

56
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,

Pasien menunduk saat diwawancarai,

Pasien bicara hanya seperlunya,

Pasien terlihat menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan
Klien mampu membinahubungan saling percaya
Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial

Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi

Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan


dengan orang lain

Klien mampu berkenalan

4. Tindakan Keperawatan
e. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
f. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
g. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
h. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

D. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
4. Salam Terapeutik
“Selamat pagi “
57
“Saya Lili Marlen, Saya senang dipanggil Lili, Saya perawat puskesmas tanah
Garambapak.”
“Siapa nama bapak? Senang dipanggil siapa?”

5. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan bapak hari ini?”

6. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman bapak ?

Waktu : Mau berapa lama, pak? Bagaimana kalau 15 menit”

Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini


saja?

b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”

”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa
kesepian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang ibu kenal?”

“Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan


pasien yang  lain?”

”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak bergaul
dengan orang lain ?

58
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang
lain”

 “Begini lho pak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
R, senang dipanggil R. Asal saya dari Lumajang, hobi nyanyi”

“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.


Contohnya begini: Nama anda siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”

“Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa melanjutkan


percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

c. FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan bpk setelah kita  latihan berkenalan?”

Evaluasi Obyektif (Perawat)


” Coba bapak praktekkan lagi cara berkenalan dengan saya”

”bagus bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi.

5. Rencana Tindak Lanjut


Baik pak, berapa kali bapak ingin latihan kenalan dalam sehari? Baiklah satu
kali sehari saja ya pak. Pagi antara jam 08.00 – 09.00 ini dimasukkan ke
jadwal harian ya pak. Bapak contreng M bila melakukan sendiri, contreng B
bila diingatkan, contreng T bila tidak melakukan.

59
6. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Besok pagi saya akan datang kesini lagi untuk mengajak bapak
ngobrol tentang pengalaman bapak bercakap-cakap dengan
keluarga atau tetangga bapak.

Waktu : bapak maunya jam berapa? Baik, jam 08.30 setelah ditensi ya
pak?

Tempat : ”Bagaimana kalau disini saja ya pak. Baiklah, sampai jumpa.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

60
E. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,

Pasien menunduk saat diwawancarai,

Pasien bicara hanya seperlunya,

Pasien terlihat menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan
f. Klien mampu membinahubungan saling percaya
g. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
h. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
i. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
j. Klien mampu berkenalan

4. Tindakan Keperawatan
i. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
j. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
k. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
l. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

F. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
7. Salam Terapeutik
“Selamat pagi “

61
“Saya Lili Marlen, Saya senang dipanggil Lili, Saya perawat dipuskesmas
Tanah Garam bapak.”
“Siapa nama bapak? Senang dipanggil siapa?”

8. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan bapak hari ini?”

9. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman bapak ?

Waktu : Mau berapa lama, pak? Bagaimana kalau 15 menit”

Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini


saja?

b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”

”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa
kesepian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang ibu kenal?”

“Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan


pasien yang  lain?”

”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak bergaul
dengan orang lain ?

62
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang
lain”

 “Begini lho pak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
R, senang dipanggil R. Asal saya dari Lumajang, hobi nyanyi”

“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.


Contohnya begini: Nama anda siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”

“Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa melanjutkan


percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

c. FASE TERMINASI
7. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita  latihan berkenalan?”

Evaluasi Obyektif (Perawat)


” Coba bapak praktekkan lagi cara berkenalan dengan saya”

”bagus bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi.

8. Rencana Tindak Lanjut


Baik pak, berapa kali bapak ingin latihan kenalan dalam sehari? Baiklah satu
kali sehari saja ya pak. Pagi antara jam 08.00 – 09.00 ini dimasukkan ke
jadwal harian ya pak. Bapak contreng M bila melakukan sendiri, contreng B
bila diingatkan, contreng T bila tidak melakukan.

63
9. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Besok pagi saya akan datang kesini lagi untuk mengajak bapak
ngobrol tentang pengalaman bapak bercakap-cakap dengan tean
atau keluarga

Waktu : bapak maunya jam berapa? Baik, jam 08.30 ya pak?

Tempat : ”Bagaimana kalaau disini saja ya pak. Baiklah, sampai


jumpa.”

64

Anda mungkin juga menyukai