Anda di halaman 1dari 81

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM

PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma IV Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Oleh :

INULIANA
NIM. PO7120319096

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN PALU
TAHUN 2019/2020

i
BIODATA PENULIS

I. Identitas
Nama : Inuliana
Nim : PO7120319096
Tempat tanggal lahir : Tangofa, 23 Januari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : inuliayana23@gmail.com
No Hp : 082291565455
Alamat : Desa Tangofa, Kec. Bungku Pesisir Kab. Morowali
II. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2010 : Lulus Dari SDN Tangofa Bungku Pesisir
2. Tahun 2013 : Lulus Dari SMP Negeri 2 Biau
3. Tahun 2016 : Lulus Dari SMA Negeri 1 Dampal Utara
4. Tahun 2019 : Lulus Dari Prodi D III Keperawatan Tolitoli Poltekes
Kemenkes Palu
5. Terdaftar Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Prodi D-VI
Keperawatan

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Inuliana

Nim : PO7120319096

Jurusan/ Prodi : D-VI Keperawatan

Menyatakan drngan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

karya saya sendiri bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran ornag

lain yang saya akui sebagai hasil tulisan saya sendiri. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan skripsi saya hasil jiplakan saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Palu,............September, 2020

Yang mebuat pernyataan

Tanda tangan

Inuliana

iii
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi penelitian ini disetujui untuk diuji oleh Tim Penguji Politeknik Kesehatan
Palu Jurusan Keperawatan Program Studi DIV Keperawatan.
Nama : INULIANA
NIM : PO7120319096

Palu,
Pembimbing I,

Drs. Junaidi. M.Kes


NIP: 196102051991012001

Palu,
Pembimbing II,

Nurlailah. Umar, S.Kep. M.Kes


NIP: 197112221992031002

Mengetahui,
Ketua Prodi D IV Keperawatan Palu

Iwan H S.Kep. Ns. M.Kes


Nip. 197703262803121004

IV
LEMBARAN PERSETUJUAN PEGUJI

Skripsi ini telah disetujui utuk diuji oleh tim penguji poltekes kemenkes palu jurusan
keperawatan program studi DIV keperawatan palu.
Nama : INULIANA
NIM : PO7120319096
Palu,
Penguji I

Andi Nurhani Hamid, SKM, M.Kes


NIP: 19560525 198103 2003

Palu ,
Penguji II

Bernadeth Rante, SST, M.Kes


NIP: 19560604 198402 2001

Palu,
Penguji III

Supriadi Abdul Malik, SKM, M.Kes


NIP: 196311 198603 1002
Mengetahui,
Ketua Prodi D IV KeperawatanPalu

Iwan H S.Kep. Ns. M.Kes


Nip. 197703262803121004

V
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan Kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri
pada narapidana remaja”.

Bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
peneliti menyampaikan terimakasih kepada orang tua peneliti Ayahanda Udin Haba
Ibunda Junaeda, atas segala bantuan moril ataupun materil, kasih sayang, dukungan,
pengorbanan dan semangat serta doa yang tulus dan ikhlas demi keberhasilan penulis.

Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan semua pihak. Olehnya itu
ucapan serta penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:

1. Nasrul SKM., M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes KemenkesPalu


2. Selvi Alfrida M. S.Kp., M.Si Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palu
3. Iwan S.Kep, Ners, S.H, M.Kes Selaku Kaprodi D-IV Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palu
4. Drs. Junaidi M.Kes Selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang
membangun motivasi peneliti dalam penyusunan Skripsi
5. Nurlailah Umar S.Kep,Ners. M.Kes Selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan-masukan berupa
kritik dan saran yang membangun motivasi peneliti dalam penyusunan Skripsi.
6. Andi Nurhani Hamid, SKM, M.Kes Selaku Ketua Penguji I dalam penulisan
Skripsi ini telah banyak memberikan saran dan masukan unntuk penulisan
Skripsi.
7. Bernadet Rante, SST. M.Kes Selaku Penguji II dalam penulisan Skripsi ini telah
banyak memberikan saran dan masukan unntuk penulisan Skripsi.

VI
8. Supriadi Abdul Malik, SKM, M.Kes Selaku Penguji III dalam penulisan Skripsi
ini telah banyak memberikan saran dan masukan unntuk penulisan Skripsi.
9. Seluruh Dosen beserta staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan
Keperawatan
10. Kepada teman-Teman D-IV Keperawatan Alih Jenjang Angkatan 2019
Politeknik Kesehatan Kemenkes palu.
Peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian
dan dengan segala keterbatasan, peneliti menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan ataupun kekeliruan karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran agar penulisan
selanjutnya akan lebih baik lagi.
Akhirnya penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun keliruan-
kekeliruan dalam Penulisan Skripsi ini, walaupun penulis telah berupaya sebatas
kemampuan yang ada pada diri penulis. Semoga Skripsi ini dapat memberikan suatu
manfaat kepada semua pihak yang sempat membaca. Dan semoga Allah SWT
memudahkan segala urusan Kita. Amin

Palu, September 2020

Peneliti

VII
POLYTECHNICS OF HEALTH, PALU MINISTRY OF HEALTH
DEPARTMENT OF NURSING NURSING DIV STUDY PROGRAM
Inuliana. 2020. Overview of Knowledge of Mother's Attitudes in Preventing ARI in
Toddlers Literature Review. Thesis Nursing DIV Study Program Palu. Advisors (1)
Junaidi (2) Nurlailah

ABSTRACT

(xiii + 65 pages + 2 tables + 4 pictures)

ARI disease in children under five is influenced by various factors, including


individual factors (age, birth weight (LBW), immunization status, nutrition, and
exclusive breastfeeding). A good knowledge of mothers about ARIs is expected that
knowledge and attitudes about ARD prevention will also be good so that it will
reduce the number of ARI sufferers in infants because mother's knowledge is an
important component in determining attitudes. Research objectives to know the
description of knowledge and attitudes of mothers in preventing ISPA in toddlers.

The method used in this research is literature review. Search for research articles in
the database using certain keywords in the period 2010-2012. The results of the
search for research articles were screened based on title (n = 7), abstract (n = 5) and
full text (n = 2) which were adjusted to the theme of the literature review.

The results of the synthesis obtained from 2 articles analyzed that the knowledge of
maternal attitudes is very influential on the prevention of acute respiratory infections,
and there is a relationship between knowledge of maternal attitudes towards
prevention of acute respiratory tract infections.

The conclusion is based on the results of the research arrhythmia analysis conducted
by the majority of the researches, states that there is a relationship between
knowledge of maternal attitudes and prevention of Acute Respiratory Infections (ARI)
in infants. With good knowledge possessed by mothers of toddlers, on the other hand,
it can improve attitudes so that this is how the prevention of mothers looks good
because their knowledge and attitudes are in line with the goal of how to keep caring
about the health of their toddlers so that they do well in efforts to prevent Acute
Respiratory Infections in toddlers.

Keywords : Knowledge, Attitude, Prevention of ARI


Bibliography : (2010-2020)

VIII
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

Inuliana. 2020. Gambaran Pengetahuan Sikap Ibu Dalam Pencegahan ISPA pada
Balita Literatur Review. Skripsi Program Studi DIV Keperawatan Palu.
Pembimbing (1) Junaidi (2 ) Nurlailah

ABSTRAK

(xiii + 65 halaman + 2 tabel + 4 gambar)

Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab


diantaranya adalah faktor indvidu itu sendiri (umur, berat badan lahir (BBL), status
imunisasi, gizi, dan pemberian ASI Eksklusif). Pengetahuan ibu tentang ISPA yang
baik diharapkan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan ISPA juga baik sehingga
akan mengurangi jumlah penderita ISPA pada bayi karena pengetahuan ibu
merupakan komponen penting dalam menentukan sikap. Tujuan Penelitian Diketahui
Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Ispa Pada Balita.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah literatur review.
Penelusuran artikel penelitian pada database menggunakan kata kunci tertentu dalam
periode tahun 2010-2012. Hasil pencarian artikel penelitian dilakukan skrining
berdasarkan judul (n= 7), abstrak (n=5) dan full text (n=2) yang disesuaikan dengan
tema literature review.
Hasil sintesis yang didapatkan dari 2 artikel yang dianalis bahwa pengetahuan
sikap ibu sangat berpengaruh terhadap pencegahan infeksi saluran pernafasan akut,
dan ada hubungan pengetahuan sikap ibu terhadap pencegahan penyakit Infeksi
saluran pernafasan akut.
Kesimpulan berdasarkan hasil analisis aritkel penelitian yang dilakukan
mayoritas penelitian mengatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan sikap
ibu degan pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita. Dengan
pengetahuan yang baik dimiliki oleh ibu balita disisi lainnya dapat meningkatkan
sikap sehingga hal inilah upaya pencegahan ibu terlihat baik dikarenakan
pengetahuan dn sikap mereka sejalan dengan tujuan bagaimana tetap peduli dengan
kesehatan balita mereka sehingga melakukan dengan baik upaya pencegahan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada balita.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pencegahan ISPA
Daftar Pustaka : (2010-2020)

IX
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
BIODATA……………………………………………………………………………….ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS………………………………………………iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI............................................................................... v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..vi
ABSTRAK………………………………………………………………………………viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumus Masalah............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Konsep Tentang Pengetahuan....................................................................8
B. Konsep Tentang Sikap............................................................................. 17
C. Konsep Tentang Ispa................................................................................25
D. Kerangka Balita........................................................................................35
E. Kerangka Konsep.....................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................45
A. Jenis Penelitian.........................................................................................45
B. Waktu Penelitian .................................................................................... 45
C. Populasi dan Sampel.................................................................................45
D. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data......................................... 50
E. Pengolahan Data....................................................................................... 50
F. Analisa Data..............................................................................................51

X
G. Penyajian Data...........................................................................................52
H. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 52
I. Etika Penelitian........................................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBHASAN.................................................................. 54
A. Hasil Jurnal Yang Dianalisis.................................................................... 54
B. Pembahasan.............................................................................................. 59
BAB V PENUTUP.................................................................................................62
A. Kesimpulan...............................................................................................62
B. Saran ........................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 64

XI
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Deskripsi Analisa Data Terkait Judul ................................................ 48

Tabel 4.1 Analisis Critial Apresial......................................................................56

XII
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Pengukuran Tinggi Posisi Tidur......................................................38

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir.....................................................................38

Gambar 2.2 Pengukuran Tinggi Badan Posisi Berdiri........................................ 43

Gambar 2.3 Pengukuran Lingkar Kepala………………………………………44

XIII
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih

dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran

bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari, termasuk infeksi saluran

napas bagian atas adalah batu pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan,

influena, bronchitis dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian

bawah saluran napas seperti paru itu salah satunya adalah pneumonia (Riskayati,

2016)

Menurut World Health Organization (WHO), memperkirakan ISPA di

negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran

hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO, 13

juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian

tersebut terdapat di Negara berkembang, di mana ISPA merupakan salah satu

penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun

(World Health Organization., 2016)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), ISPA masih

menjadi masalah kesehatan dunia, hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA

setiap tahun 98% disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan. Insiden

1
2

ISPA di negara berkembang ialah 2 -10 kali lebih banyak dari pada negara

maju. Perbedaan tersebut berhubungan dengan etiologi dan faktor resiko. Di

negara maju ISPA sering disebabkan oleh virus sedangkan di negara

berkembang disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus Pneumonia dan

Haemophilus Influenza, serta di negara berkembang menyebabkan 10-25%

kematian (Muhammad Qasim, 2018)

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010,

ISPA termasuk dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah

sakit. Berdasarkan Daftar Tabulasi Dasar (DTD) menujukkan bahwa ada

291.356 kasus ISPA yaitu laki- laki dengan 147.410 kasus dan perempuan

143.946 kasus dan untuk pasien rawat inap yaitu laki-laki dengan kasus 9.737

dan perempuan 8.181 kasus yang meninggal 57.026. dengan demikian

masalah pada gangguan saluran pernapasan di kota Makassar pada tahun

2014 masih banyak didapatkan (Muhammad Qasim, 2018)

Prevalensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan

hasil diagnosis dari petugas kesehatan dan keluhan yang disampaikan

penduduk adalah 25% dengan karakteristik penderit penyakit ISPA

kelompok umur 1-4 tahun tertinggi yaitu sebesar 25,8 (Niki, 2019).

Insiden penyakit ISPA tahun 2014 sebanyak 1.069 kasus pada

balita. Pada tahun 2015 jumlah balita dengan kasus ISPA mengalami

penurunan sebanyak 675 kasus. Sedangkan jumlah kasus balita 2016 (bulan

Januari sampai Setember) mengalami peningkatan yaitu sebanyak 695 orang.

Hal ini berarti kejadian ISPA fluktuasi dan besar kemungkinan terjadi
3

peningkatan insiden ISPA pada balita dari tahun 2015 ke tahun 2016.

Mengingat besarnya jumlah populasi peneliti hanya mengambil sampel di

tahun 2016 pada bulan September, dimana jumlah penderita ISPA pada bulan

September sebanyak 50 kasus pada balita, (Muhammad Qasim, 2018)

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dari bulan Januari

sampai dengan Desember tahun 2013 tercatat jumlah penduduk balita

sebanyak 274.155 dan yang menderita ISPA sebanyak 138.740 balita(Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2014a). Pada tahun 2014 dari bulan

Januari sampai dengan Agustus penduduk balita sebanyak 276.530 balita dan

yang menderita ISPA sebanyak 82.823 balita (Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah, 2014b). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palu

tahun 2014 jumlah balita di kota Palu sebanyak 34.534 balita. Jumlah

balita penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah 1530 balita

(Riskayati, 2016).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi tahun

2013 jumlah balita sebanyak 22.006 balita dan penderita ISPA

sebanyak16.660 balita (Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi, 2014a). Sedangkan

pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai bulan September jumlah balita

sebanyak 22.006 dan penderita ISPA sebanyak 9.932 balita (Riskayati, 2016)

Jumlah keseluruhan balita yang diperoleh dari puskesmas Tinggede

tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan Oktober adalah 874 balita.

Jumlah penderita ISPA di puskesmas Tinggede bulan Januari sampai dengan

Oktober 2014 adalah sebanyak 428 orang. Jumlah ini menempatkan ISPA
4

menjadi penyakit nomor satu terbanyak di lingkungan kerja puskesmas

Tinggede (Riskayati, 2016)

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan pancainderanya. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui

berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Proses

pengetahuan melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan informasi,

proses transformasi, dan proses evaluasi. Informasi baru yang didapat

merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau

merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya. Proses transformasi

adalah proses manipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru.

Proses evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali apakah cara mengolah

informasi telahmemadai. Sehingga, perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Riskayati, 2016).

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang

kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek aspek tertentu dalam

lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluative terhadap suatu

stimulus atau objek. Oleh karena itu, sikap menunjukkan kesetujuan atau

ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu. Sikap

mempunyai tiga komponen utama yaitu kepercayaan/ keyakinan (ide dan

konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek,

dan kecenderungan untuk bertindak (tren to behave). Ketiga komponen


5

tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)

(Riskayati, 2016)

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah

lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita

merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan

masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian

keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita,

karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran

sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya (Kebidanan et al., 2015)

Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor

penyebab diantaranya adalah faktor indvidu itu sendiri (umur, berat badan

lahir (BBL), status imunisasi, gizi, dan pemberian ASI Eksklusif), faktor

lingkungan (ventilasi, kepadatan hunian di dalam rumah, dan pencemaran

udara yang terjadi di alam rumah), dan faktor perilaku seseorang (Niki, 2019)

Pencegahan pada penyakit ISPA bisa dilakukan berdasarkan

beberapa kriteria, antara lain dengan peningkatan status gizi yang baik pada

ibu dan bayi, membiasakan hidup sehat dan terbebas dari polusi lingkungan

yang tidak sehat (Depkes RI, 2015). Peneliti berasumsi bahwa setelah

diberikannya Health Education tentang pencegahan ISPA yang

penyajiannya bisa lewat wawancara, penyuluhan, seminar ataupun kegiatan-


6

kegiatan lain. Pengetahuan ibu tentang ISPA yang baik diharapkan

pengetahuan dan sikap tentang pencegahan ISPA juga baik sehingga akan

mengurangi jumlah penderita ISPA pada bayi karena pengetahuan ibu

merupakan komponen penting dalam menentukan sikap (Ainiyah &

Handayani, 2018)

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik meneliti

“Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Ispa Pada Balita”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Dan Sikap

Ibu Dalam Pencegahan Ispa Pada Balita?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Ispa Pada

Balita.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita

b. Diketahui sikap ibu dalam pencegahan ISPA pada balita


7

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian studi literature ini bisa menjadi bahan

bacaan agar bisa meningkatkan pemahaman dan penambahan

pengetahuan mahasiswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat

menambah bahan referensi perpustakaan dan berguna dibidang

kesehatan.

b. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi penulis untuk

menambah wawasan dan penerapan pengetahuan peneliti yang

diperoleh selama mengikuti masa pendidikan Program Studi DIV

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu dan juga

merupakan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

DIV Keperawatan.

c. Manfaat penelitian lain

Peneliti lain diharapkan sebagai pedoman dan acuan atau tolak

ukur keberhasilan yang di capai utuk peneliti lain dalam melakukan

penelitian selanjutnya.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, kata tahu memiliki arti

antara lain mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan

sebagainya), mengenal dan mengerti. pengetahuan merupakan segala

sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan

pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang

dialaminya (Muawanah, 2012).

Sedangkan menurut (Muawanah, 2012) pengetahuan adalah hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia

yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan

perabaan. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata dan

telinga.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti

terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni,

indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.

8
9

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

(Muawanah, 2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu

materi yang telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara

lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu

materi secara benar. Misalnya, seorang siswa mampu menyebutkan

bentuk bullying secara benar yakni bullying verbal, fisik dan

psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu

sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan misalnya : apa

dampak yang ditimbulkan jika seseorang melakukan bullying, apa

saja bentuk perilaku bullying, bagaimana upaya pencegahan bullying

di sekolah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan

dan menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang

yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat

menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya.

Misalnya siswa mampu memahami bentuk perilaku bullying (verbal,

fisik dan psikologis), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa


10

perilaku bullying secara verbal, fisik maupun psikologis dapat

merugikan diri sendiri dan orang lain.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah

memahami suatu materi atau objek dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya,

seseorang yang telah paham tentang proses penyuluhan kesehatan,

maka dia akan mudah melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan

dimana saja dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu

sama lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis,

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tertentu. Misalnya, dapat membedakan

antara bullying dan school bullying, dapat membuat diagram (flow

chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.


11

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu

ke dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat meringkas suatu

cerita dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat

kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca atau didengar.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.

Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, seorang

guru dapat menilai atau menentukan siswanya yang rajin atau tidak,

seorang ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana,

seorang bidan yang membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dan sebagainya.

3. Sumber pengetahuan

Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana

seseorang harus mengerti atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu

pengetahuan agar dapat mengetahui pengetahuan tersebut. Menurut

Rachman (2010), sumber pengetahuan terdiri dari :


12

a. Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge) Pengetahuan wahyu

diperoleh manusia atas dasar wahyu yang diberikan oleh tuhan

kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya

pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia. Pengetahuan

wahyu lebih banyak menekankan pada kepercayaan.

b. Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge) Pengetahuan intuitif

diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat dia

menghayati sesuatu. Untuk memperoleh intuitif yang tinggi,

manusia harus berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang

konsisten terhadap suatu objek tertentu. Intuitif secara umum

merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan tidak

berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indera.

Misalnya, pembahasan tentang keadilan. Pengertian adil akan

berbeda tergantung akal manusia yang memahami. Adil

mempunyai banyak definisi, disinilah intusi berperan.

c. Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge) Pengetahuan rasional

merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio

atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap

peristiwa-peristiwa faktual. Contohnya adalah panas diukur dengan

derajat panas, berat diukur dengan timbangan dan jauh diukur

dengan materan.

d. Pengetahuan Empiris (Empirical Knowledge) Empiris berasal dari

kata Yunani “emperikos”, artinya pengalaman. Menurut aliran ini


13

manusia memperoleh pengetahuan melalui sebuah pengalamannya

sendiri. Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti penginderaan

yakni, indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhan-sentuhan

indera lainnya, sehingga memiliki konsep dunia di sekitar kita.

Contohnya adalah seperti orang yang memegang besi panas,

bagaimana dia mengetahui besi itu panas ? dia mengetahui dengan

indera peraba. Berarti dia mengetahui panasnya besi itu melalui

pengalaman-pengalaman indera perabanya.

e. Pengetahuan Otoritas (Authoritative Knowledge) Pengetahuan

otoritas diperoleh dengan mencari jawaban pertanyaan dari orang

lain yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang tersebut.

Apa yang dikerjakan oleh orang yang kita ketahui mempunyai

wewenang, kita terima sebagai suatu kebenaran. Misalnya, seorang

siswa akan membuka kamus untuk mengetahui arti kata-kata asing,

untuk mengetahui jumlah penduduk di Indonesia maka orang akan

melihat laporan biro pusat statistik Indonesia.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2011),

ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang agar

dapat memahami suatu hal. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah

orang tersebut menerima informasi. Pengetahuan sangat erat


14

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas

pengetahuannya.

b. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan

terutama untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan

pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis akan lebih

mengerti mengenai penyakit dan pengelolaanya daripada non

tenaga medis.

c. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap dan

pola pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik.

d. Minat Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu hal. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

e. Pengalaman Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami

seseorang pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak

pengalaman seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang

didapatkan. Dalam hal ini, pengetahuan ibu dari anak yang pernah

atau bahkan sering mengalami diare seharusnya lebih tinggi


15

daripada pengetahuan ibu dari anak yang belum pernah mengalami

diare sebelumnya.

f. Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di

sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada didalam lingkungan tersebut.

Contohnya, apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga

kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang

lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada

umumnya semakin mudah memperoleh informasi semakin cepat

seeorang memperoleh pengetahuan yang baru.

5. Pengetahuan tentang bullying

Pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan suatu informasi yang

dimiliki oleh seseorang setelah melihat (menyaksikan, mengalami),

mengenal, dan mengerti melalui mata dan telinga. Pengetahuan di dapat

dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain. Pada dasarnya

pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses

pengalaman manusia yang dialami (Mubarak, 2011).

Sedangkan bullying dapat didefinisikan perilaku negatif yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok secara berulang-ulang yang

dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Contoh perilaku bullying
16

antara lain mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan,

mengancam, menindas, atau menyerang secara fisik (mendorong,

menampar, atau memukul).

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa perilaku bullying

adalah hal sepele atau bahkan normal dalam tahap kehidupan manusia

atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun faktanya, perilaku bullying jika

dilakukan secara terus menerus pada akhirnya akan menimbulkan dampak

serius dan fatal (Novan, 2013).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan bullying merupakan sekumpulan informasi tentang bullying

yang didapat setelah seseorang tersebut melihat, mengenal dan mengerti

melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan bullying dapat

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara)

atau melalui pertanyaan tertulis (angket) yang menanyakan tentang materi

bullying yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden.


17

B. Konsep Tentang Sikap

1. Definisi Sikap

Menurut Wawan. A, D. M. (2011)), sikap merupakan suatu

ekpressi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaannya atau

ketidaksukaannya terhadap suatu objek. Sedangkan Menurut Kotler

(2007 p.65),

Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecendrungan seseorang

yang secara konsisten menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau

gagasan. Menurut Sumarwan (2014 p.166),

sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu

objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan

kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek

tersebut. Menurut Umar Husein (2007 p.147),

Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan cenderung seseorang yang

relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan yang terdiri dari

aspek keyakinan dan evaluasi atribut.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa sikap

merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang

bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa

suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek

tertentu.
18

2. Komponen Sikap

Menurut Damiati, dkk (2017 p.39), sikap terdiri atas tiga komponen

utama, yaitu :

1. Komponen Kognitif: Komponen pertama dari sikap kognitif

seseorang yaitu pengetahuan dan persepsi yang diperoleh

melalui kombinasi pengalaman langsung dengan objek sikap

dan informasi tentang objek itu yang diperoleh dari berbagai

sumber. Pengetahuan dan persepsi yang dihasilkannya biasanya

membentuk keyakinan artinya keyakinan konsumen bahwa

objek sikap tertentu memiliki beberapa atribut dan bahwa

perilaku tertentu akan menyebabkan hasil tertentu.

2. Komponen Afektif: Komponen afektif berkaitan dengan emosi

atau perasaan konsumen terhadap suatu objek. Perasaan itu

mencerminkan evaluasi keseluruhan konsumen terhadap suatu

objek, yaitu suatu keadaan seberapa jauh konsumen merasa suka

atau tidak suka terhadap objek itu evaluasi konsumen terhadap

suatu merek dapat diukur dengan penilaian terhadap merek dari

“sangat jelek” sampai “sangat baik” atau dari “sangat tidak

suka” sampai sangat suka.

3. Komponen Konatif: Merupakan komponen yang berkaitan

dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa seseorang

akan melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan onjek


19

sikap, komponen konatif seringkali diperlukan sebagai suatu

ekpresi dari niat konsumen untuk membeli.

Azwar (2012 p.23) berpendapat struktur sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang yaitu:

1. Komponen Kognitif: Komponen kognitif berisi kepercayaan

streotipe seseorang mengenaiapa yang berlaku atau apa yang

benar bagi objek sikap. Seringkali komponen ini dapat

disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila

menyangkit masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen Afektif: Komponen afektif merupakan perasaan

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.

Masalah emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan

terhadap perubahan-perubahan yang mungkin akan mengubah

sikap seseorang.

3. Komponen Prilaku/Konatif: Komponen prilaku atau konatif

dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan

kepercayaan dan sikap yang pada akhirnya akan mempengaruhi

perilakunya. Kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif

yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang didasari atas

pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap


20

menempatkan seseorang dalam pikiran untuk menyukai atau

tidak menyukai. Melalui pengalaman baik dari diri sendiri

maupun orang lain akan menjadi bahan pertimbangan dan

evaluasi untuk kedepannya.

Respon kognitif, afektif dan perilaku erat kaitannya dengan

tahap pengambilan keputusan seseorang. Respon kognitif

seseorang berbeda dalam tahap mempelajari yaitu tahapan

mengenal masalah dan tahapan mencari informasi yang

dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Tahapan ini disebut dengan tahapan afektif. Setelah

alternative dipilih orang itu akan menggunakan pilihan tersebut

untuk bertindak jika tindakannya sesuai dengan apa yang

dikehendaki maka ia akan menggunakan cara ini untuk kejadian

berikutnya atau sebaliknya akan memilih alternative lainnya jika

tindakannnya tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

3. Fungsi Sikap

Menurut Daniel Kazt dalam Damiati (2017 p.37), mengklasifikasikan

empat fungsi sikap, yaitu:

1. Fungsi Utilitarian Adalah fungsi yang berhubungan dengan prinsip-

prinsip dasar imbalan dan hukuman. Di sini kosumen

mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah

suatu produk memberikan kepuasaan atau kekecewaan.


21

2. Fungsi Ekspresi Nilai Konsumen mengembangkan sikap terhadap

suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu,

tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu

mengekpresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

3. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap yang dikembangkan oleh

konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal

maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi

mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan Sikap membantu konsumen mengorganisasi

infromasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada

drinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen

mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah

informasi yang relevan dan tida relevan dengan kebutuhannya.

Menurut Ujang Sumarwan (2014 p.168) fungsi sikap

mempunyai empat kategori sebagai berikut :

a. Fungsi Utilitarian Fungsi Ultilaterian berhubungan dengan

prinsip-prinsip dasar manfaat (reward) tersebut atau

menghindari resiko dari produk hukuman (punishment).

Manfaat produk bagi konsumen yang menyebabkan

seseorang menyukai produk tersebut.

b. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap berfungsi untuk

melindungi seseorang dari keraguan yang muncul dari


22

dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin

menjadi ancaman bagi dirinya.

c. Fungsi Ekspresi Nilai Sikap dikembangkan oleh konsumen

terhadap suatu merek produk bukan berdasarkan atas

manfaat produk itu, tetapi setelah berdasarkan atas

kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai

yang ada pada dirinya (self-concept)

d. Fungsi Pengetahuan Sikap membantu konsumen

mengorganisasikan informasi yang begitu banyak setiap

hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan

membentuk konsumen untuk mengurangi ketidakpastian

dan kebingungan.

4. Ciri-ciri Sikap

Menurut Danang Sunyoto (2012 p.210), Sikap mempunyai ciri antara

lain :

a. Sikap bukan pembawaan manusia sejak lahir, melainkan dibentuk

atau dipelajari sepnajnag perkembangan orang itu didalam

hubungan dengan objeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah dan dapat dipelajari, oleh karena itu

sikap dapat berubah pada orang bila terdapat keadaan dan syarat

tertentu yang memudahkan sikapnya pada orang itu sendiri.


23

c. Sikap itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung

hubungan pada satu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas

d. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu atau kumpulan dari

halhal tersebut. Sikap dapat di berkenaan dengan suatu objek yang

serupa.

5. Karakteristik Sikap

Menurut Ujang Sumarwan (2014 p.166) Sikap terdiri dari beberapa

karakteristik, yaitu :

a. Sikap selalu memiliki objek, yaitu selalu mempunyai sesuatu hal

yang dianggap penting, objek sikap dapat berupa konsep abstrak

seperti konsumerisme atau berupa sesuatu yang nyata.

b. Konsistensi sikap, sikap merupakan gambaran perasaan seorang

konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh

perilakunya. Karena itu, sikap memiliki konsistensi dengan

perilaku.

c. Sikap Positif, Negatif dan Netral berarti setiap orang memiliki

karakteristik valance dari sikap antara individu satu dengan yang

lainnya.

d. Intensitas sikap, sikap seorang konsumen terhadap suatu merek

produk akan variasi tingkatannya, ketika konsumen menyatakan

derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia

mengungkapkan ntensitas sikapnya.


24

e. Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap seorang konsumen

bisa berubah.

f. Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan

bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

g. Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai

kebenaran sikap yang dimilikinya. Sikap seorang terhadap objek

sering kali muncul dalam konteks situasi.

6. Pengembangan Sikap

Ada tiga aspek yang perlu dipahami terkait dengan pengembangan

sikap :

1. Pembentukan Sikap Sikap terbentuk dan berkembang sepanjang

waktu melalu sebuah proses pembelajaran. Proses pembelajaran

itu membuka konsumen dri keadaan sebelumnya yang mungkin

tidak punya sikap menjadi memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu

objek.

2. Sumber-Sumber Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Ada

beberapa sumber yang mempengaruhi pembentukan dan

pengembangan sikap, yaitu keluarga, teman sebaya, pengalaman

pribadi, dan informasi yang diperoleh dari sumber komersial dan

nonkomersial.

3. Hubungan Kepribadian dan Sikap Kepribadian konsumen

menpengaruhi sikapnya. Sifat-sifat kepribadian seperti agresif


25

extroversion, dan sebagainya mempengaruhi sikap terhadao mereka

dan terhadap produk.

C. Konsep Tentang Ispa

1. Definisi Ispa

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan

bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA

akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.

Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima

tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki

sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.

(Sukarto, R.C.W.,2016).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah proses infeksi akut

berlangsung selama 14 hari, yaitu yang disebabkan oleh mikroorganisme

dan menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. Mulai dari

hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga

telinga dan pleura. (Syafrudin, 2015).

2. Klasifikasi Data

Eiyta Ardinasari (2016) berpendapat bahwa system pernapasan

terbagi atas dua yaitu:

a. Infeksi Salura Penapasan Atas diantaranya selesma,sinusitis, dan

radang tenggorokan.
26

1) Influenza atau selesma. Gejala yang ditimbulkan hampit sama

dengan radang tenggorokan, di antaranya batuk-batuk, hidung

tersumbat, pilek, dan demam (untuk selesma yang sifatnya

berat).

2) Sinusitis. Jenis ISPA yang satu ini tidak bisa dianggap

sepele.Penanganan sinusitis harus hati-hati.Sinusitis sendiri

merupakan jenis ISPA bagian atas yang juga bisa menyerang

saluran pernapasan bawah. Sinusitis pada penderita asma bisa

memicu munculnya serangan asma.

3) Radang tenggorokan umumnya disebabkan oleh virus. Gejala

yang dirasakan adalah batuk-batuk, demam, terasa sakit saat

menelan makanan, dan ada rasa yang tidak nyaman di dalam

mulut.

b. Infeksi Saluran Pernapasan bawah di antaranya adalah pneumonia

dan bronchitis akut.

1) Pneumonia, atau dikenal juga dengan sebutan radang paru-paru.

Pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA bagian

bawah yang serius dan perlu mendapatkan penanganan yang

serius juga. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang

berbahaya yang akan mengantarkan penderitanya pada

kematian jika tidak ditangani dengan baik. Penyaki ini pun

menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan kematian

pada balita. Penyebab utama pneumonia pada balita adalah


27

virus. Tetapi penyebab lainya juga tidak kalah bahayanya,

yaitu terhirupnya senyawa hidrokarbon yang berasal dari

minyak tanah,bensin,dan masih banyak lagi.

Penyakit pneumonia pada balita menimbulkan

beberapa gejala yang perlu diketahui oleh orang tua. Di

antaranya adalah suara napas balita melemah dari keadaan

normalnya, timbul rasa nyeri pada dada balita, dan berbagai

jenis gangguan pernapasan lain.

2) Penyebab utama bronkhitis akut adalah virus. Gejala utama

dari bronkhitis adalah batuk-batuk yang disertai dengan

lendir. Mulanya lendir yang keluar hanya sedikit, tetapi lama-

kelamaan akan semakin banyak, kemudian akan menghilang

dalam kurun waktu dua minggu. Apabila dalam waktu dua

minggu batuk dan lendir tidak kunjung hilang, maka ada

penyebab lain dan perlu segera ditangani.

3. Etiologi

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti

bakteri, virus dan riketsia. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh

virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus

dan mycloplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri

umumnya mempunyai manifestasi klinik yang berat sehingga

menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab

ISPA antara lain adalah Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,


28

Strepcoccus aureus, Haemophilus Influenza dan lain-lain.Virus penyebab

ISPA antara lain adalah golongan Influenza, Adenovirus (Sinuraya, L.D.

2017).

Sedangkan menurut Eiyta Ardinasari (2016) faktor-faktor

penyebab umun terjadinya ISPA pada bayi, balita, dan anak-anak, di

antaranya:

1) Daya tahan tubuh dari bayi, balita, dan anak yang lemah.

2) Ada gejala suatu penyakit.

3) Cuaca yang tidak cukup menentu dan ekstrem yang terjadi

dilingkungan sekitar.

4) Adanya infeksi virus, seperti pilek.

5) Sering menghirup asap rokok atau asap tembakau.

6) Hipotermi atau kedinginan yang akut.

7) Populsi udara dari lingkungan sekitar.

8) Penyebab alergi, seperti debu, serbuk bunga, bulu-bulu hewan.

9) Ada reaksi alergi yang pernah terjadi sebelumnya, misalnya alergi

makanan.

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat yaitu dalam

beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit ISPA pada balita dapat

menimbulkan bermacam - macam tanda dan gejala. Tanda dan gejala

ISPA seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit


29

telinga, dan demam (Rosana,E.N. 2016). Gejala ISPA adalah sebagai

berikut (Masriadi,2017) :

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan

suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi

anak diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika

dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-

gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang

berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per

menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih.

Cara menghitung pernafasan ialah dengan

menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk

menghitung dapat digunakan arloji.


30

2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai

gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada

waktu bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak

tampak gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain demam,

pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus


31

(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,

stridor (suara napas), dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi

suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan

dapat berlanjut pada gagal napas apabila tidak mendapat pertolongan

dan dapat mengakibatkan kematian.

5. Patofisiologi

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas.

Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri.

Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara,

inspirasi dirongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis, pembersihan

mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh

penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme system

pertahanan tersebut, akibatnya terjadi invasi didaerah-daerah saluran

pernapasan atas maupun bawah.

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah

tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh

karena itu, maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.

Penularan melalui udara dimagsudkan adalah cara penularan yang terjadi

tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.

Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak

langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya

adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau

mikroorganisme penyebab (Masriadi,2017).


32

ISPA dapat menular melalui beberapa cara, yaitu

(Rosana,E.N.2016) :

1) Transmisi Droplet

Droplet berasal dari orang (sumber) yang telah terinfeksi

atau yang telah menderita ISPA. Droplet dapat keluar selama

terjadinya batuk, bersin dan berbicara. Penularan terjadi bila droplet

yang mengandung mikroorganisme ini tersembur dalam jarak dekat

(<1m) melalui udara dan terdeposit di mukosa mata, mulut, hidung,

tenggorokan, atau faring orang lain. Karena droplet tidak terus

melayang di udara.

2) Kontak Langsung

Yaitu kontak langsung atau bersentuhan dengan bagian tubuh

yang terdapat pathogen, sehingga pathogen berpindah ke tubuh yang

bersentuhan.

6. Komplikasi

Menurut (Wulandari.D & Purnamasari. L, 2015), Komplikasi yang

dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain yang dapat

timbul yaitu:

1) Otitis media

2) Croup

3) Gagal nafas

4) Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu.


33

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015), Pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan:

1) Pemeriksaan Darah Rutin

2) Analisa Gas darah (AGD)

3) Foto rontgen toraks

4) Kultur virus dilakukan untuk menemukan RS

8. Penatalaksanaan

Pengobatan dan penanganan ISPA pada bayi, balita dan anak

secara umum bisa dilakukan di rumah. Berikut ini beberapa

caranya (Eiyta Ardinsari, 2016).

1) Anda dapat dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang

sifatnya aman dan kalau bisa yang alami. Sedangkan untuk bayi,

sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.

2) Cara mengatasi demam untuk balita yang berusia 2 bulan sampai

5 tahun adalah dengan memberikan parasetamol juga dikonpres.

Untuk kompres, gunakanlah kain bersih yang dicelupkan pada air

biasa, bukan air es. Sedangkan untuk bayi berusia di bawah dua

bulan yang menderita demam akibat ISPA, segera periksakan ke

dokter.

3) Penderita ISPA memerlukan banyak asupan makanan yang

bergizi. Pemberian makanan bisa sedikit demi sedikit, tetapi rutin


34

dan berulang. Sedangkan untuk bayi yang masih menyusui, ASI

Ekslusif tetap diberikan oleh ibu.

4) Usahakan agar penderita ISPA tidak sampai kekurangan cairan.

Berikanlah air yang lebih banyak daripada biasanya, baik air putih

maupun sari buah. Asupan minuman yang banyak akan

membantu mencegah dehidrasi dan mengencerkan dahak.

9. Pencegahan Ispa

Secara umum infeksi saluran pernapasan akut pada balita dapat

dicegah dengan cara sebagai berikut, (Ardinasari, 2016) :

1) Melakukan imunisasi sesuai usia anak yang disarankan, sehingga

bayi, balita dan anak memiliki kekebalan terhadap berbagai

serangan penyakit.

2) Menjaga asupan makanan dan nutrisi

3) Menjaga kebersihan lingkungan sekitar

4) Menjauhkan bayi, balita dan anak dari asap rokok, tembauka dan

polisi udara lain.

5) Menghindarkan bayi, balita dan anak dari seseorang yang tengah

menderita ISPA.
35

D. Konsep Tentang Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu

penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2

tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan golongan prasekolah (>3-5 tahun).

Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-6 bulan (Andriani

dan Wirjatmadi, 2012).

Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan),

pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)

serta fungsi sekresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah

pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita

akan mempengaruhidan menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan

perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan

serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk

jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan

hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi

segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal

huruf, hingga bersosialisaasi. Pada masa balita, perkembangan

kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional


36

dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya. (Marmi dan Rahardjo, 2015)

2. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh

sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang

dan berat. (Kemenkes RI, 2012)

Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan dan besarnya sel

diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan

Wong dalamMarmi dan Rahardjo, 2015)

Pertumbuhan memiliki ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,

perubahan proposi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri

baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda disetiap kelompok umur masing-masing organ juga

mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda (Marmi dan Rahardjo, 2015)

Penilaian tumbuh kembang meliputi evaluasi pertumbuhan fisik

(kurva atau grafik berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,lingkar dada,

dan lingkar perut), evaluasi pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis,

dan perkembangan sosial serta evaluasi keremajaan (Andriani dan

Wirjatmadi, 2012).

a. Panjang Badan

Panjang badan atau tinggi badan merupakkan ukuran

antopometri terpenting kedua, keistimewaannya adalah nilai


37

tinggi badan meningkat terus, walaupun laju tumbuh berubah dari

pesat pada masa bayi kemudian melambat dan pesat lagi pada

masa remaja. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang

sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi

mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm,

(Andriani dan Wirjatmadi, 2012).

Cara mengukur dengan posisi berdiri (Kemenkes

RI,2012)

1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.

2) Berdiri tegak menghadap kedepan.

3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.

4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.

5) Baca angka pada batas tersebut.

Tabel 1 Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)

No Cara pengukuran

1. Cara mengukur dengan posisi berbaring:

a. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.

b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.

c. Kepala bayi menempel pada pembatasangka 0.

d. Petugas1:kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel

e. Pada pembatasangka 0(pembataskepala).


38

f. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan

menekan batas kaki ke telapak kaki Petugas 2 : membaca angka

ditepi diluar pengukur.

Gambar 2.1. Pengukuran Tinggi Badan Posisi Tidur


Sumber: Kemenkes RI, 2012
2. Cara mengukur dengan posisi berdiri

a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu.

b. Berdiri tegak menghadap kedepan.

c. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.

d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.

e. Baca angka pada batas tersebut


39

Gambar 2.2 Pengukuran Tinggi Badan Posisi Berdiri


Sumber: Kemenkes RI, 2012

b. Perkembangan indra

Pada usia ini, kelima indra anak yaitu indra penglihatan,

pendengaran,pengecap, penciuman, peraba diharapkan sudah

berfungsi optimal. Sejalan dengan perkembangan kecerdasan dan

banyaknya kata-kata yang ia dengar, anak usia prasekolah sudah

dapat berbicara dengan menggunakan kalimat lengkap yang

sederhana.

c. Pertumbuhan gigi

Pembentukkan struktur gigi yang sehat dan sempurna

dimungkinkan dengan gizi yang cukup protein, kalsium, fosfat dan

vitamin (terutama vitamin C dan D). Klasifikasi gigi dimulai pada

umur janin lima bulan mencakup seluruh gigi susu. Erupsi gigi

yang terlambat dapat ditemukan pada hipotiroidisme, gangguan

gizi dan gangguan pertumbuhan.

Pada usia 16-18 bulan, gigi taring mulai muncul. Sampai

dengan umur dua tahu, umur bayi dapat diukur secara kasar dengan

menghitung jumlah gizi ditambah enamm, ummtuk menentukan

umur dalam bulan. Gigi susu mulai tanggal pada enam

tahun dan berakhir pada usia 10-12 tahun.


40

d. Pertumbuhan otot

Pada anak-anak, pertumbuhan otot sangat cepat. Pada bayi,

lingkar lengan atasnya bertambah ±10 cm ketika lahir, menjadi

sekitar 16 cm pada umur 12 bulan, tetapi hanya mekar 1 cm pada

empat tahun berikutnya.

e. Tulang belulang

Selama beberapa bulan dari kelahiran hanya ubun-ubun

depan yang masih terbuka, tetapi biasanya tertutup pada umur 18

bulan.

f. Denyut jantung

Denyut jantung bayi lebih cepat dari pada orang dewasa.

Rata-rata denyut jantung adalah, lahir 140/menit, bulan pertama

130/menit, 2-4 tahun 100/menit, dan 10-14 tahun 80/menit.

Terdapat perbedaan pertumbuhan pada balita yang

mengalami gangguan pertumbuhan dengan balita yang

pertumbuhannya normal. Balita normal dan balita dengan

pertumbuhan terganggu pada awalnya mengalami tingkatan

pertumbuhan yang sama, biasanya hal ini terjadi pada usia bayi.

Namun pada usia balita perbedaan pertumbuhan akan terlihat. Pada

balita yang mendapatkan asupan gizi secara baik saat usia bayi dan

janin akan tumbuh secara normal sesuai dengan usianya (Andriani

dan Wirjatmadi, 2012).


41

g. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang

terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan

anak pada semua kelompok umur. Berat badan dipakai sebagai

indicator yang terbia pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi

dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikir saja,

pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan

timbangaan apa saja yang relative murah, mudah, dan tidak

memerlukan banyak waktu. Kerugianny, indicator berat badan ini

tidak sensitive terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk

atau tinggi kurus.(Ni Wayan Armini, dkk. 2017 )

1) > 120% : Obesitas

2) 110-120% : Overweight

3) 90-110% : Normal

4) 70-90% : Gizi kurang

5) <70% : Gizi buruk

h. Lingkar kepala

Lingkar kepala mencerminkan volume intracranial.Dipakai

untukmanaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh

normal, maka kepala akan kecil, sehingga pada lingkar kepala (LK)

yang lebih kecil dari normal (mikrosefal), maka menunjukkan

adanya reterdasi mental. Sebaliknya, kalau ada penyumbatan pada


42

aliran cairan serebrospinal pada hidrocefalus akan meningkatkan

volume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. Lalu yang

dijadikan acuan untuk LK adalah kurva LK dari Nelhaus. (Ni

Wayan Armini, dkk. 2017).

Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk

mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar

batas normal.

Jadwal, disesuaikan dengan umur anak.Umur 0–11 bulan,

pengukuran dilakukan setiap tiga bulan.Pada anak yang lebih besar,

umur 12–72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam

bulan.Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan

oleh tenaga kesehatan terlatih.

1) Cara mengukur lingkaran kepala

a. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati

dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan

bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak

kencang.

b. Baca angka pada pertemuan dengan angka O.

c. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur

bayi/anak.

d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala

menurut umur dan jenis kelamin anak.


43

e. Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu

dengan ukuran sekarang.

Gambar 2.3. Pengukuran Lingkar Kepala


Sumber:Kemenkes RI, 2012.

i. Lingkaran Lengan

Lingkaran lengan atas mencerminkan tumbuh kembang

jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh

keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. Dapat

dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan tumbuh

kembangpada usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm

pada saat lahir menjadi 16 cm pada usia satu tahun. Selanjutnya

tidak banyak berubah selama 1-3 tahun. (Andriani dan

Wirjatmadi,2012).
44

E. Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah kemampuan seseorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola pikir dalam penyusunan sistematis teori-teori yang

mendukung permasalahan penelitian. Kerangka teoritis menjelaskan

sangkut paut hubungan antara variabel tersebut. Disini dijelaskan tentang

hubungan Variabel Independen gaya hidup dan Variable Dependen adalah

kejadian Ispa. Dalam penelitian ini apakah ada hubungan pengetahuan

dan sikap ibu dalam pencegahan Ispa, (Notoadmojo, 2014).

2. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sintesa hubungan antar variabel yang

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2013).

Pengetahuan Sikap

1. Kognitif
1. Pendidikan
2. Afektif
2. Pekerjaan
3. Konatif
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
Kejadian Ispa

1. Pengertian Ispa
2. Tanda dan Gejala
3. Pencegahan Ispa

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi

literature. Studi literature merupakan metode untuk memperoleh dukungan

teoritis terhadap masalah penelitian yang dipilih, maka peneliti perlu banyak

membaca buku literature, baik berupa buku teks (teori) maupun hasil penelitian

orang lain, jurnal, dan sebagainya. Dari studi literature atau sering juga orang

menyebut tinjauan teoritis, agar mempermudah dalam merumuskan kerangka

konsep penelitian. (Notoadmojo, 2014).

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2020.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya (sintesis).

(Masturoh, 2018;164). Populasi dalam penelitian ini adalah semua jurnal

yang berkaitan dengan Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam

pencegahan Ispa pada balita yaitu 10 jurnal.

45
46

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian

dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan

penelitian menggunakan populasi karena penelitian dengan menggunakan

sampel lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga. (Masturoh, 2018;166).

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di database

yaitu Google Scholar. Kemudian menggunakan kata kunci yang sudah

disesuaikan, peneliti mendapatkan 10 artikel yang berkaitan dengan kata

kunci tersebut. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa

duplikasi, ditemukan terdapat 7 artikel yang sama dan tidak sesuai dengan

judul sehingga dikeluarkan dan tersisa 5 artikel. Peneliti kemudian

melakukan skrining berdasarkan judul (n =5), abstrak (n = 3 ) dan full text (n

=2) yang disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang

dilakukan berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi

didapatkan sebanyak 2 artikel yang dipergunakan dalam literature review.


47

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling

dimana didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. (Notoatmodjo,2014).

Kriteria Inklusi :

Pengambilan Sampel hanya dilakukan pada 2 Jurnal berdasarkan judul

yang sama. Berikut 2 jurnal yang akan di analisis :


48

Tabel 3.1 Deskripsi Analisa Data Terkait Judul

Rancangan
Nama Tujuan
No Judul studi Sampel Alat ukur Hasil
Peneliti penelitian
1. Muhamm Hubungan Penelitian ini Deskriptif 50 Kuisioner Hasil penelitian didapatkan ada
ad Qasim, Pengetahu untuk dengan Responden hubungan pengetahuan dan sikap ibu
Indra an Dan mengetahui metode terhadap pencegahan infeksi saluran
Dewi Sikap Ibu hubungan pendekatan pernapasan akut (ISPA) pada balita di
Dengan pengetahuan dan cross puskesmas Antang Makassar.
Pencegaha sikap ibu dengan sectional. Pengetahuan dengan nilai person chi
n Infeksi pencegahan square 0,005 < α (0,05) dan sikap nilai
Saluran ISPA pada balita person chi square 0,002 < α (0,05)
Pernapasa di wilayah kerja Sehingga disimpulkan bahwa terdapat
n Akut Puskesmas hubungan antara pengetahuan dan
(Ispa) Antang sikap ibu dengan pencegahan ISPA
Pada Makassar. pada balita di wilayah kerja
Balita Di Puskesmas Antang Makassar.
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Antang
Makassar
49

Rancangan
Nama Tujuan Sampel
No Judul studi Alat ukur Hasil
Peneliti penelitian
2. Silvia, Hubungan Untuk Deskriptif 30 Kuisioner Hasil penelitian ini didapatkan
Alini pengetahu mengetahui dengan Responden bahwa usia antara 41-50 tahun
Tjut dan an dan hubungan metode memiliki kemampuan kurang yaitu
Prodalim sikap ibu pengetahuan dan Korelasional sebanyak 14 orang (77,8%) dan
a dengan sikap ibu sikap responden yang tidak setuju
pencengah tentang memiliki kemampuan kurang baik
an pencegahan dalam mencegah penyakit ISPA
penyakit penyakit ISPA pada anak yaitu sebanyak 12 orang
ispa pada pada anak di (70,6%). Kesimpulan bahwa
anak di wilayah kerja pengetahuan responden kurang dan
wilayah Puskesmas sikap tidak setuju tentang
kerja Kutambaru pencegahan penyakit ispa dan
puskesmas Kecamatan diharapkan dukungan oleh semua
kutambaru Lawe Bulan pihak baik dari petugas kesehatan
kecamatan Kabupaten Aceh maupun masyarakat khususnya ibu
lawe bulan Tenggara Tahun yang memiliki anak mau
Kabupaten 2019. memeriksakan kesehatan secara
Aceh rutin.
tenggara
50

D. Teknik Pengumpulan Data Dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi

kepustakaan atau studi literatur. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari

buku-buku, artikel, jurnal, website dan literatur-literatur lain yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian untuk memperoleh wawasan dan dasar teori

sehingga bisa digunakan sebagai informasi untuk menganalisis serta menunjang

pembahasan masalah penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dengan berupa bukti, catatan,

atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasi maupun yang tidak dipublikasikan.

E. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dengan menggunakan komputer yang dilakukan

dengan beberapa tahap antara lain (M. Nazir, 2014):

a. Editting

Editting yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi

kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang satu

dengan yang lain.

b. Organizing

Organizing yaitu mengorganisir data yang diperoleh dengan kerangka yang

sudah diperlukan.
51

c. Penemuan Hasil Penelitian

Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap hasil

pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode

yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang

merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

F. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting serta mana

yang perlu dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Analisis data yang digunakan analisis kualitatif, dalam penelitian ini adalah

dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut.(Masturoh, 2018)

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,

pemfokusan dan keabsahan data untuk menjadi informasi yang bermakna,

sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

2. Penyajian data

Penyajian data yang sering digunakan adalah dalam bentuk teks dan narasi.

Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi yang tersusun secara

sistematis dan mudah dipahami.


52

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data yang

dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengaju pada rumusan masalah

secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun dibandingkan

antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari

permasalahan yang ada.

G. Penyajian Data

Bentuk penyajian data dalam bentuk teks dan narasi tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan penelitian..

H. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka dengan cara melakukan

penelusuran dan pencarian hasil publikasi ilmiah dengan rentang tahun 2014-

2020 dengan menggunakan database Google Scholar, Google cendekia Artikel

Ilmiah dan Google Book dan buku. Hasil penelusuran kemudian dianalisis dan

disimpulkan.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini menekankan masalah etika penelitian menurut (Amtina

Fathullatifah, 2018):

1. Misconduct

Misconduct yaitu seorang peneliti tidak boleh melakukan tindak penipuan

dalam menjalankan proses penelitian.


53

2. Research fraud

Research fraud yaitu tidak boleh memalsukan dalam pengambilan data dari

hasil penelitian.

3. Plagiarsm

Plagiarism yaitu tidak boleh mengambil atau mengutip sumber tanpa

diberikan keterangan sumber.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Hasil Jurnal Yang Dianalisis

Dalam pencarian literatur yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan

ekslusi dan terdapat 2 artikel untuk kelayakan pengambilan artikel yang akan

dianalisis.

Berdasarkan hasil artikel yang dikumpulkan dan analisis penulis bahwa

pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan infeksi saluran pernapasan akut,

karena kondisi ini yang akan mempengaruhi sikap ibu dalam pencegahan ispa

pada balita.

Pada penelitian Muhammad Qasim, et. al (2016), dan Silvia et,al (2019)

memiliki masalah yang sama yang diangkat sebagai poin penting dalam

penelitiannya adalah pengetahuan dan sikap ibu dengan pencegahan infeksi

saluran pernapasan akut serta bagimana meningkatkan pengetahuan dan sikap

untuk pencegahan penyakit ispa.

Muhammad Qasim, et. al (2016) melakukan penelitian tentang terdapat

hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan ISPA pada

balita. Dengan jumlah 50 responden yang dilakukan pada ibu. Dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk pengumpulan data, dengan

jenis penelitian observasional analitik, dan analisis yang digunakan uji statistik

dengan desain penelitian cros sectional dan hasil yang didapatkan menunjukkan

54
55

bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pencegahan

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita. Pengetahuan dengan nilai

person chi square 0,005 < α (0,05) dan sikap nilai person chi square 0,002 < α

(0,05) Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

dan sikap ibu dengan pencegahan ISPA pada balita. Semakin baik pengetahuan

dan sikap ibu semakin baik pula upaya pencegahan ibu balita dalam mencegah

penyakit ISPA pada balitanya.

Silvia et,al (2019) melakukan penelitian tentang terdapat hubungan

antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan ISPA pada balita. Dengan

jumlah 30 responden yang dilakukan pada ibu. Dengan menggunakan kuesioner

sebagai alat ukur untuk pengumpulan data, dengan jenis penelitian

observasional analitik, dan analisis yang digunakan total sampling dengan

desain penelitian cros sectional dan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa

ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pencegahan infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) pada balita. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia

antara 41-50 tahun memiliki kemampuan kurang yaitu sebanyak 14 orang

(77,8%) dan sikap responden yang tidak setuju memiliki kemampuan kurang

baik dalam mencegah penyakit ISPA pada anak yaitu sebanyak 12 orang

(70,6%). Kesimpulan bahwa pengetahuan responden kurang dan sikap tidak

setuju tentang pencegahan penyakit ispa dan diharapkan dukungan oleh semua

pihak baik dari petugas kesehatan maupun masyarakat khususnya ibu yang

memiliki anak mau memeriksakan kesehatan secara rutin


56

Tabel 4.1 Analisis Critial Apresial

Nama Desain, Sampel,


Hasil Dari Faktor Ringkasan Hasil, Persamaan Dan
peneliti/Tahun Instrumen dan Analisis
Analisis Perbedaan Dengan Penelitian Skripsi
Terbit peneliti
1 2 3 4
Muhammad Jenis penelitian : Penelitian Hasil penelitian didapatkan Bahwa terdapat hubungan berkmakna antara
Qasim, et. al Observasional ada hubungan pengetahuan pengetahuan dan sikap ibu dengan pencegahan
(2016), Instrument : Kuesioner dan sikap ibu terhadap infeksi saluran pernapasan akut (ispa) pada
Analisis : Uji Statistik pencegahan infeksi saluran balita. Persamaan : sama-sama membahas
Desain penelitian : Cross pernapasan akut (ISPA) pada tentang pengetahuan dan sikap pencegahan
Setional balita di puskesmas Antang ispa pada balita.
Sampel : 50 Makassar. Pengetahuan Perbedaan : jenis penelitian dan analisis
Variable : Hubungan dengan nilai person chi penelitian
pengetahuan dan sikap ibu square 0,005 < α (0,05) dan
dengan pencegahan infeksi sikap nilai person chi square
saluran pernapasan akut (ispa) 0,002 < α (0,05) Sehingga
pada balita disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu
dengan pencegahan ISPA
pada balita
Silvia et,al Jenis penelitian : Penelitian Hasil penelitian ini Bahwa terdapat hubungan berkmakna antara
(2019) Observasional didapatkan bahwa usia antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pencegahan
Instrument : Kuesioner 41-50 tahun memiliki infeksi saluran pernapasan akut (ispa) pada
Analisis : Total sampling kemampuan kurang yaitu balita. Persamaan : sama-sama membahas
Desain penelitian : Cross sebanyak 14 orang (77,8%) tentang pengetahuan dan sikap pencegahan
Setional dan sikap responden yang ispa pada balita.
Sampel : 30 tidak setuju memiliki
57

Variable : Hubungan kemampuan kurang baik Perbedaan : jenis penelitian dan analisis
pengetahuan dan sikap ibu dalam mencegah penyakit Penelitian
dengan pencegahan ISPA pada anak yaitu
penyakit Ispa pada anak sebanyak 12 orang
(70,6%). Kesimpulan
bahwa pengetahuan
responden kurang dan
sikap tidak setuju tentang
pencegahan penyakit ispa
dan diharapkan dukungan
oleh semua pihak baik dari
petugas kesehatan maupun
masyarakat khususnya ibu
yang memiliki anak mau
memeriksakan kesehatan
secara rutin.
58

No Nama Judul Tujuan Rancangan Jumlah Responden Alat ukur Hasil


Peneliti penelitian studi

2. Silvia, Hubungan Untuk Deskriptif 30 Responden Kuisioner Hasil penelitian ini


Alini pengetahu mengetahui dengan didapatkan bahwa usia antara
Tjut dan an dan hubungan metode 41-50 tahun memiliki
Prodalim sikap ibu pengetahuan dan Korelasional kemampuan kurang yaitu
a dengan sikap ibu sebanyak 14 orang (77,8%)
pencengah tentang dan sikap responden yang
an pencegahan tidak setuju memiliki
penyakit penyakit ISPA kemampuan kurang baik
ispa pada pada anak di dalam mencegah penyakit
anak di wilayah kerja ISPA pada anak yaitu
wilayah Puskesmas sebanyak 12 orang (70,6%).
kerja Kutambaru Kesimpulan bahwa
puskesmas Kecamatan pengetahuan responden
kutambaru Lawe Bulan kurang dan sikap tidak setuju
kecamatan Kabupaten Aceh tentang pencegahan penyakit
lawe bulan Tenggara Tahun ispa dan diharapkan
Kabupaten 2019. dukungan oleh semua pihak
Aceh baik dari petugas kesehatan
tenggara maupun masyarakat
khususnya ibu yang memiliki
anak mau memeriksakan
kesehatan secara rutin.
59

B. Pembahasan

Ada beberapa penelitian yang berhubungan tentang gambaran pengetahuan

dan sikap ibu dengan pencegahan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada

balita. Seluruh hasil penelitian dalam literatur review ini menunjukkan bahwa hasil

pengetahuan dan sikap ibu sangat mempengaruh terhadap pencegahan penyakit

Ispa pada balita. Dua studi yang membahas tentang hubungan pengetahuan dan

sikap ibu dengan pencegahan infeksi saluran pernapasan akut ispa pada balita.

1. Analisis pengetahuan Ibu dengan pencegahan ISPA pada balita

Berdasarkan hasil analasis artikel peneltian yang dilakukan mayoritas

penelitian mengatakan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

pencegahan ISPA pada balita Muhammad Qasim, et. al (2016), Silvia et,al

(2019).

Dapat diasumsikan adanya pengetahuan dimiliki oleh ibu balita dalam hal

ini pengetahuan baik dapat mendorong ibu untuk menciptakan kontrol perilaku

yang baik pula, sehingga dengan mengetahui tentang ISPA dapat memberikan

motivasi kepada ibu untuk senantiasa melakukan upaya pencegahan ISPA pada

balita mereka. Dengan pengetahuan yang baik dimiliki oleh ibu balita disisi

lainnya dapat meningkatkan sikap sehingga hal inilah upaya pencegahan ibu

terlihat baik dikarenakan pengetahuan dan sikap mereka sejalan dengan tujuan

bagaimana tetap peduli dengan kesehatan balita mereka sehingga melakukan

dengan baik upaya pencegahan.


60

Hal ini didukung teori menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan

merupakan suatu hasil dari tahu pengetahuan manusia diperoleh melalui indera

pengelihatan dan pendengaran. Ketika suatu tindakan didasari oleh seperangkat

pengetahuan maka perilaku tersebut akan bersifat baik, sebaliknya apabila tidak

didasari oleh pengetahuan dan sikap kurang maka tidak akan berlangsung baik.

Oleh karenanya pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang dalam hal ini upaya pencegahan ibu terhadap ISPA pada anak

balitanya (silvana I, 2014)

Hasil penelitian ini didukung oleh (Ainiyah & Handayani, 2018)Tingkat

pengetahuan ibu tentang ISPA baik oleh 46,67% responden, sisanya 26,67%

responden cukup dan kurang. Hasil r hitung > r tabel (0,365 > 0,364) dengan α

0,05. Maka ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang ISPA dengan pencegahan penularan ISPA pada bayi usia 0-12 bulan,

karena dengan pengetahuan dan sikap yang baik akan berdampak pada perilaku

sehat (Ainiyah & Handayani, 2018)

2. Analisis Sikap Ibu dengan penegahan ISPA pada balita

Berdasarkan hasil analasis artikel peneltian yang dilakukan mayoritas

penelitian mengatakan terdapat hubungan antara sikap ibu dengan penegahan

ISPA pada balita Muhammad Qasim, et. al (2016), Silvia et,al (2019).

Dapat diasumsikan bahwa sikap yang baik tentu dibutuhkan

pengetahuan yang baik pula. Selain pengetahuan juga diperlukan berbagai

pengalaman peribadi ibu anak sebelumnya dalam mencegah penyakit ISPA


61

pada anak balita sehingga menciptakan sikap yang baik kepada ibu olehnya

itu untuk menciptakan upaya pencegahan ISPA yang baik harus dibarengi

dengan sikap ibu yang baik pula. sikap yang yang menjelaskan bahwa ketika

pengetahuan baik dalan hal ini pengetahuan ibu anak baik akan memberikan

respon terhadap sikap dengan baik pula sehingga tercipta sikap ibu baik dalam

mencegah ISPA pada anal balitanya.

Hal ini didukung oleh teori Menurut Berkowitz dalam Azwar, sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek berupa perasaan mendukung

atau memihak (favorable) dan perasan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2013)

Banyak teori tentang sikap yang yang menjelaskan bahwa ketika

pengetahuan baik dalan hal ini pengetahuan ibu anak baik akan memberikan

respon terhadap sikap dengan baik pula sehingga tercipta sikap ibu baik dalam

mencegah ISPA pada anal balitanya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Taarelluan,KT 2016). Adapun

hasil didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap dengan

Tindakan Pencegahan ISPA dengan nilai p = 0,003 (nilai p < 0,05)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis artkel penelitian yang dilakukan mayoritas

penelitian mengatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan sikap ibu

degan penegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita. Dengan

pengetahuan yang baik dimiliki oleh ibu balita disisi lainnya dapat meningkatkan

sikap sehingga hal inilah upaya pencegahan ibu terlihat baik dikarenakan

pengetahuan dan sikap mereka sejalan dengan tujuan bagaimana tetap peduli

dengan kesehatan balita mereka sehingga melakukan dengan baik upaya

pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada balita.

B. Saran

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu.

Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi sarana bacaan di

perpustakaan guna mengembangkan pengetahuan tentang Hubungan

Pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan Ispa pada balita dan juga

diharapkan agar Institusi dapat mengeluarkan buku pedoman penulisan

Literature Review.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti yang lain dapat mengembangakan studi dokumentasi

(literature review) ini dan membandingkan dengan metode serta variable

62

62
63

lainnya yang berbeda agar dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik

demi kemajuan dunia keperawatan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N., & Handayani, D. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Ispa Dengan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Penularan Ispa Pada Bayi Usia 0-
12Bulan Di Puskesmas Pandaan. Journal of Health Sciences, 10(1), 60–65.
https://doi.org/10.33086/jhs.v10i1.146
Amtina Fathullatifah. (2018). Studi Literatur dan Etika Penelitian.
azwar. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pencengahan
Penyakit Ispa Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kutambaru Kecamatan
Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara.
Kebidanan, A., Bonjol, I., & Panjang, P. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Yang
Mempunyai Balita Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
Di UPTD Puskesmas Kebun Sikolos Kota Padang Panjang Tahun 2015 The
Relationship Of Mother ’ s Knowledge Having Children Under Five Age With
The Event O. 8(2), 141–145.
M. Nazir. (2014). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Masturoh, imas dan nauri angita t. (2018). metodologi penelitian kesehatan (1st ed.).
kementrian RI.
MUAWANAH. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan. Makalah, 7(June), 1–25.
Muhammad Qasim, I. D. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Antang Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(6),
681–685.
Niki, I. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap Upaya
Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jurnal PROMKES, 7(2), 182.
https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i2.2019.182-192
Riskayati. (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Balita
Berpenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Di Puskesmas Tinggede

64
65

silvana I. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Ispa Dengan


Perilaku Pencegahan Ispa Pada Balita Jakarta. . 11 No3.
Sukarto, R.C.W., A. Y. I. dan M. Y. K. (2016). (n.d.). Hubungan Peran Orang Tua
dalam Pencegahan ISPA dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita di Puskesmas
Bilalang Kota Kotamobagu. e-Journal Keperawatan, 4 (1).
Syafrudin, (2015). (n.d.). . ISPA Pada Balita. www.Poltekkeskemenkes Jakarta.co.id.
Diakses 18 Juni 2020.
Taarelluan, K. T. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap
Tindakan Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Desa Tataaran
1 Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. Jurnal Kedokteran
Komunitas Dan Tropik, 4(1).
Wawan. A, D. M. (2011). (n.d.). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan
Perilaku Manusia.Nuha Medika ; Yogyakarta.
World Health Organization. (2016). Under- Five Mortality. (Online) tersedia
dalam(http://www.who.int/gho/child_health/mortality_under_five_text/en/index.
html diakses Tanggal 7 April 2018).
2

Anda mungkin juga menyukai