OLEH :
Poso, 2021
Pembimbing I
Tasnim, S.Kep.Ns.,MM
NIP : 196301041984032001
Poso, 2021
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi
Agusrianto, S.Kep.Ns,MM
NIP : 197307271997031002
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Proposal studi kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.
Senin pada tanggal ........................2021
NIM : PO0220218030
Tim Penguji
NIP. 198106082005012003
NIP. 198301302006042002
NIP. 1963010419840320
Mengetahui
NIP : 197307271997031001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Berkat Rahmat dan Karunianya-Nya lah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal studi kasus ini dengan judul “Penerapan Senam Kaki
Diabetik Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota Keluarga
Yang Menderita Diabetes Melitus Di Mapane”dengan baik dan tepat waktu.
Proposal studi kasus ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada Kedua Orang
Tua Saya Abd. Rahman Alaydrus dan Sriyati Ahmad yang telah membesarkan
dan mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang, serta kedua orang tua saya
yang selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu sabar dan ikhlas
selama penyusunan proposal ini dan berbagai pihak yang telah membantu penulis,
kepada :
1. Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Palu
2. Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
3. Agusrianto, S.Kep.,Ns.,MM Ketua Program Studi Keperawatan Politekknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan Poso
4. Tasnim,S.Kep.Ns.,MM Pembimbing 1 yang selalu sabar dan tidak pernah
lelah memberikan masukan dan bimbingannya selama proses penulisan
proposal studi kasus ini.
5. Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep.Ns.,M.Biomed Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi
kasus ini.
6. Kepada kedua orang tua saya dan sahabat saya yaitu Ani Suryani, Ririn
Febriyanti dan teman-teman seangkatan 2018 yang selalu menyemangati dan
memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Studi
kasus ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis, maka Karya Tulis Ilmia ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil
penelitian.
Poso, 2021
Penulis
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI......................................................................3
KATA PENGANTAR..................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................8
A. Latar belakang........................................................................................................8
B. Rumusan masalah.................................................................................................10
C. Tujuan penelitian..................................................................................................10
D. Manfaat penelitian................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................12
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus...........................................................................12
1. Pengertian............................................................................................................12
2. Tanda dan Gejala.................................................................................................12
3. Komplikasi...........................................................................................................13
4. Pencegahan Komplikasi Ulkus..............................................................................17
B. Senam kaki diabetik.............................................................................................18
C. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus............................24
1. Pengkajian...........................................................................................................24
2. Diagnosa..............................................................................................................33
3. Implementasi........................................................................................................36
4. Evaluasi................................................................................................................36
6. Dokumentasi............................................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................38
A. Jenis penelitian.....................................................................................................38
B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................................38
C. Subjek studi keperawatan.....................................................................................38
D. Fokus studi...........................................................................................................38
E. Definisi operasional..............................................................................................38
F. Pengumpulan data................................................................................................39
G. Etika keperawatan................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi jangka
panjang yang dapat terjadi akibat penyakit diabetes mellitus meliputi
retinopati diabetik dengan gangguan penglihatan, nefropati diabetik
menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer menyebabkan resiko
terjadinya ulkus kaki dan sering berakhir dengan amputasi dan neuropati
otonom menyebabkan gangguan gastrointestinal, genitourinaria dan gejala
jantung serta disfungsi seksual (ADA, 2012).
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017
menyebutkan ada 4 juta kematian dengan prevalensi umur 20 - 79 tahun
karena Diabetes, dan 3,2 juta diantaranya berasal dari Negara berkembang
yang latar belakang tingkat ekonominya masih dalam tahap pertumbuhan.
Sekitar 60% dari laki-laki & 40% dari perempuan dengan Diabetes
meninggal sebelum berusia 70 tahun di Wilayah Regional Asia Tenggara.
World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah
penderita diabetik di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Kemenkes RI 2018). Indonesia
merupakan negara dengan peringkat ketujuh penderita DM di dunia,
dengan penderita sebanyak 8,5 juta jiwa pada tahun 2013. Angka tersebut
diprediksikan akan meningkat menjadi 14,1 juta jiwa di tahun 2035 (Hirst,
2013). Angka penderita diabetes di Indonesia berada di peringkat keenam
di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko
dengan jumlah penderita Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka
prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2016
menjadi 8,5% di tahun 2018, sehingga jumlah penderita di Indonesia
mencapai lebih dari 16 juta orang (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah (2019)
Jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus di Sulawesi Tengah
berjumlah sebanyak 210.726 jiwa. Kabupaten parigi moutong menepati
tempat pertama dengan kasus diabetes melitus tertinggi sebesar 33.873
jiwa dengan jumlah yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 6.747
jiwa ( 19,9 % ). Kabupaten Poso masuk di urutan kelima dengan jumlah
penderita sebanyak 17,691 jiwa yang menderita penyakit diabetes melitus.
Komplikasi ulkus merupakan penyebab tersering dilakukannya
amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-
40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan non DM.
Komplikasi akibat kaki diabetik menyebabkan lama rawat penderita DM
menjadi lebih panjang. Lebih dari 25% penderita DM yang dirawat adalah
akibat kaki diabetik. Sebagian besar amputasi pada kaki diabetik bermula
dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang
adekuat akan dapat mengurangi kejadian tindakan amputasi. Sehingga
pencegahan komplikasi DM seharusnya dilakukan senam kaki diabetes 3-4
kali dalam satu minggu. Salah satu tujuan dilaksanakannya senam kaki
adalah memperlancar peredaran darah untuk mencegah kaki diabetes,
Senam kaki diabetik yang direkomendasikan bagi orang dewasa
adalah 30 menit minimal 3-4 kali dalam seminggu sedangkan bagi anak-
anak dan remaja adalah 60 menit (Darwin, 2013).
Menurut penelitian Sunaryo dan Sudiro (2014) menyebutkan
bahwa terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan resiko
ulkus kaki diabetik. Selanjutnya dari hasil uji regresi logistik sederhana
diperoleh nilai OR (Odds Rasio) 1,238 artinya pasien yang yang mengikuti
senam diabetik memiliki peluang menurunkan resiko ulkus diabetik
sebanyak 1 kali dibandingkan penderita DM yang tidak mengikuti senam.
Hasil penelitian Suryanto (2010) yang menyebutkan bahwa
terdapat pengaruh senam diabetik terhadap penurunan resiko ulkus kaki
diabetik dengan nilai OR (Odds Rasio) 1,238 artinya pasien yang yang
mengikuti senam diabetik memiliki peluang menurunkan resiko ulkus
diabetik sebanyak 1 kali dibandingkan penderita DM yang tidak mengikuti
senam.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pnelitian melakukan
penelitian mengenai penerapan senam kaki pada asuhan keperawatan
dengan anggota keluarga yang menderita diabetes melitus di Kayamanya.
B. Rumusan masalah
Bagaimana “Penerapan senam kaki diabetik pada asuhan
keperawatan keluarga dengan anggota keluarga yang menderita diabetes
melitus”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan senam kaki diabetik berpengaruh
Terhadap Perawatan kaki di Mapane
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan
kasus diabetes mellitus di Mapane Merumuskan diagnosa
keperawatan pada kasus diabetes mellitus di Kayamanya
b. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai pada kasus
diabetes mellitus di Mapane
c. Melakukan pelaksanaan senam kaki diabetik pada kasus diabetes
mellitus di Mapane
d. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan yang pada
kasus diabetes mellitus di Mapane
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan
dan membuat pendokumentasian pada pasien diabetes mellitus tipe
2 di Mapane
D. Manfaat penelitian
1. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga
dapat dijadikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan
dirumah sakit.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
adik-adik mahasiswa dan menambah keluasan ilmu dalam bidang
keperawatan.
3. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasi senam kaki pada
kasus diabetes mellitus.
4. Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien
DM tentang manajemen kesehatan diri terutama dalam hal
pencegahan kaki diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat pulau Langerhans pancreas yang berisi
sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara
berlawanan, glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin
bekerja menurunkan kadar glukosa darah
Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat
menghasilkan atau cukup hormon insulin atau menggunakan insulin
secara efektif (International Diabetes Federation, 2017).
Diabetes melitus dikenal dengan penyakit kencing manis dan
tergolong penyakit tidak menular yang didapati tanda dengan terjadinya
kenaikan pada kadar gula dalam darah (Qurniawati et al., 2020)
2. Tanda dan Gejala
Gejala diabetes pada setiap penderita tidak selalu sama. Ada
macam- macam gejala diabetes, ada yang termasuk “gejala klasik”
yaitu gejala khas diabetes, dan yang tidak termasuk kelompok itu.
Gejala Klasik yang ditunjukkan meliputi: banyak makan (polifagia),
banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), berat badan
turun dan menjadi kurus . Beberapa keluhan dan gejala klasik pada
penderita DM tipe (Kariadi, 2009) . yaitu :
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah Penurunan
Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita
kehilangan cadangan lemak dan protein digunakan sebagai sumber
energi untuk menghasilkan tenaga akibat dan kekurangan glukosa
yang masuk ke dalam sel
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah
melebihi nilai ambang ginjal (> 180 mg/dl) gula akan keluar
bersama urine, untuk menjaga agar urine yang keluar yang
mengandung gula itu tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin kedalam urine sehinga volume urine yang
keluar banyak dan kencingpun menjadi sering terutama pada
malam hari
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan
berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang
pengeluaran Anti Diuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa
haus.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh
berkurang sehingga energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya
orang merasa kurang tenaga dengan demikian otak juga berfikir
bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan
rasa lapar. Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.
3. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronis (Papatheodorous, et al. 2017).
a. Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu
pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan
hiperglikemik hiperosmolar nonketotik.
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar
gula darah secara drastic akibat tingginya kadar insulin dalam
tubuh, terlalu banyak mengomsumsi obat penurun gula darah
atau terlambat makan.
Gejala meliputi penglhatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit
kepala, tubuh gemetar keringat dingin dan pusing. Kadar gula
darah yang terlslu rendah, bahkan bias menyebabkan pingsan,
kejang dan koma.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif (Ernawati, 2013).
3) Hiperglikemik
Hiperosmolar nonketotik Hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga
beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami
absolut defisiensi insulin namun relatif defisiensi insulin.
b. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis
Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap
saat diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula
darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan
meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada
seluruh organ tubuh.
Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes
melitus adalah:
1) Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini
disebut retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan
kebutaan. Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes
juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti
katarak dan glaukoma.Deteksi dini dan pengobatan retinopati
secepatnya dapat mencegah atau menunda kebutaan. Oleh
karena itu, penderita diabetes dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan mata secara teratur.
2) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan
pada ginjal disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa
menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa berujung kematian jika
tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal, penderita
harus melakukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal.
Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan
darah, pemberian obat-obatan pada tahap awal kerusakan
ginjal, serta membatasi asupan protein adalah cara yang bisa
dilakukan untuk menghambat perkembangan diabetes yang
mengarah kepada gagal ginjal.
3) Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh
darah dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa
disebut neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami
kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula darah
maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf.Rusaknya
saraf akan menyebabkan gangguan sensorik dengan gejala
berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Kerusakan saraf juga
dapat memengaruhi saluran pencernaan dan
menyebabkan gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah,
dan merasa cepat kenyang saat makan.
4) Masalah kaki dan kulit
Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika
mengalami komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah dan saraf, serta terbatasnya aliran
darah ke kaki.
Gula darah yang tinggi juga memudahkan bakteri dan jamur
berkembang biak. Terlebih jika adanya penurunan kemampuan
tubuh untuk menyembuhkan diri sebagai akibat dari diabetes.
Dengan demikian, masalah pada kulit dan kaki pun tak dapat
terelakkan. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita
diabetes berisiko mudah luka dan terinfeksi sehingga
menimbulkan gangren dan ulkus diabetikum. Penanganan luka
pada kaki penderita diabetes adalah dengan pemberian
antibiotik, perawatan luka dengan benar, atau
bahkan amputasi bila kerusakan jaringan sudah parah.
5) Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi
diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah,
meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan
penyempitan arteri (aterosklerosis). Mengontrol kadar gula
darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah dan menunda
komplikasi pada penyakit kardiovaskular. Selain kelima
komplikasi di atas, komplikasi diabetes melitus lainnya bisa
berupa gangguan pendengaran, melemahnya imunitas tubuh,
penyakit Alzheimer, depresi, serta masalah pada gigi dan
mulut.
4. Pencegahan Komplikasi DM
Upaya pencegahan terjadinya komplikasi kaki diabetik
diperlukan adanya keterlibatan berbagai pihak terutama dari pasien dan
keluarga. Hal-hal yang dapat mencegah dan mengendalikan kaki
diabetik yaitu (Indian Health Diabetes Best Practice, 2011, Adhiarta,
2011) :
a. Mengontrol gula darah.
b. Memperbaiki aliran darah ke kaki.
c. Hindari merokok.
d. Olahraga yang teratur termasuk senam kaki untuk menjaga berat
badan dan fungsi dari insulin dalam tubuh.
e. Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang meliputi
kebersihan kaki, perawatan kuku, pemilihan alas kaki, pencegahan
dan pengelolaan cedera awal pada kaki.
Menurut waspandji (2009) penatalaksaan ada tiga pencegahan kaki
diabetes mellitus yaitu:
1. Pencegahan primer
Pencegahan terjadinya kaki diabetik atau ulkus pada kaki.
Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan atau sosialisasi mengenai terjadinya komplikasi
diabetes mellitus yaitu kaki diabetik. Penyuluhan atau sosialisasi
dapat dilakukan saat bertemu dengan klien. Penyuluhan dilakukan
oleh pihak yang berkaitan dengan Diabetes Melitus (DM) yaitu
perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki dan dokter. Periksalah kaki
klien selanjutnya berikan penyuluhan bagaimana pencegahan dan
perawatan kaki sepatu atau alas kaki, dan latihan senam kaki
untuk vaskularisasi kaki. Pencegahan Sekunder (pencegahan dan
pengelolahan ulkus saat sudah terjadi).
2. Pencegahan sekunder termasuk upaya-upaya yang meliputi :
mechanical control (pressure control), wound control,
microbilogical control (infection control), metabolic control, and
education control. Pencegahan ini dilakukan khusunya pada klien
diabetes mellitus yang sudan mengalami komplikasi pada kaki
atau sensitivitasnya, iskemia dana tau deformitas serta adanya
riwayat tukak, deformitas charcot.
3. Pencegahan tersier
pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut. Pencegahan
tersier dilakukan dalam pencegahan lebih lanjut terjadinya
kececatan, penyulit sudah terjadi seperti amputasi tungkai bawah.
Pengelolahan konservatif dengan medikametosa, debridement dan
mengatasi infeksi.
B. Senam kaki diabetik
1. Pengertian
Senam berasal dari kata yunani yaitu gymnastic, gymnoa berarti
telanjang dimana pada zaman tersebut orang melakukan senam harus
bertelanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau. Senam merupakan bentuk latihan-
latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan; kekuatan otot,
kelenturan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya
tahan, kesegaran jasmani, dan stamina (Suroto, 2004). Latihan fisik
merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit diabetes
melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan diabetes.
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno dalam Eva
Faridah, 2012). Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi
darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
(Wibisono, 2009).
Dari beberapa kasus pasien Diabetes Melitus perlu melakukan
senam kaki, dengan senam kaki terjadi pergerakan tungkai yang
mengakibatkan menegangnya otot otot tungkai dan menekan vena
disekitar otot tersebut. Hal ini akan mendorong darah kearah jantung
dan tekanan vena akan menurun, mekanisme ini yang dikenal dengan
“pompa vena”, (Guyton & Hall, 2007). Mekanisme ini akan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki, memperbaiki sirkulasi darah,
memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,
meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, dan mengatasi keterbatasan
gerak sendi.
2. Tujuan Senam Kaki diabetik
a. Membantu melancarkan peredaran darah.
b. Memperkuat otot-otot kecil.
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha.
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi.
f. Mencegah terjadinya luka.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh pasien
Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan
sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan
pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang
mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada.
Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan- keadaan seperti ini
perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu
kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan
senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah
Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood,
motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam
pemberian tindakan senam kaki tersebut (Perkeni, 2006).
4. Prosedur senam kaki:
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan
yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam
Pengertian kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah
dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain
itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot
paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan
sendi.
Tujuan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus
adalah:
1. Memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien
diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan
tersebut.
2. Membantu sirkulasi darah dan memperkuat
Tujuan otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki.
3. Mengatasi keterbatasan jumlah insulin pada
penderita Diabetes Mellitus 4. Senam kaki
diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki.
Meningkatkan rasa nyaman, mengurangi nyeri,
mengurangi kerusakan saraf dan mengontrol
gula darah.
Alat yang harus dipersiapkan adalah:
1. Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi
Persiapan Alat duduk)
2. Prosedur pelaksanaan senam kaki
3. Koran bekas
4. Lembar Observasi Senam Kaki
Sedangkan persiapan untuk responden adalah
1. Kontrak topik, waktu dan tempat
Persiapan 2. Jelaskan tujuan dilaksanakan senam kaki.
Responden 3. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung,
seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien
4. Jaga privasi pasien.
1. Mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dilaksanakan senam
kaki
Fase Interaksi 3. Menjelaskan prosedur dan proses pelaksanaan
senam kaki.
Fase Kerja
Tahapan evaluasi:
1. Responden dapat menjelaskan tentang
pengertian senam kaki Diabetes Mellitus.
Evaluasi 2. Responden dapat menyebutkan 2 dari 4 tujuan
senam kaki diabetes.
3. responden dapat menyebutkan gerakan-
gerakan senam kaki dan dapat memperagakan
gerakan senam kaki secara mandiri.
Tahapan Dokumentasi:
1.Perhatikan respon responden setelah melakukan
senam kaki dan catat responnya.
Dokumentasi 2. Lihat tindakan yang dilakukan oleh responden
Tindakan apakah sesuai atau tidak dengan prosedur
senam kaki.
3.Perhatikan tingkat kemampuan responden
dalam melakukan senam kaki.
a. Data umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala
keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada
kemampuan dalam mengatur pola makan dan kemampuan
pasien dalam pengelolaan serta perawatan diabetes
mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh
terhadap terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua (
>40 tahun ) adalah resiko tinggi diabetes mellitus
(Harmoko, 2012).
2) Genogram dengan adanya genogram dapat diketahui
adanya faktor genetik atau faktor keturunan untuk
timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
3) Tipe Keluarga Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga
beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi pada
keluarga tersebut. Biasanya dapar terjadi pada bentuk
keluarga apapun.
4) Suku Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa dan kebiasaan adat
penderita tersebut terkait dengan penyakit diabetes
melitus.
5) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
diabetes melitus.
6) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi
keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-
barang yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian status
sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Diabetes Melitus sering terjadi pada keluarga yang
mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena
faktor lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti
makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan
strees berperan penting sebagai pemicu diabetes
(Friedmann, 2010).
7) Aktifitas Rekreasi Keluarga Rekreasi keluarga dapat
dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton
televisi serta mendengarkan radio.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini deskriptif obseverasional dengan pendekatan
studi kasus untuk mengekspolorasi penerapan senam kaki diabetik pada
asuhan keperawatan keluarga dengan anggota keluarga yang menderita
diabetes melitus di Mapane
B. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Mapane dan waktu, bulan Mei
pelaksaan penelitian selama 6 hari dengan pertemuan pagi hari.
C. Subjek studi keperawatan
Subjek dalam penelitian ini satu orang pasien diabetes mellitus
yang mengalami neuropati.
D. Fokus studi
Focus studi yang digunakan adalah penerapan senam kaki diabetik
pada asuhan keperawatan dengan anggota keluarga yang menderita
diabetes melitus di Mapane.
E. Definisi operasional
Definisi operasional adalah unsur memuat definisi dan cara
mengukur setiap variabel dependen.
1. Asuhan keperawatan pasien dengan DM
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang di berikan secara langsung kepada klien,
meliputi pengkajian, diganosa, intervensi keperawatan, implementasi
dan evaluasi pada pasien dengan diabetes melitus.
2. Diabetes melitus
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat pulau Langerhans pancreas yang berisi
sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin.
F. Pengumpulan data
Metode yag di gunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1. Data primer
a. Wawancara
Data yang di dapatkan dari pasien melalui wawan cara yaitu hasil
anameses tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
skarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga.
Informasi/data dapat di peroleh dari pasien, keluarga, atau dari
sesama perawat.
b. Observasi
Observasi adalah datang yang di peroleh melalui pemeriksaan fisik
pada pasie yaitu palpasi, perkusi, alkustasi, pada sistem tubuh.
c. Studi dokumentasi dan angket
Memperoleh data tidak hanya melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik saja tetapi juga melalui hasil pemeriksaan
diagnosa
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedih yang di ambil dari
dianas kesehatan untuk di jadikan latar belakan dalam penelitian ini.
G. Etika keperawatan
Dalam menyelesaikan studi kasus peneliti harus menerapkan etika
penelitian dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Autonomy
Di dasarkan pada keyakinan bahwa indifidu dalam mampu berfikir
logis da membuat keputusannya sendiri. Sehingga perawat harus
menghormati kemandirian klien.
2. Beneficence
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan
keperawatan.
3. Justice
Di refleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja
sesui ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan
sesuai standar praktik dan hukum yang belaku.
4. Non-maleficence
Prinsip ini berarti perawat dalam memberikan pelayanannya tidak
menimbulkan bahaya /cedera fisik dan psikologis terhadap klien.
5. Veracity
Prinsip ini menuntut perawat agar setiap informasi yang di berikn
harus akurat, komprehensif, dan objektiif.
6. Fidelity
Perawat harus memiliki komitmen menepati janji profesi dan
menerapkan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
7. Confidentiality
Kerahasiaan berkaitan dengan informasi klien harus di jaga kecuali
dalam keperluan pengobatan, upaya penigkatan kesehatan, atau
permintaan pengadilan.
8. Accountability
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa seorang profesional
dapat di nilai dalam berbagi kondisi tanpa kecuali.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, R. M., & Tomey, M. A. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th
ed. USA: Mosby Elsevier. 6.
American Diabetes Association. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. http://www.care.diabetesjournal.org
Decroli E, Karimi J, Manaf A, Syahbuddin S. Profil ulkus diabetik pada penderita
rawat inap di bagian penyakit dalam RSUP Sr. M Djamil Padang. MKI
(Majalah Kedokteran Indonesia); 2010.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (2019). Profil Kesehatan Sulawesi Tengah. In
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.
Darwin , P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Yogyakarta: Sinar Ilmu.
Faridah, Eva. (2012). Perbedaan Pengaruh Senam dan Fleksibilitas terhadap
Penurunan Kadar Lemak dipinggang. GLADI JURNAL ILMU
KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1.
Federation, Diabetes, & International. (2013). IDF Diabetes Atlas, Sixth Edition.
Furkhani, w D., Wahyuni, S. A., & Chaidir, R. (2017). Hubungan Self Care
Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Endurance, 2, 132–
144.
Guyton & Hall. (2007). Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi II, Jakarta: EGC
Hidayat, R.A. & Nurhayati, I. (2014). Perawatan kaki pada penderita diabetes
melitus di rumah. Jurnal Permata Indah Volume 5, Nomor 2, November
2014, hal. 49-54.
Ii, B. A. B. (2013). Pengaruh Penggunaan TIME..., Siska Mery Fiatmi, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2019. 13–39.
Kusbaryanto, K., & Agustinigrum, R. (2019). Efektifitas Diabetes Self
Management Education Terhadap Self Care Penderita Diabetes Mellitus.
Jurnal Keperawatan, 6(2), 558–563.
Li, R., Yuan, L., Guo, X.-H., Lou, Q.-Q., Zhao, F., Shen, L., . . . Sung, Z.-L.
(2014). The current status of foot care knowledge, behaviours, and analysis
of factors in patients with type 2 diabetes mellitus . International Journal of
Nursing, 266-271.
Papatheodorou, et al. (2017). Complications of Diabetes 2017. Journal of Diabetes
Research, dai: 10.1155/2018/3086167.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006.
http://www.kedokteran.info/konsensus-pengelolaandan-pencegahan-
diabetes-melitus-tipe-2-diindonesia 2006.html.PDF. Diakses 9 Januari 2016.
Perkumpulan, Endokrinologi, & Indonesia. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.
Prihatiningsih, D., & Djawa, O. (2018). Analisis Faktor-Faktor Ekstrinsik Yang
Mempengaruhi Self Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Depok III Sleman Yogyakarta.
Ruben, G., Rottie,J., Karundeng. 2016. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes MelitusTipe 2 Di
wilayah Kerja Puskesmas Enemwira. Vol 4.Nomer 1. Mei 2016
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Srimiyati, S. (2018). Pengetahuan pencegahan kaki diabetik penderita diabetes
melitus berpengaruh terhadap perawatan kaki. Medisains, 16(2), 76.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2721
Sunaryo dan Sudiro . (2014). Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan
Resiko Ulkus Kaki Diabetik pada paasien DM Tipe 2 di Perkumpulan
Diabetik Surakarta : Kementrian Kesehatan Polteknik Surakarta Jurusan
Keperawatan
Suryanto, 2010. Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan Resiko Ulkus
Kaki Diabetik Pada Pasien DM Tipe 2 Di Perkumpulan Diabetik. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 1
Wibisono, 2009. Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari
http://senamkaki.com 5 Agustus 2009.
Pokok bahasan : DM
Metode :
Media : leaflet