Di susun oleh :
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Poso
Nama : Mila Karmila Salilama
NIM : PO0220218020
Pembimbing II,
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Poso
ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Poso pada tanggal
14 Juli 2021
Nama : Mila Karmila Salilama
NIM : PO0220218020
Penguji 2,
Ulfa Sufyaningsi,S.kep.M.kes
NIDN 0925019001
Penguji 3,
Nirva Rantesigi,S.Kep.MM
NIP 197104271990022001
Mengetahui
Ketua Program Studi
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
Salilama Karmila Mila,2021. Penerapan Kombinasi Terapi Bermain Plastisin Dengan
Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Anak Dengan Kasus Gnaps Di RSUD
Poso. Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Poso Jurusan Keperawatan
Poltekkes kemenkes Palu. Pembimbing : (1) Ni Made Ridla Nilasanti (2)
Tasnim
ABSTRAK
(xi + 76 + 10 Tabel + 3 Gambar + 6 Lampiran)
Latar belakang : Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan
kecemasan atau stress. Penyebab kecemasan di pengaruhi oleh banyak faktor, baik dari
faktor petugas kesehatan, maupun faktor lingkungan yang baru. Hal ini yang mendasari
perilaku anak seringkali menjadi tidak kooperatif. Masalah kecemasan dapat di atasi
dengan penerapan kombinasi terapi bermain plastisin dengan bibliotherapy. Tujuan
penelitian untuk mengetahui Penerapan Kombinasi Terapi Bermain Plastisin Dengan
Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Anak Dengan Kasus Gnaps Di RSUD Poso. Metode
penelitian : Deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian adalah satu
orang pasien anak dengan kecemasan yang menjalani hospitalisasi dan penelitian
dilakukan selama 5 hari. Hasil : pengkajian di dapatkan An.J di rawat dengan keluhan
demam 38,8 0C, ada pembengkakan di bagian mata, punggung kaki dan bengkak pada
scrotum dan penis, wajah An.J nampak tegang, An.J takut saat interaksi dengan perawat,
dan An.J lebih banyak diam. Intervensi keperawatan manajemen hipertermia, manajemen
hypervolemia, reduksi ansietas, dan pencegahan syok, implementasi di lakukan selama 5
hari. Evaluasi di lakukan pada hari ke 5 dengan masalah hipertermi, kelebihan volume
cairan dan kecemasan tertasi. Kesimpulan : Penerapan Kombinasi Terapi Bermain
Plastisin Dengan Bibliotherapi dapat menurunkan kecemasan pada anak. Saran di
harapkan bagi perawat yang bertugas di ruangan perawatan anak RSUD poso dapat
memberikan Kombinasi Terapi Bermain Plastisin dan Bibliotherapi untuk menurunkan
masalah kecemasan pada anak.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Kecemasan, Terapi Bermain Plastisin dan
Biblioterapi
Daftar Rujukan : 34 (2003-2020)
iv
KATA PENGANTAR
v
7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf yang telah banyak memberi ilmu
yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti Pendidikan.
8. Kepala ruangan beserta petugas perawat di ruangan anak yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melakukan penelitian di
ruangan anak RSUD Poso.
9. Kepada mama dan papa yang selalu ada yang selalu mensuport penulis
sehingga terus bersemangat dan bisa menyelesaikan Pendidikan di politeknik
kesehatan kemenkes Palu program studi keperawatan Poso.
10. Kakakku Irma yang selalu ada dan mendukung penulis agar terus semangat.
11. Sahabatku Steffi, Ester, Melly, dan Gebi yang selalu setia memberi bantuan,
semangat, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
12. Kepada sahabat-sahabat saya yang di kos pelangi Mariva, Ressi, Windi, Yani,
Vini, dan Stefi yang selalu memberikan semangat dan motifasi buat penulis
13. Kepada sahabat-sahabat saya dan teman-teman seangkatan 2018 yang selalu
menyemangati dan memberikan dukungan sehingga saya dapat
menyelesaikan Proposal Studi Kasus ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki penulis, maka Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis untuk di jadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil Studi Kasus.
DAFTAR ISI
vi
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI..........................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Studi Kasus.........................................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
A. Tinjauan Umum Tentang GNAPS..................................................................7
B. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan..........................................................13
C. Tinjauan Umum Tentang Terapi Bermain....................................................21
D. Tinjauan Tentang Askep Anak Dengan Kasus GNAPS..............................30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................41
A. Jenis Penelitian.............................................................................................41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................41
C. Subyek Studi Kasus......................................................................................41
D. Fokus Studi...................................................................................................41
E. Definisi Operasional.....................................................................................41
F. Pengumpulan Data........................................................................................43
G. Etika penelitian.............................................................................................43
BAB IV..................................................................................................................45
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................45
A. Gambaran umum lokasi penelitian...............................................................45
B. Hasil penelitian.............................................................................................45
C. Pembahasan..................................................................................................68
BAB V....................................................................................................................80
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................80
A. Kesimpulan...................................................................................................80
vii
B. Saran.............................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................83
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal umum pada masa
kanak-kanak, glomerulonephritis akut memengaruhi glomerulus laju filtrasi
ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap
akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak maupun pada dewasa.
Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronis dengan penyebab yang tidak
jelas dan sebagian besar bersifat imunologis (Arsid et al., 2019). Pada anak
dengan kondisi GNAPS akan mengalami suatu sindrom nefritik yang di
tandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi
ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi, umumnya oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus group A di saluran napas bagian atas atau di
kulit, hal inilah yang menyebabkan anak harus menjalani hospitalisasi atau
rawat inap.
Hospitalisasi (rawat inap) merupakan suatu proses yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (setiawan, 2014).
Ketika Anak sakitpun mempunyai respon berbeda dimana anak mengalami
kecemasan dengan tidak biasa berinteraksi dengan orang lain, hal ini
menyebabkan anak harus menjalani hospitalisasi (Khairani & Olivia, 2018).
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus di
hadapi anak, terutama selama tahun awal sangat rentan terhadap krisis
penyakit dan hospitalisasi karena cemas akibat perubahan rutinitas
lingkungan.
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan yang di tandai dengan
pesrasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan
(Hawari, 2011). Pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress
1
2
7
8
e. Hipertensi.
Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap
tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan
penyakitnya menjadi kronis. Hal ini disebabkan akibat terinduksinya
sistem renninangiotensin.
f. Hipertermi/suhu tubuh meningkat.
Dikarenakan adanya inflamasi oleh strepkokus.
g. Menurunya out put urine ( pengeluaran urine ) adalah keadaan dimana
produksi urine seseorang kurang dari 500 mililiter dalam 24 jam.
h. Anak pucat dan lesu.
i. Mual muntah.
j. Fatigue ( keletihan atau kelelahan ) adalah suatu kondisi yang
memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi dan biasanya hal ini disertai
dengan perasaan letih dan lemah.
k. Demam.
l. Sesak napas.
m. Anoreksia (penurunan nafsu makan).
4. Patofisiologi
Hampir pada semua tipe glomelurusnefritis terjadi gangguan di
lapisan epitel atau lapisan podosit membran glomelurus. Gangguan ini
mengakibatkan hilangnya muatan negatif. Glomerulonefritis
pascastreptokokal akut terjadi karena kompleks antigen–antibodi
terperangkap dan menumpuk di dalam membran kapiler glomelurus
sesudah infeksi oleh streptococcus beta-hemolyticus group A. Antigen
tersebut, yang bisa endogen atau eksogen, menstimulasi pembentukan
antibodi. Kompleks antigenantibodi yang beredar di dalam darah akan
tersangkut di dalam kapiler glomerulus. Cedera glomerulus terjadi ketika
kompleks tersebut memulai pengaktifan komplemen dan pelepasan
10
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis
akut. Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau
kecoklatan seperti air cucian daging.
b. Tes darah : Bun (bloot urea nitrogen : nitrogen urea darah) dan
creatinine meningkat kreatinin serum menigkat bila fungsi ginjal
mulai menurun.Albumin serum dan protein total mungkin normal atau
agak turun (karena hemodilusi).
c. Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat
hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin di
dapatkan jumlah urin mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria
makroskopis ditemukan pada 50% penderita. Ditemukan pula albumin
(+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, dan hialin.
d. Biopsi ginjal dapat di indikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan
adalah menningkatnya jumlah sel dalam setiap.
6. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6
minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4
minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
b. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotik ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman
penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.
Secara teoritis, anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
13
a. Gejala fisiologi
Berupa peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi
nafas, keluar keringat berlebih, suara cepat terputus-putus, gemetar,
mual muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan,
kelemahan, pucat pada wajah, mulut kering, gelisah, dan demam.
b. Gejala emosional
Berupa perasaan ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan
kontrol, tidak dapat rileks, individu peka terhadap rangsangan, tidak
sabar, marah meledak, menangis, cenderum menyalahkan orang lain,
reaksi terkejut, mengkritik diri sendiri dan orang lain, menarik diri,
kurang inisiatif, dan mengutuk diri sendiri
c. Gejala kognitif
Berupa ketidak mampuan berkosentrasi, kurang orientasi
lingkungan, pelupa, termenung, ketidak mampuan berfikir lebih.
Gejala kecemasan menurut (Rahman, 2010) adalah:
1) Hal – hal yang mengecewakan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut atau sikap tidak berani
2) Adanya emosi yang kuat dan tidak stabil. Keadaan berubah-
ubah seperti mudah rewel dan menangis tampa sebab
3) Sering merasa mual dan muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkerkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare
Menurut (Utami et al., 2017) tanda dan gejala kecemasan pada anak
yaitu:
a. Sakit kepala
b. Sulit bernafas
c. Takut jauh dari orangtua
d. Takut teradap orang asing
16
e. Sakit perut
f. Gelisah
g. Jantung berdebar
h. Gemetar
i. Mimpi buruk
j. Ketakutan dan berkeringat
5. Faktor Faktor Penyebab Kecemasan Anak
Kecemasan akan berkembang seiring dengan tidak ditanganinya
dengan baik yang di pengaruhi oleh peristiwa- peristiwa atau situasi
khusus yang dapat mempercepat munculnya kecemasan. Berikut factor-
faktor penyebab kecemasan menurut (Carvelon, 2012) yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan sekitar tempat tinggal dan lingkungan baru dapat
menjadi faktor terjadinya kecemasan dikarenakan adanya
pengalaman tidak nyaman yang dirasakan individu dengan keluarga,
sahabat, orang baru dan lain-lain.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan terjadi jika individu tidak mampu menemukan
jalan keluar untuk perasaan sendiri dalam hubungan individu
terutama ketika dirinya merasa tidak nyaman dan marah.
c. Sebab- sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa berinteraksi secara abnormal
yang akan menyebabkan terjadinya kecemasan. Hal ini terlihat
dalam kondisi nyeri, dihospitalisasi, demam, dan penyakit lainnya
yang menggangu kenyaman.
d. Pendidikan
Pendidikan menjadi suatu faktor yang dapat mempegaruhi
kecemasan dikarenakan kurangnnya pemahaman tentang keadaan
yang dirasakan oleh individu contohnya anak- anak.
e. Pengalaman dirawat sebelumnya
17
7. Tingkat Kecemasan
Menurut hildegar peplau dalam (Struart, Gail Wiscarz, 2009)
tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Kecemasan ringan
Yaitu suatu keadaan yang dihubungkan dengan keadaan sehari-hari
yang dialami anak atau individu seperti tugas belajar.
b. Kecemasan sedang
Yaitu dimana individu hanya terfokus pada satu pikiran yang
menjadi perhatian, terjadi penyempitan lapangan presepsi.
c. Kecemasan berat
Lapangan presepsi individu yang sangat sempit, focus pikiran hanya
hal yang kecil yang dianggap penting dan tidak mampu memikirkan
hal lain atau pun menerima arahan dari orang lain.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang,
dikarenakan hilangnya kontrol atau tidak mampu melakukan apapun
walaupun diperintah seperti, hilangnya focus, tidak mampu berfikir
rasional yang disertai disorganisasi kepribadian anak atau individu.
8. Alat ukur kecemasan
Breivik H, Borchgrevink P.C, Allen S (Hassyati, 2018),
mengemukakan VAS sebagai salah satu skala pengukuran yang digunakan
untuk mengukur intensitas kecemasan pasien yang biasa di gunakan.
Terdapat 11 titik, mulai dari tidak ada rasa cemas (nilai 0) hingga rasa
cemas terburuk yang bisa di bayangkan (nilai 10). VAS merupakan
pengukuran tingkat kecemasan yang cukup sensitive dan unggul karena
pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian, dari pada di
paksa memilih satu kata atau satu angka. Pengukuran dengan VAS pada
19
nilai 0 dikatakan tidak ada kecemasan, nilai 1-3 dikatakan sebagai cemas
ringan, nilai 4-6 dikatakan sebagai cemas sedang, di antara nilai 7-9 cemas
berat, dan 10 di anggap panik atau kecemasan luar biasa.
pental
3. Neuromuskuler Reflex meningkat, kedutan, mata berkedip-
kedip, imsomnia, tremor, gelisa, wajah
tegang, kelemahan umum, kaki goyah dan
gerakan janggal
4. gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, menolak makan,
rasa tidak nyaman pada bagian abdomen,
mual dan merasa terbaka
5. Traktus Urinaria Tidak dapat menahan kencing atau sering
berkemih
6. Intergument Wajah kemerahan, telapak tangan
berkeringat, gatal, rasa panas dan dingin pada
kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh
tubuh.
a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukaan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bemain alat
misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami dan menempel
gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran
misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak
kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak
hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan
membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi
kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.
5. Klasifikasi Permainan
Menurut (Wong, 2009), bahwa permainan dapat diklasifikasikan
yaitu :
a. Berdasarkan isinya
1) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Anak mendapatkan
kesenangan dari hubungannya dengan orangtuannya.
2) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure)
Permainan ini akan menimbulkan kesenangan bagi anakanak.
Permainan ini membutuhkan alat yang mampu memberikan
kesenangan pada anak, misalnya menggunakan pasir untuk
membuat gunung-gunung, menggunakan air yang dipindahkan
dari botol, atau menggunakan plastisin untuk membuat sebuah
konstruksi.
3) Permainan keterampilan (skill play)
25
5) Therapeutik play
Merupakan pedoman bagi tenaga dan tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu dalam mengurangi stress, cemas,
memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis.
6. Jenis-Jenis Permainan
a. Bermain Plastisin
Plastisin merupakan salah satu keterampilan tangan yang
menggunakan bahan tepung dan lem kayu yang di buat menjadi
adonan yang di beri warna sesuai dengan keinginan. Dari adonan
tersebut dapat di bentuk sesuai yang kita inginkan seperti miniature
sayur-sayuran, buah-buahan, kue, boneka,dan sebagainya.
Gambar 2. 2 Plastisin
a. Subjektif
Cepat kenyang
setelah makan
Kram/nteri
abdomen
Nafsu makan
menurun
b. Objektif
Bising usus
hiperaktif
Otot pengunyah
lemah
Otot menelan
lemah
Membrane mukosa
pucat
Sariawan
Serum albumin
turun
Rambut rontok
berlebihan
Diare
6. Risiko perfusi renal Berisiko 1. Faktor risiko
tidak efektif mengalami a. Kekurangan
penurunan volume cairan
sirkulasi darah b. Embolisme
ke ginjal vaskuler
c. Vaskulitis
d. Hipertensi
e. Disfungsi ginjal
f. Hiperglikemia
g. Keganasan
h. Pembedahan
jantung
i. Bypass
kardiopulmonal
j. Hipoksemia
k. Hipoksia
l. Asidosis
metabolic
m. Trauma
n. Sindrom
kompartemen
abdomen
o. Luka bakar
37
p. Sepsis
q. Sindrom respon
inflamasi
sistemik
r. Lanjut usia
s. Merokok
t. Penyalahgunaan
zat
2. Kondisi klinis yang
terkait
a. Diabetes melitus
b. Hipertensi
c. Aterosklerosis
d. Syok
e. Keganasan
f. Luka bakar
g. Pembedahan
jantung
h. Penyakit ginjal
i. Trauma
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2. 4 Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1. Ansietas Setelah dilakukan O:
tindakan 1. Identifikasi saat tingkat
keperawatan ansietas berubah
selama 5 x 24 (mis.kondisi,waktu,stressor)
jam di harapkan 2. Monitor tanda-tanda
ansietas dapat ansietas (verbal dan
menurun dengan nonverbal)
kriteria hasil : T:
1. Pasien tidak 1. Ciptakan suasana terapeutik
tampak pucat untuk menumbuhkan
2. Tekanan kepercayaan
darah 2. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
3. Pasien tidak 3. Dengarkan dengan penuh
tremor perhatian
4. Pola tidur 4. Gunakan pendekatan yang
membaik tenang dan meyakinkan
5. Kontak mata E:
sudah mulai 1. Jelaskan prosedur, termasuk
terjalin dgn sensasi yang mungkin di
38
baik alami
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap ematoc pasien
3. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
K:
4. Kolaborasi pemberian
terapi bermain dengan
biblioterapi dan plastisin
2 Hipertermi Setelah dilakukan O:
tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan hipertermia (mis.
selama 5 x 24 Dehidrasi, terpapar
jam di harapkan lingkungan yang panas,
intoleransi penggunaan incubator)
aktivitas dapat 2. Monitor suhu tubuh
meningkat 3. Monitor haluaran urine
dengan kriteria 4. Monitor komplikasi akibat
hasil : hipertermia
1. Suhu tubuh T:
kembali 1. Sediakan lingkungan yang
membaik dingin
dalam batas 2. Longgarkan atau lepaskan
normal pakaian
2. Suhu kulit 3. Berikan cairan oral
membaik 4. Lakukan pendinginan
3. Tekanan eksternal (mis. Selimut
darah hipotermia atau kompres
membaik dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
5. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
E:
1. Anjurkan tirah baring
K:
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Kelebihan Setelah di O:
volume cairan lakukan tindakan 1. Kaji masukan yang
keperawatan ematocr terhadap keluaran
selama 5 x 24 serta Ukur dan catat
jam di harapkan masukan keluaran dengan
kelebihan volume akurat.
cairan menurun 2. Timbang berat badan
39
5. Ketidakseimba Setelah di O:
ngan nutrisi lakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
kurang dari keperawatan 2. Identifikasi alergi dan
kebutuhan selama 5 x 24 intoleransi makanan
tubuh jam di harapkan 3. Identifikasi makanan yang
risiko cedera di sukai
menurun dengan T:
kriteria hasil : 1. Lakukan oral hygiene
1. Nafsu sebelum makan, jika perlu
makan mulai 2. Fasilitasi menentukan
membaik pedoman diet (mis.
2. Membran Piramida makanan)
mukosa 3. Berikan makanan tinggi
membaik serat untuk mencegah
3. Frekuensi konstipasi
makan mulai 4. Berikan makanan tinggi
teratur kalori dan tinggi protein
sehari 3x 5. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
E:
1. Ajarkan diet yang di
programkan
K:
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan,
jika perlu
6. Risiko perfusi Setelah di O:
renal tidak lakukan tindakan 1. Monitor status
efektif keperawatan kardiopulmunal (frekwensi
selama 5 x 24 dan kekuatan nadi,
jam di harapkan frekwensi nafas, TD,
risiko perfusi MAP)
renal membaik 2. Monitor status cairan
dengan kriteria (masukan dan haluaran,
hasil : turgor kulit, CRT)
1. Jumlah urine 3. Periksa riwayat alergi
41
meningkat T:
2. menurun 1. Pasang kateter urine untuk
3. Tekanan menilai produksi urine,
darah jika perlu
sistolik/diasto 2. Lakukan skinen skine test
lik membaik untuk mencegah reaksi
4. Keseimbanga alergi
n asam basa E:
membaik 1. Anjurkan memperbanyak
asupan oral
2. Anjurkan menghindari
allergen
K:
1. Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian anti
inflamasi, jika perlu
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi. Dalam melakukan implementasi pada anak, harus menerapkan
prinsip atraumatic care, hal ini karena perawatan pada anak tidak boleh
menimbulkan trauma pada anak. Selain itu, implementasi pada anak
diperlukan untuk melibatkan orangtua, karena orang tua yang akan
melakukan perawatan di rumah dan orangtua sebagai mekanisme koping
anak (Dermawan, 2012).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan standar
untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan
tercapai. Efektifitas intervensi keperawatan ditentukan dengan pengkajian
ulang yang kontinu. Pengkajian ulang meliputi keluhan yang dirasakan
anak setelah diberikan intervensi dan juga membandingkan kondisi anak
saat dilakukan evaluasi dengan kriteria keberhasilan pada rencana
keperawatan (Dermawan, 2012).
BAB III METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang di gunakan peneliti dalam penulisan studi kasus ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus (Case Study), adalah
studi untuk mengeksplorasi tindakan keperawatan, yaitu penerapan kombinasi
terapi bermain plastisin dengan bibliotherapi terhadap kecemasan akibat
hospitalisasi pada asuhan keperawatan anak Di RSUD Poso.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penerapan dari tindakan ini akan dilaksanakan di ruang keperawatan anak di
RSUD Poso, di mulai saat pasien masuk rumah sakit sampai sebelum pasien
pulang. Penelitian ini di lakukan pada bulan Juni 2021.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien anak dengan
kecemasan yang menjalani hospitalisasi.
D. Fokus Studi
Fokus tindakan dan penelitian ini adalah Penerapan Kombinasi Terapi
Bermain Plastisin Dengan Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Anak Dengan
Kasus GNAPS Di RSUD Poso.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah memuat definisi penelitian agar muda di ukur
1. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan bentuk pelayanan keperawatan
professional. Di mulai dari tahap pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, serta dilakukannya
evaluasi keperawatan.
2. GNAPS (Glomerulonefritis Akut Pasca treptokokus)
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan
proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan
42
43
3. Prinsip keadilan
Responden berhak bahwa semua data yang diberikan selama penelitian
disimpan dan di jaga kerahasiaan. Peneliti telah merahasiakan data klien
dengan cara memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang
berarti bahwa identitas responden klien hanya di ketahui oleh peneliti.
BAB IV
46
47
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama klien An.J , Tempat tanggal lahir Sepe 18 November 2013
(7 tahun), berjenis kelamin laki-laki, beragama Kristen dan
bertempat tinggal di Desa Sepe. Klien di rawat sejak tanggal 14
Juni 2021, di lakukan pengkajian pada tanggal 19 Juni 2021,
diagnosa medik adalah GNAPS. Penanggung jawab adalah Ny.Y
umur 27 tahun, Pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu
rumah tangga, beragama Kristen, bertempat tinggal di Desa Sepe,
status adalah ibu klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan Masuk RS
Klien masuk RSUD Poso di bawah keluarga karena demam tinggi
dengan suhu 38,8 OC
b. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan An.J demam sejak 4 hari yang lalu
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat di lakukan pengkajian keadaan umum klien lemah, ibu klien
mengatakan An.J demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, muntah 1x, sakit kepala. Saat di lakukan pengukuran
suhu di dapatkan suhu tubuh klien 38,8 O
C, wajah tampak
pucat,gelisah, mukosa bibir kering, dan wajah tegang. Ibu klien
juga mengatakan ada pembengkakan di bagian mata, punggung
kaki, dan bengkak pada scrotum dan penis.
d. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik : Ibu klien mengatakan BB klien saat lahir 3200
gram dan TB 48 cm, BB sebelum masuk RS 18 kg, BB saat ini 20
kg, TB saat lahir 48 cm, TB saat ini 100 cm, waktu tumbuh gigi 7
bulan. Perkembangan tiap bulan : Ibu klien mengatakan klien
berguling saat umur 4 bulan, duduk saat 7 bulan, merangkak 10
48
i. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum sedang, berat badan 20 kg, tinggi badan 100 cm,
Kesadaran Composmentis, TTV : TD : 140/90 mmHg Nadi : 100
x/m, pernapasan : 22x/m Suhu : 38,8 OC.
Pemeriksaan head to toe : Kepala, kulit kepala tampak bersih,
pertumbuhan rambut merata, warna rambut hitam, tidak terdapat
benjolan dan nyeri tekan, Wajah : wajah tampak pucat, tidak ada
benjolan pada wajah dan muka sedikit bengkak di area sekitar
mata, Mata : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
anemis, dan edema palpebra, Telinga : Bentuk telinga simetris kiri
dan kanan, tidak ada serumen, tidak terdapat benjolan dan nyeri
tekan, Hidung : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak
terdapat secret, tidak ada nafas cuping hidung, tidak terdapat
benjolan dan nyeri tekan, Mulut : Mukosa bibir kering, lidah
tampak kotor, gigi lengkap, tidak terdapat stomatitis, tidak ada
pembesaran tonsil, gusi sebelah kanan sedikit bengkak, Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri tekan,
Dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada bunyi napas tambahan, pernapasan normal frekuensi
28x/menit, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan, Abdomen :
Tidak ada pembengkakan, bising usus 15 kali/menit, dan tidak ada
nyeri tekan, Genetal : klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada
terpasang kateter, urine berwarna kuning kecoklatan dan bengkak
pada bagian skrotum dan penis, Ekstremitas : Bentuk tangan dan
kaki simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, tangan sebelah
kiri terpasang infus Dextrose 5%, 9 tpm/24 jam (5b00 cc), kedua
kaki bengkak, piting edema lebih dari 2 detik pergerakan normal,
Intergumen : Kulit putih bersih, akral teraba hangat,
52
j. Data penunjang
k. Terapi medis
Klien di diagnose GNAPS dan di berikan terapi medis PCT 20 cc/8
jam IV, Ondansentron 1 amp/8 jam IV, Ceftriaxon 2x800 mg/12
jam IV, Meropenem 3x500 mg IV, Furosemide 1,5 mg/24 jam IV,
paracetamol sirup 3x1.
5. Analisa Data
+ 4.436 cc
3. DS: Hospitalisasi Ansietas
Ibu klien mengatakan
kadang klien merasa
ketakutan, kurang
senang, dan merasa
sedih
DO:
Klien tampak gelisah
Wajah An.J Nampak
tegang
An.J takut saat
interaksi dengan
perawatat
An.J lebih banyak
diam
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/m
R : 22 x/m
4. DS:- Faktor risiko : Risiko perfusi
DO: Hipertensi renal tidak efektif
Warna urine kuning Kekurangan
tua volume
TD : 140/90 mmHg cairan
Lekosit : 8-9 LPB
Eritrosit : penuh
56
6. Intervensi keperawatan
T:
1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Pahami situasi
yang membuat
ansietas
3. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
4. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
E:
1. Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin di
alami
2. Anjurkan
keluarga untuk
tetap ersama
pasien
3. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
K:
1. Kolaborasi
pemberian terapi
bermain dengan
biblioterapi dan
plastisin.
4. Risiko perfusi Setelah di lakukan O:
renal tidak tindakan 1. Monitor status
efektif di tandai keperawatan selama kardiopulmunal
dengan faktor 5 x 24 jam di (frekwensi dan
hipertensi dan harapkan risiko kekuatan nadi,
kekurangan perfusi renal dapat frekwensi nafas,
volume cairan menurun dengan TD, MAP)
kriteria hasil : 2. Monitor status
1. Jumlah urine cairan (masukan
meningkat dan haluaran,
2. Tekanan darah turgor kulit,
59
sistolik/diastolik CRT)
membaik 3. Periksa riwayat
3. Keseimbangan alergi
asam basa T :
membaik 1. Pasang kateter
urine untuk
menilai produksi
urine, jika perlu
2. Lakukan skinen
skine test untuk
mencegah reaksi
alergi
E:
1. Anjurkan
memperbanyak
asupan oral
2. Anjurkan
menghindari
allergen
K:
1. Kolaborasi
pemberian IV,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi, jika
perlu
inflamasi, jika
perlu
63
S : 38,0 0C sebagian
TD : 140/90 P :
mmHg Lanjutkan
intervensi
Pukul Ansietas b/d 1. Mengkaji tingkat S:
17.00 Hospitalisasi kecemasan Ibu klien
wita 2. Melakukan mengatakan klien
pendekatan tidak merasa
dengan tenang ketakutan lagi,
dan meyakinkan dan sudah mulai
3. Menjelaskan biasa dengan
tentang lingkungan yang
perawatan yang baru
di berikan kepada O:
ibu klien dan Klien tampak
menjelaskan tidak gelisah
manfaat dan Klien tampak
tujuan dari mulai aktif dan
Kolaborasi mau berbicara
pemberian terapi skala VAS 5
bermain dengan (cemas sedang)
biblioterapi dan TTV:
plastisin TD : 135/90
4. Melakukan terapi mmHg
bermain plastisin N : 95 x/m
sesuai SOP R : 21 x/m
(Standar S : 38,0 OC
Operasional A:
Prosedur) Masalah teratasi
5. Mengkaji sebagian
kembali tingkat P:
kecemasan Lanjutkan
6. Membuat jadwal intervensi
dengan keluarga
untuk melakukan
terapi bermain
Pukul Risiko 1. Memonitor status S : -
20.00 perfusi renal kardiopulmunal O:
wita tidak efektif (frekwensi dan Tekanan darah
di tandai kekuatan nadi, dan nadi masih
dengan faktor frekwensi nafas, meningkat
hipertensi TD, MAP) Edema pada
dan 2. Memonitor kedua kaki
kekurangan status cairan TTV :
volume (masukan dan N : 95 x/m
cairan haluaran, turgor R : 21 x/m
65
kembali tingkat P:
kecemasan Lanjutkan
Membuat jadwal intervensi
dengan keluarga
untuk melakukan
terapi bermain
Pukul Risiko 1. Memonitor status S:-
20.00 perfusi renal kardiopulmunal O:
wita tidak efektif (frekwensi dan Tekanan darah
di tandai kekuatan nadi, dan nadi sudah
dengan faktor frekwensi nafas, mulai menurun
hipertensi TD, MAP) Edema pada
dan 2. Memonitor kedua kaki
kekurangan status cairan sudah
volume (masukan dan berkurang
cairan haluaran, turgor Warna urine
kulit, CRT) sudah mulai
3. Periksa riwayat kuning terang
alergi TTV :
4. Lakukan skinen N : 95 x/m
skine test untuk R : 21 x/m
mencegah reaksi S : 37,5 0C
alergi TD : 123/96
5. Anjurkan mmHg
menghindari A:
allergen Masalah teratasi
6. Kolaborasi P:
pemberian IV, Pertahankan
jika perlu intervensi
Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi, jika
perlu
3. Menganjurkan N : 95 x/m
tirah baring A:
4. Mengkolaborasi Masalah teratasi
pemberian terapi P:
Dextrose 5% 9 Pertahankan
tpm dan terapi intervensi
obat PCT 20 cc
Pukul Kelebihan 1. Mengkaji S:
16.00 volume masukan yang Ibu klien
wita cairan b/d relatif terhadap mengatakan
gangguan keluaran serta bengkaknya
mekanisme ukur dan catat sudah menurun
regulasi masukan keluaran O:
dengan akurat. Tidak ada lagi
2. Mengobservasi terlihat
edema disekitar bengkak pada
mata dan area kaki dan mata
dependen. dan juga penis
3. Memonitor hasil Membrane
pemeriksaan mukosa sudah
laboratorium membaik
4. Memberikan Hasil tes urine
asupan cairan : kuning
sesuai kebutuhan terang
5. Mengkolaborasi TD : 123/96
pemberian mmHg
Furosemida N : 95 x/m
6. Mengukur TTV A:
N : 95 x/m Masalah teratasi
R : 20 x/m P:
S : 36,5 0C Pertahankan
TD : 123/96 intervensi
mmHg
perlu
TD : 120/80 intervensi
mmHg
C. Pembahasan
Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar
manusia melalui tahap pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi. Penulis akan membahas tentang
aplikasi tentang Pemberian Penerapan Kombinasi Terapi Bermain
Plastisin Dengan Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Pada Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Kasus GNAPS (Glomerulonefiritis Akut
Pasca Streptokokus) Di Rsud Poso.
73
1. Pengkajian
Saat di lakukan pengkajian keadaan umum klien lemah, ibu
klien mengatakan klien demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, muntah 1x, pusing, sakit kepala. Saat di lakukan
pengukuran suhu di dapatkan suhu tubuh klien 38,8 OC, wajah tampak
pucat,gelisah,kontak mata buruk dan mukosa bibir kering. Menurut
teori (Arsid et al., 2019) Salah satu manifestasi klinis
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS), dimana terjadi
suatu proses inflamasi pada tubulus dan glomerulus ginjal yang terjadi
setelah adanya suatu infeksi streptokokus pada seseorang. GNAPS
berkembang setelah strain streptokokus tertentu yaitu streptokokus ß
hemolitikus group A tersering tipe 12 menginfeksi kulit atau saluran
nafas. Terjadi periode laten berkisar antara 1 – 2 minggu untuk infeksi
saluran nafas dan 1 – 3 minggu untuk infeksi kulit. Mekanisme yang
terjadi pada GNAPS adalah suatu proses kompleks imun dimana
antibodi dari tubuh akan bereaksi dengan antigen yang beredar dalam
darah dan komplemen untuk membentuk suatu kompleks imun,
kepustakaan menyebutkan bahwa edema merupakan gejala klinis
yang paling sering, umumnya pertama kali timbul dan hipertensi
merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus GNAPS. Edema
terjadi akibat terjadinya retensi Na dan Air , sehingga dapat
menyebabkan edema dan hipetensi. Berdasarkan pengkajian pada
klien An.J dengan kasus GNAPS telah sesuai dengan teori yang telah
di temukan.
2. Diagnosa
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan
NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020, penulis merumuskan diagnose utama pada asuhan keperawatan
anak dengan kasus GNAPS adalah : Hipertemi berhubungan dengan
proses inflamasi, Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi, Ansietas berhubungan dengan
74
karena dengan gambar anak akan dapat dengan mudah terhibur dan
tertarik untuk melihat dengan senang hati, buku cerita bergambar
merupakan buku bacaan cerita yang menampilkan teks narasi
secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi yang mendidik,
mengkaji kembali tingkat kecemasan (skala VAS 3 (cemas
ringan)), setelah di lakukan tindakan implementasi tingkat
kecemasan klien mengalami sedikit perubahan namun intervensi
belum berhasil dan melanjutkan intervensi.
Pada hari keempat pukul 12.00 wita penulis kembali
melakukan terapi bermain plastisin sesuai SOP (Standar
Operasional Prosedur), dalam penelitian ini terapi bermain platisin
(playdought) diberikan sebanyak 1 kali selama 15 sampai 30 menit,
dimana pemberian terapi ini mampu menurunkan rata-rata tingkat
kecemasan anak sebesar 4,46 %, Mengkaji kembali tingkat
kecemasan (skala VAS 3 (cemas ringan)), setelah di lakukan
tindakan implementasi tingkat kecemasan klien mengalami sedikit
perubahan namun intervensi belum berhasil dan melanjutkan
intervensi.
Pada hari kelima pukul 12.00 wita penulis kembali
melakukan terapi bermain biblioterapi sesuai SOP (Standar
Operasional Prosedur), Biblioterapi menggunakan buku cerita
bergambar, karena dengan gambar anak akan dapat dengan mudah
terhibur dan tertarik untuk melihat dengan senang hati, buku cerita
bergambar merupakan buku bacaan cerita yang menampilkan teks
narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi yang
mendidik, Mengkaji kembali tingkat kecemasan (skala VAS 1
(cemas ringan)), setelah di lakukan tindakan implementasi tingkat
kecemasan klien mengalami perubahan kecemasan dan klien tidak
lagi merasa cemas, masalah teratasi dan pertahankan intervensi.
Hal ini sejalan dengan peneliti (Dewi et al., 2018)
berpendapat terapi bermain plastisin memiliki pengaruh terhadap
81
tidak panas lagi. Data obyektif di peroleh suhu kembali normal 36,5
o
C, dengan masalah teratasi.
Setelah di lakukan implementasi selama lima hari dan
melakukan evaluasi keperawatan akhir, masalah kelebihan volume
cairan teratasi, dan di peroleh data subyektif ibu klien mengatakan
bengkaknya sudah tidak ada lagi. Data obyektif di peroleh tidak ada
terlihat bengkak pada kaki dan muka, membrane mukosa sudah
membaik, tekanan darah 120/20 mmHg, dengan masalah teratasi.
Setelah di lakukan implementasi selama lima hari dan
melakukan evaluasi keperawatan akhir, masalah kecemasan teratasi
dengan tingkat kecemasan dari skala VAS 6 (cemas sedang) menjadi 1
(cemas ringan). hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan
oleh (Alini, 2017) dan (Apriza, 2017) dengan hasil sesudah di berikan
terapi bermain tingkat kecemasan dari 14,07 menjadi 4,47 bahwa
setelah di berikan terapi bermain terjadi perubahan penurunan
kecemasan pada anak yang hospitalisasi, sehingga penulis menarik
kesimpulan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara teori dan hasil
yang di dapatkan penulis pada kasus An.J.
Setelah di lakukan implementasi selama lima hari dan
melakukan evaluasi keperawatan akhir, masalah risiko perfusi renal
tidak efektif teratasi dan di peroleh data obyektif urine sudah kembali
normal (kuning terang), edema pada kaki sudah menurun, dan tanda-
tanda vital sudah kembali normal (N : 92 x/m, R : 21 x/m, S : 36,5 0 C,
TD : 120/86).
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan tindakan Terapi Bermain Plastisin Dengan
Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Anak Di
Rsud Poso, di dapatkan :
1. Pengkajian
Saat di lakukan pengkajian keadaan umum klien lemah, orang tua klien
mengatakan klien demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, muntah 1x, pusing, sakit kepala. Saat di lakukan pengukuran suhu
di dapatkan suhu tubuh klien 38,8 O
C, wajah tampak
pucat,gelisah,kontak mata buruk dan mukosa bibir kering
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), penulis
merumuskan diagnosa utama pada asuhan keperawatan anak dengan
kasus GNAPS adalah : Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi, kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, ansietas berhubungan dengan hospitalisasi, dan
risiko perfusi renal tidak efektif di tandai dengan faktor risiko hipertensi
dan kekurangan volume cairan.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan di atas maka peneliti dapat
merumuskan rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul
pada An.J sebagai berikut : Hipertemi berhubungan dengan proses
inflamasi, Intervensi keperawatan memonitor suhu tubuh, memonitor
haluaran urine, memberikan cairan oral (paracetamol sirup), Lakukan
pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres hangat
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila), Kolaborasi pemberian terapi
Dextrose 5% 9 tpm dan terapi obat PCT 20 cc.
84
85
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada An.J dengan kasus
GNAPS, pemberian asuhan dan masukan positif pada bidang kesehatan
antara lain :
1. Bagi Institusi Pelayanan Rumah Sakit
Di harapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
menjaga hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan maupun
dengan keluarga klien, sehingga dapat meningkatkan pelayanan mutu
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya yang khususnya bagi
klien dengan kasus GNAPS.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Di harapkan dapat memberikan Penerapan Kombinasi Terapi Bermain
Plastisin Dengan Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Anak Dengan
Kasus GNAPS (Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus), sebagai
tindakan asuhan keperawatan mandiri.
3. Bagi Keluarga Klien
Di harapkan dapat memahami tentang cara Penerapan Kombinasi
Terapi Bermain Plastisin Dengan Bibliotherapi Terhadap Kecemasan
sehingga keluarga dapat melakukan latihan tersebut dengan mandiri
sesuai dengan apa yang telah di ajarkan oleh peneliti.
4. Bagi Peneliti
Dapat menggunakan materi ini sebagai gambaran dasar dalam peneliti
sehingga hasil penelitian selanjutnya lebih baik dan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Arsid, R., Praja, A., Sabir, M., & T, V. D. (2019). Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptococcus. 1(2), 98–104.
Guyton. (2007). Buku Ajar fisiologi Kedokteran (9th ed.). Jakarta: EGC.
Hawari, D. (2015). Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: BP FKUI.
87
88
Kyle, T., & Susan, C. (2015). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Padila, Yanti, L., Pratiwi, B. A., & Angraini, W. (2020). Touch, Talk Dan Skill
Play Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Pre-School. 2(2), 64–72.
Saputro, Heri, & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermin di Rumah Sakit.
Ponorogo: forum Ilmiah Kesehatan(FORIKES).
Tamisa, A. (2016). Latar Belakang Kecemasan Anak Pra Sekolah Kasus A (Im)
Siswa Taman Kanak-Kanak Ar-Rahmah Palembang. 2(2).
Utami, Widyarti, T., Yunani, & Livana. (2017). Hubungan Kecemasan dengan
Depresi Pada Anak Sekolah Dasar. 9(1).
Yati, M., Wahyuni, S., & Pratiwi, D. S. (2017). The Effect Of Storytelling In A
Play Therapy On Anxiety Level In Pre-School Children During
Hospitalization In The General Hospital Of Buton. 3(3), 96–101.
89
Arsid, R., Praja, A., Sabir, M., & T, V. D. (2019). Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptococcus. 1(2), 98–104.
Tuasikal, H., & Siauta, M. (2020). Efektifitas Clay Therapy dan Bibliotherapi
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak. 12(4), 893–898.
Lampiran 1
BIODATA PENULIS
A. Identitas
Nama : Mila Karmila Salilama
Nim : PO0220218020
Tempat Tanggal Lahir : Poso, 28 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Anak Ke : 2 dari 2 orang bersaudara
Alamat : Desa sangginora
B. Riwayat Pendidikan
1. Tamat SDN Sangginora Tahun 2012
2. Tamat SMP Negeri Satap Sangginora Tahun 2015
3. Tamat SMAN 2 Poso Tahun 2018
4. Terdaftar sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Palu Prodi DIII Keperawatan Poso Tahun 2018
3 Konsultasi
4 Perbaikan
5 Persetujuan
Ujian
6
proposal
7 Perbaikan
Perizinan
8
penelitian
9 Penelitian
Pengelolaan
10
data
Konsultasi
11
hasil
12 Ujian KTI
13 Perbaikan
Penyetoran
14
KTI
Lampiran 2
Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Alamat :
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada
paksaan dari pihak
Poso, 2021
Yang menyatakan
(…………………)
Lampiran 4
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Saya Mila Karmila Salilama Mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan
Prodi D-III Keperawatan Poso yang sedang melakukan studi kasus tugas akhir,
dengan ini meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam studi
kasus yang berjudul “Penerapan Kombinasi Terapi Bermain Plastisin Dengan
Bibliotherapi Terhadap Kecemasan Anak Dengan Kasus GNAPS Di RSUD
Poso”
1. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk melakukan penerapan kombinasi
terapi bermain plastisin dengan bibliotherapi terhadap kecemasan akibat
hospitalisasi.
2. Manfaat bagi anak adalah akan merasa nyaman karena intensitas cemas yang
dirasakan anak menurun. Khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan
dan tindakan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan serta
meningkatkan pengetahuan terutama mengenai ansietas.
3. Tindakan yang akan dilakukan adalah prosedur tindakan keperawatan dengan
Penerapan Kombinasi Terapi Bermain Plastisin Dengan Bibliotherapi
Terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi
4. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan Bapak/Ibu bisa
sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.
5. Semua data yang telah diberikan selama studi kasus disimpan dijaga
kerahasiaannya. Penulis akan merahasiakan data anak tersebut dengan cara
memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang berarti identitas anak
tersebut hanya diketahui penulis. Untuk informasi lebih lanjut Bapak/Ibu
dapat menghubungi di nomor telepon 082291112753
Penulis