Anda di halaman 1dari 85

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN AROMATERAPI MAWAR DAN HAND MASSAGE


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIPERTENSI
DI RSUD POSO

PROPOSAL STUDI KASUS


OLEH:

RAFIKA FEBRIANA HUDJU


NIM: PO0220218037

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENRIAN KESEHATAN PALU
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POSO
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program
Studi D-III Keperawatan Poso.

Nama : Rafika Febriana Hudju


Nim : PO0220218037

Poso, 19 April 2021


Pembimbing I

Dewi Nurviana Suharto. M. Kep. Sp. Kep.MB


NIP. 198511102010122003

Poso, 19 April 2021


Pembimbing II

Ulfa Sufyaningsi, S.Kep, M.Kes


NIDN : 0925019001

Menyetujui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim penguji Poltekkes Kemenkes
Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Poso.

Nama : Rafika Febriana Hudju


NIM :PO0220218037

Poso, 20 April 2021


Penguji I

Dafrosia Darmi Manggasa. S. Kep. Ns. M. Biomed


NIP : 198106082005012003

Poso, 20 April 2021


Penguji II

Tasnim,S.Kep.Ns.MM
NIP : 1963014019842001

Poso, 20 April 2021


Penguji III

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP : 197307271997031002

Menyetujui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Proposal penelitian ini. Adapun judul Proposal penelitian ini adalah “Penerapan
Aromaterapi Mawar dan Hand Massage Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di RSUD Poso”,
yang diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan
Program Diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Palu Program Studi Keperawatan Poso.
Peneliti menyadari bahwa Proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna karena dalam penyusunan Proposal penelitian ini peneliti banyak
menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuam dan masukkan saran
dari semua pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini.
Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada ayah dan ibu selaku
orang tua yang tercinta yang telah banyak berkorban dan selalu memberi nasehat,
arahan serta mendoakan peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini dan
pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Nasrul, SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Palu.
2. Selvi Afrida M, D.Kp.M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palu.
3. Agusrianto,S.Kep.Ns.MM selaku Ketua Program Studi Keperawatan Poso.
4. Dewi Nurviana Suharto. M. Kep. Sp. Kep.MB selaku pembimbing utama yang
telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan arahan
serta saran-saran kepada peneliti dalam menyusun Proposal penelitian.
5. Ulfa Sulfyaningsi, S.Kep,M..Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan Proposal penelitian ini.

iv
6. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Keperawatan Poso,
yang telah banyak mengajarkan dan membantu dalam pembelajaran dan
perkuliahan.
7. Kepada teman-teman sesama mahasiswa yang telah bersama-sama berjuang
untuk menyelesaikan pendidikan pada waktunya.

Peneliti menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan


yang dimiliki penelitian maka Proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan peneliti untuk perbaikan penyusunan di masa akan datang.
Akhirnya peneliti berharap semoga Proposal penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti
baik moril dan materil, dorongan, dan perhatian akan mendapat imbalan dari
Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.

Poso, 20 April 2021

Penulis
Rafika.F.Hudju

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...............................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
A. Tinjauan Tentang Hipertensi.........................................................................7
B. Tinjauan Tentang Kecemasan.....................................................................15
C. Tinjauan Tentang Kecemasan Pada Pasien Hipertensi...............................24
D. Tinjauan Tentang Aromaterapy Mawar dan Hand Massage.......................26
E. Tinjauan Tentang Asuhan Keperawatan Hiperetensi..................................37
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................50
A. Jenis Penelitian............................................................................................50
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................50
C. Subyek Study Kasus....................................................................................50
D. Fokus Studi..................................................................................................50
E. Definisi Operasional....................................................................................50
F. Pengumpulan Data......................................................................................51
G. Analisa Data.............................................................................................51
H. Etika Penelitian........................................................................................52

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Penulis

Lampiran 2 Penjelasan Sebelum Lampiran

Lampiran 3 informed consent

Lampiran 4 Jadwal kegiatan Penelitian

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum
dan merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit global (Rini,
2020). Data WHO tahun 2019 menunjukkan bahwa peningkatan tekanan
darah menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total
kematian di dunia (WHO, 2019). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018
prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia
adalah sebesar 36,2%. (Riskesdas, 2018). Sedangkan di provinsi Sulawesi
tengah penderita hipertensi berusia ≥ 15 tahun sebesar 30,4% (Sulteng,
2019). Berdasarkan data Dinas Kabupaten Poso dari tahun 2016 kasus
Hipertensi sebanyak 3210 kasus, di tahun 2017 sebanyak 5031 Kasus
untuk tahun 2018 januari sampai Mei kasus penyakit hipertensi sebanyak
776 (38,8%) (Palita et al., 2019).
Pada pasien hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan
berbagai komplikasi, dapat terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal
jantung kongestif, stroke, ensevalopati hipertensif, gagal ginjal kronis, dan
retinopati hipertensif (Nuraini, 2015). Peningkatan tekanan darah baik
systole maupun diastole yang abnormal dengan gejala seperti pusing
disertai dengan tengkuk yang kaku, tidak bisa tidur, tulang-tulang sakit,
sering kesemutan, dan kadang mengeluarkan keringat dingin hal tersebut
sterus menerus dirasakan oleh penderita hipertensi yang membuat pasien
mengalami kecemasan (Setyorini & Setyaningrum, 2020).
Penderita hipertensi sebagian besar kadang muncul perasaan cemas
dan sering memikirkan penyakit hipertensi yang dialaminya, beberapa
diantaranya mengatakan khawatir tentang penyakitnya dan sulit tidur serta
muncul perasaan yang tidak menentu (Mohd, 2017). Klien hipertensi
rentan mengalami ansietas yaitu mulai klien didiagnosa hipertensi dan
mengetahui prognosis penyakitnya, Ansietas klien hipertensi semakin
meningkat dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan penyakit

2
hipertensi yang dideritanya (Prasetya, 2014). Pasien hipertensi dengan
komplikasi menyebabkan kecemasan (Kati, 2018) Faktor lain yang
membuat pasien hipertensi merasa cemas adalah konflik mental atau
trauma, sering terjadi ketika hal yang mengancam yang pernah dialami
kembali terjadi (Rizal et al., 2019). Pasien hipertensi merasa cemas dengan
peningkatan Tekanan darah yang abnormal secara terus menerus
(Setyawan & Hasnah, 2020). Pasien hipertensi dengan kondisi kronis dapat
mengalami kecemasan (Rini, 2020).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, yang ditandai
dengan adanya perasaan tegang, takut dan disertai perubahan fisiologis
seperti denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah (Setyawan & Hasnah,
2020). Pada pasien hipertensi yang mengalami kecemasan dapat
meningkatkan efek psikologis dan fisiologis pasien termasuk detak jantung
yang tidak normal, meningkatnya tekanan darah (blood pressure), output
jantung, dan detak jantung yang dapat menyebabkan komplikasi
prosedural yang parah dan memperburuk gejala coronary heart disease
(Nuraini, 2015). Kecemasan yang terus menerus dialami pasien hipertensi
justru akan memperburuk kondisi hipertensinya. Oleh karena itu, pasien
hipertensi yang mengalami kecemasan memerlukan penanganan yang tepat
serta baik dalam usaha untuk menurunkan kecemasanya agar tidak
memperburuk kondisi hipertensinya (Setyawan & Hasnah, 2020)
Untuk mengatasi masalah kecemasan, beberapa terapi
komplementer yang dapat di gunakan adalah Hand massage dan
aromaterapi mawar. Hand massage merupakan tindakan pemijatan pada
tangan dengan menggunakan lima langkah pemijatan menggunakan
minyak (Sitompul & Mustikasari, 2017) Hand massage mengaktifkan
aktifitas parasimpatik kemudian memberikan sinyal neurotransmiter ke
otak, organ dalam tubuh, dan bioelektrik keseluruh tubuh. Impuls saraf
yang dihasilkan saat melakukan hand massage diteruskan menuju
hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF).
CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi

3
Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga medulla adrenal memproduksi
endorfin. Endorfin yang disekresikan ke dalam peredaran darah dapat
mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Afrianti, 2017)
Hal ini sesuai dengan penelitian (Sitompul & Mustikasari, 2017)
terbukti menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan setelah
dilakukan hand massage yaitu cemas sedang menjadi cemas ringan dan
terjadi penurunan kecemasan pada responden yang mengalami cemas berat
menjadi cemas sedang. Penelitian lain dari (Rini, 2020) setelah di berikan
Hand Massage 10 menit terjadi penurunan kecemasan pada pasien
hipertensi dari cemas berat menjadi cemas sedang, dan cemas sedang
menjadi cemas ringan. Penelitian lain dari (Sri et al., 2013) ditemukan
bahwa Hand massage berpengaruh pada penurunan tingkat kecemasan.
Aromaterapi mawar menjadi salah satu terapi nonfarmakologi yang
bersifat Complementary and Alternative Medicine terapi keperawatan yang
Aromaterapi dapat memberikan efek menenangkan (Purwanto, 2013). Cara
kerja dari aromaterapi itu sendiri yaitu ketika wewangian diberikan melalui
reseptor penciuman, kemudian akan membentuk pesan neurologis yang
akan disampaikan ke otak melalui sitem limbik dan menyebabkan otak itu
untuk menghasilkan neurotransmiter seperti endorphin, dimana manfaat
dari endorphin ini menimbulkan rasa nyaman dan rileks (Maliya &
Fatimah, 2019) Hasil penelitian dari (Barati et al., 2016) menyatakan
bahwa terdapat penurunan yang signifikan tingkat kecemasan pasien
hemodialisa pada kelompok intervensi dengan inhalasi air mawar.
Penelitian lain dari (Maliya & Fatimah, 2019) terdapat pengaruh yang
signifikan pemberian inhalasi aromaterapi mawar terhadap tingkat
kecemasan. Kombinasi dari hand massage dan aromaterapi menggunakan
inhalasi mampu memberikan kenyamanan, rasa rileks sehingga pasien
lebih tenang dan kecemasan berkurang berdasarkan
Berdasarkan studi pendahuliuan yang di lakukan peneliti di RSUD
Poso dimana pasien hipertensi yang dirawat mengalami masalah insomnia,
nyeri kepala, kelemahan fisiksebab itu penulis tertarik untuk melakukan

4
study kasus tentang penanganan yang diberikan utuk mengatasi masalah
kecemasan pada pasien hipertensi berfokus pada terapi non farmakologi
yaitu pemberian Aromaterapi mawar dan hand massage. Dengan
memberikan kombinasi terapi non farmakologi Aromaterapi dan hand
massage diharapkan dapat memaksimalkan proses penurunan tingkat
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada pasien hipertensi.
B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana penerapan


kombinasi Aromaterapi mawar dan Hand massage terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan pasien dengan kasus
Hipertensi di RSUD Poso

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistic Aromaterapi
bunga mawar dan hand massage terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada pasien hipertensi di RSUD Poso.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif
pada pasien dengan kasus hipertensi di RSUD Poso.
b. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus
Hipertensi di RSUD Poso.
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi
masalah keperawatan pada pasien dengan kasus Hipertensi di
RSUD Poso.
d. Dapat melakukan pelaksanaan keperawatan penurunan kecemasan
dengan penerapan Aromaterapi dengan Hand massage terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan pasien
dengan kasus Hipertensi di RSUD Poso.
e. Dapat melakukan evaluasi terhadap tindakan yang di lakukan pada
kasus Hipertensi di RSUD Poso.

5
D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :


1. Manfaat bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
perawat di Rumah sakit terkait dengan intervensi keperawatan mandiri
yang sederhana dan mudah untuk diaplikasikan kepada pasien untuk
mengatasi kecemasan pada pasien Hipertensi
2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi terkait
dengan intervensi keperawatan mandiri berdasarkan evidence based
terkini dan dapat di aplikasikan dalam rangka memberikan informasi
kepada mahasiswa yang akan turun praktik, serta dapat menjadi
tambahan bacaan di perpustakaan prodi keperawatan poso.
3. Manfaat bagi penulis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan pengalaman dan
pengetahuan penulis tentang penyakit Hipertensi khususnya dalam
menerapkan intervensi keperawatan mandiri dalam mengatasi masalah
kecemasan pada pasien Hipertensi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg
(Johanes, 2019)
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis
kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas,
konsumsi garam, rokok dan kopi.(Septriana & Dkk, 2019)
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Nuraini, 2015). The joint
national committee on detection, evaluation and treatment of high blood pressure
(JNC) VII telah mengklarifikasi penyakit tekanan darah orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat II,
dan hipertensi derajat III.

7
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah


Normal < 120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120-130 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi derajat 3 180 mmHg 110 mmHg

2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Johanes, 2019)
1) Hipertensi primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah hipetensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa factor yang di duga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause beresiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan perkembangannya
penyakit hipertensi.
d) Berat badan dan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol

8
Merokok dan konsumsi alcohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi Sekuder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vascular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit
utama penyebab hipertensi sekunder.
c) Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%
lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi di sebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan
fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
d) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Kontrasepsi secara oral yang
memiliki kandungan estrogen dapat menyebabkan terajinya hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediet volume expantion. Pada
hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension di
sebabkan klebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler

9
k) Merokok , nikotik dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.
3. Tanda Dan Gejala
Sebagian besar hipertensi biasanya tidak mempunyai gejala spesifik yang
menunjukan kenaikan tekanan darahnya dan hanya di identifikasi dengan
pemeriksaan tekanan darah saja, Seseorang dapat menganggap sakit kepala,
pusing atau hidung berdarah merupakan tanda-tanda meningkatnya tekanan
darah, padahal gejala tersebut hanya sebagian kecil yang terjadi akibat
hipertensi, Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan hipertensi
seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut jantung
yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi, gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal, pusing, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit
pinggang dan sesak nafas. faktor yang mempengaruhi gejala hipertensi yaitu
adanya kerusakan/gangguan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai
dengan sistem organ yang divaskularisasi.
Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan
yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi
sebagai sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa
faktor. Menurut beberapa faktor tersebut yaitu; usia, jenis kelamin,
kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman
sebelumnya koping dan dukungan sosial keluarga
4. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral
resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variable tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh
memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas

10
tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah
sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex
kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia,
susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan
antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon
angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem
pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

11
meningkatkan volume dan tekanan darah. Manifestasi klinis yang dapat
muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin ialah bahwa sebagian
besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun.
Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang
kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah
intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

12
5. Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak pembuluh retina


ginjal
darah

Vasokonstriksi Spasme
Resistensi Suplay O2 sistemik koroner arteriole
pembuluh
pembuluh darah otak
darah ginjal
menurun vasokonstriksi Iskemi miocard
otak diplopia
Blood flow Nyeri dada
Afterload
sinkop menurun
Gangg meningkat Resti
Nyeri
kepala uan Retensi Na injuri
Gangguan Penurunan fatique
pola
perfusi curah jantung
tidur 3. Ko edema
jaringan Intoleransi aktivitas

Sumber : https://id.scribd.com/doc/39276152/Pathway-Hipertensi

13
6. Komplikasi
Menurut (Triyanto, 2014) Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi sebagai
berikut:
a. Stroke
Angka kejadian stroke akibat hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu
mencapai 36% pada lansia diatas 60 tahun. Stroke adalah kondisi ketika
terjadi kematian sel pada suatu area di otak. Hal ini terjadi akibat
terputusnya pasokan darah ke otak yang disebabkan oleh penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah dimana hal tersebut diakibatkan oleh
berbagai hal seperti arterosklerosis dan hipertensi yang tidak terkontrol.
Stroke biasanya terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan
otak.
b. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga dapat terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Hipertensi membuat ginjal
harus bekerja lebih keras, yang mengakibatkan sel-sel pada ginjal akan
lebih cepat rusak.

14
d. Ketidakmampuan Jantung
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-
paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan
kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi
terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan
yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan dan
mendorong kedalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.

B. Tinjauan Tentang Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir
yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak
hal yang harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir,
kondisi lingkungan dan sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif,
untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan
bermanfaat bila hal tersebut mendorong untuk melakukan pemeriksaan
medis secara reguler atau memotivasi untuk belajar menjelang ujian.
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan
bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan
merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Gangguan kecemasan
diklasifikasikan sebagai neurosis hamper sepanjang abad ke-19. Istilah
neurosis diambil dari akar kata yang berarti „suatu kondisi abnormal atau
sakit dari sistem saraf‟ dan ditemukan oleh Cullen. pada abad ke-18.
Neurosis dilihat sebagai suatu penyakit pada sistem saraf. Kemudian
berganti dengan pengertian dari Freud pada abad ke-20. Freud mengatakan
bahwa tingkah laku neurotik terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-ide

15
pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima akan muncul ke dalam
alam sadar. Semua gangguan ini mencerminkan usaha ego untuk
mempertahankan dirinya sendiri melawan kecemasan. Saat ini beberapa
klini mengelompokkan masalah tingkah laku yang lebih ringan di mana
orang-orang yang dikelompokkan di neurosis relatif masih mempunyai
kontak yang baik dengan realitas sedangkan psikosis mempunyai ciri
kehilangan kontak dengan realitas.
2. Tingkat Kecemasan
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Cemas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas
diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang parah tidak
sejalan dengan kehidupan. Rentang respon kecemasan menggambarkan
suatu derajat perjalanan cemas yang dialami individu ( dapat dilihat dalam
gambar 1.2)

Respon Adaptive Respon Maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar Rentang respon kecemasan sumber : Stuart (2016)

Tingkat kecemasan suatu rentang respon yang membagi individu apakah


termasuk cemas ringan, sedang, berat, atau bahkan panik. Beberpa kategori
kecemasan menurut stuart :

16
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan yang menyebabkan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
serta kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan ini memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan sedang ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu
mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat
Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik pada kecemasan
Tingkat paling atas ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami
kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu
melalukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian.

17
Serangan panik periode tersendiri dari kecemasan yang intens, seseorang
di katakana panik bila memiliki sedikitnya empat gejala berikut yang
berkembang cepat dan mencapai puncaknya dalam 10 menit. Terdapat
banyak gejala yang menandai serangan panik yang terjadi pada individu,
seperti: palpitasi, jantung berdenyut keras dengan frekuensi cepat, dapat
pula terjadi keluar keringat yang berlebihan, gemetar, sesak nafas atau
seperti tercekik . gejala lain yang dapat terjadi ialah merasa tersedak,
nyeri dada, mual atau distress abdomen, pusing dan ingin pingsan,
derealisasi (Merasa tidak nyata) atau depersonalisasi (Merasa terasing
dari diri sendiri). Takut kehilangan kendali atau menjadi gila, takut mati,
parestesia.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Stuart & Laraira (2005) menyatakan ada beberapa teori yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan factor factor yang mempengaruhi
kecemasan, diantaranya factor predisposisi dan presipitasi:
a. Faktor predisposisi kecemasan
1) Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan itu, dan fungsi
cemas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
haraga diri rendah rentan mengalami kecemasan yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam

18
diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori konflik memandang
kecemasan sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan.
Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan
kecemasan. Konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan
konflik yang dirasakan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara
gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Kecemasan
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
b. Faktor presipitasi kecemasan
Kategori factor pencetus kecemasan dapat dikelompokkan menjadi dua
faktor :
1) Faktor eksternal:
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan
dilakukan).
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
2) Faktor internal:
a) Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang
yang lebih tua usianya.
b) Jenis kelamin, gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada
pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

19
dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki Dikarenakan bahwa
perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga
terhadap perasaan cemasnya.
c) Tingkat Pengetahuan, dengan pengetahuan yang dimiliki, seseorang
akan dapat menurunkan perasaan cemas yang dialami dalam
mempersepsikan suatu hal. Pengetahuan ini sendiri biasanya diperoleh
dari informasi yang didapat dan pengalaman yang pernah dilewati
individu.
d) Tipe kepribadian, orang yang berkepribadian A lebih mudah
mengalami gangguan kecemasan daripada orang dengan kepribadian
B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar,
kompetitif, ambisius, dan ingin serba sempurna
e) Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada di lingkungan asing
ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada
di lingkungan yang biasa dia tempati.

20
4. Respon Terhadap Kecemasan
Respon terhadap kecemasan terdiri dari respon fisiologis, perilaku,
kognitif dan afektif:
a.Respon fisiologis terhadap kecemasan:

System tubuh Respons


Kardiovaskular Palpitasi, jantung berdebar, tekanan
darah meningkat, rasa ingin pingsan,
tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
Respirasi Nafas cept, sesak nafas, tekanan pada
dada, nafas dangkal, pembengkakan
pada tenggorokan, seperti tercekik,
terengah-engah.
Neuromuskular Reflex meningkat, mudah terkejut mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor,
rigiditas, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, tungkai lemah,
gerakan yang janggal.

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, menolak


makan, mual, nyeri ulu hati, diare.
Saluran perkemihan Tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih.
Kulit Wajah kemerahan, berkeringat pada
telapak tangan, gatal, wajah pucat,
diaphoresis.

21
b. Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan

System Respons
Perilaku Gelisah, ketegangan fisik, tremor,
reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami
cidera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri
dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
Kognitif Perhatian terganggu, konsentrasi
buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi,
hambatan berpikir, lapang persepsi
menurun, bingung, sangat waspada,
kesadaran diri, kehilangan objektivitas,
takut kehilangan kendali, takut pada
gambaran visual, takut cidera atau
kematian, mimpi buruk.
Afektif Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, ketakutan, waspada,
kekhawatiran, mati rasa, malu.

5. Alat Ukur Tingkat Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau panik dapat
menggunakan Alat ukur kecemasan menggunakan HRS-A
(Hamilton Rating Scale for Anxiety), yang terdiri atas 14
komponen gejala, yaitu:
1) Perasaan cemas (ansietas), meliputi: cemas, firasat buruk,
takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
2) Ketegangan, meliputi: merasa tegang, lesu, tidak bisa
istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis,
gemetar, gelisah.

22
3) Ketakutan, meliputi: pada gelap, pada orang asing,
ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian
lalu lintas, pada kerumunan orang banyak.
4) Gangguan tidur, meliputi: sukar masuk tidur, terbangun
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu,
banyak mimpi- mimpi, mimpi buruk, mimpi menakutkan.
5) Gangguan kecerdasan, meliputi: sukar konsentrasi, daya
ingat menurun, daya ingat buruk.
6) Perasaan depresi (murung), meliputi: hilangnya minat,
berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini
hari, perasaan berubah-berubah sepanjang hari.
7) Gejala somatik/fisik (otot), meliputi: sakit dan nyeri otot-
otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak
stabil.
8) Gejala somatik/fisik (sensorik), meliputi: tinnitus (telinga
berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat,
merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
9) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah),
meliputi, takikardia, berdebar-debar, nyeri di dada, denyut
nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak
jantung berhenti sekejap.
10) Gejala respiratori (pernafasan), meliputi: rasa
tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik
nafas, nafas pendek/sesak.
11) Gejala gastrointestinal (pencernaan), meliputi: sulit
menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri
sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut,
rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, konstipasi, kehilangan berat badan.
12) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin),
meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat menahan air

23
kencing, tidak datang bulan, darah haid amat sedikit,
masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi
dini, ereksi ilmiah, ereksi hilang, impotensi.
13) Gejala autonom, meliputi: mulut kering, muka
merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa
berat, kepala terasa sakit, bulu-bulu berdiri.
14) Tingkah laku (sikap) pada wawancara, meliputi:
gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut kening, muka
tegang, otot tegang / mengeras, nafas pendek dan cepat,
muka merah

Cara penilaian HRS-A dengan sistem skoring, yaitu: skor 0 = tidak ada
gejala, skor 1 = ringan (satu gejala), skor 2 = sedang (dua gejala), skor 3
= berat (lebih dari dua gejala), skor 4 = sangat berat (semua gejala). Bila
skor < 14 = tidak kecemasan, skor 14-20 = cemas ringan, skor 21-27 =
cemas sedang, skor 28-41 = cemas berat, skor 42-56 = panik.

C. Tinjauan Tentang Kecemasan Pada Pasien Hipertensi


Kecemasan, rasa takut, stress fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan
tekanan darah karena stimulasi system saraf simpatis yang meningkatkan
curah jantung dan vasokontriksi arteriol, sehingga meningkatkan tekanan
darah. Pusat vasomotor berperan atas vasokontriksi pembuluh darah dan
peningkatan denyut jantung, pusat vasomotor terdapat di dua pertiga
proksimal medulla oblongata dan sepertiga distal pon, sedangkan dibagian
medial dan distal medulla oblongata terdapat pusat vasodilator atau
inhibitory yang mampu menghambat impuls vasokonstriktor dan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pusat vasomotor memiliki pusat
kardioakselektor yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan
sistolik ventrikel ventrikel yang akhirnya meningkatakan curah jantung
dan kardioinhibitori yang mampu menurunkan denyut jantung dan
mengurangi daya kontraksi otot otot jantung sehingga kardioinhibitori
sering di hubungkan dengan aktivitas saraf fagus. Pusat vasomotor
berhubungan dengan hipotalamus sehingga perubahan aktivitas
hipotalamus akibat pengaruh emosi , hormonal, stress, dan sebagainya
akan menimbulkan dampak pada fungsi kardiovaskuler seperti perubahan
tekanan darah dan denyut jantung. Terdapat dua jalur reaksi hipotalamus
dalam menanggulangi rangsangan cemas, yaitu: mengeluarkan sejumlah

24
hormone vasopressidan kortikotropin releasing faktor (CRF). Kedua
hormon ini akan mempengaruhi daya retensi air dan ion natrium serta
mengakibatkan kenaikan pada volume darah, merangsang pusat vasomotor
dan menghambat pusat vagus sehingga terajdi peningkatan sereksi
epinefrin norepinefrin oleh medulla adrenal, meningkatnya frekuensi
denyut jantung, meningkatnya kekuatan kontraksi otot jantung sehingga
curah jantung dan tahanan perifer total meningkat. Perubahan fungsi
kardiovaskuler tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah
dan denyut jantung (Kusmiati & Yuni, 2009). Tanda dan gejala kecemasan
dibedakan menjadi beberapa gejala yaitu gejala suasana hati, gejala
kognitif, gejala somatik dan gejala motorik. Gejala suasana hati meliputi
kecemasan, panik dan kekhawatiran (Ganong, 2008). Gejala kognitif
merupakan suatu respon psikologis terhadap kecemasan ditandai dengan
ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, mudah lupa, merasa
khawatir,yang berlebih dan obyektifitas menurun. Gejala somatic pada
kecemasan di bagi menjadi dua respon yaitu langsung dan tidak langsung.
Respon langsung terjadi pada individu yang sedang mengalamai
kecemasan yang di tandai dengan mulai berkeringat, mulut terasa kering,
denyut nadi cepat, nafas pendek, tekanan darah meningkat, kepala terasa
berdenyut dan otot menegang. Respon ini akan muncul sesaat individu
mulai merasa timbul ancaman terhadap dirinya dan muncul rasa cemas
terhadap keselamatannya, sedangkan respon tidak langsung adalah bentuk
akumulasi dari kecemasan yang di rasakan terus menerus dan
berkepanjangan sehingga muncul sakit kepala yang tiba tiba dan
melemahnya otot. Gejala somatic merupakan gangguan fisiologis dan tidak
semua individu menunjukan gejala yang sama karena perbedaan
pengaturan aktivitas saraf otonom di tiap individu . gejala motoric
merpakan gambaran gejala kognitif dan somatic yang tinggi pada
seseorang untuk melakukan perlindungan diri, terjadinya tanda memiliki
tujuan dan terjadi secara reflek (Clark & Beck, 2011).

25
D. Tinjauan Tentang Aromaterapy Mawar dan Hand Massage
1. Aromaterapi
a.Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial
atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau
menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta
menenangkan jiwa dan raga, Beberapa minyak essensial yang
sudah diteliti dan ternyata efektif sebagai sedatif penenang ringan
yang berfungsi nmenenangkan sistem saraf pusat yang dapat
membantu mengatasi insomnia terutama diakibatkan oleh stress,
gelisah, ketegangan, dan depresi Bentuk aromaterapi ada yang
berupa minyak, sabun, dan lilin aromaterapi. Salah satu jenis
macam – macam aromaterapi dari rumpun tumbuhan adalah citrus
aurantium. Kandungan minyak pada citrus aurantium memiliki
efek anti spasmodik dan obat penenang ringan. Kandungan citrus
aurantium terdiri dari minyak essensial yang disebut dengan neroli.
Kandungan tersebut ialah : limonene (96,24%), linalool (0,44%),
linaly asetat, geranyl asetat, geraniol, nerol, neryl acetate. Dalam
jurnal ilmiah disebutkan bahwa kandungan linalool bersifat sebagai
penenang (sedatif) dan limonene memiliki manfaat sebagai
melancarkan peredarah darah.(Hidayah et al., 2015).
b. Manfaat Aromaterapi
Menurut (Hidayah et al., 2015) manfaat aromaterapi antara lain :
1) Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan
2) Mengurangi perasaan ketegangan
3) Meningkatakan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan
jiwa
4) Menjaga kestabilan ataupun keseimbanagan sistem yang
terdapat ,dalam tubuh menjadi sehat dan menarik

26
5) Merupakan pengobatan holistik untuk menyeimbangkan semua
fungsi tubuh
c. Kelebihan Aromaterapi Mawar
Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai
aromaterapi adalah bunga mawar. Kelebihan pada aromaterapi ini
adalah ada pada efeknya yaitu anti spasmodik dan obat penenang
ringan, penggunaan tumbuhan sebagai bahan komplementer salah
satunya mawar dari minyak essensial yang berasal dari bahan
alami adalah dapat membuat keadaan santai, menenangkan
pikiran, Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minyak
atsiri bunga mawar diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol,
nerol, eugenol, feniletil, alhohol, farnesol, nonil, dan aldehida
(Kusuma & Rikhi, 2020)
d. Mekanisme Kerja Aromaterapi
Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung
melalui dua sistem fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan
sistem penciuman. Bau merupakan suatu molekul yang mudah
menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui
penghirupan sehingga akan direkam oleh otak sebagai proses
penciuman. Proses penciuman terbagi dalam tiga tingkatan,
dimulai dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori
yang merupakan suatu reseptor berisi 20 juta ujung saraf.
Selanjutnya bau tersebut akan ditramisikan sebagai suatu pesan ke
pusat penciuman yang terletak pada bagian belakang hidung. Pada
tempat ini, sel neuron menginterpretasikan bau tersebut dan
mengantarkannya ke sistem limbik . Sistem limbik merupakan
pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagai emosi
lainnya. selanjutnya respon dikirim ke hipotalamus untuk diolah
(Maliya & Fatimah, 2019). Melalui penghantaran respons yang
dilakukan oleh hipotalamus seluruh sistem minyak essensial
tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepeda

27
organ yang tubuh. Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur
terapeutik dari bahan aromatic akan memperbaiki
ketidakseimbangan yang terjadi didalam system tubuh. Bau yang
menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang
disebut nuklues rafe untuk mengeluarkan sekresi serotonin,
Sekresi serotonin berguna untuk menimbulkan efek rileks sebagai
akibat inhibisi eksitasi sel yang menyebabkan perasaan tenang dan
rilek serta dapat memperlancar aliran darah (Maliya & Fatimah,
2019)
e. Metode Pemakaian
menurut (Hidayah et al., 2015) ada beberapa metode pemakaian
Aromaterapi yaitu :
1) Dihirup
.Inhalasi merupakan metode yang paling tua. Aromaterapi
masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap yang
mudah, yaitu lewat paru – paru di alirkan ke pembuluh darah
melalui alveoli. Inhalasi sama dengan metode penciuman bau,
di mana dapat dengan mudah merangsang olfaktori pada setiap
kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan normal
apabila mencium bau yang berbeda dari minyak essensial.
Aromaterapi inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan
elektrik, baterai, atau lilin diffuser, atau meletakkan
aromaterapi dalam jumlah yang sedikit pada selembar kain
atau kapas. Hal ini berguna untuk minyak essensial relaksasi
dan penenang.
2) Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi
dengan cara penguapan ini mempunyai rongga seperti gua
untuk meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan bagian
atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya terbuat dari
kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes

28
minyak esensial Cara penggunaannya adalah mengisi
cekungan cangkir pada tungku dengan air dan tambahkan
beberapa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin,
lampu minyak atau listrik. Setelah air dan minyak menjadi
panas, penguapan pun terjadi dan seluruh ruangan akan
terpenuhi dengan bau aromatik
3) Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang
sangat sering dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa
tetes minyak esensial dicampurkan dalam minyak untuk pijat
sehingga dapat memberikan efek simultan antara terapi
sentuhan dan terapi wangi- wangian. Pijatan dapat
memperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan
otot, membuang racun dan melepaskan energi yang
terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa
senang dan sehat.
4) Semprotan untuk ruangan
Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol
yang dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai
pewangi ruangan. Penggunaannya adalah dengan
menambahkan sekitar 10- 12 tetes minyak esensial ke dalam
setengah liter air dan menyemprotkan campuran tersebut ke
seluruh ruangan dengan bantuan botol penyemprot.
5) Mandi dengan berendam
Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling
mudah untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa
tetes minyak aroma ke dalam air berendam, kemudian
berendamlah selama 20 menit. Minyak esensial akan berefek
pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat kulit.
Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat, karena
beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air.

29
f. Teknik Pemberian Aromaterapi Mawar

1. Pengertian
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat
2. Tujuan
a) Merileksasikan pasien
b) Memberikan efek nyaman pada pasien

3. Tahap Persiapan
 Persiapan pasien
a) Memberikan salam dan memperkenalkan
diri
b) Menjelaskan tujuan
c) Menjelaskan langkah/brosur yang akan
dilakukan
d) Menanyakan persetujuan pasien untuk
diberikan tindakan.
e) Meminta pengunjung/keluarga
meninggalkan ruangan.
 Persiapan lingkungan
a) Menutup pintu dan memasang sampiran
 Persiapan Alat
a) Alat inhalasi
b) Air panas
c) Gelas satu buah
d) Tisu
4. Tahap Pelaksanaan
a) Mencuci tangan dan memakai handscoon
b) Mengatur pasien dalam posisi duduk atau
semifowler
c) Mendekatkan peralatan inhalasi ke bed pasien
d) Mengisi gelas dengan air panas dan teteskan 5-6
tetes aromaterapi ke dalam gelas yang berisi air
panas.
e) Menghidupkan dari alat inhalasi
f) Setelah 15 menit stop menghirup aromaterapi
g) Bersihkan mulut dengan hidung dengan tissue
h) Bereskan alat
i) Buka handscoon dan cuci tangan

5. Tahap Terminasi
a) Evaluasi perasaan pasien
b) Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c) Dokumentasikan

30
2. Hand Massage
a. Definisi Hand Massage
Sedangkan Perkataan massage dalam bahasa Arab dan
Prancis berarti menyentuh atau meraba. Dalam bahasa Indonesia
disebut sebagai pijat atau urut. Selain itu massage dapat diartikan
sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu- ilmu tentang
tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap
tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk
pegangan atau tehnik, hand massage adalah bentuk adalah bentuk
massage pada tangan yang di dasarkan pada premis bahwa ketidak
nyamanan atau nyeri di area tangan berhubungan dengan bagian
tubuh atau gangguan

b. Jenis Jenis Massage


Massage dibagi dalam beberapa jenis secara garis besar, yaitu
sebagai berikut:
1) Sport Massage (Massage Kebugaran)
Yaitu massage yang dipakai dalam lingkup sport saja dan
bertujuan untuk membentuk serta memelihara kondisi fisik
para olahragawan agar tetap sehat dan bugar.
2) Remedial massage (massage penyembuhan)
yaitu massage yang dilakukan untuk memulihkan beberapa
macam penyakit tanpa memasukan obat kedalam tubuh dann
bertujuan untuk meringankan atau mengurangi keluhan atau
beberapa gejala pada beberapa macam penyakit yang
merupakan indikasi untuk dipijat.
3) Cosmetic massage
yaitu massage yang dipakai dalam bidang pemeliharaan
kecantikan dan bertujuan untuk membersihkan serta

31
menghaluskan kulit dan menjaga agar kulit tidak lekas
mengkerut.
c. Tujuan Massage
Adapun tujuan dari massage adalah melancarkan peredaran
darah terutama
peredaran darah vena (pembuluh balik) dan peredaran getah
bening (air limphe), menghancurkan pengumpulan sisa-sisa
pembakaran didalam sel-sel otot yang telah mengeras yang
disebut mio-gelosis (asam laktat), menyempurnakan pertukaran
gas dan zat didalam jaringan atau memperbaiki proses
metabolisme, menyempurnakan pembagian zat makanan ke
seluruh tubuh, menyempurnakan proses pencernakan makanan,
menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran kealat-
alat pengeluaran atau mengurangi kelelahan, Merangsang otot-
otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,
menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuan guna otot)
dan elsitas otos (kekenyalan otot), merangsang jaringan syaraf,
mengaktifkan syaraf sadar dan kerja syaraf otonomi (syaraf tak
sadar), membantu penyerapan (absorbs) pada peradangan bekas
luka , Membantu pembentukan sel baru dalam perkembangan
tubuh), membersihkan dan menghaluskan kulit, memberikan
rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh, dan
menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit
(Sitompul & Mustikasari, 2017).
d. Manfaat Massage
Massage bertujuan untuk melancarkan sistem peredaran
darah, system metabolisme tubuh, merangsang daya kerja,
efisiensi atau kemampuan daya guna otot dan elastisitas
jaringan otot. sehingga memberikan kenyamanan dan
kebugaran tubuh. Manfaat massage menurut
adalah sebagai berikut :

32
1) Sistem sangat dipengaruhi oleh aplikasi massage. efek
massage terasa sangat nyaman, sedatif dan mampu
memberikan rangsangan pada syaraf serta meningkatkan
efektifitas otot. Massage sangat bermanfaat bagi orang yang
mengalami kelelahan.
2) Sistem otot memperoleh banyak manfaat dari massage.
Beberapa gerakan massage mampu mengendurkan dan
meregangkan otot serta jaringan lunak dalam tubuh sehingga
mengurangi ketegangan otot. Kelelahan dan ketegangan otot
disebabkan karena aktivitas yang berlebihan.
3) Sistem sirkulasi pembuluh darah. Massage dapat
menghilangkan tekanan pada arteri dan vena, sehingga
memperlancar aliran darah yang mengalir dalam sistem
pembuluh darah.
4) Massage membantu tubuh memompa lebih banyak oksigen
dan nutrisi kejaringan dan organ-organ vital dengan
meningkatkan sirkulasi dan merelaksasi otot-otot.
e. Teknik Massage
Gerakan-gerakan pokok Massage adalah:
1) Effleurage (mengusap)
Effleurage adalah gerakan urut mengusap yang
dilakukan secara berirama dan berturut-turut ke atas.
Gerakan mengusap yaitu gerakan ringan dan terus-menerus
yang dilakukan dengan ujung jari bagian bawah pada
bagian wajah yang sempit, seperti hidung dan dagu, dan
dengan telapak tangan pada bagian wajah yang lebar
seperti dahi dan pipi. Effleurage sering dipakai untuk
muka, leher, kulit kepala, punggung, dada, lengan, dan
kaki. Effleurage memiliki efek sedatif yaitu menenangkan
sehingga selalu digunakan diawal dan akhir pengurutan.
Khasiat gerakan urut ini:

33
a) Menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang telah
mati.
b) Akibat pengusapan terhadap peredaran dan getah
bening adalah berikut : Mempercepat pengangkutan
zat-zat sampah dan darah yang mengandung karbon
dioksida, memperlancar aliran limfe baru dan darah
yang mengandung sari makanan dan oksigen.
Pertukaran zat (metabolisme) disemua jaringan
meningkat dan pemberian makanan kepada kulit dari
tubuh lebih terjamin.
2) Friction (menggosok,menggesek)
Gerakan ini memberi tekanan pada kulit untuk
memperlancar sirkulasi darah, mengaktifkan kelenjar kulit,
menghilangkan kerut dan memperkuat otot kulit. Lakukan
pijatan melingkar ringan pada bagian yang dipijat. Khasiat
gerakan friction yaitu :
a) Berpengaruh terhadap penyembuhan bagian-bagian
jaringan yangsakit;
b) Merangsang produksi kelenjar lemak yang bermanfaat
untuk kulitkering;
c) Friction mempengaruhi peredaran darah dan aktivitas
kelenjar- kelenjar dalam kulit
3) Petrisage (memijit) Gerakan ini menggunakan ujung jari
dan berhadapan dengan ibu jari untuk menjepit beberapa
bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit tekanan yang
dilakukan secara ringan dan berirama. Khasiat gerakan
petrisage adalah:
a) Memperlancar aliran zat-zat dalam jaringan ke dalam
pembuluh- pembuluh darah dan getah bening;
b) Darah dan getah bening mengantarkan sari makanan ke
jaringan dan membawa sisa pertukaran zat dari jaringan

34
ke alat pembuangan. Jika aliran darah dan getah bening
tidak lancar, maka terjadilah pembendungan yang dapat
dihindari dengan cara pengurutan meremas.
4) Tapotament (mengetuk) Gerakan ini merupakan gerakan
ketukan berturut-turut dan cepat, yang dilakukan dengan
seluruh tangan atau ujung jari. Ketukan dilakukan untuk
mengembalikan tonus otot-otot yang kendur. Gerakan
mencincang adalah gerakan menepuk yang dilakukan
dengan menggunakan bagian samping luar keduatangan,
yang ditepukkan pada kulit secara berturut-turut dan
bergantian untuk pengurutan punggung, bahu dan lengan.
Manfaat gerakan ini adalah menyegarkan otot-otot,
melancarkan peredaran darah dan getah bening pada
tempat yang diurut.
g. Tehnik Pemijatan Hand Massage

Prosedur Tindakan Keterangan Gambar


Teknik ini dilakukan pada pasien
yang merasakan kecemasan ,
pasien dalam keadaan sadar
kooperatif saat akan dilakukan
tindakan, lakukan pengkajian
kecemasan terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan.
Langkah prosedurnya adalah
sebagai berikut :
1. Hand massage dilakukan
tiga kali dalam seminggu
2. Pijat dilakukan 5-10
menit
3. Cuci tangan sebelum
melakukan tindakan
4. Atur posisi klien
senyaman mungkin, dan
hand massage dilakukan
di ruangan yang tenang

35
dan penerangan yang
cukup
5. Gunakan minyak yang
bertekstur halus misalnya
minyak zaitun atau
minyak yang
beraromaterapi karena
dapat memberikan
kenyamanan pada pasien
dan kelembaban pada
kulit
6. Sebarkan minyak di atas
tangan dan pergelangan
tangan dengan gerakan
lembut, mengarah ke
atas. Ulangi gerakan
dengan tangan kiri.
Terapkan tekanan ringan
saat mengusapkan jari di
atas telapak tangan,
pergelangan tangan dan
punggung tangan.
Lakukan dan ulangi
sebanyak 6 kali
7. Buka telapak tangan dan
pikat dengan gerakan
melingkar dengan ibu
jari anda, mulai dari
tengah dan jalan ke sisi
telapak tangan. Lakukan
dan ulangi sebanyak 6
kali.
8. Lanjutkan pijatan di
punggung tangan dengan
gerakan menekan dengan
ibu jari. Lakukan dan
ulangi sebanyak 6 kali.

36
9. Istirahatkan tangan di
tangan anda. Dengan
tangan yang lain, peras
setiap jari di antara ibu
jari dan telunjuk anda.
Gunakan gerakan
melingkar kecil untuk
memijat setiap jari dari
pangkal ke ujungnya.
Ulangi ini dua kali untuk
setiap jari.
10. Akhiri dengan gerakan
santai dan lembut di atas
tangan.

E. Tinjauan Tentang Asuhan Keperawatan Hiperetensi


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah salah satu komponen pada proses
keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam menggali permasalahan klien meliputi pengumpulan data tentang
status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan. Metode pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara : wawancara (hasil anamnesis berisi tentang
identitas klien, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang),
sumber data dari keluarga dan perawat lain.

a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
registrasi, dan diagnosa medis.

37
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk
meminta pertolongan pada tenaga kesehatan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipertensi menyebabkan klien nafas pendek, dan memberat
saat beraktivitas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
kardiovaskuler, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pengkajian
obat-obatan yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainya. Adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol dan pengguanaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat penyakit kardiovaskuler.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton
b) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
a) Gejala : Riwayat hipertensi, ateroklerosis, penyakit
jantung coroner/katup dan penyakit cebrocaskuler,
episode palpitasi.

38
b) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(Vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat /bertunda.
3) Integritas Ego
a) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan).
b) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
a) Gejala :Gangguan ginjal saat ini atau (Seperti obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
5) Makanan/Cairan
a) Gejala : Makanan yang di sukai yang mencakup
makanan tinggi garam, lemak serta kolestrol, mual,
muntah, dan perubahan BB akhir akhir ini
(Meningkat/turun) riwayat penggunaan diuretic
b) Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya
edema, glikosuria.
6) Neurosensori
a) Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala, subjokspital (Terjadi saat bangum dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,
epistakis)
b) Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan
kekuatan ganggaman tangan.

39
7) Nyeri/Ketidaknyamanan
a) Gejala : Angina(Penyakit arteri coroner/keterlibatan
jantung), sakit kepala.
8) Pernafasan
a) Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja
takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
b) Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi),
sianosis.
9) Keamanan
a) Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yaitu suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon

klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan kesehatan (PPNI, 2017).

No Diagnosa Definisi Batasan Karakteristik


1. Resiko Ketidakadekuatan Gejala dan tanda mayor
penurunan curah jantung memompa Subjektif :
jantung b.d darah untuk 1.Perubahan irama jantung
perubahan memenuhi 1) Palpitasi
afterload kebutuhan 2. Perubahan preload
metabolisme tubuh 1) Lelah
3. Perubahan afterload
1) Dispnea
4.Perubahan kontraktilitas
1) Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND)

40
2) Ortopnea
3) Batuk
Objektif :
1.Perubahan irama jantung
1) Bradikardia/takikardia
2) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
2.Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure
(CVP)
Meningkat/menurun
4) Hepatomegali
3.Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3
detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat
dan/atau sianosis
4.Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan/atau S4
2) Ejection fraction (EF)

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
1. Perubahan preload
2. Perubahan afterload
3. Perubahan kontraktilitas
4. Perilaku/emosional
1) Cemas
2) Gelisah
Objektif :
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge
Pressure(PAWP)menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun

41
2) Systemic vascular
resistance (SVR)
meningkat/menurun
3.Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index
(SVI) menurun
4. Perilaku/emosional
2. Nyeri akut b.d Pengalaman Gejala dan tanda mayor
agen pencedera sensorik atau Subjektif : -
fisiologis (mis, emosional yang Objektif :
iskemia) berkaitan dengan 1) Tampak meringis
kerusakan jaringan 2) Bersikap protektif (mis.
actual atau Waspada, posisi
fungsional, dengan menghindari nyeri)
onset mendadak atau 3) Gelisah
lambat dan 4) Frekuensi nadi meningkat
berinteraksi ringan 5) Sulit tidur
hingga berat yang Gejala dan tanda minor
berlangsung kurang Subjektif : -
dari 3 bulan Objektif :
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Berfokus pada diri sendiri
8) Diaphoresis
3. Perfusi perifer Penurunan sirkulasi Gejala dan tanda mayor
tidak efektif b.d darah pada level Subjektif : -
peningkatan kapiler yang dapat Objektif :
tekanan darah mengganggu 1) Pengisian kapiler >3 detik
metabolisme tubuh 2) Nadi perifer menurun
atau tidak teraba
3) Akral teraba dingin
4) Warna kulit pucat
5) Turgor kulit menurun
4. Ansietas b.d Kondisi emosi dan Gejala dan tanda mayor
kurang terpapar pengalaman Subjektif :
informasi subyektif individu 1) Merasa bingung
terhadap objek yang 2) Merasa khawatir dengan

42
tidak jelas dan akibat dari kondisi yang
spesifik akibat dihadapi
antisipasi bahaya 3) Sulit berkonsentrasi
yang memungkinkan Objektif :
individu melakukan 1) Tampak gelisah
tindakan untuk 2) Tampak tegang
menghadapi 3) Sulit tidur
ancaman. Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif:
1) Frekuensi nafas
meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buru
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa
lalu
5. Defisit Ketiadaan atau Gejala dan tanda mayor
pengetahuan b.d kurangnya informasi Subjektif:
kurang minat kognitif yang 1) Menanyakan masalah
dalam belajar berkaitan dengan yang di hadapi
topic tertentu Objektif:
1) Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran
2) Menunjukan persepsi
yang keliru terhadap
masalah.
Gejala dan tanda minor :
Subjektif : -
Objektif :
1) Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
2) Menunjukan perilaku
berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan,
agitasi,hysteria)
6. Intoleransi Ketidakcukupan Gejala dan tanda mayor

43
aktivitas b.d energi untuk Subjektif :
kelemahan melakukan aktivitas 1) Mengeluh lelah
sehari hari Objektif :
2) Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Dispnea saat/setelah
aktivitas
2) Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif :
1) Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat
2) Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4) Sianosis

44
3. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Hasil Intervensi


1 Resiko setelah dilakukan Perawatan jantung (I.02075)
penurunan tindakan keperawatan 1) Identifikasi tanda/gejala
curah jantung diharapkan curah primer penurunan curah
b.d perubahan jantung meningkat jantung (mis : dispnea,
afterload kriteria hasil : curah kelelahan, edema,
jantung (L.02008) ortopneaa, paroxysmal
1) Tanda vital nocturnal dyspnea,
dalam rentang peningkatan CVP)
normal 2) Identikasi tanda/gejala
2) Nadi teraba kuat sekunder penurunan
3) Pasien tidak curah jantung (mis :
mengeluh lelah peningkatan Berat badan,
hepatomegaly, distensi
vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat).
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor intake dan
output cairan
5) Monitor keluhan nyeri
dada
6) Berikan diet jantung yang
sesuai
7) Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
8) Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi.
9) Anjurkan beraktifitas
fisik secara bertahap.
10) Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
agen tindakan keperawatan 1) Identifikasi lokasi,
pencedera tingkat nyeri menurun karakteristik nyeri,
fisiologis Kriteria hasil : tingkat durasi, frekuensi,
(mis, iskemia) nyeri (L.08066) intensitas nyeri.
1) Pasien 2) Identifikasi skala nyeri
mengatakan 3) Identifikasi faktor yang
nyeri berkurang memperberat dan
2) Pasien memperingan nyeri

45
menunjukan 4) Berikan terapi non
ekspresi wajah farmkologis untuk
tenang mengurangi rasa nyeri
3) Pasien dapat (mis, akupuntur, terapi
beristirahat music hopnosis,
dengan nyaman biofeedback, teknik
imajinas terbimbing,
kompres hangat / dingin)
5) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
6) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Perfusi perifer Setelah dilakukan Pemantauan tanda vital (I.02060)
tidak efektif tindakan keperawatan 1) Memonitor tekanan darah
b.d diharapkan perfusi 2) Memonitor nadi
peningkatan perifer meningkat (frekuensi, kekuatan,
tekanan darah Kriteria hasil : perfusi irama)
perifer (L.02011) 3) Memonitor pernafasan
1). Nadi perifer teraba (frekuensi, kedalaman)
kuat 4) Memonitor suhu tubuh
2). Akral teraba hangat 5) Memonitor oksimetri
3). Warna kulit pucat nadi
6) Identifikasi penyebab
perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
4. Ansietas b.d tingkat ansietas setelah Reduksi ansietas (I.09314)
kurang dilakukan tindakan 1) Identifikasi saat tingkat
terpapar keperawatan diharapkan ansietas berubah (mis,
informasi tingkat ansietas kondisi, waktu, stressor).
menurun 2) Gunakan pendekatan
kriteria hasil : tingkat yang tenang dan nyaman.
ansietas (L.09093) 3) Informasikan secara
1) Pasien factual mengenai
mengatakan diagnosis, pengobatan,
telah memahami dan prognosis

46
penyakitnya
2) Pasien tampak
tenang
3) Pasien dapat
beristirahat
dengan nyaman
5. Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetahuan tindakan keperawatan 1) Identifikasi kesiapan dan
b.d kurang diharapkan tingkat kemampuan menerima
minat dalam pengetahuan meningkat informasi
belajar Kriteria hasil : tingkat 2) Identifikasi faktor faktor
pengetahuan (L.12111) yang dapat meningkatkan
1) Pasien dan menurunkan
melakukan motivasi prilaku hidup
sesuai anjuran bersih dan sehat
2) Pasien tampak 3) Sediakan materi dan
mampu media pendidikan
menjelaskan kesehatan
kembali materi 4) Jadwalkan pendidikan
yang di kesehatan sesuai
sampaikan kesepakatan
3) Pasien 5) Berikan kesempatan
mengajukan untuk bertanya
pertanyaan 6) Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7) Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
8) Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan periaku
hidup bersih dan sehat
6. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi : (I.050178)
aktivitas b.d tindakan keperawatan 1) cara meningkatkan
kelemahan diharapkan toleransi asupan makanan Monitor
aktivitas meningkat kelelahan fisik dan
Kriteria hasil : toleransi emosional
aktivitas (L.05047 2) Monitor pola dan jam
tidur
1) Pasien mampu 3) Sediakan lingkungan
melakukan yang nyaman dan rendah
aktivitas sehari stimulus (mis, cahaya,
hari suara, kunjungan)
2) Pasien mampu 4) Berikan aktifitas distraksi
berpindah tanpa yang menenagkan
bantuan 5) Anjurkan tirah baring

47
3) Pasien 6) Anjurkan melakukan
mengatakan aktifitas secara bertahap
keluhan lemah 7) Kolaborasi dengan ahli
berkurang gizi tentang

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik yang bertujuan untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan
yang telah mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan fasilitas koping. Pelaksanaan
keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah
di tetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini di sesuaikan dengan
masalah yang terjadi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan.
Namun, evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses
keperawatan. pada tahap evaluasi perawat dapat menemukan reaksi
klien terhadap intervensi keperawatan yang telah di berikan dan
menetapkan apakah sasaran dari rencana keperawatan telah dapat
diterima.
Tahap evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh
mana tujuan dapat di capai , sehingga dalam mengevaluasi
efektifitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria
keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati
agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat
diketahui.
6. Dokumentasi
Perawat adalah sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan berperan penting dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melakukan

48
asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari mengkaji,
sampai evaluasi berikutnya dokumentasinya..

49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang di gunakan peneliti dalam penulisan proposal ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus (Case study), adalah
studi untuk mengeksplorasi tindakan keperawatan, yaitu Penerapan hand
massage dan aromatherapy pada asuhan keperawatan hipertensi di RSUD
Poso.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD poso pada bulan februari-mei 2021,
waktu penelitian di rencanakan selama 2 minggu.
C. Subyek Study Kasus
Subyek study dalam penelitian ini yaitu pasien Hipertensi dengan
kecemasan di RSUD Poso.
D. Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian studi kasus ini yaitu Penerapan
Kombinasi Aromaterapy Mawar Dan Hand Massage Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan kasus Hipertensi
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana penerapan tindakan keperawatan yang di berikan dan evaluasi
tindakan secara komprehensif.
1. Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi merupakan suatu proses
keperawatan yang di mulai dari pengkajian, penentuan diagnosa,
penyusun intervensi, pemberian tindakan keperawatan dan evaluasi
tindakan pada pasien Hipertensi di RSUD Poso.
2. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang dirasakan tidaak tenang,
dengan di tandai adanya kekhawatiran dan perasaan tidak baik atau
tidak enak yang tidak dapat di hindari oleh orang yang mengalaminya.
3. Aromaterapi dan Hand massage

50
Aromaterapi mawar merupakan salah satu metode intervensi yang di
berikan menggunakan bau bauan dengan bahan seperti cairan tanaman
yang mudah menguap atau biasa di kenal sebagai minyak esensial yang
memiliki pengaruh terhadap suasana hati ataupun kesehatan seseorang
dengan memberikan efek relaksasi dengan cara pemberiannya
sebanyak 5-6 tetes ke dalam 20-30 ml air selama 15 menit
menggunakan diffuser. Sedangkan terapi Hand massage merupakan
metode intervensi yang di berikan tindakan pemijatan dengan
menggunakan 5 langkah dan diulangi sebanyak 6 kali dalam satu
langkah. Dengan menggunakan minyak bertekstur lembut sehingga
dapat dijadikan dijadikan suatu teknik relaksasi dengan cara selama 10
menit. Aromaterapi lavender dan terap Hand massage di berikan
secara bersamaan dengan pemberian sehari sekali dalam waktu 3 hari
berturut turut.
F. Pengumpulan Data
Menjelaskan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1. Wawancara : Hasil anamneses tentang pengkajian identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dulu dan keluarga.
Wawancara bias dengan pasien, keluarga, perawat.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi).
3. Study dokumentasi dan angket : misalnya hasil pemeriksaan
diagnostik.
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan sejak dilakukan pengumpulan data sampai
semua data terkumpul. Analisa dilakukan dengan cara menggunakan fakta
dan membandingkan dengan teori. Teknik yang dilakukan adalah dengan
menarasikan jawaban jawaban dari hasil pengumpulan data (wawancara
observasi) yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan
penelitian.urutan dalam analisa adalah :

51
1. Pengumpulan data
Data yang di kumpulkan dari hasil wawancara , observasi, studi
dokumen ditulis dalam bentuk catatan lapangan yang selanjutnya
disalin bentuk transkip.
2. Meredukasi data dengan membuat koding dan kategori
Data yang sudah dibuat bentuk transkip dibuat koding oleh peneliti
sesuai dengan topic penelitian. Data objektif di analisis berdasarkan
hasil pemeriksaan diagnostic dan diabndingkan dengan nilai normal.
3. Penyajian data
Pengkajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagandi
sertai narasi kerahasiaan responden tetap harus diperhatikan.
4. Kesimpulan
Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan
hasil hasil penelitian sebelumnya dan teori teori yang mendukung .
penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahap asuhan keperawatan
pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, dan evaluasi.
H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip-


prinsip etika dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan subyek
manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak masing-masing yang
tidak bisa dipaksa. Beberapa etika dalam melakukan penelitian diantaranya
adalah :
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Informed Consent adalah suatu persetujuan atau sumber izin, yang
diberikan setelah mendapatkan informasi atau pernyataan
pasien/keluarga yang berisi persetujuan atas rencana tindakan medis
yang diajukan setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat
penolakan atau persetujuan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seseorang tanpa
nama atau tanpa identitas pribadi. Dalam pendokumentasien asuhan

52
keperawatan istilah Anonimity dipakai untuk menyembunyikan
identitas pasien.
3. Confidentiality (kerahasian)
Confidentiality atau kerahasiaan adlaah pencegahan bagi mereka
yang tidak berkepentingan dapat mencapai informasi, berhubungan
data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya
diperbolehkan untuk keperluan tertentu.
4. Prinsip Autonomi
Prinsip Autonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Tidak
ada paksaan ataupun ancaman. Kesediaan berasal dari keputusan klien
setelah dijelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian tindakan
keperawatan yang akan dilakukan.
5. Prinsip Beneficience
Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Dalam penelitian ini diharapkan tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien untuk menurunkan derajat
edema pada kaki karena kurangnya monitoring perawat.
6. Non Malaficience
Non Malaficience adalah prinsip yang berarti segala tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien Hipertensi dengan masalah
kualitas tidur tidak menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan
psikolgik.
7. Prinsip Justice
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standard praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan
tidak memilih pasien berdasarkan satus social, RAS, suku dan agama
dalam memberikan tindakan keperawatan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti. (2017). Pengaruh foot massage dan hand nassage terhadap kualitas
tidur pasien di ruangan ICU. 5, 1.

Barati, F., Nasiri, A., Akbari, N., & Sharifzadeh, G. (2016). The Effect of
Aromatherapy on Anxiety in Patients. 8(5).
https://doi.org/10.5812/numonthly.38347.Research

Clark, & Beck. (2011). Cognitive therapy of anxiety disorders : Science


andpractice. New York : Guilford Press.

Ganong. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC.

Hidayah, N., Damanik, S. rahmalia hairani, & Elita, V. (2015). Perbandingan


Efektivitas Terapi Musik Klasik Dengan Aromaterapi Mawar Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. JOM, 2(2).
nurulhidayah9194@yahoo.co.id

Johanes, A. S. (2019). Hipertensi Esensial Diagnosis Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa. 46(3), 172–178.

Kati, R. K. (2018). Gambaran Emosi dan Tingkat Kecemasan pada Pasien


Hipertensi di Puskesmas Bahu. Jurnal E-Biomedik, 6(1).

Kusmiati, & Yuni. (2009). Hubungan kecemasan dengan hipertensi. Yogyakarta :


Fitramaya.

Kusuma, A. S., & Rikhi, A. A. (2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik


Dikombinasi Dengan Aromaterapi Mawar Terhadap Tekanan Darah Pasien
Hipertensi: Literature Review. Jurnal Kesehatan, 9(1), 42.
https://doi.org/10.46815/jkanwvol8.v9i1.93

Maliya, A., & Fatimah, N. (2019). Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Mawar


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas.
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9, 379–386.

54
Mohd, S. (2017). Efektivitas Terapi Hinosis Lima Jari Terhadap Ansietas Klien
Hipertensi di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 19(2), 353–356.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.678

Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.

Palita, M., Afni, N., & Tasya, Z. (2019). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di
Kelurahan Lembomawo Wilayah Kerja Puskesmas Kawua. Jurnal
Kolaboratif Sains, 496–501.
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/jom/article/view/833

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Dewan pengurus PPNI. In Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus PPNI.

Prasetya, A. S. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat


Ansietas Klien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII
No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X, VII(1), 56–63.

Purwanto. (2013). Keperawatan Komplementer (Teori, Praktik, Hukum Dalam


Asuhan Keperawatan). Yogyakarta: Nuhu Medika.

Rini, R. A. pramesti. (2020). Pengaruh Kombinasi Aromaterapi Lavender dan


Hand Massage Terhadap Perubahan Kecemasan, Tekanan Darah dan Kortisol
pada Pasien Hipertensi. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA FORIKES”
(Journal of Health Research “Forikes Voice”), 11(2), 178.
https://doi.org/10.33846/sf11217

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal


of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

55
Rizal, H., Rizani, A., & Marwansyah.H. (2019). GAMBARAN TINGKAT
KECEMASAN PASIEN HIPERTENSI DENGAN. Jurnal Citra
Keperawatan, 6(1), 18–24.

Septriana, M., & Dkk. (2019). Analisis Kejadian Pasien Beresiko Hipertensi dan
Diabetes Pada Masyarakat di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
Community Service and Engagements, 01(1), 11–15. https://e-
journal.unair.ac.id/DC/article/view/13933/7773

Setyawan, A., & Hasnah, K. (2020). EFEKTIVITAS WET CUPPING THERAPY


TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 212–217.

Setyorini, A., & Setyaningrum, N. (2020). ILLNESS REPRESENTATION PADA


PASIEN DENGAN HIPERTENSI Illness Representation In Patients With
Hypertension. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 13. andrisetyo04@gmail.com

Sitompul, E., & Mustikasari. (2017). Hand Massage Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Klien Pra-Operasi Pada Pembedahan Elektif. Jurnal Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 1(1), 20.
https://doi.org/10.32419/jppni.v1i1.11

Sri, N. A. A., Adilatri, A., Kep, S., Ni, N., Guru, K., & Kep, S. (2013). Pengaruh
pijat tangan dan aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan
mahasiswa sebelum ujian lab klinik keperawatan.

Sulteng, dinas kesehatan provinsi. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi


Tengah Tahun 2019 i.
datinkessulteng@gmail.com/surdatinsulteng@gmail.com

Triyanto. (2014). pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi Yogyakarta :


Graha Ilmu.

WHO. (2019). (Organisasi Kesehatan Dunia) Peningkatan Tekanan Darah .

56
Lampiran 1

BIODATA PENULIS

A. IDENTITAS
Nama : Rafika Febriana Hudju
NIM : PO0220218037
Tempat Tanggal Lahir : Danda, 6 Februari 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl.Trans Sulawesi Ds. Landangan
Kec.Poso Pesisir Kab.Poso
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat Sekolah Dasar Negri 1 Danda
2. Tamat Sekolah Madrasah Tsanawiyah 1 Wakai
3. Tamat Sekolah Menengah Atas Negri 1 Gorontalo
4. Terdaftar Sebagai Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso
angkatan tahun 2018 sampai Sekarang.

57
Lampiran 2

PENJELASAN SEBELUM LAMPIRAN

1. Saya adalah Rafika Febriana Hudju, mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Palu
Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Poso yang sedang melakukan
penelitian tugas akhir dengan ini meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Aromaterapi
Mawar Dan Hand Massage Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Hipertensi di RSUD Poso”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Penerapan
Aromaterapi Mawar Dan Hand Massage Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi di RSUD Poso.
3. Manfaat bagi Bapak/Ibu klien adalah dapat menurunkan kecemasan serta
memberikan kenyamanan pada pasien.
4. Tindakan yang dilakukan adalah pemberian Aromaterapi Mawar dan Hand
Massage. dimana diberikan terapi Hand Massage dengan Minyak zaitun
selama 10 menit dengan terapi minyak aromaterapi mawar sebanyak 5-6 tetes
ke dalam 20-30 ml air selama 15 menit.
5. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, tidak ada paksaan, dan Bapak/Ibu
sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.
6. Semua data yang telah diberikan selama penelitian disimpan dan dijaga
kerahasiannya. Peneliti akan merahasiakan data Bapak/Ibu dengan cara
memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang berarti identitas
Bapak/Ibu hanya di ketahui oleh peneliti. Untuk informasi lebih lanjut
Bapak/Ibu dapat menghubungi di nomor 085299814010

Peneliti

(Rafika Febriana Hudju)

58
Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM


PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :


Nama :
Umur :
Alamat:

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian bahwa segala
informasi tentang penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
kepentingan peneliti, maka saya (bersedia/tidak bersedia)* untuk menjadi
responden penelitian yang berjudul “Penerapan Aromaterapi Mawar Dan Hand
Massage Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Hipertensi di RSUD Poso”. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
dari saya akibat ini, maka saya akan bertanggung jawab dan tidak akan menuntut
dikemudian hari.
Demikian surat pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun
Poso, 19 April 2021
Yang menyatakan

(…………………..)

59
Lampiran 4

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April mei


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Judul
2. Penyusunan
proposal
3. Konsultasi

4. Perbaikan

5. Persetujuan

6. Ujian
Proposal
7. Perbaikan

8. Perizinan
Penelitian
9. Penelitian

10 Pengelolaan
Data
11 Konsultasi
Hasil

60
12 Ujian KTI

13 Perbaikan

14 Penyetoran
KTI

Lampiran 5

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Ruang rawat :

No. Rawat :

1. Nama/umur : Agama :
Pendidikan : Bahasa yg digunakan :
Pekerjaan : Status Perkawinan : M/S/D/J
Tanggal MRS : Tgl & Jam pengambilan data:
Diagnosa Medis :

2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang :
 Alasan MRS :

 Keluhan utama :

61
 Riwayat keluhan utama

b. Riwayat kesehatan yang lalu & riwayat kesehatan keluarga :

c. Genogram (tiga generasi) JIKA DIPERLUKAN

3. Pemeriksaan fisik/biologis
 Keadaan umum :
 TTV : TD………….mmHg Suhu………..°C
Nadi……….X/I P……………X/i
 BB sebelum/setelah sakit : …………/…………Kg TB…………cm
 Kesadaran :
 Kepala :

 Muka :

 Mata :

 Telinga :

 Hidung :

 Mulut :

62
 Gigi :

 Lidah :

 Tenggorokan :

 Leher :

 Dada :

 Abdomen :

 Genital :

 Integument :

 Ekstremitas :

4. Pola kebiasaan Klien


 Nutrisi :

Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis Makanan :
Frekuensi Makan :
Makanan Pantangan :
Kebiasaan Sebelum Makan :
Diet :

 Eliminasi urine :

63
Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi
Warna
Bau
Jumlah Urine

 Eliminasi fecal :

Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi
Penggunaan Obat Pencahar

 Balance Cairan

Kegiatan
Masukan Cairan (24 Jam)
Haluaran Cairan (24 Jam)
Frekuensi
Jenis Cairan
IWL (1 Hari)
Total
Balance

 Aktivitas :

Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit


Aktivitas Ringan
Aktivitas Berat
Frekuensi

64
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
(BARTHEL INDEKS)
NO FUNGSI SKOR KETERANGAN

0 Tidak terkendali/tidak terukur


Mengendalikan rangsang buang air (perlu pencahar)
besar
1 Kadang-kadang tidak terkendali
1
(BAB)
(1 x seminggu)
2

Skor

0 Tidak terkendali/pakai kateter

1 Kadang-kadang tidang terkendali


2 Mengendalikan rangsang berkemih (hanya 1x/24 jam)

Mandiri
2

Skor

0 Perlu pertolongan orang lain


Membersihkan diri (mandi, basuh
3
muka, sisir rambut,sikat gigi) 1 Mandiri

Skor

0 Tergantung pertolongan orang


lain
Penggunaan kloset, masuk dan 1
keluar Perlu pertolongan pada
4 beberapa kegiatan, tetapi dapat
(melepaskan, memakai celana, mengerjakan sendirih beberapa
membersihkan, menyiram) kegiatan orang lain
2
Mandiri

Skor

0 Tidak mampu

1 Perlu pertolongan memotong


5 Makan makanan

Mandiri
2

Skor

6 Berubah posisi dari berbaring ke 0 Tidak mampu


duduk
1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)bantuan minimal

65
1 orang

2 Mandiri

Skor

0 Tidak mampu

1 Bisa pindah dengan kursi roda


7 Berpindah/berjalan 2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3
Mandiri

Skor

0 Tergantung pada orang lain

1 Sebagian dibantu (Misal


8 Memakai Baju mengancing baju)

Mandiri
2

Skor

0 Tidak mampu

9 Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan

2 Mandiri

Skor

0 Tergantung orang lain


10 Mandi
1 Mandi

Skor

Total Skor

Keterangan :

20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

 Istirahan dan tidur :

Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit

66
Tidur Siang (Jumlah dlm jam)
Tidur Malam (Jumlah dlm jam)
Gangguan Tidur
Kebiasaan sebelum tidur

 Kebiasaan lainnya : merokok kafein alcohol obat


Lain-lain…..
5. Data psikologis, sosiologis, seksual dan spiritual :
 Psikologis : t.a.k gelisah takut sedih
rendah diri
Hiperaktif acuh tak acuh/apatis
marah
Mudah tersinggung lain-lain……
 Sosiologis : t.a.k menarik diri komunikasi
inkoheren
 Seksual : t.a.k ↓libido impotensia lain-
lain
 Spiritual : t.a.k perlu dibantu dalam beribadah
lain2
6. Data Penunjang ( EKG, EEG, Laboratorium, pemeriksaan radiologi dan lain-
lain) :

67
7. Terapi Medis

No Nama Obat Dosis & Cara


Pemberian Manfaat/Cara Kerja

68
8. Rumusan Masalah (Minimal 3 Diagnosa Keperawatan)

69
9. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

70
10. Intervensi Keperawatan

Tujuan & Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)

71
11. Implementasi & Evaluasi

No
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
DX

72
Lampiran 6

SOP AROMATERAPI MAWAR

1. Pengertian
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat
2. Tujuan
a). Merileksasikan pasien
b). Memberikan efek nyaman pada pasien

3. Tahap Persiapan
 Persiapan pasien
c).Memberikan salam dan memperkenalkan
diriMenjelaskan tujuan
d).Menjelaskan langkah/brosur yang akan
dilakukan
e). Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan
tindakan.
f).Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan
ruangan.
 Persiapan lingkungan
g) Menutup pintu dan memasang sampiran
 Persiapan Alat
h).Alat inhalasi
i).Air panas
j). Gelas satu buah
k). Tisu
4. Tahap Pelaksanaan
l). Mencuci tangan dan memakai handscoon
m). Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
n). Mendekatkan peralatan inhalasi ke bed pasien
o). Mengisi gelas dengan air panas dan teteskan 5-6 tetes
aromaterapi ke dalam gelas yang berisi air panas.
p). Menghidupkan dari alat inhalasi
q). Setelah 15 menit stop menghirup aromaterapi
r). Bersihkan mulut dengan hidung dengan tissue
s). Bereskan alat
t). Buka handscoon dan cuci tangan

5. Tahap Terminasi
u). Evaluasi perasaan pasien
v). Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya

73
w). Dokumentasikan

SOP HAND MASSAGE

Prosedur Tindakan Keterangan Gambar


Teknik ini dilakukan pada pasien
yang merasakan kecemasan ,
pasien dalam keadaan sadar
kooperatif saat akan dilakukan
tindakan, lakukan pengkajian
kecemasan terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan.
Langkah prosedurnya adalah
sebagai berikut :
1. Hand massage dilakukan
tiga kali dalam seminggu
2. Pijat dilakukan 5-10
menit
3. Cuci tangan sebelum
melakukan tindakan
4. Atur posisi klien
senyaman mungkin, dan
hand massage dilakukan
di ruangan yang tenang
dan penerangan yang
cukup
5. Gunakan minyak yang
bertekstur halus misalnya
minyak zaitun atau
minyak yang
beraromaterapi karena
dapat memberikan
kenyamanan pada pasien
dan kelembaban pada
kulit

74
6. Sebarkan minyak di atas
tangan dan pergelangan
tangan dengan gerakan
lembut, mengarah ke
atas. Ulangi gerakan
dengan tangan kiri.
Terapkan tekanan ringan
saat mengusapkan jari di
atas telapak tangan,
pergelangan tangan dan
punggung tangan.
Lakukan dan ulangi
sebanyak 6 kali
7. Buka telapak tangan dan
pikat dengan gerakan
melingkar dengan ibu
jari anda, mulai dari
tengah dan jalan ke sisi
telapak tangan. Lakukan
dan ulangi sebanyak 6
kali.

8. Lanjutkan pijatan di
punggung tangan dengan
gerakan menekan dengan
ibu jari. Lakukan dan
ulangi sebanyak 6 kali.

9. Istirahatkan tangan di
tangan anda. Dengan
tangan yang lain, peras
setiap jari di antara ibu
jari dan telunjuk anda.
Gunakan gerakan
melingkar kecil untuk
memijat setiap jari dari
pangkal ke ujungnya.
Ulangi ini dua kali untuk
setiap jari.

75
10. Akhiri dengan gerakan
santai dan lembut di atas
tangan.

Lampiran 7

Kuesioner tingkat kecemasan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat buruk
- Takut akan pikiran sendiri
- Mudah tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa tegang
- Lesu
- Tak bias istirahat tenang
- Mudah terkejut
- Mudah menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada gelap

76
- Pada orang asing
- Ditinggal sendiri
- Pada binatang besar
- Pada keramaian lalu lintas
- Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur
- Sukar masuk tidur
- Terbangun malam hari
- Tidak nyenyak
- Bangun dengan lesu
- Banyak mimpi-mimpi
- Mimpi buruk
- Mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan
- Sukar konsentrasi
- Daya ingat buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya minat
- Berkurangnya kesenangan pada hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah ubah sepanjang hari
7 Gejala somatik (otot)
- Sakit dan nyeri di otot otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi gemerutuk
- Suara tidak stabil
8 Gejala somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka merah atau pucat

77
- Merasa lemah
- Perasaan di tusuk tusuk
9 Gejala kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di dada
- Denyut nadi mengeras
- Perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan

- Detak jantung menghilang (berhenti


sekejap)
10 Gejala respiratori
- Rasa tertekan atau sempit di dada
- Perasaan tercekik
- Sering menarik nafas
- Nafas pendek/sesak
11 Gejala gastrointestinal
- Sulit menelan
- Perut melilit
- Gangguan pencernaan
- Nyeri sebelum dan sesudah makan
- Perasaan terbakar di perut
- Rasa penuh atau kembung
- Mual
- Muntah
- Buang air besar lembek
- Kehilangan berat badan
- Sukar buang air besar (konstipasi)
12 Gejala urogenital
- Sering buang air kecil
- Tidak dapat menahan air seni
- Amenorrhoe

78
- Menorrhagia
- Menjadi dingin (Frigid)
- Ejakulasi praecocks
- Ereksi hilang
- Impotensi
13 Gejala otonom
- Mulut kering
- Muka merah
- Mudah berkeringat
- Pusing, sakit kepala
- Bulu-bulu berdiri
14 Tingkah laku pada wawancara
- Gelisah
- Tidak tenang
- Jari gemetar
- Kerut kening
- Muka tegang
- Tonus otot meningkat
- Napas pendek dan cepat
- Muka merah

79

Anda mungkin juga menyukai