USULAN SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2022
Oleh :
Disetujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi ialah keadaan dimana sesuatu mikroorganisme tumbuh di
dalam badan serta bisa memunculkan penyakit. Infeksi merupakan peyakit
yang diakibatkan oleh mikroba patogen serta bertabiat sangat dinamis.
Penyakit infeksi bisa menyebar dari manusia satu ke manusia lain ataupun
dari hewan ke manusia serta pula dapat diakibatkan oleh sebagian
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, serta parasit. Menurut Modul
Penyakit Tropis Tahun 2020, Penyakit infeksi atau penyakit tropis menjadi
salah satu pemicu utama penyakit di Indonesia sebab Indonesia merupakan
wilayah yang beriklim tropis dan juga tidak terlepas dari banyaknya
mikroba patogen yang menyerang manusia sehingga memunculkan berbagai
macam penyakit.
Penyakit kulit ialah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur,
bakteri, parasit, virus, ataupun peradangan yang bisa menyerang siapa saja.
Penyakit kulit bisa menyerang segala ataupun sebagian badan tertentu serta
bisa membahayakan keadaan kesehatan pengidap bila tidak ditangani
dengan sungguh-sungguh. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan gangguan
pada kulit yang kerap ditemui misalnya faktr lingkungan, iklim, tempat
tinggal, kebiasaan hidup yang kurang sehat, alergi, dll (Putri, Furqon, &
Perdana, 2018).
Kejadian penyakit kulit di Indonesia ini masih tergolong tinggi serta
menjadi permasalahan yang cukup penting. Menurut Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat berdasarkan penyakit penderita rawat jalan di
puskesmas, angka penyakit kulit untuk semua umur menduduki peringkat
ketiga dengan jumlah kasus baru 1.052.122 atau 13,32%, yang paling
banyak menderita sakit kulit ini yaitu golongan umur 15-44 tahun sebanyak
703.222 atau 19,6% kasus baru. Ditunjukkan dengan adanya Data
Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang tahun 2017 bahwa penyakit kulit
termasuk ke dalam 5 besar penyakit dari 10 jenis penyakit yang ada di
1
2
puskesmas tersebut, sebanyak 2.537 kasus baru dan pada bulan Februari
tahun 2018 penyakit kulit masih bertahan di 5 besar penyakit dengan 371
kasus baru (Dinkes RI, 2018). Perihal tersebut sebab minimnya akan
kesadaran serta ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar
yang menyebabkan penularan penyakit kulit menular dengan sangat cepat.
Berbagai penyakit kulit diakibatkan oleh beberapa faktor seperti lingkungan
dan kebiasaan hidup sehari-hari yang kurang baik, perubahan iklim cuaca,
virus, bakteri, alergi, serta daya tahan tubuh yang kurang kuat dan lain-lain
(Pardiansyah, 2015).
Pengobatan terhadap penyakit infeksi umumnya menggunakan
antibiotik dikarenakan antibiotik telah banyak dikembangkan, dan juga
penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi
antibakteri terhadap antibiotik. Di negara maju 13-37% dari seluruh
penderita yang dirawat di Rumah Sakit mendapatkan antiniotik baik secara
tunggal atau kombinasi, sedangkan di ngera berkembang 30-80% penderita
yang dirawat di Rumah Sakit mendapatkan antibiotik dan penggunaan
antibiotik yang tidak rasional. Hasil penelitian dari studi Antimicrobial
Resistence in Indonesia (AMRIN) menunjukkan bahwa terapi antibiotik
diberikan tanpa indikasi sebanyak 20-53% di RSUP Dr Kariadi Semarang
dan antibiotik profilaksis tanpa indikasi sebanyak 43-81% (Ketut SN, 2014).
Hal ini mendukung para ilmuwan untuk mengembangkan senyawa
antibakteri baru yang berasal dari tumbuhan (Moningka KC, 2015). Temuan
senyawa antibiotik baru yang belum mengalami resistensi menjadi suatu
alternatif untuk mengatasi kasus ini. Senyawa antibiotik bisa diperoleh dari
tumbuhan yang memiliki kandungan senyawa yang berpotensi sebagai
antibakteri dengan mekanisme aksi yang relatif baru dan belum mengalami
resistensi.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ialah salah satu tumbuhan
yang memiliki kandungan senyawa sebagai antibakteri dan juga bisa
digunakan untuk menyembuhkan penyakit secara tradisional. Daun
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tumbuhan herbal lokal
yang mengandung senyawa antibakteri dan sangat mudah untuk didapatkan.
3
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung zat-zat aktif yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau disebut zat antiseptik sehingga
dijadikan bahan obat. Ekstrak dari daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.) dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri penyebab infeksi.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu flora normal yang ada
pada tubuh manusia bila dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan
infeksi terhadap inangnya sehingga bisa membahayakan manusia. Bakteri
Staphylococcus aureus termasuk golongan bakteri patogen gram positif.
Menurut Megasari (2012) dalam jurnal Ratih Pertiwi (2016) mengatakan
bahwa bakteri tersebut akan berubah menjadi patogen sehingga dapat
megakibatkan bakteremia dan infeksi sistemik pada rongga mulut. Infeksi
bakteri Staphylococcus aureus dalam kondisi patologi pada saat
menginfeksi selaput mukosa di dalam tubuh terlihat adanya kaeadaan khas
seperti nekrosis, peradangan, dan pembentukan abses (Widiastuti &
Pramestuti, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmiati, et al, (2017)
ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memberikan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, sehingga bisa
diasumsikan bahwa daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) juga bisa
memberikan aktivitas yang sama terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Dari hasil penelitian tentang daun belimbing wuluh, bahwa pada konsentrasi
ekstrak 10,45% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus sebesar 13,13mm (Pendit dkk, 2016).
Studi Literatur sebelumnya dilakukan oleh (Nurbidayah.,dkk, 2020)
terkait belimbing wuluh sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
yaitu “Pengaruh Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus” didapatkan hasil ekstrak
etanol buah belimbing wuluh memiliki kandungan senyawa aktif saponin,
flavonoid, tanin, alkaloid dan triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas bakteri dengan
mengganggu pembentukan dinding sel bakteri sehingga menyebabkan
kematian pada bakteri. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah belimbing
4
wuluh yang digunakan maka semakin besar zona hambat yang terbentuk.
Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu ekstrak belimbing wuluh memiliki
kemampuan sebagai antibakteri yang menyebabkan pertumbuhan bakteri
terganggu akibat sel bakteri lisis. Studi literature mengenai belimbing wuluh
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat dilakukan dengan
menggunakan software Nvivo 12 plus.
Software Nvivo 12 Plus merupakan salah satu software atau
perangkat lunak yang digunakan untuk penelitian kualitatif yaitu dengan
cara mengelola data interview, focus group discussion, artikel, dokumen,
website, dan konten media sosial. Software Nvivo 12 Plus ini mempunyai
kelebihan yaitu mampu menghasilkan data teks kualitatif dalam bentuk
numerik atau angka dengan visualisasi data yang cukup menarik (Salahudin
et al., 2020). Dari uraian diatas untuk mendapatkan informasi secara
komprehensif terkait ekstrak etanol belimbing wuluh sebagai terapi infeksi
kulit bakteri Staphylococcus aureus yaitu dengan dilakukannya kajian
literatur. Kajian literatur merupakan pencarian dan penelitian literatur yang
dapat menghasilkan artikel yang berkaitan dengan topik masalah tertentu
dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan publikasi yang lain terkait
dengan topik penelitian tersebut (Marzali, 2017). Pada kajian literatur ini
dipilih kajian literatur menggunakan software Nvivo 12 Plus, metode ini
dipilih karena lebih efektif dan cepat dalam membantu proses kajian
literatur secara kualitatif. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik
untuk melakukan Studi Literatur Ekstrak Etanol Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) sebagai terapi infeksi kulit bakteri Staphylococcus
aureus dengan menggunakan software Nvivo 12 Plus.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui zona hambat antibakteri ekstrak etanol Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai terapi infeksi kulit bakteri
Staphylococcus aureus ditinjau menggunakan software Nvivo 12 Plus.
2. Untuk mengetahui berapa besar konsentrasi ekstrak etanol Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang efektif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ditinjau dengan
menggunakan software Nvivo 12 Plus.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2
Gambar 2. 1 Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) (maxpixel.freegreatpicture, 2017)
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
10
11
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Roside
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.
(Herbie, 2015)
2.2.2 Taksonomi
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
14
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
(Soedarto, 2015)
2.2.3 Morfologi
Staphylococcus aureus biasanya bersifat hemolitik pada
agar darah. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada suhu 15-45
derajat celcius (Radji, 2010). Staphylococcus aureus merupakan
patogen utama untuk manusia. Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa jenis infeksi Staphylococcus aureus selama
hidupnya, dengan keparahan yang beragam, dari keracunan
makanan atau infeksi kulit minor sampai infeksi berat yang
mengancam jiwa (Jawetz et al, 2017).
Koloni Staphylococcus aureus berwarna kuning karena
adanya pigmen staphyloxanthin yang bersiat sebagai factor
virulensi. Staphylococcus aureus yang dibiakkan di medium
Columbia agar dengan 5% darah domba defibrinasi pada suhu 37
℃ pada penyimpanan menunjukkan terjadinya zona hemolisis beta
yang lebar disekeliling koloni (Soedarto, 2015).
2.2.4 Patogenitas
Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit pada
manusia melalui invasi jaringan dan atau karena pengaruh toksin
yang dihasilkannya. Infeksi dimulai dari tempat koloni patogen
pada tubuh, lalu ditularkan melalui tangan ke tempat bakteri dapat
15
2.2.7 Abses
Abses adalah penumpukan nanah di dalam rongga di bagian
tubuh setelah terinfeksi bakteri. Nanah merupakan cairan yang
mengandung banyak protein dan sel darah putih yang telah mati.
Nanah berwarna putih kekuningan (Craft, 2012; James et al.,
2016). Tanda-tanda khas pada jaringan atau organ tubuh yang
terinfeksi oleh bakteri yaitu terjadinya peradangan, nekrosis, dan
pembentukan abses (Busman dkk, 2018)
2.2.8 Impetigo
Impetigo merupakan penyakit kulit yang menular pada
daerah superfisial yaitu hanya pada bagian epidermis kulit, yang
menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah
(pustula) seperti tersundut rokok / api. Dasar infeksinya adalah
kurangnya kebersihan dan terganggunya fungsi kulit (Craft et al.,
2008). Penyakit ini dapat berasal dari proses primer karena
17
memang terjadi kerusakan pada kulit yang utuh atau terjadi karena
proses infeksi sekunder yang disebabkan karena infeksi
sebelumnya atau karena penyakit sistemik (Ratz, 2010). Impetigo
sering menyerang anak-anak terutama di tempat beriklim panas
dan lembab. Ditandai dengan lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan
dengan dinding tegang, terkadang tampang hypopyon (Djuanda,
2011).
Beberapa ersamaa dilakukan untuk mencegah penularan
adalah dengan menghindari kontak terhadap cairan yang berasal
dari lepuhan di kulit, menghindari pemakaian ersama handuk,
pakaian, dan barang-barang lainnya dengan penderita, dan selalu
mencuci tangan setelah mengobati penyakit tersebut (Maharani,
2015).
2.2.9 Jerawat
Jerawat adalah penyakit kulit yang biasa terjadi pada masa
remaja ataupun dewasa yang ditandai dengan adanya papul,
kmedo, nodus, pustule, dan kista pada wajah, leher, dada, lengan
atas, dan punggung. Jerawat merupakan penyakit kulit yang tidak
mengancam jiwa tetapi jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang dengan memberikan efek psikologis yang buruk yaitu
dengan cara seseorang menilai, memandang dan juga menanggapi
kondisi situasi dirinya (Wahdaningsih dkk, 2014).
18
2.3 Antibakteri
Antibakteri adalah bahan yang mengganggu pertumbuhan serta
metabolisme bakteri, sehingga menghambat pertumbuhan bahkan membunuh
bakteri. Mekanisme yaitu dengan merusak dinding sel merubah permeabilitas
sel, merubah molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim
serta menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Latifah, 2008).
Antibakteri merupakan suatu zat yang bisa membunuh atau menekan
pertumbuhan bakteri. Zat antibakteri yang ideal harus memiliki sifat toksisitas
selektif yaitu suat obat berbahaya terhadap parasite namun tidak
membahayakan hopses. Terdapat dua macam zat antibakteri yaitu antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan antibakteri
yang dapat membunuh bakteri (bakteriosid) (Tristiyanto, 2009).
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Tanin sebagai antibakteri mampu mengerutkan dinding sel bakteri sehingga dapat mengganggu permeabilitas
sel. Dan dapat menyebabkan sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat dan
karena pengerutan dinding sel bakteri sehingga bakteri mati (Anggraini & Saputra, 2016)
3.2 Deskripsi
Ketika bakteri Staphylococcus aureus tumbuh maka mampu
menghasilkan enterotoksin dan berkembang biak di kulit rusak atau luka
Obat Sintetik Obat Tradisional
terbuka. Jaringan yang diserang oleh bakteri Staphylococcus aureus yaitu
sel epitel, lalu masuk ke dalam sel endotel dan hidup sehingga sistem
pertahanan tubuh tidak dapat mengenali dan akhirnya menyebabkan infeksi.
Pengobatan pada penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yaitu perlu
adanya pemberian antibiotika. Antibiotik adalah obat yang digunakan
khusus untuk mengobati infeksi bakteri (J King, 2015). Penggunaan
antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan tingginya tingkat resistensi,
adanya resistensi dari antibiotik (obat sintetik) ini menimbulkan masalah
dalam pengobatan penyakit infeksi. Kejadian resistensi ini bisa dicegah
dengan bahan alami yang mempunyai kandungan yang hampir mirip atau
bahkan lebih baik dibandingkan antibiotik sintetik yang memiliki efek
samping besar sehingga angka peningkatan peristiwa infeksi dapat
diminimalisir jumlahnya (Ratna dkk, 2016).
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2021
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat tradisional ada
banyak di Indonesia, salah satunya ialah tanaman belimbing wuluh hampir
semua bagian dari tanaman tersebut mempunyai khasiat masing-masing.
Terdapat salah satu bagian belimbing wuluh yaitu pada bagian daunnya
disebutkan bahwa kandungan pada bagian daun tanaman belimbing wuluh
memiliki banyak manfaat salah satunya ialah sebagai antibiotik (Rahman,
2017). Daun belimbing wuluh mengandung senyawa kimia seperti
flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid (Pendit et al, 2016). Flavonoid dan
saponin berfungsi sebagai perusak membran sitoplasma yang menyebabkan
bocornya metabolit penting dan menginaktifkan system enzim bakteri.
21
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara analisis kualitatif dengan
menggunakan software Nvivo 12 plus. Pada penelitian ini proses analisis
dan penyajian data atau fakta dilakukan secara sistematik dan kajian
berpusat pada beberapa temuan sebelumnya, mengambil kesimpulan lalu
meringkas dari beberapa substansi literatur tersebut. Sehingga penelitian ini
termasuk kedalam kategori penelitian kajian literatur.
22
23
4.4.2 Bahan
Jurnal atau artikel ilmiah yang telah dikumpulkan baik
secara manual maupun Harzing’s Publish or Perish
Deskripsi
Penelusuran literatur ilmiah yang telah dipublikasikan pada Google
Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah daun belimbing wuluh
sebagai antibakteri pada infeksi kulit. Penelusuran artikel tersebut
dibantu menggunakan software Harzing’s Publish or Perish.
Proses selanjutnya adalah screening artikel atau literatur ilmiah.
Screening terdiri dari dua kriteria yaitu inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi digunakan untuk pencarian literatur terdiri dari artikel ilmiah
26
Memperlihatkan kata kunci Artikel ilmiah satu dengan Mendapatkan kata yang
yang mempunyai peran yang lainnya akan paling sering muncul dalam
terbesar dalam hierarki menghasilkan hubungan artikel
dengan bentuk diagram satu sama lain
Didapatkan informasi aktivitas antihipertensi pada ekstrak daun belimbing wuluh ditinjau melalui
kajian literatur
Deskripsi
Analisis data yang akan digunakan yaitu terdiri dari Hierarchy chart,
Word, dan Cluster analysis. Hierarchy chart dalam Nvivo 12 Plus ialah analisis
data menggunakan sumber atau node yang dipilih untuk mendapatkan hasil yang
berupa diagram hirarki. Diagram yang didapatkan dari Nvivo 12 Plus dibuat
Kembali dengan menggunakan Corel Draw untuk memperjelas data dan
memberikan beberapa keterangan pada diagram tersebut. Fungsi dari hirarki
sendiri ialah untuk membantu dan memvisualkan nilai kasus atau sumber. Word
cloud pada Nvivo 12 Plus digunakan untuk melihat kata yang paling sering
digunakan dalam data sehingga berfungsi memberi petunjuk tentang masalah
penting dalam dokumen. Cluster analysis dalam Nvivo 12 Plus ialah analisis data
yang dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan atau korelasi isi artikel ilmiah
satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alba S, Bakker MI, Hatta M, Scheelbeek PFD, Dwiyanti R, Usman R, et al. Risk
Factors of Typhoid Infection in the Indonesian Archipelago. PLOS ONE.
2016;11(6):1-14.
Alhassan AM, Ahmed QU. Averrhoa bilimbi Linn.: A Review of its
Ethnomedicinal Uses, Phytochemistry, and Pharmacology. J Pharm
Bioallied Sci. 2016;8(4):265–71
Anggraini, N., & Saputra, O. (2016). Khasiat Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L) terhadap Penyembuhan Acne Vulgaris., Jurnal Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung
Anggraini, T., Febrianti, F., & Ismanto, S. D. (2016). Black Tea With Averrhoa
bilimbi L Extract : A Healthy Beverage., 9, 241–252.
Arland. 2006. IPTEK OBAT. Belimbing Wuluh. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Craft, Noah, et al. Superficial Cutaneous Infections and Pyoderma. In: Wolff
Klause, Goldsmith Lowell, Katz Stephen, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2008. P.
1694-1701
Darsana, I. Besung, I. Mahatmi, H. Potensi Daun Binahong (Anredera Cordifolia
(Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli
secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus.2012.
Diyantika, D., Mufida, D. C., & Misnawi. (2017). The Morphological Changes of
Staphylococcus Aureus Caused by Ethanol extracts of Cocoa. Journal of
Agromedicine and Medical Sciences, 3(1), 25–33.
Djuanda Adhi, Pioderma, Dalam: Djuanda Adhi,eds. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi 6 (cetakan kedua). Jakarta: FK UI; 2011. p. 57-60.
Frost, I., Laxminarayan, R., McKenna, N., Chai, S., & Joshi, J. (2018).
Antimicrobial resistance and primary health care. World Health
Organization, 3–6.
Hendra R, Ahmad S, Sukari A, Shukor MY, Oskoueian E. Flavonoid analyses and
antimicrobial activity of various parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl fruit. Int J Mol Sci. 2011;12: 3422-3431.
Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk
Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: Octopus
Publishing House, p:359.
Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
33
Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit, Terapi Untuk Penyakit Kulit, Macam Nutrisi
Untuk Kesehatan Kulit, Langkah Tepat Dalam Menanggulangi Penyakit
Kulit.
Mahmudah F, Sumiwi SA, Hartini S. Studi penggunaan antibiotik berdasarkan
ATC/DDD dan DU 90% di bagian bedah digestif di salah satu rumah sakit
di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 2016;5(4):293-8.
Marselia, S., Wibowo, M.A., Arreneuz, S. (2015). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Daun Soma (Ploiarium Alternifolium Melch) Terhadap Propionibacterium
acnes. Jurnal fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tanjungpura, 4 (4):72-82.
Masripah. Aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun belimbing wuluh
(averrhoa bilimbi linn.) terhadap kultur aktif Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. 2012
Masruhen. 2010. Pengaruh pemberian infus buah belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) terhadap kadar kolesterol darah tikus. Jurnal Farmasains
Universitas Muhamadiyah Malang. http://ejournal.umm.ac.id/index.php
/farmasains/article/view/424, 2 januari 2012
Modul Penyakit Tropis 2020
Moningka KC. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Ekor Kucing (Acalypha
hispida Burm. F.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli secara In-Vitro. Pharmacon. 2015 Aug 6;4(3):193–202
Nugrahawati D, Ten Nur Rahayu P, Hana Wahyu S. 2009. Pemanfaatan buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai cairan akumulator secara
alami dan ramah lingkungan. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Nuria, maulita cut, Faizaitun, Arvin, Sumantri, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus Atcc 25923, Escherichia Coli Atcc 25922, Dan
Salmonella Typhi Atcc 1408, Mediagro.2009;5(2):26–37
34