Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS

ASMA BRONCHIAL DIPANTI SOSIAL TRESNA


WERDHA MADAGO TENTENA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan
Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Poso

Oleh :
EKA YULIANA
NIM : P00220220008

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO


2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program
Studi D-III Keperawatan Poso.
Nama : Eka yuliana
Nim : PO0220220008

Poso, Juli 2023


Pembimbing I

Rosamey Elleke Langitan S.Kep.M.Kep


NIP. 197205151996032005

Pembimbing II

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

Menyetujui,

Ketua Program Studi Keperawatan

Dafrosia Darmi Manggasa.S.Kep.Ns.,M.Biomed


NIP : 198106082005012003

ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Poso.
Nama : Eka yuliana
NIM : PO0220220008

Poso Juli 2023


Penguji I

Nirva Rantesigi.S.Kep.Ns.MM
NIP. 198511102010122003

Penguji II

Ni Made Ridla S.Kep.Ns.M.Biomed


NIP. 198301302006042002

Penguji III

Dafrosia Darmi Manggasa.S.Kep.Ns.,M.Biomed


NIP : 198106082005012003

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

T.Iskandar Faisal,S.Kp.,M.Kes Dr Andi Fatmawati Syamsu, S.Kep.Ns., M,Kep., Sp,Kep,An


NIP. 197007081993031005 NIP. 197506272002122001

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

Eka Yuliana, 2023 Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Kasus Asma


Bronchial DI Pantin Sosial Tresna Werdha Madago (1)
Rosamey Elleke Langitan. (2) Agusrianto.

ABSTRAK

(x + 54 halaman + 6 tabel + 9 lampiran)

Latar belakang Pada lanjut usia (lansia), tubuh mengalami perubahan secara
alami, seperti menurunnya kemampuan fisik dan kognitif, penurunan sistem
kekebalan tubuh, dan peningkatan risiko terjadinya penyakit kronis. Asma
merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang bersifat kronis. Kondisi ini
disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan yang menyebabkan
hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada jalan napas,
dengan keluhan sesak napas, dada seperti tertekan, batuk, dan mengi. masalah
sesak napas sering muncul pada pasien dengan asma bronchial untuk itu di
perlukan intervensi terapi buyteko. Tujuan: Untuk menerapkan asuhan
keperawatan gerontik dengan kasus Asma bronchial di Panti Sosial Tresna
Werdha Madago Tentena. Metode Penelitian: Yaitu menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil Penelitian: didapatkan bahwa
Teknik Buteyko dapat mengatasi sesak napas. Kesimpulan: Teknik buteyko
dapat mengatasi sesak napas. Saran: Diharapkan bagi pasien dan perawat
dapat melatih pasien dengan mengajarkan teknik buteyko pada pasien asma
bronchial pada pagi hari selama 5-6 menit dalam mengatasi pola napas tidak
efetif.

Kata kunci : Asuhan keperaatan gerontik, teknik buteyko, Asma Bronchial

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah
memberikan Kekuatan dan Kemampuan penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul, “Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Kasus Asma
bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena”
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir
pendidikan program studi Diploma III Keperawatan, di Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan
Poso. Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak kesulitan dan masalah
yang penulis hadapi, tetapi berkat adanya bantuan dan dukungan dari mama dan
papa tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan semangat
kepada penulis baik secara moril maupun materil sehingga penulis bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. T.Iskandar Faisal,S.kp.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan palu.
2. Dr. Andi Fatmawati,S.Kep.Ns.,M,Kep.,Sp,Kep,Anak selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu.
3. Dafrosia Darmi Manggasa.S.Kep.Ns.,M.Biomed selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Poso yang sudah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Rosamey Elleke langitas S.Kep.M, Kep selaku pembimbing utama yang tidak
pernah bosan memberikan dukungan dan motivasi, serta telah banyak
meluangkan waktunya dalam membimbing sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan.
5. Agusrianto S.Kep.Ns.MM selaku pembimbing pendamping yang penuh
kesabaran membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini hingga selesai.

v
6. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Keperawatan Poso,
yang telah banyak mengajarkan dan membantu dalam pembelajaran dan
perkuliahan.
7. Kedua orang tua, terima kasih telah memberikan doa dan mengusahakan yang
terbaik sehingga menyelesaikan proposal ini.
8. Bestie-bestieku tersayang (narwa dan ining) yang selalu menjadi suport
system penulis dalam kondisi apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada seluruh teman seperjuangan Keperawatan Angkatan 2020 terima
kasih atas kerjasama dan kebersamaanya selama ini, semoga kita semua
sukses.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis maka Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharapkan penulis untuk perbaikan penyusunan dimasa akan datang.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……...……………………………………….……………...…..
….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................x
I. Latar belakang.......................................................................................................1
II. Rumusan masalah..................................................................................................2
III. Tujuan studi kasus.................................................................................................3
IV. Manfaat penelitian.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
I. Konsep Dasar Lansia.............................................................................................5
A. Pengertian................................................................................................................5
B. Batasan Lansia........................................................................................................5
C. Masalah yang sering dihadapi oleh lansia...............................................................5
D. Klasifikasi Lansia....................................................................................................6
E. Perubahan Lansia....................................................................................................6
F. Kebutuhan Dasar Lansia.........................................................................................8
II. Konsep Dasar Penyakit Asma.................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................................29
I. Desain penelitian.................................................................................................29
III. Subyek penelitian................................................................................................29
IV. Lokasi dan waktu penelitian................................................................................29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................33
I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................................33

vii
II. Hasil Penelitian...................................................................................................33
III. Pembahasan.........................................................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................53
A. Kesimpulan.........................................................................................................53
B. Saran...................................................................................................................53

viii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 pathway


2. Tabel 2.2 intervensi keperawatan Asma bronchial berdasarkan SIKI
3. Tabel 4.1 obat-obatan
4. Tabel 4.2 Analisa data
5. Tabel 4.3 Intervensi keperawatan
6. Tabel 4.5 Implementasi dan evaluasi keperawatan

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Penjelasan sebelum penelitian (PSP)


2. Informed consent (Persetujuan menjadi Partisipan)
3. Format pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik
4. Pengkajian kemampuan aspek kognitif menggunakan MMSE (mini mental
status exam)
5. Pengkajian status fungsional (Barthel Indeks)
6. Skala Resiko Jatuh Ontario Modifed Stratify
7. Skala depresi lansia
8. Surat Permohonan Isin Penelitian
9. Dokumentasi

x
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun
keata (Murdanita 2018) Pada usia ini, tubuh mengalami perubahan secara
alami, seperti menurunnya kemampuan fisik dan kognitif, penurunan sistem
kekebalan tubuh, dan peningkatan risiko terjadinya penyakit kronis (Akbar
2021). Asma merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang bersifat
kronis. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan yang
menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada
jalan napas (Global Initiative for Asthma, 2020). Gejala klinis dari penyakit
asma yang biasanya muncul berupa mengih (wheezing), sesak napas, sesak
dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan keterbatasan aliran
udara ekspirasi. Penyakit Asma hingga kini masih menjadi permasalahan
kesehatan yang menjadi ancaman serius bagi masyarakat di seluruh dunia.
Penderita asma memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Kejadian
asma mengalami peningkatan pada usia lansia Menurut National library of
mediciane 2019 menunjukkan bahwa 6,5–17% lansia menderita asma didunia.
Sesak napas pada penderita asma terjadi karena obstruksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh menebalnya dinding saluran napas yang
ditimbulkan oleh peradangan dan edema yang dipicu oleh pengeluaran zat
histamine, tersumbatnya saluran napas oleh sekresi berlebihan mukus kental,
hiperresponsitivitas saluran napas yang ditandai oleh konstriksi hebat saluran
napas kecil akibat spasme otot polos di dinding saluran napas (Nawangwulan
2021)
Asma pada lansia dapat memberikan dampak yang lebih berat,
yaitu sulit bernafas, dada terasa berat sehingga nafas menjadi terengah-engah,
batuk disertai dahak, mudah lelah saat melakukan aktivitas serta
mengakibatkan penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,

1
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit,bahkan kematian
dan berbagai kompl-

2
2

ikasi asma lainnya (Nawangwulan 2021). Dampak komplikasi dari serangan


asma yang tidak terkontrol adalah status asmatikus, bronkitis, pneumonia, dan
emphysema dari beberapa komplikasi yang paling berbahaya adalah status
asmatikus, kondisi ini dapat mengancam hidup pasien(Wilda.L.O, Hutama.F.H
2021) hasil penelitian (Chintia 2022) menunjukkan bahwa(54,2%) mengalamai
derajat serangan asma sedang.
Penyakit asma tidak bisa disembuhkan, akan tetapi dengan penanganan
yang tepat asma dapat terkontrol sehingga kualitas hidup penderita dapat
terjaga. untuk memelihara dan memulihkan kodisi atau mencegah terjadinya
komplikasi atau bertambah parahnya penyakit, peran perawat pada penderita
asma yaitu menyarankan untuk selalu rutin untuk kontrol, mengubah pola
hidup sehat (rajin berolaraga, setiap pagi minimal 10 menit,mengatur pola
makan,pengatur pola tidur tidak larut malam hari,diet makanan) atau latihan
fisik secara relaksasi untuk mengurangi kerengangan pada otot. Tujuan
perawatan asma pada lansia yaitu memperpanjang usia harapan hidup,lansia
menjalani masa tua dengan penyakit asma yang terkontrol,lansia bisa
memahami penyakit yang dideritanya dan tau cara mengatasinya.(Chintia
2022). Peran perawat pada lansia yang mengalami asma adalah memberikan
dukungan dan motivasi kepada lansia agar menjaga kesehatan, memberikan
edukasi/pendidikan mengenai penyakit asma, membantu lansia dalam
mengatasi mengatasi masalah-masalah asma dengan mandiri melalui
implementasi yang akan diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dipinti tresna werdha
madago tentena, terdapat 1 lansia yang mengalami asma bronchial lansia
disana jarang melakukan aktifitas fisik seperti senam, jalan jalan dipagi hari.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik dengan kasus Asma
Bronchial dipanti Tresna Werdha Tentena“
II. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Kasus Asma bronchial di
Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena?
3

III. Tujuan studi kasus


1. Tujuan umum :
Tujuan dari penelitian untuk melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik
dengan Kasus Asma bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago
Tentena.
2. Tujuan khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan
asma bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan asma
bronkial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
c. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien dengan asma
brronkial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan
dengan asma brronkial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan dengan
asma brronchial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
IV. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis
Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
bagaimana merawat pasien lansia dengan gerontik dengan memberikan
asuhan keperawatan secara langsung.
2. Bagi institusi
Diharapkan bagi institusi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan
kepada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu khususnya bidang
keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Gerontik dengan dengan asma
brronkial.
3. Bagi pasien
Diharapkan dapat menjadi media informasi terkait manfaat intervensi
keperawatan yang mudah untuk dilakukan sederhana, mudah dan tentunya
lebih aman untuk diaplikasikan kepada pasien dan sudah dibuktikan oleh
penelitian terkait intervensi keperawatan khususnya dengan Asuhan
4

Keperawatan Gerontik dengan Kasus dengan asma brronchial di Panti


Sosial Tresna Werdha Tentena.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Lansia


A. Pengertian
Lanjut Usia adalah seorang yang usianya sudah mencapai 60 tahun ke
atas, menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia (Infodatin Lansia, 2016).
B. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun.
4. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
C. Masalah yang sering dihadapi oleh lansia
1. Usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah
umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya: Masalah ekonomi Usia
lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa
pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut
dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti
kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang
memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki
penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun,
akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi
tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).
2. Masalah sosial Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan
berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan
masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan
kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung

5
6

diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga


perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuncoro Mudrajat, 2014).
3. Masalah kesehatan Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan
meningkatnya masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan
penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2011).
4. Masalah psikososial Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia
kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan
apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial
yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak
saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah, 2014).
D. Klasifikasi Lansia
Mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59
tahun
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa
mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang
lain.
E. Perubahan Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan
fisik,perubahan mental dan perubahan psikososial.
1. Perubahan fisik
Hutapea (2005) menyatakan perubahan fisik yang dialami oleh lansia
adalah:
7

a. Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi


rentan terhadap alergi dan penyakit.
b. Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah
energi yang dikeluarkan tubuh.
c. Air mengalami penurun secara signifikan karena bertambahnya sel- sel
yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.
d. Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan
mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien,
gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.
e. Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan
metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi
menurun juga karena timbunan lemak.
f. Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat,
kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang,
pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan
ingatan visual berkurang.
g. Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya
elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat
mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.
h. Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.
2. Perubahan Mental
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila
memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam
masyarakat. Sikap umum yang ditemukan pada hamper setiap lansia yaitu
keinginan untuk berumur panjang. Jika meninggal pun, mereka ingin
meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi
perubahan mental yaitu 13 perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).
8

3. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan
mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).

F. Kebutuhan Dasar Lansia


Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan
dan kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan orang lain,
hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
dengan organisasi-organisasi sosial.

II. Konsep Dasar Penyakit Asma


A. Definisi

Gambar 2.1 Asma Bronkial


Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-
engah” atau sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran
napas. Asma bronkial adalah Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa
berat di dada, dan batuk terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik
9

tersebut timbul sangat bervariasi dan bersifat reversible (dapat kembali


normal baik dengan atau tanpa pengobatan)
B. Etiologi
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh:
1. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
2. Pembengkakan membrane bronkus
3. Bronkus berisi mucus yang kental Adapun faktor predisposisi pada
asma yaitu:
a. Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya
bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia
terpapar dengan faktor pencetus. Adapun faktor pencetus dari asma
adalah:
Alergen. Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini
dibagi
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan
obatobatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein,
dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris
lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.
a Infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan
terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan
salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan
asma bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma
dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran
pernapasan ( Nurarif & Kusuma dalam Indar Asmarani, 2018)
b Perubahan cuaca. Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering
mempengaruhi asma, perubahan cuaca menjadi pemicu
serangan asma.
10

c Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan faktor


pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya
orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu
jalanan.
d Olahraga. Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan
serangan asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
e Stress. Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya
serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto,
2013).

D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi
bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran
yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan
ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan
sistem imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang
buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap
antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
11

mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan


bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan pembentukan mukus
yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial
diatur oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik
atau nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor
seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat
mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis
terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik
dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan
mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi.
Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat
cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyababkan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik
terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya
& Putri, 2014)

A. pathway Asma
12

Ansietas

Gangguan
pertukaran gas

Bersihan jalan
napas tidak
efektif

Napsu makan Intoleransi


Pola napas
menurun aktifitas
tidak efektif

Tabel 2.1 pathway


Defisit nutrisi
E. Manifestasi klinis
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada
pasien asma diantaranya ialah:
13

1. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol


a) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
c) Wheezing belum ada
d) Belum ada kelainan bentuk thorak
e) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f) BGA belum patologis
2. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b) Wheezing
c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d) Penurunan tekanan parsial O2
3. Stadium lanjut/kronik
a) Batuk, ronchi
b) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e) Thorak seperti barel chest
f) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g) Sianosis
h) BGA Pa O2 kurang dari 80%
i) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan
pada Ro paru
j) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
k) (Padila, 2013).

F. Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :


a. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
14

c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya
penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi (Padila, 2015)
G. Komplikasi
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis
( Wijaya & Putri, 2014)
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol (Putri
2016 dalam Nur Casanah , 2019).

Penanganan asma :
15

1. Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan


gerakan sililaris. Contoh obat : epineftrin, albutenol, meta profenid, iso
proterenoliisoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara
parenteral dan inhalasi.
2. Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan
mukus dalam jalan nafas. Contoh obat : aminophyllin, teophyllin, diberikan
secara IV dan oral.
3. Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan
secara inhalasi.
4. Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh
obat : hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara IV
dan oral.
5. Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin , diberikan melalui
inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
6. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55
mmHg.
7. Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea
dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan
postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum
yang banyak. Pertolongan pertama pada penderita asma :
a. Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita diri asma tersebut
sampai benar-benar rileks.
b. Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih serta
sirkulasinya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin
memicu asma.
c. Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.
d. Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya.
e. Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.
f. Jika serangan asma berhenti dalam 5-10 menit, sarankan agar penderita
untuk menghirup kembali 1 dosis inhaler.
16

g. Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang


pertama kali dialami.
h. Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-
10 menit, segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
i. Jika penderita berhenti bernafas atau kehilangan kesadaran, periksa
pernafasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada
penderita. Penatalaksanaan medis :
a. Oksigen 4-6 liter / menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)
III. Konsep asuhan keperawatan gerontik
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama serta bagian awal dari sebuah proses
keperawatan. Dengan mengumpulkan data yang akurat, serta sistematis, dan
akan sangat membantu untuk menentukan status kesehatan. Pola pertahan pasien
dari berbagai penyakit yang mendera dirinya juga akan semakin terbaca. Proses
pengkajian ini juga dapat memetakan serta mengantisipasi berbagai kekuatan,
pertahanan, serta kelemahan pasien. Selain itu pengkajian ini juga dapat
membantu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien asma bronchial
pengkajian data dasar pasien (Manurung,2016) yaitu:
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi: nama, tempat, tanggal lahir, jenis kelamin, umur, alamat, status
perkawinan, agama, suku, pekerjaan, tanggal masuk RS, no. MR, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, TB/BB, TTV (suhu, nadi, tekanan darah,
pernafasan).
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat keluhan utama
Pada pengkajian keluhan utama ini dibagi menjadi dua yaitu, keluhan
utama di catatan medis perawat dan keluhan utama saat dilakukan
17

pengkajian. Pada pasien asma keluhan utama yang dirasakan adalah sesak
nafas (Manurung,2016).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, kita perlu mengkaji bagaimana kondisi
klien dan apa yang dirasakan . pada pasien asma, klien mengeluhkan
nafasnya berbunyi, sesak nafas dan batuk yang timbul secara tiba-tiba dan
dapat hilang secara spontan atau pengobatan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu, kita perlu mengkaji apakah ada penyakit
yang pernah di derita oleh klien, pada pasien asma ada yang menderita
asma sejak kecil dan ada juga yang menderita asma dalam beberapa waktu
terdekat.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kita harus mengkaji apakah ada penyakit yang menular dari keluarga
klien. Pada pasien asma riwayat penyakit keluarganya juga tidak sama
antara satu orang dengan orang lain. Ada anggota keluarga yanng
mengalami asma dan juga ada keluarga yang tidak mengalami asma.
Sehingga pada pasien tersebut, asmanya disebabkan oleh alergi ataupun
yang lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien, faktor
lingkungan yang ada keterkaitannya dengan sakit yang dialami pasien saat
ini dan kemungkinan masalah yang dapat terjadi akibat pengaruh
lingkungan. Data pengkajian dapat meliputi kebersihan dan kerapian
ruangan, penerangan, sirkulasi udara, keadaan kamar mandi dan WC,
pembuangan air kotor, sumber air minum, pembuangan sampah, sumber
pencemaran, penataan halaman, privasi, resiko injuri.
2. Data dasar klien dan pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan Fisik
18

Pemeriksaan kesehatan pada gangguan sistem pernafasaan : asma


bronkial meliputi pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan
hasil obsevasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan
pengkajian psikososial. Biasanya pemeriksaan berfokus pada dengan
pemeriksaan penyeluruh pada sistem pernafasan yang dialami klien. (Laura
A dan Karnen B)
b. Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
lengket dan posisi
istirahat klien
c. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,
pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada
rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
d. Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma,
adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang
kesadaran.
e. Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang
dirasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.
f. Hidung.
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi
olfaktori.
g. Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
h. Leher.
19

Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.
i. Thorax.
a. Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah
disebabkan oleh udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan karena
penyempitan jalan nafas. Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak
penggunaan otot-otot tambahan.
b. Palpasi.
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Pada asma, paru-paru penderita normal karena yang menjadi masalah
adalah jalan nafasnya yang menyempit.
c. Perkusi.
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah disebabkan karena kontraksi otot
polos yang mengakibatkan
penyempitan jalan nafas sehingga udara susah dikeluarkan dari paru-
paru.
d. Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan
wheezing karena sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
b) Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang
meningkat serta adanya pulsus paradoksus.
c) Abdomen.
20

Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi


karena dapat merangsang serangan asma frekwensi pernafasan, serta
adanya konstipasi karena dapat nutrisi.

d) Ekstrimitas.
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas karena dapat merangsang serangan asma.
j. Aktivitas Sehari-hari (ADL)
a. Nutrisi
Untuk klien dengan asma bronkial sering mengalami mual dan muntah, nafsu
makan buruk/anoreksia.
b. Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien mengalami sesak nafas.
c. Personal hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Aktivitas
Aktivitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.
k. Data Psikologi
Dengan keadaan klien seperti ini dapat terjadi depresi, ansientas, dan dapat
terjadi kemarahan akibat berpikir bahwa penyakitnya tak kunjung sembuh.
l. Data Spiritual
Bagaimana keyakinan klien akan kesehatannya, bagaimana persepsi klien
terhadap penyakitnya dihubungkan dengan kepercayaan yang dianut klien, dan
kaji kepercayaan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa
m. Pengkajian khusus
1. Fungsi kognitif

2. Status fungsional ( Barthel Indeks )


Barthel Indeks merupakan sebuah alat ukur bagi perawat untuk dapat
melihat status fungsi pada klien usia lanjut dengan mengukur kemampuan
21

mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya pada lansia yang


mengalami demensia mengalami keterhambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dikarenakan terkadang pasien lupa akan kegiatan yang baru saja
ia lakukan.

3. APGAR keluarga
APGAR keluarga merupakan alat Skrining singkat yang dapat digunakan
untuk mengkaji Fungsi Sosial pada lansia. Menggambarkan dan mengetahui
hubungan dan peran lansia terhadap anggota keluarga dan masyarakat
tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
4. Skala depresi/inventaris depresi beck
Alat pengukur status yang efektif digunakan untuk membedakan jenis
depresi yang mempengaruhi suasana hati pada lansia.
5. Screening Fall Skala Ontario
B. Diangnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai kewenangan
perawat. Sesuai dengan Diagnosa keperawatan pada lansia dengan asma
bronchial.
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
3) Deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
6) Gannguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(mis, kelembapan lingkungan, suhu lingkungan,pencahayaan, kebisingan tid
ak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
C. Intervensi keperawatan
22

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk


mencegah,mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosa keperawatan.

Tabel 2.2 intervensi keperawatan Asma bronchial berdasarkan

No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. manejemen jalan napas
(D.0005) keperawatan diharapkan 2. pemantauan respirasi
masalah pola napas tidak 3. terapi relaksasi otot
Definisi : efektif dapat teratasi dengan progresif
Ispirasi dan/atau ekspirasi yang kriteria hasil : 4. manejemen energi
tidak memberikan ventilasi adekuat (L.01004)
1. dispnea menurun
Penyebab : 2. penggunaan otot bantu
Hambatan upaya napas napas menurun
3. pemanjangan
Batasan karakteristik : ekspirasi menurun
Data mayor 4. ortopnea menurun
Data yang dapat menunjang 5. pernapasan cuping
munculnya diagnosa pola napas hidung menurun
tidk efektif:
Subjektif :
1. Dispnea
2. ortopnea

Objeltif :
1. penggunaan otot bantu
pernapasan
2. fase ekspirasi memanjang
3. pola napas abnormal
(misalnya takipnea,bradypn
ea,hiperventilasi,kussmaul,
cheyene-strokes
4. pernapasan pursed-lip
5. pernapasan cuping hidung
6. diameter toraks anterior-
posterior meningkat
7. ventilasi semenit menurun
8. kapasitas vital menurun
9. tekanan ekspirasi menurun
23

10. tekanan inspirasi menurun


11. ekskurasi dada berubah
2 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Latihan batu efektif
(D.0001) keperawatan diharapkan 2. Edukasi fisioterapi dada
masalah bersihan jalan napas 3. Fisioterapi dada
Definisi : tidak efektif dapat teratasi 4. Manejemen asma
Ketidakmampuan membersikan dengan kriteria hasil 5. Pengaturan posisi
secret atau obstruksi jalan napas (L.01001)
untuk mempertahankan jalan napas 1. Batuk efektif
tetap paten. meningkat
2. Mengi menurun
Batasan karakteristik : 3. Dispnea menurun
Data mayor 4. Ortopnea menurun
Data mayor yang dapat menunjang 5. Gelisah menurun
munculnya diagnosa bersihan jalan
napas tidak efektif antara lain :
Subjektif :
_
Objektif :
1. batuk tidak efektif
2. tidak mampu batuk
3. mengi
4. meconium di jalan napas

Data minor
Data minor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa bersihan jalan
napas tidak efektif antara lain :
Subjektif :
1. dispnea
2. sulit bicara
3. ortopnea
objektif
1. gelisah
2. sianosis
3. bunyi napas menurun
4. frekuensi napas berubah
5. pola napas berubah

3 Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. manejemen nutrisi


(D.0019) keperawatan diharapkan 2. edukasi diet
masalah bersihan deficit nutrisi
Definisi : dapat teratasi dengan kriteria
Asupan nutrisi tidak cukup untuk hasil.
memenuhi kebutuhan metabolism (D.0019)
1. porsi makan yang
Penyebab : dihabiskan meningkat
Faktor psikologis 2. frekuensi makan
membaik
Batasan karakteristik : 3. napsu makan
Data mayor membaik
Data mayor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa deficit nutrisi
antara lain :
Subjektif :
24

-
Objektif :
1. Berat badan menurun
minimal 10% dibawah
rentang ideal

Data minor
Data minor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa deficit nutrisi
antara lain :
Subjektif :
1. Cepat kenyang setelah
makan
2. Keram/nyeri abdomen
3. Napsu makan menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. diare

4 Intoleransi aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen energy


keperawatan diharapkan 2. Dukungan Ambulansi
Definisi : masalah intoleransi aktivitas 3. Dukungan perawatan diri
Ketidakcukupan energy untuk dapat teratasi dengan kriteria 4. Manajemen lingkungan
melakukan aktivitas sehari-hari. hasil : 5. Manajemen program
(L.05047) latihan
Penyebab : 1. Kemudahan dalam 6. Promosi dukungan keluarga
Kelemahan melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat
Batasan karakteristik : 2. Kecepatan berjalan
Data mayor meningkat
Data mayor yang dapat menunjang 3. Kekuatan tubuh bagian
munculnya diagnosa intoleransi bawah meningkat
aktivitas antara lain : 4. Keluhan lelah menurun
Subjektif : 5. Tekanan darah membaik
1. Mengeluh lelah 6. Frekuensi napas membaik
Objektif :
1. Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat

Data minor
Data minor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa intoleransi
aktivitas antara lain :
Subjektif :
1. Dyspnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
3. Merasa lelah
25

Objektif :
1. Tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan
aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan
iskemia
4. Sianosis
6. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi Relaksasi
keperawatan diharapkan 2. Reduksi ansietas
Definisi : masalah ansietas dapat teratasi 3. Bantuan kontrol marah
Kondisi emosi dan pengalaman dengan kriteria hasil : 4. Dukungan emosi
subyektif individu terhadap objek (L.09093) 5. Dukungan hipnosis diri
yang tidak jelas dan spesifik akibat 1. Perilaku gelisah menurun 6. Persiapan pembedahan
antisipasi bahaya yang 2. Frekuensi nadi menurun
memungkinkan individu 3. Tekanan darah menurun
melakukan tidakan untuk 4. Tremor menurun
menghadapi ancaman. 5. Konsentrasi membaik
6. Pola tidur membaik
Penyebab : 7. Pola berkemih membaik
Ancaman terhadap kematian.

Batasan karakteristik :
Data mayor
Data mayor yang dapat
menunjang munculnya diagnosa
ansietas antara lain :
Subjektif :
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkosentrasi
Objektif :
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur

Data minor
Data minor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa ansietas antara
lain :
Subjektif :
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif :
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
26

9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
7. Gangguan pola tidur (D.0056) Setelah dilakukan tindakan 1. Dukungan tidur
keperawatan diharapkan 2. Edukasi aktivitas/istirahat
Definisi : masalah gangguan pola tidur 3. Pengaturan posisi
Gangguan kualitas dan kuantitas dapat teratasi dengan kriteria 4. Terapi music
waktu tidur akibat faktor eksternal. hasil : 5. Terapi relaksasi
(L.14138)
Penyebab : 1. Keluhan sulit tidur menurun
Hambatan lingkungan (mis, 2. Keluhan tidak puas tidur
kelembapan lingkungan sekitar, menurun
suhu lingkungan, pencahayaan, 3. Keluhan pola tidur berubah
kebisingan, bau tidak sedap, jadwal menurun
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) 4. Keluhan istirahat tidak
. cukup menurun

Batasan karakteristik :
Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa gangguan
pola tidur antara lain :
Subjektif :
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istrahat tidak cukup
Objektif :-

Data minor
Data minor yang dapat menunjang
munculnya diagnosa gangguan
pola tidur antara lain :
Subjektif :
1. Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Objektif :-

D.Masalah-masalah keperawatan yang dapat terjadi pada Pasien yang


mengalami asma.
1. Pola napas tidak efektif
Pada penderita asma terjadi pembengkakkan paru (edema) dan
menyempit, sehingga jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan.
Kondisi ini membuat penderitanya sulit bernapas. intervensi untuk mengtasi
pola napas tidak efektif pada pasien asma adalah Teknik Pernapasan Buteyko
(Pratiwi and Chanif 2021) Teknik buteyko adalah teknik pernapasan yang
merupakan gabungan dari pernapasan melalui hidung, diafragma, dan control
27

pause. Teknik pernapasan buteyko dilakukan dengan posisi duduk, kemudian


pasien diminta untuk mengambil napas dangkal melalui hidung dan tahan
selama mungkin sesuai dengan kemampuan sampai terasa ada dorongan
untuk menghembuskan napas (Villareal, 2014).
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
Asma bronkial adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan saluran
udara paru-paru membengkak dan menyempit. Penyempitan tersebut
disebabkan arteriosklerosis mengalami peningkatan tekanan dinding
bronkiolus yang berkontraksi menyebabkan otot polos tertarik kedalam
sehingga terjadinya peningkatan tekanan intrabronkial dan intralveolar yang
semakin sempit sehingga mengakibatkan terjadinya pembekakan dan
peradangan di saluran nafas dan adanya ekskresi mukus atau lumen kental
yang mengisi bronkiolus, sehingga cabang-cabang bronkus sulit melepaskan
lendir yang berlebihan, udara yang masuk kedalam paru-paru akan tertahan
dan sulit dikeluarkan pada saat ekspirasi sehingga menyebabkan terjadinya
sesak nafas. intervensi untuk mengtasi bersihan jalan napas pada pasien asma
adalah dengan fisioterapi dada (Anggraini, Kurniawan, and Sari 2022).
Fisioterapi dada dan batuk efektif dapat dilakukan dengan mudah dan murah
tanpa memiliki efek samping dan dapat membantu mengeluarkan sekresi dari
bronkial, memperbaiki ventilasi, meningkatkan efisiensi otot-otot pernafasan
dan mengurangi rasa lelah dalam pengeluaran dahak (Somantri, Irman. 2012)
3. Ansietas
Penderita asma akan mengalami banyak masalah ketika penyakit ini
kambuh. Mulai dari sesak, gangguan kemampuan untuk melakukan untuk
menyelesaikan akyivitas makan, mandi/hygiene, berpakaian/ berdandan, atau
eliminasi untuk diri sendiri. Penderita akan mengalami keterbatasan dalam
kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara mandiri (Budi &
Syahfitri, 2018). Manajemen kesehatan diri yang buruk dapat menimbulkan
kekamabuhan asma. Ini bisa terjadi karena penderita kurang mengerti atau
kurangnya terpapar informasi mengenai cara mengontrol asma dan
munculnya ketakutan akan penyakit yang tidak dapat sembuh. Sedangkan
28

pada penderita asma yang telah menjalani lamanya penyakit akan lebih
paham mengenai cara mengontrol asmanya dan lebih tenang sehingga
penderita dengan kecemasan jarang terjadi (Gisella TT, 2016).intervensi
untuk mengtasi bersihan jalan napas pada pasien asma adalah dengan
relaksasi otot progresif (Syahfitri et al. 2019) dapat mempengaruhi
hipotalamus yang menurunkan kerja sistem saraf simpatis melalui
peningkatan kerja saraf parasimpatis, sehingga dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien asma (Ambarwati, et al, 2020).

4. Gangguan pola tidur


Seorang pasien dengan gangguan pernapasan dapat pula mengalami
kesulitan untuk tidur, karena penyakit pernapasan seringkali mempengaruhi
tidur (Reimer,2000). Klien yang berpenyakit Asma mengubah irama
pernapasan dan dapat mengganggu tidur pasien. intervensi untuk mengtasi
bersihan jalan napas pada pasien asma adalah dengan Aroma terapi
(Damayanti and Hadiati 2019) Aromaterapi bekerja dengan merangsang sel-
sel saraf penciuman dan mempengaruhi kerja system limbik dengan
meningkatkan perasaan positif dan rileks.5 karena perasaan rileks itulah,
tingkat stress atau depresi seseorang akan menurun dan tingkat insomnia pun
akan menurun.
E.Implementasi
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah anda tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono, 2015)
dalam Rafli (2019)
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono,2015) dalam (Rafli, 2019)
BAB III
METODE PENELITIAN

I. Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah kualitatif
dengan pendekatan studi kasus (case study). Penelitian studi kasus ini adalah
untuk mengekplorasi Asuhan Keperawatan Gerontik dengan kasus Asma
bronchial dipanti Sosial Tresna Werdha Tentena.
II. Focus study
Studi kasus dalam penelitian ini berfokus pada Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan kasus Asma bronchial dipanti Sosial Tresna Werdha Tentena.
III. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek study kasus adalah 1
orang lansia dengan penyakit Asma bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha
Madago Tentena.
IV. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dipanti Sosial Tresna Werda Madago
Tentena pada bulan april tahun 2023.
V. Definisi operasional
Lansia adalah seseorang yang sudah tua dan berumur 60 tahun keatas.
Asuhan Keperawatan Gerontik adalah asuhan yang diberikan pada pasien lansia
secara komprehensif. Penelitian ini akan dilaksanakan di panti tresna werdha
madago tentena penelitian ini akan dilaksanakan sampai pasien sampai pasien bisa
memahami cara mengontrol, dan cara Melakukan intervensi setiap pasien
mengalami kekambuhan penyakit asma. Asuhan keperawatan ini terdiri dari
pengkajian, Analisa data, diagnosa, intervensi keperawatan,implementasi, dan
evaluasi keperawatan
VI. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakannya itu dengan 3 cara:
A. Metode wawancara
Data yang didapatkan dalam metode wawancara yaitu dengan hasil anamnesis
tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat keluhan utama,

29
30

riwayat keluhan sekarang, dahulu, keluarga. Wawancara dilakukan pada pasien,


keluarga, atau perawat.
B. Metode observasi
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
pemeriksaan fisik pada pasien yaitu dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
pada sistem tubuh.
C. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan
data melalui.
VII. Analisa data
Dalam penelitian ini, analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan sejak
peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan data dan sampai dengan semua sumber data
lain yang terkumpul. Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Dengan
cara mengorgani- sasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting da yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Adapun urutan tahapan dalam menganalisis data yaitu:
1) Pengumpulan data
Data yang terkumpul dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari
wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat dalam bentuk catatan lapangan, yang
kemudian dibuat lagi dalam catatan yang lebih terstruktur.
2) Mereduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada data-data yang penting, dicari teman dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
3) Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dengan
penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Bentuk penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan, teks naratif.
31

Identitas klien menggunakan inisial, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan
identitas klien.
4) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dengan
penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Bentuk penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan, teks naratif.
Identitas klien menggunakan inisial, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan
identitas klien. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi yaitu penarikan kesimpulan
berdasarkan pengamatan dan fakta-fakta yang diuji kebenarannya. Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi.
VIII. Etik penelitian
A. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Sebelum
memberikan lembar persetujuan peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti yang akan dilakukan.
B. Anomity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dan penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, dan hanya
mencantumkan inisial huruf pertama pada nama klien.
C. Prinsip autonomy
Prinsip autonomy di dasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berfikir logis dan mampu keputusan sendiri. Dalam melakukan tindakan
perawatan harus jujur dan mengungkapkan sesuai dengan kenyataan yang ada.
D. Confidientially (kerahasiaan)
Semua yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang telah di kumpulkan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
32

E. Prinsip justices
Prinsip ini menekan pada aspek keadilan, dimana dalam melakukan
penelitian perawat tidak memandang dari segi ras, suku, agama, ekonomi, dan
lainnya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 juni-sampai 2 juli 2023. Praktik
mandiri di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena (PSTWMT). Panti Sosial
Tresna Werdha Madago Tentena terletak di kelurahan Tendeadongi Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Panti Sosial Tresna Werdha
Madago Tentena adalah unit pelaksana teknis dari dinas sosial provinsi Sulawesi
Tengah yang tujuannya untuk melaksanakan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial
bagi lanjut usia. Panti sosial tresna werdha madago tentena merupakan satu-satunya
panti werdha yang berada di kabupaten poso. Pelayanan yang di dapat dipanti
memberikan pemeliharaan kesehatan, pelayanan bimbingan mental keagamaan dan
mengisi waktu luang dengan berolahraga. Lansia yang dirawat di sana seperti lansia
yang sudah tidak memiliki keluarga, atas keinginan sendiri dikarenakan keluarga yang
sudah tidak mampu merawat. Di panti werdha terdapat 1 gedung aula, kantor, mushola,
dapur, dan perumahan dinas ada 8 ruangan, dan jumlah wisma/ruangan untuk lansia
berjumlah 17 ruangan dengan 1 wisma terdapat 4 atau 5 kamar. Program – program di
sana mengadakan senam setiap hari jumat.

II. Hasil Penelitian


Penelitian dilakukan mulai tanggal 26 juni sampai 2 juli 2023, dengan fokus
studi pemberian Asuhan Keperawatan Asma Bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha
Madago Tentena. Penelitian dilakukan melalui observasi, pemeriksaan fisik, dan
wawancara. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
1. Identitas Klien
Umur : 69 Tahun
TTL : Tandeodongi, 12 desember 1954
Pendidikan : SD
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku : Pamona
Alamat : Desa Tandeodongi
Status Pernikahan : Cerai hidup

33
34

3. Riwayat Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 juni 2023 pasien
mengeluh sesak napas dan dadanya terasa berat seperti tertimpa beban
berat klien mengeluh lemah, dan mengatakan ketika setelah melakukan
aktifitas sesak terasa memberat dan merasa tidak nyaman setelah
melakukan aktifitas, sesak napas terjadi ketika terkena debu, buluh hewan
dan dingin. klien mengatakan ibunya mengalami penyakit serupa. Keluhan
utama dalam 1 tahun terakhir : Sesak napas, mengalami penyakit mag.
Gejala yang dirasakan klien mengatakan sesak, keringat dingin, dada
terasa berat, sesak dirsakan memberat saat tidur terlentang dan setelah
melakukan aktifitas, Timbulnya secara mendadak. Upaya mengatasi klien
mengatakan untuk mengatasi penyakit asma dan mag pergi ke dokter
praktik, Klien Mengkonsumsi obat obatan dari dokter yaitu, Ventolin
inhaler, ipratropium,lansoprazole.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan mengalami penyakit yang serupa dan di rawat
di RSUD Poso, klien mengatakan tidak memiliki alergi obat-obatan. Klien
mengatakan pernah mengalami kecelakaan dikarenakan jatuh dari pohon
kelapa dan di rawat di RSUD Poso.
5. Lingkungan tempat tinggal
Tertata rapih, terdapat selokan di depan wisma, terdapat tangga, lantai
kamar mandi licin.
6. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan
Klien mengatakah sebelum sakit klien merokok dan minum-minuman
keras, Saat sakit klien sudah berentih merokok dan minim-minuman
keras
b. Nutrisi
35

Frekuesi makan klien 3x/hari dengan porsi makan di habiskan,


makanan yang sering di konsumsi pasien adalah makanan berkuah dan
yang di goreng-goreng.
c. Eliminasi BAK/BAB
Klien mengatakan BAK 4 kali, klien sering buang air kecil pada
malam hari Klien mengatakan BAB 1 kali/hari dengan konsistensi
berserat, tidak ada keluhan Bak dan tidak menggunakan obat pencahar.
d. Pola istrahat tidur
Klien mengatakan mengalami kesulitan saat tidur dikarenakan sesak
yang ia rasakan dan sering terbangun pada malam hari
e. Pola kognitif persepsi masalah penglihatan dan pendengaran
Pola penglihatan klien kabur, klien tidak memakai kacamata,
mengalami masalah pada pendengaran dan tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
f. Pola peran hubungan peran ikatan
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan teman nya
dan sering saling support satu sama lain.
g. Nilai pola keyakinan
Klien menganut agama Kristen, klien percaya kepada tuhannya, klien
tuhan selalu ada dan Bersama-sama dengan dirinya, klien mengatakan
sering beribadah dan sering di kunjungi pendeta di dismanya ibadah
Bersama dilakukan di aulah pada hari selasa dan minggu dalam hal itu
klien harus di bantu dalam beraktifitas berjalan karna cukup jauh dari
wismanya.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum lemah, tingkat kesadaran penuh .
b. Tanda-tanda vital, tekanan darah klien 120/80, nadi 79x/menit,
pernafasan klien 23x/ menit, suhu tubuh 36,5 oC
36

c. Berat badan klien 56 kg dan tinggi 150 cm dengan indeks masa tubuh
24,9 (Berat badan ideal)
d. Kepala, Mata, telinga , hidung, mulut, gigi, dan bibir.
Bentuk kepala simetris, tidak ada kelainan, kulit kepala bersih, tidak
ada ketombe, rambut sudah beruban. klien mengatakan mengalami
perubahan pada penglihatan yaitu rabun jauh dan klien tidak
menggunakan kacamata, tidak ada nyeri pada mata, mata tidak berair,
Klien mngatakan mengalami masalah pendengaran. Dan hidung klien
bentuk posisi anatomis, tidak terdapat lesi, dapt mencium wangi-
wangian dan dapat membedakannya. Tidak masalah pada rongga
mulut, gigi klien ada Sebagian, mukosa bibir kering, tidak didapati
pendarahan atau peradangan.
e. Dada
Bentuk dada Tn.T simetris, terdapat pengggunaan otot bantu
pernapasan terdengar bunyi napas tambahan Mengi, irama pernapasan
cepat
f. Abdomen
Bentuk perut Tn,P simetris, tidak ada pembesaran hepar atau lien,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan pada abdomen dan bising
usus 18 x/menit.
g. Kulit
Kulit klien terlihat kering, elastis, dan warna kulit putih.
h. Ekstremitas atas dan bawah
sulit melakukan aktivitas dan harus menggunakan alat bantu berjalan
seperti tongkat.

7. Pengkajian khusus
a. Fungsi kognitif MMSE
Dari 11 pertanyaan yang diberikan pada Tn.T mampu menjawab
semua pertanyaan dengan benar, dengan scor didapatkan 28 yaitu tidak
ada gangguan kognitif.
37

b. Status fungsional (barthel indeks)


Dari status fungsional menggunakan barthel indeks nilai score Tn.T
adalah 95 ketergantungan ringan dalam hal makan, aktivitas toilet,
berpindah tempat, mandi, berpakaian, berjalan, dan naik turun tangga.
c. Skala depresi
Penilaian menggunakan geriatric depression scale (skala depresi
lansia). dengan perolehan nilai 4 dari 15 pertanyaan yang dapat di
simpulkan bahwa Tn. T tidak mengalami gejala depresi.
d. Screening fall
Penilaian skala resiko jatuh menggunakan ontaria modified stratify di
dapatkan score 11 dengan kesimpulan yaitu resiko jatuh sedang.
8. Data penunjang
-
9. Obat-obatan
Tabel 4.1 obat-obatan

No Nama obat Dosis Keterangan


1. Ventolin inhaler 3x1 obat untuk penyakit saluran
pernapasan
2 ipratropium 3x1 Obat untuk melebarkan saluran
udara sehingga udara mengalir
dengan mudah.
38

10. Analisa data


Tabel 4.2 Analisa data pada Tn.T

No Diagnose Etiologi Masalah


1. Ds :
- Klien mengeluh sesak napas Hambatan Upaya Pola napas tidak
dan dadanya terasa berat napas (kelemahan efektif
seperti tertimpa beban berat. otot pernapasan)

Do :
- Terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan,
- keadaan umum lemah
- pola napas cepat(takipnea)
- Terdapat bunyi suara napas
tambahan (mengi)
- keadaan umum lemah
- TTV
TD: 120/80
RR : 23x/menit
N : 90X/Menit
S. 36,5 oC

3. Ds : Ketidak seimbangan Intoleransi


- Klien mengatakan sesak antara suplai dan aktivitas
napas memberat setelah kebutuhan oksigen
melakukan aktivitas
- Klien mengatakan merasa
tidak nyaman setelah
melakukan aktifitas
- Klien mengeluh lemah

Do :
- Keadaan umum lemah
- Rr : 23x/menit
3. Faktor risiko : Faktor risiko Resiko jatuh
- Pada pengkajian skala resiko Lingkungan tidak
jatuh pasien mendapatkan aman (mis, lantai
skor 11 dengan resiko sedang licin)
- Klien mengatakan
penglihatannya kabur dan
tidak menggunakan
kacamata,
- Klien mengatakan sesak
napas, dan menggunakan
penggunaan tongkat
- Klien mengatakan
mengalami gangguan
pendengaran.
- Terdapat selokan di depan
wisma,
- Terdapat tangga
- Lantai kamar mandi terlihat
licin
39

11. Diagnose keperawatan


a. Pola napas tidak efektif (D.0005) Hambatan Upaya napas (kelemahan otot
pernapasan).
b. Intoleransi aktifikas (D.0056) Ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Resiko jatuh faktor resiko Lingkungan tidak aman (mis, lantai licin)

12. Intervensi keperawatan


Tabel 4.4 intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manejemen jalan napas
tindakan keperawatan Observasi
efektif
1 x 24 jam selama 7 - Monitor pola napas
berhubungan hari diharapkan - Monitor bunyi napas
masalah pola napas tambahan
degan hambatan
tidak efektif dapat - Monitor sputum
Upaya napas teratasi dengan Terapeutik
kriteria hasil : - Posisikan semi-
(kelemahan otot
1. dispnea menurun fowler atau fowler
bantu 2. penggunaan otot - Melatih Teknik napas
bantu napas Buteyko.
pernapasan)
menurun Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari.

2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy


tindakan keperawatan Observasi
aktvivitas
1 x 24 jam selama 7 1. Identifikasi gangguan
berhubungan hari diharapkan tubuh yang
masalah intoleransi mengakibatkan kelelahan
dengan Ketidak aktifitas dapat 2. Monitor lokasi dan
seimbangan teratasi dengan ketidaknyamanan selama
kriteria hasil : melakukan aktivitas
antara suplai 1. Keluhan Lelah Edukasi
menurun 1. Anjurkan melakukan
dan kebutuhan 2. Dyspnea setelah aktivitas secara bertahap
oksigen. beraktivitas Edukasi latihan fisik
menurun Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
40

informasi.
Terapeutik
1. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan yang
diinginkan.
Ajarkan menghindari cedera
saat berolahraga.

3. Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh


dengan faktor tindakan keperawatan Observasi
risiko 1 x 24 jam selama 7 1. Identifikasi faktor risiko
lingkungan tidak hari diharapkan jatuh (mis, usia > 65
aman (mis, masalah resiko jatuh tahun).
lantai licin) dapat teratasi dengan 2. Identifikasi faktor
kriteria hasil : lingkungan yang
1. Jatuh saat naik meningkatkan risiko
tangga tidak jatuh (mis, lantai licin,
terjadi penerangan kurang).
2. Jatuh saat 3. Hitung risiko jatuh
dikamar mandi dengan menggunakan
tidak terjadi skala (mis,fall more
3. Jatuh saat berjalan scale).
tidak rerjadi Terapeutik
1. Orientasikan ruangan
pada pasien.
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak
licin.
2. Anjurkan berkosentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh.
Edukasi keselamatan
lingkungan
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi.
Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan.
2. Berikan kesempatan
untuk bertanya.

Edukasi
1. Anjurkan menghilangkan
bahaya lingkungan.
41

2. Anjurkan menyediakan
alat bantu (mis, keset
anti slip).

13. Implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan


Tabel 4.5 implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn.T

No Hari/tanggal/ Diagnose keperawatan Implementasi Evaluasi


Jam
1. Kamis 26 Pola napas tidak Memonitor TTV S:
juni 2023 - TD: 120/80 - Klien
efektif
Jam 09: 00 - N: 90X/Menit mengatakan sesak
WITA Hambatan Upaya - S : 36,5 napas
- Rr: 23x/menit - Saat di berikan
napas (kelemahan otot
posisi semi
pernapasan). Manejemen jalan naps fowler pasien
1. Memonitor pola mengatakan
napas sesaknya
(pola napas berkurang
cepat/takipnea) - Pasien
2. Terdapat mengatakan
penggunaan otot tempat yang
bantu pernapasan nyaman adalah
3. Memonitor bunyi kamar tidur
napas
(tidak terdapat O:
bunyi napas - Terdapat
tambahan) penggunaan otot
4. Posisikan semi bantu pernapasan
fowler - RR:23X/Menit
(sesak berkurang)
5. Melatih teknik
Pernapasan A:
Buteyko Masalah belum
6. Melatih terapy teratasi
relaksasi otot
progresif P:
7. Mengidentifikasi Intervensi dilanjutkan
tempat yang
nyaman dan
tenang
(Tempat tidur)
8. Mengatur
lingkungan agar
tidak ada
gangguan saat
memberikan
42

terapy ( buka
jendela
kamar,menyusun
bantal di blakang
klien)
9. Mengatur posisi
bersandar di
bantal agar
pasien lebih
nyaman.
10. Menganjurjan
pasien untuk
memakai
pakayang yang
nyaman.
11. Menganjurkan
asupan cairan
2000/mil

2. Kamis 26 Intoleransi aktvivitas 1. Mengidentifikasi S :


Juni 2023 gangguan tubuh - Klien mengatakan
berhubungan dengan
Jam 9 : 30 yang sesak napas
WITA Ketidak seimbangan mengakibatkan - Klienmengatakan
kelelahan (sesak sesak di dada
antara suplai dan
napas) seperti di tindih
kebutuhan oksigen. 2. Memonitor benda saat setelah
lokasi dan melakukan
ketidaknyamana aktifitas
n selama
melakukan O:
aktivitas (sesak - Klien sesak napas
di dada seperti di saat melakukan
tindih benda aktifitas
setelah - Terdapat
melakukan penggunaan otot
aktifitas ) bantu napas
3. Mengajarkan
klien melakukan A :
aktivitas secara Masalah belum
bertahap dengan teratasi
melakukan
aktivitas yang P:
bisa dilakukan Intervensi dilanjutkan
(berjalan
pagi,berjalan
kedapur, )
4. Menyediakan
materi dan media
pendidikan
43

kesehatan.
5. Menjadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan.
(jam 13.00)
6. Memberikan
kesempatan klien
untuk bertanya
7. Menjadwakan
aktivitas seperti
berpindah
tempat, berjalan
dengan jarak
pendek dalam
rutinitas sehari-
hari.
(berjalah ke
teras)

3 Kamis 26 Resiko jatuh 1. Mengidentifikasi S:


juni 2023 faktor risiko jatuh - Klien mengatakan
Jam 9 : 30 ( Usia 69 tahun, usiannya 69 tahun
WITA klien mengatakan matanya
mata kabur,sesak kabur,sesak
saat setelah setelah melakukan
melakukan aktifitas.
aktifitas,
menggunakan O:
tongkat, kondisi - Menggunakan
lemah) tongkat
2. mengidentifikasi - Kondisi lemah
faktor lingkungan - Faktor resiko
yang jatuh; Lanta
meningkatkan ilicin, terdapat
risiko jatuh selokan di depan
(lantai licin, wisma,terdapat
terdapt selokan di tangga,lantai
depan panti, kamar mandi
terdapat tangga, licin.
lantai kamar - Skor fall more
mandi licin.) scale 11 (skala
3. menghitung risiko resiko jatuh
jatuh dengan sedang)
menggunakan - Pasien
skala (mis,fall menggunakan
more scale) alas kaki saat
perolehan skor 11 berjalan.
yang berarti
mengalami resiko A:
44

jatuh sedang. Masalah teratasi


4. Menganjurkan
menggunakan alas P:
kaki yang tidak Intervensi dihentikan
licin (sendal
sualop)
5. Menganjurkan
berkosentrasi
untuk menjaga
keseimbangan
tubuh.
6. Menganjurkan
menghilangkan
bahaya
lingkungan.

4. Jumat 27 mei Pola napas tidak Memonitor TTV S:


2023 - TD: 120/81 - Klien
efektif
Jam 08 : 30 - N: 80X/Menit mengatakan
WITA Hambatan Upaya - S : 36,6 sesaknya
- Rr: 22x/menit berkurang
napas (kelemahan otot
pernapasan). Manejemen jalan O:
napas - Rr: 22x/menit
1. Memonitor pola - Terdapat
napas (normal) penggunaan
2. Posisikan semi otot bantu
fowler pernapasan
(sesak berkurang) A:
3. Melatih teknik Masalah belu teratasi
Pernapasan P:
Buteyko Intervensi dilamjutkan
4. melatih relaksasi
otot progresif
5. Menganjurkan
asupan cairan
2000/mil

5. Jumat 27 juni Intoleransi aktvivitas 1. Mengajarkan S:


2023 klien melakukan - Klien
berhubungan dengan
Jam08 : 30 aktivitas secara mengatakan
WITA Ketidak seimbangan bertahap dengan sesaknya
melakukan berkurang
antara suplai dan
aktivitas yang O:
kebutuhan oksigen. bisa dilakukan - Klien jalan-
(berjalan jalan pagi
pagi,berjalan A:
kedapur). - Masalah
45

teratasi
P:
Intervensi dihentikan
6. Jumat 27 Resiko jatuh 1. Menganjurkan S:
Juni 2023 menggunakan - Klien
jam 09 : 30 alas kaki yang mengatakn
WITA tidak licin tidak jatuh
(klien O:
menggunakan - Klien
alas kaki menggunakan
sendal sualop) tongkat saat
2. Menganjurkan berjalan,
berkosentrasi menggunakan
untuk menjaga pengalas kaki
keseimbangan
tubuh. A:
3. Menganjurkan Masalah teratasi
menghilangkan
bahaya P:
lingkungan. Intervensi di hentikan

7. Sabtu 28 mei Pola napas tidak Memonitor TTV S:


2023 jam 10 : - TD: 120/81 - Klien mengatakan
efektif
00 WITA - N: 80X/Menit sudah tidak sesak
Hambatan Upaya - S : 36,6 napas
- Rr: 19x/menit O:
napas (kelemahan otot
- Tidak terdapat
pernapasan). Manejemen jalan penggunaan otot
napas bantu pernapasan
1. Memonitor pola - Rr : 21x/menit
napas (pola - Pola napas
napas normal) normal
2. Klien
mengatakan A:
sesak napas. Masalah teratasi
3. Tidak terdapat
penggunaan otot P:
bantu pernapasan Intervensi di hentikan.

III. Pembahasan
Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan
dasar manusia melalui tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawtan, implemntasi dan evaluasi. Pada bab ini penulis
akan membahas tentang tindakan keperawatan “ Asuhan keperawatan
gerontik dengan kasus asma bronchial di panti sosial tresna werdha
madago tentena’
46

A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan pada Tn.P, pasien
mengeluh sesak napas dan dadanya terasa berat seperti tertimpa beban
berat,klien mengeluh lemah, Hal ini sejalan pada penilitian yang di
dapatkan klien mengeluh sesak napas, mengi dan badan terasa lemas
(Sulistiani and Aguscik 2021). klien juga mengatakan sesak terjadi
ketika terkena bulu hewan, debu dan dingin. Berdasarkan teori asma
merupakan penyakit yang heterogen, biasanya ditandai dengan
penyakit kronis atau peradangan jalan napas. Dengan gejala
pernapasan seperti sesak napas, mengi, sesak dada, dada terasa berat
dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dan juga dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi bervariasi (Sutrisna and
Rahmadani 2022) dan kejadia asma dapat terjadi dikarenakan dua faktor
yaitu genetic dan faktor lingkungan seperti cuaca dingin sekstrim,polusi
debuh asap rokok dan lain (Rahmah and Pratiwi 2020)

B. Diagnosa
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada seseorang
yang mengalami asma alalah seperti pola nafas tidak efektif, bersihan
jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, deficit nutrisi,
ansietas dan intoleransi aktifitas (Waladani 2022). Berdasarkan hasil
pengkajian terhadap Tn.P didapatkan 3 diaknosa sesuai dengan
permasalahan yang di temukan yaitu:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya
napas. Dengan tanda dan gejala di temukan klien mengeluh sesak
napas dan dadanya terasa berat seperti tertimpa beban berat klien
juga mengatakan sesak terjadi ketika terkena bulu hewan, debuh dan
dingin Pada data pemeriksaan fisik didapatkan penggunaan otot
bantu pernapasan, bunyi napas mengi, pola napas takipnea dan Rr:
23x/menit. Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan
47

napas. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan


obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah gangguan
pernapasan (sesak), batuk , dada terasa tertekan binyi napas mengi
(Khaidir and Hengky 2019).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, Dengan tanda dan gejala yang di
temukan, klien mengatakan sesak napas setelah melakukan
aktivitas,klien mengeluh lemah, dengan pemeriksaan fisik ku lemah
dan Rr: 23x/menit. Pada pasien asma biasanya mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktivitas yang berat sehingga
dapat menyebabkan keletihan dan kelemahan umum. hal ini
dikarenakan suplai darah dan oksigen ke jantung berkurang
akibatnya penderita asma akan mengalami penurunan aktivitas
atau intoleransi aktivitas. Selama sakit pasien cenderung
mengalami penurunan aktivitas seperti (ketidaknyamanan
setelah beraktivitas, sesak nafas saat beraktivitas). Maka
perlu dibantu untuk memenuhi segala kebutuhannya asma
bronkial dapat menimbulkan masalah keperawatan intoleransi
aktivitas dimana intoleransi aktivitas ini terjadi akibat dari sesak
nafas yang dialami (Wijaya 2017).
3. Resiko jatuh dengan faktor risiko lingkungan tidak aman ( lantai
licin) dan gangguan penglihatan. Data yang didapatkan
penglihatannya kabur, lantai kamar mandi terlihat licin,
menggunakan tongkat, terdapat selokan dan tangga di depan wisma.
pengkajian skala resiko jatuh pasien mendapatkan skor 11 dengan
resiko sedang. Lansia merupakan kelompok yang telah mengalami
penurunan fungsi berbagai sistem di dalam tubuhnya sehingga sulit
untuk beraktifitas selayaknya kelompok dewasa, kondisi rumah
seperti lantai licin, halaman yang tidak rata, tempat istirahat yang
sulit dijangkau, tangga yang terlalu tinggi, letak barang-barang atau
property yang tidak rapi, dan penerangan di rumah yang kurang akan
48

meningkatkan risiko jatuh (Sudiartawan et al. 2017) Halaman rumah


yang tidak rata berisiko mengakibatkan jatuh pada lansi, tempat yang
tidak mendapatkan penerangan maksimal terutama pada malam hari
akan menyulitkan lansia melihat sehingga lansia cenderung untuk
tersandung, dan menabrak. Tempat tidur maupun tempat duduk yang
terlalu tinggi akan menyulitkan lansia untuk menggapai maupun
turun dari tempat tesebut (Sabatini, and Kusuma 2015)

C. Intervensi
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas maka peneliti dapat
merumuskan rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul
pada Tn. P.

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya napas.


Intervensi keperawatan yang telah dirumuskan menurut
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Tujuan yang ingin
dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
selama 7 hari diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan
kriteria hasil sesak menurun, penggu aan otot bantu napas menurun.
Intervensi yang diberikan Manejemen jalan napas yaitu monitor pola
napas, monitor bunyi napas, posisikan semi fowler/fowler,lantihan
relaksasi otot progresif, anjurkan asupan cairan 2000/mil dan latih
teknik buteyko
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Intervensi keperawatan yang telah dirumuskan menurut
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Tujuan yang ingin
dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil
keluhan Lelah menurun, sesak setelah beraktifitas menurun. Intervensi
yang dilakukan adalah menejemen energi yaitu identifikasi gangguan
49

tubuh yang mengakibatkan kelelahan,monitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, anjurkan melakukan
aktifitas bertahap. Edukasi Latihan fisik yaitu mengidentifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, sediakan materi dan
media Pendidikan Kesehatan, jadwalkan Pendidikan sesuai
kesepakatan,berikan kesempatan untuk bertanya.
3. Resiko jatuh
Intervensi keperawatan yang telah dirumuskan menurut
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Tujuan yang ingin
dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
diharapkan masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil
jatuh saat naik tangga tidak terjadi, jatu saat di kamar mandi tidak
terjadi, jatuh saat berjalan tidak terjadi. Intervensi yang diberikan
adalah pencegahan jatuh yaitu identifikasi faktor resiko jatuh
(mis,usia>60 tahun), identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh (mis lantai licin,penerangan berkurang),
hitung resiko jatuh dengan menggunakan Skala Resiko Jatuh Ontario
Modified Stratify, anjurkan alas kaki yang tidak licin,anjurkan
berkosentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Edukasi
keselamatan lingkungan yaitu identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, sediakan materi dan media Pendidikan
Kesehatan,berikan kesempatan untuk bertanya,anjurkan
menghilangkan bahaya lingkungan, anjurkan menyediakan alat bantu.

D. Implementasi
Dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik, tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh penulis dalam mengatasi masalah
diagnosa keperawatan pada Tn.P adalah :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan ddengan hambatan Upaya
napas yaitu melatih teknik buteyko. Pemberian diberikan 2 kali
sehari yakni pada pagi hari dan sore hari. selama 2 hari dengan
50

durasi ±20 menit. Teknik buteyko adalah teknik pernapasan yang


merupakan gabungan dari pernapasan melalui hidung, diafragma,
dan control pause. Teknik pernapasan buteyko dilakukan dengan
posisi duduk, kemudian pasien diminta untuk mengambil napas
dangkal melalui hidung dan tahan selama mungkin sesuai dengan
kemampuan sampai terasa ada dorongan untuk menghembuskan
napas (Putra 2022). Teknik pernapasan buteyko dapat membantu
otot-otot pernafasan agar tidak kelelahan. Salah satu tujuan dari
metode pernapasan buteyko adalah untuk mengembalikan ke volume
udara yang normal(Arif and Elvira 2018). Hasil penelitian
(Mukrimaa et al. 2016) Latihan Buteyko dapat meningkatkan Arus
Puncak Ekspirasi pada penderita asma.
2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Menganjurkan melakukan aktifitas
bertahap. Memberikan edukasi mengenai Pendidikan Kesehatan
tentang penyakit.
3. Resiko jatuh,yaitu dengan melakukan latihan fisik keseimbangan
untuk mengurangi resiko jatuh. Upaya pencegahan jatuh pada lanjut
usia telah banyak diterapkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh perawat dalam mengatasi masalah risiko jatuh yaitu dengan
penerapan terapi latihan keseimbangan. Menurut Wiko Planando
Latihan keseimbangan sangat penting pada lansia karena latihan ini
sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil sehingga
mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia. Latihan
keseimbangan berguna untuk memandirikan para lansia agar
mengoptimalkan kemampuannya sehingga terhindar dari dampak
yang terjadi yang disebabkan karena ketidakmampuannya. Otak, otot
dan tulang bekerja bersama-sama menjaga keseimbangan tubuh agar
tetap seimbang dan mencegah terjatuh (Planando 2021).

5. Evaluasi
51

Evaluasi adalah catatan mengenai perkembangan pasien yang


dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya.
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 selama 3 hari
dengan durasi waktu kurang lebih 20 menit dan melakukan evaluasi
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam selama 3
hari masalah resiko jatuh teratasi dibuktikan dengan lantai kamar
mandi tampak bersih dan sudah tidak licin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis menerapkan pemberian terapi terapi buteyko
terhadap sesak napas pada Asuhan Keperawatan Gerontik dengan kasus
Asma bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena. Maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian yang didapatkan pada klien bernama Tn.P berusia 69
tahun, dengan Aasma bronchial serta keluhan utama Sesak napas.
2. Diagnosa keperawatan yang mucul pada Tn.P berdasarkan analisa data
yang terkumpul adalah pola napas tidak efektif b/d hambatan Upaya
napas. Intoleransi aktifitas b/d, intoleransi aktifitas b/d ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, dan resiko jatuh
3. Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.P untuk diagnosa pola
napas tidak efektif yaitu melatih teknik terapi buyteko. Masalah
intoleransi aktifitas yaitu manejemen energi. Masalah resiko jatuh
yaitu pencegahan jatuh.
4. Pemberian implementasi keperawatan pada Tn.P dimulai dari hari
jumat 26 juni 2023 sampai hari kamis 30 minggu 2023.
5. Evaluasi didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.P
dan didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
6. Teknik buyteko dilakukan 2 kali sehari yaitu di pagi hari dan sore hari
dilakukan selama ±20 menit. Dan terbukti mengatasi sesak napas pada
klien.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis
ingin memberikan saran beserta harapan yaitu sebagai berikut

53
1. Tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan
dapat mengimplementasikan teknik buyteko terhadap lansia yang
mengalamisesak napas pada lansia yang mengalami asma bronchial di
Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
2. Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait dengan intervensi keperawatan mandiri berdasarkan evidence
based terkini dan dapat diaplikasikan dalam rangka memberikan
informasi kepada mahasiswa yang akan turun praktik serta dapat
menjadi tambahan bacaan diperpustakaan Prodi Keperawatan Poso
3. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman
dan pengetahuan penulis tentang klien asma bronchial dan bagaimana
cara menerapkan intervensi keperawatan mandiri.
4. Klien
Klien di harapkan dapat melakukan intervensi senam kaki
secara mandiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh peneliti.

53
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fredy. 2021. “Pelatihan Dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia Di


Kecamatan Wonomulyo.” JURNAL ABDIDAS 2(2):392–97.
Anggraini, Heni, Yayan Kurniawan, and Nengke Puspita Sari. 2022. “Efektif
Dengan Pemberian Fisioterafi Dada.” Jurnal Ilmu Kesehatan Mandira
Cendikia I(2):45–53.
Arif, Muhammad, and Mariza Elvira. 2018. “Pengaruh Tekhnik Pernafasan
Buteyko Terhadap Fungsi Ventilasi Oksigenasi Paru.” Jurnal Pembangunan
Nagari 3(1):45. doi: 10.30559/jpn.v3i1.73.
Chintia, Elvira Bella. 2022. “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. M Asma
Dengan Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan Di Desa Pepe Sedati
Sidoarjo.”
Damayanti, Novita, and Titis Hadiati. 2019. “Pengaruh Pemberian Aroma Terapi
Terhadap Tingkat Insomnia Lansia.” Jurnal Kedokteran Diponegoro
8(4):1210–16.
Hasilida, Risa. 2021. “Efektifitas Pemberian Terapi Tertawa Dan Terapi Spiritual
Terhadap Perubahan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Puskesmas Jalan
Gedang Kota Bengkulu.”
Khaidir, Andi, and Henni Kumaladewi Hengky. 2019. “Hubungan Antara
Karakteristik Penderita Dengan Derajat Asma Bronkial Di Rumah Sakit
Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare.” Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan 2(2):205–19. doi: 10.31850/makes.v2i2.144.
Mukrimaa, Syifa S., Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni, ANIS YULIA CITRA,
Nathaniel David Schulz, Tukiran Taniredja, Efi Miftah. Faridli, and Sri
Harmianto. 2016. “Pebgaruh Latihan Pernapasan Buyteko Trhadap Arus
Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma.”
Murdanita, Mela Brig. 2018. “Hubungan Kesepian Lansia Dengan Interaksi Sosial
Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Megetan.”
Nawangwulan, Kurniati-. 2021. “Asma Bronkial Dengan Bersihan Jalan Nafas Di
Rsud Pasar Rebo.” Journal Health & Science : Gorontalo Journal Health
and Science Community 5(1):179–87. doi: 10.35971/gojhes.v5i1.9990.
Planando, Wiko. 2021. “Pengaruh Latihan Fisik Keseimbangan Terhadap Risiko
Jatuh Pada Lansia.”
Pratiwi, Swi Swasti, and Chanif Chanif. 2021. “Penerapan Teknik Pernapasan
Buteyko Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Asma Bronchial.” Holistic Nursing Care Approach 1(1):9. doi:
10.26714/hnca.v1i1.8255

53
Putra, Wahyudi Nyono. 2022. “Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Pada Pada
Pasien Asma Bronchial.” UMS Online Journals.
Rahmah, Anisa Zulfiya, and Jihan Nur Pratiwi. 2020. “Potensi Tanaman Cermai
Dalam Mengatasi Asma.” Jurnal Penelitian Perawat Profesional 2(2):147–
54. doi: 10.37287/jppp.v2i2.83.
Sabatini, Stefani Natalia, Lily Tambunan, and Hanson E. Kusuma. 2015. “Faktor
External Resiko Jatuh Lansia.” Temu Ilmiah IPLBI (October).
Sudiartawan, Wayan, Ni Luh Putu, Eva Yanti, Ngurah, and Taruma Wijaya. 2017.
“Analisis Faktor Risiko Penyebab Jatuh Pada Lanjut Usia.” Jurnal Ners
Widya Husada 4(3):95–102.
Sulistiani, Rumentalia, and Aguscik. 2021. “Pemenuhan Bersihan Nafas Dengan
Batuk Efektif Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial.” JKM : Jurnal
Keperawatan Merdeka 1(2):246–52. doi: 10.36086/jkm.v1i2.1008.
Sutrisna, Marlin, and Elsi Rahmadani. 2022. “Hubungan Jenis Terapi Dan Kontrol
Asma Terhadap Kualitas Hidup Pasien Asma Bronkial.” Jurnal Ners
6(2):70–76.
Syahfitri, Ria Dila, Melda Febyana, Dindi Paizer, and Setia Budi. 2019.
“Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Kecemasan
Pada Pasien Asma.” 5:3–6.
Waladani, Barkah. 2022. “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma
Dengan Masalah Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif Dengan Pemberian
Intervensi Keperawatan Diagfragma Breathing Exercise.” Uurecol Seri Kipa
Dan Kesehatan 1543–50.
Wijaya, I. Made Kusuma. 2017. “Aktivitas Fisik (Olahraga) Pada Penderita
Asma.” Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA 5(1):336–41.
Wilda.L.O, Hutama.F.H, Fatimah. A. .. 2021. “Buteyko Breathing Exercise Pada
Asma Control Lansia.” Journals of Ners Community 12(November):205–13.

54
Lampiran 1 : Penjelasan Sebelum Penelitian

PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN (PSP)

1. Saya adalah Eka yuliana, mahasiswa dari Politeknik Kesehatan Palu Jurusan
Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Poso dengan ini meminta
kepada Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul ” Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Kasus Asma Bronkial Di
Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena ”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ”Asuhan Keperawatan
Gerontik Dengan kasus Asma Bronkial dipanti sosial tresna werdha madago
tentena ”Penelitian ini akan berlangsung selama 1 minggu.
3. Prosedur penelitian ini akan dilakukan Asuhan Keperawatan Pada lansia
dengan kasus Asma Bronkial di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Tentena.
4. Keuntungan yang Bapak/Ibu peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini
adalah Bapak/Ibu turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan
yang diberikan.
5. Nama dan jati diri Bapak/Ibu beserta seluruh informasi yang Bapak/Ibu
sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika Bapak/Ibu membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 082195819341.

Peneliti

(Eka yuliana)
Lampiran 2 : Informed Consent

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian
yang akan dilakukan oleh Eka Yuliana dengan judul ”Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Kasus Asma Bronchial di Panti Sosial Tresna Werdha
Madago Tentena ”
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu
tanpa sanksi apapun.

Poso, ………………….2023

Saksi Yang memberikan persetujuan

............................................ .............................................

Peneliti

(Eka yuliana)
Lampiran 3 : Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl : Jam : Nama Mhs :
1. Identitas
Nama :
Tempat /tgl lahir :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku :
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini :

b. Pekerjaan sebelumnya :

c. Sumber pendapatan :
d. Kecukupan pendapatan :

3. Lingkungan tempat tinggal


a. Kebersihan dan kerapihan ruangan ?,

b. Penerangan……

c. Sirkulasi udara…….,

d. Keadaan kamar mandi & WC…………


e. Pembuangan air limbah…………..

f. Sumber air minun………..

g. Pembuangan sampah ……..

h. Sumber pencemaran………

i. Privasi………..
j. Risiko injuri…………..

4. Riwayat kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini

b. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :

c. Gejala yang dirasakan :

d. Faktor pencetus :
e. Timbulnya keluhan : () Mendadak () Bertahap

f. Upaya mengatasi :
Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat ?

g. Mengkomsumsi obat-obatan sendiri ?, obat tradisional ?

h. Lain-lain…..
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah diderita :
b. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : \
c. Riwayat kecelakaan :
d. Riwayat pernah dirawat di RS :
e. Riwayat pemakaian obat :
6. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan Kebiasaan yang
mempengaruhi
kesehatan misal merokok, minuman keras, ketergantungan terhadap
obat ( jenis/frekuensi/jumlah/ lama pakai )

b. Nutrisi metabolik Frekuensi makan? nafsu makan?, jenis


makanan?, makanan yg tdk disukai ?, alergi terhadap makanan?,
pantangan makanan? keluhan yg berhubungan dengan makan?

c. Eliminasi BAK : Frekuensi & waktu?, kebiasaan BAK pada malam


hari?, keluhan yang berhubungan dengan BAK?
d. BAB : Frekuensi & waktu?, konsistensi?,keluhan yang
berhubungan dg BAB?, pengalaman memakai pencahar?

e. Aktifitas Pola Latihan Rutinitas mandi?, kebersihan sehari-hari?,


aktifitas seharihari?, apakah ada masalah dengan aktifitas?,
kemampuan kemandirian?

f. Pola istirahat tidur Lama tidur malam?, tidur siang?,keluhan yang


berhubungan dengan tidur?

g. Pola Kognitif Persepsi Masalah dengan penglihatan (Normal….


Terganggu………( ka/ki)?, kabur?, pakai kacamata?.Masalah
pendengaran normal?,terganggu (ka/ki)?memakai alat bantu dengar
?, tuli ( ka/ki ) ? dsbnya. Kesulitan membuat keputusan ?

h. Persepsi diri-Pola konsep diri Bagaimana klien memandang dirinya


( Persepsi diri sebagai lansia?), bagaimana persepsi klien tentang
orang lain mengenai dirinya?

i. Pola Peran-Hubungan Peran ikatan?, kepuasan?,pekerjaan/


sosial/hubungan perkawinan ?
j. Sexualitas Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah ?

k. Koping-Pola Toleransi Stress Apa yang menyebabkan stress pada


lansia, bagaimana penanganan terhadap masalah ?

l. Nilai-Pola Keyakinan Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya


( spirituality : menganut suatu agama, bagaimana manusia dengan
penciptanya ), keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama

7. Pemeriksaan fisik (cukup data focus)


a. Keadaan umum :

b. TTV :

c. BB/TB

d. Kepala Rambut :
e. Mata :

f. Telinga :

g. Mulut, gigi dan bibir :

h. Dada :

i. Abdomen :

j. Kulit :

k. Ekstremitas Atas :
l. Ekstremitas bawah :

8. Pengkajian khusus
a. Fungsi kognitif SPMSQ :

b. Status fungsional (Katz Indeks ) :

c. APGAR keluarga :

d. Skala Depresi :

e. Screening Fall :
Lampiran 4 : pengkajian aspek
kognitif

Pengkajian kemampuan aspek kognitif


menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam )

No Kriteria Nilai Nilai


maksimal
Orientasi
1. Menyebutkan dengan benar 5
a. Tahun :
b. Musim :
c. Tanggal :
d. Hari :
e. Bulan :
2. Dimana sekarang kita 5
berada ?
a. Negara :
b. Propinsi :
c. Kabupaten / kota :
d. Panti :
e. Kamar :
Registrasi
3. Sebutkan 3 nama objek misal ( kertas, meja, 3
kursi ) kemudian pasien disuruh mengulangi
ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap
nama benda yang benar.
Perhatian dan kalkulasi
4. Meminta klien berhitung mulai dari 100 5
kemudian kurang 7 sampai 5 tingkat.
Mengingat kembali (RECALL)
5. Minta klien untuk mengulangi 3
ketiga objek pada point ke-3 (tiap
poin nilai 1).
Bahasa
6. Pasien diminta menyebutkan nama benda 2
yang ditunjukkan ( misal pensil, meja ).
7. Pasien diminta mengulang rangkaian kata : 1
“tanpa kalau dan atau tetapi”.
8. Pasien diminta melakukan perintah : “Ambil 3
kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai”.
9. Pasien diminta membaca dan melakukan 1
perintah “Angkatlah tangan kiri anda”.
10. Pasien diminta menulis sebuah kalimat 1
(spontan).
11. Pasien diminta meniru gambar dibawah ini. 1

Keterangan :

a. 24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif.


b. 18 – 23 : Gangguan kognitif sedang.
0 – 17 : Gangguan kognitif berat.
Lampiran 5 : Bartel indeks

Pengkajian status fungsional


( Barthel Indeks )

No Kriteria Dengan Mandiri


bantuan
1. Makan. 5 10
2. Aktivitas toilet. 5 10
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur.
4. Kebersihan diri mencuci muka, menyisir 0 5
rambut, menggosok gigi.
5. Mandi. 0 5
6. Berjalan di permukaan datar. 10 15
7. Naik turun tangga. 5 10
8. Berpakaian. 5 10
9. Mengontrol defekasi. 5 10
10. Mengontrol berkemih. 5 10
Total 100

Keterangan:
0-20 : ketergantungan penh
21-61 : sangat tergantung
62-90 : ketergantungan berat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
Lampiran 6 : Skala resiko jatuh

Skala Resiko Jatuh Ontario Modified Stratify

N Paramete Skrining Jawaba Keterangan Skor


o r n nilai
1. Apakah pasien datang kerumah
Ya/Tidak
sakit karena jatuh?
Riwayat Salah satu
Jika tidak, apakah pasien
jatuh jawaban ya = 6
mengalami jatuh dalam 2 bulan Ya/Tidak
terakhir ini?
2. Apakah pasien delirium? (Tidak
dapat membuat keputusan, pola
Ya/Tidak
pikir tidak terorganisir, gangguan
daya ingat).
Status Apakah pasien disorientasi? Salah satu
mental (salah menyebutkan waktu, Ya/Tidak jawaban ya = 14
tempat atau orang).
Apakah pasien mengalami
agitasi? (ketakutan, gelisah, dan Ya/Tidak
cemas).
3. Apakah pasien memakai
Ya/Tidak
kacamata?
Apakah pasien mengeluh adanya
Penglihat Ya/Tidak Salah satu
penglihatan buram?
an jawaban ya = 1
Apakah pasien mempunyai
glaukoma/katarak/ degenerasi Ya/Tidak
makula?
4. Kebiasaa Apakah terdapat perubahan
n perilaku berkemih? (Frekuensi Ya/Tidak Ya = 2
berkemih urgensi, inkontinensia, nokturia).
5. Transfer Mandiri (boleh memakai alat 0 Jumlah nilai
(dari bantu jalan). transfer dan
tempat Memerlukan sedikit bantuan (1
1
tidur ke orang) / dalam pengawasan.
kursi dan Memerlukan bantuan yang nyata
2
kembali (2 orang).
lagi ke Tidak dapat duduk dengan mobilitas. Jika
tempat seimbang, perlu bantuan total. 3 nilai total 0-3
tidur) maka skor = 0.
6. Mandiri (boleh menggunakkan Jika nilai total 4-
0
alat bantu jalan). 6 maka skor = 7.
berjalan dengan bantuan 1 orang
Mobilitas 1
(verbal / fisik ).
Menggunakan kursi roda. 2
Imobilisasi 3

Keterangan Skor

 0 - 5 : resiko rendah
 6 – 16 : resiko sedang
 17 – 30 : resiko tinggi
Lampiran 7 : skala depresi
lansia

Geriatric Depresion Scale


( Skala depresi geriatric )

NO Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2 Apakah anda mengurangi beberapa kegiatan atau hobi anda?
3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda tidak berguna?
4 Apakah anda merasa bosan?
5 Apakah anda hampir selalu bersemangat?
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk terjadi kepada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia hampir sepanjang waktu?
8 Apakah anda sering merasa bahwa tidak ada yang membantu anda?
9 Apakah anda lebih memilih untuk diam dirumah daripada keluar untuk
mencoba hal yang baru?
10 Apakah anda merasa memiliki lebih banyak masalah dengan ingatan
anda dibanding biasanya?
11 Apakah anda merasa bahwa hidup anda saat menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga dengan keadaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa bertenaga?
14 Apakah anda merasa bahwa situasi anda tanpa harapan?
15 Apakah anda bahwa kebanyak orang lebih baik daripada anda?
Total nilai
(Hasilida 2021)

Penilaian Geriatic Depression Scale


0-4 : Tidak ada gejala depresi 9-11 : Gejala depresi sedang

5-8 : Gejala depresi ringan 12-15 : Gejala depresi berat


Lampiran 8 : Surat isin meneliti
BIODATA PENULIS

A. IDENTITAS
Nama : Eka Yuliana
NIM : PO022022008
Tempat Tanggal Lahir : Poso, 09 juli 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. P Buton (Lorja)

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat SDN 27 Poso
2. Tamat SMP Negeri 2 POSO
3. Tamat SMA Negeri 3 Poso
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan
Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso angkatan tahun
2020 sampai sekarang.
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai