Anda di halaman 1dari 71

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE LANSIA


DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI DUSUN BUGEL PANJATAN
KULON PROGO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pembimbing : Suyamto, A.Kep., MPH

COVER

Disususun Oleh:
Kelompok 1

Kelas 3B
Annisa Rahmana Nurfitriyah (2920183281)
Desy Ananda Kusuma Astuti (2920183287)
Ikhsan Dwi Krismanto (2920183299)
Fathanul Rahmawati (2920183293)
Malikhatul Karomah (2920183305)
Nurlita Shintaningrum (2820173072)
Paurita Nurul Hafidhah (2920183312)
Vivi Amalia Violeta (2920183319)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt. atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Kelompok
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Lansia Dengan Masalah
Hipertensi di Dusun Bugel” dan dengan harapan semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih mengenal tentang
Makalah Kelompok Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Aggregate
Lansia Dengan Masalah di Dusun Bugel. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Komunitas. Kami mengucapkan
terimakasih kepada bapak Suyamto, A.Kep., MPH selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya pada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman dan semua pihak yang sudah membantu kami
dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami masih memiliki keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
sehingga masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca makalah dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Kami juga
memohon maaf apabila terdapat kesalahan tulisan maupun apa yang telah kami
cantumkan pada makalah ini.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 06 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II KONSEP DASAR MATERI......................................................................3

A. Konsep Keperawatan Komunitas..................................................................3

B. Konsep Penyakit Hipertensi..........................................................................7

1. Definisi Hipertensi...........................................................................................7

2. Klasifikasi.........................................................................................................8

3. Etiologi..............................................................................................................8

4. Manifestasi Klinis..........................................................................................11

5. Patofisiologi....................................................................................................13

6. Pathway...........................................................................................................15

7. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................16

8. Faktor yang Dapat Dikontrol........................................................................17

9. Pencegahan Hipertensi...................................................................................18

10. Penatalaksanaan..............................................................................................20

11. Komplikasi......................................................................................................21

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS........................................24

iii
A. Pengkajian Keperawatan Komunitas..........................................................24

B. Rencana Keperawatan Komunitas..............................................................32

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................34

A. Kuisoner Penelitian.....................................................................................34

B. Aggregate Lansia dengan Hipertensi..........................................................35

C. Analisa Data................................................................................................39

D. Diagnosa Keperawatan...............................................................................41

E. Kriteria Penapisan.......................................................................................42

BAB V PENUTUP.................................................................................................55

A. Kesimpulan.................................................................................................55

B. Saran............................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang alamiah dimana terjadi berbagai
perubahan pada seluruh sistem tubuh lansia, termasuk sistem kardiovaskuler
yang biasanya diikuti oleh penyakit utama yakni hipertensi Hipertensi atau
tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi medis dimana orang yang
tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu 140/90 mmHg dan dapat
mengalami resiko kesakitan (morbiditas) bahkan kematian (mortalitas)
(Agustina, 2014). Menurut World Health Organization (WHO), di kawasan
Asia tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada
tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini.
Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 di perkirakan jumlah lansia
sekitar 80.000.000. Menurut Profil Kesehatan Kab/Kota tahun 2017,
persentase penduduk lansia menurut kabupaten/kota di DIY pada tahun 2017
yang memiliki lansia terbanyak yaitu di kabupaten Gunung Kidul yaitu
sebanyak 31,5%, sedangkan di kabupaten Sleman(30,4%), Bantul (28,4%),
dan Kota DIY (9,7%) (Eviyanti, 2020).
Prevalensi kejadian hipertensi pada tahun 2015 sekitar 1,13 miliar
orang di dunia mengalami hipertensi. Jumlah yang menderita hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar
orang yang menderita hipertensi, dan diperkirakan setiap tahun sekitar 9,4
juta orang meninggal akibat penyakit hipertensi (WHO, 2015 dalam dalam
Ikinovianti, 2020). Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2018 sebesar
34,1%. Setiap tahunnya terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2013 sekitar
25,8% sampai 34,1% tahun 2018 (Kemenkes, 2018 dalam dalam Ikinovianti,
2020). Prevalensi hipertensi di Yogyakarta pada tahun 2015 sekitar 35,8 %
atau lebih tinggi dibandingkan dengan angka pravelensi nasional (31,7%)..
Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi

1
Yogyakarta, dimana kasus hipertensi menjadi kasus penyakit tidak menular
tertinggi di Kabupaten Sleman. Pada tahun 2017 dengan prevalensi sebesar
12.204 per 100.000 penduduk, dimana faktor penyebabnya sekitar 60%
pasien hipertensi tidak patuh dalam minum obat, gaya hidup yang kurang
sehat seperti merokok, mengkonsumsi makanan cepat saji, dan
mengkonsumsi alkohol (Dinkes DIY, 2015 dalam Ikinovianti, 2020).
Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah.
Kebanyakan lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih,
terutama makan-makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh
serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin
dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Natrium)
dalam garam yang berlebihan dapat menahan air retensi sehingga
meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras
memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari itu bisa
menyebabkan hipertensi (Yekti, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok akan membahas
tentang asuhan keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan
masalah hipertensi di Dusun Bugel.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada
lansia dengan hipertensi, meliputi :
a. Melakukan pengkajian kepada lansia dengan penderita hipertensi
b. Menetapkan diagnosa keperawatan komunitas pada lansia dengan
penderita hipertensi
c. Menetapkan rencana keperawatan komunitas pada lansia dengan
penderita hipertensi

2
BAB II

KONSEP DASAR MATERI

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Definisi
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan
praktik untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk
pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukkan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan
status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan
kesehatan, pemcegahan penyakit, serta tidak mengabaikan kuratid dan
rehabilitatif (Kholifah dan Wahyu, 2016). Keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang diberikan dengan perhatian untuk
mempengaruhi lingkungan baik biologis, psikologis, sosial, budaya dan
sepiritual terhadap komunitas atau sekelompok orang. Manusia menjadi
titik sentral dari setiap pembangunan kesehatan yang diberikan pada
komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Ada
empat komponen dasar pada keperawatan komunitas yaitu : Manusia,
Kesehatan, Lingkungan, Keperawatan (Dermawan, 2012).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik melakukan
promosi kesehatan dan melindungi kesehatan masyrakat dengan
menggunakan pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial, dan ilmu
keseahatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan
pencegahan penyakit yang sehat (Anderson dan McFarlane, 2007 dalam
Akbar, 2019).

2. Tujuan Keperawatan Komunitas


Menurut Akbar (2019), tujuan proses keperawatan komunitas adalah

3
untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut :
a. Pelayanan Keperawtaan secara langsung (Direct Care) terhadap
individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health
General Community) dengan mempertimbangkan permasalahan
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga,
dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik tujuan keperawatan komunitas yaitu
mendorong setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk
mempunyai kemampuan untuk:
c. Mengidentifikasi maslah kesehatan yang dialami,
d. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskann masalah
tersebut,
e. Merumuskan dan memecahkan masalah kesehatan,
f. Mengatasi masalah kesehatan yang di hadapi,
g. Mengevaluasi kemampuan dalam memecahkan masalah, serhingga
dapat memelihara kesehatan secara mandiri sebagai bentuk
pencegahan.

3. Sasaran Keperawatan Komunitas


Menurut Akbar (2019), sasaran keperawatan Kesehatan komunitas dalah
individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun
sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan, sasaran terdiri
dari :
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kaesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Sasaran prioritas
individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut,
penderita penyakit menular dan pernderita penyakit degenerative.

4
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
c. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan. Kelompok khusus adalah
kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan, termasuk diantaranya adalah :
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti : ibu hamil, bayi baru
lahir, balita, anak usia sekolah, lansia.
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan diantaranya
adalah : penderita penyakit menular seperti TBC, AIDS. Penderita
dengan penyakit tak menular seperti: DM, jantung koroner, cacat
fisik, gangguan mental.
3) Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit,
diantaranya: wanita tuna susula, kelompok penyalahgunaan obat
dan narkoba, kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
panti werdha, panti asuhan, sekolah, rutan, dan lapas.

4. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas menurut Mubarak (2009) sebagai
berikut:
a. Upaya Promotif

5
Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan jalan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur
5) Rekreasi
6) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluaga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita


2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui

c. Upaya Kuratif
Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok
yang menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:
1) Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatn orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari
puskesmas dan Rumah Sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah
maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama.

6
1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, kelainan bawaan
2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
seperti TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita struk melalui
fisioterafi
e. Upaya Resosialitatif
Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus
kedalam pergaulan masyarakat.

B. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih


dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi diartikan sebagai tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. (Manuntung, 2018). Hipertensi
merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi
batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmH dan tekanan diastole
diatas 90 mmHg. Terdapat perbedaan batasan tentang hipertensi yaitu pria
usia dibawah 40 tahun dikatakan hipertensi jika tekanan distolek lebih besar
dari 140 mmHg dan untuk usia antara 60-70 dikatakan jika tekanan darah
sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut
didefinisikan sebagai tekanan sitolik lebih besar dari 140-160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg, ditemukan dua kali atau lebih
pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda (Ode, 2012).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa hipertensi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg.

7
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Palmer (2005) dalam
Manuntung (2018), terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar
95%. Penyebab tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor pola mhidup seperti kurang bergerak dan pola
makan.
b. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus
tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit jantung) atau reaksi terhadap
obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).
Menurut Smeltzer (2001) dalam Manuntung (2018), hipertensi pada usia
lanjut diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan distolik lebih rendah dari 90 mmHg.

3. Etiologi
Menurut Manuntung (2018), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress

8
psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi primer, sedangkan 10%-nya tergolong
hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain-lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder (Manuntung, 2018):
a. Penyakit jantung
b. Stenosis arteri renalis
c. Pielonefritis
d. Glomerulonephritis
e. Tumor-tumor ginjal
f. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
g. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
h. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
i. Kelainan hormonal
j. Hiperaldosteronisme
k. Sindroma cushing
l. Feokromositoma
m. Obat-obatan
n. Pil KB
o. Kortikosteroid
p. Siklosporin
q. Eritropoetin
r. Kokain
s. Penyalahgunaan alkohol

9
t. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
u. Koartasio aorta
v. Preeklamsia pada kehamilan
w. Porfiria intermiten akut
x. Keracunan timbal akut.

Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu (Manuntung,


2018):
a. Umur
Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap meningkatnya
tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi hipertensi seiring
dengan bertambahnya umur mereka.
b. Ras / suku
Diluar negeri orang kulit hitam lebih banyak dari pada orang dengan
kulit putih. Karena adanya perbedaan status atau derajat ekonomi,
orang kulit hitam dianggap rendah dan pada jaman dahulu dijadikan
budak. Sehingga banyak menimbulkan tekanan batin yang kuat hingga
menyebabkan stress dan timbullah hipertensi. Jik di Indonesia
terjadinya hipertensi bervariasi disuatu tempat yaitu:
1) Terendah: Lembah Baliem di Irian Jaya, karena dilihat dari segi
geografis wilayahnya masih luas dan penduduknya juga belum
terlalu padat sehingga pemicu tingkat stress masih rendah.
2) Tertinggi: Sukabumi Jawa Barat, karena dilihat dari segi
geografis wilayahnya sempit, padat penduduk, dan banyak
aktivitas-aktivitas sehingga pemicu tingkat stress sangat tinggi.
c. Urbanisasi
Hal ini akan menyebabkan perkotaan menjadi padat penduduk yang
merupakan salah satu pemicu timbulnya hipertensi. Secara otomatis
akan banyak kesibukan di wilayah tersebut, dan banyak tersedia
makanan-makanan siap saji yang menimbulkan hidup kurang sehat
sehingga memicu timbulnya hipertensi.
d. Geografis

10
Jika dilihat dari segi geografis, daerah pantai lebih besar
presentasenya terkena hipertensi. Hal ini disebabkan karena daerah
pantai kadar garamnya lebi tinggi jika dibandingkan dengan daerah
pegunungan atau daerah yang lebih jauh dari pantai. Selain itu
keadaan suhu juga menjadi suatu alasan mengapa hipertensu banyak
terjadi di daerah pantai.
e. Jenis kelamin
Pengidap hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun dengan jenis
kelamin wanita lebih banyak presentasenya dari pada orang dengan
jenis kelamin laki-laki pada usia yang sama. Karena usia tersebut
seorang wanita sudah mengalami menopause dan tingkat stress lebih
tinggi.
f. Pengidap hipertensi dengan usia kurang dari 50 tahun, seseorang
dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengidap hipertensi
dari pada seseorang dengan jenis kelamin perempuan. Karena di usia
tersebut seorang laki-laki mempunyai lebih banyak aktivitas
dibandingkan dengan wanita.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), penyebab hipertensi pada orang


dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinsing aorta menurun
b. Katib jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantunng memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

11
4. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya
tidak) (Manuntung, 2018). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan yang kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.

Menurut Manuntung (2018), manifestasi klinis hipertensi secara umum


dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Seiring dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis hipertensi pada lansia secara umum adalah: sakit
kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan,

12
kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas, kejang atau koma, nyeri
dada (Smeltzer, 2001 dalam Manuntung, 2018). Penyakit tekanan darah
tinggi merupakan kelainan “sepanjang umur”, tetapi penderitanya dapat
hidup secara normal seperti layaknya orang sehat asalkan mampu
mengendalikan tekanan darahnya dengan baik. Di lain pihak, orang yang
masih muda dan sehat harus selalu memantau tekanan darahnya, minimal
setahun sekali. Apalagi bagi mereka yang mempunyai faktor-faktor
pencetus hipertensi seperti kellebihan berat badan, penderita kencing
manis, penderita penyakit jantung, Riwayat keluarga ada yang menderita
tekanan darah tinggi, ibu hamil minum pil kontrasepsi, perokok dan orang
yang pernah dinyatakan tekanan darahnya sedikit tinggi. Hal ini dilakukan
karena bila hipertensi diketahui lebih dini, pengendaliannya dapat segera
dilakukan.

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat Vasomotor pada Medulla di otak. Dari pusat Vasomotor ini
bermula jaras Saraf Simpatis, yang berlanjut kebawah ke Korda Spinalis dan
keluar dari Kolumna Medulla Spinalis ke Ganglia Simpatis di Toraks dan
Abdomen. Rangsangan pusat Vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang begerak kebawah melalui sistern Saraf Simpatis ke Ganglia Simpatis.
Pada titik ini, Neuron pre-ganglion melepaskan Asetilkolin, yang akan
merangsang serabut Saraf Pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya Norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang Vasokonstiktor. Klien dengan
Hipertensi sangat sensitif terhadap Norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem Saraf Simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar Adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas Vasokonstriksi. Medulla

13
Adrenal menyekresi Epinefrin, yang menyebabkan Vasokonstriksi. Korteks
Adrenal menyekresi Kortisol dan Steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon Vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke Ginjal, menyebabkan pelepasan Renin. Renin yang
dilepaskan merangsang pembentukan Angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi Angiotensin II, Vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi Aldosteron oleh Korteks Adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus Ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan Hipertensi (Brunner and Suddarth, 2002 dalam Aspiani, 2016
dalam Dewi,, 2019).

14
6. Pathway
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016) pathway hipertensi sebagai berikut:

Faktor predisposisi: usia, jenis


kelamin, merokok, stress, kurang
Beban kerja Aliran darah makin
olahraga, genetik, alkohol, konsentrasi
jantung ↑ cepat keseluruh
garam, obesitas
tubuh sedangkan
nutrisi dalam sel
Kerusakan vaskuler Tekanan
HIPERTENSI sudah mencukupi
pembuluh darah sinstem darah
↑ kebutuhan

Metode
Perubahan Krisis koping tidak
Perubahan struktur
situasi situasional efektif

Penyumbatan Informasi yang Defisiensi Ketidakefektifa


pembuluh darah minim pengetahuan n koping
ansietas
Retensi
vasokontriksi pembuluh darah Nyeri kepala
otak ↑

Suplai O2 ke Risiko
Gangguan sirkulasi Otak otak ↓ ketidakefektif
an perfusi
jaringan otak
Pembuluh
ginjal Retina
darah

Vasokontriksi
pembuluh darah Spasme arteriol sistemik Koroner
ginjal

Iskemia
Blood flow darah ↓ Risiko cedera vasokontriksi
miokard

Penurunan Afterload ↑ Nyeri


Respon RAA curah jantung

Merangsang Kelebihan Fatigue


aldosteron volume cairan

Intoleransi
Retensi Na Edema aktivitas

15
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Grace dan Borley (2007) dalam Nurarif dan Kusuma (2016),
pemeriksaan penunjang untuk hipertensi yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb / Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia
2) BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal
3) Glukosa: hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya DM.
b. CT Scan: untu mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG: dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah stu tanda dari penyakit jantung hipertensi
d. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal
e. Photo Dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katub,
pembesaran jantung.

Menurut Manuntung (2018), pemeriksaan hipertensi terdiri dari:


a. Kalium serum: hypokalemia dapat mengindikasikan adanya aldesteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic
b. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi
c. Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler)
d. Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasokontriksi dan hipertensi

16
e. Kadar aldosterone urin dan serum: untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab)
f. VMA urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokromositoma bila hipertensi hilang timbul
g. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi
h. Steroid urin: kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi pituitary, sindrom Cushing’s, kadar
renin dapat juga meningkat
i. IVP: dapat mengindikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter

8. Faktor yang Dapat Dikontrol


Menurut Pratiwi dan Mumpuni (2017), faktor yang dapat di control dari
hipertensi yaitu:
a. Obesitas
Kurangnya aktivitas dan terlalu banyak menerima asupan kalori dapat
menimbulkan obesitas. Penderita obesitas akan mengalami
kekurangan oksigen sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Pada
penderitia obesitas, risiko hipertensi lima kali lebih tinggi
dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal.
b. Kurang olahraga
Kurangnya aktivitas fisi menaikkan risiko tekanan darah tinggi. Risiko
menjadi gemuk pun bertambah. Orang-orang yang kurang aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
merekak harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
c. Kebiasaan merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan adrenalin sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan
kontraksi jantung. Selain itu, merokok menyebabkan peningkatan

17
kolestrol sehingga meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
d. Konsumsi garam berlebihan
Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan jumlah garam
yang sebaiknya dikonsumsi tidak lebih dari 6 gram per hari. Konsumsi
natrium yang terdapat di dalam garam secara berlebihan menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Akibatnya, terjadi peningkatan cairan ekstraseluler. Tubuh berupaya
menormalkannya dengan menarik cairan intraseluler sehingga volume
ekstraseluler bertambah. Upaya ini menyebabkan terjadinya
peningkatan volume darah dan berdampak pada timbulnya hipertensi.
e. Konsumsi alkohol berlebihan
Kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol secara
berlebihan dapat merusak jantung dan organ-organ lain termasuk
pembuluh darah. Itu sebabnya kebiasaan ini termasuk salah satu faktor
pemicu hipertensi.
f. Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein dan berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
g. Stress
Stress dapat menaikkan aktivitas saraf simpatis. Peningkatan aktivitas
ini menaikkan tekanan darah secara tidak menentu.

9. Pencegahan Hipertensi
Menurut Pratiwi dan Mumpuni (2017), pencegahan hipertensi ada berbagai
cara antara lain:
a. Pemberian obat
Tidak sembarang obat hipertensi bisa dikonsumsi. Pada lansia, fungsi
ginjal dan hati sudah mulai menurun sehingga dosis obat yang
diberikan harus benar-benar tepat. Pemberian obat harus
mempertimbangkan efek samping, gangguan absorbs alat penceraan,
akumulasi residu obat di dalam ginjal. Pemberian obat harus

18
mengikuti anjuran dan dalam pengawasan dokter.
b. Berhenti merokok
Penderita hipertensi yang terus merokok akan menerima sederet
konsekuensinya, seperti serangan jantung, stroke, gangrene alias
pembusukan kaki dan kerusakan organ tubuh lainnya.
c. Penurunan berat badan yang berlebihan dengan diet rendah kalori
d. Yang harus diperhatikan adalah makanan yang dikonsumsi harus
cukup mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan
juga garam dengan tetap memperhatikan batasan yang diperbolehkan.
Penderita hipertensi ringan boleh mengonsumsi 1,5 gram natrium per
hari dan setengan sendok teh garam. Untuk penderita hipertensi
sedang, natrium diperbolehkan 600-800 mg per hari dan seperempat
sendok teh garam. Sedangkan untuk hipertensi berat hanya boleh
mengonsumsi 200-400 mg natrium per hari tanpa tambahan garam
dapur.
e. Berhenti atau mengurangi asupan alkohol
f. Minum lebih dari satu gelas minuman beralkohol setiap hari
cenderung meningkatkan tekanan darah.
g. Mengurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam bisa denga cara:
1) Menghindari makanan dalam kemasan
2) Pilihlah daging atau ikan yang masih dalam keadaan segar dan
bukan yang sudah diawetkan (diasap, diasinkan, diproses)
3) Gunakan mentega atau margarin yang tidak mengandung garam
4) Ganti minyak untuk menumis dengan minyak zaitun.
h. Berolahraga secara teratur sesuai usia
Penderita hipertensi sebaiknya memilih olahraga isotonic. Yang
termasuk jenis olahraga isotonik antara lain jalan kaki, jogging, dan
berenang sekitar 30 menit dalam sehari, 3x dalam seminggu. Hindari
olahraga isometric, yaitu olahraga yang mudah meningkatkan tekanan
darah, misalnya angkat besi. Pada lansia, bisa memilih olahraga

19
isotonik dengan cara berjalan kaki.
i. Banyak minum air putih untuk membuang kelebihan garam garam
natrium dari tubuh

10. Penatalaksanaan
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan
tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penatalaksanaan
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Non medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka
pengendalian faktor risiko antara lain:
1) Turunkan berat badan pada obesitas
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT)
3) Hentikan konsumsi alkohol
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur
5) Pola makan yang sehat
6) Istirahat cukup dan hindari stress
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi
Bagi penderita atau mempunyai Riwayat keluarga dengan hipertensi
hendaknya hati-hati terhadap makanan yang memicu timbulnya
hipertensi, antara lain:
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur / soda, biscuit, daging asap, ham,
bacon, dendeng, abo, ikan asin, sayur dalam kaleng, kornet, ebi,
telur asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar dan lain-lain.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa dan lain-lain.
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,
kecap, terasi, magi, tomato kecap, petis, tauco, dan lain-lain.
4)

20
b. Medikamentosa
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa
hipertensi stage 1 mulai salahh satu obat berikut:
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propranolol 2 x 20-40 mg sehari
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long action (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60
mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi
berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai
berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + Propanolol, atau HCT +
Kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak
sembuh dengan kombinasi diatas, ditambahkan Metildopa 2 x 125-250
mg. penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan diberi beta bloker.
Bila ada penyulit / hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.

11. Komplikasi
Menurut Fandinata dan Ernawati (2020) hipertensi yang terjadi
dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan
komplikasi. Komplikasi tersebut dapt menyerangn berbagai target organ
tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai
dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi
rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada
penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya. Hipertensi dapat

21
menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan
darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down
regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang
umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
a. Jantung
b. Hipertrofi ventrikel kiri
c. Angina atau infark miokardium
d. Gagal jantung
e. Otak
f. Stroke atau transient ishemic attack
g. Penyakit ginjal kronis
h. Penyakit arteri perifer
i. Retinopati
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti:
a. Payah jantung
Payah jantung Congestive heart failure) adalah kondisi jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini
terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah
yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh

22
darah otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat
kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan
darah yang macet dipembuluh yang sudah sempit.
c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.
Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit
cairan dan membuangnya kembali kedarah.
d. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta.
Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan menjadi kabur,
kerusakan organ mata dengan memeriksa fundus mata untuk
menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi yaitu
retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang terjadai pada bagian otak,
jantung, ginjal, dan juga mata yang mengakibatkan penderita
hipertensi mengalami kerusakan organ mata yaitu pandangan menjadi
kabur.
Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit hipertensi adalah
tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel
arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi
termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak dan
pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk
penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit
arteri coroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial
fibrilasi (Alhalaiqa et al, 2013 dalam Fandinata dan Ernawati, 2020).

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas


Menurut Kholifah dan Wahyu (2016) pengkajian keperawatan komunitas
sebagai berikut :
1. Komunitas Sebagai Klien
Untuk perawat kesehatan komunitas, bekerja dengan komunitas
memiliki dua misi penting, yaitu komunitas secara langsung akan
memengaaruhi kesehatan individu, keluarga, kelompok, populasi yang
mungkin bagian dari itu, penyediaan layanan kesehatan yang paling
penting di tingkat komunitas
2. Dimensi Komunitas Sebagai Klien
Sebuah komunikas memiliki figure-figur, yaitu tempat, populasi
dan system social. Hal ini berguna untuk memikirkan dimensi-dimensi
setiap masyarakat sebagai peta kasar untuk mengikuti pengkajian
kebutuhan atau perencanaan penyediaan layanan
a. Tempat
Setiap komunitas secara fisik melakukan kehidupan sehari-hari
dalam lokasai geografis tertentu. Kesehatan komunitas dipengaruhi
oleh lokasi tempat tinggal termasuk penempatan layanan kesehatan,
kondisi geografis, tanaman, hewan atau binatang dan lingkungan
buatan manusia
Enam Lokasi Variabel:
1) Batas komunitas
Berfungsi sebagai dasar untuk mengukur kejadian kesehatan,
penyakit dan menentukan penyebaran penyakit
2) Lokasi layanan kesehatan
Ketika mengkaji sebuah komunitas, perawat ingin

24
mengidentifikasi pusat-pusat kesehatan utama dan ingin
mengetahui lokasi keberadaan mereka. Penggunaan layanan
kesehstan tergantung pada ketersediaan dan akseblititas.
3) Kondisi geografis
Komunitas telah dibangun disetiap lingkungan fisik dan
lingkungan tertentu, sehingga dapat memengaruhi kesehatan
komunitas. Misalnya cedera, kematian, dan kehancuran yang
mungkin disebabkan oleh banjir, angin topan, gempa bumi,
letusan gunung berapi, dan sebagainya, sedangkan kegiatan
rekreasi di danau atau pegunungan akan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan
4) Iklim
Memiliki efek langsung seperti panas yang ekstrim
5) Tumbuhan dan hewan
Tanaman beracun dan pembawa penyakit hewat daapt
memengaruhi kesehatan
6) Manusia membuat lingkungan
Semua kegiatan manusia memengaruhi lingkungan, misalnya
perumahan, bendungan, pertanian, jenis industry, limbah kimia,
polusi
b. Populasi
Populasi tidak hanya terdiri atas agregat khusus, tetapi juga semua
orang yang beraneka ragam, yang hidup dalam batas-batas komunitas.
Kesehatan komunitas sangat dipengaruhi oleh penduduk yang tinggal
didalamnya. Fitur yang berbeda dari populasi menunjukkan kebutuhan
kesehatan dan memberikan dasar untuk perencanaan kesehatan.
Variabel populasi :
1) Ukuran
Ukuran populasi memengaruhi jumlah dan ukuran institusi
pelayanan kesehatan. Mengetahui ukuran komunitas
memberikan informasi penting bagi perencanaan

25
2) Kepadatan
Peningkatan kepadatan penduduk dapat meningkatkan stress.
Demikian pula ketika komunitas tersebar diluar fasilitas
pelayanan kesehatan, sehingga akan menjadi sulit
3) Komposisi
Komposisi sering menentukan jenis kebutuhan kesehatan. Salah
satunya harus memperhitungkan secara penuh untuk penyediaan
perbedaan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan
anggotanyam yang semuanya dapat memengaruhi masalah
keseahatn
4) Tingkat pertumbuhan atau penurunan
Komunitas yang berkembang dapat menyebabkan tuntutan yang
luas pada pelayanan kesehatan. Penurunan dalam populasi
mungkin tanda dari kurang berfungsinya komunitas
5) Perbedaan budaya
Perbedaan budaya dapat membuat konflik atau persaingan untuk
mendapatkan sumber daya dan pelayanan atau menciptakan
konflik antar kelompok
6) Kelas social dan tingkat pendidikan
Kelas social mengacur pada peringkat kelompok, berkaitan
dengan pendapatan, pendidikan, pekerjaan, prestise atau
kombinasi factor-faktor ini. Tingkat pendidikan adalah penentu
kesehatan yang dihubungkan dengan perilaku Promosi
kesehatan dibutuhkan oleh masyarakat dengan pendapatan dan
pendidikan rendah adalah layanan preventif
7) Mobilitas
Mobilitas memiliki pengaruh langsung pada kesehatan
masyarakat
c. Sistem Sosial
Selain lokasi dan populasi, setiap komunitas memiliki dimensi
ketiga, yaitu system social. Berbagai dari sitem social yang

26
berinteraksi dan memengaruhi system disebut variable system social.
Variable ini meliputi kesehatan, keluarga, ekonomi, pendidikan,
agama, kesejahteraan, hokum, komunitas, rekreasi, dan system
politik. Sistem kesehatan sangat penting untuk meningkatkan
kesehatan komunitas
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan
komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data tentang
kondisi kesehatan komunitas dan factor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap ini, ada empat kegiatan yang dilakukan, yaitu
pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data dan pendokumentasian
data.
1. Pengumpulan data
Merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi kesehatan dari klien.
Proses pengumpulan data harus dilakukan secara sistematik dan terus
menerus untuk mendapatkan data atau informasi yang signifikan yang
menggambarkan kesehatan komunitas.
a. Tipe data
Data dapat berupa data subyektif atau data obyektif. Data subyektif
bisa dikaitkan dengan keluhan. Dalam komunitas bisa terkait dengan
keluhan komunitas, milsaknya terkait lingkungan yang tidak nyaman
secara fisik dan psikologis, perasaan tertekan, perasaan ketakutan dan
kesebagainya.
b. Sumber data
Pengetahuan tentnag sumber data merupakan hal yang sangat penting
untuk diketahui, karena data yang dikumpulkan harus sesuai dengan
tujuannya, sebab bila terjadi kesalahan dalam sumber data, maka
mengakibatkan kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data primer atau sekunder. Untuk
mengumpulkan data primer komunitas, dapat dilakukan dengan cara
survei epidemiologi, pengamatan epidemiologi dan penyaringan,

27
sedangkan pengumpulan data sekunder, sumber datanya dapat berupa:
1) Sarana pelayanan kesehatan
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan
3) Absensi, sekolah, industry dan perusahaan
4) Secara internasional, dapat diperoleh dari WHO
c. Metode pengumpulan data keperawatan komunitas
1) Wawancara
Kegiatan ini merupakan proses interaksi atau komunikasi
lansung antara pewawancara dengan responden. Data yang
dikumpulkan bersifat:
a) Fakta : umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang pernah
diderita
b) Sikap: sikap terhadap pembuatan jamban keluarga, atau
keluarga berencana
c) Pendapat: pendapat tentang pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh perawat di Puskesmas
d) Keinginan: pelayanan kesehatan yang diinginkan
e) Pengalaman: pengalaman waktu terjadi wabah kolera yang
melanda daerah mereka
2) Angket
Teknik lain dalam pengumpulan data adalah melalui
angket. Pada angket, jawabannya diisi oleh responden, sesuai
dengan daftar yang diterima, sedangkan pada wawancara, ini
jawaban responden diisi oleh pewawancara. Untuk pengambilan
daftar isian dapat dilakukan dengan dua cara yakni canvasser,
yaitu daftar yang telah diisi, ditunggu oleh petugas yang
menyerahkan dan householder yaitu jawaban responden
dikirimkan pada alamat yang ditentukan
Keuntungan melalui angket yaitu relative murah, tidak
membutuhkan banyak tenaga, dan dapat diulang, sedangkan
kerugiannya adalah jawaban tidak spontan, banyak terjadi

28
nonrespon, pertanyaan harus jelas dan disertai petunjuk jelas,
pengembalian leban jawaban sering terlambat, jawaban sering
tidak lengkat, sering tidak diisi, tidak dapat digunakan oleh
responden yang buta aksara
Untuk mengatasi kerugian dalam angket dapat dilakukan
dengancara mengunjungi dan melakukan wawancara pada
nonrespon, untuk jawaban yang terlambat harus dikeluarkan dan
tidak dianalisis, serta bila nonrespon terlalu banyak, dilakukan
pengiriman ulang daftar isian.
3) Observasi
Salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertolongan indera mata. Teknik ini bermanfaat untuk:
a) Mengurangi jumlah pertanyaan, misalnya pertanyaan
tentang kebersihan rumah
b) Mengukur kebenaran jawaban pada wawancara tentang
kualitas air minum yang digunakan oleh responden dapat
dinilai dengan melakukan observasi langsung pada sumber
air yang dimaksud
c) Untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan
wawancara atau angket, misalnya pengamatan terhadap
prosedur tetap dalam pelayanan kesehatan
4) Pemeriksaan
Pengumpulan data dapat dilaukan dengan teknik pemeriksaan.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan dapat dilakukan hanya sekali atau berulang0ulang
tergantung tujuan. Waktu dan frekuensi pemeriksaan ini harus
ditentukan pada waktu perencanaan sesuai dengan perkiraan
timbulnya insiden. Tempat pemeriksaan dapat dilakukan di
lapangan atau sarana pelayanan kesehatan

29
3. Pengorganisasian Data
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan
yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi
a. Data inti komunitas
1) Sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan daerah)
2) Demografi (usia, jenis kelamin, distribusi ras dan etnis)
3) Tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok)
4) Status perkawinan (kawin, janda/duda, single)
5) Statistic vital (kelahiran, kematian kelompok usia dan penyebab
kematian)
6) Nilai-nilai dan keyakinan
7) agama
b. Data subsistem komunitas
1) Lingkungan fisik
Sama seperti pemeriksaan fisik klien individu, dikommunitas
juga dilakukan pemeriksaan fisik lingkungan komunitas. Panca
indra yang digunakan dalam pengkajian fisik adalah inspeksi,
auskultasi, tanda-tanda vital, review sitem dan pemeriksaan
laboratorium
2) Pelayanan kesehatan dan social
Pelayanan kesehatan dan social perlu dikaji dikomunitas yaitu
puskesmas, klini, rumah sakit, dan lain-lain
3) Ekonomi
Data yang dikumpulkan adalah karakteristik keuangan keluarga
dan individu, status pekerja, kategori pekerja dan jumlah
penduduk yang tidak bekerja, lokasi industry, pasar dan pusat
bisnis
4) Transportasi dan keamanan
Data yang perlu dikumpulakn alat transportasi penduduk,

30
transportasi umum, transportasi privat
5) Politik dan pemerintahan
Data yang dikumpulkan meliputi data pemerintahan, kelompok
pelayanan masyarakat
6) Komunikasi
Komunikasi menjadi 2 yaitu komunikasi formal dan informal
7) Pendidikan
Data yang dikumpulkan data sekolah, pendidikan, perpustakaan,
pendidikan khusus
8) Rekreasi
Data yang dikumpulkan meliputi taman, area bermain,
perpustakaan, rekreasi umum dan privat serta fasilitas khusus
c. Data persepsi
1) Tempat tinggal
Meliputi bagaimana perasaan masyarakat tentang komunitasnya
2) Persepsi umum
Meliputi pernyataan umum tentang kesehatan dari komunitas,
apa yang menjadi kekuatan
4. Validasi Data
Informasi yang dikumpulkan selama tahap pengkajian harus lengkap,
factual dan akurat, sebab diagnose keperawatan dan intervensi keperawatan
didasarkan informasi ini. Validasi merupakan verifikasi data untuk
mengkonfirmasi bahwa data tersebut akurat dan factual. Validasi data sangat
membantu perawat dalam melaksanakan tugas, meyakinkan bahwa
informasi pengkajian sudah lengkap, serta data subyektif dan obyektif dapat
diterima
5. Analisis komunitas
Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan dan kesimpulan
a. Kategorisasi
Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data

31
pengkajian komunitas secara tradisional sebagai berikut:
1) Karakteristik demografi
2) Karakteristik geografi
3) Karakteristik sosialekonomi
4) Sumber dan pelayanan kesehatan
b. Ringkasan
Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas berikutnya adalah
meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan
dalam bentuk ukuran, seperti jumlah, bagan, dan grafik
c. Perbandingan
Tugas berikut adalah analisis data yang meliputi identifikasi
kesenjangan data, dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangat
diperlukan untuk menetapkan pola atau kecenderungan yang ada atau
jika tidak benar dan perlu revalidasi yang membutuhkan data asli.
Perbedaan dapat dapat saja terjadi karena kesalahan pencatatan data.
Membandingkan data hasil pengkajian komunitas dengan data lain
yang sama merupakan standar yang telah ditetapkan utnuk suatu
wilayah kabupaten/kota atau provinsi atau nasional.
6. Pendokumentasian Data
Untuk melengkapi tahap pengkajian, perawat perlu mencatat data klien.
Dokumentasi secara akurat sangat penting dan dapat meliputi semua data
yang dikumpulkan tentang status kesehatan klien (komunitas). Data yang
dikumpulkan merupakan kondisi yang benar-benar yang factual bukan
interpretasi dari perawat.

B. Rencana Keperawatan Komunitas


Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), strategi intervensi keperawatan
komunitas, yaitu :
1. Proses Kelompok
Pada proses kelompok (group process), seseorang dapat mengenal
dan mencegah penyakit karena belajar dari pengalaman sebelumnya,

32
selain karena faktor pendidikan individu (pengetahuan individu),
media massa, televisi, atau penyuluhan yang telah dilakukan oleh
petugas kesehatan. Gambaran umum tentang masalah kesehatan di
lingkungan sekitar masyarakat diperoleh dari pengalaman sebelumnya
dalam upaya penanganan atau pencegahannya. Masyarakat sadar
bahwa penanganan secara individual tidak akan mampu mencegah dan
memberantas penyakit tertentu, sehingga diperlukan pendekatan
kelompok.
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan (health education) adalah proses perubahan
perilaku yang dinamis di mana perubahan tersebut bukan sekedar
proses trnasfer materi/teori dari seseorang ke rang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur, tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat sendiri.
Tujuan utama pendidikan kesehatan, yaitu :
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya
dengan smber daya yang ada pada mereka ditambah dukungan dari
luar.
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
3. Kerja Sama
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat, jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh sebab itu, kerja sama
(partnership) ini sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas. Melalui upaya ini berbagai persoalan
di dalam lingkungan masyarakat dapat diatasi dengan lebih cepat.

33
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kuisoner Penelitian
1. Pendahuluan
Kuisoner ini dibuat untuk meneliti seberapa besar tingkat pengetahuan
lansia terhadap masalah kesehatan dirinya dan pencegahan terhadap
hipertensi. Dimana hasil penelitian ini akan menjadi suatu cerminan pola
perilaku masyarakat dalam menghadapi lansia dengan hipertensi sehingga
akan menjadi acuan pemerintah untuk melaksanakan promosi kesehatan
khususnya pada lansia dengan masalah hipertensi.
2. Petunjuk
a. Isilah identitas diri anda
b. Pilih dan isilah jawaban yang menurut anda benar
3. Data Pribadi :
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Suku :
Pekerjaan :
Tingkat pendidikan :
Struktur Keluarga :

Jawablah pertanyaan dibawah ini !


1. Dimana lansia tinggal saat ini ?
□ Rumah Anak
□ Panti Jompo

34
□ Rumah Sendiri
2. Apakah Lansia mengalami keluhan sakit ?
□ Ya
Jika Ya, jelaskan keluhan anda

□ Tidak
3. Masalah kesehatan apa yang lansia alami saat ini ?
□ Rheumatik
□ Hipertensi
□ Diabetes
□ Kolesterol
□ Gangguan pernapasan
□ Lain-lain....
4. Apakah ada pantangan jenis makanan ?
□ Ya,
Jika Ya sebutkan

□ Tidak
5. Fasilitas kesehatan yang digunakan lansia jika mengalami gangguan
kesehatan?
□ Ke rumah sakit
□ Puskesmas
□ Dokter praktek
□ Dirawat di rumah
6. Apakah lansia sering melakukan kontrol kesehatan ?
□ Sering
Jika sering, berapa sebulan seberapa kali...
□ Tidak pernah
□ Kadang-kadang
7. Apakah ada obat-obatan yang lansia konsumsi selama ini ?

35
□ Ya
Jika Ya , sebutkan jenis obat
□ Tidak
8. Kegiatan/ aktivitas apa saja yang dilakukan lansia untuk memanfaatkan
waktu luang ?
□ Mengasuh cucu
□ Tidak melakukan kegiatan
□ Ke sawah / bekerja
□ Menonton tv
□ Mendengarkan radio
□ Lain-lain...
9. Berapa kira-kira pendapatan keluarga dalam satu bulan?
□ Tidak tahu
□ Rp. 500.000-Rp. 1.000.000
□ < Rp. 1.500.000
□ >Rp. 1.500.000
10. Apakah ada posyandu lansia di dusun (……………………..)?
□ Ada
□ Tidak ada
11. Apakah lansia sering mengikuti kegiatan dan posyandu lansia ?
□ Sering
□ Tidak pernah
□ Kadang-kadang
□ Jika ada kesempatan saja
12. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi, makan, berpakaian,
dll)
□ Mandiri
□ Dengan bantuan minimal
□ Dengan bantuan penuh

36
13. Apakah ada gangguan/ masalah emosional yang dirasakan oleh lansia?
□ Susah tidur
□ Sering gelisah
□ Merasa kesepian
□ Merasa banyak pikiran
□ Merasa cemas khawatir
□ Lain-lain....
14. Informasi mengenai masalah hipertensi yang pernah didapatkan dalam 6
bulan terakhir :
□ Penyuluhan tentang dampak hipertensi
□ Penyuluhan tentang pencegahan hipertensi
□ Penyuluhan tentang diet hipertensi
□ Lain-lain.....
□ Tidak ada

JAWABLAH PERNYATAAN BERIKUT INI YANG SESUAI DENGAN


PENDAPAT DAN KEADAAN ANDA SEBENARNYA

KUISONER A (Pengetahuan)
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
N
PERNYATAAN BENAR SALAH
O
Hipertensi merupakan suatu penyakit dimana
1.
tekanan darah mencapai ≥ 140/90
2. Hipertensi dapat disebabkan oleh keturunan
3. Hipertensi dapat menyebabkan stroke
Gejala yang ditemui penderita hipertensi adalah
4. sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan mudah
marah
5. Makan buah, sayur, dan produk susu yang rendah

37
lemak merupakan makanan yang dianjurkan
penderita hipertensi
Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan
menjaga pola makan adalah usaha untuk
6.
mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah
tinggi.
Makanan yang asin atau konsumsi garam
7. berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi.
8. Hipertensi hanya terjadi pada lansia
Aktivitas fisik seperti jalan-jalan secara rutin
9.
setiap hari dapat menurunkan tekanan darah
Minum Alkohol dan merokok merupakan
10. penyebab timbulnya kekambuhan penyakit
tekanan darah tinggi.
KUISONER B (Sikap)
Isilah pernyataan dibawah ini, pilihlah yang paling sesuai dengan pilihan anda.
Berilah tanda (√) pada pilihan yang tersedia.
Keterangan :
S : Setuju
SS: Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

NO PERNYATAAN
S SS TS STS
Jika merasa pusing dan tengkuk terasa
berat dalam waktu jangka panjang
1.
sebaiknya memeriksa ke pelayanan
kesehatan terdekat (+)
Penderita hipertensi sebaiknya
memeriksa tekanan darah secara teratur
2.
tiap bulan dan mengontrol pola makan
(+)
3. Konsumsi garam tidak perlu dihindari

38
bagi penderita hipertensi (-)
Mengurangi makanan yang
mengandung lemak seperti gorengan
4.
dan makanan bersantan perlu dilakukan
oleh penderita hipertensi (+)
Jika istirahat cukup tetapi masih
5. pusing, teruskan saja minum obat
hipertensi tidak perlu ke puskesmas (-)
Mengonsumsi makanan seperti daging
6. kambing dapat meningkatkan tekanan
darah tinggi (+)
Risiko saya terkena tekanan darah
tinggi akan menurun jika saya
7.
mengonsumsi buah dan sayur secara
rutin. (+)
Penyuluhan tentang tekanan darah
tinggi yang diberikan petugas
8.
kesehatan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi saya. (+)
Untuk lansia sebaiknya memperbanyak
9. aktivotas dan sering berolahraga untuk
mengurangi tekanan darah tinggi. (+)
Keluarga menemani lansia dalam
10. melakukan cek up untuk berobat atau
memeriksa kesehatan lansia. (+)

39
KUISONER C (Perilaku)
Petunjuk pengisian :
Jawablah pernyataan dibawah ini dengan pengalaman atau tindakan yang anda
lakukan. Berilah tanda ( √ ) pada salah satu kotak berikut sesuai dengan jawaban
yang anda anggap sesuai.
Keterangan:
S: Selalu
J : Jarang
KK : Kadang-kadang
TP: Tidak Pernah

N S J KK TP
PERNYATAAN
O
Saya mengontrol tekanan darah setiap saya
1. merasakan gejala seperti sakit kepala, rasa
panas ditengkuk, kepala berat
Saya menghindari makanan yang
2. mengandung kolesterol tinggi seperti daging
merah, gorengan, jeroan, dll.
Saya mengonsumsi setidaknya lima porsi
3.
buah dan sayuran setiap harinya.
Saya meluangkan waktu untuk istirahat 30-
4.
90 menit walaupun pekerjaan menumpuk.
Saya mengurangi kebiasaan konsumsi
5. makanan yang mengandung garam tinggi
untuk menghindari hipertensi
Saya mengontrol emosi saya jika sedang
6.
marah atau banyak pikiran
Saya mengurangi kebiasaan konsumsi
7.
makanan yang mengandung lemak tinggi
Saya berolahraga secara teratur 3 atau 4 kali
8.
seminggu untuk mengontrol tekanan darah.
9. Saya menghadiri posyandu lansia setiap

40
bulannya dan mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan di posyandu lansia.
Saya minum obat anti hipertensi secara teratur
10.
jika tekanan darah tinggi.

KUNCI DARI KUISONER (A) PENGETAHUAN

1. Benar
2. Benar
3. Benar
4. Benar
5. Benar
6. Benar
7. Benar
8. Salah
9. Benar
10. Benar

41
B. Aggregate Lansia dengan Hipertensi
1. Data Demografi
Distribusi Aggregat Lansia dengan Masalah Hipertensi berdasarkan Jenis
Kelamin, Status Tempat Tinggal, Masalah Kesehatan Lansia, Fasilitas
Kesehatan Yang Digunakan, Aktivitas Lansia di Posyandu, Aktivitas
Harian Lansia, Masalah Emosional

Variabel Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki 2 20%


Perempuan 8 80%
Tinggal dirumah 10 100%
sendiri
Status Tempat
Panti jompo 0 0%
Tinggal
Rumah anak 0 0%
Tidak ada 2 20%
Rheumatik 1 10%
Masalah
Diabetes 0 0%
Kesehatan
Lansia Hipertensi 5 50%
Kolesterol 1 10%
Lain-lain : Jantung 1 10%
Fasilitas Puskesmas 4 40%
Pengobatan Rumah sakit 4 40%
Kesehatan Lainnya 2 20%
Pantangan Ada 5 50%
Makanan Tidak ada 5 50%
Kegiatan Lansia Tidak ada 2 20%
Mengasuh Cucu 3 30%
Ke sawah/bekerja 2 20%
Menonton TV 2 20%

35
Lainnya 1 10%
Pemenuhan Mandiri 9 90%
Kebutuhan Dengan bantuan 1 10%
Lansia minimal
Dengan bantuan 0 0%
maksimal
Pendapatan Rp. 500.000 – 3 30%
Keluarga/lansia 1.000.000
Rp < 1.500.000 0 0%
Rp > 1.500.000 1 10%
Tidak tahu 6 60%
Gangguan/ Susah tidur 1 10%
masalah Sering gelisah 0 0%
emosional Merasa Kesepian 0 0%
Merasa banyak 2 20%
pikiran
Merasa cemas 0 0%
Lainnya /Tidak ada 7 70%

Interpretasi data :
Berdasarkan data diatas dengan jumlah n=10 di dusun Bugel, Panjatan , Kulon
Progo dapat dilihat bahwa jenis kelamin antara perempan dan laki-laki rentangnya
lebih banyak perempuan yaitu 8 (80%). Status tempat tinggal dari seluruh
responden adalah tinggal dirumah sendiri yaitu dengan presentase 10 (100%).
Masalah kesehatan lansia yang paling banyak dialami adalah hipertensi yaitu
dengan rentang 5(50%). Fasilitas pengobatan yang paling banyak dipilih oleh
responden adalah puskesmas dan rumah sakit yaitu dengan rentang 40 %.
Pantangan makanan rentangnya sama yaitu 5 (50%) antara lansia yang
mempunyai pantangan dan tidak. Kegiatan lansia paling banyak adalah mengasuh
cucu yaitu dengan rentang 30%, dan yang lainnya melakukan kegiatan lain.
Pemenuhan kebutuan lansia paling banyak dilakukan secara mandiri atau tanpa

36
dibantu orang lain yaitu dengan rentang 9 (90%). Pendapatan keluarga dari
seluruh responden kebanyakan tidak mengetahui berapa jumlah pendapatan
keluarganya yaitu dengan rentang 6 (60%). Gangguan atau masalah kesehatan
yang paling banyak dialami lansia adalah tidak ada yaitu dengan rentang 7 (70%) .

2. Data Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Lansia tentang Hipertensi


Distribusi Frekuensi Lansia dengan masalah hipertensi di Dusun Bugel
Panjatan Kulonprogo
Tahun 2020 (n = 10)
Variabel Jumlah Persentase
(%)
Baik 4 40%
Pengetahuan Kurang baik 6 60%
Total 10 100 %

Baik 7 70%
Sikap Kurang baik 3 30%
Total 10 100

Baik 5 50%
Perilaku Kurang baik 5 50%
Total 10 100

Distribusi Frekuensi Lansia dengan Masalah Hipertensi Di Dusun


Bugel Panjatan Kulonprogo
Tahun 2020 (n = 10)

37
8

4 Baik
Column1
3

0
Pengetahuan Sikap Perilaku

Interpretasi data :
Berdasarkan data diatas dengan n = 10 di Dusun Bugel didapatkan data bahwa
responden Lansis yang memiliki pengetahuan yang baik tentang Hipertensi
( 40%), sikap yang baik ( 70 %), dan yang memiliki perilaku yang baik ( 50%).
Akan tetapi ada juga Lansis yang masih memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang kejag demam yang kurang baik, untuk pengetahuan yang kurang baik
(60%), sikap kurang baik (30%) dan perilaku kurang baik (50%).

38
C. Analisa Data
Analisa Masalah Kesehatan Pada Aggregat Lansia Dengan Masalah
Hipertensi di Dusun Bugel Panjatan Kulonprogo
Tahun 2020 (n = 10)

Data Masalah

Data Primer: Resiko peningkatan jumlah kasus


Wawancara Hipertensi pada usia lanjut di
1. Tidak adanya program untuk mengatasi Dusun Bugel
dan mengurangi masalah hipertensi pada
lansia di Dusun.
2. Banyak lansia yang belum mendapatkan
penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan hipertensi.
3. Belum ada kegiatan yang aktif dan
optimal yang menangani masalah
kesehatan lansia dengan hipertensi
4. Lansia jarang mengonsumsi makanan
bergizi dan suka mengonsumsi garam
secara berlebihan.
5. Lansia dengan masalah hipertensi jarang
memeriksakan kesehatannya di
posyandu lansia atau puskesmas.

Data Sekunder :

Kuisoner (n = 10 orang)
Hasil dari pengetahuan baik sebesar 40%,
kurang baik sebesar 60%. Hasil dari sikap
lansia baik sebesar 70%, kurang baik 30%.

39
Sebagian besar lansia belum mendapatkan
penyuluhan kesehatan tentang hipertensi 80 %
Berdasarkan kunjungan rutin, mayoritas 1 kali
dalam sebulan dengan jumlah responden
keseluruhan (n=10)

Data Primer: Kesiapan meningkatkan


Wawancara manajemen kesehatan diri pada
1. Lansia menyadari bahwa dirinya mengalami lansia dengan masalah hipertensi di
hipertensi namun dirinya tidak mampu Dusun Bugel
menjaga kesehatan gaya hidup
2. Masih ada yang belum optimal dan belum
aktif dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan lansia.
3. Lansia mempunyai antusias tinggi untuk
membantu meningkatkan derajat kesehatan

Data sekunder
Kuisoner (n = 10 orang)
Pengetahuan lansia terkait hipertensi 60%
masih kurang.
Sikap lansia 70 % baik, perilaku lansia 50 %
kurang baik.
Lansia yang memeriksakan kesehatan
dipuskesmas/posyandu hanya 40%
Berdasarkan rentan tekanan darah, mayoritas
Hipertensi ringan 48%, Hipertensi sedang
36%, Pre Hipertensi 14%, dan Hipertensi berat
2% dengan jumlah responden keseluruhan
(n=10).

40
D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko peningkatan jumlah kasus Hipertensi pada usia lanjut di Dusun
Bugel
2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri pada lansia dengan
masalah hipertensi di Dusun Bugel

41
E. Kriteria Penapisan

Kriteria Penapisan
Diagnosa Sesuai Jumlah Besarny Kemungki Minat Kemun Sesuai Sumber Sumbe Sumber Adanya Adanya Skor
Keperawatan dengan yang a risiko nan untuk Masyaraka g-kinan dengan daya r daya daya dana fasilitas SDM
Komunitas Peran berisiko dilakukan t untuk masala program tempat waktu untuk kesehata untuk
Perawat pendidika menyelesa h untuk kesehata menyelesa n mengatas
Komunitas n i-kan diatasi n ikan i masalah
kesehatan masalah masalah kesehata
kesehatan kesehatan n
Diagnosa
keperawatan
Resiko 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 5 5 59
peningkatan
jumlah kasus
Hipertensi
pada usia
lanjut di
Dusun Bugel
Panjatan
Kesiapan 5 5 5 5 4 3 5 4 4 3 4 4 56
meningkatkan
manajemen
kesehatan diri
pada lansia
dengan
masalah

42
hipertensi di
Dusun Bugel

Rentang Skor : 1-5


Keterangan :
1 = Sangat rendah 4= Tinggi
2 = Rendah 5= Sangat tinggi
3 = Cukup

43
RENCANA KERJA (Plan Of Action/POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT USIA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN BUGEL PANJATAN KULONPROGO TAHUN 2020

Sumber Daya
Diagnosa Kegiatan Tujuan Penanggung Waktu Tempat Alokasi Kelanjutan
Jawab Dana
Resiko peningkatan jumlah Kegiatan Primer Desember Arisan PKK, Swadaya Satu bulan
kasus Hipertensi pada usia Pendidikan 2020- kegiatan RT sekali
1. Untuk
lanjut di Dusun Bugel Kesehatan: Mahasiswa Januari posyandu
meningkatkan
Panjatan 2021 lansia Dusun
1. Penyuluhan pengetahuan lansia
Bugel
kesehatan tentang dan masyarakat
masalah tentang hipertensi
hipertensi pada
lansia.

2. Penyebaran media 2. Untuk pemerataan Mahasiswa Desember Arisan PKK, - -


informasi (leaflet informasi dan 2020- kegiatan
tentang pemahaman tentang Januari posyandu
hipertensi) pencegahan 2021 lansia Dusun
hipertensi kepada Bugel
lansia dan masyrakat
Dusun Bugel.

Kegiatan sekunder:

44
Mahasiswa Desember Rumah RT - -
1. Penyuluhan 1. Untuk
kader 2020-
tentang cara meningkatkan
Januari
penanganan pengetahuan dan
2021
hipertensi pada ketrampilan kader
lansia di rumah lansia tentang cara
anggota keluarga penanganan
yang memiliki hipertensi pada
lansia dengan lansia.
hipertens

2. Pemeriksaan 2. Untuk mengetahui


kesehatan lansia perkembangan Mahasiswa Desember - Swadaya Sebulan 2
khususnya berupa kesehatan lansia dan 2020- RT kali
pemeriksaan gangguan-gangguan Januari
tekanan darah kesehatan yang 2021
dialami lansia
3. Lakukan kegiatan
positif contohnya 3. Untuk mengisi
olahraga atau waktu luang lansia Mahasiswa Desember - Swadaya Sebulan 2
senam hipertensi dengan kegiatan 2020- RT kali
bersama lansia. positif dan Januari
bermanfaat bagi 2021
kesehatan.

Kegiatan Tersier:

45
1. Pembuatan form 1. Untuk mengetahui Mahasiswa Desember - Swadaya -
tentang evaluasi perubahan atau kader 2020- RT
frekuensi penurunan tekanan Januari
penurunan darah pada lansia 2021
tekanan darah dengan hipertensi
pada lansia
hipertensi

2. Pendampingan 2. Untuk Mahasiswa Desember Rumah warga - -


terhadap meningkatkan kader 2020- yang
keluarga terkait kemandirian serta Januari memiliki
dengan ketrampilan 2021 lansia dengan
penanganan dan keluarga tentang hipertensi
perawatan cara penanganangan
anggota keluarga dan merawat lansia
dengan dengan masalah
hipertensi pada hipertensi.
lansia di rumah

3. Modifikasi 3. Untuk membantu Mahasiswa Desember - - -


perilaku lansia lansia mengurangi 2020-
dengan masalah asupan Januari
hipertensi seperti natrium/makanan 2021
mengurangi yang tidak sehat.
jumlah konsumsi
garam.
Kesiapan meningkatkan Kegiatan Primer: 1. Untuk Mahasiswa Desember Aula Swadaya 6 bulan
manajemen kesehatan diri meningkatkan Kader 2020- Kelurahan RT sekali
1. Penyegaran

46
pada lansia dengan masalah pengetahuan dan Januari
kader
hipertensi di Dusun Bugel keterampilan kader 2021
Panjatan lansia khususnya
dalam penanganan
hipertensi pada usia
lanjut.

2. Pemberian 2. Untuk Mahasiswa Desember - -


bimbingan meningkatkan 2020- -
kepada kader pengetahuan dan Januari
lansia tentang kemampuan serta 2021
hipertensi memandirikan kader
lansia dalam
pelaksanaan
penyuluhan
hipertensi

3. Untuk
3. Pengoptimalan
mengoptimalkan Mahasiswa Desember - Swadaya -
dan pengaktifan
dan mengaktifkan Kader 2020- RT
kembali
kembali pelayanan Januari
pelayanan
kesehatan lansia 2021
kesehatan lansia.
dalam masalah
hipertensi pada usia
lanjut.

47
Kegiatan Sekunder
1. Pemberian 1. Untuk Mahasiswa Desember - - -
pelatihan pada meningkatkan kader 2020-
kader lansia pengetahuan dan Januari
tentang keterampilan kader 2021
penanganan lansia tentang cara
hipertensi pada penanganan
usia lanjut di hipertensi pada
Masyarakat lansai di Dusun

Kegiatan Tersier 1. Untuk


1. Pendampingan meningkatkan
kader lansia pengetahuan dan Mahasiswa Desember Rumah - 2 minggu
dalam melakukan keterampilan kader Kader 2020- Keluarga sekali
kunjungan rumah lansia tentang cara Januari yang
pada keluarga penanganan 2021 memiliki
dengan lansia hipertensi pada lansia dengan
dengan masalah lansia. Hipertensi
hipertensi

RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI


DI DUSUN BUGEL PANJATAN KULONPROGO TAHUN 2020

48
Dx. Kep Tujuan Strategi Rencana Evaluasi Sumber Tempat Penanggung
Intervensi Kegiatan Dana Jawab
Umum Khusus Kriteria Standar

Resiko Setelah
 60 % kader
peningkatan dilakukan 1. Setelah Pendidikan Pencegahan Kognitif Mahasis Aula Mahasiswa
kesehatan mengikuti
jumlah kasus intervensi dilakukan kesehatan sekunder : wa RT
pelatihan.
Hipertensi keperawatan Pelatihan kader
intervensi
pada usia komunitas kesehatan  Pengingkatan
lanjut di selama 3 keperawata tentang masalah pemgetahuan kader
Dusun Bugel bulan, n hipertensi pada tentang hipertensi
Panjatan diharapkan komunitas lansia dan dan penanganan
tidak terjadi selama 1 penanganan. hipertensi pada
peningkatan bulan, lansia.
masalah diharapkan:
hipertensi  60 % kader
pada kesehatan memiliki
kelompok 1.1 Kader pengetahuan, sikap,
Lansia di kesehatan dan ketrampilan bak
Dusun memiliki tentang penanganan
pengetahu hipertensi.
an baik
tentang
pencegaha
 50 % keluarga
n

49
hipertensi Pendidikan Pencegahan Kognitif Mahasis Aula Mahasiswa
dengan lansia
dan kesehatan sekunder : wa RT
hipertensi mengikuti
penatalaks  Penyuluhan penyuluhan
anaan kesehatan pencegahan dan
hipertensi tentang penanganan
pencegahan hipertensi
dan
 Peningkatan
1.2 Masyarak penanganan
pengetahuan kader
hipertensi pada
at lansia kesehatan tentang
lansia.
memiliki penanganan dan
pengetahu pencegahan
hipertensi sebesar
an, sikap,
30%
ketrampil
an yang  50 % masyarakat
baik memiliki
pengetahuan, sikap
tentang
dan ketrampilan baik
pencegaha tentang cara
n dan penanganan
penangan hipertensi pada
an lansia.
hipertensi.
1.3 Keluarga
dengan  70 % leaflet tersebar
lansia di Dusun Bugel RT
memaham  Penyebaran Afektif

50
i cara - - -
informasi  70 % poster
merawat tentang terpasang di tempat
lansia pencegahan strategis di wilayah
dengan hipertensi Dusun Bugel RT
masalah melalui poster
hipertensi. dan leaflet.
 60% keluarga
dengan lansia
Pemberdayaa Afektif hipertensi memiliki Mahasis Rumah Mahasiswa
Pencegahan
n masyarakat pengetahuan tentang wa warga
Sekunder :
penanganan dan dengan
Pendampingan
perawatan lansia angota
terhadap
dengan hipertens keluarga
keluarga terkait
lansia
dengan  60% keluarga dengan
penanganan dan dengan lansia hiperten
perawatan hipertensi aktif si
anggota keluarga melaksanakan
dengan kegiatan-kegiatan
hipertensi pada yang ada di dalam
lansia di rumah pelayanan kesehatan
masyarakat

 Peningkatan jumlah
lansia yang
Patnership Psikomotor memeriksakan Mahasis RT Mahasiswa
kesehatannya wa
Pencegahan

51
sekunder:
sebesar 30%
1.Pengecekan dan
 60% lansia memiliki
konsultasi
kesadaran untuk
(Check up)
rutin memeriksakan
kesehatan lansia
kesehatannya di
berupa
posyandu atau
pemeriksaan
puskesmas.
tekanan darah.
 Terisosialisasinya
2.Sosialisasi rencana pembuatan
pembuatan form form tentang
tentang evaluasi evaluasi frekuensi
frekuensi penurunan tekanan
penurunan darah pada lansia
tekanan darah dengan hipertensi di
pada kelompok Dusun Bugel
lansia dengan  50% Form tentang
masalah evaluasi frekuensi
hipertensi. penurunan
3.Mengaplikasika konsumsi garam
n form tentang pada lansia
evaluasi hipertensi dapat
frekuensi digunakan.
penurunan
konsumsi garam
pada lansia.

52
Setelah 1. Setelah Pendidikan Pencegahan Kognitif 60 % kader kesehatan Mahasis Aula Mahasiswa
Kesiapan dilakukan dilakukan kesehatan Sekunder : mengikuti wa Kelurah
meningkatkan intervensi  Penyegaran Kader an
intervensi penyegaran dan
manajemen keperawatan
keperawata kader dan bimbingan
kesehatan diri komunitas
pada lansia n komunitas Bimbingan Peningkatan
selama 2
dengan selama 1 kader tentamg pengetahuan kader
masalah
bulan,
diharapkan bulan, peningkatan tentang peningkatan
hipertensi di
masalah diharapkan : kesadaran kesadaran kesehatan
Dusun Bugel
Panjatan hipertensi 1.1 Kader kesehatan khususnya pada
pada kesehata khususnya lansia dengan
kelompok n pada lansia
usia lanjut di hipertensi 50%
memiliki dengan
Dusun Bugel pengetah 60% kader kesehatan
hipertensi memiliki
dapat diatasi. uan baik
tentang pengetahuan baik
hipertens tentang peningkatan
i kesadaran kesehatan
1.2 Warga khususnya pada
masyarak lansia dengan
at hipertensi.
memaham
i cara
menghind
Pemberdayaa Pencegahan Afektif  50% pelayanan Mahasis RT Mahasiswa
ari n masyarakat Sekunder: kesehatan wa
penyakit masyarakat lansia Kader
1. Pengoptimalan

53
hipertensi. dan lebih aktif dan
pengaktifan optimal
kembali
 50% Kader aktif
pelayanan
melaksanakan
kesehatan
kegiatan-kegiatan
Lansia
yang ada di dalam
pelayanan kesehatan
lansia.
 50% lansia mampu
melakukan kegiatan
di dalam posyandu
lansia
(berpartisipasi)

Pencegahan  60 % kader
Pendidikan Kognitif kesehatan mampu Mahasis RT Mahasiswa
kesehatan sekunder :
mengikuti pelatihan wa
Melakukan
demonstrasi  Peningkatan
kesehatan terkait pengetahuan kader
penanganan kesehatan tentang
hipertensi pada hipertensi dan
lansia. pencegahan
hipertensi pada
lansia.

54
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tekanan
darah, hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sitolik lebih
besar dari 140-160 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg,
ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan. Tanda dan
gejala yang biasa dirasakan oleh penderita hipertensi seperti: sakit kepala,
perdarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan, kesemutan
pada kaki dan tangan, kelelahan, tekuk terasa berat, sesak nafas, nyeri dada.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertensi
pada kelompok usia lanjut dengan masalah hipertensi dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan tentang hipertensi,
pengaktifan posyandu lansia yang ada di desa, pelatihan kader tentang
penanganan hipertensi, pemeriksaan kesehatan secara rutin, melakukan
kegiatan yang positif seperti olahraga atau senam antihipertensi.

B. Saran
1. Untuk masyarakat atau lansia
Diharapkan masyarakat atau lansia dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada untuk meningkatkan status kesehatan dengan rutin melakukan
pemeriksaan tekanan darah baik di puskesmas setempat maupun di
posyandu lansia, serta diharapkan dapat memanfaatkan waktu luang untuk
kegiatan positif seperti berolahraga atau senam antihipertensi.
2. Untuk posyandu lansia
Diharapkan posyandu lansia setempat untuk lebih aktif dan
mengoptimalkan kembali pelayanan posyandu dengan bekerjasama
dengan puskesmas setempat untuk meningkatkan status kesehatan lansia
setempat

55
3. Untuk perawat
Diharapkan perawat dapat memberikan tindakan keperawatan komunitas
pada kelompok lansia dengan masalah hipertensi dengan memberikan
pendidikan atau penyuluhan kesehatan tentang hipertensi setiap bulan serta
melakukan pelatihan untuk kader dalam menangani hipertensi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, lansia dan kader kesehatan
disuatu desa.

56
DAFTAR PUSTAKA

Agustina S, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada


Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunita, Vol 2 (4):
180-186.
Akbar, M.A. 2019. Buku Ajar Konsep-Konsep Dasar Dalam Keperawatan
Komunitas. Yogyakarta : Deepublish Publisher.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Dewi, W, K. 2019. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda. Karya Tulis Ilmiah.
Kalimantan Timur: Poltekkes Kaltim.

Eviyanti. 2020. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di


BPSTW Sleman Yogyakarta 2020. Jurnal Kesehatan Luwu Raya, Vol 7 (1)
: 82-87. (http://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/32)
Fandinata, S, S & Ernawati, I. 20120. Management Terapi Pada Penyakit
Degeneratif (Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Penyakit
Degeneratif (Diabetes Melitus dan Hipertensi)). Gresik: Penerbit
Graniti.
Ikinovianti. 2020. Hubungan Perilaku Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat
Pada Lansia Hipertensi Di Dusun Patukan Ambarketawang. Thesis
(Skripsi). Yogyakarta : Universitas Alma Ata.
(http://elibrary.almaata.ac.id/id/eprint/1710)
Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.

Kholifah,S.N & Wahyu, W. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Manuntung, A. 2018. Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang:
Wineka Media.

57
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :CV
Sagung Seto.
Mubarak,W. Dan Cahyatin,N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi . Jakarta: Salemba Medika

Pratiwi, E & Mumpuni, Y. 2017. Tetap Sehat Saat Lansia- Pencegahan dan
Penanganan 45 Penyakit yang Sering Hinggap di Usia Lanjut. Rapha
Publishing. Yogyakarta.

Yekti, S.(2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: PT.Andi ofset.

58
LAMPIRAN

59
60

Anda mungkin juga menyukai