Anda di halaman 1dari 51

Skripsi

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI


DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU POSTPARTUM

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kebidanan pada Prodi D-IV Kebidanan Poltekes Kemenkes Aceh

RAFDA
NIM :P0712442066

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Penelitian ini adalah hasil karya penulis sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Rafda

Nim : P0712442066

Tanggal : 31 Juli 2021

Yang menyatakan,

Rafda

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN


KEJADIAN MASTITIS PADA IBU POSTPARTUM

Dipersiapkan dan disusun oleh


Rafda
P0712442066

Telah disetujui oleh

Pembimbing I

Putri Santy, S.SiT, MPH. Tanggal : 13 April 2021


198003272005012004

Pembimbing II

Yushida, S.Kep., M.Kes Tanggal : 29 Maret 2021


197307011993022001

iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN


KEJADIAN MASTITIS PADA IBU POSTPARTUM

Disusun oleh :

Rafda
P0712442066

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal :


02 Agutus 2021

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Putri Santy, S.SiT, MPH. Ketua (………………)


NIP.198003272005012004

Juliastuti, S.SIT., M.Kes Anggota (…………………)


NIP. 197407311993032001

Gustiana, S.SIT., M.Kes Anggota


NIP. 197408031993022001

Mengetahui,
Prodi D-IV Kebidanan
Ketua,

iv
Adri Idiana.S.SiT.MPH
NIP.197010211994032002
LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN
KEJADIAN MASTITIS PADA IBU POSTPARTUM
Rafda1, Putri2, Yushida2

ABSTRAK

Pendahuluan: Teknik menyusui dan cara menyusui yang kurang baik dapat
menimbulkan berbagai macam masalah baik pada ibu maupun pada bayinya
misalnya puting susu lecet dan nyeri, radang payudara (mastitis), pembengkakan
payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan ASI berkurang
sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup dan akhirnya mengakibatkan
bayi kurang gizi. Literature review ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum.
Metode: Sumber dalam literature review ini diperoleh dari database yang terdiri
dari EBSCO, PubMed, ProQuest dan Google Schoolar dengan menggunakan kata
kunci yang relevan berdasarkan topik dan judul penelitian dengan menggunakan
kata kunci dwibahasa: "Teknik menyusui dan mastitis". Ada 1702 artikel yang
ditemukan dan hanya 8 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan
dalam analisis.
Hasil: Hasil literature review menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum. teknik menyusui
yang buruk akan mengakibatkan hisapan yang kurang optimal oleh bayi yang
menyebabkan pengeluaran ASI juga tidak optimal.
Kesimpulan: Temuan dari lieterture review ini menunjukkan bahwa ada
hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum.
Saran: Hasil temuan ini di harapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat
dijadikan sebagai salah satu intervensi mandiri dalam memberikan pendidikan
kesehatan pada ibu postpartum untuk mencegah terjadinya mastitis.

Kata kunci: Mastitis, Teknik Menyusui


1
Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh

v
LITERATURE REVIEW : RELATIONSHIP OF BREASTFEEDING
TECHNIQUE WITH THE EVENT OF MASTITIS IN
POSTPARTUM MOTHERS
Rafda1, Putri2, Yushida2

ABSTRACT

Introduction: Breastfeeding techniques and breastfeeding methods that are not


good can cause various kinds of problems for both the mother and the baby such
as sore and sore nipples, inflammation of the breast (mastitis), breast swelling
which causes the motivation to give breast milk to decrease so that the baby does
not get enough milk. and ultimately result in malnourished babies. This literature
review aims to determine the relationship between breastfeeding techniques and
the incidence of mastitis in postpartum mothers.
Methods: Sources in this literature review were obtained from databases
consisting of EBSCO, PubMed, ProQuest and Google Schoolar using relevant
keywords based on the topic and research title using bilingual keywords:
"Breastfeeding techniques and mastitis". There were 1702 articles found and only
8 articles met the inclusion criteria and were included in the analysis.
Results: The results of the literature review show that there is a significant
relationship between breastfeeding techniques and the incidence of mastitis in
postpartum mothers. Poor breastfeeding technique will result in less than optimal
suction by the baby which causes the milk to be released is also not optimal.
Conclusion: The findings from this literature review show that there is a
relationship between breastfeeding techniques and the incidence of mastitis in
postpartum mothers.
Suggestion: It is hoped that these findings for health workers, especially
midwives, can be used as an independent intervention in providing health
education to postpartum mothers to prevent mastitis.

Keywords: Mastitis, Breastfeeding Technique


1
Student of Prodi D-IV Department of Midwifery Poltekkes Kemenkes Aceh
2
Lecturer of Department Midwifery Poltekkes Kemenkes Aceh

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Literature
Review: Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian Mastitis pada Ibu
Postpartum”
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi Diploma
IV Kebidanan pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh.
Rasa terimakasih saya ucapkan kepada Ibu Putri Santy,S.SiT,MPH selaku
pembimbing utama dan Ibu Yushida, S.Kep., M.Kes Selaku pembimbing
pendamping atas jerih payah dalam membimbing skripsi ini hingga selesai. Pada
kesempatan ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Iskandar Faisal, S.Kp., M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Aceh.
2. Ibu Fithriany, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
3. Ibu Adri Idiana, S.SiT., MPH selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan.
4. Ibu Iin Fitraniar, SST., selaku Koordinator Skripsi Prodi DIV
Kebidanan
5. Ibu Juliastuti, S.SIT., M.Kes dan Ibu Gustiana, S.SIT., M.Kes selaku
dewan penguji yang telah meluangkan waktu memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral; dan

Akhir kata, saya berharap semoga Allah SWT berkenan membalas


segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penulisan
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

vii
Aceh, 16 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
E. Keaslian Penelitian .............................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Telah Pustaka....................................................................... 7
B. Kerangka Teori Penelitian .................................................. 18
C. Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Desaian Penelitian ............................................. 20
B. Jenis Data ......................................................................... 20
C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 20
D. Jurnal Yang Akan Direview .............................................. 23
E. Analisa Data ..................................................................... 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ................................................................ 26
B. Pembahasan ...................................................................... 32

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 38

viii
B. Saran ................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................... 6
Tabel 3.1 Review Artikel Penelitian ................................................... 22
Tabel 4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 28

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian............................................... 17
Gambar 2.3 Diagram Alur Review Jurnal........................................... 22

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi

pada masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat

terjadi pada minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah melahirkan.

Kejadian mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu menyusui. Pada mastitis

lebih kurang 10% kasusnya dapat berkembang menjadi abses dengan gejala

yang lebih berat.1

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus

infeksi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus

meningkat, dimana 12% kasus diantaranya merupakan infeksi payudara yang

disebabkan oleh mastitis pada wanita post partum. Berdasarkan hasil

penelitian presentasi cakupan perempuan menyusui dengan mastitis di

Amerika Serikat didapatkan sebanyak 9,5% ibu post partum melaporkan

dirinya mastitis dan Australia menyebutkan bahwa mastitis mempengaruhi

20% ibu menyusui pada 6 bulan pertama setelah melahirkan.1

Indonesia sebagai negara berkembang di dunia dengan presentasi kasus

mastitis mencapai 10% pada ibu post partum dengan jumlah 876.665 wanita

terdiagnosis mastitis. Berdasarkan laporan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2018-2019 menunjukkan bahwa 75% ibu

menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet, hal tersebut

1
kemungkinan disebabkan karena teknik menyusui dan perawatan payudara

yang tidak benar.2

Mastitis pada ibu postpartum merupakan salah satu penyebab

kurangnya cakupan ASI eksklusif. Kejadian mastitis pada ibu postpartum

dapat terjadi pada 6-8 minggu pertama masa menyusui. Kondisi yang lebih

parah dari mastitis ini dapat terjadi adanya kasus abses payudara. Pada masa

postpartum bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya mastitis.

Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak

sempurna, karena teknik menyusui yang tidak benar, pemakaian bra yang

terlalu ketat, dan pengisapan bayi yang kurang kuat. Mastitis dapat terjadi

akibat kuman, dimana kuman penyebab tersering mastitis yaitu bakteri

Staphylococcus aureus.3

Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan, area

payudara yang membengkak, demam, menggigil, dan lemah. Beberapa faktor

resiko terjadinya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang

jarang, produksi ASI yang terlalu banyak, frenulum pendek, malnutrisi pada

bayi dan penggunaan krim pada puting. Terjadinya mastitis diawali dengan

peningkatan tekanan didalam duktus (saluran ASI) akibat statis ASI. Bila ASI

tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan

mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi tertekan sehingga

permeabilitas jaringan ikut meningkat.1

Penanganan terbaik untuk mastitis adalah dengan pencegahan.

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan

2
sabun, mencegah bendungan ASI dengan menyusui sejak awal dan sering,

teknik menyusui yang benar, dan menghindari kontak dekat dengan orang

yang menderita Staphylococcus. Perawatan puting susu pada saat menyusui

juga merupakan usaha yang penting untuk mencegah mastitis. Perawatan

yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan puting susu sebelum dan

setelah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang mengering. 4

Teknik menyusui dan cara menyusui yang kurang baik dapat

menimbulkan berbagai macam masalah baik pada ibu maupun pada bayinya

misalnya puting susu lecet dan nyeri, radang payudara (mastitis),

pembengkakan payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan ASI

berkurang sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup dan akhirnya

mengakibatkan bayi kurang gizi4

Penanganan terkait pencegahan kejadian mastitis perlu diberikan

kepada ibu postpartum dengan memberikan penyuluhan untuk melakukan

perawatan payudara terutama puting susu. Bila ada retak atau luka pada

puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada satu payudara yang bersangkutan

sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan dan

diberikan antibiotika. Dengan tindakan-tindakan ini terjadinya abses

seringkali dapat dicegah.4

Penelitian yang dilakukan oleh Erliningsih, dkk (2018) menyatakan

bahwa tekhnik menyusui dengan kejadian mastitis diperoleh bahwa ada

sebanyak 12 responden (70,6%) ibu menderita mastitis dari 17 responden

dengan tekhnik menyusui kurang baik dan terdapat 6 reponden (30%) ibu

3
yang menderita mastitis dari 20 responden tekhnik menyusui yang baik. Dari

hasil uji statistik didapatkan p-value: 0,033. Dengan kata lain ada hubungan

antara teknik menyusui dengan kejadian mastitis.5

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hasanah, dkk (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

teknik menyusui dengan resiko terjadinya Mastitis.6 Berdasarkan penelitian

Dewi, dkk (2017) juga menyatakan bahwa ada pengaruh teknik menyusui dan

praktek breast care dengan kejadian bendungan ASI dengan nilai p-value

(0,05)7. Berdasarkan kajian riset dari beberapa literature review yang telah

dilakukan, penulis tertarik untuk melakukan review jurnal tentang hubungan

teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah

penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian

mastitis pada ibu postpartum”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk melakukan literature review pada beberapa artikel penelitian

terkait dengan hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu

postpartum.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk Evidence Based Practice dalam

praktik kebidanan, menambah pedoman secara teoritis dalam

penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya mastitis pada ibu postpartum

dan meningkatkan pengetahuan terkait hubungan teknik menyusui dengan

kejadian mastitis pada ibu postpartum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan sumber

bacaan ilmiah untuk penelitian berikutnya yang terkait dengan

hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu

postpartum.

b. Bagi Institusi Pelayanan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

perkembangan ilmu pengetahuan pada penelitian kesehatan tentang

hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu

postpartum.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

intervensi mandiri bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

khususnya pada ibu postpartum untuk mencegah terjadinya mastitis.

5
E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian mengenai “Literatur

Review: Mastitis” yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Ika Tristantia, Nasriyaha 8
Jurnal
Judul Penelitian : Mastitis: A Literature Review
Metode Pencarian literature dilakukan sampai dengan tanggal 20
Mei 2019 melalui database Pubmed dan Google scholar
menggunakan kata kunci mastitis digunakan 11 artikel
sebagai sumber referensi. kriteria inklusi : mastitis, ibu
menyusui, artikel terbitan mulai tahun 2014 – 2019.
Hasil Mastitis adalah suatu kondisi radang payudara dan
mungkin akibat penurunan imunitas dan penurunan daya
tahan terhadap infeksi. Mastitis berkisar pada tingkat
keparahan dari peradangan ringan, asimptomatik yang
biasanya tidak menular, hingga mastitis parah yang
terbukti secara klinis, yang bermanifestasi sebagai
kemerahan, pembengkakan payudara, demam atau
infeksi sistemik. Mastitis dapat timbul dari faktor-faktor
yang berhubungan dengan kesehatan ibu, kesehatan bayi
atau keduanya.
Persamaan Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sama-
sama menggunakan jurnal terkait mastitis.
Perbedaan Penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis yaitu hanya meneliti dua variabel terkait yaitu
teknik menyusui dengan kejadian mastitis.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Payudara/Laktasi

a. Pengertian

Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak dibawah

kulit, diatas otot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri

dari korpus (badan), areola dan papilla atau puting. Fungsi dari

payudara adalah memproduksi susu (air susu ibu) sebagai nutrisi bagi

bayi. Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah

dipersiapkan bauk untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang

terjadi pada kelenjar mammae selama kehamilan adalah:

1) Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena

pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat

selama hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mammae

untuk persiapan produksi ASI.

2) Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus

laktiferus. Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau

keluar sendiri melalui puting susu saat usia kehamilan memasuki

trimester ketiga.

3) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian

dalam kelenjar mammae.9

7
Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurun drastis

sehingga dikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI

kemudian dikeluarkan oleh sel/otot halus disekitar kelenjar payudara

yang mengkerut dan memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang

membuat otot-otot itu mengkerut.10

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih

tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari

kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada

hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan

agak berwarna kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yang disekresi

setelah hari ketiga postpartum.9

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk

manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian

ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2

tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh

secara alami.11

8
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu

produksi dan pengeluara ASI.

1) Produksi ASI (Prolaktin)

Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19

minggu.Pembentukan tersebut delesai ketika mulai menstruasi

dengan terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang

berfungsi untuk maturasi alveolus. Sementara itu, hormon

prolaktin berfungsi untuk produksi ASI selain hormon lain seperti

insulin, tiroksin, dan lainlain. Selama hamil hormon prolaktin dari

plasenta meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena

masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua

atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun

drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan saat itu

sekresi ASI semakin lancar. Terdapat dua refleks pada ibu yang

sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan

refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh

hisapan bayi.12

2) Refleks prolaktin, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, puting

susu berisi banyak ujung saraf sensoris. Bila saraf tersebut

dirangsang, timbul impuls yang menuju hipotalamus, yaitu

selanjutnya ke kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini

mengeluarkan hormon prolaktin.Hormon tersebut yang berperan

dalam produksi ASI di tingkat alveoli. Refleks prolaktin muncul

9
setelah menyusui dan menghasilkan susu untuk proses menyusui

berikutnya. Prolaktin lebih banyak dihasilkan pada malam hari

dan dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan, makin

banyak ASI yang dihasilkan Refleks aliran (let down reflex)

bersamaan dengan pembentuka prolaktin oleh hipofisis anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis

posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Kontraksi dari sel

akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan

masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus

laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan

let down adalah dengan melihat bayi, mendengarkan suara bayi,

mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktorfaktor

yang menghambat refleks let down adalah stress, seperti keadaan

bingung/pikiran kacau, taku dan cemas.12

3) Pengeluaran ASI

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke

kelenjar hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon oksitosin.

Hormon itu berfungsi untuk memacu kontraksi otot polos yang

ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI di

pompa keluar. Refleks oksitosin bekerja sebelum atau setelah

menyusui untuk menghasilkan aliran air susu dan menyebabkan

kontraksi uterus. Semakin sering menyusui, semakin baik

pengosongan alveolus dan saluran sehingga semakin kecil

10
kemungkinan terjadi bendungan susu sehingga proses menyusui

makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak

hanya mengganggu penyusuan, tetapi menyebabkan kerentanan

terhadap infeksi. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim

sehingga involusi rahim semakin cepat dan baik. Tidak jarang,

perut ibu terasa sangat mules pada hari-hari pertama menyusui

dan hal ini merupakan mekanisme alamiah untuk rahim kembali

ke bentuk semula.13

2. Teknik Menyusui

a. Pengertian

Ibu postpartum yang menyusui bayi pertama kali akan

mengalami beberapa permasalahan, diantaranya adalah ibu belum

mengetahui teknik menyusui yang benar, emosional ibu ketika

pertama kali menyusui dalam kondisi masa pemulihan pasca

persalinan. Teknik menyusui akan berpengaruh terhadap kemampuan

ibu dalam memberikan ASI pada bayinya, teknik menyusui

diantaranya adalah memberikan posisi menyusui, perlekatan mulut

bayi pada payudara yang tepat, sehingga bayi dapat dengan mudah

mengisap puting susu ibu, dan cara ibu memegang bayi saat

menyusui.14

11
b. Cara Menyusui yang Benar

Seringkali kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan

memposisikan dan melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet

sehingga ibu jadi segan menyusui, produksi ASI berkurang dan bayi

menjadi malas menyusu. Langkah menyusui yang benar yaitu sebagai

berikut:

1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.

2) Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya.

Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban

puting susu.

3) ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung.

4) Posisikan bayi dengan benar, Yaitu :

a) Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan

dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan ibu.

b) Perut bayi menempel ke tubuh ibu.

c) Mulut bayi berada di depan puting ibu.

d) Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di

antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh

dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.

e) Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis

lurus.

12
5) Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka

lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara

ibu dan putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

6) Cek apakah perlekatan sudah benar

a) Dagu menempel ke payudara ibu.

b) Mulut terbuka lebar.

c) Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk

ke dalam mulut bayi.

d) Bibir bayi terlipat keluar.

e) Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi

memerah ASI).

f) Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar

bunti menelan.

g) Ibu tidak kesakitan dan Bayi tenang. 15

3. Mastitis

a. Pengertian

Mastitis adalah radang pada payudara. Kejadian ini terjadi pada

masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan

saluran ASI yang berkelanjutan.16 peradangan pada payudara menjadi

merah, bengkak, kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh

meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan di luarnya kulit

menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah

13
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.

Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau

pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan

payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI

yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian

bawah payudara yang menggantung.17

Teknik menyusui juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi produksi ASI, dimana bila teknik menyusui tidak benar

dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui

dan bayi jarang menyusu. Semakin disadari bahwa teknik menyusui

yang buruk yang mengakibatkan pengeluaran ASI yang tidak efisien

merupakan penyebab penting terjadinya mastitis. Indikator dalam

proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan bayi yang benar

(body position), perlekatan bayi yang tepat (latch), keefektifan hisapan

bayi pada payudara (effective sucking). Maka dari itu selalu pastikan

tindakan menyusui dengan posisi dan sikap yang benar5.

Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara

merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis yang disebabkan karena

meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. 16 Ada dua jenis

Mastitis; yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective

Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri: Infective Mastitis dan lecet17.

14
b. Penyebab Mastitis

1) Payudara bengkak yang tidak di susu secara adekuat, akhirnya

terjadi mastitis.

2) Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan ter-

jadinya infeksi pada payudara

3) BH yang terlalu ketat.

4) Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena

infeksi.16

5) Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan

puting payudara saat menyusui.

6) Infeksi bakteri staphylococcusauereus yang masuk melalui celah

atau retakan putting payudara.

7) Saluran ASI tersumbat dan tidak segera diatasi sehingga menjadi

mastitis.

8) Puting pada payudara retak/lecet. Hal ini dapat terjadi akibat

posisi menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting robek dan

retak. Bakteri menjadi lebih mudah untuk memasuki payudara .

Bakteri akan berkembang biak di dalam payudara dan hal inilah

yang menyebabkan infeksi.

9) Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung bakteri

atau dari mulut bayi. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam

payudara melalui lubang saluran susu.18

c. Gejala Mastitis

15
Payudara menjadi merah, bengkak, kadangkala diikuti rasa nyeri

dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat

(lump), dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada

masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan

saluran susu yang berlanjut.17 Gejala lainya antara lain payudara terasa

perih saat menyusui, terdapat benjolan atau bisul di payudara, ukuran

salah satu payudara lebih besar karena pembengkakan, puting

mengeluarkan nanah. Ibu sering merasa lelah dan Terdapat

pembesaran kelenjar getah bening di ketiak. 19

d. Penatalaksanaan Mastitis

Pengeluaran ASI yang efektif, Dalam kasus stasis ASI di lokasi

yang lebih dalam di jaringan payudaralangkah penanganan yang

paling penting adalah pembuangan ASI yang sering dan efektif. Ibu

harus didorong untuk menyusui lebih sering, mulai dari payudara yang

sakit. Setelah menyusui, memeras ASI dengan tangan atau pompa

dapat berkontribusi pada pengosongan payudara yang baik, dan

dengan demikian berkontribusi pada penyembuhan, pijatan di area

yang nyeri ke arah puting membantu mengeringkan payudara dengan

benar. Kompres air hangat/panas dan lakukan pemijatan pada payu-

dara yang terkena infeksi.20

Terapi suportif yang dapat dilakukan adalah istirahat, konsumsi

cairan yang cukup, dan nutrisi yang adekuat. Kompres hangat ke

payudara sesaat sebelum menyusui dapat membantu aliran susu. Dan

16
setelah menyusui atau sesudahnya dilakukan kompres dingin untuk

mengurangi rasa sakit dan edema.21

Tatalaksana secara farmakologis pada mastitis karena

diakibatkan oleh S.aureus yang menjadi penyebab tersering, yaitu

dengan pemberian antibiotik empiris yang efektif terhadap patogen ini

lebih disarankan. Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan selama

10-14 hari. Ibuprofen dan paracetamol umumnya cukup untuk

mengurangi ketidaknyamanan pada ibu dengan mastitis. Untuk

penggunaan antibiotik yang adekuat diperlukan dalam pengobatan

mastitis, dan jika memungkinkan sebaiknya diberikan berdasarkan

hasil kultur dan sensitivitas.21

17
B. Kerangka Teori

- Putting Lecet Teknik Menyusui


- Frekuensi Menyusui - Cara Menyusui
Jarang - Frekuensi Menyusui
- Produksi ASI Banyak
- Frenulum Pendek
- Malnutrisi Bayi
- Penggunaan Krem

STASIS ASI

ASI Segera ASI Tidak Segera


dikeluarkan dikeluarkan

Peningkatan
Tekanan di Ductus
(saluran ASI)

Tegangan
Alveoli
- Payudara Merah
- Nyeri Proses
- Bengkak menyusui
MASTITIS
- Suhu Tubuh terganggu
Meningkat
- Kulit Merah

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

18
C. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori maka variabel yang akan diteliti mengenai

hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum.

Dalam kerangka konsep penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu

variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah teknik menyusui. Sedangkan variabel dependen adalah

Kejadian Mastitis

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik Menyusui Kejadian Mastitis

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain literatur review, yaitu suatu metode

yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan

melalui berbagai literatur yang tersedia, terutama artikel-artikel yang

dipublikasikan dalam berbagai bentuk jurnal ilmiah. Kajian pustaka berguna

untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam sebuah

penelitian. Konsep dan teori yang dikaji dalam penelitian ini yaitu hubungan

teknik menyusui kejadian mastitis pada ibu postpartum.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan data yang

diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

terdahulu. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan

ilmiah primer atau asli yang terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak

dan/atau non-cetak) berkaitan dengan teknik menyusui dengan kejadian

mastitis pada ibu postpartum.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode

dokumentasi. Metode dokumentasi didefinisikan sebagai metode

20
pengumpulan data dengan cara mencari atau menggali dari literatur terkait

dengan apa yang dimaksud pada rumusan masalah. Strategi pencarian yang

dilakukan penulis untuk literature review ini menggunakan beberapa kata

kunci dalam pencarian di database yang sesuai topik dan judul penelitian

yaitu tentang Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian Mastitis pada Ibu

Postpartum.

Penulis menggunakan electronic database internasional yang terdiri

dari EBSCO, PubMed, ProQuest dan Google Schoolar sebagai sumber artikel

dalam literature review ini dengan rentang waktu terbitan artikel penelitian

mulai dari tahun 2016 – 2021 (5 tahun terakhir), artikel dengan desaian

penelitian korelasi, artikel penelitian full text dan artikel penelitian dari jurnal

nasional dan terindeks scopus.

Berdasarkan hasil penelurusan yang telah dilakukan dengan kata kunci

teknik menyusui, kejadian mastitis dan ibu postpartum diperoleh jurnal

sebanyak 2576. Dari artikel penelitian tersebut yang sesuai dengan kata kunci

pada penelitian ini berjumlah 1.702 artikel, kemudian dilakukan seleksi

berdasarkan judul dan abstrak. Dari hasil seleksi diperoleh sebanyak 987

jurnal yang harus di eksklusi karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Dari

hasil penilaian, sebanyak 632 artikel penelitian di eksklusi karena tidak sesuai

dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil seleksi dan

sesuai dengan kriteria inklusi diperoleh 8 jurnal full text yang akan di review.

21
Ebsco Proquest Pubmed Google Schoolar
N: 7 N: 350 N: 985 N: 360

Jumlah keseluruhan (n = 1702)

Seleksi artikel
berdasarkan judul
dan abstrak
N: 715

Kriteria Inklusi:
1. Desain penelitian cross-sectional dan
Artikel yang sesuai
case control
Kriteria inklusi
2. Artikel penelitian full text
N: 83
3. Artikel penelitian publish pada tahun
2016-2021
4. Responden ibu postpartum

Jumlah literatur yang


akan di review
N: 8

Gambar 3.1 Diagram Alur Review Jurnal

22
D. Artikel Yang Akan Direview

Artikel penelitian yang akan direview berjumlah 8 artikel yang terdiri dari 7

jurnal nasional dan 1 jurnal internasional, lebih jelas akan dipaparkan kedalam tabel

berikut ini :

Tabel 3.1 Review Artikel Penelitian


Penulis, Tahun,
No. Judul Artikel Tujuan Penelitian Desain
Negara
1 Sartika, dkk (2021)22 Faktor-Faktor Yang Mengetahui faktor- faktor yang Cross
Berhubungan Dengan berhubungan dengan terjadinya Sectional
Institut Kesehatan Terjadinya Mastitis Pada Ibu mastitis pada Ibu menyusui Di
Helvetia, Medan Menyusui Di Klinik Pratama Klinik Pratama Salma Hamparan
Salma Hamparan Perak Perak Tahun 2020
Indonesia Tahun 2020

2 Dutta, et al (2018)23 The prevalence and Mengetahui prevalensi, Prospective


predisposing factors of mengevaluasi faktor predisposisi study
The New Indian mastitis in lactating mothers dan mengetahui faktor etiologi
Journal of OBGYN in puerperium yang berhubungan dengan
mastitis pada ibu menyusui pada
India masa nifas

3 Erliningsih, dkk Hubungan Antara Tekhnik Mengetahui hubungan antara Cross


(2018)5 dan Interval Menyusui teknik dan interval menyusui Sectional
Dengan Kejadian Mastitis di dengan kejadian mastitis
Afiyah Poliklinik Kebidanan dan
Kandungan Rumah Sakit Ibnu
Indonesia Sina Bukittinggi Tahun 2017

4 Arista (2017)24 Hubungan Personal Hygiene, Mengetahui hubungan Personal Cross


Teknik Menyusui dan Peran Hygiene, Teknik Menyusui dan Sectional
Scientia Journal Keluarga dengan Pencegahan Peran Keluarga dengan
Mastitis di Wilayah Kerja Pencegahan Mastitis.
Indonesia Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2016

5 Hasanah, dkk (2017)6 HubunganTeknik Menyusui Menganalisis hubungan antara Cross


dengan Risiko Terjadinya teknik menyusui dan risiko Sectional
e-Jurnal Pustaka Mastitis pada Ibu Menyusui terjadinya mastitis di Desa
Kesehatan di Desa Kemuning Kemuning Kecamatan Arjasa
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Indonesia Jember

6 Egbe, et al (2016)25 Prevalence and Risk Factors Mengetahui prevalensi dan faktor Cross
of Lactation Mastitis in Three risiko mastitis laktasi pada ibu Sectional
British Journal of Hospitals in Cameroon: A menyusui di tiga rumah sakit di
Medicine and Medical Cross-Sectional Study Kamerun
Research

Cameroon

23
Penulis, Tahun,
No. Judul Artikel Tujuan Penelitian Desain
Negara
7 Aminah, dkk (2018)4 Hubungan Antara Teknik Mengetahui hubungan teknik Cross
Menyusui Dengan Kejadian menyusui dengan kejadian Sectional
Fakultas Ilmu Mastitis Pada Ibu Menyusui mastitis pada ibu menyusui
Kesehatan Universitas Di Wilayah Kerja Pustu Pojok
Kadiri Kota Kediri Tahun 2018

Indonesia

8 Anggara, dkk (2020)26 Hubungan Teknik Menyusui Menganalisis hubungan teknik Cross
Dengan Risiko Terjadinya menyusui dengan risiko Sectional
STIKes Bina Sehat Mastitis Pada Ibu Menyusui terjadinya mastitis pada ibu
PPNI Mojokerto menyusui.

Indonesia

E. Analisa Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penelitian

tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi

bibliograf. Anotasi berarti suatu kesimpulan sederhana dari suatu artikel,

buku, jurnal atau beberapa sumber tulisan lain, sedangkan bibliografi

diartikan sebagai suatu daftar sumber-sumber yang digunakan dalam suatu

penelitian, dimana setiap sumbernya diberikan simpulan terkait dengan apa

yang tertulis di dalamnya.

Pada penelitian dengan metode literature review ini analisis data

dilakukan dengan cara menganalisa artikel penelitian yang telah diperoleh

dari proses pengumpulan data, artikel penelitian tersebut dianalisis dengan

langkah-langkah mencari kesamaan (compare), mencari ketidaksamaan

24
(contrast), memberikan pandangan (critize), membandingkan (synthesize) dan

meringkas (summarize) dari keseluruhan artikel penelitian yang direview.

25
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penulis, Populasi, Sampel


N
Tahun, Judul Artikel Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Design dan Teknik Variabel Hasil Kesimpulan
o.
Negara Sampling
1 Sartika, dkk Faktor-Faktor Mengetahui faktor Apakah faktor- faktor Cross- Populasi : ibu nifas Faktor Hasil Frekuensi Hasil penelitian dapat
(2021)22 Yang pengetahuan dan yang berhubungan sectional pengetahuan Menyusuidengan disimpulkan bahwa
Berhubungan teknik menyusui dengan terjadinya study Sampel : 30 dan teknik Terjadinya Mastitis pada Ibu teknik menyusui
Institut Dengan yang berhubungan mastitis pada Ibu menyusui menyusui Di Klinik Pratama menjadi faktor yang
Kesehatan Terjadinya dengan terjadinya menyusui ? Teknik sampling : dengan Salma Hamparan Perak Tahun berhubungan dengan
Helvetia, Mastitis Pada Ibu mastitis pada Ibu Total Sampling kejadian 2020, diketahui bahwa dari 30 kejadian mastitis
Medan Menyusui Di menyusui mastitis Responden ibu Menyusui pada ibu menyusui
Klinik Pratama dengan Frekuensi menyusui
Indonesia Salma Hamparan kategori baik sebanyak 19
Perak Tahun 2020 orang (63,3%) yang
mengalami mastitis 0 orang
(0%) dan tidak mengalami 19
orang (63,3%) dan dalam
kategori Kurang sebanyak 11
orang (36,6%) yang
mengalami mastitis sebanyak
9 orang (30%) yang tidak
mengalami mastitis 2 orang
(6,6%). Hasil uji statistik chi
square, diperoleh p=0,000 <α
artinya ada hubungan dengan
terjadinya mastitis pada Ibu
menyusui.

26
Penulis, Populasi, Sampel
N
Tahun, Judul Artikel Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Design dan Teknik Variabel Hasil Kesimpulan
o.
Negara Sampling
2 Dutta, et al The prevalence Mengetahui Apakah faktor Cross Populasi : ibu nifas Faktor Teknik Prevalensi mastitis nifas Faktor teknik
(2018)23 and predisposing prevalensi, predisposisi dan Sectional menyusui secara keseluruhan pada ibu menyusui
factors of mastitis mengevaluasi faktor faktor penyebab yang Study Sampel : 50 dengan menyusui adalah 5,1%, tinggi berhubungan dengan
The New in lactating predisposisi dan berhubungan dengan kejadian pada pasien seksio sesarea kejadian mastitis
Indian mothers in mengetahui faktor kejadian mastitis Teknik sampling : mastitis (5,8%) dibandingkan dengan pada ibu nifas yang
Journal of puerperium etiologi yang pada ibu menyusui total sampling pasien yang melahirkan menyusui.
OBGYN berhubungan dengan pada masa nifas? pervaginam (4,8%). Faktor
mastitis pada ibu predisposisi meliputi
India menyusui pada masa primipara (57%), kasus tidak
nifas tercatat (57%), status sosial
ekonomi rendah (49%), pasien
anemia (45%), pembengkakan
payudara (75%), puting pecah-
pecah (44%), retraksi/flat/
puting terbalik (13%),
perlekatan bayi yang buruk ke
payudara (32%), pengeluaran
ASI yang jarang (7%),
kelebihan pasokan ASI
(37,5%) dan suplai ASI yang
lebih rendah (12,5%). Laporan
kultur ASI menghasilkan
pertumbuhan Staphylococcus
aureus (75%) dan MRSA
(25%). Tujuh pasien
mengalami abses payudara
(4,4%).

27
Penulis, Populasi, Sampel
N
Tahun, Judul Artikel Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Design dan Teknik Variabel Hasil Kesimpulan
o.
Negara Sampling
3 Erliningsih, Hubungan Antara Mengetahui Apakah ada Cross Populasi : ibu nifas Teknik Hasil analisa hubungan antara Hasil analisa
dkk (2018)5 Tekhnik dan hubungan antara hubungan antara Sectional menyusui tekhnik menyusui dengan penelitian
Interval Menyusui teknik dan interval teknik dan interval Study Sampel : 37 dengan kejadian mastitis diperoleh menunjukan bahwa
Afiyah Dengan Kejadian menyusui dengan menyusui dengan kejadian bahwa ada sebanyak 12 ada hubungan antara
Mastitis di kejadian mastitis kejadian mastitis? Teknik sampling : mastitis (70,6%) ibu menderita mastitis tekhnik menyusui
Indonesia Poliklinik total sampling dari 17 responden tekhnik dengan kejadian
Kebidanan dan menyusui kurang baik dan mastitis dan ada
Kandungan terdapat 6 (30 %) ibu yang hubungan antara
Rumah Sakit Ibnu menderita mastitis dari 20 interval menyusui
Sina Bukittinggi responden tekhnik menyusui dengan kejadian
Tahun 2017 yang baik. Dari hasil uji mastitis
statistik didapatkan p -value =
0,033. Hal ini menunjukan
bahwa ada hubungan antara
tekhnik menyusui dengan
kejadian mastitis dan ada
hubungan antara interval
menyusui dengan kejadian
mastitis.

4 Arista Hubungan Mengetahui Apakah ada Cross Populasi : ibu nifas Personal Hasil analisis hubungan antara Kesimpulan dari hasil
(2017)24 Personal Hygiene, hubungan personal hubungan personal Sectional hygiene, dan teknik menyusui dengan penelitian bahwa ada
Teknik Menyusui hygiene, teknik hygiene, teknik Study Sampel : 34 teknik pencegahan mastitis diperoleh hubungan teknik
Scientia dan Peran menyusui dan peran menyusui dan peran menyusui bahwa dari 19 responden menyusui dengan
Journal Keluarga dengan keluarga dengan keluarga dengan Teknik sampling : dengan didapatkan teknik menyusui pencegahan kejadian
Pencegahan pencegahan mastitis. pencegahan mastitis? total sampling kejadian tidak baik sebanyak 15 mastitis pada ibu
Indonesia Mastitis di mastitis (78,9%) responden diantara menyusui.
Wilayah Kerja nya pencegahan mastitis tidak
Puskesmas Putri baik, sedangkan dari 15
Ayu Kota Jambi responden didapatkan teknik
Tahun 2016 menyusui baik sebanyak 5

28
Penulis, Populasi, Sampel
N
Tahun, Judul Artikel Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Design dan Teknik Variabel Hasil Kesimpulan
o.
Negara Sampling
(33,3%) pencegahan mastitis
baik. Berdasarkan hasil uji
chi-square didapatkan nilai p-
value: 0,020 (p-value <0,05).
Maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan teknik
menyusui dengan pencegahan
kejadian mastitis pada ibu
menyusui.
Dari hasil analisis diperoleh
OR=7,500 yang artinya
responden dengan teknik
menyusui tidak baik
mempunyai peluang
pencegahan mastitis tidak baik
7,500 kali dibandingkan
banyaknya responden yang
teknik menyusui baik.

5 Hasanah, HubunganTeknik Menganalisis Apakah ada Cross Populasi : ibu nifas Teknik Hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan
dkk (2017)6 Menyusui dengan hubungan antara hubungan antara Sectional menyusui 36 responden (63,2%) antara teknik
Risiko Terjadinya teknik menyusui dan teknik menyusui dan Study Sampel : 57 dengan memiliki teknik menyusui menyusui dengan
e-Jurnal Mastitis pada Ibu risiko terjadinya risiko terjadinya kejadian dalam kategori cukup dan 26 risiko terjadinya
Pustaka Menyusui di Desa mastitis di Desa mastitis? Teknik sampling : mastitis responden (45,6%) mengalami mastitis. Teknik
Kesehatan Kemuning Kemuning total sampling risiko sedang terjadinya menyusui yang
Kecamatan Arjasa Kecamatan Arjasa mastitis.Hasil uji chi square semakin baik akan
Indonesia Kabupaten Jember Jember menggunakan CI=95% mengurangi risiko
menunjukkan p value=0,005 terjadinya mastitis.
(p value<α=0,05). Hal ini
berarti terdapat hubungan
antara teknik menyusui

29
Penulis, Populasi, Sampel
N
Tahun, Judul Artikel Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Design dan Teknik Variabel Hasil Kesimpulan
o.
Negara Sampling
dengan risiko terjadinya
mastitis. Teknik menyusui
yang semakin baik akan
mengurangi risiko terjadinya
mastitis.

6 Egbe, et al Prevalence and Mengetahui Apakah ada pengaruh Cross Populasi : ibu nifas Faktor teknik Sebanyak 37 (15%) wanita Ada hubungan teknik
(2016)25 Risk Factors of prevalensi dan faktor faktor prevalensi dan Sectional menyusui didiagnosis mastitis. Tujuh menyusui dengan
Lactation Mastitis risiko mastitis laktasi faktor risiko mastitis Study Sampel : 245 dengan puluh satu persen (174/245) di kejadian mastitis
British in Three Hospitals pada ibu menyusui di laktasi pada ibu kejadian antaranya tidak mengetahui pada ibu menyusui.
Journal of in Cameroon: A tiga rumah sakit di menyusui? Teknik sampling : mastitis teknik menyusui dan tidak
Medicine Cross-Sectional Kamerun total sampling mempraktikkan kebiasaan
and Medical Study menyusui yang standar. 42%
Research mempraktikkan kebersihan
menyusui yang buruk
Cameroon

7 Aminah, dkk Hubungan Antara Mengetahui Apakah ada Cross Populasi : ibu nifas Teknik Didapatkan sebagian besar Kesimpulan hasil
(2018)4 Teknik Menyusui hubungan teknik hubungan teknik Sectional menyusui responden yang memiliki penelitian bahwa ada
Dengan Kejadian menyusui dengan menyusui dengan Study Sampel : 37 dengan tehnik menyusui yang kurang hubungan antara
Fakultas Mastitis Pada Ibu kejadian mastitis kejadian mastitis kejadian sebanyak 17 responden (46%) tehnik menyusui
Ilmu Menyusui Di pada ibu menyusui pada ibu menyusui? Teknik sampling : mastitis dan yang pernah mengalami dengan kejadian
Kesehatan Wilayah Kerja total sampling kejadian mastitis sebanyak 23 mastitis pada ibu
Universitas Pustu Pojok Kota responden (62,2%). Dengan P menyusui.
Kadiri Kediri Tahun value 0,043 < 0,05 maka Ho
2018 ditolak berarti ada hubungan
Indonesia antara tehnik menyusui
dengan kejadian mastitis pada
ibu menyusui .

30
Penulis, Populasi, Sampel
N
Tahun, Judul Artikel Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Design dan Teknik Variabel Hasil Kesimpulan
o.
Negara Sampling
8 Anggara, Hubungan Teknik Mengetahui Apakah ada Case Populasi : ibu nifas Teknik Ada hubungan antara teknik Hasil penelitian dapat
dkk (2020)26 Menyusui Dengan hubungan teknik hubungan teknik Control menyusui menyusui dengan risiko disimpulkan bahwa
Risiko Terjadinya menyusui dengan menyusui dengan Sampel : 45 dengan resiko terjadinya mastitis pada ibu ada hubungan teknik
STIKes Bina Mastitis Pada Ibu risiko terjadinya risiko terjadinya kejadian menyusui. Ibu menyusui yang menyusui dengan
Sehat PPNI Menyusui mastitis pada ibu mastitis pada ibu Teknik sampling : mastitis memiliki teknik menyusui resiko kejadian
Mojokerto menyusui menyusui total sampling cukup akan berisiko terjadi mastitis pada ibu
mastitis dengan OR sebesar menyusui.
Indonesia 6,679 kali lipat dibandingkan
ibu menyusui yang memiliki
teknik menyusui baik.

31
A. Pembahasan

1. Persamaan (Compare)

Berdasarkan hasil tinjauan literatur dari 8 artikel penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti diperoleh beberapa persamaan diantaranya:

1) Responden merupakan ibu postpartum yang menyusui, 2) Desain

penelitian dengan case control sebanyak 1 jurnal dan 7 jurnal dengan

cross-sectional study, 3) Hasil temuan dari 8 artikel menyatakan bahwa

ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu

postpartum.

Penelitian case control merupakan suatu penelitian yang dilakukan

dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit sebagai kasus dan

kelompok tanpa kasus sebagai kontrol, kemudian secara retrospektif

(penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko yang mungkin dapat

menerangkan apakah kasus dan kontrol terkena paparan atau tidak.

Penggunaan desain case control dalam penelitian dikarenakan lebih cepat

memberikan hasil dan tidak memerlukan sampel besar. Sedangkan

penelitian cross-sectional merupakan penelitian yang dilakukan dengan

melihat adanya hubungan variabel dependen dan variabel independen27.

2. Perbedaan (Contrast)

Berdasarkan hasil tinjauan literatur dari 8 artikel penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti diperoleh beberapa perbedaan diantaranya

jumlah sampel, tempat penelitian dan adanya variabel lain yang diukur

32
yaitu tingkat pengetahuan terkait teknik menyusui yang benar dan

perawatan kebersihan payudara.

3. Perbandingan (Synthesize)

Berdasarkan hasil tinjauan literatur review dari 8 artikel penelitian

terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang dapat dipaparkan oleh

peneliti sebagai berikut:

Kelebihan dari temuan hasil pada 8 artikel penelitian yang telah

direview bahwa dapat diketahuinya salah satu penyebab terjadinya

mastitis pada ibu menyusui dikarenakan kurang baiknya teknik menyusui

yang dimiliki oleh ibu pada saat memberikan ASI kepada bayi. Kejadian

mastitis merupakan suatu kejadian yang ditandai dengan adanya rasa

sakit pada payudara karena adanya peradangan yang bisa disertai infeksi

maupun non infeksi. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua

dan ketiga pasca kelahiran. Maka teknik menyusui yang buruk

mengakibatkan pengeluaran ASI yang tidak efisien merupakan penyebab

penting terjadinya mastitis.

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi ASI. Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat

pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent

dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior

untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi

prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.

33
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan

lamanya bayi menghisap28

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam

duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan

maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel

epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga

permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama

protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI

dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun.

Stasis ASI, adanya respons inflamasi dan kerusakan jaringan

memudahkan terjadinya mastitis.

Pandangan tersebut sejalan dengan hasil studi Hasanah, dkk (2017)

memperoleh hasil uji chi square dengan p-value sebesar 0,005 kurang

dari nilai α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

teknik menyusui dengan risiko terjadinya mastitis pada ibu menyusui di

Desa Kemuning Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember (CI 95%; p value

0,005). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=6,679, artinya ibu

menyusui yang memiliki teknik menyusui cukup akan berisiko lebih

tinggi terhadap terjadinya mastitis sebesar 6,679 kali lipat dibandingkan

ibu menyusui yang memiliki teknik menyusui baik 6.

Hal ini juga sejalan dengan hasil studi Erliningsih, dkk (2018)

mengatakan bahwa jumlah ibu yang menderita mastitis 18 orang, tekhnik

34
menyusui yang baik sebanyak 20 orang dan menyusui dengan interval

yang pendek sebanyak 23 orang. Hasil analisa penelitian menunjukan

bahwa ada hubungan antara tekhnik menyusui dengan kejadian mastitis

dan ada hubungan antara interval menyusui dengan kejadian mastitis5.

Hasil studi Arista, dkk (2017) mengatakan bahwa ada hubungan teknik

menyusui dengan pencegahan kejadian mastitis dengan nilai p 0,02024.

Terdapat 2 artikel yang mengukur variabel tingkat pengetahuan

terkait teknik menyusui dan perawatan kebersihan payudara. Teknik

menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun untuk mencapai

keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan ibu mengenai cara

menyusui yang benar. Pengetahuan mengenai cara menyusui yang benar

sangat penting di dalam proses menyusui.29 hal ini sejalan dengan hasil

studi Rishel, dkk (2021) yang mengatakan bahwa hubungan tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui yang benar dengan

kejadian mastitis memberikan pengaruh yang besar 29.

Menjaga kebersihan payudara juga merupakan salah satu cara untuk

mencegah kejadian mastitis, agar tidak mudah terinfeksi bakteri.

Penanganan terkait pencegahan kejadian mastitis perlu diberikan kepada

ibu postpartum dengan memberikan penyuluhan untuk melakukan

perawatan payudara terutama puting susu. Bila ada retak atau luka pada

puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada satu payudara yang

bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan

35
pijatan dan diberikan antibiotika. Dengan tindakan-tindakan ini

terjadinya mastitis dapat dicegah.4

Kelemahan yang ditemukan peneliti yaitu mayoritas lokasi penelitian

dilakukan di Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang di dunia

dengan presentasi kasus mastitis mencapai 10% pada ibu post partum

dengan jumlah 876.665 wanita terdiagnosis mastitis. Menurut laporan

SDKI pada tahun 2018-2019 menyatakan bahwa 75% ibu postpartum

yang menyusui mengalami mastitis, hal tersebut kemungkinan

disebabkan karena teknik menyusui yang tidak benar. 2 Rata-rata waktu

peneltian pada 8 artikel dilakukan mulai tahun 2017 s/d 2021.

Berdasarkan hasil studi literature yang telah dilakukan peneliti dapat

disimpulkan bahwa teknik menyusui memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap kejadian mastitis pada ibu postpartum.

4. Pandangan (Critize)

Berdasarkan hasil tinjauan literatur dari 8 artikel penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa mayoritas hasil studi dalam

literature review ini mengatakan bahwa teknik menyusui berhubungan

dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum.

Menurut pandangan peneliti berdasarkan fakta dan teori yang ada,

maka peneliti berpendapat bahwa teknik menyusui yang buruk akan

mengakibatkan hisapan yang kurang optimal oleh bayi yang

menyebabkan pengeluaran ASI juga tidak optimal yang kemudian dapat

36
memicu peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) sehingga

memicu terjadiya peradangan di dalam payudara dan dapat

mengakibatkan mastitis. Selain itu perlekatan bayi yang buruk pada

payudara ibu juga dapat menjadikan lecet pada puting ibu sehingga ibu

enggan menyusui bayinya karena rasa sakit sehingga proses menyusui

tidak dapat berjalan efektif, perlukaan pada puting susu akibat perlekatan

yang buruk oleh bayi juga akan menjadi memudahkan bakteri terutama

Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp masuk dan dapat

mengakibatkan terjadinya mastitis infektif.

Maka dari itu menurut peneliti, khusus bagi tenaga kesehatan seperti

perawat maupun bidan yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan

maternal diharapkan memberikan pengetahuan mengenai interval

menyusui sekaligus memotivasi ibu postpartum untuk memberikan ASI

sesering mungkin. Pendidikan kesehatan mengenai teknik dan interval

menyusui tidak hanya diberikan pada saat ibu telah melahirkan saja

namun juga dapat dimulai sejak masa kehamilan ketika ASI sudah

terbentuk dengan melakukan perawatan payudara sehingga kualitas dan

kuantitas ASI yang maksimal dapat dicapai.

37
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari 8 literatur yang telah direview dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan teknik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu

postpartum. Maka bagi tenaga kesehatan seperti bidan maupun perawat yang

berperan aktif dalam pelayanan kesehatan maternal diharapkan memberikan

edukasi tentang cara menyusui yang benar dan cara manajemen laktasi sangat

penting untuk pencegahan mastitis.

B. Saran

1. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan hasil literatur ini dapat memberikan bekal pengetahuan kepada

peserta didik tentang tehnik menyusui dengan kejadian mastitis pada ibu

menyusui sehingga dapat berguna bagi siswanya kelak.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan hasil literatur ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian

selanjutnya untuk dikembangkan lagi dengan mengukur variabel lain

seperti tingkat pengetahuan, kesehatan ibu, kesehatan bayi dan riwayat

mastitis sebelumnya dengan kejadian mastitis.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Inch S, Xylander S von. Mastitis: Penyebab & Penatalaksanaan. Bahasa


Ind.; 2020. World Health Organization
2. SDKI. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Survei Demogr dan
Kesehat Indones. Published online 2017. doi:0910383107
[pii]\r10.1073/pnas.0910383107
3. Leung SSF. Breast pain in lactating mothers. Hong Kong Med J.
2016;22(4):341-346. doi:10.12809/hkmj154762
4. Aminah S. Hubungan Antara Teknik Menyusui Dengan Kejadian Mastitis
Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Pustu Pojok Kota Kediri Tahun
2018. Fak Ilmu Kesehat Univ Kadiri. Published online 2018:1-11.
5. Erliningsih, Angraini D, Putri M, Yuliarta R. Hubungan Antara Teknik dan
Interval Menyusui Dengan Kejadian Mastitis di Poliklinik Kebidanan dan
Kandungan Rumah Sakit Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2017. Afiyah.
2018;V(1):25-29.
6. Hasanah AI, Hardiani RS, Susumaningrum LA. Hubungan Teknik
Menyusui dengan Risiko Terjadinya Mastitis pada Ibu Menyusui di Desa
Kemuning Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka
Kesehat. 2017;5(2):260-267. file:///C:/Users/riwayat/Downloads/5782-193-
11703-1-10-20171113.pdf
7. Dewi R, Wijayanti YTRI, Anggraini Y. Hubungan Teknik Menyusui Dan
Praktek Breast Care Dengan Kejadian Bendung Asi. Hub Tek Menyusui
Dan Prakt Breast Care Dengan Kejadian Bendung Asi. 2017;X(1):49-55.
8. Krogerus C, Wernheden E, Hansen LB. Mastitis. Ugeskr Laeger.
2019;181(47):330-337. doi:10.1016/s0749-0720(18)30043-4
9. Maritalia D. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Pustaka Pelajar;
2014.
10. Heryani R. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Trans Info Media;
2012.
11. Mulyani NS. ASI Dan Panduan Ibu Menyusui. Nuha Medika; 2013.
12. Sundawati Yanti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. PT Refika Aditama.;
2014.
13. Juraida Roito NNM. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Deteksi Dini
Komplikasi. Penerbit buku Kedokteran EGC; 2013.
14. Komunitas MK, Diponegoro U. “ Manajemen Laktasi Positive Self Talk .”
Published online 2018:1-44.
15. Rulina Suradi. Posisi Dan Perlekatan Menyusui Dan Menyusu Yang Benar.
www.idai.or.id.
16. Nurliana Mansyur AKD. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Selaksa; 2014.
17. Khasanah NA, Sulistyawati W. Asuhan Nifas & Menyusui. CV Kekata
Group; 2017.
18. Ika Tristantia N. Mastitis (Literature Review). J Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan. 2019;Vol.10 No.(mastitis):330-337.
doi:p://dx.doi.org/10.26751/jikk.v10i2.729

19. dr. Kevin Andrian. Mastitis, Kendala para Ibu Menyusui.


www.alodokter.com.
20. Pevzner M, Dahan A. Mastitis While Breastfeeding : Prevention , the
Importance of Proper Treatment , and Potential Complications. Published
online 2020:2-7.
21. Jennifer D. Penatalaksanaan Mastitis. www.alomedika.com. Published
online 2019.
22. Sartika D, Mardiah A, Marpaung K. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Terjadinya Mastitis Pada Ibu Menyusui Di Klinik Pratama Salma
Hamparan Perak Tahun 2020. Inst Kesehat Helv Medan, Indones. 2021;4
No 2(2623-0461):13-22.
23. Dutta R, Gowder RO. The prevalence and predisposing factors of mastitis
in lactating mothers in puerperium. New Indian J OBGYN. 2018;5(1):28-
32. doi:10.21276/obgyn.2018.5.1.7
24. Arista D. Hubungan Personal Hygiene, Teknik Menyusui dan Peran
Keluarga dengan Pencegahan Mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Putri
Ayu Kota Jambi Tahun 2016. Sci J. 2017;Vol. 6 No(02):191-197.
25. Egbe T, Ngonsai D, Tchounzou R, Ngowe M. Prevalence and Risk Factors
of Lactation Mastitis in Three Hospitals in Cameroon: A Cross-Sectional
Study. Br J Med Med Res. 2016;13(1):1-10.
doi:10.9734/bjmmr/2016/23223
26. Anggara MO. Hubungan Teknik Menyusui Dengan Risiko Terjadinya
Mastitis Pada Ibu Menyusui. STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Published online 2020.
27. Polit DF, Beck CT. Essentials of Nursing Research: Appraising Evidence
For Nursing Practice. 9th Editio.; 2018.
28. Ulandari S, Arista AK. Hubungan Perah ASI dan Teknik Menyusui dengan
Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Puskesmas Pamotan
Kabupaten Malang. Care J Ilm Ilmu Kesehat. Published online 2018:40-
47.
29. Rishel RA, Ramaita. Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara Tentang
Teknik Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian Puting Susu Lecet
Kabupaten Padang Pariaman. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
2021;12(1):191-199.

Anda mungkin juga menyukai