Anda di halaman 1dari 3

PERBANDINGAN PENCUCIAN LUK A MENGGUNAKAN REBUSAN DAUN SIRIH

MERAH, DAUN JAMBU BIJI, DAN DAUN BINAHONG TERHADAP ODOR,


NEKROTIK, DAN EKSUDAT PADA PASIEN DENGAN ULKUS DIABETIK

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insulin yang progresif. (American Diabetes Association, 2015). Dm merupakan
sebuah penyakit, Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas dan merupakan zat utama yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam tubuh agar tetap dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi
sebagai alat yang membantu gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Mahdiana, 2010). Organisasi International
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia
20-79 tahun di dunia menderita diabets pada tahun 2019 atau setara dengan angka
prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin,
IDF memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan
9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan
umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79tahun. Angka
dipredikasi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di
tahun 2045.

Berdasarkan data badan pusat statistic Indonesia tahun 2003, diperkirakan


penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa,dengan
prevalensi DM sebesar 14,7% pd daerah urban dan 7,2% pada daerah rural, sehingga
diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang DM di daerah rural.
Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti
akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi
DM pada urban 14,7% dan rural 7,2%, maka diperkirakan terdapat 28 juta penyandang
Disbetes di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural. Laporan hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan, terjadi peningkatan
prevalensi DM menjadi 8,5%. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu
debridement, offloading, dan kontrol infeksi. Ulkus kaki pada pasien diabetes harus
mendapatkan perawatan karena ada beberapa alasan, misalnya unfuk mengurangi resiko
infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya
pemeliharaan kesehatan. Tujuan utama perawatan ulkus diabetes sesegera mungkin
didapatkan kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses penyembuhan
(Handayani, 2016). Langkah pertama pada perawatan luka adalah membuka balutan luka
yang dilanjutkan pencucian luka (Aminuddin et al., 2020).

Pencucian luka dapat dilihat sebagai bagian integral dari persiapan luka dalam
menciptakan lingkungan luka yang optimal dengan cara melepaskan benda asing,
mengurangi jumlah bakteri dan mencegah aktivitas biofilm pada permukaan luka
(Wolcott & Fletcher, 2014). pencucian luka merupakan komponen penting dan
merupakan tujuan standar selama perawatan luka akut dan kronis, pencucian luka
melibatkan penggunaan cairan pembersih yang pemilihannya harus didasarkan pada
efektivitas dan kurangnya sitotoksitas dari larutan pembersih tersebut (Klasinc et al.,
2017). pencuci luka yang ideal adalah yang memiliki antimikroba yang luas dengan onset
yang cepat, tidak mengurangi resistensi jaringan terhadap infeksi atau tidak menunda
penyembuhan luka dan harus tidak beracun pada jaringan. Selain itu solusi pencuci luka
dibutuhkan yang lebih murah, mudah didapat dan lebih efektif Arisanty, (2013). Dalam
proses pencucian luka sangatlah penting karena juga mempengaruhi proses penyembuhan
luka. Larutan yang selama ini digunakan untuk pencucian luka yaitu Nacl 0,9% di
samping itu juga terdapat penggunaan bahan-bahan alam seperti daun sirih merah, daun
jambu biji, daun binahong untuk pencucian luka dan terbukti efektif.

Daun sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu obat herbal yang secara
empiris dapat mengobati diabetes melitus. Secara fitokimia sirih merah mengandung
alkaloid, flavonoid, tannin dan saponin serta peptida (Ivorra, et al., 1989, Arambewela,
2005). Senyawa aktif alkaloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau
penurun kadar glukosa darah (Sang, 2000) dan dapat menurunkan tekanan darah (Duarte,
2001). Tanin dan saponin dapat berfungsi sebagai antimikroba untuk bakteri dan virus
( Akiyana, et al., 2001, Yulia, 2011). Sementara peptida sebagai anti oksida (Agil, et al.,
2006, Chen, et al., 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huda & Joko, (2014)
menunjukkan bahwa Penggunaan daun sirih merah ternyata lebih baik dalam proses
mempercepat granulasi pada luka gangrene dibandingkan dengan NaCl 0,9%. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Juliantina R., dkk (2010), mengatakan bahwa ekstrat daun Sirih
Merah (Piper crocatum) dapat menghambat dan membunuh bakteri gram positif dan
gram negatif, sehingga perkembangan bakteri tersebut dapat di minimum dan odour ulkus
diabetik dapat dikontrol.

Pengobatan luka secara alami dapat menggunakan daun-daunan dari tanaman


yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai penyembuhan
luka, salah satunya adalah menggunakan daun jambu biji. Kandungan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat dalam daun jambu biji yang dapat membantu penyembuhan luka,
diantaranya: alkaloid, saponin, tanin, dan flavanoid (Kaneria and Chandra, 2011; Ndukwe
et al., 2013). Hasil penelitian yang dilakukan Antoni, (2019) menunjukkan bahwa daun
jambu biji memiliki empat jenis flavonoid yang berkhasiat sebagai anti bakteri, anti
inflamasi, analgesik dan antioksidan dan juga memiliki vitamin A, vitamin C, dan
antioksidan yang berfungsi melindungi lapisan kulit, sehingga tidak berbahaya jika
dilakukan secara mandiri, pasien akan lebih mandiri dengan memaksimalkan apa yang
dimiliki. Kandungan pada daun jambu biji dapat digunakan sebagai anti bakteri dan anti
mikroba yang dapat membantu menurunkan jumlah bakteri, menurunkan infeksi pada
luka dan juga mengurangi produksi eksudat yang dapat membantu menurunkan bau yang
terjadi pada luka. Penelitian yang telah dilakukan oleh Jeffi W. Ekoputro (2011) yaitu
ekstrak etanol dari daun Jambu Biji mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus. Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan penurunan
jumlah koloni seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun Jambu Biji yaitu pada
konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5%. Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak daun
Jambu Biji sebesar 3%.

Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman asli


Paraguay hingga Brazil Selatan dan Argentina Utara. Seluruh bagian tanaman Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mulai dari akar, umbi, batang, daun dan bunga
sangat mujarab untuk terapi herbal. Salah satu khasiat tanaman Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) yaitu sebagai penyembuhan luka terbuka terutama pada bagian
daunnya. kandungan asam askorbat dan saponin pada tanaman ini penting untuk
mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam
pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. hasil
penelitian yang dilakukan oleh Milandiyah, (2017) menyatakan bahwa ekstraks etanol
daun binahong mampu menyembuhkan luka lebih baik dari pada povidoe iodine pada
kulit kelinci. penelitian tersebut juga didukung oleh Kaur, (2016) menyatakan bahwa
aplikasi pasta daun binahong secara topikal menunjukan hasil lebih baik dalam proses
penyembuhan luka dibandingkan dengan Na Cl 0,9% dan povidone iodine 5% pada kulit
tikus, sehingga bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan luka di rumah yang bersifat
tradisional.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar
pasien penderita ulkus diabetik di lakukan pencucian luka menggunakan cairan Nacl 0,9
% mengalami perlambatan penyembuhan luka. Dari beberapa penelitian mengatakan
bahwa mencuci luka menggunakan daun sirih merah, daun jambu, dan daun binahong
lebih cepat berproses dalam penyembuhan luka dan lebih mudah di dapatkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di RSUD Poso untuk mengetahui yang manakah dari ketiga
rebusan daun tersebut lebih cepat dalam penyembuhan luka ulkus diabetik.

Anda mungkin juga menyukai