Anda di halaman 1dari 52

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEMANDIRIAN

LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING


(ADL) DENGAN MASALAH HIPERTENSI
DI PUSKESMAS BIRU

OLEH :

KELOMPOK 9

1. ALDFI AFIFAH NURPA (BT1801030)


2. FITRIA RAMADHANTI (BT1801035)
3. RESKI RISALDI (BT1801052)
4. YUSNI (BT1801059)

AKADEMIK KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatulllahi Wabarokatu

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subenallahu Wa


Ta’alaatas segala rahmat danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas penelitian yang berjudul “Hubungan DukunganKeluarga terhadap
Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Activity of Daily Living(ADL) dengan
Masalah Hipertensi di Puskesmas Biru “ dengan baik. Tersusunnya tugas ini tidak
lepas dari bimbingan, saran, dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepala Puskesmas, terima kasih yang sudah memberikan izin dan


kesempatan untuk melakukan penelitian di Puskesmas Biru Kabupaten
Bone.
2. Ibu Hj. Mardiana, S.Kep.,Ns, M.Kep Selaku pembimbing yang telah
membantu dalam proses penyusunan tugas ini.
3. Irawati, S.Si.,M.Kes, Juga selaku dosen pengampu mata kuliah Riset
Keperawatan.
4. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuan dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Semoga
AllahSubenallahu Wa Ta’ala senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu

Watampone, 15 Februari 2021

Peneliti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................5
C. TujuanPenelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................5
BABII TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori................................................................................................6
1. Defenisi....................................................................................................6
a. Defenisi..............................................................................................6
b. Patofisilogi.........................................................................................6
c. Penyebab............................................................................................6
d. Tanda dan Gejala................................................................................9
e. Komplikasi.........................................................................................9
f. Klasifikasi..........................................................................................12
g. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi........................................................12
h. Penatalaksanaan.................................................................................15
2. Lansia.......................................................................................................17
a. Defenisi..............................................................................................17
b. Batasan Pada Lansia...........................................................................17
3. Kemandirian Lansia.................................................................................18
a. Defenisi Kemandirian Lansia.............................................................18
b. Activity of Daily Living(ADL)..........................................................18
c. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia..............................18
d. Nilai Activity of Daily Living (ADL)................................................20
4. Dukungan Keluarga.................................................................................22
1. Defenisi..............................................................................................22
2. Jenis Dukunga Keluarga....................................................................22

ii
3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga..............................24
B. Kerangka Konsep...........................................................................................25
C. Hipotesis.........................................................................................................26
D. Defenisi Operasional......................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian............................................................................................27
B. Populasi dan Sampel......................................................................................27
C. Teknik Pengambilan Sampel..........................................................................28
D. Lokasi dan Waktu..........................................................................................28
E. Analisa Data dan Penyajian...........................................................................29
F. Instrumen Penelitian.......................................................................................29
G. Etika Penelitian..............................................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil...............................................................................................................32
B. Pembahasan....................................................................................................34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................36
B. Saran ..............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari (Rahmawati dalam Sapti, 2019). Secara umum, semakin menua
seseorang, kondisi kesehatan juga akan mengalami penurunan. Secara
demografi, diperkirakan Indonesia akan mencapai 1,2 milyar lansia
ditahun 2025, sedangkan menurut World Health Organization (WHO)
bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal
6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan
Pusat Statistik 2014 dalam Fera, Dian, 2018).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistol dan diastol
mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan (tekanan sistol
diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg) (Murwarni dalam
Iswahyuni, 2017). Menurut American Society of Hypertension (ASH)
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang
progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan, WHO menyatakan hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII) berpendapat
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg,
sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga diartikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90
mmHg. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten diatas 140
mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.(Nuraini, 2015).

1
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5
Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Hingga saat ini
hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar untuk tetap
diatasi. WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi
menyerang 22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di
Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka
23,7% dari total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016 (Anitasari
dalam Hariawan & Tatisina, 2020).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian
Kesehatan tahun 2018 menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi
dibandingkan hasil pada tahun 2013. Prevalensi kejadian hipertensi
berdasarkan hasil riskesdas 2018 adalah 34,1%. Angka tersebut lebih
tinggi disbandingkan tahun 2013 yang menyentuh angka prevalensi
25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke
atas (Kementerian Kesehatan RI dalam Hariawan & Tatisina, 2020).
Berdasarkan Risdakes 2018 provinsi Sulawesi Selatan prevalensi
hipertensi dengan dignosis dokter tertinggi pada umur 65-74 tahun
(20,33%), berjenis kelamin perempuan (9,58%), pendidikan tidak/belum
pernah sekolah (12.27%), tidak bekerja (10,61%), dan tempat tinggal
diperkotaan (7,86%). Dan di Kabupaten Bone prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran (29,33%). (Kemenkes RI, 2019).
Dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakan seseorang
kepada anggota keluarganya berupa dukungan informasional, dukungan
instrumental, dukungan penilaian, dan dukungan emosional (Friedman
dalam Z. M. Pratama, 2019).Selanjutnya menurut Mahmunah (Z. M.
Pratama, 2019), dukungan keluarga adalah dukungan yang berupa nasihat

2
verbal atau nonverbal, bantuan nyata atau bantuan tindakan yang
mempunyai manfaat emosional atau efek prilaku penerima, selain itu
penerima merasa di pedulikan dan dihargai atau dicintai.
Segala bentuk perhatian kecil yang diberikan keluarga diharapkan
dapat membantu memotivasi lansia untuk terus meningkatkan kualitas
hidupnya. Semua bentuk dukungan yang diberikan keluarga diharapkan
mampu meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lansia, sehingga
akan meningkat pula kualitas hidup lansia. Tidak mudah bagi lansia untuk
menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam fase terakhir
kehidupannya. Kehadiran keluarga memainkan peran penting dalam
berbagai perubahan yang dialami lansia, baik perubahan perkembangan,
perubahan fisiologis, ataupun perubahan psikososial. (Yusselda &
Wardani, 2016).
Aktivitas kehidupan harian atau ADL (Activities Daily Living)
adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri antara lain : makan, minum,
mandi, toileting, berpakaian, dan berpindah tempat. Penilaian ADL
penting dalam penilaian level bantuan bagi lansia dengan tingkat
ketergantungan penuh atau sedang (Tamher & Noorkasiani dalam Z. M.
Pratama, 2019). Masalah fisik atau yang berhubungan dengan ADL pada
lansia merupakan faktor yang tidak kalah penting dari masalah-masalah
lain yang dihadapi lansia, bahkan masalah pemenuhan ADL dianggap
lebih menonjol bila dibanding dengan masalah lainnya(Baroboh &
Irafayani dalam Muhtar & Aniharyati, 2019).
Berdasarkan jurnal penelitian (Puspandari, Wilda, 2019)
menemukan bahwa Dukungan keluarga pada lansia dengan komplikasi
hipertensi di Posyandu Lansia di Desa Banjarejo Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk dari 37 responden hampir setengahnya dengan
kategori cukup yaitu 15 responden (40,5%).Activity daily living pada pada
lansia dengan komplikasi hipertensi di Posyandu Lansia di Desa Banjarejo
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk dari 37 responden sebagian besar
activity daily living pada lansia dengan kategori ketergantungan ringan

3
yaitu 20 responden (54,1%).Ada hubungan dukungan keluarga dengan
activity daily living pada lansia dengan komplikasi hipertensi di Posyandu
Lansia di Desa Banjarejo Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk ρ value
= 0,000 ≤ α = 0,05 r = 0,598.
Berdasarka jurnal penelitian (Ishak et al., 2018) menemukanbahwa
terdapat dukungan keluarga yang baik sebanyak 25 responden (78,1%)
dengan yang memiliki aktivitas sehari-harinya ketergantungan atau
dibantu keluarga sebanyak 18 responden (56,2%), dan ada hubungan
dukungan keluarga dengan aktivitas lansia yang menderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Maiwa Kabupaten Enrekang pada tahun 2018
dengan nilai P= 0,011.
Berdasarkan jurnal penelitian (Fera, Dian, 2018) menemukan
bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara dukungan keluarga
dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari
(p=0.001), dimana dukungan keluarga berada pada kategori baik dengan
kemandirian lansia dalam katogori baik sebanyak 24 (20.1%) responden
maka dari itu sebaiknya keluarga agar selalu memberikan dukungan
kepada lansia agar kemandirian lansia lebih baik.
Berdasarkan jurnal penelitian (Sampelan et al., 2015) menemukan
bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara dukungan keluarga
dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari
(p=0.003), dimana dukungan keluarga berada pada kategori baik sebanyak
44 (69.8%) responden, dan kemandirian lansia yang sebagian besar
termasuk dalam kategori baik yaitu 41 (65.1 %) responden,maka dari itu
sebaiknya keluarga agar selalu memberikan dukungan kepada lansia agar
kemandirian lansia lebih baik.
Melihat pentingnya dukungan keluarga yang mempengaruhi
kemandirian lansia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kemandirian
Lansia DalamPemenuhan Activity Of Daily Living (ADL) Dengan
Masalah Hipertensi di Puskesmas Biru”.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut “Bagaimana Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
Kemandirian LansiaDalam Pemenuhan Activity of Daily Living (ADL)
Dengan Masalah Hipertensi di Puskesmas Biru
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap
kemandirian LansiaDalam Pemenuhan Activity of Daily Living (ADL)
Dengan Masalah Hipertensi di Puskesmas Biru
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat bagi Keluarga dan Lansia
Memberikan pemahaman tentang dukungan-dukungan yang perlu
diberikan kepada lansia agar lansia menikmati kehidupannya dalam
beraktivitas
b. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah wawasan tentang dukungan keluarga terhadap kemandirian
lansia dalam beraktivitas sehari-hari dan sebagai sumber referensi bagi
peneliti selanjutnya
c. Manfaat bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang perluny dukungan
keluarga terhadap lansia dalam beraktivitas sehari-hari.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Hipertensi
a. Defensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanandarah dalam pembuluh darah arteri
secara terus-menerus lebih dari suatu periode.Hal ini terjadi bila
arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat
darahsulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding
arteri (Udjianti dalam Khairunnisa, 2019).Hingga saat ini
hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar
untuk tetap diatasi. WHO (World Health Organization)
menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk dunia,
dan mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi
juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total
1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016 (Anitasari dalam
Hariawan & Tatisina, 2020).
b. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total
peripheral resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari
variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat
menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas
tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan
darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi
cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal
dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem

6
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon
angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten
dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh
sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya olehhormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubahmenjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya,
volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteronakan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

7
konsentrasi NaCl akan diencerkankembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah.(Nuraini, 2015).
c. Penyebab
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah
jantung atau peningkatan tekananperifer. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang mempengaruhiterjadinyahipertensi:
1. Genetik : Respons neurologi terhadap stres atau kelainan
ekskresi atautranspor Na.
2. Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
3. Stres karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua
sertapelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan
terjadinya perubahan padaelastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku,kemampuan jantung memompa
darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, danmeningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia 20
tahunkemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun
shinggamenyebabkan menurunnya kontraksi dan volume.
Elastisitas pembuluh darahmenghilang karena terjadi kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untukoksigenasi (Aspiani dalam
Khairunnisa, 2019).Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang
belum diketahui pasti disebudengan hipertensi primer atau esensial,
sedangkan 7% disebabkan oleh kelainanginjal atau hipertensi
renalis, dan 3%disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi
hormonal dan penyebab lain (Muttaqin A dalam Khairunnisa,
2019). Sebagai faktorpredisposisi dari hipertensi esensial adalah
penuaan, riwayat keluarga, asupanlemak jenuh atau natrium yang

8
tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang menuntutsering duduk dan
tidakbergerak, stress, merokok (Kowalak JP, Welsh W, MayerB
dalam Khairunnisa, 2019).
d. Tanda Dan Gejala
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi
menurut Elizabeth J. Corwin(Nuraini, 2015) ialah bahwa sebagian
besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-
tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala
saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat
kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari)
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,
edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara
pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.
Gejala lain yang seringditemukan adalah epistaksis, mudah marah,
telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang.
e. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan
penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi
umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem
organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20
tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila
penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital. Sebab kematian yang seringterjadi adalah
penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.

9
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa
perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi beratselain kelainan koroner dan miokard. Pada otak
sering terjadi stroke dimana terjadiperdarahan yang disebabkan
oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient
Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpaisebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada
hipertensi maligna.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian
menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
1. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan,
tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri
yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami

10
arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi
terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset
cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga
mendorong cairan masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh
susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron
di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.
2. Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah
tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai
oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang
tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang
pada akhirnya dapat menjadi infark.
3. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan
glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal.
Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan
protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema
sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasmaterjadi pada
hipertensi kronik.
4. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan
makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat
pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada

11
retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah
iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat
aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala,
yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium
akhir.(Nuraini, 2015).
f. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO (Khairunnisa, 2019)

Kategori Tekanan Darah


Sistolik Diastolik
Optimal <120 Dan 80
Normal 120-129 Dan / Atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan / Atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan / Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan / Atau 100-109
Hipertensi derajat 3 180 Dan / Atau 110
Hipertensi sistolik 140 Dan / Atau 90
Terisolasi

g. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac

12
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :
1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
2) Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah
pada kebanyakan kelompoketnik di semua umur. Menurut
National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi
tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
wanita, dibandingkandengan prevalensi 18% untuk pria dan
17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi
normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994)
perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya
resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik padaginjal.
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause salah satunya adalah penyakit jantung
koroner.Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan

13
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
4) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon
adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah pun meningkat.
5) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan
yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan
otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
6) Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
(WHO)merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat

14
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar
2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume
darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
7) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis..Dalam penelitian kohort prospektif
oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang
awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari.Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian
ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
(Nuraini, 2015).
h. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk
mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovakuler dan ginjal. fokus utama dalam penatalaksanaan
hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target <140/90
mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau panyakit
ginjal, target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Pencapaian

15
tekanan darah target secara umum dapat dilakukan dengan dua cara
sebagai berikut:
1. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan
merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol
berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
meningkatkan konsumsi buahdan sayur
a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih:
peningkatan berat badan di usia dewasa sangat
berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena
itu, manajemen berat badan sangat penting dalam
prevensi dan kontrol hipertensi.
b. Meningkatkan aktifitas fisik: orang yang aktivitasnya
rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada
yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45
menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan
primer dari hipertensi.
c. Mengurangi asupan natrium
d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol: kafein dapat
memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari
dapat meningkatkan risiko hipertensi.
2. Terapi Farmakologi:
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang
dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide
(Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel
blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker
atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB) diuretik tiazid

16
(misalnya bendroflumetiazid).Adapuncontoh-contoh obat anti
hipertensi antaralain yaitu:
a. beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol),
b. penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya
captopril, enalapril),
c. antagonis angiotensin II (misalnya candesartan,
losartan),
d. calcium channel blocker (misalnya amlodipin,
nifedipin) dan
e. alpha‐blocker (misalnya doksasozin).(Nuraini, 2015).
2. Lansia
a. Defenisi
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami
olehsemua orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa
dihindari olehsiapapun, namun manusia dapat berupaya untuk
menghambatkejadiannya. Menua (menjadi tua: aging) adalah suatu
prosesmenghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk
memperbaikidiri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsinormal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaikikerusakan yang diderita(Ranah dalam I. H.
Pratama, 2017).
b. Batasan Pada Lansia
1. Dalam Depkes (I. H. Pratama, 2017)
Kelompok usia lanjut adalah kelompok yang berusia 60 tahun
keatas yang di golongkan menjadi 3, yaitu.
a. Kelompok lansia dini (usia 45 - < 60 tahun) merupakan
kelompok pra lansia atau yang baru memasuki fase lansia.
b. Kelompok lansia (usia 60-70 tahun).
c. Kelompok yang beresiko tinggi yaitu lansia yang lebih
berusia 70 tahun.
2. Menurut WHO (I. H. Pratama, 2017)

17
Pembagian usia dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59
tahun.
b. Lansia (elderly) kelompok usia 60-70 tahun.
c. Lansia tua (very old) kelompok usia 70-90 tahun.
d. Usia diatas 90 tahun.

3. Kemandirian Lansia
a. Defensi Kemandirian Lansia
Dari pendapat para ahli Ruhidawati (I. H. Pratama, 2017)
mengartikankemandirian merupakan suatu keadaan diamana
seorang individumemiliki kemauan dan kemampuan berupaya
untuk memenuhituntunan kebutuhan hidupnya secarasah, wajar
dan bertanggung jawabterhadap segala hal yang dilakukannya,
namun demikian tidak berartiberarti bahwa orang yang mandiri
bebas lepas tidak memiliki kaitandengan orang lain.
Sedangkan menurut(Mutadin dalam I. H. Pratama,
2017)juga mengatakan bahwa untukdapat mandiri seseorang
membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga
serta lingkungan disekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas
diri sendiri. Selain itu kemandirian bagi oranglanjut usia dapat
dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup orang lanjutusia dapat
dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
b. Activity of Daily Living (ADL)
Aktivitas kehidupan harian atau ADL (Activities Daily
Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri antara lain :
makan, minum, mandi, toileting, berpakaian, dan berpindah
tempat. Penilaian ADL penting dalam penilaian level bantuan bagi
lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang (Tamher
& Noorkasiani dalam Z. M. Pratama, 2019).

18
Selanjutnya menurut Ekasari, Riasmini & Hartini (Z. M.
Pratama, 2019)ADL (Activities Daily Living) yaitu keterampilan
dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dalam merawat dirinya,
meliputi pakaian, makan, minum, toileting, mandi dan berhias
c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia
Menurut Hardywinoto (I. H. Pratama, 2017) kemauan dan
kemampuan untuk melakukan activity ofdaily living tergantung
pada beberapa faktor,yaitu:
a) Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien
menunjukkantanda kemauan dan kemampuan, ataupun
bagaimana klien bereaksiterhadap ketidakmampuan
melaksanakan activity of daily living. Saat perkembangan dari
bayi sampai dewasa, seseorang secarperlahan–lahan berubah
dari tergantung menjadi mandiri dalammelakukan activity of
daily living.
b) Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi
kemampuanpartisipasi dalam activity of daily living, contoh
sistem nervousmengumpulkan, menghantarkan dan mengolah
informasi darilingkungan. Sistem muskuloskeletal
mengkoordinasikan dengansistem nervous sehingga dapat
merespon sensori yang masukdengan cara melakukan gerakan.
Gangguan pada sistem ini misalnyakarena penyakit, atau
trauma injuri dapat mengganggu pemenuhanactivity of daily
living.
c) Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap
berbagaimacam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan
stress (stressor),dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau
dapat mengganggukeseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat

19
berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti
kehilangan.
d) Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup
mengaturlingkungan fisik disekitarnya dan membantu
homeostasis internal(keseimbangan dalam tubuh dan
lingkungan). Salah satu iramabiologi yaitu irama sirkardian,
berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian
membantu pengaturan aktivitas meliputitidur, temperatur
tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikutberperan pada
irama sirkardian diantaranya faktor lingkunganseperti hari
terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhiactivity of
daily living.
e) Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.
Keadaan status mental akan memberi implikasi pada
pemenuhankebutuhan dasar individu. Seperti yang
diungkapkan oleh Cahya yangdikutip dari Baltes, salah satu
yang dapat mempengaruhiketidakmandirian individu dalam
memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental.
Seperti halnya lansia yang memorinyamulai menurun atau
mengalami gangguan, lansia yang mengalamiapraksia tentunya
akan mengalami gangguan dalam pemenuhankebutuhan –
kebutuhan dasarnya
f) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen
lansiayang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pelayanankesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya
adalah posyandulansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam
posyandu salah satunyaadalah pemeliharan Activity of Daily
Living. Lansia yang secara aktifmelakukan kunjungan ke

20
posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baikdari pada lansia
yang tidak aktif ke posyandu (Pujiono dalam I. H. Pratama,
2017).
d. Nilai Activity of Daily Living (ADL)
Pengkajian ADL (Activities Daily Living) penting untuk
mengetahui tingkat ketergantungan yang di perlukan lansia dalam
kehidupan sehari-hari. Pengukuran kemandirian ADL (Activities
Daily Living) pada lansia dapat menggunakan Indeks Barthel.
Indeks Barthel untuk mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas.(Moa dalam Z. M. Pratama,
2019)mengungkapkan bahwa indeks Barthel dapat digunakan
sebagai kriteriadalam menilai kemampuan fungsional terutama
pada lansia.
Indeks barthel menurut Kemenkes RI (Z. M. Pratama, 2019)

21
N FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL
O
1 Mengendalika 0 Tidak terkendali/tak
n rangsang 1 teratur (perlu pencahar
BAB 2 Kadang-kadang tak
terkendali
(1x / minggu )
Terkendali teratur
2 Mengendalika 0 Tak terkendali / pakai
n rangsang kateter
BAK 1 Kadang-kadang tak
terkendali
(hanya 1 x 24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan 0 Butuh pertolongan
diri(mencuci orang lain
wajah, 1 Mandiri
menyikat gigi,
keramas,menc
ukur kumis)
4 Penggunaan 0 Tergantung
WC ) pertolongan orang
keluarmasuk lain
WC, 1 Perlu pertolongan pada
melepas beberapa
/memakai kegiatan yang lain
celana, cebok, 2 Mandir
menyiram)
5 Makan minum 0 Tidak mampu
(jika 1 Perlu ditolong
makananharus 2 memotong makanan
berupapotonga Mandiri
n dianggap
dibantu)
6 Bergerak dari 0 Tidak mampu
kursi roda ke 1 Perlu banyak bantuan
tempat tidur untuk bisa
dan sebaliknya duduk (2 orang)
(termasuk 2 Bantuan minimal 1
duduk di orang
tempat 3 Mandiri
Tidur)
7 Berjalan di 0 Tidak mampu
tempat rata 1 Bisa pindah dengan
(atau jika kursi roda
tidak bisa 2 Berjalan dengan
berjalan, bantuan 1 orang
menjalankan 3 Mandiri
kursi roda)
8 Berpakaian 0 Tergantung orang lain
(termasuk 1 Sebagian dibantu
memasang tali 2 Mandir
sepatu,
mengencangka
n sabuk)
9 Naik turun 0 Tidak mampu
tangga 122 Butuh pertolongan
2 Mandiri
1 Mandi 0 Tergantung orang lain
0 1 Mandiri
Skor Indeks Barthel (nilai AKS)
20 : Mandiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan ringan (B)
5 – 11 : Ketergantungan sedang (B)
5–8 : Ketergantungan Berat (D)
0–4 : Ketergantungan total (C)
4. Dukungan Keluarga
1. Defenisi
Istilah “dukungan” diartikan sebagai bantuan yang di
terima seseorang dari orang lain, yaitu lingkungan sosial seperti
orang terdekat dalam keluarga terutama orang tua, teman ataupun
anggota keluarga lain. Dukungan keluarga merupakan sikap atau
tindakan seseorang kepada anggota keluarganya berupa dukungan
informasional, dukungan instrumental, dukungan penilaian, dan
dukungan emosional(Friedmandalam Z. M. Pratama, 2019).
Selanjutnya menurut Mahmunah (Z. M. Pratama, 2019),
dukungan keluarga adalah dukungan yang berupa nasihat verbal
atau nonverbal, bantuan nyata atau bantuan tindakan yang
mempunyai manfaat emosional atau efek prilaku penerima, selain
itu penerima merasa di pedulikan dan dihargai atau dicintai.
2. Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (Z. M. Pratama, 2019), ada empat jenis tipe
dalam dukungan keluarga:
1) Dukungan emosional
Setiap individu pasti membutuhkan tempat yang nyaman
dan aman untuk sekedar beristirahat atau menenangkan pikiran.
Setiap orang mempunyai segala bentuk permasalahan yang
berbeda-beda pasti akan memerlukan bantuan keluarga untuk
memberikan solusi bagi permaslahan yang dialaminya
2) Dukungan penilaian

23
Dimana keluarga bertindak sebagai fasilitator atau
penengah dalam pemecahan suatu masalah yang terjadi di
dalam rumah yang dihadapi oleh anggota keluarga. Dukungan
dan perhatian yang diberikan keluarga merupakan bentuk
penghargaan positif yang diberikan terhadap seorang individu.
3) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan dalam hal
pengawasan,kebutuhan individu dan juga dapat mencarikan
solusi yang dapat membantu individu dalam melakukan suatu
kegiatan.
4) Dukungan informasi
Keluarga juga berfungsi sebagai pemberi informasi,
diharapkan individu dapat menerima informasi yang diberikan
oleh keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Hal yang mempengaruhi faktor dukungan keluarga adalah
kelas sosial ekonomi orang tua dan tingkat pendidikan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi dukungan keluarga
yang diberikan pada anggota keluarga yang lain(Friedman dalam
Z. M. Pratama, 2019).
Menurut (Purnawan dalam Z. M. Pratama, 2019), faktor
yang mempengaruhi dukungankeluarga ada dua, yaitu :
1) Faktor internal
a) Tahap perkembangan
Yaitu dukungan dapat ditentukan oleh faktormemiliki
respon dan pemahaman terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda.
b) Pendidikan atau pengetahuan
Dukungan terbentuk dari intelektual yang berlatar belakang
pendidikan dan pengalaman masa lalu, kemampuan

24
kognitif akan membantu utuk memenuhi faktor-faktor yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
c) Faktor emosi
Faktor emosional juga berpengaruh terhadap dukungan
seseorang dalam pelaksanaannya. Seseorang yang
mengalami stres dalam setiap perubahan akan cenderung
berespon negatif.
d) Spiritual
Aspek yang dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan
yang dilaksanakandalam hubungan keluarga atau teman.
2) Faktor eksternal
a) Praktik dukungan
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan terhadap
anggota keluarga yang lain.
b) Faktor sosio ekonomi
Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mencari
dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini
akan berpengaruh dengan keyakinannya. Semakin tinggi
sosial ekonominya maka biasanya akansemakin cepat
tanggap terhadapmasalah yang dialami oleh anggota
keluarganya.
c) Latar belakang budaya
Hal ini dapat mempengaruhi keyakinan, nilai kebiasaan
individu, dalam memberikan dukungan.

B. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel dependen

Kemandirian Lansia
Dukungan keluarga
Dalam Pemenuhan
ADL

25
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan
variabel dependen.
1. Variabel terikat ( Dependent Variabel )
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain, faktor yang diukur menentukan ada atau tidaknya
hubungan atau pengaruh pada variabel yang lain.(Nursalam dalam Z.
M. Pratama, 2019).Dalam penelitianini yang menjadi variabel terikat
adalah kemandirian lansia dalam pemenuhan ADL.
2. Variabel bebas ( Independent Variabel )
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan
variabel lainBiasanya variabel ini dapat diamati dandiukur untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya pada variabel lain(Nursalam
dalam Z. M. Pratama, 2019), Dalam penelitian iniyang menjadi
variabel bebas adalah dukugan keluarga.
C. HIPOTESIS
Dari paparan teoritis sebagaimana diuraikan diatas maka dapat dirumuskan
hipotesis :
1. Ho : tidak ada hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian
lansia pada penderita hipertensi.
2. H1 : ada hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia pada
penderita hipertensi.

D. DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi operasional


.
1. Kemandirian lansia Kemandirian seseorang dalam
dalam pemenuhan ADL melakukan aktivitas dan fungsi - fungsi
kehidupan sehari - hari yang dilakukan
oleh manusia secara rutin dan
universal.
2. Dukungan keluarga sikap, tindakan penerimaan keluarga

26
terhadap anggota keluarganya, berupa
dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan
dukungan emosional

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan dalam satu kali waktu
yang menekankan observasi data variabel satu dan variabel lainnya. Dari
desain ini akan diperoleh prevalensi suatu venomena (variabel dependen)
dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Nursalam dalam Z.
M. Pratama, 2019).
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan(Nursalam dalam Z. M. Pratama, 2019).Populasi penelitian

27
ini adalah semua pasien yang menderita hipertensi diwilayah kerja
Puskesmas Biru.
2. Sampel
Menurut Nursalam dalam Pratama sampel merupakan bagian
populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
sampling.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
Solvin sebagai berikut :

N
n=
1+ N ( e )2

Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan
sampel yang masih bisa ditolerir
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah
antara 10-20 % dari populasi penelitian. Jumlah populasi dalam
penelitian ini sebanyak 636 populasi, sehingga presentase kelonggaran
yang digunakan adalah 20 %. Maka untuk mengetahui sampel
penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut;
636
n= 2
1+636 ( 0,2 )
636
n=
13,72

n=46 responden

Dengan menggunakan rumus Solvin didapat jumlah sampel yang akan


dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 46 responden.
C. TEKHNIK PENGAMBILAN SAMPEL

28
Menurut Sugiyono (Islamiati et al., 2019), teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian tersebut yaitu menggunakan kuesioner
(angket). Menurut Sugiyono (Islamiati et al., 2019) kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi
dan esklusi, yaitu :
1. Kriteria inklusi :
a. Bersedia menjadi responden
b. Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Biru
c. Mampu membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan baik
d. Usia minimal 60 tahun
2. Kriteria ekslusi :
a. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
b. Mengundurkan diri sebagai responden
D. LOKASI DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Biru dan
dilaksanakan pada 18 sampai 25 Februari 2021. Alasan pemilihan lokasi di
wilayah kerja Puskesmas Biru karena berdasarkan observasi peneliti
wilayah kerja Puskesmas Biru memiliki jumlah penderita penyakit
hipertensi cukup besar dan mudah dijangkau oleh peneliti sehingga
peneliti tertarik untuk mengambil sampel di lokasi tersebut.
E. ANALISA DATA DAN PENYAJIAN DATA
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel tanpa membuat kesimpulan yang secara
umum berlaku secara umum (generelisasi) (Ghozali dalam Z. M.
Pratama, 2019).

29
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan
dengan pengujian statistik (Notoatmdjo dalam Z. M. Pratama, 2019).
Analisis bivariat dalam penelitianini bertujuan untuk menganalisis
hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian ADL (Activities
Daily Living) pada lansia di Puskesmas Biru.
Maka hasil analisa data penelitian ini akan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan persentase.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner yang terdiri dari Kuesioner data demografi dan kuesioner
dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan ADL
pada penderita hipertensi.
Kuesioner hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian
lansia pada penderita hipertensi dan kuesioner kemandiria lansia dalam
pemenuhan ADL. Responden memberikan jawaban dengan memberi tanda
centang (√) pada pilihan yang sesuai dengan keadaan responden.
Kuesioner ini terdiri dari 40 pernyataan berisi tentang pernyataan-
pernyataan yang meliputi, pertanyaandata demografi pasien, pertanyaan 4
komponen dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan
informasional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian, dan
pertanyaan tentang kemandiria lansia.
G. ETIK PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari
Kampus Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone dan memberikan
surat permohonan izin dari kampus kepada kepala Puskesmas Biru.
Kemudian peneliti menemui petugas kesehatan dan kader yang berada di
Puskesmas. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan pertimbangan etik.

30
Peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan dan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian
sertadampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden
bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan
dan jika menolak untuk diteliti maka tidak ada pemaksaan dan tetap
menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama subyek tidak akan dicantumkan pada lembar pengumpulan data
dan hasilpenelitian, untuk mengetahui keikutsertaannya peneliti hanya
menggunakan kodedalam bentuk nomor pada masing-masing lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dari responden akan
dijamin kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja informasi
tersebut akan peneliti sajikan, utamanya dilaporkan pada hasil riset.
(Abdurrahman, 2013).

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil pnenelitian dijabarkan melalui dari analisis univariat dan analisis
bivariat. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, persentasi, dan diagram.
1. Analisis Univariat
a. Dukungan Keluarga
Tabel 1 Distribusi frekuensi dukungan keluarga

Dukungan Keluarga
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Keluarga Cukup 12 26.1 26.1 26.1
Keluarga Tinggi 34 73.9 73.9 100.0

32
Total 46 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari 46 responden terdapat 34


responden yang memiliki dukungan keluarga tinggi dengan
presentase 73.9% dan dukungan keluarga cukup sebanyak 12
responden dengan presentase 26.1% .

Diagram 1 Dukungan Keluarga


b. Kemandirian Lansia dalam pemenuhan ADL
Tabel 2 Distribusi frekuensi Kemandirian Lansia Dalam
Pemenuhan ADL

Barthel Indeks (Kemandirian)


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Mandiri 28 60.9 60.9 60.9
Ketergantungan Ringan 18 39.1 39.1 100.0
Total 46 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan dari 46 responden terdapat 28


responden yang memiliki kemandirian dengan presentase 60.9%
dan ketergantungan ringan sebanyak 18 responden dengan
presentase 39.1%

33
Diagram 2 Kemandirian
2. Analisis Bivariat
Tabel 3 Distribusi frekuensi hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan ADL dengan masalah
hipertensi

Dukungan Keluarga * Kemandirian Crosstabulation


Kemandirian
Ketergantungan
Mandiri Ringan Total
Dukungan_Keluarga Keluarga Cukup 6 6 12
Keluarga Tinggi 22 12 34
Total 28 18 46

Tabel 4. Chi-Square Test

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .805 1 .370
Continuity .306 1 .580
Correctionb
Likelihood Ratio .794 1 .373
Fisher's Exact Test .495 .288
Linear-by-Linear .788 1 .375
Association

34
N of Valid Cases 46
a.1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 4.70.
b.Computed only for a 2x2 table

Tabel 4 menunjukkan 1 sell dengan nilai ekspektasi <5 artinya tidak ada
nilai ekspektasi kecil dari 5. Kenudian minimum ekspektasinya sebesar
4.70 artinya tidak ada nilai ekspektasi lebih kecil dari 5, maka syarat uji
chi-Squere terpenuhi. Kaena analisis dengan tabel 2 x 2 untuk mejawab
hipotesis menggunakan Continuity Correction .
Dari hasil uji chi-Square didapatkan nilai Asymptotic Significance (2-
sided) sebesar 0.580, nilai tersebut lebih besar dari 0.05 (0.580>0.05)
maka bisa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kemandirian Lansia. (Ho diterima).
B. Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan dukungan keluarga pada responden
terbanyak dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 34 responden (73.9%),
dan diikuti kategori cukup yaitu sebanyak 12 responden (26,1%),
terakhir kategori rendah 0 (0%). Tingkat dukungan keluarga terhadap
kemandirian lansia dalam pemenuhan Activity of Daily Living dengan
masalah hipertensi di Puskesmas Biru Kabupaten Bone termasuk kategori
tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian lansia dalam
pemenuhan Activity of Daily Living dengan masalah hipertensi pada
responden terbanyak dalam kategori Mandiri yaitu sebanyak 28
responden (60.9%) dan ketergatungan ringan yaitu sebanyak 18
responden (39.1%) sedangkan ketergantungan sedang, berat, dan total 0
responden (0%). Tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan Activity of
Daily Living dengan masalah hipertensi di Puskesmas Biru Kabupaten
bone termasuk kategori tinggi.

35
Dari hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan activity
of dailly living dengan masalah hipertensi. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ishak et al., 2018)
yang menemukan bahwa terdapat dukungan keluarga yang baik sebanyak
25 responden (78,1%) dengan yang memiliki aktivitas sehari-harinya
ketergantungan atau dibantu keluarga sebanyak 18 responden (56,2%), dan
ada hubungan dukungan keluarga dengan aktivitas lansia yang menderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Maiwa Kabupaten Enrekang pada
tahun 2018 dengan nilai P = 0,011.

BAB V

PENETUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga
dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan Activity of Daily Living
dengan masalah hipertensi di Puskesmas Biru dapat disimpulkan sebagai
berikut:

36
1. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian
lansia dalam pemenuhan Activity of Daily Living dengan masalah
hipertensi di Wilayah Puskesmas Biru Kab. Bone
2. Tingkat dukungan keluarga pada pasien hipertensi di Wilayah
Puskesmas Biru Kab.Bone termasuk dalam kategori tinggi.
3. Tingkat Kemandirian Lansia dalam pemenuhan Activity of Daily
Living (ADL) dengan masalah hipertansi di Wilayah Puskesmas Biru
Kab.Bone termasuk dalam kategori mandiri.
B. Saran
i. Bagi ilmu pengetahuan khususnya keperawatan, agar memberikan
sumbangan wawasan ilmu bahwa pada dukungan keluarga sangat
penting untuk mendukung para penderita hipertensi
ii. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
menambahkan variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi tingkat
kemandirian lansia yang mengalami hipertensi. Dan diharapkan dapat
melakukan pengkajian lebih baik lagi karena untuk mengukur tingkat
kemandirian seorang pasien haruslah dilakukan dengan teliti.
iii. Bagi profesi, diharapkan kepada perawat untuk tetap memperhatikan
kemandirian lansia yang mengalami hipertensi dan mengingatkan atau
memberi informasi kepada keluarga pasien untuk selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada pasien untuk menjalankan kehidupan
sehari-hari dengan baik.
iv. Bagi pasien, diharapkan selalu menjaga kesehatan agar hipertensi yang
dialami dapat terkontrol.

37
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia


Dalam Pemenuhan Aktifitas Sehari-Hari Di Rt 03 / Rw 04 Kelurahan Jatiluhur
Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi.
Fera, Dian, A. H. (2018). Volume V, Nomor 9, tahun 2018 Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kemandirian Lansia… Dian Fera, Arfah Husna. V.
Hariawan, H., & Tatisina, C. M. (2020). Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Dan
Senam Hipertensi Sebagai Upaya Manajemen Diri Penderita Hipertensi. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Sasambo, 1(2), 75. https://doi.org/10.32807/jpms.v1i2.478
Ishak, Murtini, & Fatmawati. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Aktivitas

38
Lansia Gang Menderita hipertensi. 7.
Islamiati, Dian, & Mentara, H. (2019). Hubungan Dismenore Primer Terhadap Aktivitas
Olahraga Remaja Putri di SMP Negeri 1 Banawa Tengah. Tadulako Journal Sport
Sciences And Physical Education, 7(1), 52–66.
Iswahyuni, S. (2017). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada Lansia.
Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian, 14(2), 1.
https://doi.org/10.26576/profesi.155
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI, 1–5.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Di Ruangangsoka
Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Muhtar, M., & Aniharyati, A. (2019). Dukungan Pemenuhan Activity Daily Living
(ADL) Pada Lanjut Usia di Balai Sosial Lanjut Usia Meci Angi. Bima Nursing
Journal, 1(1), 64. https://doi.org/10.32807/bnj.v1i1.533
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
Pratama, I. H. (2017). Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan
Aktivitas Sehari – Hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Karya
Tulis Ilmiah Poltekkes Kendari, 1–82.
Pratama, Z. M. (2019). Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian ADL
(Activites Daily Living) Pada Lansia. 1–92.
Puspandari, Wilda, R. (2019). Jurnal sabhanga. Jurnal Sabhanga, 1(1), 74–82. http://e-
journal.stikessatriabhakti.ac.id/index.php/sbn1/article/view/21/21
Sampelan, I., Kundre, R., & Lolong, J. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari Di Desa Batu
Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 3(2), 108296.
Sapti, M. (2019). 済 無 No Title No Title. Kemampuan Koneksi Matematis (Tinjauan
Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9), 1689–1699.
Sugianto, A., & Rahman, S. (2019). Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Dan Promosi
Terhadap Keputusan Pembelian Lampu Shinyoku Di CV. Sinar Abadi Pekanbaru.
JurnalIlmiahManajemen,7(2),174184.http://www.ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs3
2/index.php/PROCURATIO/article/download/439/358
Yusselda, M., & Wardani, I. Y. (2016). Dampak Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas
Hidup Lansia. Jurnal Keperawatan, 8(1), 9–13.

39
Lampiran 1
KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian

1. Semua pertanyaan harus dijawab


2. Berilahtandachek list () pada kotak yang telah disediakan
3. Untuk soal no 1 isilah titik
4. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang sesuai dengan anda

40
1. Usia : ……tahun
2. Jenis kelamin :
pria
wanita
3. Tinggal dengan :
Suami/istri
Anak
Cucu
Lain-lain, sebutkan ….
4. Agama :
 Islam
Kristen
Budha
Hindu
5. Suku :
Batak
Jawa
Melayu
Minang
Mandailing
Lain-lain, sebutkan ........
6. Masalah Kesehatan :
Hipertensi
Rematik
Diabetes Militus
Gastritis/Maag
Jantung
Lain-lain, sebutkan.......
7. Pekerjaan :
PNS/TNI/POLRI
Pegawai Swasta

41
Wirausaha
Petani
Lain-lain, Sebutkan..........
8. Penghasilan :
< 1.650.000
1.650.000 – 3.000.000
> 3.000.000
9. Pendidikan :
SD
SMP
SMA
Pendidikan Tinggi

Lampiran 3

KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

Isilah kolom skala dibawah ini dengan tanda checlist ( ) sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Setiap pertanyaan
dijawab hanya satu jawaban yang menurut anda paling sesuai, dengan penjelasan
sebagai berikut:

a. Tidak pernah (TP)


b. Kadang-kadang (KD)
c. Sering (SR)

42
d. Selalu (SR)

N PERTANYAAN TP KD SR SL
O
Dukungan Emosional
1 Keluarga adalah tempat tinggal yang nyamandan tenang bagi saya
2 Keluarga memberikan perhatian denganmenciptakan suasana
lingkungan rumah yangaman bagi saya untuk melakukan aktivitas
3 Keluarga memberi kepercayaan sayamelakukan aktivitas sehari-hari
4 Keluarga mendengarkan curahan hati sayaketika saya sedih
5 Keluarga memberikan kasih sayang kepadasaya dalam setiap
aktivitas yang saya lakukan
Dukungan Informasi
6 Keluarga mencari informasi tentang masalah kesehatan yang saya
alami melalui majalah, orang yang ahli, dll
7 Keluarga menyarankan saya untuk datangberkunjung ke posyandu
lansia
8 Keluarga mengingatkan hal-hal yang harusdihindari yang dapat
membuat saya terserang penyakit
9 Keluarga mengingatkan saya untuk tetap menjaga kesehatan
10 Keluarga memberikan solusi permasalahan aktivitas sehari-hari
Dukungan Instrumental
11 Keluarga memberikan solusi permasalahan aktivitas sehari-hari
12 Keluarga meluangkan waktu untuk menemani saya agar tetap
beraktivitas
13 Keluarga menyediakan transportasi yang mempermudah saya
melakukan aktivitas
14 Keluarga mengantarkan kemana saya akanpergi
15 Keluarga membantu saya ketika saya mengalami kendala dalam
melakukan aktivitassehari-hari (makan, minum, buang air
besar/kecil, dll)
Dukungan Penilaian
16 Keluarga membimbing saya agar tetap menjaga kondisi kesehatan
17 Keluarga menunjukkan bahwa keluargamemperdulikan saya
18 Keluarga menghormati setiap keputusan yang diungkapkan oleh
saya
19 Keluarga menyarankan saya agar tetapmenjalin hubungan sosial
dengan orang lain/rekan sebaya
20 Keluarga memotivasi saya untuk tetap menjalankan kegiatan/hobby

Skor dukungan keluarga :

1. Dukungan keluarga rendah (20-40)


2. Dukungan keluarga cukup (41-60)
3. Dukungan keluarga tinggi (61-80)

43
Lampiran 3

KUESIONER BARTHEL INDEKS (kemandirian)

N FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL


O
1 Mengendalikan rangsang BAB 0 Tidak terkendali/tak teratur (perlu pencahar
1 Kadang-kadang tak terkendali (1x / minggu)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang BAK 0 Tak terkendali / pakai kateter
1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya1x24jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(mencuciwajah, menyikat gigi, 1 Mandiri
keramas,
mencukur kumis)
4 Penggunaan WC )keluar masuk 0 Tergantung pertolongan orang lain

44
WC, melepas / memakai celana, 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan yang
cebok, menyiram) 2 lain
Mandiri
5 Makan minum (jika makanan 0 Tidak mampu
harus berupa potongan dianggap 1 Perlu ditolong memotong makanan
dibantu) 2 Mandir
6 Bergerak dari kursi roda ketempat 0 Tidak mampu
tidur dan sebaliknya(termasuk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk
duduk di tempat tidur) 2 (2orang)
Bantuan minimal 1 orang
3
Mandiri
7 Berjalan di tempat rata (atau jika 0 Tidak mampu
tidak bisa berjalan, menjalankan 1 Bisa pindah dengan kursi roda
kursi roda) 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
Mandiri
3
8 Berpakaian (termasuk memasang 0 Tergantung orang lain
tali sepatu, mengencangkan 1 Sebagian dibantu
sabuk) 2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandir
Total

Skor Indeks Barthel (nilai AKS)


20 : Mandiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan ringan (B)
5– 11 : Ketergantungan sedang (B)
5–8 : Ketergantungan Berat (D)
0–4 : Ketergantungan total (C)

45
Lampiran 4

DOKUMENTASI POSYANDU LANSIA

46
47
48

Anda mungkin juga menyukai