Anda di halaman 1dari 44

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN SENAM KAKI DIABETIK PADA ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA
DIABTES MELITUS DI MAPANE

PROPOSAL STUDI KASUS

OLEH :

SUCI RAMADHANI AHMAD


Nim:PO0220218030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
POSO TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal penelitian ini telah di setujui untuk diuji Tim Penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.
Nama : SUCI RAMADHANI AHMAD
Nim : P00220218030

Poso, 2021
Pembimbing I

Tasnim, S.Kep.Ns.,MM
NIP : 196301041984032001

Poso, 2021
Pembimbing II

Dafrosia Darmi Manggasa, S. Kep. Ns., M. Biomed


Nip. 198106082005012003

Mengetahui
Ketua Program Studi

Agusrianto, S.Kep.Ns,MM
NIP : 197307271997031002
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Proposal studi kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.
Senin pada tanggal ........................2021

Nama : SUCI RAMADHANI AHMAD

NIM : PO0220218030

Tim Penguji

Dafrosia Darmi, S.Kep.,Ns.M Biomed Penguji 1

NIP. 198106082005012003

Ni Made Ridla Nila Santi, S.Kep.N.M Biomed Penguji 2

NIP. 198301302006042002

Tasnim, S.Kep. Ns. M.kes Penguji 3

NIP. 1963010419840320

Mengetahui

Ketua Program Studi

Agusrianto. S.kep ,Ns, MM

NIP : 197307271997031001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Berkat Rahmat dan Karunianya-Nya lah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal studi kasus ini dengan judul “Penerapan Senam Kaki
Diabetik Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota Keluarga
Yang Menderita Diabetes Melitus Di Mapane”dengan baik dan tepat waktu.
Proposal studi kasus ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada Kedua Orang
Tua Saya Abd. Rahman Alaydrus dan Sriyati Ahmad yang telah membesarkan
dan mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang, serta kedua orang tua saya
yang selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu sabar dan ikhlas
selama penyusunan proposal ini dan berbagai pihak yang telah membantu penulis,
kepada :
1. Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Palu
2. Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
3. Agusrianto, S.Kep.,Ns.,MM Ketua Program Studi Keperawatan Politekknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan Poso
4. Tasnim,S.Kep.Ns.,MM Pembimbing 1 yang selalu sabar dan tidak pernah
lelah memberikan masukan dan bimbingannya selama proses penulisan
proposal studi kasus ini.
5. Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep.Ns.,M.Biomed Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi
kasus ini.
6. Kepada kedua orang tua saya dan sahabat saya yaitu Ani Suryani, Ririn
Febriyanti dan teman-teman seangkatan 2018 yang selalu menyemangati dan
memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Studi
kasus ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis, maka Karya Tulis Ilmia ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil
penelitian.

Poso, 2021

Penulis

Suci Ramadhani Ahmad


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI......................................................................3
KATA PENGANTAR..................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................8
A. Latar belakang........................................................................................................8
B. Rumusan masalah.................................................................................................10
C. Tujuan penelitian..................................................................................................10
D. Manfaat penelitian................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................12
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus...........................................................................12
1. Pengertian............................................................................................................12
2. Tanda dan Gejala.................................................................................................12
3. Komplikasi...........................................................................................................13
4. Pencegahan Komplikasi Ulkus..............................................................................17
B. Senam kaki diabetik.............................................................................................18
C. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus............................24
1. Pengkajian...........................................................................................................24
2. Diagnosa..............................................................................................................33
3. Implementasi........................................................................................................36
4. Evaluasi................................................................................................................36
6. Dokumentasi............................................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................38
A. Jenis penelitian.....................................................................................................38
B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................................38
C. Subjek studi keperawatan.....................................................................................38
D. Fokus studi...........................................................................................................38
E. Definisi operasional..............................................................................................38
F. Pengumpulan data................................................................................................39
G. Etika keperawatan................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi jangka
panjang yang dapat terjadi akibat penyakit diabetes mellitus meliputi
retinopati diabetik dengan gangguan penglihatan, nefropati diabetik
menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer menyebabkan resiko
terjadinya ulkus kaki dan sering berakhir dengan amputasi dan neuropati
otonom menyebabkan gangguan gastrointestinal, genitourinaria dan gejala
jantung serta disfungsi seksual (ADA, 2012).
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017
menyebutkan ada 4 juta kematian dengan prevalensi umur 20 - 79 tahun
karena Diabetes, dan 3,2 juta diantaranya berasal dari Negara berkembang
yang latar belakang tingkat ekonominya masih dalam tahap pertumbuhan.
Sekitar 60% dari laki-laki & 40% dari perempuan dengan Diabetes
meninggal sebelum berusia 70 tahun di Wilayah Regional Asia Tenggara.
World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah
penderita diabetik di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Kemenkes RI 2018). Indonesia
merupakan negara dengan peringkat ketujuh penderita DM di dunia,
dengan penderita sebanyak 8,5 juta jiwa pada tahun 2013. Angka tersebut
diprediksikan akan meningkat menjadi 14,1 juta jiwa di tahun 2035 (Hirst,
2013). Angka penderita diabetes di Indonesia berada di peringkat keenam
di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko
dengan jumlah penderita Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka
prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2016
menjadi 8,5% di tahun 2018, sehingga jumlah penderita di Indonesia
mencapai lebih dari 16 juta orang (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah (2019)
Jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus di Sulawesi Tengah
berjumlah sebanyak 210.726 jiwa. Kabupaten parigi moutong menepati
tempat pertama dengan kasus diabetes melitus tertinggi sebesar 33.873
jiwa dengan jumlah yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 6.747
jiwa ( 19,9 % ). Kabupaten Poso masuk di urutan kelima dengan jumlah
penderita sebanyak 17,691 jiwa yang menderita penyakit diabetes melitus.
Komplikasi ulkus merupakan penyebab tersering dilakukannya
amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-
40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan non DM.
Komplikasi akibat kaki diabetik menyebabkan lama rawat penderita DM
menjadi lebih panjang. Lebih dari 25% penderita DM yang dirawat adalah
akibat kaki diabetik. Sebagian besar amputasi pada kaki diabetik bermula
dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang
adekuat akan dapat mengurangi kejadian tindakan amputasi. Sehingga
pencegahan komplikasi DM seharusnya dilakukan senam kaki diabetes 3-4
kali dalam satu minggu. Salah satu tujuan dilaksanakannya senam kaki
adalah memperlancar peredaran darah untuk mencegah kaki diabetes,
Senam kaki diabetik yang direkomendasikan bagi orang dewasa
adalah 30 menit minimal 3-4 kali dalam seminggu sedangkan bagi anak-
anak dan remaja adalah 60 menit (Darwin, 2013).
Menurut penelitian Sunaryo dan Sudiro (2014) menyebutkan
bahwa terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan resiko
ulkus kaki diabetik. Selanjutnya dari hasil uji regresi logistik sederhana
diperoleh nilai OR (Odds Rasio) 1,238 artinya pasien yang yang mengikuti
senam diabetik memiliki peluang menurunkan resiko ulkus diabetik
sebanyak 1 kali dibandingkan penderita DM yang tidak mengikuti senam.
Hasil penelitian Suryanto (2010) yang menyebutkan bahwa
terdapat pengaruh senam diabetik terhadap penurunan resiko ulkus kaki
diabetik dengan nilai OR (Odds Rasio) 1,238 artinya pasien yang yang
mengikuti senam diabetik memiliki peluang menurunkan resiko ulkus
diabetik sebanyak 1 kali dibandingkan penderita DM yang tidak mengikuti
senam.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pnelitian melakukan
penelitian mengenai penerapan senam kaki pada asuhan keperawatan
dengan anggota keluarga yang menderita diabetes melitus di Kayamanya.

B. Rumusan masalah
Bagaimana “Penerapan senam kaki diabetik pada asuhan
keperawatan keluarga dengan anggota keluarga yang menderita diabetes
melitus”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan senam kaki diabetik berpengaruh
Terhadap Perawatan kaki di Mapane
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan
kasus diabetes mellitus di Mapane Merumuskan diagnosa
keperawatan pada kasus diabetes mellitus di Kayamanya
b. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai pada kasus
diabetes mellitus di Mapane
c. Melakukan pelaksanaan senam kaki diabetik pada kasus diabetes
mellitus di Mapane
d. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan yang pada
kasus diabetes mellitus di Mapane
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan
dan membuat pendokumentasian pada pasien diabetes mellitus tipe
2 di Mapane
D. Manfaat penelitian
1. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga
dapat dijadikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan
dirumah sakit.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
adik-adik mahasiswa dan menambah keluasan ilmu dalam bidang
keperawatan.
3. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasi senam kaki pada
kasus diabetes mellitus.
4. Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien
DM tentang manajemen kesehatan diri terutama dalam hal
pencegahan kaki diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Pengertian
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat pulau Langerhans pancreas yang berisi
sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara
berlawanan, glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin
bekerja menurunkan kadar glukosa darah
Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat
menghasilkan atau cukup hormon insulin atau menggunakan insulin
secara efektif (International Diabetes Federation, 2017).
Diabetes melitus dikenal dengan penyakit kencing manis dan
tergolong penyakit tidak menular yang didapati tanda dengan terjadinya
kenaikan pada kadar gula dalam darah (Qurniawati et al., 2020)
2. Tanda dan Gejala
Gejala diabetes pada setiap penderita tidak selalu sama. Ada
macam- macam gejala diabetes, ada yang termasuk “gejala klasik”
yaitu gejala khas diabetes, dan yang tidak termasuk kelompok itu.
Gejala Klasik yang ditunjukkan meliputi: banyak makan (polifagia),
banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), berat badan
turun dan menjadi kurus . Beberapa keluhan dan gejala klasik pada
penderita DM tipe (Kariadi, 2009) . yaitu :
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah Penurunan
Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita
kehilangan cadangan lemak dan protein digunakan sebagai sumber
energi untuk menghasilkan tenaga akibat dan kekurangan glukosa
yang masuk ke dalam sel
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah
melebihi nilai ambang ginjal (> 180 mg/dl) gula akan keluar
bersama urine, untuk menjaga agar urine yang keluar yang
mengandung gula itu tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin kedalam urine sehinga volume urine yang
keluar banyak dan kencingpun menjadi sering terutama pada
malam hari
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan
berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang
pengeluaran Anti Diuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa
haus.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh
berkurang sehingga energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya
orang merasa kurang tenaga dengan demikian otak juga berfikir
bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan
rasa lapar. Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.
3. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronis (Papatheodorous, et al. 2017).
a. Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu
pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan
hiperglikemik hiperosmolar nonketotik.
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar
gula darah secara drastic akibat tingginya kadar insulin dalam
tubuh, terlalu banyak mengomsumsi obat penurun gula darah
atau terlambat makan.
Gejala meliputi penglhatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit
kepala, tubuh gemetar keringat dingin dan pusing. Kadar gula
darah yang terlslu rendah, bahkan bias menyebabkan pingsan,
kejang dan koma.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif (Ernawati, 2013).
3) Hiperglikemik
Hiperosmolar nonketotik Hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga
beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami
absolut defisiensi insulin namun relatif defisiensi insulin.
b. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis
Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap
saat diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula
darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan
meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada
seluruh organ tubuh.
Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes
melitus adalah:
1) Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini
disebut retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan
kebutaan. Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes
juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti
katarak dan glaukoma.Deteksi dini dan pengobatan retinopati
secepatnya dapat mencegah atau menunda kebutaan. Oleh
karena itu, penderita diabetes dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan mata secara teratur.
2) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan
pada ginjal disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa
menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa berujung kematian jika
tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal, penderita
harus melakukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal.
Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan
darah, pemberian obat-obatan pada tahap awal kerusakan
ginjal, serta membatasi asupan protein adalah cara yang bisa
dilakukan untuk menghambat perkembangan diabetes yang
mengarah kepada gagal ginjal.
3) Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh
darah dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa
disebut neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami
kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula darah
maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf.Rusaknya
saraf akan menyebabkan gangguan sensorik dengan gejala
berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Kerusakan saraf juga
dapat memengaruhi saluran pencernaan dan
menyebabkan gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah,
dan merasa cepat kenyang saat makan.
4) Masalah kaki dan kulit
Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika
mengalami komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah dan saraf, serta terbatasnya aliran
darah ke kaki.
Gula darah yang tinggi juga memudahkan bakteri dan jamur
berkembang biak. Terlebih jika adanya penurunan kemampuan
tubuh untuk menyembuhkan diri sebagai akibat dari diabetes.
Dengan demikian, masalah pada kulit dan kaki pun tak dapat
terelakkan. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita
diabetes berisiko mudah luka dan terinfeksi sehingga
menimbulkan gangren dan ulkus diabetikum. Penanganan luka
pada kaki penderita diabetes adalah dengan pemberian
antibiotik, perawatan luka dengan benar, atau
bahkan amputasi bila kerusakan jaringan sudah parah.
5) Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi
diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah,
meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan
penyempitan arteri (aterosklerosis). Mengontrol kadar gula
darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah dan menunda
komplikasi pada penyakit kardiovaskular. Selain kelima
komplikasi di atas, komplikasi diabetes melitus lainnya bisa
berupa gangguan pendengaran, melemahnya imunitas tubuh,
penyakit Alzheimer, depresi, serta masalah pada gigi dan
mulut.
4. Pencegahan Komplikasi DM
Upaya pencegahan terjadinya komplikasi kaki diabetik
diperlukan adanya keterlibatan berbagai pihak terutama dari pasien dan
keluarga. Hal-hal yang dapat mencegah dan mengendalikan kaki
diabetik yaitu (Indian Health Diabetes Best Practice, 2011, Adhiarta,
2011) :
a. Mengontrol gula darah.
b. Memperbaiki aliran darah ke kaki.
c. Hindari merokok.
d. Olahraga yang teratur termasuk senam kaki untuk menjaga berat
badan dan fungsi dari insulin dalam tubuh.
e. Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang meliputi
kebersihan kaki, perawatan kuku, pemilihan alas kaki, pencegahan
dan pengelolaan cedera awal pada kaki.
Menurut waspandji (2009) penatalaksaan ada tiga pencegahan kaki
diabetes mellitus yaitu:
1. Pencegahan primer
Pencegahan terjadinya kaki diabetik atau ulkus pada kaki.
Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan atau sosialisasi mengenai terjadinya komplikasi
diabetes mellitus yaitu kaki diabetik. Penyuluhan atau sosialisasi
dapat dilakukan saat bertemu dengan klien. Penyuluhan dilakukan
oleh pihak yang berkaitan dengan Diabetes Melitus (DM) yaitu
perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki dan dokter. Periksalah kaki
klien selanjutnya berikan penyuluhan bagaimana pencegahan dan
perawatan kaki sepatu atau alas kaki, dan latihan senam kaki
untuk vaskularisasi kaki. Pencegahan Sekunder (pencegahan dan
pengelolahan ulkus saat sudah terjadi).
2. Pencegahan sekunder termasuk upaya-upaya yang meliputi :
mechanical control (pressure control), wound control,
microbilogical control (infection control), metabolic control, and
education control. Pencegahan ini dilakukan khusunya pada klien
diabetes mellitus yang sudan mengalami komplikasi pada kaki
atau sensitivitasnya, iskemia dana tau deformitas serta adanya
riwayat tukak, deformitas charcot.
3. Pencegahan tersier
pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut. Pencegahan
tersier dilakukan dalam pencegahan lebih lanjut terjadinya
kececatan, penyulit sudah terjadi seperti amputasi tungkai bawah.
Pengelolahan konservatif dengan medikametosa, debridement dan
mengatasi infeksi.
B. Senam kaki diabetik
1. Pengertian
Senam berasal dari kata yunani yaitu gymnastic, gymnoa berarti
telanjang dimana pada zaman tersebut orang melakukan senam harus
bertelanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau. Senam merupakan bentuk latihan-
latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan; kekuatan otot,
kelenturan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya
tahan, kesegaran jasmani, dan stamina (Suroto, 2004). Latihan fisik
merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit diabetes
melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan diabetes.
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno dalam Eva
Faridah, 2012). Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi
darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
(Wibisono, 2009).
Dari beberapa kasus pasien Diabetes Melitus perlu melakukan
senam kaki, dengan senam kaki terjadi pergerakan tungkai yang
mengakibatkan menegangnya otot otot tungkai dan menekan vena
disekitar otot tersebut. Hal ini akan mendorong darah kearah jantung
dan tekanan vena akan menurun, mekanisme ini yang dikenal dengan
“pompa vena”, (Guyton & Hall, 2007). Mekanisme ini akan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki, memperbaiki sirkulasi darah,
memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,
meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, dan mengatasi keterbatasan
gerak sendi.
2. Tujuan Senam Kaki diabetik
a. Membantu melancarkan peredaran darah.
b. Memperkuat otot-otot kecil.
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha.
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi.
f. Mencegah terjadinya luka.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh pasien
Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan
sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan
pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang
mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada.
Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan- keadaan seperti ini
perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu
kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan
senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah
Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood,
motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam
pemberian tindakan senam kaki tersebut (Perkeni, 2006).
4. Prosedur senam kaki:
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan
yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam
Pengertian kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah
dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain
itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot
paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan
sendi.
Tujuan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus
adalah:
1. Memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien
diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan
tersebut.
2. Membantu sirkulasi darah dan memperkuat
Tujuan otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki.
3. Mengatasi keterbatasan jumlah insulin pada
penderita Diabetes Mellitus 4. Senam kaki
diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki.
Meningkatkan rasa nyaman, mengurangi nyeri,
mengurangi kerusakan saraf dan mengontrol
gula darah.
Alat yang harus dipersiapkan adalah:
1. Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi
Persiapan Alat duduk)
2. Prosedur pelaksanaan senam kaki
3. Koran bekas
4. Lembar Observasi Senam Kaki
Sedangkan persiapan untuk responden adalah
1. Kontrak topik, waktu dan tempat
Persiapan 2. Jelaskan tujuan dilaksanakan senam kaki.
Responden 3. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung,
seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien
4. Jaga privasi pasien.
1. Mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dilaksanakan senam
kaki
Fase Interaksi 3. Menjelaskan prosedur dan proses pelaksanaan
senam kaki.

1. Perawat/ Instruktur mencuci tangan.


2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka
posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga
dilakukan dalam posisi berbaring dengan
meluruskan kaki.

Fase Kerja

Gambar a: tumit dilantai sedangkan telapak kaki


diangkat

3. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari


kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali.Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali

Gambar b:Ujung kaki diangkat keatas

4. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki


dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki
lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dengan tumit kaki diangkatkan ke atas.
Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara
bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.Pada
posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.
Gambar c: Jari-jari kaki dilantai

5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung


kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar d: Ujung kaki diangkat keatas

6. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit


diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak
10 kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan
memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.

Gambar e: Ujung kaki diangkat keatas

7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar


kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada
udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian. Gerakan ini sama
dengan posisi tidur.
Gambar f: Luruskan kaki

8. Letakkan sehelai Koran dilantai. Bentuk kertas


itu menjadi seperti bola dengan kedua belah
kaki. Kemudian, bukalah bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua
belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali
saja.
a. Lalu robek loran menjadi dua bagian,
pisahkan kedua bagian koran.
b. Sebagian koran dirobek-robek menjadi
kecil-kecil dengan kedua kaki.
c. Pindahkan kumpulan robekan-robekan
tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan
sobekkan kertas pada bagian kertas yang
utuh.
d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki
menjadi bola.

Gambar g: Gunakan Koran


1. Mengucapkan salam
2. Menanyakan respon responden setelah
Fase Terminasi melakukan senam kaki diabetes.
3. Membuat kontrak rencana tindak lanjut.

Tahapan evaluasi:
1. Responden dapat menjelaskan tentang
pengertian senam kaki Diabetes Mellitus.
Evaluasi 2. Responden dapat menyebutkan 2 dari 4 tujuan
senam kaki diabetes.
3. responden dapat menyebutkan gerakan-
gerakan senam kaki dan dapat memperagakan
gerakan senam kaki secara mandiri.

Tahapan Dokumentasi:
1.Perhatikan respon responden setelah melakukan
senam kaki dan catat responnya.
Dokumentasi 2. Lihat tindakan yang dilakukan oleh responden
Tindakan apakah sesuai atau tidak dengan prosedur
senam kaki.
3.Perhatikan tingkat kemampuan responden
dalam melakukan senam kaki.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus


1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai
sumber seperti wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya,
pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.

a. Data umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala
keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada
kemampuan dalam mengatur pola makan dan kemampuan
pasien dalam pengelolaan serta perawatan diabetes
mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh
terhadap terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua (
>40 tahun ) adalah resiko tinggi diabetes mellitus
(Harmoko, 2012).
2) Genogram dengan adanya genogram dapat diketahui
adanya faktor genetik atau faktor keturunan untuk
timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
3) Tipe Keluarga Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga
beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi pada
keluarga tersebut. Biasanya dapar terjadi pada bentuk
keluarga apapun.
4) Suku Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa dan kebiasaan adat
penderita tersebut terkait dengan penyakit diabetes
melitus.
5) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
diabetes melitus.
6) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi
keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-
barang yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian status
sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Diabetes Melitus sering terjadi pada keluarga yang
mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena
faktor lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti
makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan
strees berperan penting sebagai pemicu diabetes
(Friedmann, 2010).
7) Aktifitas Rekreasi Keluarga Rekreasi keluarga dapat
dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton
televisi serta mendengarkan radio.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap
perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini. Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada
lakilaki atau perempuan yang berusia > 40 tahun. Tahap
perkembangan keluarga yang beresiko mengalami
masalah Diabetes Melitus adalah tahap perkembangan
keluarga dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada
tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu
kemunduran fungsi system organ tubuh, termasuk
penurunan fungsi dari sel beta pankreas.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi. Biasanya keluarga dengan diabetes
mellitus kurang peduli terhadap pengontrolan kadar gula
darah jika belum menimbulkan komplikasi lain.
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat
keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias
digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan. Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga karena
diabetes mellitus juga merupakan salah satu dari penyakit
keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang
perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai
riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri
untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes nelitus yang
terjadi pada pasien merupakan faktor keturunan.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi
dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah
(Friedman, 2010). Penataan lingkungan yang kurang pas
dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita
diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka
biasanya sulit sembuh.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan
mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan penderita diabetes melitus.
3) Mobilitas geografis keluraga Mobilitas geografis keluarga
ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah
tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
Misalnya perkumpulan keluarga inti saat malam hari,
karena saat malam hari orang tua sudah pulang bekerja
dan anak-anak sudah pulang sekolah atau perkumpulan
keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya.
Interaksi dengan masyarakat bisa dilakukan dengan
dilakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal
seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
5) Sistem Pendukung Keluarga Jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan
fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat
terhadap pasien dengan diabetes melitus. Pengelolaan
pasien yang menderita Diabetes Melitus dikeluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga,
petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat.
Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi
dan monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d. Struktur Keluarga Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar
keluarga, struktur kekuatan keluarga yang berisi kemampuan
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah prilaku, struktur peran yang menjelaskan peran formal
dan informal dari masing-masing anggota keluarga serta nilai dan
norma budaya yang menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan penyakit diabetes
mellitus.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan
seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,
hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati,
perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Semakin tinggi
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,
semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi
ini merupakan basis sentral bagi pembentukan kelangsungan
unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga
terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda - tanda
gangguan kesehatan selanjutnya. Bagaimana keluarga,
merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam
keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memparhatikan
keluarga yang menderita DM akan menimbulkan komplikasi
lebih lanjut.
2) Fungsi Sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, penghargaan, hukuman dan perilaku serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). Keluarga yang
memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang
menderita DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan
mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM
akan kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan
pengobatan yang berlaku seumur hidup. Pada kasus penderita
diabetes mellitus yang sudah komplikasi, dapat mengalami
gangguan fungsi sosial baik didalam keluarga maupun didalam
komunitas sekitar keluarga.
3) Fungsi Perawatan Keluarga Menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat
anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok keluarga,
yaitu :
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui pengertian,
faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah. Pada kasus
diabetes mellitus ini dikaji bagaimana pemahaman
keluarga mengenai pengertian diabetes mellitus, penyebab
diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus serta
bagaimana pananganan dan perawatan terhadap keluarga
yang menderita diabetes mellitus.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang sesuai dan tepat untuk keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan dalam
keluarga. Yang perlu dikaji adalah bagaimana mengambil
keputusan apabila anggota keluarga menderita diabetes
mellitus dan kemampuan keluarga mengambil keputusan
yang tepat akan mendukung kesembuhan anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus,
bagaimana keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit diabetes mellitus.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Bagaiman keluarga
mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan akan dapat mencegahan timbulnya komplikasi
dari diabetes mellitus. Pemeliharaan lingkungan yang baik
akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan biasanya disebabkan karena
terbatasnya sumber – sumber keluarga diantaranya
keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi
syarat.
e) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan
mendukung terhadap kesehatan seseorang. Keluarga
mengetahui ke fasilitas kesehatan mana anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus dibawa untuk melakukan
pengontrolan rutin kadar gula darah untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Kemampuan keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggotakeluarga yang sakit memperoleh
pertolongan dan mendapat perawatan agar masalah teratasi.
4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi
reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak, apa rencana
keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga. Biasanya pada penderita diabetes yang laki-
laki akan mengalami beberapa masalah seksual seperti
disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan gairah seksual,
sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami radang
vagina yang disebabkan infeksi jamur.
5) Fungsi ekonomi Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan serta sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga
dengan tingkat ekonomi yang mencukupi akan memperhatikan
kebutuhan perawatan penderita diabetes, misalnya dengan
menggunakan susu diabetasol.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek Stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam
bulan.
2) Stressor jangka panjang Stressor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Stressor
dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan Dikaji strategi koping yang
digunakan keluarga bila menhadapi permasalahan / stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional Menjelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan / stress.
g. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua
anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk
pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita,
kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
- tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan
berat badan yang diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut,
apakah ada pembesaran pada leher, kondisi mata, hidung,
mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang
kabur / ganda serta diplopia dan lensa mata yang keruh,
telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah.
3) Sistem Integumen Biasanya pada penderita diabetes
mellitus akan ditemui turgor kulit menurun, kulit menjadi
kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar
luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika
sudah kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan
menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan Dikaji adakah sesak nafas, batuk,
sputum, nyeri dada. Biasanya pada penderita diabetes
mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler Pada penderita diabetes mellitus
biasanya akan ditemui perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi,
hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal Pada penderita diabetes mellitus
akan terjadi polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan Pada penderita diabetes mellitus
biasanya ditemui terjadinya poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal Pada penderita diabetes mellitus
biasanya ditemui terjadinya penyebaran lemak, penyebaran
masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis Pada penderita diabetes mellitus
biasanya ditemui terjadinya penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan
atau kaki.
2. Diagnosa asuhan keperawatan keluarga
Diagnosa ke perawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang di alaminnya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosa yang timbul pada penderita Diabetes Melitus antara lain
sebagai berikut :
3. Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan
No Dx Kriteria Skor Bobot Skoring
kep.Tan
1. a. Sifat masalah: 1
- Tidak/kurang sehat: 3
- Ancaman masalah: 2
- Krisis atau keadaan
sejahtera: 1
b. Kemungkinan 2
masalah dapat diubah:
- Dengan mudah: 2
- Hanya sebagian: 1
- Tidak dapat: 0
c.Potensi masalah 1
dicegah:
- Tinggi: 3
- Cukup: 2
- Rendah: 1
d. Menonjol masalah: 1
- Masalah berat, harus
segera ditangani: 2
- Ada masalah, tetapi
tidak perlu segera
ditangani: 1
- Masalah tidak
dirasakan: 0

No Diagnosa Tujuan Standar Rencana Intervensi


1. Resiko ketidakstabilan Setelah dilakuka Diabetes melitus merupakan 1. Beri penjekasan
kadar glukosa darah kunjungan sebanyak 6 dimana kondisi kadar gula tentang pengertian,
berhubungan dengan × kunjungan keluarga darah sewaktu diatas 180 penyebab tanda dan
ketidakmampuan mampu mengenal dan mg/dl dan gula darah puasa gejala DM
keluarga dalam memahami bagaimana diatas 125 mg/dl. 2. Beri penjelasan
merawat anggota perawatan diabetes tentang cara
kelurga dengan melitus pencegahan Dm
diabetes melitus komplikasi
3. Beri motivasi pada
keluarga untuk
senantiasa rutin
dalam memeriksa
gula darah
4. Berikan
reinforcement positif
atas jawaban
keluarga
5. Mengajarkan kepada
keluarga tentang cara
diet DM
2. Perfusi perifer Setelah dilakuka Pencegahan diabetes melitus 1. Kaji pengetahuan
tidakefektif kunjungan sebanyak 6 antara lain menerapkan pola keluarga tentang
berhubungan dengan × kunjungan keluarga hidup sehat, terapkan pola perfusi perifer
ketidakmampuan mampu mengenal dan makan yang baik dan sehat, 2. Mendiskusikan
keluarga dalam memahami bagaimana jaga kondisi mental spiritual, penyebab gangguan
mengenal masalah perawatan diabetes melakukan aktifitas fisik perfusi perifer
kesehatan anggota melitus secara rutin, jaga berat badan 3. Pemeriksaan sirkulasi
keluarga yang ideal, jauhi rokok dan perifer (mis. Nadi
menderita DM minuman alkohol serta perifer, edema, warna,
konsumsi berbagai herbal suhu)
yang dapat mencegah 4. Monitor panas
diabetes melitus. kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
esktremitas
5. Mengajarkan Senam
kaki diabetik.

3. Menagemen kesehata Setelah dilakuka Keluarga mampu 1. Beri penjelasan


n keluarga tidak kunjungan sebanyak 6 menjelaskan masalah mengenai kebutuhan
efektif berhubungan × kunjungan keluarga kesehatan yang dialami dan harapan
dengan kurangnya mampu mengenal dan keluarga tentang
pengetahuan keluarga memahami bagaimana kesehatan
dalam merawat perawatan diabetes 2. Beri pemahaman
anggota yang melitus tentang konsekuensi
menderita DM tidak melakukan
tindakan bersama
keluarga
3. Memotivasi
keluarga dalam
pengembangan sikap
dan emosi yang
mendukung upaya
kesehatan
4. Mengajarkan
keluarga cara
perawatan yang bisa
dilakukan keluarga
(mis. Senam kaki
diabeteik).
4. Implementasi
Implementasi adalah insiatif dari rencana, tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik yang bertujuan untuk membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapkan yang lebih mencakup
peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
menfasilitasi koping.
Pelaksanan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana
yang telah di tetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini di sesuaikan
dengan masalah yang terjadi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses keperawatan.
Pada tahap evaluasi perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah di berikan dan menetapkan apakan
sasaran dari rencana keperawatan telah di terima (suara & Dkk,2010)
Tahap evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana
tujuan dapat di capai, sehingga dalam mengevaluasi efektifitas tindakan
keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana
kriteria ini harus dapat di ukur dan di amati agar kemajuan
perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat di ketahui.
6.Dokumentasi
Perawat adalah sebagai salah satuh tenaga yang mempunyai
konstribusi besar bagi pelayanan kesehatan berperan penting dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatn. Dalam upaya peningkatan
mutu seorang perawat harus mampu melakukan asuhan keperawatan
sesuai standar yaitu mulai dari pengkajian sampai evaluasi berikut
dokumentasinya.
Dokumetasi adalah suatu yag di tulis atau yag di cetak kemudia di
andalkan sebagai catatan bukti bagi orang yang terwenang dan
merupakan bagian dari praktik profesional.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini deskriptif obseverasional dengan pendekatan
studi kasus untuk mengekspolorasi penerapan senam kaki diabetik pada
asuhan keperawatan keluarga dengan anggota keluarga yang menderita
diabetes melitus di Mapane
B. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Mapane dan waktu, bulan Mei
pelaksaan penelitian selama 6 hari dengan pertemuan pagi hari.
C. Subjek studi keperawatan
Subjek dalam penelitian ini satu orang pasien diabetes mellitus
yang mengalami neuropati.
D. Fokus studi
Focus studi yang digunakan adalah penerapan senam kaki diabetik
pada asuhan keperawatan dengan anggota keluarga yang menderita
diabetes melitus di Mapane.
E. Definisi operasional
Definisi operasional adalah unsur memuat definisi dan cara
mengukur setiap variabel dependen.
1. Asuhan keperawatan pasien dengan DM
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang di berikan secara langsung kepada klien,
meliputi pengkajian, diganosa, intervensi keperawatan, implementasi
dan evaluasi pada pasien dengan diabetes melitus.
2. Diabetes melitus
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat pulau Langerhans pancreas yang berisi
sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin.
F. Pengumpulan data
Metode yag di gunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1. Data primer
a. Wawancara
Data yang di dapatkan dari pasien melalui wawan cara yaitu hasil
anameses tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
skarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga.
Informasi/data dapat di peroleh dari pasien, keluarga, atau dari
sesama perawat.
b. Observasi
Observasi adalah datang yang di peroleh melalui pemeriksaan fisik
pada pasie yaitu palpasi, perkusi, alkustasi, pada sistem tubuh.
c. Studi dokumentasi dan angket
Memperoleh data tidak hanya melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik saja tetapi juga melalui hasil pemeriksaan
diagnosa
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedih yang di ambil dari
dianas kesehatan untuk di jadikan latar belakan dalam penelitian ini.
G. Etika keperawatan
Dalam menyelesaikan studi kasus peneliti harus menerapkan etika
penelitian dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Autonomy
Di dasarkan pada keyakinan bahwa indifidu dalam mampu berfikir
logis da membuat keputusannya sendiri. Sehingga perawat harus
menghormati kemandirian klien.

2. Beneficence
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan
keperawatan.
3. Justice
Di refleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja
sesui ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan
sesuai standar praktik dan hukum yang belaku.
4. Non-maleficence
Prinsip ini berarti perawat dalam memberikan pelayanannya tidak
menimbulkan bahaya /cedera fisik dan psikologis terhadap klien.
5. Veracity
Prinsip ini menuntut perawat agar setiap informasi yang di berikn
harus akurat, komprehensif, dan objektiif.
6. Fidelity
Perawat harus memiliki komitmen menepati janji profesi dan
menerapkan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
7. Confidentiality
Kerahasiaan berkaitan dengan informasi klien harus di jaga kecuali
dalam keperluan pengobatan, upaya penigkatan kesehatan, atau
permintaan pengadilan.
8. Accountability
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa seorang profesional
dapat di nilai dalam berbagi kondisi tanpa kecuali.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, R. M., & Tomey, M. A. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th
ed. USA: Mosby Elsevier. 6.
American Diabetes Association. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. http://www.care.diabetesjournal.org
Decroli E, Karimi J, Manaf A, Syahbuddin S. Profil ulkus diabetik pada penderita
rawat inap di bagian penyakit dalam RSUP Sr. M Djamil Padang. MKI
(Majalah Kedokteran Indonesia); 2010.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (2019). Profil Kesehatan Sulawesi Tengah. In
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.
Darwin , P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Yogyakarta: Sinar Ilmu.
Faridah, Eva. (2012). Perbedaan Pengaruh Senam dan Fleksibilitas terhadap
Penurunan Kadar Lemak dipinggang. GLADI JURNAL ILMU
KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1.
Federation, Diabetes, & International. (2013). IDF Diabetes Atlas, Sixth Edition.
Furkhani, w D., Wahyuni, S. A., & Chaidir, R. (2017). Hubungan Self Care
Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Endurance, 2, 132–
144.
Guyton & Hall. (2007). Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi II, Jakarta: EGC
Hidayat, R.A. & Nurhayati, I. (2014). Perawatan kaki pada penderita diabetes
melitus di rumah. Jurnal Permata Indah Volume 5, Nomor 2, November
2014, hal. 49-54.
Ii, B. A. B. (2013). Pengaruh Penggunaan TIME..., Siska Mery Fiatmi, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2019. 13–39.
Kusbaryanto, K., & Agustinigrum, R. (2019). Efektifitas Diabetes Self
Management Education Terhadap Self Care Penderita Diabetes Mellitus.
Jurnal Keperawatan, 6(2), 558–563.
Li, R., Yuan, L., Guo, X.-H., Lou, Q.-Q., Zhao, F., Shen, L., . . . Sung, Z.-L.
(2014). The current status of foot care knowledge, behaviours, and analysis
of factors in patients with type 2 diabetes mellitus . International Journal of
Nursing, 266-271.
Papatheodorou, et al. (2017). Complications of Diabetes 2017. Journal of Diabetes
Research, dai: 10.1155/2018/3086167.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006.
http://www.kedokteran.info/konsensus-pengelolaandan-pencegahan-
diabetes-melitus-tipe-2-diindonesia 2006.html.PDF. Diakses 9 Januari 2016.
Perkumpulan, Endokrinologi, & Indonesia. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.
Prihatiningsih, D., & Djawa, O. (2018). Analisis Faktor-Faktor Ekstrinsik Yang
Mempengaruhi Self Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Depok III Sleman Yogyakarta.
Ruben, G., Rottie,J., Karundeng. 2016. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes MelitusTipe 2 Di
wilayah Kerja Puskesmas Enemwira. Vol 4.Nomer 1. Mei 2016
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Srimiyati, S. (2018). Pengetahuan pencegahan kaki diabetik penderita diabetes
melitus berpengaruh terhadap perawatan kaki. Medisains, 16(2), 76.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2721
Sunaryo dan Sudiro . (2014). Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan
Resiko Ulkus Kaki Diabetik pada paasien DM Tipe 2 di Perkumpulan
Diabetik Surakarta : Kementrian Kesehatan Polteknik Surakarta Jurusan
Keperawatan
Suryanto, 2010. Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan Resiko Ulkus
Kaki Diabetik Pada Pasien DM Tipe 2 Di Perkumpulan Diabetik. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 1
Wibisono, 2009. Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari
http://senamkaki.com 5 Agustus 2009.

Widiyanti, A & Proverawati. 2009. Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.


Zimmet, P., Shaw, J., & Sicree, R. (2009). The Global Burden. IDF Diabetes
Atlas 4th Ed.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Senam Kaki DM

Pokok bahasan : DM

Sub pokok bahasan : langkah-langkah senam kaki DM

Waktu :30 menit

Tempat : rumah pasien

Metode :

Media : leaflet

1. Tujuan instruksional umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan pasien dapat
mengetahui tentang langkah-langkah senam kaki pasien DM
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan,keluarga dan pasien mengetahui:
a. Definisi senam kaki DM
b. Tujuan senam kaki DM
c. Langkah-langkah senam kaki DM
3. Kegiatan penyuluhan

No Tahap kegiatan penyuluh Kegiatan audiens waktu


1 Pembukaan - Mengucapkan - Menjawab 2 menit
salam salam
- Menjelaskan - memperhatikan
tujuan
penyuluhan
2 Penyajian - definisi senam - memperhatikan 20
kaki DM - memperhatikan menit
- tujuan senam
kaki DM
- langkah-
langkah senam
kaki DM
3 Penutup - memberikan - mengajukan 8 menit
kesempatan pertanyaan
kepada keluarga - memperhatikan
dan pasien - menjawab
untuk pertanyaan
menunjukan - menjawab
pertanyaan salam
- menjawab
pertanyaan
- melakukan
evaluasi tentang
materi yang
disampaikan
- salam penutup
4. Evaluasi
Prosedur: akhir kegiatan
Waktu: 8 menit
Bentuk soal: tanya jawab
5. Materi penyuluhan
Materi penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai