Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN PSIKIATRI

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

OLEH :
KELOMPOK 2 (B2)

RAHMATIA (NH0222049)
RAHMAWATI (NH0222050)
RAHMIATI (NH0222051)
SITI KHADIJAH ADHAR (NH0222052)
SITTI MUNADIRA (NH0222053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi,
pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok gejala
klinis yang disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya fungsi
humanistik individu1 Gangguan jiwa dikarakteristikkan sebagai respon maladaptif diri
terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, tingkah laku yang
tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural sehingga mengganggu fungsi sosial,
kerja dan fisik individu yang biasa disebut dengan skizofrenia (Sari & Maryatun,
2020). Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru
afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang
bizzare (perilaku aneh), pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan,
sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinas
(Astuti, 2020). Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi,
menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta
penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan gangguan otak yang ditandai dengan
pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede 2018)
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, mau untuk
menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi. Pasien
skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat
sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Penderita
skizofrenia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan berusia 11-12 tahun
menderita skizofrenia (Damanik, Pardede & Manalu. 2020). Hasil Riskesdas (2018)
didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia
sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Hasil survey awal yang dilakukan di poliklinik rawat
jalan Rumah Sakit Jiwa Medan di temukan sebanyak 13.899 pasien yang rawat jalan
dibawa oleh keluarganya untuk berobat (Pardede, Ariyo, & Purba 2020).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa di tolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan orang lain
(Badriah.2020). Isolasi sosial merupakan salah satu masalah keperawatan yang
banyak dialami oleh pasien gangguan jiwa berat. Isolasi sosial sebagai suatu
pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain
sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam. (Pardede, Hamid, &
Putri, 2020).
Gejala isolasi sosial tersebut dibutuhkan rehabilitative yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi fisik, membantu menyesuaikan diri, meningkatkan toleransi,
dan meningkatkan kemampuan pasien berisolasi Untuk meminimalkan dampak dari
isolasi sosial dibutuhkan pendekatan dan memberikan penatalaksanaan untuk
mengatasi gejala pasien dengan isolasi sosial. Peran perawat dalam menangani
masalah pasien dengan isolasi sosial antara lain, menerapkan standar asuhan
keperawatan (Apriliani & Herliawati 2020).
Berdasarkan praktik yang dilakukan di ruang gunung sitoli di peroleh pasien
rawat inap sebanyak 13 orang dengan pasien skiofrenia dengan masalah halusinasi
dan isolasi sosial akan tetapi yang menjadi subjek pemberian asuhan keperawatan
pada Tn H Yang mengalami maalah isolasi sosial,klien dijaikan subjek karena belum
bia mengatai maalah isolasi sosialnya selain minum obat maka tujuan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan adalah untuk mengajarkan standar pelaksanaan (SP
1-4) Masalah isolasi sosial pada saat Tn H Mengalami isolasi sosial, berdasarkan latar
belakang penulis ttarik mengambil judul, ‟Asuhan Keperawatan isolasi sosial Tn H di
ruang Gunung Sitoli”

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada Tn. H dengan gangguan Isolasi Sosial di Di Rumah Sakit Jiwa Daerah di
Naimata.
b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian, e t i o l o g i , tanda dan gejala,


patofisiologi, penatalaksanaan medis dan keperawatan isolasi sosial
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. H dengan gangguan
isolasi sosial.
3. Mahasiswa mampu melakukan menegakkan diagnosa pada Tn. H dengan
isolasi sosial.
4. Mahasiswa mampu melakukan menetapkan perencanaan pada Tn. H dengan
gangguan isolasi sosial.
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada Tn. H dengan gangguan
isolasi sosial.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. H dengan gangguan
isolasi sosial.
7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn. H dengan gangguan isolasi sosial.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Isolasi Sosial


a. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien
dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien
mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan (Sukaesti. 2018). Isolasi sosial
merupakan suatu keadaan seseorang mengalami penurunan untuk melakukan
interaksi dengan orang lain, karena pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
serta tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain atau orang
disekitarnya (Kemenkes, 2019). Isolasi sosial merupakan gejala negatif pada
skizofrenia dimanfaatkan oleh pasien untuk menghindari orang lain agar
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak
terulang kembali.(Pardede 2021).
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. H dan disimpulkan
bahwa pasien dapat mengatasi isolasi sosial, dapat mengendalikan halusinasi dan
mengatasi harga diri rendah dengan terapi yang diajarkan oleh mahasiswa.
Dimana klien dapat melakukan terapi generalis yang diajarkan oleh mahasiswa.

b. Etiologi
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya
pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya,
waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta
represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W &Sundeen,
S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri: harga diri
rendah.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga
diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.Pendapat senada
dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri
atau kemampuan diri.
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen beberapa factor pendukung terjadinya
gangguan dalam perkembangan social adalah :
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan social.Tugas masing-masing tahap tumbuh kembang ini
memiliki karakteristik tersendiri.
Pengamatan sosial individu pada masing-masing meninggalkan
sejumlah bekas beberapa sikap, sifat, nilai yang khas (Freud dalam
Koesworo, 1991)
b. Faktor dalam komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan menjadi factor
pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan social.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas, dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi, emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk perkembangan dengan lingkungan di luar keluarga
c. Faktor social budaya
Menjauhkan diri dari lingkungan social merupakan factor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan social. Hal ini
disebabkan oleh norma- norma yang salah yang dianut oleh keluarga
dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut.
Penyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dan lingkungan
sosialnya.
d. Faktor biologis
Orang tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
hubungan social adalah otak, pada klien dengan schizophrenia yang
menagalami
masalah dalam hubungan social terdapat struktur yang abnormal pada
otak seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.
Adanya kelainan-kelainan kronis seperti kelainan mental
organik atau

retardasi mental, dianggap membatasi kapasitas adaptif seseorang secara


umum.
2. Faktor presipitasi atau pencetus

a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya yakni stress yang ditimbulkan
oleh factor social budaya yang antara lain adalah keluarga
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis yakni stress terjadi akibat ansietas
yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu sebagaimana yang dikemukakan oleh direktorat
pelayanan medik
c. Perilaku
Menurut direktorat pelayanan Keperawatan perilaku yang
ditampakkan klien menarik diri adalah :
• Ekspresi wajah kurang berseri

• Apatis

• Kurang spontan

• Kurang komunikasi verbal

• Mengisolasi diri

• Rendah diri

• Aktivitas menurun

• Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

• Retensi urine dan feces

• Banyak tidur siang


• Kurang bergairah

d. Mekanisme koping
Menurut W.F Maramis (1998), mekanisme pertahanan diri yang
sering digunakan pada klien menarik diri yaitu :
• Regresi adalah mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah
dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi
yang kurang.
• Respresi adalah menekan perasaan pengalaman yang
menyakitkan atau konflik dan cederung memperkuat mekanisme
ego lainnya.
• Isolasi adalah memutuskan pelepasan afektif karena
keadaannya yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang
bertentangan.
• Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls kepada
orang lain terutama keinginan, perasaan yang tidak dapat
ditoleransi
c. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998:
382) isolasi sosial: menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala
sebagaiberikut:
Data subjektif :
B. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
C. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif:

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan


wawancara adalah sebagai berikut:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

f. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi adalah
sebagai berikut:
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul.

d. Patofisiologi

Menurut Lynda Juall (carpenito:1998) bahwa proses terjadinya


menarik diri adalah sebagai berikut:

a. Berhubungan dengan keadaan yang memalukan, keterbatasan energi


terhadap kehilangan faktor tubuh, penyakit terminal, kehilangan
sebagian tubuh

b. Berhubungan hambatan komunikasi terhadap kehilangan pendengaran,


retardasi mental kesulitan bicara, deficit penglihatan dan penyakit
mental kronis

c. Situasional yang berhubungan dengan pengasingan dari orang lain


terhadap tidak percaya atau curiga, ansietas, halusinasi dan
ketergantungan

d. Berhubungan dengan hambatan budaya dan bahasa

e. Berhubungan dengan perubahan pola hubungan social terhadap


perceraian, kematian, kehilangan pekerjaan

e. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sudden, respon social individu berada dalam
rentang respon adaptif dan maladaptive

RENTANG RESPON SOSIAL

Respon adaptif Respon maladaptive

- Menyendiri - Kesepian - Manipulasi

- Otonom - Ketergantungan – Impulsive


- Kebersamaan - Narkisisme

- Saling ketergantungan

f. Akibat dari isolasi sosial


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguan
sensori persepsi halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Gangguan sensori
persepsi halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa
stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara
yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421).Menurut Maramis
(1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangapapun dari
panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangunyang
dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau
histerik.Perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan
adanya:
Data subjektif:
D. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
E. Tidak mampu memecahkan masalah
F. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar
suara-suara ataumelihat bayangan)
G. Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Apatis dan cenderung menarik diri
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola
komunikasi, kadang berhentiberbicara seolah-olah mendengarkan
sesuatu
c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

e. Gerakan mata yang cepat

f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah

g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap


petunjuk yang kompleks)
B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
tahap pengkajian terdiri dari atas pengumpulan data dan perumusan masalah.
Data yang dikumpulkan meliputidata biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
(Hutagalung, 2020). Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Hermawan, 2015).
a. Faktor Predisposisi
Menurut Muhith, (2015), Faktor predisposisi antara lain :
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi
sampai dengan dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial
yang positif. Diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui
dengan sukses.Sistem keluarga yang tergantung dapat berperan dalam
perkembangan respons sosial maladaptif. Yang paling sering adalah
adanya gangguan dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu
tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat.
a) Masa bayi : bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat
sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya. Karena bayi sangat
tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologisnya. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan rasa tidak
percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.
b) Toodler : mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri.
c) Pra Sekolah : anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah
dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam
hal ini, anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga
khususnya pemberian positif terhadap perilaku anak yang adaptif.
Kegagalan anak dalam berhubungan mengakibatkan anak tidak mampu
mengontrol diri, tergantung, ragu, menarik diri dari lingkungan, pesimis.
d) Anak sekolah : pada usia ini anak mulai mengenal bekerjasama,
kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua. Teman
dan orang dewasa merupakan sumber pendukung yang penting bagi
anak. Kegagalan dalam tahap ini mengakibatkan anak menjadi frustasi,
putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan.
e) Pra remaja : pada usia ini, anak mengembangkan hubungan intim
dengan teman sebaya dan teman sejenis maupun lawan jenis.Kegagalan
membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua
akan mengakibatkan keraguan akan identitas dan rasa percaya diri yang
kurang.
f) Dewasa muda : individu belajar mengambil keputusan dengan
memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih
pekerjaan, karir, melangsungkan pernikahan.Kegagalan pada tahap ini
mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi
orang lain, putus asa akan karir.
g) Dewasa tengah : individu pada usia dewasa tengah umumnya telah
menikah. Individu yang perkembangannya baik akan dapat
mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.Kegagalan pada
tahap ini mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada dirinya sendiri,
produktivitas dan kreatifitas berkurang, dan perhatian terhadap orang
lain berkurang.
h) Dewasa lanjut : individu tetap memerlukan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Kegagalan pada tahap ini
mengakibatkan perilaku menarik diri.
2) Faktor Biologis
Menurut Gaol, (2021), Faktor genetik dapat berperan dalam respons
sosial maladaptif. Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga
dipengaruhi oleh keluarganya dibanding dengan individu yang tidak
mempunyai riwayat penyakit terkait.

3) Faktor Sosiokultural
Menurut Hasriana, Nur & Anggraini, (2013) Isolasi sosial merupakan
faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi:
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti
lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas.

4) Faktor Dalam Keluarga


Menurut Puspitawati, (2020) Pola komunikasi dalam keluarga dapat
mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga
hanya mengiformasikan hal – hal yang negatif akan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan
disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi
traumatik dan enggan berkomunikasi dengan orang lain.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Puspitawati, (2020) faktor presipitasi terdiri dari :

1) Stressor Sosiokultural

Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya. stabilitas unit keluarga dan


berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
2) Stresor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Sutejo (2017) adapun daftar masalah keperawatan pada klien dengan
isolasi sosial sebagai berikut:
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi

c. Intervensi keperawatan

Intervensi pada pasien dengan Isolasi Sosial dapat dilakukan sebagai berikut, SP 1
menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai teman, SP 2 melatih klien
berkenalan dengan 2 orang atau lebih, SP 3 melatih bercakap cakap dengan melakukan
kegiatan harian, SP 4 melatih berbicara sosial seperti meminta sesuatu, berbelanja dan
sebagainya. Intervensi tersebut dilakukan kepada pasien lalu pasien diberikan jadwal
kegiatan sehari dalam upaya mengevaluasi kemampuan pasien (Hasannah, 2019).

d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan klien isolasi sosial yaitu dengan cara membantu klien
mengidentifikasi penyebab, manfaat mempunyai teman,kerugian tidak mempunyai
teman, latihan berkenalan dengan orang lain secara bertahap, Beberapa studi telah
dilakukan untuk mengatasi masalah isolasi sosial dengan memberikan berbagai
intervensi keperawatan (Fadly & Hargiana, 2018).

e. Evaluasi
Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
1. Pasien sudah dapat memahami keuntungan dan keruguan memiliki teman
2. Pasien dapat berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Pasien dapat bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan harian
4. Pasien dapat berbicara social meminta sesuatu berbelanja dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H
DENGAN ISOLASI SOSIAL

Ruang Rawat : Mawar Tanggal di rawat : 15 Februari 2022

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. H
TTL/Umur : 10 November 1980
Informan : Status klien dan komunikasi dengan klien
Jenis Kelamin : Laki laki
Tanggal Pengkajian : 21 Februari 2022
No. Rekam Medik : 178290

II. ALASAN MASUK :


keluarga klien mengatakan klien sering menyendiri, bicara sendiri, sulit tidur, keringat
dingin malam hari, ketakutan, karena kondisi tersebut pada tangal 15 Februari 2022
keluarga membawa klien ke Rumah Sakit Jiwa Daerah di Naimata.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : berhasil kurang berhasil tidak berhasil
3.
Aniaya fisik Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam - - -
keluarga
Tindakan kriminal - - -
Jelaskan No 1,2,3 : Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami sakit yang sama
pada tahun 2015 dan tahun 2019, klien sakit di Bajawa. Pernah berobat pada tahun 2019 di
psikiater namun putus obat pada bulan juni 2021 sehingga sakitnya kambuh kembali.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya Tidak

Hubungan Gejala Riwayat pengobatan/perawatan


keluarg
a
Ayah kandung Klien tampak Terapi yang di dapat :
menyendiri, tidak haloperidal 2x2,5mg, (Indikasi :
bersemangat, malu- Meredakan gejala skizofrenia,
malu ketika diajak Mengobati skizofrenia,
berbicara, suara Mengobati gerakan dan ucapan
pelan hampir tidak spontan yang tidak terkontrol
terdengar, kontak pada penderita penderita
mata kurang, selalu sindrom tourette, Mengatasi
menunduk, sering perilaku kekerasan tidak
garuk-garuk kepala terkontrol pada anak-anak
ketika diajak hiperaktif, Mengatasi tindakan
berbicara, tidak agitasi. Kontra indikasi :
berani memulai Memiliki hipersensitif atau
pembicaraan, klien alergi terhadap kandungan obat
tampak tidur ini.
telentang
menghadap keatas
dengan kedua
tangan diletakan di
dada.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Riwayat Penyakit, Sejak tahun 2015, klien mulai mengalami sakit, awal mulanya
klien berbicara sendiri, tidak lagi mengenal anggota keluarga maupun orang-orang
disekitarnya, kemudian oleh keluarga dibawa ke tim doa, dan selama kurang lebih
5 bulan klien pulih kembali. Pada tahun 2019 klien mengalami depresi karena
gagal kuliah sebab terlambat menyelesaikan skripsi, klien mengurung diri,
berbicara sendiri, kemudian klien dibawa berobat ke Psikiater, klien rutin
mengkonsumsi obat sampai pada tahun 2021. Pada bulan juni 2021 lalu, klien
berhenti mengkonsumsi obat sehingga sakitnya kambuh lagi, sering mengurung
diri, tidak suka bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

IV. FISIK
1. Vital sign : TD : 120/80 mmHg N : 75x/i S : 370C P : 20x/i
2. Antropometri : TB : 167 cm BB : 67 kg Turun : - Naik :-
3. Keluhan fisik : Ya Tidak
Jelaskan :
Masalah keperawatan :-

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
Pasein merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien memiliki 2 orang
adik perempuan dimana semua sudah berkeluarga, ayah dan ibu pasien telah
meninggal dunia.

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

Masalah keperawatan :-

2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Anggota tubuh yang paling disukai adalah dada,
karena menurut klien paling dekat dengan organ tubuh lainnya seperti
jantung dan paru-paru, dan yang paling tidak disukai adalah model
kepalanya.
b. Identitas : Pasien mengatakan hanya lulusan SMA tetapi
sempat kuliah di salah satu universitas yang berada di medan, tetapi
tidak menyelesaikannya.
c. Peran : Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara sekaligus
sebagai ayah dari dua orang anak.
d. Ideal diri : Klien menginginkan cepat sembuh, cita-cita klien sejak kecil
adalah ingin menjadi seorang Arsitektur namun gagal skripsi.
e. Harga diri : Pasien mengatakan merasa dirinya tidak dianggap oleh
keluarga dan merasa malu apabila keluar rumah
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat : Anak laki-laki dan perempuannya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Sebelum sakit
klien pernah mengikuti kegiatan STM (Serikat Tolong Menolong) karena
kegiatan ini sosialnya sangat baik
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien jarang
berinteraksi dengan orang lain, selain dengan anggota keluarganya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama dan
kepercayaan katolik.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan
keagamaan karena sakit.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan :
tidak rapih penggunaan pakaian tidak sesuai
cara berpakaian tidak seperti biasanya
jelaskan : Penampilan pasien tidak seperti berpakaian seperti biasanya
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Pembicaraan
cepat keras gagap inkoheren
apatis lambat membisu
tidak mampu memulai pembicaraan
jelaskan : Pembicaraan dengan klien lambat dimana klien setiap berbicara
memikirkan apa yang mau dikatakan ke perawat
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Aktivitas motorik
lesu tegang gelisah agitasi
tik grimasen tremor kompulsif
jelaskan : Klien tampak tegang dan tremor pada jari-jari dan kaki klien apabila
diajak berinteraksi.
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
4. Alam perasaan
sedih ketakutan putus asa
khawatir gembira berlebihan
jelaskan : Klien mengatakan malu dan takut ketika keluar rumah, dan merasa
putus asa dengan kejadian dimasa lalu karena gagal menyelesaikan skripsi.
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek
datar tumpul labil tidak sesuai
jelaskan : Ekpresi klien labil saat diamati karena emosi klien cepat berubah- ubah
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
6. Interaksi selama wawancara
bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga
jelaskan : Klien selalu menundukkan kepalanya ketika diajak berbicara.
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
7. Persepsi
Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penciuman
jelaskan : Klien mengalami halusinasi pada pendengarannya
masalah keperawatan :Harga Diri Rendah
8. Proses pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
flight of ideas blocking pengulangan pembicaraan
jelaskan : Saat berinteraksi klien berulang kali mengulang kalimat yang
disebutkanya.
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
9. Isi Pikir
obsesi fobia hipokondria
depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
waham
agama somatik kebesaran curiga
nihilistik sisip pikir siar pikir
kontrol pikir
jelaskan : klien memiliki fobia terhadap hewan, dan ketinggian. Klien juga
memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap orang orang disekitarnya.
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
10. Tingkat kesadaran
bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat orang
jelaskan : Klien terlihat kebigungan terhadap beberapa orang disekitarnya begitu
pula dengan tempat tempat yang tidak pernah klien kunjungi.
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : Memori klien mengalami gangguan khususnya pada ingatan yang sudah
lama.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana
jelaskan : Kesulitan dalam konsentrasi apalagi pada saat berhitung
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan : Klien memiliki gangguan ringan pada kemampuan penilaian
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

14. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : Klien selalu mengingkari penyakit yang dideritanya
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal bantuan total
2. Defekasi dan berkemih
Bantuan minimal bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal bantuan total
4. Berpakaian dan berhias
Bantuan minimal bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 1 jam s/d 2 jam
Tidur malam lama : 5 jam s/d 6 jam
Aktivitas sebelum dan setelah tidur: makan s/d mandi
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak
Sistem pendukung Ya tidak
8. Aktivitas di dalam rumah
mempersiapkan makanan Ya tidak
menjaga kerapihan rumah Ya tidak
mencuci pakaian Ya tidak
mengatur keuangan Ya tidak
9. Aktivitas di luar rumah
belanja Ya tidak
transportasi Ya tidak
lain-lain Ya tidak
jelaskan : Klien tidak menikmati pekerjaan apapun, klien lebih tenang duduk
didalam kamar
masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif menghindar
olahraga mencederai diri
lainnya lainnya
masalah keperawatan : Isolasi Sosial

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, yaitu Pasien megatakan dukungan
psikososial dan lingkungan di yayasan sangat baik.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, yaitu Semenjak pasien mengalami
depresi Pasien tidak penah bersosialisasi lagi dengan lingkungan tempat
tinggalnya klien hanya terus mengurung diri dikamar dan merasa malu ketika
keluar rumah.
Masalah dengan pendidikan, yaitu Pasien mengatakan gagal dalam
menyelesaikan pendidikan kuliahnya.
Masalah dengan pekerjaan, yaitu Pasien mengatakan usahanya bangkrut dan
mengalami depresi
Masalah dengan perumahan, uraikan –
Masalah dengan ekonomi, uraikan –
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan –
Masalah lainnya, uraikan –
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa sistem pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
koping obat-obatan
Lainnya :
Masalah keperawatan : Isolasi sosial

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia paranoid episode berulang
Terapi medik :
- Clozapine 25 mg 2x1
- Inj. Diazepam 1amp/hari
- Inj. Lodomer 1 amp/hari
- Respridon 2mg 2x1

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

- Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


- Isolasi Sosial : Menarik Diri
Pohon Masalah

HALUSINASI
PENDENGARAN

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

XIII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

- Isolasi Sosial : Menarik Diri


- Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
- Halusinasi Pendengaran

XIV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama : Tn. H Ruangan : Mawar No. Rekam medik : 178290

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan


Isolasi Sosial TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang
DS : lain.
- Keluarga klien TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling
mengatakan klien percaya.
lebih sering - Bina hubungan saling peracaya dengan
menyendiri. mengungkapkan prinsip komunikasi
- Keluarga klien terapeutik:
mengatakan klien - Sapa klien dengan ramah, baik verbal
tidak mau bergaul maupun non verbal
dengan orang lain - Pekenalkan diri dengan sopan
dan klien tidak - Tanyakan nama lengkap klien & nama
mempunyai teman panggilan yang disukai klien
dekat. - Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
DO : - Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
- Klien sering
- Beri perhatian pada klien dan perhatian
menghindari
kebutuhan dasar klien.
pembicaraan
- Klien lebih sering TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab
menyendiri, menarik diri
menundukkan - Kaji perilaku klien tentang perilaku
kepalanya ketika menarik diri dan tanda-tandanya
diajak berbicara - Beri kesempatan kepada klien untuk
- Cara bicara klien mengungkapkan perasaan penyebab
lemah dan dengan menarik diri atau tidak mau bergaul
nada rendah - Disksikan bersama klien tentang
perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
- Berikan pujian terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan
perasaaanya.

TUK 3 : Klien mendapatkan keuntungan


berhubungan dengan orang lain, dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
- Kaji pengetahuan klien tentang manfaat
dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
- Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya tentang
keuntungan berhubungan dengan orang
lain
- Diskusikan bersama klien tentang
keuntungan berhubungan dengan orang
lain
- Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan pengungkapan perasaan
tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain.

TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubugan


social secara bertahap.
- Kaji kemampuan klien membina
hubungan dengan orang lain
- Dorong dan bantu klien untuk
berhubungan dengan orang lain melalui
tahap : Klien-Perawat, Klien-Perawat-
perawat lain-Klien lain, Klen- Perawat-
Keluarga- Kelompok- Masyarakat.
- Beri reinforcement terhadap
keberhasilan yang telah dicapai.
- Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat
berhubungan
- Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan bersama klien lain dalam
mengisi waktu
- Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan
ruangan
- Beri reinforcement atas kegiatan klien
dalam ruangan.

TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan


perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain, memanfaatkan obat dengan baik.
- Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaanya bila berhubungan dengan
orang lain
- Diskusikan dengan klien tentang
perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain
- Beri reinforcement positif atas
kemampuan klien mengungkapkan
manfaat berhubunagn dengan orang lain.

TUK 6 : Klien dapat memberdayakan system


pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain.
- Bina berhubungan saling percaya
dengan keluarga: Salam perkenalkan
diri, Sampaikan tujuan, Buat kontrak,
Eksplorasi perasaan keluarga
- Diskusikan dengan anggota keluarga
tentang: perilaku menarik diri, penyebab
peilaku menarik diri, akibat yang akan
terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi, cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untuk
memberi dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin
dan bergantian menjenguk klien
minimal satu minggu sekali
- Beri reinforcement atas hal-hal yang
telah dicapai oleh keluarga.

XV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Nama : Tn. H Ruangan : Mawar No. Rekam medik : 178290


Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Selasa Tindakan keperawatan : S : Selamat pagi, nama saya
22-02-2022 Membina hubungan saling percaya Tn.H, umur 42 tahun, tidak
09.00 wib antara klien dan perawat dengan bekerja, sudah menikah,
mengungkapkan prinsip komunikasi pendidikan terakhir SMA,
terapeutik : saya malu dan takut dihina
1. Menyapa klien dengan ramah, baik saat bertemu dengan orang
verbal maupun non verbal lain karena saya pernah gagal
2. Memperkenalkan diri dengan sopan menyelesaikan skripsi dan
3. Menanyakan nama lengkap klien & usaha yang saya kembangkan
nama panggilan yang disukai klien selama ini mengalami
4. Menjelaskan tujuan pertemuan bangkrut, keuntungannya
5. Menunjukkan sikap empati dan banyak teman dan bisa
menerima klien apa adanya berbagi cerita, kerugiannya
Rencana Tindak Lanjut : tidak ada teman,
SP 1 klien: bersalaman, ucapkan salam,
1. Mengidentifikasi penyebab Isolasi sebutkan nama, hobi dan asal,
Sosial jadwalnya jam
2. Berdiskusi dengan klien tentang 08.00 pak.
keuntungan bila berhubungan dengan O : klien mampu menjawab
orang lain. sapaan, mau berjabat tangan
3. Berdiskusi dengan klien tentang mampu menyebutkan nama
kerugian bila tidak berhubungan lengkap tidak ada kontak mata,
afek tumpul, bicara lambat
dengan orang lain. (suara pelan hampir tidak
4. Mengajarkan klien cara berkenalan terdengar), mau duduk
Menganjurkan klien memasukan berdampingan dengan perawat,
kegiatan latihan berkenalan kedalam mampu mengutarakan masalah
yang dihadapi, mampu
kegiatan harian.
menyebutkan keuntungan dan
kerugian berkenalan, mampu
menyebutkan cara berkenalan,
klien mau memasukan
latihan berkenalan kedalam
jadwal harian jam 08.00

A : BHSP dan SP 1 berhasil,


Isolasi Sosial (+)
P : lanjutkan SP 2.
Rabu Tindakan keperawatan : S : Selamat pagi, tadi jam
23-02-2022 SP 2 klien: 08.00 saya latihan berkenalan,
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan selamat pagi perkenalkn nama
10.00 wib harian saya Tn. H hobi main sepak
klien bola, asal saya dari Bajawa,
2. Memberikan kesempatan pada nama suster siapa, hobi suster
klien memperaktikan cara berkenalan. apa, asal suster dari mana.
3. Mengajarkan klien berkenalan Jadwalnya jam 08.00 dan
dengan orang pertama (seorang 16.00
perawat) O : klien menyebutkan cara
Menganjurkan klien memasukan berkenalan, klien
kedalam jadwal kegiatan harian. memperaktekan cara
Rencana Tindak lanjut : berkenalan dengan seorang
SP 3 klien : perawat, kontak mata kurang,
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan afek tumpul, bicara lambat,
harian klien klien dapat memasukan
2. Memberikan kesempatan kepada jadwal berkenalan jam 08.00
klien memperaktikan cara berkenalan dan 14.00.
dengan orang pertama
3. Melatih klien berinteraksi secara A : SP 2 tercapai, Isolasi
bertahap (Berkenalan dengan orang Sosial belum teratasi
kedua seorang klien)
P : lanjutkan SP 3
Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian.
Kamis Tindakan Keperawatan : S : Selamat Pagi, sudah
24 02 2022 SP 3 klien : kemarin sore
10.30 wib 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian jam 16.00 dan tadi pagi
klien jam 08.00 latihan
2. Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan perawat
klien dan
memperaktikan cara berkenalan dengan teman sekamar, selamat pagi,
orang pertama perkenalkan nama saya D,
3. Melatih klien berinteraksi secara hobi saya main sepak bola,
bertahap (Berkenalan dengan orang asal saya dari bajawa, nama
kedua seorang klien) bapak siapa, hobi bapak apa,
Menganjurkan klien memasukan asal bapak dari mana, besok
kedalam jadwal kegiatan harian. latihan lagi jam 11.00.
O : klien mempraktekan cara
berkenalan dengan seorang
perawat dan kien lainnya,
kontak mata kurang, afek
tumpul, bicara lambat (suara
pelan hampir tidak terdengar,
klien memasukan jadwal
latihan berkenalan dengan
orang kedua kedalam jadwal
hariannya yaitu pukul 10.00.
A : SP 3 tercapai.
P : Lanjutkan SP 4
P Isolasi Sosial pada
pertemuan empat pada hari
jumat 25 Februari 2022 pukul
10.00, diruang perawatan
klien.
klien : Memotivasi klien
latihan berkenalan dengan
perawat lain sesuai jadwal
yang dibuat.
Jumat Tindakan Keperawatan : S : Selamat pagi, saya sudah
25-02-2022 Mengevaluasi SP 3 Klien : latihan berkenalan dengan
11.00 wib 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian teman sekamar saya, saya
klien sudah melatih berkenalan,
2. Memberikan kesempatan kepada selamat pagi, perkenalkan
klien nama saya Tn.H biasa
memperaktikan cara berkenalan dengan dipanngil H, hobi saya main
orang pertama sepak bola, asal saya dari
3. Melatih klien berinteraksi secara bajawa, nama teman siapa,
bertahap (Berkenalan dengan orang senang dipanggil apa, asalnya
kedua seorang klien) darimana, hobinya apa.
Menganjurkan klien memasukan
O : Klien mempraktekkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
cara berkenalan dengan
perawat dan teman
sekamarnya, kontak mata
kurang, bicara lambat, klien
memasikkan jadwal latihan
berkenalan kedalam jadwal
hariannya yaitu pada pukul
16.00.
A : SP 3 P tercapai Isolasi
Sosial berkurang
P:
- Lanjutkan mengevaluasi
SP 3
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, L. (2020). Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan


Skizofrenia.Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.
Http://Repository.Akperykyjogja.Ac.Id/Id/Eprint/295
Apriliani, D, & Herliawati H (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi
Sosial: Menarik Diri Dengan Menerapkan Terapi Social Skill Trainning. Diss. Sriwijaya
university.
Arisandy, W (2017). "Pengaruh Penerapan Terapi Musikal Pada Pasien Isolasi Sosial
Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Dirumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2017." Proceeding Seminar Nasional
Keperawatan..Http://Www.Conference.Unsri.Ac.Id/Index.Php/SNK/Article/View/7 85
Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu, L. W. (2020). Terapi Kognitif Terhadap
Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan, 11(2),226-235
Http://Dx.Doi.Org/10.26751/Jikk.V11i2.822
Pardede, J. A. (2020). Decreasing Hallucination Response Through Perception
Stimulation Group Activity Therapy In Schizophrenia Patients. Iar Journal of Medical
Sciences, 1(6), 304-309.
Anna Keliat, Budi. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Anonym. 2011. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial http://www.scribd.com diakses tanggal
25/09/2012
Anonym. 2010. KTI Isolasi Sosial http://www.docstoc.com diakses tanggal
25/09/2012 Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Sukaesti, D. (2019). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(1), 19. https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.19-24
Wahyu Ratna Riskiyani, F. S. S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Jiwa
Dengan Isolasi Sosial.

Anda mungkin juga menyukai