Kondisi lanjut usia mengalami berbagai penurunan atau kemunduran baik fungsi biologis,
mental maupun psikis yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya depresi. Depresi
merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada lanjut usia. Prevalensi depresi
pada lansia adalah 15,9%, pada tahun 2020 di negara berkembang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi (ringan, sedang, dan berat) dan
insomnia pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 45 lansia yang mengalami depresi dan insomnia yang diambil secara random
sampling dengan metode cross sectional. Data penelitian ini menggunakan kuesioner
Geriatric Depression Scale 15 item. Secara keseluruhan hasil penelitian ini diperoleh
tingkat depresi ringan 28 orang (62,2%), depresi sedang sejumlah 17 orang (37,8%) dan
jenis insomnia transient sejumlah 18 orang (40,0%) dari 45 responden. Berdasarkan dari
hal tersebut disarankan bagi pihak Puskesmas dapat mengoptimalkan kegiatan-kegiatan di
Posbindu dalam memberikan konseling untuk meminimalkan masalah depresi dan
insomnia yang dialami lansia
Kata kunci
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu
keadaan atau proses alamiah yang
terjadi pada periode dewasa akhir atau
usia tua. Keadaan tersebut ditunjukan
dengan perubahan, baik itu perubahan
fisik dan fungsi, perubahan mental dan
perubahan psikososial1. Masa lansia
menjadi salah satu keberhasilan
pembangunan dan cita-cita suatu bangsa
yang terlihat dari peningkatan taraf
hidup dan Umur Harapan Hidup
(UHH)2. Menurut
World Health
Organization (WHO) terdapat 600 juta
jiwa lansia pada tahun 2012 di seluruh
dunia dengan perkiraan UHH di tahun
2020 menjadi 71,7 tahun. Jumlah lansia
di
Indonesia
juga
mengalami
peningkatan tiap dekade. \Diperkirakan
Lanjut Usia (lansia) pada tahun 2020,
akan mencapai 28,28 juta jiwa atau
11,34 % dari total penduduk Indonesia2.
Jumlah penduduk Jawa Barat yang
masuk kategori lanjut usia bertambah
besar, yaitu 2.88 juta orang dari jumlah
penduduk 42.8 juta orang, sedangkan
jumlah lansia di Kota Bandung pada
tahun 2013 sebanyak 616.101 orang. Ini
dapat dikatakan bahwa jumlah lansia
mengalami peningkatan3. Peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia membawa
dampak terhadap berbagai aspek
kehidupan, baik bagi individu lansia itu
sendiri, keluarga, masyarakat maupun
pemerintah. Berbagai dampak dari
peningkatan jumlah lansia adalah
masalah penyakit yang sering menyertai
para lansia, bersifat kronis dan
multipatologis,
serta
dalam
penanganannya memerlukan waktu lama
dan membutuhkan biaya cukup besar.
Oleh karena itu, untuk menarik
perhatian dunia terhadap penuaan dan
kesehatan, serta dampak dan tantangan
kesehatan akibat penambahan jumlah
populasi lansia di masyarakat, yaitu
dengan cara menjalin kerjasama dengan
pemerintah pusat, pemerintah daerah,
organisasi kemasyarakatan, swasta dan
organisasi
internasional,
untuk
mendapatkan komitmen dalam upaya
peningkatan
penanganan
masalah
kesehatan dan penuaan.2
Masalah kesehatan pada lansia dapat
dilihat dari adanya kemunduran fungsi
organ yang menyebabkan lansia rawan
terhadap penyakit-penyakit degeneratif
salah satunya yaitu insomnia1. Insomnia
adalah kesukaran dalam memulai atau
mempertahankan
tidur4.
Insomnia
merupakan suatu gangguan tidur yang
dialami penderita dengan gejala-gejala
selalu merasa letih, lelah sepanjang hari,
mengalami kesulitan tidur, selalu
terbangun ditengah malam dan sulit
kembali tidur5. Gangguan tidur dapat
menyerang semua golongan usia,
beberapa artikel mengatakan bahwa
angka
kejadian
insomnia
akan
meningkat seiring bertambahnya usia.
Dengan kata lain, gejala insomnia sering
terjadi pada orang lanjut usia (lansia)
bahkan hampir setengah dari jumlah
lansia dilaporkan mengalami kesulitan
memulai tidur dan mempertahankan
tidurnya.
Di Indonesia gangguan tidur menyerang
sekitar 50% orang yang berusia 65
tahun. Gangguan tidur insomnia yang
paling sering ditemukan, sehingga
menyebabkan
individu
mengalami
tekanan jiwa bagi penderitanya. Setiap
tahun diperkirakan sekitar 20%-50%
lansia melaporkan adanya insomnia dan
sekitar 17% mengalami gangguan tidur
yang serius. Prevalensi insomnia ini
cukup tinggi yaitu sekitar 67%.2
Insomnia
pada
lansia
dapat
mengakibatkan dampak yang cukup
berat, karena pada Negara berkembang
banyak lansia yang masih bekerja.
Dengan
adanya
gangguan
tidur
insomnia, para lansia tidak dapat
mengembalikan
kondisi
tubuhnya
dengan baik sehingga mengakibatkan
kondisi mudah marah, kelelahan, cemas,
rasa kantuk yang berlebihan.6
Beberapa penyebab terjadinya insomnia
yang dibagi menjadi 4 kelompok: 1)
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, 2011. Keperawatan Lanjut
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
2. Kementerian Kesehatan RI :2013.
Gambaran Kesehatan Lanjut usia
di Indonesia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
3. Dinas Kesehatan Kota Bandung:
2014 Seksi Pelayanan Kesehatan
(Yankesus) Dinas Kesehatan Kota
Bandung: Dinas Kesehatan Kota
Bandung
4. Keliat, 2012. Manajemen Kasus
Gangguan
Jiwa
(intermediate
Course). (K. d. Monica Ester S, Ed.)
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
5. Janiwarti, Pieter, (Saragih. 2011).
Pengantar Psikopatologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC.
6. Surilena, 2007. Gangguan Tidur
pada Lansia dan Penangananya.
Yayasan
Kesehatan
Jiwa
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.