Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN LENGKAP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

“N”
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN MASALAH
UTAMA “DIABETES MELITUS” PADA Ny “H” DI BTN. ANA’ GOWA
DESA BONTOALA, KEC. PALLANGGA, KAB. GOWA

Oleh:

DEA GITA SEPTIANINGSIH

70900119016

PROFESI NERS ANGKATAN XV

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020

8
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang paling pantas penulis panjatkan selain puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak
terhingga sehingga penulis masih diberi kesempatan dan nikmat kesehatan untuk
menyelesaikan suatu hasil karya berupa laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Komonitas, keluarga dan Geriatrik Pada Ny. H Dengan Diagnosa
Diabetes Melitus Tanggal 28 April-01 Mei 2020 Di Btn. Ana’ Gowa Kec.
Pallangga Kab. Gowa”.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil Alamin dan para sahabat, yang telah
berjuang untuk menyempurnakan akhlak manusia di atas bumi ini.
Oleh karena itu, dari segenap pembaca, penyusun mengharapkan kritik
dan saran untuk lebih meningkatkan mutu penulisan selanjutnya.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, Mei 2020

Dea Gita Septianingsih


DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-7

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

C. Manfaat Penelitian.............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 8-41

A. Konsep Dasar Medis Diabetes Melitus.............................................. 8

B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................ 19

BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 42-70

A. Pengkajian Keluarga........................................................................... 42

B. Klasifikasi Data.................................................................................. 60

C. Analisa Data....................................................................................... 62

D. Skala prioritas .................................................................................... 66

E. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 71

F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................... 89

BAB IV Pembahasan .................................................................................. 113-

128
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 113

B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 116

C. Intervensi Keperawatan...................................................................... 119

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................... 121

E. Integrasi Nilai Islam........................................................................... 126

BAB V PENUTUP........................................................................................ 129

A. Kesimpulan......................................................................................... 129

B. Saran................................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 130-

131
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dengan
mencanangkan visi Indonesia sehat 2010. Visi tersebut merupakan visi yang ideal
tentang gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan, yaitu: kehidupan rakyat
Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Depkes RI,
2012).
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara
maju serta di negara-negara berkembang adalah diabetes mellitus. Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang juga menghadapi masalah ini. Diabetes
mellitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis telah menjadi
masalah kesehatan yang bersifat global. Periode ini merupakan era penyakit
degeneratif seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus yang
salah satunya disebabkan oleh adopsi terhadap cara kehidupan barat sehingga
angka epidemiologi meningkat. Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya
saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang
memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut. Ketidaktahuan akan
gambaran penyakit diabetes mellitus (DM) dan kurangnya perhatian masyarakat,
serta minimnya informasi akan mempengaruhi perilaku serta anggapan yang salah
akan penyakit ini (Mirza, 2008).
Kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes atau
kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization
(WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah diabetisi (penderita diabetes)
yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa
pada tahun 2030 dengan pertumbuhan sebesar 152% dan pada tahun 2030
diperkirakan jumlah penderita diabetes di dunia akan mencapai jumlah
366,210,100 orang atau naik sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun (WHO,
2006).
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga
melaporkan bahwa penderita diabetes mellitus di provinsi Riau berada di urutan
nomor tiga tertinggi di Indonesia (Balitbangkes, 2008). Prevalensi DM tertinggi di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4%
sedangkan prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua sekitar 1,7% (PERKENI,
2011). Soewondo dan Pramono (2011), melanjutkan penelitian dari Riskesdas,
dari 5,7% total penderita diabetes di Indonesia, sekitar 4,1% kategori diabetes
mellitus tidak terdiagnosis dan 1,6% diabetes mellitus.
Di Indonesia, diabetes mellitus berada diurutan 4 penyakit kronis
berdasarkan prevalensinya. Data Riskesdas tahun 2013, menyatakan prevalensi
nasional penyakit diabetes mellitus adalah 1,5%. Merujuk kepada prevalensi
nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,3%. Dimana
Sumatera Barat berada di urutan 14 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64 tahun dengan
prevalensi sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013).
Jumlah kasus DM yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
sebanyak 209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung insulin
sebanyak 183.172 jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147 jiwa
(Dinkes Jateng, 2012). Menurut Profil Kesehatan Surakarta tahun 2014 jumlah
penderita diabetes mellitus sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat
signifikan pada tahun 2015 menjadi 8.684 per 100.000 penduduk (Dinkes
Surakarta, 2014 dan 2015).
Di Kota Padang, tahun 2013 angka tertinggi kasus baru diabetes mellitus
berdasarkan jumlah kunjungan di Puskesmas berada di wilayah Puskesmas
Nanggalo Padang dengan jumlah kunjungan sebanyak 258 dengan kasus
terbanyak yaitu diabetes mellitus tipe 2. Kemudin diikuti oleh 3 Puskesmas
Ambacang dengan jumlah kunjungan 229, dan di urutan ketiga berada di
Puskesmas Lubuk Kilangan dengan jumlah kunjungan 195 orang (Dinkes Kota
Padang, 2013).
Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik
yang membahayakan apabila tidak diobati. Akibat dari hiperglikemia dapat terjadi
komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan keadaan
hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama berkontribusi terhadap komplikasi
neuropatik. Diabetes mellitus juga berhubungan dengan peningkatan kejadian
penyakit makrovaskular seperti MCI dan stroke (Smeltzer& Bare, 2013).
Menurut WHO, penderita diabetes beresiko mengalami kerusakan
mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini akan
memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari diabetes mellitus, diperlukan pengontrolan yang terapeutik dan
teratur melalui perubahan gaya hidup pasien DM yang tepat, tegas dan permanen.
Pengontrolan diabetes mellitus diantaranya adalah pembatasan diet, peningkatan
aktivitas fisik, regimen pengobatan yang tepat, kontrol medis teratur dan
pengontrolan metabolik secara teratur melalui pemeriksaan laboratorium (Golien
C.E et al dalamRonquillo et al, 2003).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, menyebutkan
bahwa 7% dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan menyandang penyakit
Diabetes Mellitus Tipe II dan Makassar merupakan kota dengan penderita DM
Tipe II terbanyak. Pada tahun 2010 terdapat 3827 kasus baru dari 17245 atau
sekitar 22,19%. Dari hasil surveilans PTM berbasis rumah sakit di Sulawesi
Selatan pada tahun 2008, diperoleh informasi bahwa lima urutan PTM terbanyak
ditemukan pada rumah sakit sentinel, yaitu kecelakaan lalu lintas (30,50%),
hipertensi (17,63%), asma (7,53%), diabetes mellitus (6,65%), dan stroke
(5,86%). Sedangkan lima urutan terbesar PTM penyebab kematian, yaitu
hipertensi primer (22,07%), kecelakaan lalu lintas (16,61%), hipertensi sekunder
(14,58%), stroke (6,66%), dan dibetes mellitus (6,28%) (Sudarku, 2010).
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa
secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk
di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu hormon yang
diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemi yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan
sindrom hiperglikemi hiperosmoler neokenetik (HKNK). Hiperglikemi jangka
panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit
ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit syaraf). (Suddarth, 2002).
Berdasarkan data dari surveilans penyakit tidak menular Bidang P2PL,
kasus baru DM di 46 Puskemas tahun 2016 yaitu 6.106 kasus (laki-laki; 1.568,
perempuan; 4.538), sedangkan kasus lama yaitu 16.800 (laki-laki; 4.657,
perempuan; 12.143). Adapun kematian akibat DM terdapat 198 (laki-laki; 74,
perempuan; 124) sepanjang tahun 2016. Keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran
yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti
yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah (Suprajitno, 2004).
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, tugas keluarga
tersebut antara lain: pertama mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan
merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan tenaga keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami keluarganya
(Suprajitno, 2004).
Tugas keluarga yang kedua yaitu memutuskan tindakan kesehatan yang
tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Apabila keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
kepada orang lain di lingkungan sekitar tempat tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan. Ketiga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di
rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama. Keempat modifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga. Kelima maemanfaatkan fasilitas kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga (Suprajitno, 2004).
Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Btn. Ana’ Gowa
Palangga pada Ny. H dimana didapatkan data Ny. H mengeluh nyeri pada kaki
kanannya, nyeri dirasakan saat beraktivitas. Dan saat penulis mengkaji, Keluarga
Tn.N mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta
tidak mengetahui kondisi penyakitnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. “N” Dengan Gangguan
Sistem Endokrin dengan masalah utama “Diabetes Mellitus” Pada Ny“N” Di
Dusun Manuruki, Desa Bone, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa”.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada Tn “N” Dengan Gangguan
Sistem Endokrin dengan masalah utama “Diabetes Mellitus” Pada Ny. “H”
Di Btn. Ana’ Gowa Palangga”.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dengan Diabetes Mellitus pada keluarga Tn N.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan Diabetes Mellitus pada
keluarga Tn N.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan dengan Diabetes Mellitus
pada keluarga Tn N.
d. Melakukan implementasi dengan Diabetes Mellitus pada keluarga Tn
N.
e. Melakukan evaluasi dengan Diabetes Mellitus pada keluarga Tn N.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Keperawatan
a. Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan kemampuan keluarga mengenal masalah, khususnya pada
keluarga yang terkena diabetes mellitus, sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga lebih optimal serta
meningkatkan keterampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang
lebih baik.
b. Perawat lebih profesional dalam memberikan asuhan keperawatan
kemampuan keluarga dalam mengenal masalah pasien diabetes
mellitus.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan
pasien diabetes mellitus, sehingga dapat memberikan gambaran kepada
keluarga dalam mengenal dan merawat pasien diabetes mellitus.

3. Bagi Penulis
a. Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan
tentang keluarga mengenal masalah pasien diabetes mellitus sehingga
dapat mengembangkan wawasan penulis.
b. Mendorong penulis untuk meningkatkan pengetahuan, berpandangan
luas, dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk
mengenal penyakit diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau

mengalihkan” (siphon). Melitus dari bahasa Latin yang bermakna manis

atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang

mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan

ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insentivitas sel terhadap

insulin (Marya, 2013).


Dokumen konsensus tahun 1997 oleh American Diabetes

Associatoin’s Expert Committee on the Diagnosis an Classification Of

Diabetes Mellitus menjabarkan 4 kategori utama diabetes yaitu: (Corwin,

2009).

a. Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus/IDDM, Diabetes Melitus Tergantung Insulin/DMTI)

DM tipe 1 merupakan DM yang diperantarai oleh imunitas.

Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin

dihancurkan oleh proses autoimun. Destruksi sel beta pankreas

tersebut menyebabkan kadar insulin menjadi sangat rendah atau


bahkan tidak ada sama sekali, oleh karena itu penderita DM tipe I

bergantung pada insuli dari luar untuk bisa bertahan. Biasanya

dijumpai pada individu yang tidak gemuk dan berusia kurang dari 30

tahun.

b. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus/NIDDM, Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin/DMTTI


DM tipe II merupakan DM yang tidak diperantarai oleh imunitas. Kondisi ini

diakibatkan karena penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau

terjadi defek sekresi insulin karena ketidakmampuan pankreas untuk

menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang

normal.Pada penderita DM tipe II, insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas

tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan hal ini menimbulkan

hiperglikemia (tingginya kadar gula di dalam darah) karena jumlah insulin yang

dihasilkan kurang dari jumlah yang dibutuhkan.

c. Diabetes Melitus Tipe Lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma

pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan

penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.

d. Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi

glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan. DM gestasional

berhubungan dengan meningkatnya komplikasi

2. Etiologi

Penyebab secara pasti dari DM tipe II ini belum diketahui, akan

tetapi untuk kebanyakan individu tampaknya berkaitan dengan

kegemukan. Selain itu, kecenderungan pengaruh genetik yang

menentukan kemungkinan individu mengidap penyakit ini, cukup kuat.

Diperkirakan bahwa terdapat sifat genetik yang belum teridentifikasi

yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang berbeda, atau

menyebabkan reseptor insulin atau perantara kedua tidak dapat berespons

secara adekuat terhadap insulin.Adapun faktor resiko yang berhubungan


dengan proses terjadinya DM tipe II diantaranya yaitu faktor usia

(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun),

obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik dan pola hidup (Marya, 2013).

3. Patofisiologi

Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.

Resistensi insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Corwin, 2009).

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

diekskresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun,

jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan

insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe II

(Corwin, 2009).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak

dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya

glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang

berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan

diuresis osmotik. Sebagai aikibat dari kehilangan cairan berlebihan,


pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa

haus (polidipsia).

4. Tanda dan Gejala (Marya, 2013)

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) karena air mengikuti glukosa

yang keluar melalui urin.

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat

besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.

Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel

akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke

plasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi). Dehidrasi intrasel

menstimulasi pemgeluaran hormon anti-diuretik (ADH; Vasopresin)

dan menimbulkan rasa haus.

c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang

kronis, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel.

d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan

ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa

sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien diabetes kronik

juga berperan menyebabkan kelelahan.

e. Luka yang sulit sembuh karena terjadi penyumbatan pembuluh darah

dan kerusakan saraf akibat kadar gula darah yang tinggi dan tidak

terkontrol.

5. Pemeriksaan Diagnostik (Marya, 2013)

Diagnosis DM biasanya diikuti dengan adanya gejala poliuria,

polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya.
a. Diagonosis DM dapat dipastikan apabila hasil pemeriksaan kadar

glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.

b. Aseton plasma (keton): Positif secara mencolok.

c. Asam lemak bebas: Kadar lipid dan kolesterol meningkat

d. Osmolalitas serum: Meningkat, tetapi biasanya kurang dari 330

mOsm/l.

e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K: normal

atau peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan

menurun, F: Lebih sering menurun.

f. Insulin darah: Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada DM

tipe I) atau normal sampai tinggi (pada DM tipe II) yang

mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunannya

(endogen/eksogen). Resistensi insulin dapat berkembang sekunder

terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).

g. Pemeriksaan fungsi tiroid: Peningkatan aktifitas hormon tiroid yang

dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

h. Urin: Gula dan aseton positif; Berat jenis dan osmolalitas mungkin

meningkat.

i. Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya ISK, infeksi

pernapasan, dan infeksi luka.

6. Komplikasi (Mansjoer, dkk, 2007)

a. Kerusakan Saraf (Neuropati)

Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu

otak dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot,

kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot
polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah

glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan

berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah

berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa

terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak

berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan

merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke

saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati

diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat

mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-

pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim.

Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana

yang terkena.Prevalensi Neuropati pada pasien DM tipe 1 pada

populasi klinik berkisar 3% s/d 65.8% dan dalam penelitian pada

populasi berkisar 12.8% s/d 54%. Sedangkan pada pasien DM tipe 2

prevalensi neuropati pada populasi klinik berkisar 7.6% s/d 68.0%

dan dalam penelitian pada populasi berkisar 13.1% s/d 45.0%.

b. Kerusakan Ginjal (Nefropati)

Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta

pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi

sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan

dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja selama 24 jam sehari

untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang

dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun

tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya

dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lama seseorang terkena


diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka

penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan

ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau

kerusakan saraf. Prevalensi overt nephropathy dengan penyakit DM

tipe 1 berkisar 0.7% s/d 27% pada populasi klinis dan 0.3% s/d 24%

dalam penelitian pada populasi. Sedangkan pada pasien DM tipe 2

prevalensi overt nephropathy pada populasi klinik berkisar 5.4% s/d

20.0% dan dalam penelitian pada populasi berkisar 9.2% s/d 32.9%.

c. Kerusakan Mata (Retinopati)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan

menjadipenyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada

mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu: 1) retinopati, retina

mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang

sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh

darah retina; 2) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan

transparan menjadi keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan

makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi; dan 3)

glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga

merusak saraf mata.Prevalensi retinopati dengan penyakit DM tipe 1

berkisar 10.8% s/d 60.0% pada polpulasi klinik dan 14.5% s/d 79.0%

dalam penelitian pada populasi. Sedangkan pada pasien DM tipe 2

prevalensi retinopati pada populasi klinik berkisar 10.6% s/d 47.3%

dan dalam penelitian pada populasi berkisar 10.1% s/d 55.0%.

d. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan

penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan


pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang

dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa

terjadi. Prevalensi Penyakit jantung koroner dengan penyakit DM

(baik tipe 1 dan 2) berkisar 1.0% s/d 25.2% pada polpulasi klinik dan

1.8% s/d 43.4% dalam penelitian pada populasi. Lima puluh persen

dari prevalensi penyakit jantung koroner berkisar 0.5% s/d 8.7%

dengan Diabetes tipe 1 dan berkisar 9.8% s/d 22.3% dengan Diabetes

tipe 2.

e. Stroke

Prevalensi stroke dengan penyakit DM (baik tipe 1 dan 2)

berkisar 1.0% s/d 11.3% pada populasi klinik dan 2.8% s/d 12.5%

dalam penelitian pada populasi. Lima puluh persen dari prevalensi

stroke berkisar 0.5% and 4.3% dengan Diabetes tipe 1 dan berkisar

4.1% and 6.7% dengan Diabetes tipe 2.

f. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan

keluhanyang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal.

Namun, harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan

jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan

jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes

juga terkena hipertensi.

g. Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki,

yang dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi

lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada

orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di


kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes

berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat

mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping

diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang

sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada

pembuluh darah jantung.

h. Infeksi

Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan

tubuh dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga

penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah

mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki,

kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi

juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita

terhadap adanya infeksi.

7. Penatalaksanaan (Wilkinson, 2011)

a. Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku

sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga

pasien. Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya

meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan

dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang

diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan

pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang

mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku

pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan

perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada


penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,

perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,

meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet

tinggi lemak.

b. Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu

makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-

masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan,

jenis dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan

terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-

20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-

masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan

yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan

berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga

dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.

d. Intervensi Farmakologis

1) Antidiabetik Oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan

kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi

dengan menghilangkan gejala,optimalisasi parameter metabolik,

dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan

insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama

ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai

sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan


energi dan karbohidrat serta olahraga. Obat golongan ini

ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olahraga

dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di

atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet, melainkan

membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat

menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi

menggunakan antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis

obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen

antidiabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan

tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien

secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi

yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk

golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan

insulin sensitizing.

2) Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada

manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun

dalam dua rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide,

terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk

pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian

hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa

sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,

misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang

memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin

merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme

karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi


insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam

sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa

secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati

dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi

pembentukan protein dan lemak dari glukosa.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Keluhan utama

c. Riwayat keluhan utama

Riwayat keperawatan yang perlu dikaji yaitu:

1) Aktivitas/istirahat

a. Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, keram otot, tonus otot

menurun, gangguan tidur/istirahat.

b. Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas, disorientasi, penurunan kekuatan otot.

2) Sirkulasi

a. Gejala : Adanya riwayat hipertensi, kebas, rasa kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan luka yang lama.

b. Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah psotural;hipertensi,

disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan

3) Integritas Ego

a. Gejala: Stres; tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi

b. Tanda : Ansietas, peka rangsang


4) Eliminasi

a. Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), rasa nyeri terbakar, kesulitan

berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, diare

b. Tanda : Urin encer, pucat, kuning. Bising usus lemah dan

menurun;hiperaktif (diare)

5) Makanan/Cairan

a. Gejala : Hilang nafsu makan, haus, mual, muntah, tidak mengikuti

diet;peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan

lebih dari periode beberapa hari/minggu, penggunaan diuretik

b. Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,

muntah, pembesaran tiroid, bau napas aseton.

6) Neurosensori

a. Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan otot,

parastesia, gangguan penglihatan

b. Tanda : Disorientasi;mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut).

Gangguan memori;kacau mental

7) Nyeri

a. Gejala : Abdomen tegang/nyeri (sedang/berat)

b. Tanda : Wajah meringis dan palpitasi;tampak sangat berhati-hati

8) Keamanan

a. Gejala : Kulit kering, gatal;ulkus kulit

b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya

kekuatan umum/rentang gerak, parestesi/paralisis otot termasuk otot

pernapasan

42
9) Seksualitas

a. Gejala : Rebas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada

pria;kesulitan orgasme pada wanita

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Nanda, Nic dan Noc ;

a. Defisiensi Pengetahuan

b. Ketidakefektifan Koping

c. Nyeri Akut

d. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga

e. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

f. Hambatan Pemeliharaan Rumah

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Defisiensi Domain 5: Tugas keluarga 1
pengetahuan Persepsi/kognisi. Domain 3 Perilaku
Kelas 4: Kognisi Kelas S Pendidikan Pasien
00132 Intervensi 5520 Fasilitasi
Defisiensi Pembelajaran
Pengetahuan Aktivitas – aktivitas :
NOC: 1. Berikan informasi sesuai
1. Keluarga mampu dengan tingkat pengetahuan
mengenal masalah: pasien.
Domain IV: 2. Berikan media yang tepat
Pengetahuan tentang agar pasien mampu
kesehatan & Perilaku mengingat materi.
Kelas S: Pengetahuan 3. Gunakan bahasa yang umum
tentang kesehatan digunakan.
1820: Pengetahuan: 4. Edukasi pasien dan keluarga
manajemen diabetes. pada terapi untuk
Indikator: mengurangi resiko jantung
- Peran diet dalam
mengontrol kadar
glukosa darah Tugas keluarga 2
- Tanda dan gejala Domain 1 Fisiologis Dasar
awal penyakit Kelas D Dukungan Nutrisi
Kelas T: Kontrol Intervensi 5246 Konseling Nutrisi
resiko dan keamanan Aktivitas-aktivitas :
1928: Kontrol risiko: 1. Diskusikan makannan yang
Diabetes. disukai dan tidak disukai
Indikator: 2. Diskusikan bersama pasien
- Mengidentifikasi tentang perlunya modifikasi
faktor risiko Diabetes diet
- Mengidentifikasi 3. Diskusikan kebutuhan nutrisi
tanda dan gejala mengenai diet yang
Diabetes. direkomendasikan
2. Keluarga mampu Tugas keluarga 3
mengambil Domain 1 Fisiologis Dasar
keputusan: Kelas D Dukungan Nutrisi
Domain IV: Intervensi 5246 Konseling Nutrisi
Pengetahuan Aktivitas-aktivitas :
tentang kesehatan & 1. Kaji asupan makanan dan
Perilaku kebiasaan makan klien
Kelas S: Pengetahuan 2. Diskusikan bersama pasien
Tentang Kesehatan mengenai pentingnya
1820: Pengetahuan: modifikasi diet
Manajemen Diabetes 3. Diskusikan kebutuhan nutrisi
Indikator: dan persepsi pasien
- Rencana makan mengenai diet yang
yang dianjurkan direkomendasikan.
3. Keluarga mampu 4. Bantu pasien menyatakan
merawat anggota perasaan dan kepeduliannya
keluarga yang sakit: mengenai pencapaian tujuan.
Domain IV: 5. Anjurkan konsultasi dengan
Pengetahuan tentang anggota kesehatan lain sesuai
kesehatan & perilaku kebutuhan
Kelas Q: Perilaku Tugas Keluarga 4
Sehat Domain 1 Fisiologis Dasar
1602: Perilaku Kelas D Dukungan Nutrisi
promosi kesehatan Intervensi 1100 Manajemen
Indikator: Nutrisi
- Mengikuti diet sehat Aktivitas-aktivitas :
1621: Perilaku patuh: 1. Identifikasi adanya alergi
Diet yang sehat atau intoleransi makanan
Indikator: 2. Berikan pilihan makanan
- Menyusun target sambil memberikan edukasi
capaian diet tentang pilihan makann yang
- Menyiapkan lebih sehat
makanan sesuai 3. Atur diet yang diperlukan
denngan rekomendasi Tugas Keluarga 5
diet Domain 3 Perilaku
4. Keluarga mampu Kelas S Pendidikan Pasien
Memodifikasi Intervensi 5604 Pengajaran:
lingkungan: Kelompok
Domain IV: Aktivitas-aktivitas :
Pengetahuan tentang 1. Libatkan keluarga atau orang
kesehatan & perilaku terdekat pasien
Kelas Q: Perilaku 2. Manfaatkan sumber yang ada
sehat di masyarakat
1632: Perilaku Patuh: 3. Rujuk pasien kepada
diet yang disarankan spesialis atau pihak lain
Indikator: untuk mencapai tujuan
- Perencanaan menu pembelajaran
berdasarkan diet yang
dianjurkan.

5. Keluarga mampu

memanfaatkan

fasilitas kesehatan

Domain IV:

Pengetahuan tentang

kesehatan & Perilaku

Kelas T: Kontrol

risiko: Diabetes.

Indikator:

- Memanfaatkan

fasilitas di masyarakat

untuk mengurangi

risiko Diabetes

- Memanfaatkan
fasilitas kesehatan

untuk skrining

Diabetes.

2. Ketidakefektif Domain 9: koping/ Tugas keluarga 1


an koping toleransi stress Domain 3 Perilaku
Kelas 2: Respon Kelas R Bantuan Koping
koping Intervensi 5230 Peningkatan
00069: Koping
Ketidakefektifan Aktivitas-aktivitas :
koping 1. Bantu pasien dalam
NOC: mengidentifikasi tujuan
1. Keluarga mampu jangka pendek dan jangka
mengenal panjang yang tepat
masalah: 2. Berikan penilaian
Domain III: (kemampuan) penyesuaian
Kesehatan psikososial pasien terhadap perubahan-
Kelas N: Adaptasi perubahan dalam citra tubuh
psikososial pasien.
1302: Koping 3. Cari jalan untuk memahami
Indikator: perspektif pasien terhadap
- Mengidentifikasi situasi yang penuh stres
pola koping yang 4. Berikan penilaian mengenai
tidak efektif pemahaman pasien terhadap
- Menyatakan butuh proses penyakit
bantuan 5. Evaluasi kemampuan pasien
2. Keluarga mampu dalam membuat keputusan
mengambil Tugas keluarga 2
keputusan: Domain 5 Dukungan Keluarga
Domain VI: Kelas X Perawatan sepanjang hidup
Kesehatan Keluarga Intervensi 7140 dukungan
Kelas X: keluarga
Kesejahteraan 1. Tingkatkan hubungan saling
keluarga percaya dengan keluarga
2600: Koping 2. Libatkan anggota keluarga
keluarga dan pasien dalam membuat
Indikator: keputusan terkait perawatan
- Menghadapi 3. Bantu keluarga dalam
masalah keluarga mengambil keputusan
- Melibatkan anggota Tugas keluarga 3
keluarga dalam Domain 3 Keluarga
pengambila keputusan Kelas X Perawatan sepanjang
3. Keluarga mampu hidup
merawat anggota Intervensi 7150 Terapi Keluarga
keluarga yang sakit Aktivitas-aktivitas :
Domain III: 1. Bantu anggota keluarga
Kesehatan psikososial berkomunikasi lebih efektif
Kelas N: Adaptasi 2. Fasilitasi strategi untuk
psikososial menurunkan stress
1302: Koping 3. Bantu keluarga
Indikator: meningkatkan strategi
-Menggunakan koping yang ada
perilaku untuk 4. Anjurkan anggota keluarga
mengurangi stress berpartisipasi dalam
Domain VI: pemeliharaan rumah
Kesehatan Keluarga
Kelas X:
Kesejahteraan Tugas keluarga 4
keluarga Domain 3 Perilaku
2600: Koping Kelas R Bantuan Koping
keluarga Intervensi 5270 Dukungan
Indikator: Emosional
-Menyusun jadwal Aktivitas-akktivitas :
rutintas dan kegiatan 1. Diskusikan dengan pasien
keluarga mengenai pengalaman
4. Keluarga emosinya
mampu 2. Kaji apa yang memicu emosi
memodifikasi pasien
lingkungan: 3. Dorong pengeluaran emosi
Domain III: melalui bercerita untuk
Kesehatan psikososial menurunkan emosi
Kelas N: Adaptasi Tugas keluarga 5
psikososial Domain 3 Perilaku
1302: Koping Kelas R Bantuan Koping
Indikator: Intervensi 5270 Dukungan
- Modifikasi gaya Emosional
hidup untuk Aktivitas-akktivitas :
mengurangi stress 1. Berikan bantuan dalam
- Menghindari situasi pembuatan keputusan
stress yang terlalu 2. Buat pernyataan yang
banyak mendukung
5. Keluarga 3. Rangkul atau sentuh pasien
mampu dengan penuh dukungan
memanfaatkan 4. Rujuk untuk konseling, jika
fasilitas kesehatan diperlukan
Domain III: Domain 2 Fisiologis kompleks
Kesehatan psikososial Kelas H Manajemen obat-obatan
Kelas N: Adaptasi Intervensi 2380 Manajemen
psikososial pengobatan
1302: Koping 1. Tentukan kemampuan pasien
Indikator: untuk mengobati diri sendiri
- Mendapatkan dengan cara yang tepat
bantuan dari 2. Monitor pasien mengenai efek
professional terapeutik obat
kesehatan 3. Pantau kepatuhan mengenai
Domain VI: regimen obat
Kesehatan Keluarga 4. Anjurkan pasien mengenai
Kelas X: kapan harus mencari bantuan
Kesejahteraan medis
keluarga
2600: Koping
keluarga
Indikator:
- Menggunakan
sumber daya
masyarakat yang
tersedia.
3. Nyeri akut Domain 12: Tugas keluarga 1
Kenyamanan Domain 1 Fisiologis: dasar
Kelas 1: Kenyamanan Kelas E Peningkatan kenyamanan
fisik fisik
00132 Intervensi 1400 Menajemen nyeri
Nyeri Akut Aktivitas :
NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri
1. Keluarga mampu komprehensif yang meliputi
mengenal masalah: lokasi, karakteristik,
Domain IV: onset/durasi, frekuensi,
Pengetahuan tentang kualitas, intensitas atau
kesehatan & Perilaku beratnya nyeri dan faktor
Kelas S: Pengetahuan pencetus.
tentang kesehatan 2. Gali Pengetahuan dan
1843: Pengetahuan: kepercayaan pasien
manajemen nyeri mengenai nyeri.
Indikator: 3. Gali bersama pasien faktor-
- Faktor faktor faktor yang dapat
penyebab dan faktor menurunkan atau
yang berkontribusi. memperberat nyeri
-Tanda dan gejala 4. Berikan informasi mengenai
nyeri. nyeri seperti penyebab nyeri,
2. Keluarga mampu tanda dan gejala nyeri.
mengambil Tugas keluarga 2
keputusan: Domain 5 Keluarga
Domain VI: Kelas X Perawatan sepanjang hidup
Kesehatan keluarga Intervensi 7140 Dukungan
Kelas X: keluarga
Kesejahteraan Aktivitas
keluarga 1. Tingkatkan hubungan saling
2609: Dukungan percaya dengan keluarga
keluarga Selama 2. Nilailah reaksi emosi
Perawatan keluarga terhadap kondisi
Indikator: pasien
- Anggota keluarga 3. Identifikasi kesehatan terkait
mengungkapkan harapan antar pasien,
keinginan untuk keluarga, dan tenaga
mendukung anggota kesehatan
keluarga yang sakit. 4. Dukung harapan yang
- Bekerja sama realistis
dengan anggota Domain 4 Keamanan
keluarga yang sakit Kelas V Manajemen Risiko
dalam menentukan Intervensi 6680 Monitor tanda-
perawatan. tanda vital
3. keluarga mampu Aktivitas
merawat anggota 1. Monitor tekanan darah, nadi,
keluarga yang sakit: suhu, dan status pernapasan
Domain IV: dengan tepat
Pengetahuan tentang Tugas keluarga 3
kesehatan & perilaku Domain 3 Perilaku
Kelas FF: Kelas S Pendidikan pasien
Manajemen kesehatan Intervensi 5603 Pengajaran:
1619: Manajemen Perawatan kaki
diri: diabetes Aktivitas
Indikator: 1. Gali perwatan kaki seperti
- Melakukan tindakan apa yang selama ini
pencegahan dengan dilakukan oleh pasien
perawatan kaki 2. Rekomendasikan inspeksi
Kelas Q: Perilaku kaki setiap hari ke semua
sehat permukaan dan di sela-sela
1605: Kontrol nyeri ibu jari untuk menemukan
Indikator: adanya kemerahan, bengkak,
- Melaporkan nyeri hangat, kering, lunak, atau
yang terkontrol. adanya area yang terbuka.
4. Keluarga mampu 3. Rekomendasikan untuk
memanfaatkan mencuci kaki setiap hari
fasilitas kesehatan dengan menggunakan air
Domain IV: angat dan sabun yang
Pengetahuan tentang lembut.
kesehatan & Perilaku 4. Rekomendasikan untuk
Kelas S: Pengetahuan mengeringkan kaki dengan
tentang kesehatan seksama setelah dicuci,
1843: Pengetahuan: terutama di sela-sela ibu jari.
Manajemen nyeri 5. Beritahukan klien kapan
Indikator: waktu yang tepat untuk
- Tahu kapan untuk menemui tenaga kesehatan,
mendapatkan bantuan termasuk ketika
dari seorang ditemukannya lesi yang tidak
profesional kesehatan sembuh-sembuh atau
terinfeksi.
Tugas keluarga 4
Domain 1 fisiologis dasar
kelas E Peningkatan kenyamanan
fisik
Intervensi 6482 Manajemen
lingkungan: Kenyamanan
Aktivitas
1. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung
2. Sediakan lingkungaan yang
aman dan bersih
3. Berikan edukasi kepada
lklien mengenai manjemen
penyakit pada klien dan
keluarga
Tugas keluarga 5
Domain 1 fisiologis dasar
Kelas E peningkatan kenyamanan
fisik
Intervensi 14000 Manajemen
nyeri
Aktivitas
1. Beritahu dokter jika tindakan
tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
2. Informasikan tim kesehatan
lain/anggota keluarga
mengenai strategi non
farmakologi yang sedang
digunakan untuk mendorong
pendekatan preventif terkait
dengan manajemen nyeri.
4. Ketidakefektif Domain 1: Promosi Tugas keluarga I
an Manajemen kesehatan Domain 3 Perilaku
Kesehatan Kelas 2: Manajemen Kelas S Pendidikan Pasien
Keluarga Kesehatan Intervensi 5520 Fasilitasi
00080 Pembelajaran
Ketidakefektifan Aktivitas – aktivitas :
Manajemen kesehatan 1. Berikan informasi sesuai
keluarga dengan tingkat
NOC: perkembangan pasien
1. Keluarga mampu 2. Berikan informasi yang
mengenal masalah: merangsang perubahan
Domain VI: perilaku pasien
Kesehatan Keluarga 3. Dorong pasien untuk
Kelas X: berpartisipasi aktif
Kesejahteraan 4. Dorong pasien untuk
keluarga mengungkapkan pendapat
2605:Partisipasi dan idenya
keluarga dalam Tugas keluarga 2
perawatan profesional Domain 6 Sistem kesehatan
Indikator: Kelas Y Mediasi sistem kesehatan
-Memperoleh Intervensi 5250 Dukungan
informasi yang pengambilan keputusan
diperlukan Aktivitas :
-Berpartisipasi dalam 1. Tentukan apakah terdapat
menyediakan perbedaan antara pandangan
perawatan pasien dan pandangan
2. Keluarga mampu penyedia perawatan
mengambil kesehatan mengenai kondisi
keputusan: pasien
Domain VI: 2. Bantu pasien untuk
Kesehatan keluarga mengklarifikasi nilai dan
Kelas X: harapan yang mungkin akan
Kesejahteraan membantu membuat pilihan
keluarga yang penting dalam hidupnya
2605: Partisipasi 3. Berikan informasi sesuai
keluarga dalam permintaan pasien
perawatan profesional 4. Bantu pasien menjelaskan
Indikator: keputusan kepada orang lain,
- Berpartisipasi dalam sesuai dengan kebutuhan
tujan bersama terkait Tugas keluarga 3
dengan perawatan Domain 3 Perilaku
Kelas R Bantuan koping
3. Keluarga mampu Intervensi 5230 Peningkatan
merawat anggota koping
keluarga yang sakit: 1. Bantu pasien dalam
Domain VI: memeriksa sumber-sumber
Kesehatan keluarga yang tersedia untuk
Kelas X: memenuhi tujuan-tujuannya
Kesejahteraan 2. Sediakan pasien pilihan-
keluarga pilihan yang realistis
2600: Koping mengenai aspek perawatan
Keluarga 3. Sediakan informasi aktual
Indikator: mengenai diagnosis,
- Menggunakan penanganan, dan prognosis
sumber daya 4. Evaluasi kemampuan pasien
masyarakat yang dalam membuat keputusan
tersedia Tugas Keluarga 4
Domain IV: Domain 2 Fisiologis Kompleks
Pengetahuan tentang Kelas N Manajemen Perfusi
kesehatan & perilaku Jaringan
Kelas Q: Perilaku Intervensi 4040 Perawatan
sehat Jantung
1606: Partisipasi Aktivitas :
dalam keputusan 1. Secara rutin mengecek
perawatan kesehatan pasien baik secara fisik
Indikator: maupun psikologis
- Mengidentifikasi 2. Dorong adanya peningkatan
prioritas outcome aktivitas bertahap
kesehatan 3. Pastikan tingkat aktivitas
- Menentukan pilihan pasien tidak membahayakan
yang diharapkan 4. Evaluasi perubahan tekanan
terkait outcome darah
kesehatan. 5. Bangun hubungan saling
4. Keluarga mendukung antara pasien
mampu dan keluarga
Memodifikasi
lingkungan: Tugas keluarga 5
Domain I: Fungsi Domain 2 Fisiologis kompleks
kesehatan Kelas H Manajemen obat-obatan
Kelas A: Intervensi 2380 Manajemen
Pemeliharaan energi pengobatan
0002: Konservasi Aktivitas :
energi 1. Bantu pasien dan anggota
Indikator: keluarga dalam membuat
- Melaporkan penyesuaian gaya hidup yang
kekuatan yang cukup diperlukan terkait dengan
untuk beraktivitas pemakaian obat-obatan
5. Keluarga dengan cara yang tepat
mampu 2. Konsultasikan dengan
memanfaatkan perawat professional
fasilitas kesehatan perawatan kesehatan lainnya
Domain IV: untuk meminimalkan jumlah
Pengetahuan tentang dan frekuensi obat yang
kesehatan & Perilaku dibutuhkan agar didapatkan
Kelas S: Pengetahuan efek terapeutik
tentang kesehatan 3. Anjurkan pasien mengenai
1808: Pengetahuan: kapan harus mencari bantuan
Pengobatan medis
Indikator:
-Pentingnya
menginformasikan
profesional kesehatan
semua obat saat ini
Kelas Q: Perilaku
sehat
1603: Perilaku
pencarian kesehatan
Indikator:
- Mencari bantuan bila
diperlukan
5. Perilaku Domain 1: Promosi Tugas keluarga 1
kesehatan kesehatan Domain 2 Fisiologis kompleks
cenderung Kelas 2: Manajemen Kelas N Manajemen perfusi
beresiko Kesehatan jaringan
00188 Intervensi 4050 Manajemen
Perilaku Kesehatan resiko jantung
Cenderung Beresiko. Aktivitas
NOC: 1. Screaning pasien mengenai
1. Keluarga mampu kebiasaannya yang beresiko
mengenal masalah: yang berhubungan dengan
Domain IV: kejadiaan yang tidak
Pengetahuan tentang diharapkan pada jantung
kesehatan & Perilaku (misalnya merokok, obesitas,
Kelas Q: Perilaku gaya hidup yang sering
sehat duduk, tekanan darah tinggi,
1634: Perilaku riwayat serangan jantung,
Skrining Kesehatan riwayat keluarga dengan
Pribadi serangan jantung
Indikator: 2. Mengidentifikasi kesiapan
- Mengenali adanya pasien untuk mempelajari
resiko penyakit gaya hidup yang
Kelas S: Pengetahuan dimodifikasi (diet, merokok,
tentang kesehatan. minuman beralkohol,
1805: Pengetahuan: olahraga, dan kadar
Perilaku Kesehatan kolesterol)
Indikator: 3. Instruksikan pasien dan
- Efek kesehatan yang keluarga mengenai tanda dan
merugikan dari gejala penyakit jantung dini
penggunaan tembakau dan perburukan penyakit
2. keluarga mampu jantung sebagaimana
mengambil mestinya
keputusan: 4. Instruksikan pasien dan
Domain IV: keluarga untuk memonitor
Pengetahuan tentang tekanan darah dan denyut
kesehatan & Perilaku jantung secara rutin.
Kelas S: Pengetahuan 5. Instruksikan pasien dan
tentang kesehatan. keluarga mengenai strategi
1805: Pengetahuan: membatasi atau mengurangi
Perilaku Kesehatan merokok
Indikator: Tugas keluarga 2
- Strategi untuk Domain 3 perilaku
menghindari paparan Kelas O Terapi Perilaku
bahaya lingkungan Intervensi 4490 bantuan
3. keluarga mampu penghentian merokok
merawat anggota Aktivitas-aktivitas :
keluarga yang sakit: 1. Catat status merokok saat ini
Domain VI: dan riwayat merokok
Kesehatan keluarga 2. Pantau kesiapan pasien untuk
Kelas X: berhenti merokok
Kesejahteraan 3. Anjurkan pasien untuk
keluarga menjauh ketika berada
2605: Partisipasi disekitar orang merokok
keluarga dalam Tugas keluarga 3
perawatan profesional Domain 3 fisiologis kompleks
Indikator: Kelas K manajemen pernafasan
-Memperoleh Intervensi 3210 manajemen asma
informasi yang Aktivitas
diperlukan. 1. Berikan informasi mengenai
4. Keluarga penyakit dan manajemen
mampu berikan pengobatan dengan
Memodifikasi tepat dan/atau sesuai
lingkungan: kebijakan dan petunjuk
Domain IV: prosedur
Pengetahuan tentang 2. Tawarkan minuman hangat
kesehatan & Perilaku atau minum dengan tepat
Kelas Q: Perilaku 3. Ajarkan teknik
sehat berafas/relaksasi
1625: Perilaku Tugas keluarga 4
Berhenti Merokok Domain 3 Perilaku
Indikator: Kelas O Terapi Perilaku
- Membangun strategi Intervensi 4490 bantuan
yang efektif untuk penghentian merokok
berhenti merokok Aktivitas
-Komitmen terhadap 1. Catat status merokok saat ini
strategi berenti dan riwayat merokok
merokok 2. Pantau persiapan pasien
5. Keluarga mampu untuk mencoba berhenti
memanfaatkan merokok
fasilitas kesehatan 3. Bantu pasien untuk
Domain IV: mengenali isyarat yang
Pengetahuan tentang membuatnya merokok
kesehatan & Perilaku (misalnya berada disekitar
Kelas Q: Perilaku orang lain yang merokok,
sehat sering mengunjungi tempat-
1603: Perilaku tempat dimana merokok
pencarian kesehatan. diperbolehkan)
Indikator: 4. Bantu pasien untuk
- Menggunakan mengembangkan metode
informasi kesehatan praktiks untuk menolak
yang terkemuka. keinginan merokok
(misalnya menghabiskan
waktu dengan teman-teman
yang tidak merokok, sering
berada ditempat dimana
merokok tidak
diperbolehkan, latihan
relaksasi)
5. Informasikan pasien
mengenai produk
penggantian nikotin (permen
karet)
Tugas keluarga 5
Domain 3 perilaku
Kelas R Bantuan Koping
Intervensi 5440 peningkatan
sistem dukungan
Aktivitas
1. Rujuk pada program
pencegahan atau pengobatan
berbasis masyarakat yang
sesuai
2. Sediakan layanan dengan
sikap peduli dan mendukung
3. Melibatkan keluarga, orang
terdekat, dan teman-teman
perawatan dan pencegahan
4. Mengidentifikasi sumber
daya yang tersedia terkait
dengan dukungan pemberi
perawatan.
6. Hambatan Domain 4: Domain 7 komunitas
pemeliharaan Aktivitas/istirahat Level D manajemen resiko
rumah Kelas 5: Perawatan komunitas
diri Intervensi 8880 perlindungan
00098 lingkungan yang beresiko
Hambatan 1. Kaji lingkungan terkait
Pemeliharaan Rumah. dengan adanya resiko
NOC: potensial dan aktual
1. Keluarga mampu 2. Monitor kejadian penyakit
mengenal masalah: yang berhubungan dengan
Domain IV: bahaya yang ada
Pengetahuan tentang dilingkungan
kesehatan & Perilaku 3. Screaning populasi yanpar
Kelas S: Pengetahuan lingkungan yang tidak sehat
tentang kesehatan yang beresiko terpa beresiko
1823: Pengetahuan: Tugas keluarga 2
Promosi kesehatan Domain 5 Keluarga
Indikator: Kelas X perawatan sepanjang hidup
- Strategi untuk Intervensi 7180 Bantuan
menghindari paparan pemeliharaan rumah
bahaya lingkungan Aktivitas-aktivitas :
2. Keluarga mampu 1. Diskusikan bersama keluarga
mengambil tentang pentingnya
keputusan: pemeliharaan rumah
Domain IV: 2. Tentukan kebutuhan
Pengetahuan pemeliharaan rumah pasien
tentang kesehatan & 3. Libatkan pasien/keluarga
Perilaku dalam memutuskan
Kelas T: Kontrol kebutuhan pemeliharaan
Risiko dan Keamanan rumah
1910: Keamanan Tugas keluarga 3
lingkungan rumah Domain 5 Keluarga
Indikator: Kelas X perawatan sepanjang hidup
- Pemeliharaan Intervensi 7180 Bantuan
peralatan untuk pemeliharaan rumah
memenuhi standar Aktivitas :
3. Keluarga mampu 1. Sediakan informasi
merawat anggota mengenai bagaimana
keluarga yang sakit: membuat rumah aman dan
Domain V: Kondisi bersih
kesehatan yang 2. Sarankan pelayanan untuk
dirasakan mengontrol hama, sesuai
Kelas U: Kesehatan kebutuhan
dan kualitas hidup 3. Anjurkan untuk
2009: Status menghilangkan bau yang
Kenyamanan: tidak enak
Lingkungan 4. Ajak keluarga berpartisipasi
Indikator: aktif dalam pemeliharaan
- Lingkungan yang rumah
damai Tugas keluarga 4
- Kontrol terhadap Domain 7 Komunitas
suara ribut Kelas d Manajemen resiko
- Mengontrol bau-bau komunitas
4. Keluarga Intervensi 8820 Manajemen
mampu penyakit menular
Memodifikasi 1. Monitor keadaan lingkungan
lingkungan: yang akan mempengaruhi
Domain V: Kondisi penyebaran penyakit
kesehatan yang 2. Sediakan informasi
dirasakan mengenai kontrol terhadap
Kelas U: Kesehatan vektor dan hewan penjamu
dan kualitas hidup yang adekuat
2009: Status 3. Sediakan informasi
Kenyamanan: mengenai persiapan dan
Lingkungan penyimanan makanan yang
Indikator: memadai
- Kebersihan 4. Tingkatkan akses pada
lingkungan pendidikan kesehatan yang
5. Keluarga mampu memadai sehubungan dengan
memanfaatkan pencegahan dan pengobatan
fasilitas kesehatan terhadap penyakit menular
Domain IV: dan pencegahan berulangnya
Pengetahuan tentang kejadian
kesehatan & Perilaku Tugas keluarga 5
Kelas S: Domain 7 Komunitas
Pengetahuan: sumber- Kelas D Manajemen resiko
sumber kesehatan komunitas
Indikator: Intervensi 6484 Manajemen
- Strategi untuk lingkungan komunitas
mengakses layanan 1. Inisiasi screnaning resiko
kesehatan. kesehatan yang berasal dari
lingkungan
2. Berpartisipasi dalam
program aksi di komunitas
misalnya kerja bakti
3. Monitor status resiko
kesehatan yang sudah
diketahui
4. Berpartisipasi dalam
program di komunitas untuk
mengatasi resiko yang sudah
diketahui

BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Keluarga
A. Data Keluarga
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. N
2. Alamat : Btn. Ana’ Gowa Pallangga
3. Agama : Islam
4. Umur : 50 tahun
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Suku : Makassar
7. Pekerjaan : Wiraswasta
8. Komposisi Keluarga

STATUS
PENDIDIKAN
NO NAMA U HUB JK SUKU IMUNISASI
TERAKHIR
DASAR
1 Tn. N 50 Suami L Makassar SMA Lengkap
2 Ny. H 47 Istri P Makassar SMA Lengkap
3 Anak I 23 Anak L Makassar S1 Lengkap
4 Anak N 21 Anak P Makassar SLTA Lengkap

Lanjutan
Riwayat Analisis Masalah Kesehatan
NO Nama Penampilan Umum Status Kesehatan Ini
penyakit/alergi Individu
1 Tn. N Baik Sehat Tidak Ada Perokok Aktif
Nyeri pada penggung kaki
Diabetes sebelah kanan menjalar ke
2 Ny. H Lemah Sakit
Melitus telapak kaki, tampak berwarna
kemerahan
3 Anak I Baik Sehat Tidak ada Tidak ada
4 Anak. N Baik Sehat Tidak ada Tidak ada

9. Genogram
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Garis Keturunan

: Garis Hubungan

------ : Tinggal Serumah

G1 : Orangtua Tn. N Sudah lama meninggal karena sudah lanjut


usia, sedangkan orangtua Ny. H juga sudah lama
meninggal dan ibu dari Ny. H meninggal karena sudah
lanjut usia.

G2 : Ny. H anak ke-4 dari 5 bersaudara, sedangkan Tn. N anak


pertama dari 5 bersaudara. Ny. H sekarang menderita
penyakit Diabetes Melitus dan keluarga Tn.N tidak
memiliki riwayat penyakit

G3 : Tn. N dan Ny. H memiliki 2 orang anak, dimana anak


pertama laki-laki dengan usia 23 tahun dan anak kedua
perempuan dengan usia 21 tahun.

10. Tipe Keluarga : Keluarga Tn.N termasuk keluarga inti dimana dalam
satu keluarga terdiri dari ayah, istri, dan anak
11. Suku: Keluarga Tn.N berasal dari suku bugis Makassar dan Ny. H
berasal dari suku Kaili. Bahasa keseharian yang digunakan adalah
dengan bahasa Indonesia, keseharian keluarga Tn.N berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia
12. Agama: Agama yang dianut keluarga Tn. N adalah agama islam dan
rutin menjalankan ibadah shalat 5 waktu, Ny.H sering juga mengikuti
pengajian yang biasa diadakan di Majelis taklim Tetapi untuk saat ini
Ny H sudah tidak mengikuti pengajian yang biasa rutin dilaksanakan
dikarenakan untuk menghindari penyebaran covid 19.
13. Status ekonomi keluarga: Tn. N bekerja sebagai Wiraswasta
sedangkan Ny. H tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga.
Penghasilan keluarga dalam sebulan -/+ 1.000,000-2.500.000 dari
pendapatan tersebut digunakan untuk biaya sekolah anaknya dan juga
biaya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

14. Aktivitas rekreasi keluarga: Rekreasi bersama di luar rumah jarang


dilakukan kecuali hari libur sekolah itupun waktu-waktu tertentu. Dan
saat ini beberapa tempat rekreasi di tutup untuk menghindari
penyebaran virus covid 19.
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. N berada pada tahap V (tahap keluarga dengan anak
remaja) dimana anak-anaknya sudah ada yang berusia 23 tahun dan 21
tahun.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga Tn.N adalah
tahap ke-6 (Keluarga dengan anak dewasa/pelepasan), ke-7 (Keluarga
usia pertengahan) dan ke-8 (Keluarga usia lanjut).
3. Riwayat keluarga inti
1) Kepala keluarga: Tn, N umur 50 tahun. Tn. N biasa menghabiskan
1 bungkus rokok dalam sehari.
2) Isteri : Ny. H umur 47 tahun saat ini menderita Hipertensi. Ny. H
mengatakan nyeri pada Nyeri pada penggung kaki sebelah kanan
menjalar ke telapak kaki yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk.,
Ny. H mengatakan nyeri yang dirasakan olehnya berada pada skala
4 (sedang), dan Ny. H sudah merasakan sakitnya selama 2 bulan
terakhir.
3) Anak:
a) Anak I umur 23 tahun : Ny, H mengatakan Anak I tidak
mempunyai riwayat penyakit/alergi
b) Anak N umur 21 tahun : Ny. H mengatakan Anak N juga
tidak memepunyai riwayat penyakit/alergi.
4. Riwayat keluarga sebelumnya: Keluarga dari pihak Tn. N tidak
memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Melitus, hipertensi dan
keluarga dari Ny. H juga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi dan Diabetes Melitus.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Jenis rumah yaitu permanen, status kepemilikan rumah adalah milik
pribadi Tn.N dan Ny.H dengan luas bangunan 6,5 x19 m 2 yang terdiri
dari 1 ruang tamu,1 ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1
dapur, atap dari seng, dan lantai dari keramik, berdinding tembok,
tampak lantai rumah bersih, memiliki teras.
a. Ventilasi : Rumah keluarga Tn.N memiliki ventilasi yang cukup
dengan jendela dan sirkulasi udara yang bagus, dimana terdapat
ventilasi di ruang tamu, diruang keluarga dan ventilasi di kamar.
b. Pencahayaan : pencahayaan rumah baik, pada saat siang hari
cahaya masuk keruangan lewat jendela dan pintu, pada malam hari
terdapat lampu menerangi tiap ruangan.
c. Saluran pembuangan limbah : lingkungan rumah Tn.N memiliki
selokan untuk membuang limbah dari air cucian.
d. Sumber air bersih: sumber air bersih berasal dari sumur pompa
yang digunakan untuk mandi dan mencuci. Kondisi air bersih tidak
berbau ataupun berwarna. Untuk air minum keluarga Tn.N
mengomsusmsi air galon.
e. Jamban : Jamban yang digunakan keluarga adalah leher angsa yang
letaknya di dalam rumah, jarak dari septic tank kurang dari 10
meter
f. Tempat sampah: Keluarga Tn.N memiliki tempat sampah yang
disimpan di dapur dan didepan rumah. Setelah sampah sudah
terkumpul kemudian akan di kumpulkan dan di ambil oleh petugas
kebersihan yang telah di bayar dengan biaya sebulan 20.000.
2. PHBS di dalam rumah tangga
a. Jika ada ibu nifas persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan: tidak
ada ibu nifas
b. Jika ada bayi, memberikan ASI eksklusif: tidak ada bayi
c. Jika ada balita menimbang balita tiap bulan : tidak ada balita
d. Menggunakan air bersih untuk makan dan minum : Keluarga Tn. N
menggunakan air bersih yang berasal dari sumur pompa,
menggunakan air galon untuk di konsumsi, kondisi air bersih dan
tidak berbau/keruh.
e. Mencuci tangan : Keluarga Tn.N mencuci tangan dengan air bersih
dan menggunakan sabun sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
harian seperti makan, BAB, BAK, maupun aktivitas diluar rumah.
f. Menjaga lingkungan tempat bersih: Ny.H mengatakan setiap pagi
dan sore selalu membersihkan rumah dan halaman rumah apabila
kakinya tidak terasa sakit dan dibantu oleh anaknya.
g. Mengomsusi lauk pauk: Keluarga Ny.H setiap hari mengonsumsi
lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan tidak setiap hari. Ny. H
tidak mengatur pola makannya dan suka mengkomsumsi makanan
dan minuman yang manis.
h. Menggunakan jamban yang sehat: Ya, keluarga Ny.H
menggunakan jamban dengan jenis leher angsa, tampak bersih dan
terpelihara
i. Membersihkan jentik dirumah: Keluarga Ny.H selalu
membersihkan jentik nyamuk setiap hari karena keluarga Ny.H
menggunakan ember sebagai penampungan air
j. Melakukan aktivitas fisik: Ny.H tidak mampu melakukan banyak
aktivitas karena jika terlalu banyak beraktivitas akan menyebabkan
sakit pada bagian kaki. Saat ini Ny.H hanya tinggal dirumah.
k. Tidak merokok dalam rumah : Ny. H mengatakan Tn. N memilki
kebiasaan merokok di dalam rumah dan juga merokok ketika
kumpul bersama dengan keluarga dan anak-anaknya. Kebiasaan
inilah yang membuat Ny. H merasa tidak nyaman dengan asap
rokok yang mengumpul di dalam rumah. Ny. H mengatakan sudah
memperingati suami untuk merokok di luar namun Tn. N masih
tetap merokok di dalam rumah.
3. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Ny.H memiliki tetangga yang jarak rumahnya saling
berdekatan. Hubungan sosial klien dengan keluarga sangat baik. Dari
hasil wawancara dengan Ny.H mengatakan tetangganya baik-baik.
“Menurut saya hubungan keluarga dengan tetangga baik-baik saja,
tetapi karena saya jarangkemana-mana hanya sering duduk (cerita di
depan rumah). Keluarga Ny.H merasa nyaman dengan hidup di
tengah-tengah masyarakat. Menurut keluarga Ny.H mereka layaknya
keluarga sendiri saling membantu jika ada kesulitan.
4. Mobilitas Geografi Keluarga
Alat transfortasi di daerah: alat transportasi yang ada yaitu
kendaraan umum, mobil dan motor. Ny.H mengatakan bahwa “ saya
tidak pernah kemana-mana, paling adekmu kalau kesekolah pakai
sepeda motor”. Ny.H sudah lama tinggal di BTN. Ana’ Gowa dusun
Bontoala dan tidak pernah berpindah tempat.
5. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Ny.H mengatakan dalam keluarganya ataupun keluarga suaminya
Tn.N terdapat perkumpulan atau pertemuan-pertemuan khusus dan
biasanya berkumpul diwaktu-waktu tertentu seperti lebaran atau
seperti acara pernikahan dan di waktu libur semua keluarga
berkumpul. Interaksi keluarga Ny.H dengan masyarakat sekitar cukup
baik dan diwilayahnya sudah menjadi kebiasaan untuk saling
membantu. Keluarga Ny.H sendiri sudah banyak bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar rumah.
6. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Ny.H memiliki alat jaminan kesehatan berupa kartu BPJS
yang digunakan untuk pengobatan di fasilitas kesehatan yang ada,
keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.
D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn.N menerapkan komunikasi terbuka, bilamana ada
kesalahan atau masalah dalam keluarga maka akan didiskusikan dan
mencari solusi yang tepat dan keluarga saling membantu bila ada
masalah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Ny.H mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan keluarga
selalu memutuskan secara bersama-sama atau musyawarah.
Perbedaan-perbedaan yang ada selalu bisa di atasi jika dalam
bermusyawarah.
3. Struktur Peran
Tn.N berperan sebagai kepala keluarga yang masih aktif bekerja
mencari nafkah utuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan
Ny.H berperan sebagai ibu dan istri. Ny.H tidak bekerja hanya menjadi
ibu rumah tangga biasa merasa Nyeri pada punggung kaki sebelah
kanan menjalar ke telapak kaki. An.I, dan An.N adalah anak yang
masih tinggal bersama orang tuanya.
4. Nilai dan Norma Budaya
Dalam keluarga tetap menekankan etika dan sopan santun dalam
pergaulan. Keluarga menyatakan dalam keluarga menghormati satu
sama lain namun tetap menjaga agar suasana rumah bisa tetap sejuk
dengan saling menghargai namun jika ada masalah keluarga
membicarakan dengan serius antar anggota keluarga. Keluarga juga
menyesuaikan dengan nilai dalam agama islam yang dianutnya serta
norma masyarakat yang ada disekitarnya.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Ny.H termasuk keluarga yang harmonis. Interaksi dengan
keluarga berjalan baik. Antar anggota keluarga saling memperhartikan,
menghormati dan menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih kasih.
2. Fungsi Sosialisasi
b. Kerukunan hidup dalam keluarga
Kerukunan terjaga dengan baik
c. Interaksi hubungan dalam keluarga
Interaksi dalam keluarga sangat baik dengan komunikasi yang
dilakukan secara terbuka, saling mengenal dengan masyarakat
lainnya.
d. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan
Didalam keluarga yang mengambil keputusan adalah Tn. N yang
berperan sebagai kepala keluarga, dimana dalam pengambilan
keputusan selalu melakukan musyawarah.
e. Kegiatan Keluarga diwaktu senggang
Waktu senggang yang sering dilakukan keluarga yaitu menonton tv
dan bercerita dengan keluarga biasa juga berkunjung ke rumah
keluarga, tetapi untuk sekarang tidak pernah lagi ke rumah
keluarga untuk mematuhi anjuran pemerintah memutus rantai
penyebaran covid19 dengan dirumahaja.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
1. Keyakinan, nilai, dan perilaku kesehatan
Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : tidak terpikir.
2. Bagaimana keluarga mendefinisikan tentang sehat sakit
Keluarga mengatakan kalau sakit itu apabila sudah tidak bisa
bangun dari tempat tidur.
3. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya :
Tahu, keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga yang sakit. namun keluarga tidak paham cara merawatnya,
tampak bingung.
4. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang
dirasa
Status kesehatan keluarga terkhusus Ny.H saat ini mengalami
penyakit diabetes melitus dan Nyeri pada punggung kaki sebelah
kanan menjalar ke telapak kaki dan tampak kemerahan, Ny.H saat
ini berusia 47 tahun..
5. Praktik diet keluarga
Keluarga mengatakan makanan yang dikonsumsi setiap hari yaitu
nasi, ikan dan sayuran. Keluarga sesekali mengkonsumsi buah.
Untuk perencanaan belanja dan persiapan makanan disiapkan oleh
Ny.H. tetapi Ny. H tidak mengatur pola makannya ia suka
mengkomsumsi makanan dan minuman yang manis.
6. Kebiasaan tidur dan istirahat
Keluarga mengatakan kebiasaan tidur dan istirahat terpenuhi
dimana tidur siang dan malam dijadawalkan oleh keluarga.
7. Praktik aktivitas fisik dan rekreasi
Keluarga mengatakan untuk aktifitas fisik dan rekreasi hanya
sekali-kali dilakukan dimana untuk aktifitas fisik tidak pernah di
lakukan. Untuk rekreasi atau aktifitas luang dilakukan untuk
menonton TV dan berkumpul dengan keluarga besar.
8. Praktik penggunaan obat terapeutik dan penenang, alkohol serta
temabakau dikeluarga.
Keluarga mengatakan Tn. N merokok dalam sehari menghabiskan
1 bungkus rokok, keluarga Tn. N tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol. Keluarga juga tidak ada yang ketergantungan obat-
obatan.
9. Peran keluarga dalam praktik perawatan diri
Keluarga mengatakan mengkonsumsi makanan yang cukup, tetapi
Ny. H masih mengkomsumsi makanan dan minuman yang manis.
10. Tindakan pencegahan secara medis
Keluarga mengatakan imunisasi anak lengkap dan mengkonsumsi
air bersih.
11. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan Saat ini Ny.H mengalami penyakit Diabetes
Melitus, biasa Nyeri pada punggung kaki sebelah kanan menjalar
ke telapak kaki dan tidak ada riwayat keturunan. Untuk penyakit-
penyakit keturunan, keluarga mengatakan tidak ada riwayat
penyakit genetik ataupun keturunan yang dialami oleh keluarga.
12. Layanan perawatan kesehatan yang diterima
Keluarga mengatakan layanan perawatan kesehatan yang diterima
adalah di puskesmas.
13. Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan
Keluarga mengatakan cukup puas untuk pelayanan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
14. Sumber pembayaran
Keluarga mengatakan untuk sumber pembayaran layanan
kesehatan diambil dari potongan gaji mengajarnya dan memiliki
asuransi kesehatan BPJS.
F. Pengkajian Penjajakan II : Fungsi dan tugas keluarga
1. Mengenal masalah kesehatan
Ny.H. mengetahui bahwa ia sering merasakan Nyeri pada punggung
kaki sebelah kanan menjalar ke telapak kaki, namun belum mampu
mengenali masalah penyakitnya dengan baik. Selain itu Ny H juga
khawair tentang kondisi saat ini dimana adanya pandemic covid 19.
Ny.H tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya tentang
penyakitnya.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengkonsumsi
obat yang didapatkan dari dokter. Keluarga mendapatkan informasi
tentang pengobatan dari dokter tetapi Ny.H tidak mau mengkonsumsi
obat yang diberikan dokter, hanya pasrah dengan keadaannya dan
perbanyak beribadah.
3. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.H mengatakan jika ada salah satu anggota keluarganya yang sakit
langsung membawanya ke puskesmas terdekat untuk dilakukan
pemeriksaan lanjut.
4. Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawtan
seperti makanan, obat-obatan herbal, tapi didalam rumah tidak terdapat
pegangan terutama didalam WC. Kondisi rumah terlihat bersih,
pencahayaan baik, lantai bersih, terdapat pintu dan jendela yang
dilengkapi dengan ventilasi disetiap ruangan. Suasana rumah nyaman
dan tenang, tidak ada keributan atau kegaduhan dan keluarga saling
mendukung satu sama lain.
5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan di
masyarakat
Keluarga Ny.H mengatakan Keluarga sudah mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan selalu mengunjungi puskesmas jika ada anggota
keluarga yang sakit. Fasilitas yang ada dilengkapi dengan sarana
pelayanan kesehatan seperti puskesmas yang jaraknya 3 KM dari
rumah.
G. Stress dan Koping Keluarga
a. Stress jangka pendek
Ibu H mengatakan kadang Nyeri pada punggung kaki sebelah kanan
menjalar ke telapak kaki.
b. Stress jangka panjang
Ibu H mengatakan bahwa iya takut kalau suatu saat nanti ada anaknya
yang mengalami penyakit yang sama seperti yang dia alami saat ini, dan
bagaimana kehidupan anak-anaknya nanti kedepan.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Apabila Terdapat masalah dalam keluarga Tn. N dan istrinya mampu
menyelesaikan dengan diskusi bersama anaknya-anaknya.
d. Strategi koping yang digunakan
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dengan
istri dan anaknya.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga biasanya memarahi anaknya jika membuat masalah namun
tidak pernah menggunakan kekerasan pada Anak.
H. Harapan Keluarga
Harapan Keluarga tentang Kesehatan masing-masing anggota keluarga
yaitu Tn. N dan Ny.H berharap tetap sehat sampai anak-anaknya sukses,
bisa memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak-anaknya. Ny. H
berharap penyakit bisa sembuh karena jika tidak terobati dapat
menghambat aktivitas sehari-harinya.

I. Pemeriksaan Fisik

Jenis Nama Anggota Keluarga


No Pemeriksaa
. n Tn. N Ny. H An.I An.N
1. Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
normocephal, normocephal, normocephal, normocephal,
rambut beruban, rambut rambut hitam, rambut hitam,
tidak ada beruban dan tidak ada tidak ada
benjolan, tidak pendek, tidak benjolan, tidak benjolan, tidak
ada nyeri tekan ada benjolan. ada nyeri tekan ada nyeri tekan

2. Mata Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


anemis. anemis. anemis. anemis

3. Hidung Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


ada polip ada polip ada polip ada polip

4. Telinga Bersih, simetris, Bersih, Bersih, Bersih, simetris,


tidak ada massa. simetris, tidak simetris, tidak tidak ada massa.
ada massa. ada massa.

5. Mulut Gigi lengkap, Gigi sudah ada Gigi utuh, Gigi utuh, mulut
mulut bersih, yang tanggal, mulut bersih, bersih, tidak ada
tidak ada lesi, mulut bersih, tidak ada lesi, lesi, bentuk
bentuk simetris. tidak ada lesi, bentuk simetris.
bentuk simetris.
simetris,
mukosa bibir
lembab

6. Leher Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat


pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan menelan menelan menelan

7. Dada Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Simetris,


Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak tidak terdapat
terdapat suara terdapat suara terdapat suara suara nafas
nafas tambahan nafas nafas tambahan
tambahan tambahan

8. Abdomen Bentuk datar, Bentuk datar, Bentuk datar, Bentuk datar,


peristaltik peristaltik, peristaltik, peristaltik, tidak
terdengar tidak terdapat tidak terdapat terdapat
12x/menit, tidak pembesaran pembesaran pembesaran
terdapat hepar dan tidak hepar dan tidak hepar dan tidak
pembesaran ada nyeri ada nyeri ada nyeri tekan.
hepar dan tidak tekan. tekan.
ada nyeri tekan.

9. Ektremitas Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada


atas edema, tidak Mengalami edema, tidak edema, tidak ada
ada kelehan keterbatasan ada kelehan kelehan anggota
anggota gerak. pergerakan. anggota gerak. gerak
Tidak Ada
kelemahan
anggota gerak

10. Ektremitas Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada
bawah edema, edema, edema, edema, kekuatan
kekuatan otot terdapat kekuatan otot otot baik.
baik kelemahan, baik.
5 5 terdapat nyeri
5 5 pada punggung
kaki kanan dan
menjalar ke
telapak kaki
tampak juga
berwarna
kemerahan.
pada anggota
gerak bawah,
kekuatan otot
5 5
4 5

11. Tanda-tanda
vital Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
Kesadaran GCS 15 GCS 15 GCS 15 GCS 15
Tekanan 130/80 mmHg 120/90 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg
darah 20 x/menit 20 x/menit 18 x/menit 20 x/menit
Pernafasan 82 x/menit 96 x/menit 80 x/menit 80 x/menit
Nadi
Suhu

Keterangan Tambahan terkait Individu


 Suami Ny.H merupakan perokok aktif
 Ny. H mengatakan sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang
manis-manis.
 Ny. H mengatakan tidak mengatur pola makan
 Ny. H Mengatakan semenjak kakinya luka tidak pernah berolahraga
 Ny. H mengatakan sering merasa nyeri. Klien mengatakan nyeri
dirasakan pada punggung kaki menjalar sampai ke telapak kaki.
 Ny. H mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Skala nyeri 4
NRS. Klien mengatakan nyeri muncul setiap beraktifitas (berjalan).
 Ny. H merasa sering Haus dan buang air kecil
1. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
-Ny. H mengatakan sering makan - Ny.H tampak lemah
makanan manis setiap hari. - Ekspresi wajah tampak meringis
-P : Ny. H mengatakan nyeri pada - Keluarga tampak bingung
kaki nya karena penyakit Diabetes - TTV Ny. H
Melitus. TD =120/90
Q : Ny. H mengatakan nyeri yang N = 90 x/i
dirasakan seperti tertusuk-tusuk. P = 20 x/i
R : Ny.H mengatakan merasa sakit S = 36,60c
pada punggung kaki kanan bagian - Keluarga sering bertanya-tanya
atas menjalar ke telapak kaki tentang sakit yang dirasakan.
S : Ny.H mengatakan nyeri yang - Ny.H tampak sesekali memegang
dirasakan olehnya berada pada kakinya yang sakit
skala 4 (sedang)
T : Ny. H mengatakan nyeri - TTV Tn. N
kakinya hilang timbul dirasakan TD=130/90
saat berjalan N= 82x/i
-Keluarga mengatakan tidak tahu pasti P= 20 x/i
penyebab sakit pada kaki Ny.H S= 36,50c
-Keluarga tidak mengetahui akibat - Bapak H kurang memperhatikan
masalah kesehatan yang dialami pola hidup sehat yaitu memilki
oleh keluarga kebiasaan merokok di dalam rumah
-Keluarga tidak mengetahui tanda dan saat berkumpul dengan anggota
gejala masalah kesehatan yang keluarga yang lain termasuk saat
dialami anggota dalam bersama istri dan anak-anaknya.
keluarganya. - Bapak H adalah perokok aktif.
-Ny.H mengatakan Tn.N memilki
kebiasaan merokok di dalam
rumah dan juga merokok ketika
kumpul bersama dengan keluarga
dan anaknya
-Ny.H merasa tidak nyaman dengan
asap rokok yang mengumpul di
dalam rumah.
-Ny.H mengatakan sudah
memperingati suami untuk
merokok di luar namun Tn.N
masih tetap merokok di dalam
rumah.
-Keluarga tidak mengetahui
komplikasi dari Diabetes Melitus.
- Keluarga juga tidak mengetahui
bahwa mengunyah permen
dapatmenjadi alternatif untuk
membatasi kebiasaan merokok.
- Keluarga mengatakan sakit yang
di alami Ny. H akan sembuh
dengan sendirinya dan
mengandalkan daun Gerseng
untuk penobatannya.
- Keluarga tidak mengetahui diet
Diabetes Melitus
- Tn. N bersedia dan mau mengikuti
anjuran serta tindakan
keperawatan yang diberikan.

2. ANALISA DATA
No. Data Diagnosa

1 Data Subyektif:

- Ny. H mengatakan Tn. N memilki kebiasaan Domain 1: Promosi

merokok di dalam rumah dan juga merokok Kesehatan

ketika kumpul bersama dengan keluarga dan Kelas 2 : Manajemen

anak-anaknya. Kesehatan.

- Ny.H merasa tidak nyaman dengan asap rokok (00188)

yang mengumpul di dalam rumah. Perilaku Kesehatan Rentan

- Ny.H mengatakan sudah memperingati suami Beresiko

untuk merokok di luar namun Tn,N masih tetap

merokok di dalam rumah

- Keluarga juga tidak mengetahui bahwa menguyah

permen dapat menjadi alternatif untuk membatasi

kebiasaan merokok

- Tn. N bersedia dan mau mengikuti anjuran serta

tindakan keperawatan yang diberikan


Data Obyektif:
- Tn.N kurang memperhatikan pola hidup sehat
yaitu memilki kebiasaan merokok di dalam
rumah saat berkumpul dengan anggota keluarga
yang lain termasuk saat bersama anak-anak
mereka.
- TTV Bapak H
TD=130/90
N= 80x/i
P= 20 x/i
S = 36,50c

- Bapak H adalah perokok aktif.


Data Subyektif:
2. Domain 12: Kenyamanan
- Ny. H mengatakan ahir-ahir ini merasa sakit pada
Kelas 1: Kenyamanan
punggung kaki kanan bagian atas menjalar ke
fisik
telapak kaki .
00132
- Ny. H mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
Nyeri Akut
tertusuk-tusuk.

- Ny.H juga merasa nyeri yang dirasakan olehnya

berada pada skala 4 (sedang)

- Ny. H mengatakan nyeri kakinya hilang timbul

dirasakan saat berjalan

- Ny. H dan keluarga mengatakan tidak tahu harus

bagaimana jika nyerinya datang

- Keluarga mengatakan tidak tahu pasti penyebab

sakit pada kaki Ny.H

- Keluarga tidak mengetahui akibat masalah

kesehatan yang dialami oleh keluarga


- Keluarga tidak mengetahi tanda dan gejala

masalah kesehatan yang dialami anggota dalam

keluarganya.

Data Obyektif:

- TTV
TD =120/80
N = 96 x/i
P = 20 x/i
S = 36,60c
- Ny.H tampak lemah

- Ekspresi wajah tampak meringis

- Ny. H tampak memegang kakinya yang sakit

Domain 5:
Data Subyektif:
3 Persepsi/kognisi.
- Ny. H mengatakan sering makan makanan dan
Kelas 4: Kognisi
minum yang manis setiap hari
00132
- Keluarga tidak mengetahui akibat masalah
Defisiensi Pengetahuan
kesehatan yang dialami oleh keluarga.

- Keluarga tidak mengetahui diet Diabetes Melitus

Data Obyektif:

- Keluarga tampak bingung

- Keluarga sering bertanya-tanya tentang sakit yang

dirasakan.
3. SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

a. Nyeri :
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : 2/3 x 1 0,6
ancaman kesehatan : 2 Ny. H mengatakan
ahir-ahir ini merasa
sakit pada punggung
kaki kanan bagian
atas menjalar ke
telapak kaki

2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 Ny. H dan keluarga


mengatakan tidak
tahu harus
bagaimana jika
nyerinya datang
masalah dapat diubah:
Mudah : 2
3 Potensial masalah 3/3 x 1 1
Untuk Dicegah Keluarga tidak
tinggi : 3 mengetahui akibat

masalah kesehatan

yang dialami oleh


keluarga

4. Menonjol masalah: 2/2 x 1 1


Masalah dirasakan dan Keluarga mengatakan
perlu segera ditangani tidak tahu pasti
:2
penyebab nyeri dan

kemerahn pada kaki

Ny.H

Total Skore 4,6


b. Defisiensi Pengetahuan

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3 x 1= 0,6 0,6 Keluarga tidak
Ancaman kesehatan :2 mengetahui tanda
dan gejala serta
komplikasi Diabetes
Melitus.
2 Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 Keluarga tidak tahu
dapat diubah tentang penyakit
Sebagian : 1 Diabetes Melitus.
3 Potensial untuk dicegah 2/3 x 1= 0,6 0,6 kurangnya
Cukup : 2 pengetahuan
keluarga sehingga
keluarga tidak
memiliki kesiapan
untuk pencegahan
penyakit.
Ny. H sering makan
makanan yang
manis dan tidak
menjaga pola hidup.
4 Menonjol masalah 2/2 x 1= 1 1 Ny. H bertanya
skala berat/harus segera tentang keadaan dan
ditangani cara mengatasi
keluhannya
Total Skore 3,2
c. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3 x 1= 0,6 0,6 Ny. H mengatakan
Ancaman kesehatan :2 Tn.N memiliki
kebiasaan merokok
di dalam rumah dan
juga merokok ketika
kumpul bersama
dengan keluarga dan
anak-anaknya.
2 Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 Tn. N bersedia dan
dapat diubah mau mengikuti
Sebagian : 1 anjuran serta
tindakan
keperawatan yang
diberikan
3 Potensial untuk dicegah 2/3 x 1= 0,6 0,6
Ny.H mengatakan
Cukup : 2
sudah memperingati

suami untuk

merokok di luar

namun Tn,N masih

tetap merokok di

dalam rumah.

4 Menonjol masalah 2/2 x 1= 1 1 Kebiasaan merokok


skala berat/harus segera Tn.N yag membuat
ditangani Ny.H merasa tidak
nyaman dengan asap
rokok yang
mengumpul di
dalam rumah.
Total Skore 3,2

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN SKOR

1 Nyeri akut 4,6

2 Defisiensi pengetahuan 3,2

3 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko 3,2


III. Perencanaan Asuhan Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Data Keperawatan
Kode Diagnosis Hasil Intervensi
1. 18 Data Subyektif: 00132 Domain 12: 1. Keluarga mampu Tugas keluarga 1
8 Kenyamanan mengenal masalah: Domain 1 Fisiologis: dasar
- Ny.H mengatakan akhir-akhir
Kelas 1: Domain IV: Pengetahuan Kelas E Peningkatan kenyamanan
ini merasa sakit pada
Kenyamanan tentang kesehatan & Perilaku fisik
punggung kaki kanan bagian
fisik Kelas S: Pengetahuan Intervensi 1400 Menajemen
atas menjalar ke telapak kaki . 00132 tentang kesehatan nyeri
Nyeri Akut 1843: Pengetahuan: Aktivitas :
- Ny. H mengatakan nyeri yang
manajemen nyeri 5. Lakukan pengkajian nyeri
dirasakan seperti tertusuk-
Indikator: komprehensif yang
tusuk. -Faktor faktor penyebab dan meliputi lokasi,
- Ny.H juga merasa nyeri yang faktor yang berkontribusi. karakteristik, onset/durasi,
dirasakan olehnya berada pada -Tanda dan gejala nyeri. frekuensi, kualitas,
2. Keluarga mampu intensitas atau beratnya
skala 4 (sedang)
mengambil keputusan: nyeri dan faktor pencetus
- Ny.H mengatakan nyeri kakinya
Domain VI: Kesehatan 6. Gali Pengetahuan dan
hilang timbul dirasakan saat
keluarga kepercayaan pasien
berjalan
Kelas X: Kesejahteraan mengenai nyeri.
- Keluarga mengatakan tidak tahu
keluarga 7. Gali bersama pasien faktor-
pasti penyebab nyeri pada kaki 2609: Dukungan keluarga faktor yang dapat
Ny. H Selama Perawatan menurunkan atau

- Keluarga tidak mengetahui Indikator: memperberat nyeri


- Anggota keluarga 8. Berikan informasi
akibat masalah kesehatan yang
mengungkapkan keinginan mengenai nyeri seperti
dialami oleh keluarga
untuk mendukung anggota penyebab nyeri, tanda dan
- Keluarga tidak mengetahui
keluarga yang sakit. gejala nyeri.
tanda dan gejala masalah - Bekerja sama dengan Tugas keluarga 2
kesehatan yang dialami anggota anggota keluarga yang sakit Domain 5 Keluarga
dalam keluarganya. dalam menentukan Kelas X Perawatan sepanjang
perawatan. hidup
Data Obyektif:
3.Keluarga mampu Intervensi 7140 Dukungan
- TTV
merawat anggota keluarga keluarga
TD =120/90
yang sakit: Aktivitas
N = 96 x/i Domain IV: Pengetahuan 5. Tingkatkan hubungan
tentang kesehatan & perilaku saling percaya dengan
P = 20 x/i
Kelas FF: Manajemen keluarga
S = 36,60c
kesehatan 6. Nilailah reaksi emosi
- Klien tampak lemah
1619: Manajemen diri: keluarga terhadap kondisi
- Ekspresi wajah tampak diabetes pasien
meringis Indikator: 7. Mengidentifikasi kesehatan

- Ny.H tampak sesekali - Melakukan tindakan terkait harapan antar


pencegahan dengan pasien, keluarga, dan
memegang kakinya yang
perawatan kaki tenaga kesehatan
sakit
Kelas Q: Perilaku sehat 8. Dukung harapan yang
1605: Kontrol nyeri realistis
Indikator: Domain 4 Keamanan
- Melaporkan nyeri yang KelasV Manajemen Risiko
terkontrol. Intervensi 6680 monitor tanda-
5. Keluarga mampu tanda vital
memanfaatkan fasilitas Aktivitas:
kesehatan 2. Monitor tekanan darah, nadi,
Domain IV: Pengetahuan suhu, dan status pernapasan
tentang kesehatan & Perilaku dengan tepat
Kelas S: Pengetahuan tentang Tugas keluarga 3
kesehatan Domain 3 Perilaku
1843: Pengetahuan: Kelas S Pendidikan pasien
Manajemen nyeri Intervensi 5603 Pengajaran
Indikator: perawatan kaki
- Tahu kapan untuk Aktivitas:
mendapatkan bantuan dari 6. Gali perwatan kaki seperti
seorang profesional kesehatan apa yang selama ini
dilakukan oleh pasien
7. Rekomendasikan inspeksi
kaki setiap hari ke semua
permukaan dan di sela-sela
ibu jari untuk menemukan
adanya kemerahan,
bengkak, hangat, kering,
lunak, atau adanya area
yang terbuka.
8. Rekomendasikan untuk
mencuci kaki setiap hari
dengan menggunakan air
angat dan sabun yang
lembut.
9. Rekomendasikan untuk
mengeringkan kaki dengan
seksama setelah dicuci,
terutama di sela-sela ibu
jari.
10. Beritahukan klien kapan
waktu yang tepat untuk
menemui tenaga kesehatan,
termasuk ketika
ditemukannya lesi yang
tidak sembuh-sembuh atau
terinfeksi.
Tugas keluarga 4
Domain 1 Fisiologis dasar
kelas E Peningkatan kenyamanan
fisik
Intervensi 6482 Manajemen
lingkungan: Kenyamanan
Aktivitas
4. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung
5. Sediakan lingkungaan yang
aman dan bersih
6. Berikan edukasi kepada
lklien mengenai manjemen
penyakit pada klien dan
keluarga
1. Keluarga mampu Tugas keluarga 1

mengenal masalah: Domain 3 Perilaku

Domain IV: Pengetahuan Kelas S Pendidikan Pasien


Intervensi 5520 Fasilitasi
tentang kesehatan & Perilaku
Pembelajaran
Kelas S: Pengetahuan
Aktivitas – aktivitas :
tentang kesehatan
5. Berikan informasi sesuai
00126 Domain 5: 1837: Pengetahuan: dengan tingkat

Persepsi/kog manajemen Diabetes. pengetahuan pasien

Indikator: 6. Berikan media yang tepat


nisi.
Data Subyektif: agar pasien mampu
2 Kelas 4: - Peran diet dalam
- Ny.H mengatakan sering makan mengingat materi.
Kognisi mengontrol kadar glukosa
7. Gunakan bahasa yang
00132 umum digunakan.
makanan yang manis setiap hari darah
Defisiensi 8. Edukasi pasien dan
- Keluarga tidak mengetahui akibat -Tanda dan gejala awal
Pengetahuan keluarga pada terapi untuk
masalah kesehatan yang dialami penyakit.
mengurangi resiko jantung
oleh keluarga. Kelas T: Kontrol resiko dan Tugas keluarga 2
- Keluarga tidak mengetahui diet keamanan Domain 1 Fisiologis Dasar
Diabetes Melitus 1928: Kontrol risiko:
Kelas D Dukungan Nutrisi
Data Obyektif: Diabetes. Intervensi 5246 Konseling

- Keluarga tampak bingung Indikator: Nutrisi


Aktivitas-aktivitas :
- Keluarga sering bertanya-tanya - Mengidentifikasi faktor
4. Diskusikan makanan yang
tentang sakit yang dirasakan. risiko Diabetes
disukai dan tidak disukai
- Mengidentifikasi tanda dan 5. Diskusikan bersama pasien
gejala Diabetes. tentangnya perlunya
2. Keluarga mampu modifikasi diet

mengambil keputusan: 6. Diskusian kebutuhan nutisi


mengenai diet yang
Domain IV: Pengetahuan
direkomendasikan
tentang kesehatan &
Tugas keluarga 3
Domain 1 Fisiologis Dasar
Perilaku
Kelas D Dukungan Nutrisi
Kelas S: Pengetahuan tentang
Intervensi 5246 Konseling
kesehatan
Nutrisi
1820: Pengetahuan: Aktivitas-aktivitas :
Manajemen diabetes
6. Kaji asupan makanan dan
Indikator:
kebiasaan makan klien
- Mengikuti diet yang 7. Diskusikan bersama pasien
dianjurkan. mengenai pentingnya

3. Keluarga mampu modifikasi diet


8. Diskusikan kebutuhan
merawat anggota keluarga
nutrisi dan persepsi pasien
yang sakit:
mengenai diet yang
Domain IV: Pengetahuan
direkomendasikan.
tentang kesehatan & perilaku 9. Bantu pasien menyatakan
Kelas Q: Perilaku Sehat perasaan dan
1602: Perilaku promosi kepeduliannya mengenai
pencapaian tujuan.
kesehatan
10. Anjurkan konsultasi
Indikator:
dengan anggota kesehatan
- Mengikuti diet sehat
lain sesuai kebutuhan
1621: Perilaku patuh: Diet
TugasKeluarga 4
yang sehat Domain 1 Fisiologis Dasar
Indikator: Kelas D Dukungan Nutrisi

- Menyusun target capaian Intervensi 1100 Manajemen


Nutrisi
diet
Aktivitas-aktivitas :
- Menyiapkan makanan
4. Identifikasi adanya alergi
sesuai denngan rekomendasi
atau intoleransi makanan
diet untuk lemak, sodium 5. Berikan pilihan makanan
(garam) dan karbohidrat. sambil mebrikan edukasi
4. Keluarga mampu tentang pilihan makann
yang lebih sehat
Memodifikasi lingkungan:
6. Atur diet yang diperlukan
Domain IV: Pengetahuan

tentang kesehatan & perilaku

Kelas Q: Perilaku sehat


1632: Perlaku Patuh: diet

yang disarankan

Indikator:

- Perencanaan menu

berdasarkan diet yang

dianjurkan
1. Keluarga mampu

mengenal masalah: Tugas keluarga 1

Domain IV: Pengetahuan Domain 2 Fisiologis kompleks

tentang kesehatan & Perilaku Kelas N Manajemen perfusi

Kelas Q: Perilaku sehat jaringan


00188 Domain 1: Intervensi 4050 Manajemen
1634: Perilaku Skrining
promosi resiko jantung
Ksehatan Pribadi
kesehatan Aktivitas :
Indikator:
6. Screaning pasien mengenai
Kelas 2:
- Mengenali adanya risiko kebiasaannya yang
3 Data Subyektif: Manajemen
penyakit beresiko yang berhubungan
- Ny.H mengatakan Tn.N
Kesehatan dengan kejadiaan yang
Kelas S: Pengetahuan
memilki kebiasaan merokok di 00188
tidak diharapkan pada
Perilaku tentang kesehatan.
dalam rumah dan juga jantung (misalnya
Kesehatan merokok, obesitas, gaya
merokok ketika kumpul 1805: Pengetahuan: Perilaku
Cenderung hidup yang sering duduk,
bersama dengan keluarga dan Kesehatan
Beresiko. tekanan darah tinggi,
anak-anaknya. Indikator:
riwayat serangan jantung,
- Ny.H merasa tidak nyaman - Efek kesehatan yang riwayat keluarga dengan
dengan asap rokok yang merugikan dari penggunaan serangan jantung

mengumpul di dalam rumah tembakau 7. Mengidentifikasi kesiapan


pasien untuk mempelajari
- Ny.H mengatakan sudah 2. Keluarga mampu
gaya hidup yang
memperingati suami untuk mengambil keputusan:
dimodifikasi (diet,
merokok di luar namun Tn.N Domain IV: Pengetahuan
merokok, minuman
masih tetap merokok di dalam tentang kesehatan & Perilaku beralkohol, olahraga, dan
rumah Kelas S: Pengetahuan tentang kadar kolesterol)
- Keluarga juga tidak kesehatan. 8. Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai tanda
mengetahui bahwa menguyah 1805: Pengetahuan: Perilaku
dan gejala penyakit jantung
permen dapat menjadi Kesehatan
dini dan perburukan
alternatif untuk membatasi Indikator:
penyakit jantung
kebiasaan merokok - Strategi untuk menghindari sebagaimana mestinya.
9. Instruksikan pasien dan
- Tn.N bersedia dan mau paparan bahaya lingkungan
keluarga untuk memonitor
mengikuti anjuran serta 3. Keluarga mampu
tekanan darah dan denyut
tindakan keperawatan yang merawat anggota keluarga
jantung secara rutin.
diberikan yang sakit: 10. Instruksikan pasien dan
Domain VI: Kesehatan
Data Obyektif: keluarga mengenai strategi
- Tn.N kurang memperhatikan keluarga
membatasi atau
pola hidup sehat yaitu memilki Kelas X: Kesejahteraan
mengurangi merokok
kebiasaan merokok di dalam keluarga

rumah saat berkumpul dengan 2605: Partisipasi keluarga


Tugas keluarga 2
anggota keluarga yang lain dalam perawatan profesional
Domain 3 Perilaku
termasuk saat bersama anak- Indikator:
Kelas O Terapi Perilaku
anak mereka. -Memperoleh informasi yang
Intervensi 4490 bantuan
- TTV Bapak H diperlukan.
penghentian merokok
TD=130/90 4. Keluarga mampu
Aktivitas-aktivitas :
N= 80x/i Memodifikasi lingkungan:
4. Catat status merokok saat
P= 20 x/i Domain IV: Pengetahuan
ini dan riwayat merokok
S = 36,5 c0 tentang kesehatan & Perilaku
5. Pantau kesiapan pasien
Kelas Q: Perilaku sehat
- Tn.N adalah perokok aktif. untuk berhenti merokok
1625: Perilaku Berhenti 6. Anjurkan pasien untuk
Merokok menjauh ketika berada
Indikator: disekitar orang merokok
-Membangun strategi yang Tugas keluarga 3
efektif untuk berhenti Domain 3 Fisiologis kompleks
merokok Kelas K Manajemen pernafasan
-Komitmen terhadap strategi Intervensi 3210 manajemen
berenti merokok asma
5. Keluarga mampu Aktivitas
memanfaatkan fasilitas 4. Berikan informasi
kesehatan mengenai penyakit dan
Domain IV: Pengetahuan manajemen berikan
tentang kesehatan & Perilaku pengobatan dengan tepat
Kelas Q: Perilaku sehat dan/atau sesuai kebijakan
1603: Perilaku pencarian dan petunjuk prosedur
kesehatan. 5. Tawarkan minuman hangat
Indikator: atau minum dengan tepat
-Menggunakan informasi 6. Ajarkan teknik
kesehatan yang terkemuka. berafas/relaksasi
Tugas keluarga 4
Domain 3 perilaku
Kelas O Terapi Perilaku
Intervensi 4490 bantuan
penghentian merokok
Aktivitas
6. Catat status merokok saat
ini dan riwayat merokok
7. Pantau persiapan pasien
untuk mencoba berhenti
merokok
8. Bantu pasien untuk
mengenali isyarat yang
membuatnya merokok
(misalnya berada disekitar
orang lain yang merokok,
sering mengunjungi
tempat-tempat dimana
merokok diperbolehkan)
9. Bantu pasien untuk
mengembangkan metode
praktiks untuk menolak
keinginan merokok
(misalnya menghabiskan
waktu dengan teman-teman
yang tidak merokok, sering
berada ditempat dimana
merokok tidak
diperbolehkan, latihan
relaksasi)
10. Informasikan pasien
mengenai produk
penggantian nikotin
(permen karet)
Tugas keluarga 5
Domain 3 perilaku
Kelas R Bantuan Koping
Intervensi 5440 peningkatan
sistem dukungan
Aktivitas
5. Rujuk pada program
pencegahan atau
pengobatan berbasis
masyarakat yang sesuai
6. Sediakan layanan dengan
sikap peduli dan
mendukung
7. Melibatkan keluarga, orang
terdekat, dan teman-teman
perawatan dan pencegahan
8. Mengidentifikasi sumber
daya yang tersedia terkait
dengan dukungan pemberi
perawatan

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


DIAGNOSA
NO TANGGAL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Selasa, 28 Tugas keluarga 1 Rabu, 29 april 2020
April 2020 Domain 1 Fisiologis: dasar S : P: tampak kemerahan
Kelas E Peningkatan kenyamanan fisik Q: Tertusuk-tusuk
Intervensi 1400 Menajemen nyeri R: Punggung kaki kanan
Aktivitas : S: 4 (NRS)
10.00 Wita 1. Melakukan pengkajian nyeri T: Tidak menentu, memberat
secara komprehensif. dan lama jika beraktifitas atau
Hasil: berjalan
P : Terdapat kemerahan
O:
Q: Tertusuk-tusuk
- Ny.H tampak meringis
R: Punggung kaki kanan
dan sesekali memegang
S: 4 (NRS)
T: Tidak menentu, memberat dan kakinya terutama saat
lama jika beraktifitas berjalan
10.05 Wita 2. Menggali Pengetahuan dan - TD : 130/90
kepercayaan pasien mengenai
- N : 90x/menit
nyeri.
- P : 20 x/menit
Hasil: Ny. H mengatakan nyeri
- S : 36,5oC
yang dialami karena kaki nya
kemerahan dan terasa nyeri, - Ny.H dan keluarga

namun Ny.H dan keluarga tampak paham ketika


mengatakan tidak tahu banyak diberikan informasi
tentang nyeri. mengenai nyeri
3. Menggali bersama pasien faktor-
- GDP : 383 mg/dl
faktor yang dapat menurunkan
A : Nyeri belum teratasi
atau memperberat nyeri
Hasil: Klien mengatakan nyeri P : Lanjutkan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini, dibahas mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan


anggota keluarga menderita diabetes melitus. Diabetes melitus dapat didefinisikan
sebagai tingginya kadar glukosa di dalam darah yaitu >140 mg/dl. Pada kasus Ny.
H mengalami diabetes melitus dengan hasil pengkajian didapatkan kadar glukosa
di dalam darah 383 mg/dl. Dalam kasus ini ada beberapa yang perlu dibahas,
antara lain:
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan, kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data, seperti riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya meliputi,
catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur (Erviana,2012). Pengkajian
keperawatan merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-
masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat.
Keberhasilan proses keperawaan sangat tergantung pada tahap ini.
Pengkajian keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil
informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan keluarga yang dibinanya.
Metode dalam pengkajian bisa melalui wawancara, observasi fasilitas dan
keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan measurement dari
data sekunder (Susanto,T. 2012). Proses pengkajian keluarga ditandai dengan
pengumpulan informasi yang terus menerus dan keputusan profesional yang
mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data
dikumpulkan secara sistematik menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian
diklasifikasikan dan dianalisis menginterpretasikan artinya (Freadman, 2013).
Metode dalam mengumpulkan data pengkajian ada beberapa cara, yaitu
yang pertama adalah wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui data
subyektif dalam aspek fisik,mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, adat
istiadat, agama, lingkungan dan sebagainya. Metode yang kedua yaitu melalui
pengamatan/observasi, dilakukan untuk mengetahui hal secara langsung yang
bersifat fisik (ventilasi, kebersihan, penerangan, dll) atau benda lain (data
obyektif). Metode yang ketiga yaitu pemeriksaan fisik, dilakukan pada anggota
keluarga yang mempunyai masalah keluarga dan keperawatan yang berkaitan
dengan keadaan fisik, misalnya kehamilan, mata, telinga, tenggorokan, dll (data
obyektif). Metode yang keempat yaitu studi dokumentasi, dilakukan dengan jalan
menelusuri dokumen yang ada, misalnya catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu
menuju sehat, literatur, catatan pasien, dll (Zaidin Ali, 2010).
Dalam proses pengkajian pada keluarga Ny.H didapatkan data dengan
teknik wawancara dan observasi langsung dengan keluarga Ny.H. Teknik tersebut
sesuai seperti yang diungkapkan dalam Padila (2012), pengkajian merupakan
suatu tahapan dimana perawat mengambil data secara terus menerus terhadap
keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat
menggunakan metode wawancara, observasi terhadap seluruh anggota keluarga.
Pengkajian asuhan keperawaan dilakukan pada tanggal 28 April 2020
pukul 10.00 WITA. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah Ny. H
120/90 mmHg, pernapasan 20x/menit, suhu 36,60C dan nadi 90x/menit.
Kesadaran komposmentis dengan GCS 15. Ny. H mengatakakan sering merasa
nyeri pada punggung kakinya dan kadang menjalar ke telapak kaki, nyerinya
seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 (NRS) dan semakin dirasakan saat
beraktivitas dan juga saat sedang berjalan.
Menurut Andyagreeni (2010) ulkus adalah luka terbuka pada permukaan
kulit atau selaput lendir, dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai
invasive kuman saprovit. Adanya kuman saprovit tersebut menyebabkan ulkus
berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer.
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi
terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait
dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki. Pasien dengan
diabetik juga mengalami gangguan pada sirkulasi. Efek sirkulasi inilah yang
menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut neuropati dan berdampak
pada system saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan
organ visceral. Gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadi
perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan
demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen tidak mencukupi atau tidak dapat
mencapai jaringan perifer, dan atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi
tersebut. Efek pada autonom neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi
kering, anhidrosis yang memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang sukar
sembuh.
Neuropati merupakan sutau kondisi kerusakan saraf akibat tingginya
tingkat kadar gula darah sehingga terjadi gejala kesemutan, nyeri, dan akhirnya
mati rasa pada kaki dan tungkai. Neuropati merupakan salah satu komplikasi yang
sering ditemukan pada penderita diabetes mellitus yang menyebabkan penderita
beresiko mengalami kaki diabetes dan dapat menyebabkan kerusakan pada saraf
(Sudoyo dkk, 2009).
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi denga baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh
berasal dari bahan makanan yang kita konsumsi setiap hari. Bahan makanan
tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein. Pada keadaan normal
kurang lebih 50% glukosa yang dikonsumsi mengalami metabolism sempurna
menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah
menjadi lemak. Pada diabetes mellitus, semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa ke dalam sel macet dan
metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa
tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit diabetes mellitus disebabkan karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 140
mg/dl sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorpsi sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan
dikeluarkan bersama urin yang disebut glukosauria. Bersamaan keadaan
glukosauria maka sejumlah air hilang dalam urin yang disebut poliuria. Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selular, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka pasien akan sering merasa lapar yang disebut polifagi. Terlalu
banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah
yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan
meracuni tubuh bila terlalu banyak sehingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urin dan pernapasan, akibatnya bau urin dan napas penderita berbau
aseton.
Dari hasil pengkajian, selain keluhan Ny. H yang merasakan sakit pada di
punggung kaki sebelah kanannya, Ny. H mengatakan sering makan makanan
manis setiap hari, keluarga juga mengatakan tidak tahu pasti penyebab luka pada
kaki Ny. H. Keluarga mengatakan sakit yang dialami Ibu H akan sembuh dengan
sendirinya dan mengandalkan daun gerseng untuk pengobatan Ny. H. Keluarga
tidak mengetahui komplikasi dari diabetes mellitus dan tidak mengetahui diet
diabetes melitus. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tanda dan gejala
masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respon dari
seseorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Diagnosis keperawatan
biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau pengubah dan fokus diagnosis
atau konsep kunci dari diagnosis dengan menggunakan terminologi NANDA
2015-2017 Edisi ke 10 (Webster, 2009)
Dalam konsep teori, diagnosa keperawatan keluarga yang lazim ditemukan
pada pasien dengan diabetes mellitus yaitu, yaitu:
1. Defisiensi pengetahuan
2. Ketidakefetifan koping
3. Nyeri akut
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
6. Hambatan pemeliharaan rumah
Sedangkan, dalam kasus keluarga Ibu H berdasarkan data-data yang
ditemukan dalam pengkajian dan analisis data dirumuskan diagnosa keperawatan
keluarga yaitu:
1. Nyeri akut
2. Defesiensi pengetahuan
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
Dalam kasus ini penulis hanya mengangkat 3 diagnosa dari 6 diagnosa
pada konsep, karena pada 3 diagnosa lainnya yaitu ketidakefektifan koping,
ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga dan hambatan pemeliharaan
rumah, tidak didapatkan data yang menunjang untuk diagnosa tersebut. Dalam
kasus ini diagnosa keperawatan utama yang diangkat oleh penulis yaitu nyeri
akut. Dengan batasan karakteristik keluhan tentang karakteristik nyeri dengan
menggunakan standar instrumen nyeri, serta perubahan pada parameter fisiologis.
Data-data yang mendukung diagnosa nyeri akut adalah karena Ny. H mengatakan
sering merasa sakit pada punggung kakinya dan terkadang menjalar ke telapak
kaki. Tanda-tanda vital didapatkan TD =120/90 mmHg, N = 90 x/I, P = 20 x/I, S
= 36,60c. Ibu H tampak meringis dan sesekali memegang kakinya, Ny. H
mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan bertambah berat
ketika berjalan ataupun melakukan aktivitas. Ny.H juga merasa nyeri yang
dirasakan olehnya berada pada skala 4 (sedang), Ny.H merasa nyeri nya hilang
timbul.
Diagnosa keperawatan kedua yang penulis angkat ialah Defesiensi
pengetahuan dengan batasan karakteristik yaitu, kurang pengetahuan,
ketidakakuratan mengikuti perintah. Etiologi yang diangkat oleh penulis adalah
Keluarga mengatakan tidak mengetahui penyebab nyeri pada kaki Ny. H. Ny. H
mengatakan sering makan makanan manis. Keluarga mengatakan tidak
mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami keluarga dan tidak mengetahui
diet diabetes mellitus. Keluarga juga sering bertanya-tanya.
Diagnosa ketiga yang diangkat oleh penulis adalah perilaku kesehatan
cenderung beresiko. Dengan batasan karakteristik yaitu, gagal melakukan
tindakan mencegah masalah kesehatan. Meminimalmalkan perubahan status
kesehatan, gagal mencapai pengendalian optimal. Etiologi yang diangkat oleh
penulis adalah Ny.H mengatakan suaminya memiliki kebiasaan merokok di dalam
rumah dan juga merokok ketika kumpul bersama dengan keluarga dan anak-
anaknya. Kebiasaan inilah yang membuat Ny.H merasa tidak nyaman dengan asap
rokok yang mengumpul di dalam rumah.
Berdasarkan pengkajian didapatkan empat etiologi. Etiologi pertama
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Penulis mengambil
etiologi tersebut karena dalam pengkajian data subyektif keluarga tidak
mengetahui definisi, penyebab dan dampak dari diabetes melitus. Keluarga
dikatakan mengenal masalah kesehatan apabila keluarga mampu mengetahui
persepsi keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab serta
persepsi keluarga terhadap masalah (Achyar, 2012).
Etiologi yang kedua adalah ketidakmampuan keluarga memutuskan
masalah kesehatan anggota keluarga dengan diabetes melitus. Etiologi ini
diangkat karena keluarga mengatakan tidak mengetahui akibat masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga. Keluarga tidak mengetahui komplikasi dari diabetes
mellitus, keluarga tidak mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga yang sakit. Keluarga tampak bingung. Keluarga mengatakan sakit yang
dialami Ny.H akan sembuh dengan sendirinya dan mengandakan daun gerseng
untuk pengobatannya.
Menurut Friedman (2010), salah satu tugas kesehatan keluarga yaitu
keluarga mampu dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat, dapat dilihat dari sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah kesehatan yang dirasakan keluarga, apakah keluarga
merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, apakah keluarga merasa takut
akan akibat dari tindakan penyakit, apakah keluarga mempunyai sifat negatif
terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau pelayanan
kesehatan yang ada, apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan,
apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah. Seluruh faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga
mengambil keputusan merupakan dampak dari pengetahuan positif yang diperoleh
keluarga.
Etiologi ketiga adalah ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. Etiologi tersebut diangkat karena dalam pengkajian data
subyektif keluarga mengatakan kurang tahu perawatan yang dibutuhkan oleh
klien. Keluarga dikatakan mampu merawat anggota keluarga yang sakit jika
keluarga mampu memenuhi perawatan yang dibutuhkan, mampu mengetahui
keadaan sakit. Dan etiologi yang keempat adalah ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan.. Keluarga memainkan peranan sebagai sistem
pendukung bagi anggota keluarga yang sakit. Peran tersebut terwujud bila ada
kecocokan antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi
pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 2010).
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan pada kasus
Ny.H disusun berdasarkan intervensi yang didelegasikan dalam konsep standar
asuhan keperawatan Nanda NIC NOC. Beberapa rencana keperawatan yang
ditetapkan dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi. Adapun tindakan mandiri
keperawatan yang diajarkan keluarga untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri
pada klien Ny.H adalah pemberian teknik relaksasi napas dalam. Pada diagnosa
keperawatan kedua yaitu defisensi pengetahuan, dilakukan intervensi keperawatan
mandiri berupa pemberian Health Education mengenai apa itu diabetes mellitus
dan diet diabetes melitus.
Pada diagnosa keperawatan ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung
beresiko, dilakukan intervensi keperawatan dari sekian banyak rencana tindakan
keperawatan perilaku kesehatan cenderung beresiko mengacu pada Nursing
Intervention Classification dan disesuaikan dengan kondisi pasien, yang penulis
lakukan yaitu, untuk fungsi keluarga pertama yaitu kemampuan keluarga
mengenal masalah maka diberikan screaning pasien mengenai kebiasaannya yang
beresiko yang berhubungan dengan kejadiaan yang tidak diharapkan pada jantung
(misalnya merokok), Identifikasi kesiapan pasien untuk mempelajari gaya hidup
yang dimodifikasi (diet, merokok), Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala penyakit jantung dini dan perburukan penyakit jantung
sebagaimana mestinya. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai strategi
membatasi atau mengurangi merokok.
Rencana tindakan keperawatan perilaku kesehatan cenderung beresiko
untuk fungsi keluarga kedua yaitu kemampuan keluarga mengambil keputusan
diberikan yaitu menentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan pasien
dan pandangan penyedia perawatan kesehatan mengenai kondisi pasien. Bantu
pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang mungkin akan membantu
membuat pilihan yang penting dalam hidupnya, bantu pasien mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif pilihan. Berikan informasi sesuai
permintaan pasien . Bantu pasien menjelaskan keputusan kepada orang lain sesuai
dengan kebutuhan. Untuk fungsi keluarga ketiga yaitu kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit yaitu menentukan pemahan klien/keluarga
mengenai penyakit dan manajemen berikan pengobatan dengan tepat dan/atau
sesuai kebijakan dan petunjuk prosedur. Ajarkan teknik bernafas/relaksasi.
Rencana tindakan keperawatan perilaku kesehatan cenderung beresiko
untuk fungsi keluarga keempat kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
maka intervensi yang diberikan: Catat status merokok saat ini dan riwayat
merokok. Pantau persiapan pasien untuk mencoba berhenti merokok. Bantu
pasien untuk mengenali isyarat yang membuatnya merokok (misalnya berada
disekitar orang lain yang merokok, sering mengunjungi tempat-tempat dimana
merokok diperbolehkan). Bantu pasien untuk mengembangkan metode praktiks
untuk menolak keinginan merokok (misalnya menghabiskan waktu dengan teman-
teman yang tidak merokok, sering berada ditempat dimana merokok tidak
diperbolehkan, latihan relaksasi). Untuk fungsi keluarga kelima kemampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan maka intervensi yang diberikan yaitu
identifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan dukungan pemberi
perawatan. Rujuk pada program pencegahan atau pengobatan berbasis masyarakat
yang sesuai. Sediakan layanan dengan sikap peduli dan mendukung. Libatkan
keluarga, orang terdekat, dan teman-teman perawatan dan pencegahan
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Menurut Muhlisin (2012) implementasi keperawatan merupakan tindakan
yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan yang
mengacu pada diagnosa yang telah ditegakkan. Implementasi keperawatan yang
diberikan pada kasus keluarga Tn.N sesuai dengan rencana asuhan keperawatan
berdasarkan intervensi yang didelegasikan dalam konsep standar asuhan
keperawatan Nanda NIC NOC. Beberapa rencana keperawatan yang ditetapkan
dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi dan ketersediaan di lingkungan
keluarga. Penulis melakukan implementasi keperawatan pada tanggal 28, 29, 30
April 2020, serta tanggal 1 Mei 2020. Dalam melaksanakan implementasi
keperawatan pada keluarga Bapak H penulis tidak melakukan implementasi
selama 24 jam, setiap kali kunjungan dilakukan selama 30-60 menit.
Implementasi keperawatan yang diberikan pada kasus Ny.H sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan berdasarkan intervensi yang didelegasikan dalam
konsep standar asuhan keperawatan Nanda NIC NOC. Beberapa rencana
keperawatan yang ditetapkan dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi. Dalam
melakukan implementasi keperawatan terdapat beberapa kendala yang dihadapi
adalah penyesuaian jam kerja Ibu H dan keluarga dalam sehari, hanya dilakukan 8
kali pertemuan namun waktu monitoring klien tidak dilakukan selama 24 jam
karena tim yang membahas kasus tidak berada dalam satu kelompok dan
terkendala waktu.
Pada setiap kunjungan, penulis melakukan implementasi untuk setiap
diagnosa. Diagnosa pertama implementasi yang dilakukan adalah untuk fungsi
keluarga mampu mengenal masalah dilakukan penentuan target sasaran pada
kelompok beresiko tinggi dan rentang usia yang akan mendapatkan manfaat besar
dari pendidikan kesehatan.. Lakukan demonstrasi/demonstrasi ulang, partisipasi
pembelajaran, dan manipulasi bahan pelajaran ketika mengajarkan latihan
psikomotorik. Libatkan individu, keluarga, dan kelompok dan perencaan, dan
rencana implementasi gaya hidup, atau modifikasi perilaku kesehatan.
Tindakan keperawatan diagnosa pertama yaitu nyeri akut untuk fungsi
keluarga kedua yaitu meningkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga,
mengorientasikan keluarga terkait tatanan pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit atau klinik, mengidentifikasi kesehatan terkait harapan antar pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan. Untuk fungsi keluarga ketiga yaitu kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit yaitu menciptakan lingkungan
yang tenang dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan. Mendorong
klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata
tertutup. Pada hari pertama didapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
relaksasi, misalnya bernafas dalam, menguap, pernafasan perut, atau bayangan
yang menyenangkan. Meminta klien untuk rileks dan merasakan relaksasi yang
terjadi.
Aktivitas latihan nafas dalam merupakan suatu bentuk terapi
nonfarmakologi, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Niken, 2010 dalam kusuma 2013).
Kunjungan kedua untuk nyeri yaitu dilakukan massase pada kaki Ny.H
untuk menstimulasi perubahan nyeri. Mengaplikasikan tekanan yang stabil pada
jaringan otot yang hipertonik untuk nyeri yang dirasakan sampai relaksasi
dirasakan.
Tindakan akupresur memberikan stimulus atau rangsangan pada titik-titik
meridian tubuh dengan mengggunakan jari-jari yang bertujuan untuk
mempengaruhi organ tubuh tertentu dengan mengaktifkan aliran energi (qi) tubuh.
Memberikan stimulus pada titik tersebut akan menstimulasi sel saraf sensorik
disekitar titik akupresur selanjutnya diteruskan kemedula spinalis, mesensefalon
dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya diaktifkan untuk melepaskan
hormon endorfin yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman.
Diagnosa nyeri teratasi dengan Ny. H mengatakan kakinya sudah tidak
nyeri dan bengkak, skala nyeri = 2. Tekanan darah ibu H juga mengalami
penurunan yaitu 120/80 mmHg. Penurunan tekanan darah tersebut diyakini
sebagai pengaruh dari intervensi yang dilakukan. Sejalan dengan penelitian Adam
(2011) yang mengungkapkan bahwa akupresur dapat menstimulasi sel mast untuk
melepaskan histamine sebagai mediator vasodilatasi pembuluh darah, sehingga
terjadinya peningkatan sirkulasi darah yang menjadikan tubuh lebih relaksasi dan
pada akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Diagnosa Kedua tentang defisiensi pengetahuan, implementasi yang
dilakukan adalah untuk fungsi keluarga mampu mengenal masalah, dilakukan
pemberian informasi sesuai dengan tingkat perkembangan pasien. Memberikan
informasi yang merangsang perubahan perilaku pasien. Mendorong pasien untuk
berpartisipasi aktif. Mendorong pasien untuk mengungkapkan pendapat dan
idenya. Untuk fungsi keluarga kedua Membangun hubungan terapeutik yang
didasarkan pada rasa saling percaya dan saling menghormati. Menetapkan tujuan-
tujuan. Menyediakan informasi yang aktual yang tepat dan sesuai kebutuhan.
Membantu pasien untuk membuat daftar dan memprioritaskan kemungkinan
alternatif penyelesaian masalah. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
kekuatan dan menguatkan hal tersebut.
Manfaat pemberian pendidikan kesehatan/Health Education bagi pasien
antara lain meningkatkan pengetahuan pasien tentang sakitnya yang pada akhirnya
akan meningkatkan kemandirian. Selain itu juga untuk kenyamanan dan
kesembuhan pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa manfaat
pemberian pendidikan bagi pasien antara lain meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan keterampilan pasien dan keluarga dalam upaya mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan, meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan dan mencegah komplikasi penyakit (Mahfud, 2009).
Tindakan keperawatan diagnosa kedua defisiensi pengetahuan untuk fungsi
keluarga ketiga yaitu Mengidentifikasi kesiapan pasien untuk mempelajari gaya
hidup yang dimodifikasi (diet, merokok, dan olahraga). Menginstruksikan pasien
dan keluarga mengenai strategi diet (misalnya rendah glukosa, rendah lemak,
rendah kolesterol, tinggi serat, cairan yang cukup, asupan kalori yang tepat)
dengan hasil klien mengatakan ingin mengubah gaya hidup . Instruksikan pasien
dan keluarga pada terapi untuk mengurangi resiko jantung (Misalnya obat-obatan,
monitor kadar gula darah, monitor tekanan darah, pembatasan makan makanan
manis, dengan hasil klien dan keluarga dianjurkan untuk mengikuti terapi seperti
olahraga.
Tindakan keperawatan diagnosa kedua defisiensi pengetahuan untuk fungsi
keluarga keempat kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan tindakan
keperawatan yang diberikan: Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk
belajar. Melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien. Memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat. Untuk fungsi keluarga kelima kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan maka intervensi yang diberikan yaitu
Menganjurkan pasien mengunjungi pelayanan kesehatan jika tindakan-tindakan
tidak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman
nyeri sebelumnya. Memberikan informasi yang akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri. Untuk diagnosa
defisiensi pengetahuan teratasi dengan hasil keluarga mengatakan mengetahui
penyebab luka pada Ny.H, keluarga mengetahui makanan yang tidak boleh terlalu
berlebihan dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus.
Salah satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator, dimana
pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan
semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Perawat harus mampu
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal
pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, menyusun program Health
Education serta, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan.
Diagnosa Ketiga tentang perilaku kesehatan cenderung beresiko.
Implementasi yang dilakukan adalah untuk fungsi keluarga pertama yaitu
kemampuan keluarga mengenal masalah maka diberikan screaning pasien
mengenai kebiasaannya yang beresiko yang berhubungan dengan kejadiaan yang
tidak diharapkan pada jantung (misalnya merokok), Mengidentifikasi kesiapan
pasien untuk mempelajari gaya hidup yang dimodifikasi (diet, merokok),
Menginstruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala penyakit
jantung dini dan perburukan penyakit jantung sebagaimana mestinya. Instruksikan
pasien dan keluarga mengenai strategi membatasi atau mengurangi merokok.
Tindakan keperawatan diagnosa ketiga perilaku kesehatan cenderung
beresiko untuk fungsi keluarga kedua yaitu kemampuan keluarga mengambil
keputusan yang diberikan yaitu menentukan apakah terdapat perbedaan antara
pandangan pasien dan pandangan penyedia perawatan kesehatan mengenai
kondisi pasien. Membantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang
mungkin akan membantu membuat pilihan yang penting dalam hidupnya.
Membantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif
pilihan. Memberikan informasi sesuai permintaan pasien . Membantu pasien
menjelaskan keputusan kepada orang lain, sesuai dengan kebutuhan. Untuk fungsi
keluarga ketiga yaitu kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
yaitu menentukan pemahaman klien/keluarga mengenai penyakit dan manajemen.
Mengajarkan teknik berelaksasi.
Tindakan keperawatan diagnosa ketiga perilaku kesehatan cenderung
beresiko. Untuk fungsi keluarga keempat kemampuan keluarga memodifikasi
lingkungan maka tindakan keerawatan yang diberikan: mencatat status merokok
saat ini dan riwayat merokok. Memantau persiapan pasien untuk mencoba
berhenti merokok. Membantu pasien untuk mengenali isyarat yang membuatnya
merokok (misalnya berada disekitar orang lain yang merokok, sering
mengunjungi tempat-tempat dimana merokok diperbolehkan). Membantu pasien
untuk mengembangkan metode praktik untuk menolak keinginan merokok
(misalnya menghabiskan waktu dengan teman-teman yang tidak merokok, sering
berada ditempat dimana merokok tidak diperbolehkan, latihan relaksasi).
Untuk fungsi keluarga kelima kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan maka intervensi yang diberikan yaitu mengidentifikasi sumber daya
yang tersedia terkait dengan dukungan pemberi perawatan. Melibatkan keluarga,
orang terdekat, dan teman-teman perawatan dan pencegahan
Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-
sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama
ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang
dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang Mediator-mediator
peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Parenkim paru kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di
dalam paru dan saluran udara kolaps , sehingga dapat terjadi sesak nafas.

E. Integrasi Nilai Islam Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan islam adalah Integrasi nilai-nilai Islam yang
bersumber pada Alqur’an dan Hadits, merupakan suatu sistem sehingga banyak
faktor yang berpengaruh untuk keberhasilan asuhan sehingga mempengaruhi
tujuan akhir dari pemberian asuhan keperawatan Islam. Dalam pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Islam selain perawat melaksanakan profesi keperawatan
yang merupakan manifestasi dari ibadahnya maka asuhan perawatan islam
mempunyai nilai spiritual yang sangat tinggi karena merupakan sarana da’wah
amar ma’ruf nahi munkar.
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka
bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan sang Khalik-nya dan alam surga, namun islam memiliki aturan
dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas, dan logis.
Nabi Muhammad SAW  bersabda, “Kesehatan merupakan salah satu hak
bagi tubuh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim). Karena kesehatan merupakan
hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka islam
menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan
agama islam. Allah SWT berfirman:

Terjemahan:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman.”(QS:Yunus 57).
Salah satu kelebihan keperawatan islam adalah perihal perspektif islam
dalam mendoakan pasien sebagai kliennya. Adapun do’a-do’a yang dapat
diterapkan oleh perawat dalam mendoakan pasien sesuai ajaran Rasulullah adalah
sebagai berikut :
Dari Aisyah ra. Bahwasannya Nabi Muhammad SAW membacakan doa
kesembuhan kepada sebagian keluarganya dengan mengusapkan tangan kanannya
seraya berdoa.
“ Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa asyfi antasy syaafi’i laa
syifaa’a illaa syifaa’uka syifaa’an laa yughaadiru saqaman. Imsahil ba’sa
rabban naasi biyadikasy syifaa’u, laa aasyifa lahu illaa anta, as’alullaahal
‘azhiima, rabbal ‘ arsyil ‘azhiimi an-yasfiyaka.”
Artinya :“Ya Allah Tuhan segala manusia, jauhkanlah
kesukaran/penyakit itu dan sembuhkanlah ia, Engkaulah yang
menyembuhkan,tak ada obat selain obat-Mu, obat yang tidak meninggalkan sakit
lagi. Hilangkan lah penyakit itu, wahai Tuhan pengurus manusia.Hanya
padamulah obat itu.Tak ada yang dapat menghilangkan penyakit selain Engkau,
aku mohon kepada Allah yang Maha Agung, Tuhannya ‘arasy yang agung,
semoga Dia menyembuhkan anda.” (HR. Bukhari dan Muslim)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian keperawatan didapatkan data dari hasil anamnesis,

pemeriksaan fisikpengumpulan data, seperti riwayat keperawatan,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya meliputi,

catatan, dan literaturdan observasi langsung

2. Penetapan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah keperawatan

yang didapatkan meliputi: Nyeri akut, defisit pengetahuan, perilaku

kesehatan cenderung beresiko.

3. Penyusunan Intervensi keperawatan berdasarkan konsep standar

asuhan keperawatan Nanda NIC NOC.

4. Pelaksanaan implementasi keperawatan berdasarkan intervensi yang

telah ditetapkan dengan beberapa intervensi dilakukan modifikasi

sesuai dengan kondisi di dusun Mannuruki.

5. Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan respon Ny.H, dari 3

diagnosa yang ditetapkan ketiga diagnosa tersebut teratasi.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa dapat memahami tentang diabetes mellitus dan dapat

memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan agar lebih meningkatkan skill dan

pengetahuan tentang perawatan pada hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Achyar, KA Henny, 2012. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta: Sagung Seto

Bulechek, Gloria M., dkk., 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).


Yogyakarta: Mocomedia.

Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3, Jakarta: EGC.

Friedman, M. M. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan
Praktek.Edisi ke-5. Jakarta : EGC.

Kumar. 2012. Dasar-Dasar Patofisiologik Penyakit. Jakarta : BINA RUPA


AKSARA Publisher.

Kusuma, Ervan,dkk. 2013. Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kecamatan
Karas Kabupaten Magetan

Mansjoer, A dkk., 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius.

Marya. 2013. Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit.


Tengerang: Binarupa Aksara Publisher.

Mirza. 2008. Diabetes Melitus Tipe 2 Volume 4 Nomor 5. Lampung: J Majority

Moorhead, Sue, dkk., 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta:


Mocomedia.

Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Surakarta : Gosyem Publishing.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Medikal


Bedah

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Sudoyo, A. W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V.
Interna Publishing : Jakarta
Susanto, T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM

Smeltzer & Bare. 2013. Hubungan 4 Pilar Pengendalian DM Tipe 2 dengan


Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemilogi. Vol.1 No.2
Suddarku. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3, Edisi 8.
Jakarta: Penerbit RGC.

Wahdah,Nurul. 2011. Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. Multipress:


Yogyakarta

Webster, Merriam. 2009. Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary. MA: Author

Wilkinson, Judith M., 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC.

Zaidin A. 2010. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai