Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASKEP AGREGAT KOMUNITAS POPULASI PENYAKIT


KRONIS PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Dosen Pengampu: Kharisma Pratama, S.kep,Ns.,MNS

Disusun Oleh:
Kelompok
Messy Henny Supriyani SR172110038
Imamatul Aili SR172110045
Rostina SR172110044

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat dan salam tidak luput Kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta umatnya yang
senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
“Keperawatan Komunitas” pada Program Studi Ners Akademik STIK
Muhammadiyah Pontianak. Dalam penyusunan makalah ini tidak banyak kesulitan
yang Kami temui, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih kepada:
Bapak Kharisma Pratama, S.kep,Ns.,MNS. selaku pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
Teman-teman kelompok atas kebersamaannya dalam penyusunan makalah ini.
Dan kepada teman-teman lain yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak
terpisahkan dan senantiasa Kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil
Alamin.

Pontianak, 13-3 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................6
C. Tujuan.............................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
A. Pengertian........................................................................................................................7
B. Etiologi............................................................................................................................8
C. Manifestasi klinis..........................................................................................................10
D. Penatalaksanaan............................................................................................................11
E. Pemeriksaan diagnostik.................................................................................................12
F. Komplikasi....................................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWTAN.....................................................................................................14
A. Pengkajian keperawatan komunitas..............................................................................14
B. Diagnosa keperawatan..................................................................................................15
C. Intervensi keperawatan..................................................................................................15
D. Evaluasi keperawatan....................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

3
4
5
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai tingginya kadar gula
dalam darah yang disertai berbagai kelainan metabolisme dalam tubuh akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh
darah. Diabetes melitus juga merupakan kumpulan dari beberapa gangguan metabolisme
dengan tingginya kadar gula dalam darah sebagai akibat ketidakmampuan memproduksi
insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin (Rendy & Margareth, 2012).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat,
terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan
dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan
sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu
efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia
antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Tingginya angka penderita diabetes melitus akan menimbulkan kerugian dan resiko
yang sangat besar, jika tidak ditangani atau diobati maka dapat mengakibatkan dampak
yang sangat berbahaya yaitu dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah. Berdasarkan data dari infodatin (2014), resiko dari
diabetes melitus yang sering terjadi adalah meningkatnya angka penyakit jantung dan
stroke, neuropati (kerusakan saraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki,
infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki. Neuropati diabetikum merupakan
salah satu penyebab kebutaan yang terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di
retina dan juga gagal ginjal. Bahkan Diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab

6
kematian tertinggi ketiga di Indonesia, persentase kematian akibat diabetes melitus di
Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Sri Lanka (WHO, 2016).
Pada lingkup provinsi Kalimantan Barat, diabetes melitus berada diperingkat 4 dari
10 besar penyakit berdasarkan data yang di dapat dari seluruh kabupaten dan kota se-
Kalimantan Barat dengan jumlah 3.558 kasus (5,3%), kasus ini masih cukup tinggi
terjadi untuk penyakit tidak menular (Dinkes Kalbar, 2017).
Data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak penyakit diabetes melitus masuk
dalam daftar 10 penyakit terbanyak yang terjadi di Kota Pontianak di bawah penyakit
infeksi akut saluran pernapasan atas dan penyakit Hipertensi dengan jumlah 14.954
kasus. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: pola makan yang tidak sehat misalnya
kurang serat dan tinggi lemak, aktivitas fisik yang kurang, dan mengkonsumsi tembakau
dan rokok (Dinkes Kota Pontianak, 2017). Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota
Pontianak telah merilis angka kejadian DM dari masing-masing Puskesmas dengan total
penderita sebanyak 44.003 kasus, yang terdiri dari penderita laki-laki 21.950 orang dan
perempuan sebanyak 22.053 orang, dan untuk wilayah Puskesmas Siantan Hulu angka
penderita DM masih cukup tinggi yaitu sebanyak 1.500 penderita (Dinkes Kota
Pontianak, 2018).
Kurangnya pengetahuan, dan sikap terhadap penyakit diabetes melitus menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang tidak patuh terhadap program
pengobatan terutama dalam melaksanakan pola makan yang seimbang bagi penderita
DM. Penelitian yang dilakukan Amalia dkk (2016) menunjukkan hasil dari 37 responden
terdapat 4 responden (10,82%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 33 responden
(89,18%) memiliki tingkat pengetahuan kurang serta sebagian besar responden memiliki
gaya hidup yang tidak sehat yaitu sebanyak 25 responden (67,6%).

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Diabetes Milletus?
b. Bagaimana etiologi dari Diabetes Milletus?
c. Bagaimana manifestasi klinis dari Diabetes Milletus?
d. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Milletus?
e. Bagaimana penatalaksanaan Diabates Milletus?

C. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Diabetes Milletus.
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi Diabetes Milletus.

7
c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis Diabetes Milletus.
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Diabetes Milletus.
e. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan Diabetes Milletus.

D.

8
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi, diabetes melitus juga sering
disebut sebagai gula darah tinggi baik oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan
(Black & Hawks, 2014).
Menurut Tjokroprawiro (2007) DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin.
Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik.
Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau
kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut.
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi
sel beta pankreas (defek sekresi insulin).
Kadar gula darah (mg/dl) Bukan DM Belum pasti DM
DM
Sewaktu Plasma vena < 100 mg/dl 100-199 mg/dl >200 mg/dl
Darah kapiler < 90 mg/dl 90-199 mg/dl >200 mg/dl
Puasa Plasma vena < 100 mg/dl 100-125 mg/dl >126 mg/dl
Darah kapiler < 90 mg/dl 1. 90-99 mg/dl >100 mg/dl
(Sumber: PERKENI, 2015)

9
B. Etiologi
Penyebab diabetes melitus menurut LeMone dkk (2016) yaitu :
a. Diabetes melitus tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)
DM tipe I merupakan penyakit autoimun akibat kerusakan sel beta yang
menyebabkan defisiensi insulin dengan beberapa penyebab diantaranya:
1. Faktor genetik / herediter
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderuangan genetik kearah terjadinya diabetes tipe
I. Anak dari penyandang DM memiliki resiko 1:20-1:50. Penanda genetika
yang menentukan respons imun telah ditemukan pada kebanyakan orang yang
didiagnosis DM.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I, pemicu tersebut
dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau koksakievirus B4) atau bahan
kimia beracun, misalnya yang dijumpai di daging asap dan awetan.
b. Diabetes melitus tipe II (NIDDM)
DM tipe II diakibatkan oleh resistensi insulin dimana terjadi penurunan kerja
insulin yang disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Obesitas
Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan
berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft
drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan
makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas
dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi
air susu ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula dengan jumlah asupan yang
melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak. Akibatnya, anak akan mengalami
kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun
2. Riwayat keluarga
Anak dari penyandang DM tipe II memiliki peningkatan resiko dua hingga
empat kali menyandang DM tipe II dan 30% resiko mengalami intoleransi
glukosa.
3. Tidak ada aktivitas fisik
4. Sindrom metabolik

10
c. Diabetes melitus tipe lain:
Beberapa penyebab Diabetes Melitus tipe I diantaranya:
1. Kelainan genetika pada sel beta
2. Kelainan genetika pada kinerja insulin
3. Penyakit pankreas eksokrin
4. Gangguan endokrin
5. Obat-obatan:
Asam nikotat, glukokotikoid, hormon tiroid, tiazid, dan fenitoin
d. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan tipe DM yang terjadi pada ibu saat waktu
kehamilan, Menurut Nurrahmani dan Kurniadi (2015) penyebab diabetes
gestasional yaitu :
1. Beberapa kali keguguran
2. Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas
3. Riwayat pernah melahirkan bayi 4000 gram
4. Umur ibu hamil >30 tahun
5. Riwayat DM keluarga
6. Mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
7. Obesitas
8. Berat badan ibu waktu lahir >5 kg
9. Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

11
C. Manifestasi klinis
Gejala yang sering dirasakan pada penderita diabetes melitus menurut Nurrahmani
& Kurniadi (2015) dan Huether & Kathryn (2019) yaitu :
a. Poliuri / sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak
Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang normal (>180 mg/dl), maka
gula darah akan keluar bersama urine. Untuk menjaga urine yang keluar (yang
mengandung gula) tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin
kedalam urine sehingga urine keluar dalam volume yang banyak dan kencingpun
sering terjadi.
b. Polidipsi / sering merasa haus
Hal ini dikarenakan dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan
kekurangan air atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan
menimbulkan rasa haus sehingga orang kebanyakan ingin selalu minum terutama
yang dingin, manis, dan menyegarkan.
c. Polifagi / nafsu makan meningkat
Penderita diabetes karena insulinnya bermasalah, pemasukan gula kedalam
tubuh menjadi kurang sehingga energi menjadi kurang. Sel juga kekurangan gula
sehingga otak berpikir bahwa kurang energi karena kurang makan, maka tubuh
pun kemudian berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan
rasa lapar.
d. Berat badan turun
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekuarangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada
didalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Apabila hal tersebut berlangsung
cukup lama, maka orang akan tampak kurus dan berat badannya akan turun
karena massa lemak dan protein yang tersimpan di jaringan otot dan lemak
menyusut.
e. Kelemahan
Perubahan metabolik menyebabkan produk makanan sulit digunakan
sehingga timbul lemah badan dan rasa lelah.
f. Infeksi berulang

12
Pertumbuhan mikroorganisme dirangsang oleh : peningkatan kadar glukosa
darah dan diabetes merupakan salah satu penyebab pasien dalam kondisi
imunosupresif.
g. Luka sulit sembuh
Gangguan aliran darah menggangu proses penyembuhan luka.
h. Puritus didaerah genetalia
Hiperglikemia dan glukosuria menyebabkan tumbuhnya jamur, infeksi
kandida, sehingga timbul gatal yang banyak dikeluhkan oleh pasien perempuan.
i. Gangguan penglihatan
Penglihatan kabur terjadi karena fluktuasi keseimbangan air mata akibat
peningkatan kadar glukosa darah, hal ini dapat menyebabkan retinopati
diabetikum.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dari edukasi dan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis (PERKENI,
2015).
a. Edukasi
Edukasi penyandang diabetes dengan tujuan promosi hidup sehat dimaksudkan untuk
memberi informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus
memperbaiki pola makan dan pola latihan fisik. Informasi yang cukup akan
memperbaiki keterampilan dan sikap penyandang diabetes.
b. Terapi Nutrisi
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu.
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-
5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani,
apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.
d. Farmakoterapi
1) Obat-obatan hipoglikemik oral (Riyadi & Sukarmin, 2013)

13
a) Golongan sulfoniluria
b)Golongan biguanid
c) Alfa glukosidase inhibitor
2) Insulin
Untuk praktisnya hanya 3 jenis yang penting menurut cara kerjanya, yakni diantaranya
adalah:
a) RI dengan masa kerja 2-4 jam contoh : Actrapid.
b) NPH dengan masa kerja 6-12 jam.
c) PZI dengan masa kerja 19-24 jam.

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dL) biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah
kondisi stress
2. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal (>140mg/dL)
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. Tes ini mengukur persentasi
glukosa yang meletak pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin
selama hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%.
4. Urinalisasi positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap defisiensi
intraselular, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (gluconeogenesis) untuk
energy. Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan
keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan
bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menadakan
ketoasidosis.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.

E. Komplikasi
1) Hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah yang terlalu rendah. Komplikasi ini
dipicu oleh suntik insulin yang terlalu banyak. Selain itu, hipoglikemia juga dapat
disebabkan oleh kurangnya asupan karbohidrat atau olahraga yang terlalu berlebihan.
2) Hiperglikemia.

14
Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula yang terlalu tinggi. Kondisi ini dapat terjadi
akibat porsi makan yang terlalu banyak atau kurangnya dosis insulin. Hiperglikemia
yang dibiarkan tidak tertangani bisa memicu komplikasi serius ketoasidosis diabetik,
suatu kondisi di mana tubuh bukan mengolah karbohidrat, melainkan lemak sebagai
sumber energi utama.
3) Penyakit jantung dan pembuluh darah.
 Diabetes yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke.
4) Kerusakan saraf (neuropati).
 Diabetes dapat merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi
pada saraf, terutama pada saraf di kaki. Kondisi tersebut akan memicu rasa nyeri,
sensasi terbakar, atau mati rasa di ujung jari kaki. Kerusakan saraf juga dapat terjadi
di saluran pencernaan, dan menyebabkan penderita mengalami mual, muntah, diare
atau malah sembelit. Penderita yang mengalami kerusakan saraf disarankan untuk
memeriksa kondisi kakinya tiap hari. Segera ke dokter bila ada luka yang melepuh
atau tidak kunjung sembuh. Luka yang tidak tertangani akan memicu infeksi serius,
sehingga perlu dilakukan tindakan amputasi.
5) Kerusakan ginjal (nefropati).
 Kadar gula tinggi dapat merusak sistem penyaringan pada ginjal. Bila kerusakan
cukup parah, penderita dapat mengalami gagal ginjal, atau bahkan perlu
menjalani cuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.
6) Kerusakan mata.
 Diabetes dapat meningkatkan risiko katarak dan glaukoma. Di samping itu, penyakit
ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina (retinopati
diabetik) yang bisa memicu kebutaan.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWTAN
A. Pengkajian keperawatan komunitas
1. Populasi
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Agama
d. Pendidikan
e. Status ekonomi
2. Lingkungan
 Lokasi dan batas desa
 Cuaca atau musim
 Kondisi tanah, air udara (kualitas dan kuantitas)
 Perumahan
 Binatang dan tumbuh-tumbuhan
 Sampah dan pengelolaannya
3. Pendidikan
 Tingkat pendidikan penduduk
 Sarana sekolah (jika ada)
4. Ekonomi
 Tingkat ekonomi penduduk
 Jenis pekerjaan
 Tingkat pengangguran

16
B. Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan adanya
keseimbangan volume cairan dan tidak terjadi syok hipovlemik.
b. Kriteria hasil: TTV stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik,
kadar elektrolit urin dalam batas normal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
insulin
a. Tujuan: setelah diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi.
b. Kriteria hasil : peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan
porsi makanan yang dihidangkan.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan
dengan gangguan mikrovaskular.
a. Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak terjadi
perubahan persepsi sensori penglihatan.
b. Kriteria hasil: nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas normal

C. Intervensi keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
a. Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.
R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah
b. Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran
mukosa
RJ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di
kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel
c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan
R1 memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air).
d. Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah
yang manis
R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masa
otot.
a. Timbang berat badan

17
R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah
kalori yang harus dikonsumsi
b. Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi
R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi.
c. Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten
R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula
dapat membantu memindahkan ke dalam sel
d. Kolaborasi dengan ahli diet.
Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori karena kalau
tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia
3. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan mikrovaskular
a. Pantau TTV dan status mental
R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental
b. Kaji status persepsi penglihatan
R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.

D. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan
2. Tercapai sebagian, pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan
3. Belum tercapai, pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

18
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula
dalam tubuh karena kerusakan sel β pancreas sehingga mengakibatkan berkurangnya
prosuksi insulin sepenuhnya. Diabetes mellitus tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor
genetic, lingkungan dan imunologi. Kekurangan insulin pada diabetes mellitus tipe 1
dapat menimbulkan kondisi hiperglikemi dan dapat menunjukkan gejala poliuria,
polidipsia, polifagia, serta penurunan berat badan. Diabetes mellitus tipe 1 dapat
berkomplikasi menjadi diabetes ketoasidosis jika terjadi peningkatan produksi keton.

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan tes toleransi glukosa, tes gula
darah puasa, hemoglobin glikosilat, serta pemeriksaan urine. Penatalaksanaan pada
diabetes mellitus tipe 1 yaitu dengan diet, latihan fisik dan pemberian insulin eksogen.
Masalah keperawatan yang sering muncul adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, retensi urine, resiko kekurangan volume cairan, dan ansietas.

B. Saran
Peningkatan pengetahuan tentang konsep penyakit serta penatalaksanaan penting
guna membantu proses penyembuhan penyakit. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce. M. & Hawks, Jane. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Buku 2.
(Alih bahasa oleh: Mulyanto Joko, dkk). Elsevier: Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Kota Pontianak (2018). Diabetes Melitus 2018.

LeMone, Priscilla. et al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Integumen, Endrokrin, Gastroentestinal, Vol 2 Edisi 5. (Alih bahasa oleh : Angelina,
dkk). Jakarta: EGC.

Nurrahmani, Ulfa. & Kurniadi, Helmanu. (2015). Stop Diabetes, Hipertensi, Kolesterol
Tinggi, Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.

PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia.(https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-
Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indon esia-PERKENI-
2015.pdf. diperoleh tanggal 21 Maret 2019).

Rendy, M. Clevo. & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogjakarta: Nuha Medika

Riyandi, S. & Sukarmin. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

WHO (2018). World Health Organization. (https://www.who.int/diabetes/en/. diproleh


tanggal 9 Maret 2019).

20
21

Anda mungkin juga menyukai