Anda di halaman 1dari 81

1

HALAMAN JUDUL
PENERAPAN SLOWBACK MASSAGE MENGGUNAKAN JASMINE OIL
PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS IBU BERSALIN
PRIMIPARA DI PKM TANGKURA

PROPOSAL STUDI KASUS

OLEH :
HIKMA A.AL IDRUS
NIM :P00220218043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATANPRODI DIII
KEPERAWATAN POSO 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini telah di setujui untuk diuji Tim Penguji Poltekkes

Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.

Nama : Hikma A. Al Idrus

Nim : P00220218043

Poso,11 Febuari 2021


Pembimbing I

Agusrianto,S.Kep,Ns.MM
NIP : 197307271997031002

Poso, 11 Febuari 2021


Pembimbing II

Ulfa Sulfyaningsih,S.Kep. M.Kes


NIDN : 0925019001

Mengetahui

Ketua Program Studi

Agusrianto, S.Kep.Ns,MM
NIP : 197307271997031002

2
3

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Berkat Rahmat dan Karunianya-Nya lah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal studi kasus ini dengan judul “Penerapan SlowBack Massage
Menggunakan Jasmine Oil Pada Asuhan Keperawatan Kasus Ibu Bersalin
Primipara Di PKM Tangkura”dengan baik dan tepat waktu.
Proposal studi kasus ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada Kedua Orang Tua
Saya Abd. Rahman Alaydrus dan Sriyati Ahmad yang telah membesarkan dan
mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang, serta kedua orang tua saya
yang selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu sabar dan ikhlas
selama penyusunan proposal ini dan berbagai pihak yang telah membantu penulis,
kepada :
1. Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Palu
2. Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
3. Agusrianto, S.Kep.,Ns.,MM Ketua Program Studi Keperawatan Politekknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan Poso
4. Agusrianto,S.Kep,Ns.MM Pembimbing 1 yang selalu sabar dan tidak pernah
lelah memberikan masukan dan bimbingannya selama proses penulisan
proposal studi kasus ini.
5. Ulfa Sulfyaningsih,S.Kep.M.Kes Pembimbing 2 yang telah memberikan saran
dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi kasus ini.
6. Agusrianto,S.Kep,Ns.MM selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama belajar di Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso.
7. Kepada sahabat-sahabat saya dan teman-teman seangkatan 2018 yang selalu
menyemangati dan memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan
Proposal Studi kasus ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki penulis, maka ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk dijadikan
sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil penelitian.

Poso, 02 Febuari 2021

Penulis

Hikma A.Al Idrus

4
5

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................4

C. Tujuan Studi Kasus................................................................................................4

D. Dengan Manfaat Studi Kasus.................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

A. Tinjauan Tentang Persalinan..................................................................................6

B. Tinjauan Tentang Kecemasan..............................................................................13

C. Tinjauan Tentang Slow Back Massage.................................................................17

D. Tinjauan Teori Jasmine Oil..................................................................................25

E. Tinjauan Askep Bersalin......................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................41

A. Jenis Penelitian.....................................................................................................41

B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................................41

C. Subyek Studi Kasus..............................................................................................41


D. Fokus Studi..........................................................................................................41

E. Definisi Operasional.............................................................................................41

F. Pengumpulan Data...............................................................................................42

G. Etika penelitian.....................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44

6
7

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Diagnosa Keperawatan Persalinan ...........................................................32
DAFTAR GAMBARY
Gambar 1 Pathways..........................................................................................................8
Gambar 2 Slow Back Massage........................................................................................21
Gambar 3 Warming Up Massag......................................................................................22
Gambar 4 Slow Down Massage......................................................................................23

8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Kegiatan Penelitian
2. Informed Consent
3. Lembar Konsultasi
4. Penjelasan Sebelum Penelitian
5. SOP Slow Back Massage Menggunakan Jasmine Oil
6. Asuhan Keperawatan Persalinan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir (Sondakh, 2013). Kehamilan dan
persalinan ialah suatu proses yang alami dan memunculkan rasa sakit.
Banyak perempuan yang merasakan sakit lebih parah dari yang seharusnya
karena di pengaruhi oleh rasa panic dan stress. Di mana rasa takut
menimbulkan ketegangan dan kepanikan yang menyebabkan otot menjadi
kaku dan akhirnya menjadi sakit (Andriana, 2006).
Permasalahan kehamilan dan persalinan sangatlah menjadi fokus
perhatian. Permasalahan yang sering di alami seorang wanita saat proses
melahirkan yaitu perubahan emosional dan fisik (Meihartati & Mariana
Siti, 2017). Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi persalinan
adalah kecemasan dan ketakutan saat proses melahirkan. Kecemasan
merupakan khawatir tentang hal-hal yang terjadi karena alasan yang tidak
di ketahui dan hal-hal yang berkaitan dengan ketidakpastian dan
ketidakberdayaan (Sukmaningtyas & Windiarti, 2016).
Ibu bersalin dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 22,5%,
kecemasan sedang 30%, tingkat kecemasan berat 27,5%, dan 20%
bengalami tingkat kecemasan sangat berat (Sarifah, 2016). Di Indonesia
angka kematian ibu pada tahun 2019 mencapai 306 kasus per 100.000
kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Angka Kematian Ibu
di Sulawesi Tengah pada tahun 2019 sebanyak 97 kasus dan jumlah AKI
di Kab. Poso sebanyak 2 kasus (Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2019).
Kematian ibu berdasarkan Periode kehamilan, terbanyak adalah pada masa
ibu bersalin 30,9%, selanjutnya pada masa Nifas 47,4% dan pada masa
Hamil 21,7% (Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2019).

10
11

Perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki masa


persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun cemas, terutama
pada ibu primigravida yang belum mempunyai bayangan tentang proses
persalinannya oleh sebab itu sangat penting untuk mempersiapkan mental
ibu karena perasaan takut dan cemas akan menambah rasa nyeri serta akan
menegangkan otot serviks sehingga mengganggu pembukaan (Setiani et
al., 2020).
Rasa cemas selama persalinan di sebabkan oleh ketakutan
melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan rupture dan jahitan.
Dampak dari kecemasan pada ibu hamil yaitu tubuh akan memproduksi
hormon kortisol dengan berlebihan yang akibatnya tekanan darah
meningkat dan tidak stabilnya emosi (Setiani et al., 2020)..
Ada beberapa metode untuk pengendalian nyeri dan kecemasan
secara non farmakologi yang dapat di gunakan pada ibu melahirkan salah
satunya yaitu menggunakan aromaterapi dan masase (Pakarti & Dewi,
2019). Masase merupakan salah satu upaya untuk membuat tubuh rileks
kembali, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh untuk
mengeluarkan racun, serta dapat meningkatkan kesehatan pikiran
(Sukmaningtyas & Windiarti, 2016).
Back massage atau masase punggung adalah teknik pijat di mana
telapak tangan di letakkan di punggung ibu, yaitu pada torakal 10-11-12
sampai ke lumbal, yaitu sumber persarafan rahim (Pakarti & Dewi, 2019).
Menurut Hasil dari penelitian Fitri et al., (2018) bahwa stimulasi Slow
Stoke Back Massage efektif menurunkan nyeri dengan merangsang tubuh
melepaskan senyawa endorphin yang dapat menghilangkan rasa sakit
secara alamiah sehingga rasa cemas berkurang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joseph & Fernandes, (2013)
menunjukkan adanya efektifitas minyak melati untuk mengurangi nyeri
dan kecemasan pada ibu bersalin primigravida. Menurut penelitian yang
dlakukan oleh Devi & Sangeetha (2016) bahwa pijat punggung
menggunakan minyak melati terbukti mengurangi nyeri dan kecemasan
pada ibu bersalin. Pijat punggung menggunakan minyak melati dapat
menyegarkan pikiran dan mengurangi kecemasan dan juga membantu
proses kemajuan persalinan yang cepat.
Berdasarkan latar belakang di atas itulah yang menjadi alasan
sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Penerapan
Back Masssage Mengunakan Jasmine Oil Untuk Mengurangi Pada Ibu
Bersalin Primipara

12
13

B. Rumusan Masalah
Bagaimana “Penerapan Slowback Massage Menggunakan Jasmine
Oil pada Asuhan Keperawatan kasus Ibu Bersalin Primipara Di Pkm
Tangkura?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan Penerapan Slowback Massage
Menggunakan Jasmine Oil pada Asuhan Keperawatan kasus Ibu
Bersalin Primipara
2. Tujuan Khusus
a. Dapat Melakukan Pengkajian Secara Komprehensif Pada Pasien
Dengan Kasus Ibu Bersalin Primipara.
b. Dapat Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan
Kasus Ibu Bersalin Primipara.
c. Dapat Menentukan Intervensi Keperawatan SlowBack Massage
Menggunakan Jasmine Oil Pada Pasien Dengan Kasus Ibu Bersalin
Kala Primipara.
d. Dapat Melakukan Implementasi Keperawatan Intervensi
Keperawatan Back Massage Mengunakan Jasmine Oil Pada Pasien
Dengan Kasus Ibu Bersalin Primipara.
e. Dapat Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Ibu Bersalin
Primipara.
D. Dengan Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Rumah Sakit
Di harapkan bagi rumah sakit dalam hal penelitian ini dapat di
jadikan alternatif intervensi kecemasan di ruangan-ruangan, sebagai
tindakan mandiri perawat dalam hal menurunkan skala kecemasan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan bagi institusi pendidikan dalam hal ini penelitian ini
dapat di jadikan sebagai bacaan kepada Mahasiswa Poltekkes Palu
Keperawatan Khususnya dalam Pemberian Asuhan Keperawatan,
Dalam Hal ini PenerapanSlow Back Massage Menggunakan Jasmine
Oil Untuk Menurunkan Kecemasan.
3. Bagi Penulis
Di harapakan dengan di buatnya penelitian ini penulis memperoleh
pengetahuan dan mempraktikkan Asuhan Keperawatan Penerapan Back
Massage Menggunakan Jasmine Oil Untuk Menurunkan Kecemasan.
4. Bagi Pasien
Di harapakan dengan Intervensi Penerapan Back Massage
Menggunakan Jasmine Oil. Kecemasan pada pasien dapat menurun,
dan juga pasien dapat mempraktikan kembali secara mandiri untuk
menurunkanKecemasan.

14
15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah proses bergeraknya janin keluar, plasenta,
dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Saat persalinan
terjadi proses terbuka dan menipisnya jalan lahir. Persalinan yang
normal terjadi pada usia kehamilan uang cukup bulan (37-42 minggu)
(Bobak et al., 2012). Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontantanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin(Prawirohardjo, 2010).
Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui
kejadian secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui
dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Dari pengertian diatas
persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik,
lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim ibu. Persalinan normal disebut
juga alami karena terjadi secara alami. Jadi secara umum persalinan
normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami
dengan adanya kontraksi Rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan
untuk mengeluarkan bayi (Rosyati, n.d.).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses
persalinan dan kelahiran.Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P:
passenger (penumpang, yaitu janindan plasenta), passageway (jalan
lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu),dan psychologic
respons (respon psikologis) (Bobak et al., 2012).
a) Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksibeberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin.Karena plasenta juga harus melewati jalan
lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarangmenghambat proses persalinan
pada kehamilan normal (Sumarah, 2010).
b) Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul,vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikutmenunjang keluarnya bayi meskipun itu
jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauhlebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinyaterhadap jalan
lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggulperlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah,
2010).
c) Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukandalam persalinan adalah his yaitu
kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagaikekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu (Rohani, 2011).
d) Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. MenurutMelzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012)
mengubah posisi membuat rasa letihhilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalampersalinan yaitu posisi
tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, danjongkok. Posisi
tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu
dikarenakanposisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin, dapatmengurangi insiden penekanan tali pusat,
mengurangi tekanan pada pembuluhdarah ibu dan mencegah kompresi

16
17

pembuluh darah serta posisi tegak dapatmembuat kerja otot-otot


abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahimsaat ibu
mengedan (Bobak et al., 2012)
e) Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya
dorongan positif,persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi
adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian
yang krusial saat persalinan, ditandaidengan cemas atau menurunnya
kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasinyeri persalinan.
Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu
yaitudikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut
menghambat kontraksiuterus dan aliran darah plasenta (Manurung,
2011). Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
Melibatkan psikologisibu, emosi, dan persiapan intelektual;
Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya;Kebiasaan adat; Dukungan
dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani, 2011).

Faktor Partus

Kala 1 Kala 2 Kala 3

Perubahan Terjadi Bayi lahir


serviks 10 cm laserasi
Laten Aktif

Mangeran Trauma jaringan Kontraksi


Oksitosin Kontraksi involunter uterus

Nyeri Akut
Kepala Kehilangan
Estrogen & Dilatasi janin darah
Progesteron Uterus 4-8
cm
Resiko
Kadar
Prostagladin Pengeluaran Menekan kekurangan
Tekanan darah lebih saraf/penegangan volume
Pada banyak jaringan cairan
Jaringan
Kontaksi
Uterus
Resiko Nyeri Akut
Nyeri Akut kekurangan
volume
Nyeri Akut
cairan

Kecemasan

Kala 4

Plasenta
lahir

Kontraksi Pemulihan
uterus system
tubuh

Sirkulasi
uteroplasenta Tremor otot
berlanjut

Trauma
Pendarahan mekanis/edema
otot

Resiko
kekurangan Nyeri Akut
volume cairan

Gambar 1 Pathways Persalinan Kala 1 (Sarwono Prawirohardjo, 2007)

18
19

3. Tahap-tahap Persalinan
Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi empat yaitu:
a) Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekueni, intensitas dan durasi) hingga
servik menipis dan membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari
atas dua fase, yaitu fase inisial (laten) dan fase aktif. Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida, sedangkan dalam
multigravida juga terjadi fase tersebut, akan tetapi fase laten, fase
aktif dan fase deselerasi lebih pendek (Sukarni & Wahyu, 2013).
a. Fase laten pada kala I persalinan
Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan
hingga ketitik ketika pembukaan mulai berjalan secara
progresif, yang umumya dimulai sejak kontraksi mulai
muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter
atau permulaan fase aktif (Sarwono Prawirohardjo, 2014)
Ciri ciri fase laten yaitu:
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan
serviks mencapai 3 cm atau serviks membuka
kurang dari 4 cm
3) Pada umunya fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam. Kontraksi menjadi lebih stabil selama
fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi,
durasi, dan intensitas dari mulaiterjadi setiap 10
sampai 20 menit, berlangsung 15 sampai 20 detik,
dengan intensitas ringan hingga kontraksi dengan
intensitas sedang (rata-rata 40 mmHg pada puncak
kontraksi dari tonus uterus dasar sebesar 10 mmHg)
yang terjadi setiap lima sampai tujuh menit dan
berlangsung 30 sampai 40 detik (Varney, 2009).
b. Fase aktif
pada kala I persalinan fase aktif adalah periode waktu dari
awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan
menjadi komplit dan mencakupi pembukaan lengkap.
Pembukaan umumnya dimulai dari tiga sampai empat
sentimeter (atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm (akhir
kala I persalinan). penurunan bagian presentasi janin yang
progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala II
persalinan (Varney, 2009)Ciri – ciri fase aktif yaitu :
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm atau 2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4) Pada umumnya fase aktif berlangsung hampir atau
hingga 6 jam 14 5) Fase aktif (7 jam) dimulai dari
serviks membuka 3 cm sampai dengan lengkap atau
10 cm (Sarwono Prawirohardjo, 2014). Kontraksi
selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan
durasi yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat.
Menjelang akhir fase aktif, kontraksi biasanya
muncul setiap dua sampai tiga menit, berlangsung
sekitar 60 detik, mencapai intensitas yang kuat
(lebih dari 40 mmHg).

20
21

Fase dilatasi maksimal adalah waktu ketika


pembukaan serviks terjadi paling cepat dan
meningkat dari 3 sampai 4 cm ke 8 cm. Pada
kondisi normal kecepatan pembukaan konstan, rata-
rata 3 cm per jam, dengan kecepatan minimal 1,2
cm per jam pada primigravida. Pada multigravida
kecepatan rata-rata pembukaan selama fase diltasi
maksimal 5,7 cm perjam dengan kecepatan minimal
1,5 cm per jam.
Fase perlambatan atau deselerasi adalah akhir fase
aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan
melambat dan serviks mencapai pembukaan dari 9
ke 10 cm sementara penurunan mencapai kecepatan
maksimumnya. Kecepatan maksimum penurunan
rata-rata pada primigravida 1,6 cm per jam dan
normalnya paling sedikit 1 cm perjam, sedangkan
pada multigravida kecepatan penurunan rata-rata 5,4
cm per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 cm
perjam (Varney, 2009).
Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap
penipisan dan pembukaan serviks serta pengeluaran
bayi dalam persalinan. Kontraksi ini bersifat
involunter 15 yang bekerja dibawah kontrol saraf
dan bersifat intermitten yang memberikan
keuntungan berupa adanya periode
istirahat/relaksasi diantara dua kontraksi. Kontraksi
berawal dari fundus padasalah satu kornu, kemudian
menyebar kesamping dan kebawah. Kontraksi
terbesar dan terlama adalah di bagian fundus.
Namun pada puncak kontraksi dapat mencapai
seluruh bagian uterus. Pada awal persalinan
kontraksi uterus berlangsung setiap 15-20 menit
selama 30 detik dan diakhir kala I setiap 2-3 menit
selama 50-60 detik dengan intensitas yang sangat
kuat.
Perubahan psikologi dapat terjadi pada ibu dalam
persalinan Kala I, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan,
perubahan-perubahan tersebut diantaranya:
1) Perasaan tidak enak
2) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi
3) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara
lain apakah
4) persalinan berjalan normal
5) Menganggap persalinan sebagai cobaan
6) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
7) Apakah bayinya normal atau tidak
8) Apakah ia sanggup merawat bayinya
9) Ibu merasa cemas (Sumarah, 2010).
Menurut Sukarni & Wahyu (2013) menyatakan bahwa pada
kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi
diantaranya, rasa takut, stress, ketidaknyamanan, cemas, marah-
marah dan lain-lain.
b) Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) danberakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi(Wiknjosastro,
2009).
c) Kala III
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnyaplasenta dan selaput ketuban. Tahap ini

22
23

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.Karakteristik pelepasan


plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-tibadarah
keluar dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011).
d) Kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jampertama post partum. Tahap ini disebut juga
dengan tahap pemulihan (Bobak et al., 2012). Hal yang perlu
dievaluasi dalam kala IV yaitu tanda-tanda vital, kontraksiuterus,
perdarahan pervaginam dan kondisi vesika urinaria (Manurung,
2011).
B. Tinjauan tentang kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan merupakan emosi yang di sebabkan karena
adanya rasa tidak nyaman pada diri seseorang dan perasaan yang
tidak menentu yang penyebabnya tidak jelas (Annisa & Ifdil, 2016).
Kecemasan merupakan emosi yang tidak baik yang di tandai
kekhawatiran yang berlebihan terhadap hal-hal yang tidak terduga
akibatnya orang yang sedang cemas mersakan jatung yang berdetak
kencang,berkeringat dan sulit untuk bernapas(Annisa & Ifdil, 2016).
Kecemasan merupakan suatu pengalaman yang umum terjadi pada
setiap manusia,respon emosi yang tidak nyaman,khawatir,ketakutan
yang tidak dapat di ekspresikan karena suatu ancaman yang tidak jelas
sumbernya dan tidak dapat ditemukan secara pasti (Solehati &
Kokasih, 2015).
2. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart & Sundeen (2006) cemas terdiri dari empat
tingkatan yaitu:
a) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berkaitan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan persepsinya. Orang yang mengalami
kecemasan ringan masih mampu menghadapi situasi yang
bermasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini
dan yang akan datang. Perasaan relative aman dan nyaman. Tanda-
tanda vital normal, ketegangan otot minimal, pupil normal atau
kontriksi. Pada tingkat ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b) Kecemasan Sedang
Pada kecemasan sedang dapat menyebabkan persepsi sempit
dan terfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah dan
kesulitan dalam berkonsentrasi. Pandangan pengalaman pada saat
ini berkaitan dengan masa lalu dan dapat mengabaikan kejadian
dalam situasi tertentu; kesulitan dan membutuhkan usaha yang
lebih dalam beradaptasi dan menganalisa. Tanda-tanda vital normal
atau sedikit meningkat, tremor, bergetar.
c) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini
dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang yang
mengalami kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Pembelajaran sangat
terganggu; sangat kebingungan dan tidak mampu berkonsentrasi.
Pandangan pengalaman saat ini berkaitan pada masa lalu. Hampir

24
25

tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini. Tanda-tanda


vital meningkat, diaphoresis, ingin kencing, nafsu makan turun,
pupil dilatasi, otot-otot tegang, pandangan menurun, sensasi nyeri
meningkat.
d) Panik
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan terror. Rincian terpecah dari
proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
Panik dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aktiftas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Seseorang mungkin menjadi pucat, tekanan darah
menurun, hipotensi, koordinasi otot-otot lemah, nyeri, sensasi
pendengaran minimal. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama
dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
3. Penatalaksanaan Kecemasan
Untuk menangani kecemasan dapat dilakukan dengan metode
farmakologi dan nonfarmakologi. Menurut Hawari (2008)
penatalaksanaan cemas memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistic, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik/psikiatrik,
psikososial dan psikorelegius. Terapi psikofarmaka untuk mengatasi
cemas menggunakan anticemas (anxiolytic) seperti diazepam,
chlordiazepoxide HCL, oxazolam, hydroxine HCL, dan karva-karva
rhizome. Terapi komplementer/alternatif juga dapat dilakukan untuk
mengurangi kecemasan, seperti back massage, musik, aromaterapi,
terapi tertawa, relaksasi otot progresif, meditasi dan lain-lain.
4. Skala Kecemasan Zung Self Rating Scale
Zung Self Rating Anxiety Scale (SAS/ZRAS) Penilaian kecemasan
pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung
dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV). Alat ukur instrumen
yang dirancang untuk meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif.
Bertujuan untuk menilai kecemasan sebagai kelaian klinis dan
menentukan gejala kecemasan. Terdapat 20 pernyataan, dimana setiap
pernyataan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sering
(sebagian waktu), 4: selalu (hampir setiap waktu). Terdapat 15
pernyataan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pernyataan ke arah
penurunan kecemasan (McDowell, 2006)
No Pertanyaan Tidak Kadang- Sebagian Hampir
Pernah kadang waktu setiap
waktu
1 Saya merasa lebih gugup dan 1 2 3 4
cemas dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan 1 2 3 4
sama sekali
3 Saya mudah marah atau 1 2 3 4
merasa panic
4 Saya merasa seperti jatuh 1 2 3 4
terpisah dan akan hancur
berkeping-keping
5 Saya merasa bahwa semuanya 4 3 2 1
baik-baik saja dan tidak ada
hal buruk akan terjadi
6 Lengan dan kaki saya 1 2 3 4
gemetaran
7 Saya terganggu oleh nyeri 1 2 3 4
kepala leher dan nyeri pinggu
8 Saya merasa lemah dan mudah 1 2 3 4
lelah
9 Saya merasa tenang dan dapat 4 3 2 1
duduk diam dengan mudah
10 Saya merasa jantung saya 1 2 3 4
berdebar-debar
11 Saya merasa pusing tujuh 1 2 3 4
keliling
12 Saya telah pingsang atau 1 2 3 4
merasa seperti itu

26
27

13 Saya dapat bernapas dengan 4 3 2 1


mudah
14 Saya merasa jari-jari tangan 1 2 3 4
dan kaki mati rasa dan
kesemutan
15 Saya terganggu oleh nyeri 1 2 3 4
lambung atau gangguan
pencernaan
16 Saya sering buang air kecil 1 2 3 4
17 Tangan saya biasanya kering 4 3 2 1
dan hangat
18 Wajah saya terasa panas dan 1 2 3 4
merah merona
19 Saya mudah tertidur dan dapat 4 3 2 1
istirahat malam dengan baik
20 Saya mimpi buruk 1 2 3 4

Interpretasi penialaian tingkat nyeri menggunakan skala Zung Self adalah

1. Skor 20-44 : normal/tidak cemas


2. Skor 45-59 : kecemasan ringan
3. Skor 60-74 : kecemasan sedang
4. Skor 75-80 : kecemasan berat
(Nursalam, 2015)

5. Rentang Respon Cemas


Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif
dan maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut ini.

ResponAdaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


6. Konsep kesiapan Dalam Menghadapi Persalinan
Kesiapan persalinan mempunyai beberapa hal menurut (Bobak
et al., 2004) ada 4 hal yaitu : kesiapan fisik, psikologis, finansial,dan
kultural.
a. Kesiapan Fisik
Kesiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi
kesehatan ibu, dimana ibu perlu menyiapkan kondisi fisik
sebelum hamil. Ibu memahami berupa adanya perubahan
fisiologi sebelum terjadi persalinan kira-kira 2 minggu,
dimana ibu akan lebih mudah bernafas karena fundus uteri
agak menurun berhubung kepala janin mulai masuk ke dalam
pintu atas pinggul (PAP), Ibu akan sering buang air kecil
(BAK) karena turunnya kepala janin ke dalam PAP yang
menekan vesika urinaria serta ibu merasakan adanya
gambaran his palsu yaitu kadang-kadang perut mengejang
(Joyce Y, 2014).
Kesiapan fisik lain yang perlu diperhatikan adalah
dengan melakukan olahraga misalnya senam hamil, karena
seorang ibu hamil memerlukan fisik yang fit untuk
melahirkan. Kondisi fit ini ada hubungannya juga dengan ada
atau tidaknya penyakit berat yang diidap oleh calon ibu. Jika
ditemukan riwayat darah tinggi atau asma berat, misalnya,
berarti tidak bisa dilakukan persalinan normal. Sehingga sejak
awal kehamilan, sudah harus direncanakan kelahiran dengan
operasi. Fungsi utama senam hamil untuk membantu
kelancaran proses persalinan, gerakan-gerakan pada senam
hamil juga berfungsi untuk menghindari posisi bayi sungsang
( Patria, 2015).
b. Kesiapan Psikologis
Ibu primigravida umumnya belum mempunyai
bayangan mengenai kejadian- kejadian yang akan dialami
pada akhir kehamilannya saat persalinan terjadi. Salah satu
yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu
hindari kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana
ibu hamil dapat melalui saat-saat persalinan dengan baik dan

28
29

lebih siap serta meminta dukungan dari orang-orang terdekat,


perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan.
Keluarga baik dari orang tua maupun suami
merupakan bagian terdekat bagi calon ibu yang dapat
memberikan pertimbangan serta bantuan sehingga bagi ibu
yang akan melahirkan merupakan motivasi tersendiri sehingga
lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan.
Dukungan dari suami dan keluarga untuk membantu
pemahaman seorang ibu hamil mendapat pengalaman
sehingga ibu hamil dapat mengantisipasi dan lebih baik dalam
menghadapi kebutuhan ibu. Kebutuhan komunikasi dan
harapan suami dan anggota keluarga yang lain menjadi
sumber dukungan yang dibutuhkan ibu hamil untuk
mendukung fungsi kesehatan keluarga (Joyce Y, 2014).
c. Kesiapan finansial
Kesiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak harus disiapkan,
dimana kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan
penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan.
Kesiapan psikologis seperti menghindari stress,
menghilangkan rasa khawatir, dan mempersiapkan mental
suami. Untuk menghindari rasa khawatir atau was-was, hal
yang paling penting dilakukan oleh ibu hamil yaitu rutin
memeriksakan kandungan. Selain itu persiapan untuk suami
juga penting dalam bekerjasama untuk merawat bayi (Patria,
2015).
d. Kesiapan budaya
Masalah budaya termasuk menangani masalah praktik
dan keyakinan bahwa mungkin akan berbeda dari yang
dilakukan petugas kesehatan, namun penting untuk keluarga
ibu hamil. Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan,
tradisi dan tingkat hidup yang kurang baik terhadap
kehamilan, dan berusaha mencegah akibat itu. Persiapan yang
berhubungan dengan kebiasaan yang tidak baik sebelum
kehamilan untuk dihindari selama kehamilan terjadi. Faktor
budaya sangat penting dimana terdapat tradisi untuk
membawa plasenta ke rumah, cara berperilaku yang benar
selama kehamilan dengan menjaga sikap dan perilaku.
e. Kesiapan Materi
Menurut (Patria, 2015)ibu dan suami maupun anggota
keluarga harus menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
untuk dibawa saat persalinan antara lain:
1) Kesiapan untuk ibu
a) Meliputi peralatan mandi (seperti handuk besar,
handuk kecil, sabun, pasta gigi, sikat gigi, sisir dan
pembalut).
b) Pakaian biasa yang mudah dicuci dan mudah digunakan
untuk menyusui
c) Beberapa set piyama (atasan berkancing)
d) Bra menyusui dan bantalan menyusui
e) Celana dalam secukupnya
f) Kaos kaki dan gurita perekat/tali
g) Setelan baju untuk pulang
2) Kesiapan untuk bayi
a) Peralatan mandi dan perawatan bayi seperti handuk
bayi, sabun bayi, sampo bayi, minyak telon, lotion dan
bedak bayi.
b) Pakaian bayi meliputi beberapa set baju bayi,
topi/penutup kepala, kaos kaki dan sarung tangan,

30
31

popok, gurita bayi, selimut, bedongan dan gendongan


bayi.
C. Tinjauan Tentang Nyeri

D. Tinjauan tentang Slow Back Massage


1. Pengertian Slow Back Massage
Masase atau pemijatan merupakan salah satu terapi
komplementer yang paling umum dalam praktik keperawatan
(Mok & Woo, 2004). Slow back massage adalah pijatan lembut,
lambat, dengan penekanan berirama pada daerah torakal 10 sampai
12 dan lumbal 1 yang merupakan sumber persarafan pada uterus
dan cervik, teknik ini dilakukan sebanyak 60 pijatan dalam satu
menit. Slow back massage sangat mudah untuk diberikan, tidak
membahayakan dan tidak dilakukan secara invasive dan relatif
tidak memelurkan biaya (Mok & Woo, 2004).
2. Indikasi Slow Back Massage
Masase dapat digunakan untuk meringankan kondisi
fisiologis dan psikologis seperti stres, kecemasan dan insomnia
(Harris & Richard, 2009). Menurut American Massage Therapy
Association (AMTA) (2012) masase merupakan salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri otot
atau sebagai sarana untuk relaksasi.
3. Kontra indikasi Slow Back Massage
Menurut Bulechek et al (2013) kontraindikasi dalam
pemberian masase adalah seseorang dengan penurunan integritas
kulit, terdapat lesi terbuka, kemerahan atau peradangan pada
daerah punggung. Mok & Woo (2004) dalam penelitiannya
menjelaskan kriteria pasien yang diberikan Slow Back Massage
adalah tidak ada riwayat gangguan pada tulang belakang dan kulit.
4. Teknik Pelaksanaan Slow Back Massage
Teknik untuk melakukan slow back massage yaitu dengan
mengusap kulit klien secara lambat, lembut dan berirama
menggunakan kedua tangan dengan kecepatan 60 usapan permenit
dan dapat berlangsung selama 3 menit (Potter & Perry, 2012).
Menurut studi literatur oleh Harris & Richard (2009). protokol
pemberian slow back massage beragam. Slow back massage dapat
diberikan selama 3 menit atau 8-10 menit. Penelitian yang
dilakukan oleh (Mok & Woo, 2004) memberikan 10 menit slow
back massage setiap hari selama 7 hari.
Pelaksanaan slow back massage dimulai dengan melakukan
beberapa persiapan. Persiapan-persiapan yang perlu diperhatikan
antara lain persiapan alat, persiapan klien dan persiapan lingkungan
serta persiapan perawat (Potter & Perry, 2012).
5. Langkah- langkah pelaksanaan slow back massage

Gambar 2 Slow Back Massage

32
33

1. Prosedur
a. Tahap Persiapan
1) Menyiapkan alat danbahan
a) Jasmine oil
b) 1 buah mangkukkecil
c) 1 selimut
d) 1 washlap/handukkecil
e) 1 handukkering
f) Sabun
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam
2) Menjaga privacy klien dengan menutup pintu dan
jendela/korden
3) Informed consent
4) Mendekatkan alat ke klien
c. Tahap pelaksanaan
1) Terapis mencuci tangan
2) Menyiapkan krem, minyak atau lotion ke dalam mangkuk
kecil
3) Mengatur posisi klien dengan posisi miring kiri
4) Membantu klien melepas pakaian
5) Memasang selimut pada bagian tubuh yang tidak diberi
massage
6) Mengoleskan krem, minyak atau lotion pada punggung ibu
7) Melakukan warming up massage dengan stretching
punggung (mengurut seluruh bagian punggung)

Gambar 3 Warming Up Massage


8) Melakukan pemijatan utama dengan memijat secara
lembut bagian torakal 10 sampai 12 dan lumbal 1 dengan
60 pijatan dalam satu menit, lamanya perlakuan ( 5 menit,
10 menit dan 15 menit).
9) Mengakhiri pemijatan dengan teknik slow down massage
(mengurut punggung kembali)

Gambar 4 Slow Down Massage

10) Membersihkan punggung ibu menggunakan air dan sabun


bila diperlukan kemudian dibilas dengan waslap basah dan
keringkan denganhanduk.
11) Membantu ibu menggunakan pakaiankembali
12) Mencucitangan
d. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi respon klien
2) Menyimpulkan hasil kegiatan
3) Pendokumentasian
1. Manfaat Slow Back Massage
Masase didefinisikan sebagai tindakan manipulasi pada
jaringan tubuh dengan gerakan menggosok secara berirama dan
perlahan. Efek dari masase didapatkan dari beberapa mekanisme.
Mekanisme tersebut meliputi efek biomekanik, fisiologis,
neurologis dan psikologis (Weerapong et al., 2005).
a. Efek Biomekanik
Tekanan mekanis yang diberikan oleh masase pada
jaringan otot dapat mengurangi adhesi jaringan. Efek

34
35

biomekanik pada jaringan otot yaitu penurunan pada kekakuan


otot (Weerapong et al., 2005). Penurunan pada kekakuan otot
dapat mengurangi persepsi nyeri (Potter & Perry, 2012).
b. Efek Fisiologis
1) Meningkatkan sirkulasi darah
Tekanan mekanis dari masase dapat meningkatkan
sirkulasi pada pembuluh darah dan memperlancar aliran
darah kapiler, aliran darah beroksigen menuju jaringan
meningkat. Masase juga dapat meningkatkan sirkulasi
oksigen dan nutrisi serta sisa-sisa metabolisme (Braun &
Simonson, 2005).
2) Hormon
Stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan oleh
masase pada jaringan tubuh merupakan respon yang
kompleks dari neurohormonal di axis hipotalamus (HPA)
(Harris & Richard, 2009). Stimulus tersebut dihantarkan
melalui spinal cord menuju hipotalamus yang
diintreperetasika n sebagai respon relaksasi (Harris &
Richard, 2009). Hipotalamus merespon rangsangan tersebut
dengan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat
mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan peningkatan
dari sistem saraf parasimpatik (Moyer et al., dalam(Harris
& Richard, 2009). Rangsangan pada sistem saraf
parasimpatis dapat memperlambat detak jantung, kekuatan
kontraksi berkurang dan penurunan tekanan darah(Braun &
Simonson, 2010).
Rangsangan dari masase dapat menetralkan
kelebihan kortisol dengan mempengaruhi sekresi
kortikotropin dari HPA sehingga dapat meningkatkan
relaksasi (Moyer et al., dalam Harris & Richard, 2009).
c. Efek Neurologi
1) Nyeri
Stimulasi kulit yang diberikan oleh masase dapat
mengurangi nyeri. Mekanisme masase dapat mengurangi
nyeri adalah teori gate kontrol yang merupakan aktivasi
mekanisme gerbang neural pada sumsum tulang belakang
(Weerapong et al., 2005). Teori gate kontrol mengatakan
bahwa stimulasi kutaneus dapat mengaktifkan serabut saraf
sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini
menurunkan transmisi impuls nyeri melalui serabut C dan
delta-A yang berdiameter kecil, sehingga gerbang sinaps
menutup transmisi impuls nyeri (Potter & Perry, 2012). Hal
ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mok dan Woo (2004), bahwa intervensi slow back massage
selama 10 menit dapat menurunkan nyeri bahu pada lansia
yang mengalami stroke dan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sritooma et al. (2013) yang memberikan intervensi
Swedish massage selama 30 menit dapat mengurangi nyeri
pinggang kronis.
d. Efek Psikofisiologis
1) Relaksasi dan Ansietas
Masase dapat menghasilkan relaksasi dari stimulasi
pada jaringan tubuh karena respon dari neurohormonal yang
kompleks di axis hipotalamus hipofisis (HPA) melalui jalur
sistem saraf pusat yang diinterpretasikan sebagai respon
relaksasi(Harris & Richard, 2009). Respon relaksasi yang
dihasilkan oleh masase dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Cinar & Eser (2012).

E. Tinjauan Teori Jasmine Oil


1. Pengertian Aromaterapi

36
37

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak


essensial atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki
atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan
serta menenangkan jiwa dan raga (Wahyuningsih, 2015). Beberapa
minyak essensial yang sudah diteliti dan ternyata efektif sebagai
sedatif penenang ringan yang berfungsi menenangkan sistem saraf
pusat yang dapat membantu mengatasi insomnia terutama
diakibatkan oleh stress, gelisah, ketegangan, dan depresi
(Kushariyadi, 2011). Bentuk aromaterapi ada yang berupa minyak,
sabun, dan lilin aromaterapi.
2. Manfaat aromaterapi
Menurut Kushariyadi (2011)manfaat aromaterapi antara
lain:
a. Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan
b. Mengurangi perasaan ketegangan
c. Meningkatakan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan
jiwa
d. Menjaga kestabilan ataupun keseimbanagan sistem yang
terdapat dalam tubuh menjadi sehat dan menarik
e. Merupakan pengobatan holistik untuk menyeimbangkan semua
fungsi tubuh
3. Mekanisme kerja aromaterapi
Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung
melalui dua sistem fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan
sistem penciuman. Bau merupakan suatu molekul yang mudah
menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui
penghirupan sehingga akan direkam oleh otak sebagai proses
penciuman. Proses penciuman terbagi dalam tiga tingkatan,
dimulai dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori
yang merupakan suatu reseptor berisi 20 juta ujung saraf.
Selanjutnya bau tersebut akan ditramisikan sebagai suatu pesan ke
pusat penciuman yang terleltak pada bagian belakang hidung. Pada
tempat ini, sel neuron menginterpretasikan bau tersebut dan
mengantarkannya ke sistem limbik .
Sistem limbik merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut,
depresi, dan berbagai emosi lainnya. selanjutnya respon dikirim ke
hipotalamus untuk diolah. Melalui penghantaran respons yang
dilakukan oleh hipotalamus seluruh sistem minyak essensial
tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepeda
organ yang tubuh. Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur
terapeutik dari bahan aromatic akan memperbaiki
ketidakseimbangan yang terjadi didalam system tubuh. Bau yang
menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang
disebut nuklues rafe untuk mengeluarkan sekresi serotonin
(Koensoemardiyah, 2009).
Sekresi serotonin berguna untuk menimbulkan efek rileks
sebagai akibat inhibisi eksitasi sel. Perasaan rileks yang dihasilkan
oleh citrus aurantium aromaterapi dikarenakan kembalinya
sirkulasi secara normal. Serotonin yang menyebabkan euporia,
relaks atau sedatif (Koensoemardiyah, 2009). Saraf penciuman
(nervus olfaktorius) adalah satu- satunya saluran terbuka yang
menuju otak. Melalui saraf ini, aromaakan mengalir ke bagian otak
sehingga mampu memicu memori terpendam dan memengaruhi
tingkah laku emosional yang bersangkutan.
Hal ini biasa terjadi karena aroma tersebut menyentuh
langsung pusat emosi dan kemudian bertugas menyeimbangkan
kondisi emosional (Kushariyadi, 2011).
4. Metode pemakaian
a. Dihirup Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan
dalam penggunaan aromaterapi yang paling sederhana dan
cepat.Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua.
Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan

38
39

satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di alirkan


ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan
metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah
merangsang olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak
akan mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau
yang berbeda dari minyak essensial. Aromaterapi inhalasi
dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau
lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah
yang sedikit pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna
untuk minyak essensial relaksasi dan penenang (Sharma,
2009).
b. Penguapan Alat yang digunakan untuk menyebarkan
aromaterapi dengan cara penguapan ini mempunyai rongga
seperti gua untuk meletakkan lilin kecil atau lampu minyak
dan bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya
terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan
beberapa tetes minyak esensial (Sharma, 2009). Cara
penggunaannya adalah mengisi cekungan cangkir pada
tungku dengan air dan tambahkan beberapa tetes minyak
esensial, kemudian nyalakan lilin, lampu minyak atau
listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas, penguapan
pun terjadi dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau
aromatik. (Sharma, 2009).
c. Pijatan merupakan salah satu bentuk pengobatan yang
sangat sering dikolaborasikan dengan aromaterapi.
Beberapa tetes minyak esensial dicampurkan dalam minyak
untuk pijat sehingga dapat memberikan efek simultan
antara terapi sentuhan dan terapi wangiwangian. Pijatan
dapat memperbaiki peredaran darah, mengembalikan
kekenyalan otot, membuang racun dan melepaskan energi
yang terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu
rasa senang dan sehat (Sharma, 2009). Pijat merupakan
tehnik yang paling umum. Melalui pemijatan, daya
penyembuhan yang terkandung dalam minyak essensial
bisa menembus melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh,
kemudian akan mempengaruhi jaringan internal dan organ
– organ tubuh. Minyak essesnsial berbahaya jika
dipergunakan langsung ke kulit, maka dalam penggunaanya
harus dilarutkan dulu dengan minyak dasar seperti minyak
zaitun, minyak kedelai, dan minyak tertentu lainnya.
Minyak Melati, ialah salah satu minyak yang terkenal
sebagai minyak pijat yang dapat memberikan relaksasi.
Terapi aroma yang digunakan dengan cara pijat ini
merupakan cara yang sangat digemari untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki
sirkulasi darah dan merangsang tubuh untuk mengeluarkan
racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran. Dalam
penggunaannya dibutuhkan dua tetes minyak essensial yang
ditambahkan dengan 1 ml minyak pijat. Berasal dari bagian
bunga. Bermanfaat untuk mengurangi depresi dan rasa
cemas. Menyejukkan, meningkatkan kepekaan, kejernihan
pikiran, ketenangan, menghangatkan emosi, membantu
keteraturan system pernafasan dan mengurangi iritasi
karena batuk. Bersifat sebagai zat kimia yang digunakan
untuk merangsang daya seksual dan dapat dipakai untuk
perawat kulit kering dan kulit sensitif.
d. Semprotan untuk ruangan Minyak esensial bersifat lebih
alami daripada aerosol yang dapat merusak ozon dalam
penggunaannya sebagai pewangi ruangan. Penggunaannya
adalah dengan menambahkan sekitar 10- 12 tetes minyak
esensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan

40
41

campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan


botol penyemprot (Koensoemardiyah, 2009).
e. Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling
mudah untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa
tetes minyak aroma ke dalam air berendam, kemudian
berendamlah selama 20 menit. Minyak esensial akan
berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat
kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat,
karena beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air
(Sharma, 2009).
5. Aromaterapi Selama Proses Persalinan
Penggunaan minyak esensial selama kehamilan dan
persalinan adalah terapi yang paling sering digunakan dalam
asuhan maternitas, kemungkinan akibat terapeutik yang
tersembunyi dari minyak itu sendiri bersamaan dengan aspek
asuhan dari beberapa teknik yang digunakan dalam aromaterapi.
Saat persalinan, aromaterapi digunakan untuk meredakan stres,
kecemasan, dan nyeri. Kecemasan dan stres dapat meningkatkan
persepsi wanita terhadap nyeri atau bahkan memperpanjang proses
persalinan hingga perlu meningkatkan jumlah intervensi medis
yang berbeda dan bersifat invasif. Aromaterapi pada dasarnya
ditawarkan oleh bidan, bukan dokter (Tillett & Ames 2010 dalam
Tiainen,2014).
Minyak esensial yang dapat digunakan selama proses
persalinan adalah minyak dengan aroma rose/mawar, lavender,
peppermint, lemon, eucalyptus, bergamot, dan jasmine/melati.
Minyak esensial dapat digunakan melalui penguapan, hidroterapi,
dan massage/pemijatan (Koensoemardiyah, 2009).
6. Jasmine Oil
Minyak jasmine atau melati merupakan suatu tonik uteri
yang telah digunakan secara tradisional sebagai bantuan dalam
persalinan. Melati membantu memperkuat kontraksi, dan memiliki
kandungan pereda nyeri dan antispasmodik. Secara emosional,
jasmine memiliki kualitas memberikan energi dan memiliki
beberapa kandungan antidepresan atau antikecemasan yang cukup
tinggi, di antaranya linalool 6,10% dan benzyl acetate 15,78%.
Linalool berfungsi untuk menurunkan kecemasan dan relaksasi,
sedangkan benzyl acetate merupakan zat yang berfungsi untuk
memberikan aroma harum pada bunga melati tersebut.
Aromaterapi jasmine tidak digunakan sebelum usia kehamilan
cukup bulan (Koensoemardiyah, 2009).
Berasal dari bagian bunga. Bermanfaat untuk mengurangi
depresi dan rasa cemas. Menyejukkan, meningkatkan kepekaan,
kejernihan pikiran, ketenangan, menghangatkan emosi, membantu
keteraturan system pernafasan dan mengurangi iritasi karena batuk.
Bersifat sebagai zat kimia yang digunakan untuk merangsang daya
seksual dan dapat dipakai untuk perawat kulit kering dan kulit
sensitif.
F. Tinjauan Askep Bersalin
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah paling kritis dalam proses keperawatan.
Bila langkah ini tidak diselesaikan dalam cara berpusat-klien, perawat
akan kehilangan kendali terhadap langkah proses keperawatan
selanjutnya. Ada dua jenis pengkajian, yaitu pengkajian skrining dan
pengkajian mendalam. Keduanya membutuhkan pengumpulan data
dan mungkin yang paling mudah untuk diselesaikan (NANDA, 2018).
1) Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku,
alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit
(MRS), dan tanggal pengkajian. Kaji juga identitas penanggung
jawab atas pasien.

42
43

2) Data kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang
paling dirasakan pada saat dikaji.
3) Riwayat obstetri dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat pernikahan, riwayar kehamilan, persalinan,
nifas yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat
keluarga berencana.
4) Riwayat penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah
pasien dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus (DM) dan lainnya.
5) Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien
seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum),
eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat
tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya
dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol),
kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan pasien
dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan
belajar.
6) Pemeriksaan fisik
Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti Glasgow
coma scale (GCS), tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (TTV).
Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik head
to toe dari :
a. Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut,
dan leher. Apakah ada kelainan pada bagian tertentu, ada
benjolan atau tidak, ada edema atau tidak.
b. Dada : pemeriksaan pada mamae, areola.
c. Abdomen : pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri
(TFU), detak jantung janin (DJJ).
d. Genetalia dan perineum : pemeriksaan dalam seperti
vaginal toucher (VT), status portio, warna air ketuban.
e. Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba apakah ada
tanda-tanda edema, varises, dan sebagiannya.
f. Data penunjang Data penunjang dilakukan atas indikasi
tertentu yang digunakan untuk memperoleh keterangan
yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan data penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yaitu suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
Keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2017).
Tabel 1 Diagnosa Keperawatan Persalinan

No Diagnosa Hasil Intervensi


1. Ansietas Tingkat Ansietas : Reduksi ansietas :
Definisi: 1. Kecemasan di 1. Identifikasi saat tingkat
Kondisi emosi dan laporkan berat ansietas berubah
pengalaman menjadi sedang 2. Identifikasi
subyektif individu 2. Perilaku gelisah kemampuan
terhadap objek yang di laporkan berat mengambil keputusan
tidak jelas dan menjadi sedang 3. Monitor tanda-tanda
spesifik akibat 3. Verbalisasi ansietas
antisipasi bahaya khawatir akibat 4. Ciptakan suasana
yang memungkinkan kondisi yang di terapeutik untuk
individu melakukan hadapi di menumbuhkan
tindakan untuk laporkan kepercayaan
menghadapi ancaman meningkat 5. Temani pasien untuk
Batasan: menjadi sedang mengurangi kecemasan
1. Krisis situsional 4. Frekuensi 6. Pahami situasi yang
2. Kebutuhan tidak pernapasan di membuat ansietas

44
45

terpenuhi laporkan 7. Dengarkan dengan


3. Krisis meningkat penuh perhatian
maturasional menjadi sedang 8. Gunakan pendekatan
4. Ancaman 5. Frekuensi nadi yang tenang dan
terhadap konsep di laporkan meyakinkan
diri meningkat 9. Tempatkan barang
5. Ancaman menjadi sedang pribadi yang
terhadap 6. Tekanan darahdi memberikan
kematian laporkan kenyamanan
6. Kekhawatiran meningkat 10. Motivasi
mengalami menjadi sedang menidentifikasi situasi
kegagalan 7. Mampu yang memicu
7. Disfungsi sistem menggunakan kecemasan
keluarga teknik relaksasi 11. Diskusikan
8. Hubungan orang untuk perencanaan realistis
tua-anak tidak meredakan tentang peristiwa yang
memuaskan ansietas akan dating
9. Faktor keturunan 12. Jelaskan prosedur,
10. Penyalahgunaan termasuk sensasi yang
zat mungkin di alami
11. Terpapar bahaya 13. Informasikan secara
lingkungan factual mengenal
12. Kurang terpapar diagnosis, pengobatan,
informasi dan prognosis
14. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
15. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
16. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
18. Latih mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
19. Latih teknik relaksasi
Terapi relaksasi:
1. Identifikasi penurunan
tingkat energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu kognitif
2. Identifikasi teknik
relaksasi yang efektif
pernah di gunakan
3. Identifikasi kesedian,
kemempuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
6. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman,jika
memungkinkan
7. Berikan informasi
tentang persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
8. Gunakan pakaian
longgar
9. Gunakan suara lembut
dengan irama lambat
10. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tesedia
11. Jelaskan secara rinci
intervensi yang di pilih
12. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
13. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
14. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang di
pilih

46
47

15. Demonstrasikan dan


latih teknik relaksasi

2. Nyeri melahirkan Kontrol nyeri : Manajemen nyeri :


Definisi : 1. Kemampuan 1. Identifikasi lokasi
Pengalaman sensorik mengenali karakteristik, durasi,
dan emosional yang onset nyeri frekuensi, kualitas,
bervariasi dari menjadi intensitas nyeri
menyenangkan cukup 2. Identifikasi skala nyeri
sampai tidak meningkat 3. Identifikasi respon nyeri
menyenangkan yang 2. Kemampuan non verbal
berhubungan dengan mengenali 4. Identifikasi factor yang
persalinan penyebab memperberat dan
Batasan : nyeri memperingan nyeri
1. Dilatasi menjadi 5. Identifikasi pengaruh
serviks cukup budaya terhadap respon
2. Pengeluaran meningkat nyeri
janin 3. Dukungan 6. Identifikasi pengaruh nyeri
orang pada kualitas hidup
terdekat 7. Monitor keberhasilan terapi
menjadi komplementer yang sudah
meningkat di berikan
Tingkat nyeri 8. Monitor efek samping
1. Frekuensi penggunaan analgesic
nadi cukup 9. Berikan teknik
membaik nonfarmakologi untuk
2. Pola napas mengurangi rasa nyeri
cukup 10. Kontrol lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri
3. Tekanan 11. Fasilitasi istirahat dan tidur
darah 12. Pertimbangkan jenis dan
menjadi sumber nyeri dalam
cukup pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri
4. Nafsu 13. Jelaskan penyebab,
makan periode, dan pemicu nyeri
menjadi 14. Jelaskan sstrategi
cukup meredakan nyeri
membaik 15. Anjurkan memonitor nyeri
5. Perasaan secara mandiri
depresi 16. Anjurkan penggunaan
(tertekan) analgesic yang tepat
menjadi 17. Ajarkan teknik
sedang nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
18. Kolaborasi pemberian
analgetik
Terapi pemijatan
1. Identifikasi
kontraindikasi terapi
pemijatan
2. Identifikasi kesediaan
dan penerimaan
dilakukan pemijatan
3. Monitor respons
terhadap pemijatan
4. Tetapkan jangka waktu
untuk pemijatan
5. Pilih area tubuh yang
akan di pijat
6. Cuci tangan dengan air
hangat
7. Siapkan lingkungan
yang hangat, nyaman
dan privasi
8. Buka area yang akan di
pijat
9. Tutp area yang tidak
terpajan
10. Gunakan lotion atau
minyak untuk
mengurangi gesekan
11. Lakukan pemijatan
secara perlahan
12. Lakukan pemijatan
dengan teknik yang
tepat
13. Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi
14. Anjurkan rileks selama
pemijatan
15. Anjurkan beristirahat
setelah di lakukan
pemijatan
3. Kesiapan persalinan Tingkat keletihan : Perawatan persalinan :
Definisi : 1. Verbalisasi 1. Identifikasi kondisi
Pola mempersiapkan, lelah cukup proses persalinan
mempertahankan dan menurun 2. Monitor kondisi fisik
memperkuat proses 2. Gelisah dan psikologis pasien
kehamilan dan cukup 3. Monitor kesejahteraan
persalinan serta menurun ibu
perawatan bayi baru 3. Frekuensi 4. Monitor kesejahteraan

48
49

lahir napas janin


menurun 5. Monitor kemajuan
4. Perasaan persalinan
bersalah 6. Monitor tanda-tanda
cukup persalinan
menurun 7. Monitor tingkat nyeri
5. Selera selama persalinan
makan 8. Lakukan pemeriksaan
sedang leopold
6. Pola napas 9. Berikan metode
sedang alternatif penghilang
7. Pola 10. Informasikan kemajuan
istirahat persalinan
sedang 11. Ajarkan teknik
relaksasi
12. Anjurkan ibu
mengosongkan
kandung kemih
13. Anjurkan ibu cukup
nutrisi
14. Ajarkan ibu cara
mengenali tanda-tanda
persalinan
15. Ajarkan ibu mengenali
tanda bahaya
persalinan
Perawatan kenyamanan
1. Identifikasi gejala yang
tidak menyenangkan
2. Identifikasi
pemahaman tentang
kondisi, situasi dan
perasaannya
3. Identifikasi masalah
emosional dan spiritual
4. Berikan posisi yang
nyaman
5. Berikan kompres
dingin atau hangat
6. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
7. Berikan pemijatan
8. Berikan terapi
akupresur
9. Berikan terapi hipnosis
10. Dukungan keluarga dan
pengasuh terlibat
terapi/pengobatan
11. Ajarkan terapi relaksasi
12. Ajarkan latihan
pernapasan

4. Koping tidak efektif Tingkat Ansietas : Dukungan emosional


Definisi : 1. Kecemasan di 1. Identifikasi fungsi
Ketidakmampuan laporkan berat marah, frustasi dan
menilai dan menjadi sedang amuk bagi pasien
merespon stresor 2. Perilaku 2. Identifikasi hal yang
dan/atau gelisah di memicu emosi
ketidakmampuan laporkan berat 3. Fasilitasi
menggunakan menjadi sedang mengungkapakan
sumber-sumber yang 3. Verbalisasi perasaan cemas, marah
ada untuk mengatasi khawatir akibat atau sedih
masalah kondisi yang di 4. Lakukan sentuhan
Batasan : hadapi di untuk memberikan
1. Ketidakperca laporkan dukungan
yaan terhadap meningkat 5. Tetap bersama pasien
kemampuan menjadi sedang dan pastikan keamanan
diri mengatasi 4. Frekuensi selama ansietas
masalah pernapasan di 6. Kurangi tuntutan
2. Ketidakadeku laporkan berpikir saat sakit atau
atan system meningkat lelah
pendukung menjadi sedang 7. Jelaskan konsekuensi
3. Ketidakadeku 5. Frekuensi nadi tidak menghadapi rasa
atan strategi di laporkan bersalah dan malu
koping meningkat 8. Anjurkan
4. Ketidakteratu menjadi sedang mengungkapkan
ran atau 6. Tekanan perasaan yang di alami
kekacauan darahdi Teknik menenangkan
lingkungan laporkan 1. Identifikasi masalah
5. Ketidakcukup meningkat yang di alami
an persiapan menjadi sedang 2. Buat kontrak dengan
untuk 7. Mampu pasien
menghadapi menggunakan 3. Ciptakan ruangan yang
stresor teknik relaksasi tenang dan nyaman
6. Disfungsi untuk 4. Anjurkan
system meredakan mendengarkan music
keluarga ansietas yang lembut atau music
7. Krisis yang di sukai
situsional 5. Anjurkan berdoa,
8. Krisis berdzikir, membaca
maturasional kitab suci, ibadah
9. Kerentanan sesuai agama yang di

50
51

personalitas anut
10. Ketidakpastia 6. Anjurkan melakukan
n teknik menenangkan
hingga perasaan
menjadi tenang
5. Resiko pendarahan Tingkat Pencegahan pendarahan :
Definisi : pendarahan: 1. Monitor tanda dan
Beresiko mengalami 1. Kelembapan gejala pendarahan
kehilangan darah membran 2. Monitor nilai
baik internal (terjadi mukosa hematocrit/hemoglobin
di dalam tubuh menjadi sebelum dan setelah
maupun eksternal cukup kehilangan darah
(terjadi hingga keluar meningkat 3. Pertahankan bedrest
tubuh) 2. Kelembapan selama pendarahan
Batasan : kulit 4. Hindari pengukuran
1. Aneurisma menjadi suhu rektal
2. Gangguan cukup 5. Anjurkan
gastrointestin membaik meningkatkan asupan
al 3. Pendarahan cairan untuk
3. Gangguan vagina menghindari konstipasi
fungsi hati menjadi 6. Anjurkan
4. Komplikasi sedang meningkatkan asupan
kehamilan 4. Hemoglobin makanan dan vitamin
5. Komplikasi menjadi K
pasca partum cukup 7. Anjurkan segera
6. Gangguan membaik melapor jika terjadi
koagulasi 5. Tekanan pendarahan
7. Efek agen darah 8. Kolaborasi pemberian
farmakologis menjadi produk darah, jika di
8. Tindakan cukup perlu
pembedahan membaik Perawatan persalinan :
9. Trauma 6. Suhu tubuh 1. Identifikasi kondisi
10. Kurang menjadi proses persalinan
terpapar cukup 2. Monitor kondisi fisik
informasi membaik dan psikologis pasien
tentang Status pascapartum 3. Monitor kesejahteraan
pencegahan 1. Aktivitas ibu
pendarahan fisik 4. Monitor kesejahteraan
11. Proses menjadi janin
keganasan sedang 5. Monitor kemajuan
2. Kenyamana persalinan
n menjadi 6. Monitor tanda-tanda
sedang persalinan
3. Keletihan 7. Monitor tingkat nyeri
menjadi selama persalinan
cukup 8. Lakukan pemeriksaan
menurun leopold
4. Depresi 9. Berikan metode
menjadi alternatif penghilang
cukup rasa sakit
menurun 10. Informasikan kemajuan
5. Tekanan persalinan
darah 11. Ajarkan teknik
menjadi relaksasi
cukup 12. Anjurkan ibu
membaik mengosongkan
6. Frekuensi kandung kemih
nadi 13. Anjurkan ibu cukup
menjadi nutrisi
cukup 14. Ajarkan ibu cara
membaik mengenali tanda-tanda
7. Suhu tubuh persalinan
menjadi 15. Ajarkan ibu mengenali
cukup tanda bahaya
membaik persalinan
8. Eliminasi Perawatan pascapersalinan
urin menjadi 1. Monitor tanda-tanda
sedang vital
9. Eliminasi 2. Monitor keadaan lokia
fekal 3. Periksaan perineum
menjadi atau robekan
sedang 4. Monitor nyeri
10. Mood 5. Monitor status
menjadi pencernaan
cukup 6. Identifikasi adanya
membaik masalah adaptasi
psikologis ibu
postpartum
7. Dukung ibu untuk
melakukan ambulasi
dini
8. Berikan kenyamanan
pada ibu
9. Fasilitas ibu berkemih
secara normal
10. Diskusikan kebutuhan
aktivitas dan istirahat
selama masa
postpartum
11. Diskusikan tentang
perubahan fisik dan
psikologis ibu

52
53

postpartum
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang di gunakan peneliti dalam penulisan proposal ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus (Case study), adalah studi
untuk mengeksplorasi tindakan keperawatan, yaitu Penerapan Slowback
Massage Menggunakan Jasmine Oil pada Asuhan Keperawatan kasus Ibu
Bersalin Primipara di PKM Tangkura.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penerapan dari tindakkan ini akan dilaksanakan di Ruang bersalin,
Penelitian ini dilakukan Pada bulan Januari-April tahun 2021.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien
bersalin primipara yang mengalami kecemasan sebelum persalinan.
D. Fokus Studi
Fokus tindakan dan penelitian ini adalah Penerapan Slowback
Massage Menggunakan Jasmine Oil pada Asuhan Keperawatan kasus Ibu
Bersalin Primipara di PKM Tangkura.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah memuat definisi penelitian agar mudah
diukur.
1. Persalinan
Persalinan merupakan proses di mana subyek penelitian
melahirkan bayi.
2. Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, yang
dirasakan oleh seorang ibu sebelum persalinan. Kecemasan tersebut akan
di ukur dengan menggunakan alat ukur kecemasan yang di sebut Zung

54
55

Self Anxiety Scale yang akan di ukur sebelum dan sesudah di lakukannya
penerapan untuk mengetahui keefektifannya.
3. Terapi Slow Back Massage
Slow Back Massage merupakan tindakan pemijatan ringan atau
tekanan ringan yang di lakukan di punggung klien/subyek penelitian
selama 15-20 menit dan sebanyak 1 kali.
F. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan 3 cara :
a. Metode Wawancara
Data yang didapatkan dalam Metode wawancara yaitu dengan
hasil anamnesis tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat
keluhan utama, riwayat keluhan sekarang, dahulu, keluarga.
Wawancara dilakukan pada pasien, keluarga atau perawat.
b. Metode Observasi
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui pemeriksaan fisik pada pasien yaitu dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi pada sistem tubuh.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan pengambilan data melalui Dinas Kesehatan, dan RSUD Poso
(rekam medik, status pasien, dan dari hasil pemeriksaan Laboratorium
dan Radiologi).
G. Etika penelitian
Dalam menyelesaikan studi kasus ini, peneliti harus menerapkan etika
penelitian dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip otonomi (autonomy)
Prinsip autonomy adalah menghargai harkat dan martabat manusia
dengan memberikan kebebasan pada partisipan untuk membuat keputusan
atas dirinya sendiri secara sadar, bebas dari paksaan untuk partisipasi
dalam penelitian. Bentuk tindakan yang terkait dengan ini diberikan
informed consent.
2. Prinsip benefience dan malefeicience
Prinsip ini bertujuan untuk mencegah kerugian, ketidaknyamanan, dan
menjaga data kerahasiaan partisipan.
3. Prinsip keadilan
Responden berhak bahwa semua data yang diberikan selama penelitian
disimpan dan dijaga kerahasiaannya. Peneliti telah merahasiakan data
klien dengan cara memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang
berarti bahwa indetitas responden klien hanya diketahui oleh peneliti.

56
57

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, E. (2006). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Metode


Hypnobirthding. Buana Ilmu Populer.

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan ( Anxiety ) pada Lanjut Usia
( Lansia ). Konselor, 5(2).

Bobak, I., M, L., & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4).
EGC.

Bobak, Lowdermilk, & Jense. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC.

Braun, M. B., & Simonson, S. J. (2005). Introduction to Massage Therapy.


Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins.

Bulechek, G. ., Butcher, H., & Dochterman, J. M. (2013). Nursing Intervention


Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier.

Cinar, S., & Eser, I. (2012). Effect on Sleep Quality of Back Massage in Older
Adults in Rest Home.
Devi, R. F., & Sangeetha, C. (2016). Effectiveness of Routine Back Massage
versus Jasmine Oil Back Massage Versus Coconut Oil Back Massage on
Labour Pain among Parturient Mothers in Selected Tertiary Care Hospital
Bangalore. -. International Journal of Health Sciences and Research
(IJHSR), 6(8), 219–224.

Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi


Tengah Tahun 2019.

Fitri, L., Noviawanti, R., & Sasrawita. (2018). Efektivitas Stimulasi Kutan Slow
Stroke Back Massage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Bersalin. Jurnal
Endurance 3, 3(2), 232–237.

Harris, M., & Richard. (2009). The Physiological And Pshycological Effects Of
Slowstroke Back Massage And Hand Massage On Relaxation In Older
People. Jurnal of clinikal nursing, balackwell publising Ltd.

Hawari, D. (2008). Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

Joseph, R. M., & Fernandes, P. (2013). Effectiveness of Jasmine Oil Massage on


Reduction of Labor Pain Among Primigravida Mothers. Journal of Health
and Allied Sciences NU, 03(04), 104–107.

Joyce Y, J. (2014). Keperawatan Maternitas Demystified. (D. H. Arie Prabawati,

58
59

Ed.) (Edisi 1). Rapha Publishing.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia.

Koensoemardiyah. (2009). Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran dan


Kecantikan (Yogyakarta). Lily Publisher.

Kushariyadi, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Salemba Medika.

Manurung, S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuham Keperawatan


Intranatal. Trans Info Media.

McDowell, I. (2006). Measuring Health : A Guide to Rating Scales and


Questionnaires. Oxford University Press.

Meihartati, T., & Mariana Siti. (2017). Efektivitas Endorphin Massage Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu. Jurnal Darul Azhar Vol, 5(1), 85–93.

Mok, E., & Woo, C. . (2004). The Effects Of Slow-Stroke Back Massage On
Anxiety and Shoulder Pain in Elderly Strokepatients. Complementary
Therapies Nursing & Midwifery.
NANDA. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018-2020.
NANDA International.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Salemba Medika.

Pakarti, R. A., & Dewi, A. P. S. (2019). Penerapan Back Massage Menggunakan


Jasmine Oil untuk Mengurangi Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif.
The 10th University Research Colloqium, 320–326.

Patria, F. (2015). Dahsyatnya Hamil Sehat (Edisi 1). Idesegar Media Utama.

Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik Vol. 1. EGC.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus PPNI.

Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternaldan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka.

60
61

Prawirohardjo, Sarwono. (2007). Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. YBP-SP.

Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rohani. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Salemba Medika.

Rosyati, H. (n.d.). Persalinan.

Sarifah, S. (2016). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan Ibu Hamil


Pertama Trimester ke III dalam Menghadapi Persalinan di Samarinda. E-
Journal Psikologi, 4(4), 2477–2674.

Setiani, C. D. F., Titisari, I., & Antono, S. D. (2020). Hubungan Tingkat


Kecemasan Ibu Dengan Terjadinya Persalinan Lama (Prolong) Pada Ibu
Bersalin Kala 1 Fase Aktif Primigravida. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 168–169.

Sharma. (2009). Aroma Therapy, Di Terjemahkan Alexander Sindoro. Kharisma


Publishing Group.

Solehati, T., & Kokasih, C. E. (2015). Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam
Keperawatan Maternitas.

Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Erlangga.

Stuart, & Sundeen. (2006). Keperwatan Psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Edisi 5). EGC.

Sukarni, I., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha
Medika.

Sukmaningtyas, W., & Windiarti, P. A. (2016). Efektivitas Endorphine Massage


Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Primippara. Bidan Prada,
07(juni), 53–62.

Sumarah. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Fitramaya.

Varney, H. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. EGC.

Wahyuningsih, T. A. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan. \

62
63

Weerapong, P., Hume, P. ., & Kolt, G. . (2005). The Mechanisms Of Massage and
Effects On Performance, Muscle Recovery and Injury Prevention. Auckland
University of Technology.

Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Lampiran 1

Novembe April Mei


Desember Januari Februari Maret
No Kegiatan r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1
judul
Penyusunan
2
proposal
3 Konsultasi

4 Perbaikan

5 Persetujuan
Ujian
6
proposal
7 Perbaikan

Perizinan
8
penelitian

9 Penelitian

Pengelolaan
10
data
Konsultasi
11
hasil

12 Ujian KTI

13 Perbaikan

Penyetoran
14
KTI
Jadwal Kegiatan Penelitian

64
65

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Alamat :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa :

Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari, mengerti dan memahami


tentang tujuan, manfaat, dan resiko yang timbul dalam penelitian ini, maka saya
ikut serta dalam penelitian yang berjudul:

“Penerapan Slow Back Massage Menggunakan Jasmine Oil Pada Asuhan


Keperawatan Ibu Bersalin Primipara”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada
paksaan dari pihak

Poso, 2021
Yang menyatakan

(…………………)

Lampiran 3

66
67

Lampiran 4

PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Saya Hikma A. Al Idrus Mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Prodi
D-III Keperawatan Poso yang sedang melakukan penelitian tugas akhir, dengan
ini meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian
yang berjudul“Penerapan Slow Back Massage Menggunakan Jasmine Oil
Pada Asuhan Keperawatan Kasus Ibu BersalinPrimipara Di PKM
Tangkura”

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penerapan Slow Back
Massage menggunakan Jasmine Oil Pada Asuhan Keperawatan Kasus Ibu
Bersalin Primipara
2. Manfaat bagi ibu adalah akan merasa nyaman karena intensitas cemas yang
dirasakan ibu menurun. Khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan
tindakan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan serta
meningkatkan pengetahuan terutama mengenai ansietas.
3. Tindakan yang akan dilakukan adalah prosedur tindakan keperawatan dengan
Penerapan Slow Back Massage Menggunakan Jasmine oil. Tindakan tersebut
dimulai saat kala 1 sampai kala 4.
4. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan Bapak/Ibu bisa
sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.
5. Semua data yang telah diberikan selama penelitian disimpan dijaga
kerahasiaannya. Peneliti akan merahasiakan data Bapak/Ibu dengan cara
memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang berarti identitas
Bapak/Ibu hanya diketahui peneliti. Untuk informasi lebih lanjut Bapak/Ibu
dapat menghubungi di nomor telepon 082292756028

Peneliti
(Hikma A.Al Idrus)

68
69

Lampiran 5

SOP PENERAPAN BACK MASSGE MENGGUNAKAN JASMINE OIL


UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PERSALINAN KALA I

A Pengertian :
. Slow Back Massage adalah pijatan lembut, lambat, dengan penekanan
berirama pada daerah torakal 10 sampai 12 dan lumbal 1 yang merupakan
sumber persarafan dari pada uterus dan serviks, teknik ini dilakukan
sebanyak 60 pijatan dalam 1 menit.
B. Tahap pre interaksi:
1. Mengidentifikasi kebutuan/indikasi klien
2. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri perawat.
3. Mengumpulkan data tentang pasien
4. Mencuci tangan
5. Menyiapkan alat dan bahan jika diperlukan

C. Tahap Orientasi:
1. Berikan salam, tanyakan nama pasien dan perkenalkan diri
D Tahap Kerja:
. Langkah-langkah Gambar
1. Menjaga Privasi Klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan minyak (jasmine oil)
kedalam mangkukkecil
4. Mengatur posisi klien dengan posisi
miringkiri
5. Membantu klien melepaspakaian
6. Memasang selimut pada bagian
tubuh yang tidak diberikanmassage
7. Mengoleskan minyak (jasmine oil)
pada punggungibu
8. Malakukan warming up massage
dengan stretching punggung
(mengurut seluruh
bagianpunggung)
9. Melakukan pemijatan utama
dengan memijat secara lembut
bagian torakal 10 sampai 12 dan
lumbal 1 dengan 60 pijatan dalam
dalam satu menit, lamanya
perlakuan (5 menit, 10 menit dan
15 menit). Gerakan pemijatan
utama slow backmassage.
10. Mengakhiri pemijatan dengan
teknik slow down massage
(mengurut punggungkembali)
11. Membersihkan punggung ibu
menggunakan air dan sabun bila
diperlukan kemudian dibilas denan
menggunakan washlap basah dan
keringkan denganhanduk.
12. Menjelaskan pada ibu bahwa
tindakan telahselesai
13. MerapikanPasien.
14. Mencucitangan

E. Fase Terminasi:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak waktu
4. Dokumentasi

70
71
Lampiran 6

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN

Nama Mahasiswa :

Nim :

Hari/tgl/jam :

DATA UMUM

1. Initial klien :
2. Usia :
3. Status perkawinan :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terakhir :
7. Alamat :
8. Inisial Suami :
9. Usia :
10. Agama :
11. Pekerjaan :
12. Pendidikan terakhir :
13. Alamat :

72
73

DATA UMUM KESEHATAN

1. TB/ BB hamil / BB sebelum hamil : ………cm /…………kg /…..……kg

2. Masalah kesehatan khusus :

3. Obat – obatan :

4. Alergi (obat/makanan/bahan tertentu) :

5. Diet khusus :

6. Alat bantu yang digunakan : (gigi palsu/ kacamata/ lensa kontak/ alat bantu
dengar), lain2 sebutkan :

7. Frekuensi BAK, masalah :

8. Frekuensi BAB, masalah :

9. Kebiasaan waktu tidur :

DATA UMUM OBSTETRI

1. Kehamilan sekarang direncanakan : ya/ tidak

2. Status obstetric : G…..P…..A……usia kehamilan……………minggu


3. HPHT………………… taksiran partus………………………….

4. Jumlah anak :

NO JENIS CARA BB KEADAAN UMUR


KELAHIRAN LAHIR LAHIR

5. Mengikuti kelas prenatal : ya/ tidak

6. Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini :

7. Tempat periksa ANC /Pemeriksa :

8. Masalah kehamilan yang lalu :

9. Masalah kehamilan sekarang :

10. Rencana KB : ya/ tidak, jenis apa, alasan tidak memakai apa :

11. Makanan bayi sebelumnya : ASI/ PASI/ lainnya :

12. Pendidikan kesehatan yang diinginkan saat ini :

74
75

Lingkari : relaksasi/ pernafasan/ manfaat ASI/ cara member minum dengan botol/
senam nifas/ metoda KB/ perawatan perineum, lain2 : sebutkan :

13. Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu mengurus bayi : suami/
teman/ orang tua

14. Masalah dalam persalinan yang lalu :

RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

1. Mulai persalinan (kontraksi/ pengeluaran per vaginam) tgl/ jam : ………

2. Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatan) : ….

3. Frekuensi, kualitas, dan keteraturan denyut jantung janin : …………….

4. Pemeriksaan fisik :

a. Kenaikan BB selama kehamilan…………………kg

b. Tanda-tanda vital: TD……………mmHg, nadi……….x/mnt, suhu………0C,


RR………..x/mnt

c. Kepala/ leher : normal/ tidak

d. Jantung
e. Paru-paru

f. Payudara

g. Abdomen (secara umum dan pemeriksaan obstetric)………………

h. Kontraksi : ……………………………DJJ : …………………………

i. Ekstremitas : edema/ tidak

j. Reflex : …………………………………………………………………

5. Pemeriksaan dalam pertama : jam …………………oleh ………………

Hasil :

6. Ketuban (utuh/ pecah), jika sudah pecah : tgl/ jam……………warna

7. Hasil laboratorium :

DATA PSIKOSOSIAL

1. Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang……………………………

2. Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang …………………………

3. Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang …………………

76
77

LAPORAN PERSALINAN

Pengkajian awal

1. Tanggal……..jam……………

2. TTV TD…….mmHg, Nadi…..X/menit, suhu…..0 C, RR…….. X/menit

3. Pemeriksaan palpasi abdomen…………

4. Hasil periksa dalam……………

5. Persiapan perineum…………..

6. Dilakukan klisma (ya/tidak) jelaskan……….

7. Pengeluaran pervaginam………

8. Perdarahan pervaginam (ya/ tidak), jelaskan….

9. Kontraksi uterus (frekuensi, kualitas) ......

10. Status janin (hidup/ tidak, jumlah, presentasi)……..

KALA PERSALINAN

Kala I
1. Mulai persalinan tanggal………..jam………

2. Tanda & gejala……….

3. TTV TD…….mmHg, Nadi…..X/menit, suhu…..0C, RR…….. X/menit

4. Lama kala I……….jam………menit…..detik

5. Keadaan psikososial…….

6. Kebutuhan khusus klien…….

7. Tindakan……..

8. Pengobatan………

9. Observasi kemajuan persalinan:

Tanggal/ jam Kontraksi uterus DJJ Ket

Kala II

1. Kala II dimulai: tanggal……..jam………

2. TTV TD…….mmHg, Nadi…..X/menit, suhu…..0C, RR…….. X/menit

3. Lama kala II….jam.......menit.......detik

4. Tanda & gejala...….

78
79

5. Jelaskan upaya meneran………

6. Keadaan psikososial….

7. Kebutuhan khusus…….

8. Tindakan………………

CATATAN KELAHIRAN

1. Bayi lahir jam:…….

2. Nilai APGAR menit I...... menit V…….

3. Perineum (utuh/ episiotomy/ rupture) jika rupture, tingkat……….

4. Bonding ibu dan bayi (Inisiasi Menyusu Dini)….

5. TTV TD…….mmHg, Nadi…..X/menit, suhu…..0C, RR…….. X/menit

6. Pengobatan……..

Kala III

1. Tanda & gejala.............

2. Plasenta lahir jam…....

3. Cara lahir plasenta............


4. Karakteristik plasenta…….

Ukuran..….cm X…….cm X…….cm

Panjang tali pusat…...cm

Jumlah pembuluh darah...........arteri…...vena

Kelainan…….

5. Perdarahan…...ml

6. Karakteristik……..

7. Keadaan psikososial………

8. Kebutuhan khusus…..

9. Tindakan……..

10. Pengobatan………..

Kala IV

1. Mulai jam…….

2. TTV TD…….mmHg, Nadi…..X/menit, suhu…..0C, RR…….. X/menit

3. Kontraksi uterus…

80
81

4. Perdarahan .......ml, karakteristik ...…..

5. Bonding ibu & bayi …..

6. Tindakan ...….

BAYI

1. Bayi lahir tanggal/ jam ...….

2. Jenis kelamin……

3. Nilai APGAR .................

4. BB/ PB/ Lingkar kepala bayi…................gram...…..cm………..cm

5. Karakteristik khusus bayi…………………

6. Kaput succedaneum/ cephalhematoma .......

7. Suhu…..oC

8. Anus berlubang/ tertutup ..................

9. Perawatan tali pusat….

10. Perawatan mata…….

Anda mungkin juga menyukai