Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.

6, November 2019

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh Terhadap


Zona Hambat Pertumbuhan Streptococcus pyogenes
Dewi Agustin, Siti Zaenab, M. Agus Krisno Budiyanto, Atok Miftachul Hudha*
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang No. Telp. 0341-464318
*e-mail: atok1964@gmail.com

Abstract: The Effect Of Concentrations Of Averrhoa Bilimbi On The Inhibition Zone


Of The Growth Of Streptococcus Pyogenes. Streptococcus pyogenes can cause
pharyngitis (sore throat) and impetigo (skin infection). Then, the purpose of this study
was to analyze the effect of various concentrations of Averrhoa bilimbi in the formation
of inhibitory zones of the growth of Streptococcus pyogenes bacteria. The population in
this study was the whole of Streptococcus pyogenes bacteria, and the sample of this
study was pure culture of Streptococcus pyogenes bacteria. The data analysis
techniques used were the Kruskal Wallis Test and the Mann Whitney Test. The results
showed that there was an effect of giving various concentrations of Averrhoa bilimbi to
the inhibition zones of the growth of Streptococcus pyogenes bacteria. The
concentration of Averrhoa bilimbi which has the best effect on the inhibitory zone
diameter of Streptococcus pyogenes bacteria which is 25% with an average inhibition
zone diameter of 1,392 mm.

Keywords: Averrhoa bilimbi, bacterial inhibit zone, Streptococcus pyogenes

Abstrak: Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh Terhadap Zona


Hambat Pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Streptococcus pyogenes dapat
menyebabkan penyakit faringitis (radang tenggorokan) dan impetigo (infeksi
permukaan kulit). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
berbagai konsentrasi ekstrak bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap zona
hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Populasi dalam penelitian ini
yaitu keseluruhan bakteri Streptococcus pyogenes, dan sampel penelitian ini yaitu
biakan murni bakteri Streptococcus pyogenes. Teknik analisis data yang digunakan
adalah Uji Kruskal Wallis dan Uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak bunga belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.
Konsentrasi ekstrak bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang memiliki
pengaruh terbaik terhadap diameter zona hambat bakteri Streptococcus pyogenes adalah
25% dengan rata-rata diameter zona hambat 1,392 mm.

Kata kunci: belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), Streptococcus pyogenes, zona


hambat bakteri

14
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

PENDAHULUAN menimbulkanngejala penyakit


Penyakit infeksi adalah jenis (Kusuma, 2010). Penyakit yang umum
penyakit yang menjadi permasalahan disebabkan oleh bakteri Streptococcus
dalam kesehatan. Penyakit infeksi pyogenes adalah faringitis (sakit
banyak diderita olehnpenduduk di tenggorokan) dan impetigo. Penyakit
negara berkembangntermasuk lain yang juga sering ditimbulkan oleh
Indonesia. Manusia termasuk makhluk bakteri Streptococcus pyogenes
hidup yang paling rentan terhadap diantaranya erysipelas, cellulitis,
infeksi bakteri dan suatu penyakit akan necrotizing fasciitis, demam puerperal,
timbul apabila infeksi menyebabkan sepsis, endokarditis akut,
perubahan-perubahan pada fisiologi glomerulonephritis, dan demam rematik
normal tubuh (Pratiwi, 2008). Infeksi (Jawetz et al., 2001).
biasanya disebabkan karena keadaan Sekitar 9.000-11.500 kasus
atau kondisi udara yang berdebu, Streptococcus pyogenes yang invasif
temperatur yang hangat, dan lembab muncul setiap tahunnya dan
sehingga mikroba dapat tumbuh subur mengakibatkan 1.000-1.800 kematian
(Sari et al., 2013). Penyakit infeksi pada dari seluruh kasus yang muncul di
umumnya disebabkan oleh beberapa Amerika serikat. Kasus infeksi yang
bakteri, khususnya bakteri yang hidup disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pada binatang dan secara tidak sengaja pyogenes masihnmenjadi masalah
menginfeksi manusia. Penyakit infeksi kesehatan di negara-negara berkembang
bisa ditularkan dari satuuorang ke orang seperti Indonesia (Ji et al., 2012).
lain serta bisa juga ditularkan dari Farigitis dan pioderma merupakan jenis
hewan ke manusia (Jawetz, 2001). penyakit yang banyak ditemukan pada
Manusia termasuk makhluk hidup anak-anak usia sekolah di Indonesia
yang paling rentan terhadap infeksi maupun negara-negara berkembang
bakteri. Bakteri Streptococcus pyogenes lainnya. Puncak insiden penyakit
merupakan bakteri gram positif yang faringitis dan pioderma terdapat pada
bersifat patogen dan berbentuk coccus kelompokmusia 5 sampai 15 tahun
yang apabila diamati di bawah (Setiawan, 2017). Penyakit faringitis
mikroskop tampak membentuk seperti akut masuk dalam 10 besar penyakit
rantai panjang (Erywiyatno et al., yang dirawat jalan dengan presentase
2012). Streptococcus pyogenes adalah jumlah penderita 1,5% atau sebanyak
flora normal dari spesies Streptococcus 2.214.781 orang di Indonesia pada
yang terdapat pada saluran pernafasan tahun 2004. Menurut data dari Dinas
dan dapat menyebabkan infeksi apabila Kesehatan Kota Bandar Lampung,
pertahanan tubuh inang terganggu dan kasus faringitis akut masuk dalam 10
apabila organisme dapat menembus besar dalam urutan penyakit terbanyak
pertahanan konstitutif. Kerongkongan dan menduduki urutan ke lima pasien
kulit merupakan tempat pertama yang rawat jalan di Puskesmas Simpur Kota
diserang oleh bakteri Streptococcus Bandar Lampung periode Januari-
pyogenes sehingga menyebabkan rasa Desember tahun 2013 (Sidharti et al.,
nyeri saat menelan (Awanis & 2015).
Mutmainnah, 2016). Setiap individu Pengobatan untuk infeksi yang
normal diperkirakan 5 sampai 15% disebabkan oleh bakteri patogen dapat
memiliki bakteri Streptococcus menggunakan antibiotik. Antibiotik
pyogenes dan umumnya terdapat pada merupakan bahan yang diperoleh dan
saluran pernafasan, akan tetapi tidak dihasilkan oleh mikroorganisme, bahan

15
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

tersebut memiliki kemampuan dari bahan-bahan alam dinilai


membunuh atau menghambat mempunyai efek samping relatif kecil
pertumbuhan terhadap mikroorganisme dibandingkan dengan penggunaan obat
dan banyak digunakan oleh masyarakat dari bahan kimia. Keuntungan lain yang
untuk pengobatan infeksi yang didapat dari penggunaan obat dari
disebabkan oleh bakteri patogen bahan-bahan alam yaitu bahan bakunya
(Apriani et al., 2014). mudah diperoleh dan memiliki harga
Antibiotik mampu memberikan yang relatif lebih murah (Apriani et al.,
khasiat yang tidak perlu diragukan 2014).
ketika digunakan secara tepat, namun Hampir semua jenis tumbuhan
apabila dalam penggunaan antibiotik yang tersebar di Indonesia memiliki
tidak tepat, seperti kurang tepatnya manfaat sebagai obat alami karena
indikasi penggunaan, penggunaan memiliki senyawa aktif yang mampu
secara bebas oleh masyarakat, serta dimanfaatkan sebagai obatntradisional,
dosis dan lama pemberian yang tidak salah satu diantaranya adalah tanaman
tepat, akan menimbulkan masalah baru belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).
yaitu meningkatnya resistensi bakteri Tanaman belimbing wuluh banyak
terhadap antibiotik Kusumowati et al., tumbuh di pekarangan sehingga mudah
(2014). Penggunaan antibiotik yang diperoleh masyarakat. Secara umum
tidak tepat mampu menimbulkan belimbing wuluh telah dipercaya
banyak kerugian dari segi kesehatan, sebagai obat dan banyak dimanfaatkan
ekonomi dan generasi yang akan dating untuk menyembuhkan berbagai
(Utami, 2011). Dengan demikian maka penyakit (Maryam et al., 2015).
perlu adanya alternatif lain dalam Belimbing wuluh (Averrhoa
pengobatan infeksi dengan bilimbi) memiliki kandungan senyawa
memanfaatkan bahan-bahan dari alam. aktif baik pada batang, buah dan daun
Pengobatan dengan yang berpotensi sebagai antibakteri.
memanfaatkan bahan dari alam dapat Belimbing wuluh sering disebut
menjadi alternatif yang dapat diberikan belimbing sayur atau belimbing asam,
kepada penderita setelah sebab memiliki rasa asam dan biasa
mengindikasikan gejala-gejala tertentu, digunakan sebagai bumbu masakan atau
selain itu pengobatan secara alami ini ramuan jamu. Hal ini karena belimbing
dapat digunakan sebagai upaya wuluh mengandung zat tannin, saponin,
meminimalisir tingkat resistensi bakteri glukosa sulfur, asam format, peroksida,
(Puteri & Milanda, 2016). Pengobatan flavonoid, serta triterpenoid
tradisional yang memanfaatkan bahan- (Suryaningsih, 2016).
bahan dari alam sudah dilakukan dari Bagian bunga belimbing wuluh
generasi ke generasi selama ribuan (Averrhoa bilimbi) memiliki kandungan
tahun sehingga dikenal sebagai senyawa aktif yang juga berperan
tumbuhan obat nenek moyang. sebagai antibakteri dan memiliki peran
Berdasarkan kenyataan tersebut, utama dalam menghambat pertumbuhan
diketahui bahwa penggunaan tumbuhan maupun membunuh bakteri. Kandungan
obat sudah merupakan bagian dari senyawa aktif tersebut diantaranya
tradisi masyarakat tradisional (Radam et saponin, polifenol, dan flavonoid
al., 2017). Masyarakat semakin sadar (Ardananurdin et al., 2004).
akan pentingnya kembali ke alam Hasil pengujian fitokimia
dengan memanfaatkan bahan-bahan menunjukkan bahwa, semua ekstrak
alam sebagai obat. Penggunaan obat bunga mengandung senyawa alkaloid

16
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

dan tanin serta tidak mengandung pertumbuhan bakteri Staphylococcus


senyawa steroid (Novita, 2018). Lebih aureus dan Klebsiella pneumonia.
lanjut Novita, (2018) menunjukkan, Sehubungan dengan hal tersebut, maka
bahwa ekstrak aseton bunga belimbing tujuan dari penelitian ini adalah untuk
wuluh mengandung flavonoid, mengetahui pengaruh berbagai
triterpenoid, glikosida dan fenolik . konsentrasi ekstrak bunga belimbing
Ekstrak etanol bunga belimbing wuluh wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap
juga mengandung saponin, triterpenoid pembentukan zona hambat
dan fenolik, sementara ekstrak akuades pertumbuhan Streptococcus pyogenes
bunga belimbing wuluh mengandung serta menentukan konsentrasi ekstrak
flavonoid dan saponin. yang terbaik.
Adanya glikosidaBerdasarkan
hasil skrining fitokimia esktrak etanol METODE
bunga belimbing wuluh (Averrhoa Sterilisasi Alat. Proses strerilisasi
bilimbi) juga mengandung senyawa alat, yaitu (a) mencucui semua alat
aktif glikosida yang merupakan gugus hingga bersih dan membiarkannya
amonioglikosida yang memiliki hingga kering dan (b) membungkus
antiseptik dan bersifat sebagai antibiotik semua peralatan menggunakan kertas
(Azmi, 2013). Glikosida merupakan sampul dan mensterilkan dalam
senyawa yang juga berpengaruh dalam autoklaf pada suhu 125ºC dengan
menghambat aktivitas bakteri dan telah tekanan 15 atmosfer selama 30 menit.
banyak digunakan sebagai bahan Pembuatan Ekstrak Bunga
antiseptik (Puteri & Milanda, 2014). Belimbing Wuluh. Proses pembuatan
Beberapa peneliti telah ekstrak bunga belimbing wuluh , yaitu
memanfaatkan bagian dari tanaman (a) mencuci bersih bunga belimbing
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) wuluh lalu di kering angina-anginkan
sebagai antibakteri, menurut hingga tidak mengandung air; (b)
Ardananurdin et al., (2004) dari menghancurkan bunga belimbing wuluh
Program Studi Kedokteran Fakultas dengan blender; (c) memasukkan bunga
Kedokteran Universitas Brawijaya, belimbing wuluh ke dalam Erlenmeyer;
membuktikan efektifitasmdekok bunga (d) memberi larutan etanol 96%
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sebanyak 500 ml; (e) menutup
sebagai antimikrobatterhadap bakteri Erlenmeyer dengan alumunium foil; (f)
Salmonellaatyphi yang dapat menyimpan bahan pada ruang tertutup
menghambat bakteri Salmonella typhi selama 2x24 jam untuk dilakukan
pada konsentrasi 10%, sedangkan yang proses maserasi; (g) menyaring ekstrak
dapat membunuh bakteri Salmonella dengan corong bucher dan kain saring
typhi pada konsentrasi 12,5%. Azmi kemudian diambil filtratnya; (h) filtrate
(2013), juga melakukan penelitian atau hasil ekstrak dievaporasi
tentang skrining fitokimia dan uji menggunakan rotary evaporator dengan
aktivitas antibakteri ekstrak etanol serta suhu 60ºC sampai 80ºC; (i) hasil
fraksi-fraksi bunga belimbing wuluh evaporasi disimpan didalam oven
(Averrhoa bilimbi) terhadap bakteri dengan suhu 40ºC; (j) pembuatan
Staphylococcus aureus dan Klebsiella berbagai konsentrasi ekstrak bunga
pneumoniae. Hasil yang didapatkan dari belimbing wuluh sebesar 5%, 10%,
penelitian tersebut menunjukkan bahwa 15%, 20%, 25% dilakukan pengenceran
ekstrak etanol memberikan daerah dengan aquades dari hasil ekstrak bunga
hambat yang efektif terhadap belimbing wuluh 100%.

17
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

Pembuatan BAP (Blood Agar mendinginkan selama beberapa saat


Plate). Tahapan pembuatan BAP (Blood media BAP (Blood Agar Plate) dengan
Agar Plate), yaitu (a) menimbang tujuan untuk menghilangkan uap air
bubuk BAB (Blood Agar Base) yang terdapat pada cawan petri; (b)
sebanyak 20 gram; (b) menambahkan mengambil suspensi Streptococcus
aquades steril pada bubuk BAB (Blood pyogenes yang telah diencerkan
Agar Base); (c) menghomogenkan menggunakan kapas lidi kemudian
larutan BAB (Blood Agar Base) hingga menginokulasi secara merata pada
tercampur menggunakan magnetic permukaan medi BAP (Blood Agar
stirrer dengan suhu 300ºC dan Plate) dengan teknik sinambung; (c)
kecepatan 8 rpm; (d) mensterilkan menetesi paper disk dengan berbagai
larutan BAB (Blood Agar Base) di konsentrasi ekstrak bunga belimbing
dalam autoklaf pada suhu 121ºC dengan wuluh dan perlakuan kontrol positif dan
tekanan 15 atmosfer selama 15 menit; negatif; (d) memasukkan paper disk ke
(e) menambahkan darah segar sebanyak dalam cawan petri yang telah terisi
35 ml dan homogenkan kembali dengan media agar dan diletakkan tepat
cara digoyangkan; (f) menuangkan ditengah media; (e) menutup kembali
larutan kedalam cawan petri sebanyak cawan petri sambil diputar 180º diatas
20 ml pada ruang LAF; dan (g) api bunsen dengan tujuan agar lebih
membiarkan suspense hingga padat steril; (f) membungkus atau melapisi
didalam ruangan LAF steril. bagian tepi cawan petri dengan plastik
Pembuatan Suspensi dan warp; (g) menginkubasi dalam
Larutan Pembanding Mac Farland. inkubator pada suhu 37ºC selama 24
Tahapan pembuatan suspensi dan jam dengan posisi tutup cawan petri
larutan Mac Farland, yaitu (a) membuat terbalik.
larutan dengan memasukkan Bariun Tahap pengamatan penelitian,
Clorida (BaCl2) 1%; (b) membuat yatu (a) meletakkan cawan petri secara
larutan dengan memasukkan Asam berurutan di atas meja sesuai dengan
Sulfat (H2SO4) 1%; (c) mencampur perlakuannya; (b) meletakkan cawan
kedua larutan pada tabung reaksi, petri secara terbalik dna tutup cawan
dengan perbandingan 0,1 ml BaCl2 1% petri tidak terbuka; dan (c) mengukur
dan 9,9 ml H2SO4 1%; (d) menyimpan diameter zona hambat yang muncul
larutan dalam ruangan LAF; (e) pada masing-masing perlakuan dengan
mengambil 3-7 koloni biakan bakteri menggunakan jangka sorong.
Streptococcus pyogenes kemudian Jenis penelitian yang digunakan
diencerkan dengan aquades 9 ml hingga adalah True Experimental Research.
tercapai larutan homogen untuk Rancangan penelitian yang digunakan
mendapatkan kepadatan bakteri yaitu yaitu The Posttest Only Control Group
1,5 x 108 sel/mm; (f) Design, dalam design ini terdapat dua
membandingkannya dengan larutan kelompok yaitu kelompok eksperimen
standar Mac Farland 0.5. Jika biakan dan kelompok kontrol. Rancangan
bakteri Streptococcus pyogenes belum percobaan yang digunakan adalah
sama dengan larutan pembanding, maka rancangan acak lengkap (RAL) non-
ditambahkan bakteri dengan jarum ose faktorial karena penelitian ini dilakukan
hingga mencapai kekeruhan yang sama. di lingkungan laboratorium yang
Inokulasi Bakteri Streptococcus dianggap homogen. Serta perlakuannya
pyogenes. Proses inokulasi bakteri diletakkan dan dilakukan secara acak
Streptococcus pyogenes, yaitu (a) pada setiap percobaan, hal ini berarti

18
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

seluruh unit percobaan memiliki wuluh (Averrhoa bilimbi) diameter zona


peluang yang sama untuk menerima hambat terbesar pada konsentrasi 25%.
perlakuan. Penelitian ini menggunakan Berikutnya dilakukan uji normalitas
7 kelompok perlakuan, yaitu kontrol untuk mengetahui data berdistribusi
negatif aquades, kontrol positif normal atau tidak.
amoxilin, konsentrasi ekstrak 5%, 10%,
15%, 20%, 25%. Analisis data yang Tabel 1 Data Rerata Diameter Zona
dilakukan dengan terlebih dahulu Hambat Bakteri Streptococcus pyogenes
menggunakan uji normalitas
(Klomogorov smirnov) dan homogenitas Diameter Zona Hambat (mm)
(Levene test) kemudian dilanjutkan Perlakuan
U1 U2 U3 U4 Rerata
dengan uji Kruskal Wallis dan (mm)
dilanjutkan dengan uji Man Whitney. A (5%) 0,85 0,81 0,85 0,87 0,85

B (10%) 0,84 0,83 0,81 0,87 0,84


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji pengaruh berbagai C (15%) 0,89 0,93 1,09 0,78 0,92
konsentrasi ekstrak bunga belimbing D (20%) 1,19 1,16 0,99 1,06 1,10
wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap zona
hambat pertumbuhan Streptococcus E (25%) 1,17 1,79 1,39 1,22 1,39
pyogenes, diperoleh data pengukuran KA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
diameter zona hambat pada masing- KB 2,79 2,98 2,76 2,68 2,80
masing perlakuan. semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan maka
semakin besar diameter zona hambat Pengujian kenormalan residual
yang terbentuk. Hasil dari penelitian dilakukan menggunakan Kolmogorov
berbagai konsentrasi ekstrak bunga Smirnov, dengan kriteria apabila nilai
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Dhitung< Dtabel maka residual dinyatakan
mampu menghambat pertumbuhan normal. Hal ini dapat diketahui bahwa
bakteri Streptococcus pyogenes adanya pengujian normalitas residual pengaruh
senyawa antibakteri berupa saponin, berbagai konsentrasi ekstrak bunga
polifenol, flavonoid, dan glikosida. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
Peningkatan besar diameter zona terhadap diameter zona hambat
hambat pertumbuhan bakteri pertumbuhan bakteri Streptococcus
Streptococcus pyogenes berdasarkan pyogenes menghasilkan statistik
perbedaan konsentrasi ekstrak bunga Kolmogorov Smirnov sebesar 0,224.
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Hal ini dapat diketahui bahwa pengujian
terlihat pada Tabel 1. normalitas residual menghasilkan nilai
Berdasarkan Gambar 1 dapat Dhitung (0,224) < Dtabel (0,257), sehingga
menginformasikan bahwa semakin residual tersebut dinyatakan normal.
tinggi konsentrasi ekstrak maka Pengujian kehomogenan residual
semakin meningkat hasil diameter zona pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak
hambat. Perlakuan kontrol diameter bunga belimbing wuluh (Averrhoa
zona hambat terbesar terdapat pada bilimbi) terhadap diameter zona hambat
perlakuan kontrol positif (amoxilin) dan pertumbuhan bakteri Streptococcus
diameter zona hambat terkecil pada pyogenes dilakukan menggunakan
perlakuan kontrol negatif (aquades) Levene Test, dengan kriteria apabila
sedangkan untuk perlakuan berbagai nilai Levene statistics < F tabel maka
konsentrasi ekstrak bunga belimbing residual dinyatakan homogen. Hasil

19
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

pengujian homogenitas residual bakteri Streptococcus pyogenes. Hasil


menghasilkan statistik Levene sebesar analisis Mann Whitney Test dapat
3,247 dengan F tabel sebesar 2,573. Hal diketahui melalui Tabel 3.
ini dapat diketahui bahwa pengujian Hasil analisis di atas
residual menghasilkan Levene Statistic menginformasikan bahwa perlakuan
(3,247) > F tabel (2,573) sehingga yang paling baik untuk menghambat
residual tersebut dinyatakan tidak pertumbuhan bakteri Streptococcus
memiliki ragam yang homogen. pyogenes adalah hasil perlakuan yang
Hasil perhitungan analisis kruskal memberikan pengaruh sangat nyata dan
wallis bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang mempunyai frekuensi
perbedaan pengaruh berbagai beda nyata terbesar dengan perlakuan
konsentrasi ekstrak bunga belimbing lain yaitu pada perlakuan berbagai
wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap konsentrasi ekstrak bunga belimbing
diameter zona hambat pertumbuhan wuluh (Averrhoa bilimbi) paling baik
bakteri Streptococcus pyogenes yang terhadap diameter zona hambat bakteri
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Streptococcus pyogenes adalah pada
konsentrasi 25%. Konsentrasi 5%, 10%
Tabel 2. Hasil Pengujian Kruskal Wallis dan 15% memiliki kemampuan yang
H 𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 sama dalam menghambat pertumbuhan
24,592 12,592 bakteri Streptococcus pyogenes dan
untuk perlakuan konsentrasi 15% dan
Tabel 2 menginformasikan bahwa 20% juga memilki kemampuan yang
pengujian perbedaan menghasilkan uji sama dalam menghambat pertumbuhan
Kruskal Wallis (H) sebesar 24,592 bakteri Streptococcus pyogenes.
dengan 𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 sebesar 12,592. Hal ini Pemberian berbagai konsentrasi
dapat diketahui bahwa statistik uji (H) ekstrak bunga belimbing wuluh yang
> 𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 , sehingga H0 ditolak. Oleh digunakan yaitu 5%, 10%, 15%, 20%,
karena itu, dapat dinyatakan bahwa ada dan 25% terhadap diameter zona
perbedaan pengaruh berbagai hambat pertumbuhan bakteri
konsentrasi ekstrak bunga belimbing Streptococcus pyogenes menunjukkan
wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap adanya pengaruh dari setiap perlakuan
diameter zona hambat pertumbuhan yang berbeda-beda terhadap diameter
bakteriStreptococcus pyogenes yang zona hambat yang dihasilkan dengan
berbeda signifikan. melihat ukuran diameter zona hambat.
Uji pengaruh berbagai konsentrasi Daerah bening yang dihasilkan di
ekstrak bunga belimbing wuluh sekitar cakram disk disebabkan karena
(Averrhoa bilimbi) terhadap diameter adanya pengaruh pemberian ekstrak
zona hambat pertumbuhan bakteri bunga belimbing wuluh, dengan
Streptococcus pyogenes yang berbeda demikian ekstrak bunga belimbing
signifikan dilakukan menggunakan uji wuluh mampu memberikan pengaruh
Mann Whitney dengan kriteria bahwa terhadap hambatan pertumbuhan bakteri
apabila Z statistik>Z tabel 5% (1,96) Streptococcus pyogenes.
maka dapat dinyatakan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh berbagai
konsentrasi ekstrak bunga belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap
diameter zona hambat pertumbuhan

20
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

Tabel 3. Hasil analisis Mann Whitney Test


Z Statistik
Perlakuan Rata-Rata Notasi
KA B A C D E KB
KA (Aquades) 0.00 2.31 2.31 2.31 2.31 2.31 2.31 a
B (10%) 0.84 2.31 0.58 1.15 2.31 2.31 2.31 b
A (5%) 0.85 2.31 0.58 1.15 2.31 2.31 2.31 b
C (15%) 0.92 2.31 1.15 1.15 1.73 2.31 2.31 bc
D (20%) 1.10 2.31 2.31 2.31 1.73 2.02 2.31 c
E (25%) 1.39 2.31 2.31 2.31 2.31 2.02 2.31 d
KB (Amoxilin) 2.80 2.31 2.31 2.31 2.31 2.31 2.31 e

Hasil penelitian adanya pengaruh Hasil penelitian yang telah


berbagai konsentrasi ekstrak bunga dilakukan terlihat, bahwa diameter zona
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) hambat yang dihasilkan dari setiap
terhadap senyawa aktif yang terkandung perlakuan berbeda. Hal tersebut
dalam bunga belimbing wuluh yang dipengaruhi oleh berbagai konsentrasi
sifatnyya sebagai antimikroba. Senyawa ekstrak bunga belimbing wuluh yang
tersebut diantaranya saponin, polifenol, memiliki kadar kandungan senyawa
flavonoid, dan glikosida. Secara umum aktif antimikroba yang berbeda setiap
masing-masing senyawa aktif yang konsentrasi, sehingga dengan adanya
berperan sebagai antimikroba tersebut perbedaan kadar kandungan senyawa
memiliki fungsi yang relatif sama yaitu aktif tersebut akan mempengaruhi
untuk menghambat pertumbuhan atau ukuran zona hambat bakteri yang
membunuh bakteri Streptococcus dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi
pyogenes, namun dari masing-masing pemberian ekstrak bunga belimbing
senyawa tersebut memiliki mekanisme wuluh (Averrhoa bilimbi) semakin
kerja antimikroba yang berbeda. besar diameter zona hambat yang
Penelitian mengenai pengaruh terbentuk. Hal ini sesuai dengan
berbagai konsentrasi ekstrak bunga pendapat Afifi, Erlin, & Rachmawati,
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) (2018)., bahwa konsentrasi zat
juga menggunakan 2 perlakuan kontrol antimikroba dapat mempengaruhi
yaitu kontrol negatif (aquadest) dan pertumbuhan mikroorganisme, artinya
kontrol positif (amoxilin). Perlakuan apabila konsentrasi zat antimikroba
kontrol negatif (aquadest) ternyata berbeda maka pertumbuhan mikroba
setelah dilakukan pengamatan rata-rata pun akan berbeda, dimana konsentrasi
diameter zona hambat yang dihasilkan yang paling besar akan menyebabkan
0,00 mm, yang artinya pada perlakuan jumlah kematian yang lebih besar pula
kontrol negatif tidak memiliki pengaruh terhadap mikroba
terhadap zona hambat pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan
bakteri Streptococcus pyogenes. bahwa konsentrasi 5%, 10%, 15% dan
Sedangkan untuk perlakuan kontrol 20% memiliki pengaruh yang sangat
positif (amoxilin) ternyata memiliki kecil terhadap hambatan pertumbuhan
rata-rata diameter zona hambat sebesar bakteri Streptococcus pyogenes. Pada
2,80 mm, yang artinya pada perlakuan konsentrasi 25% menunjukkan
kontrol positif terdapat pengaruh pengaruh yang paling besar dengan
terhadap zona hambat pertumbuhan rerata diameter zona hambat 1,39. Hal
bakteri Streptococcus pyogenes. ini menunjukkan, bahwa semakin besar

21
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

kadar konsentrasi yang diberikan Polifenol bekerja melalui


semakin besar pula komponen zat aktif masuknya polifenol ke dalam sel bakteri
antimikroba yang terkandung di dengan melewati dinding sel bakteri dan
dalamnya. Keadaan demikian akan membran sitoplasma, di dalam sel
menghasilkan ukuran diameter zona bakteri senyawa polifenol menyebabkan
hambat yang berbeda pada setiap denaturasi protein penyusun
perlakuan konsentrasi yang diberikan. protoplasma, sehingga keadaan
Bunga belimbing wuluh memiliki demikian metabolisme menjadi inaktif
banyak manfaat salah satunya di bidang dan pertumbuhan bakteri menjadi
kesehatan yang sejak dulu telah banyak terhambat (Dwidjoseputro, 1994).
dimanfaatkan atau digunakan oleh Polifenol bersifat toksik terhadap
masyarakat untuk pengobatan secara mikroorganisme, hidroksilasi yang
alami. Bunga belimbing wuluh meningkat menyebabkan toksisitas yang
memiliki kandungan senyawa aktif meningkat pula. Mekanisme yang
antimikroba guna menghambat atau dianggap bertanggung jawab terhadap
membunuh mikroorganisme yang toksisitas fenolik pada mikroorganisme
sifatnya patogen. Kandungan pada adalah bahwa fenol berperan sebagai
ekstrak bunga belimbing wuluh yang inhibitor enzim, merusak membran
efektif untuk menghambat pertumbuhan sitoplasma yang menyebabkan
bakteri Streptococcus pyogenes yaitu metabolit penting, mengadakan
saponin, polifenol, flavonoid, dan interaksi non-spesifik dengan protein
glikosida. dan secara total dapat mengendapkan
Saponin memberikan efek protein sel (Afifi et al., 2018).
antimikroba dengan membentuk Flavonoid bekerja dengan
kompleks polisakarida pada dinding sel. merusak dinding sel bakteri yang terdiri
Interaksi saponin dengan dinding sel atas lipid dan asam amino. Lipid dan
akan menyebabkan rusaknya dinding asam amino akan bereaksi dengan
dan membran sel sehingga akan gugus alkohol pada senyawa flavonoid
bakterilisis. Mekanisme kerja saponin sehingga dinding sel akan rusak dan
sebagai antibakteri yaitu dapat flavonoid akan masuk kedalam inti sel
menyebabkan kebocoran protein dan bakteri. Flavonoid yang berada dalam
enzim dari dalam sel (Madduluri, Rao, inti sel akan bereaksi berkontak dengan
& Sitaram, 2013). Saponin memiliki zat DNA sehingga menyebabkan rusaknya
aktif yang permukaannya mirip struktur lipid DNA sehingga bakteri
detergen, sehingga saponin akan akan lisis dan sel akan mati. Reaksi
menurunkan tegangan permukaan pengrusakan struktur lipid DNA
dinding sel bakteri dan merusak disebabkan karena perbedaan kepolaran
permeabilitas membran. Rusaknya antara lipid penyususn DNA dengan
membran sel akan mengganggu gugus alkohol flavonoid (Ernawati &
kelangsungan hidup bakteri. Saponin Sari, 2015). Glikosida bekerja dengan
berdifusi melalui membran luar dan cara membentuk senyawa kompleks
dinding sel yang rentan akan mengikat dengan membran sel melalui ikatan
membran sitoplasma sehingga hidrogen yang dapat menghancurkan
mengganggu serta mengurangi sifat permeabilitas dinding sel bakteri
kestabilan sel. Hal ini menyebabkan yang akan menimbulkan kematian sel
sitoplasma bocor keluar dari sel yang bakteri tersebut (Ernawati & Sari,
mengakibatkan kematian sel (Ernawati 2015).
& Sari, 2015).

22
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

Penelitian ini juga menggunakan bakteri uji lain yang sifatnya patogen
perlakuan aquades sebagai perlakuan dan tergolong bakteri gram negatif.
kontrol negatif dan perlakuan amoxilin
sebagai perlakuan kontrol positif. DAFTAR RUJUKAN
Perlakuan kontrol negatif (aquades) Afifi, R., Erlin, E., & Rachmawati, J.
setelah pengamatan rata-rata diameter 2018. Uji Anti Bakteri Ekstrak
zona hambat 0,00 mm artinya tidak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
terdapat daerah bening yang muncul di bilimbi L) terhadap Zona Hambat
sekitar paper disk sehingga perlakuan Bakteri Jerawat Propionibacterium
kontrol negatif (aquades) tidak memiliki acnes secara in vitro. Quangga:
pengaruh terhadap diameter zona Jurnal Pendidikan Dan Biologi, 10
hambat bakteri Streptococcus pyogenes. (1): 10–17.
Perlakuan kontrol positif (amoxilin) Apriani, D., Amaliawati, N., &
mampu menghasilkan zona hambat, hal Kurniati, E. 2014. Efektivitas
ini ditandai dengan munculnya daerah berbagai konsentrasi infusa daun
bening di sekitar paper disk. Rata-rata salam (Eugenia polantha Wight)
diameter zona hambat yang dihasilkan terhadap daya antibakteri
oleh amoxilin yaitu 2,8 mm. Staphylococcus aureus secara in
vitro. Teknologi Laboratorium, 3
SIMPULAN (1).
Hasil penelitian ini menunjukkan Ardananurdin, A., Winarsih, S., &
bahwa ada pengaruh berbagai Widayat, M. 2004. Uji efektifitas
konsentrasi ekstrak bunga belimbing dekok bunga Belimbing Wuluh
wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap (Averrhoa Bilimbi) sebagai
diameter zona hambat pertumbuhan antimikroba terhadap bakteri
bakteri Streptococcus pyogenes. Salmonella Typhi secara in vitro.
Konsentrasi 25% memiliki pengaruh Jurnal Kedokteran Brawijaya,
terbaik terhadap diameter zona hambat 20(1): 30–34.
pertumbuhan bakteri Streptococcus Awanis, M. A., & Mutmainnah, A. A.
pyogenes dengan rerata diameter zona 2016. Uji antibakteri ekstrak
hambat 1,39 mm. berdasarkan oleoresin jahe merah (Zingiber
kesimpulan tersebut maka dapat officinale var.rubrub) terhadap
diberikan saran, yaitu (1) perlu bakteri Streptococcus pyogenes.
dilakukan penelitian lanjutan untuk 3(1): 52–62.
menentukan konsentrasi hambat Azmi, N. U. R. 2013. Skrining fitokimia
minimum (KHM) dan konsentrasi dan uji aktivitas antibakteri
bunuh minimum (KBM) ekstrak bunga ekstrak etanol serta fraksi-fraksi
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa
terhadap pertumbuhan bakteri bilimbi L.) terhadap antibakteri
Streptococcus pyogenes; (2) perlu Staphylococcus aureus dan
dilakukan penelitian serupa dengan Klebsiella pneumonia. Universitas
menggunakan konsentrasi yang lebih Sumatera Utara.
tinggi agar mendapatkan hasil diameter Ernawati, & Sari, K. 2015. Kandungan
zona hambat lebih besar; dan (3) perlu senyawa kimia dan aktivitas
dilakukan penelitian tambahan yang antibakteri ekstrak kulit buah
menguatkan teori ataupun hasil alpukat (Persea americana P.Mill)
penelitian ini dengan menggunakan terhadap bakteri Vibrio
alginolyticus. Jurnal Kajian

23
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

Veteriner, 3(2): 203–211. tstream/123456789/95605/1/G18nt


Erywiyatno, L., Djoko, & Krihariyani. n.pdf).
2012. Pengaruh madu terhadap Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi
pertumbuhan bakteri Streptococcus farmasi. Yogyakarta: Erlangga.
pyogenes. Analis Kesehatan Sains, Puteri, T., & Milanda, T. 2016. Uji daya
pp. 30–37. hambat ekstrak daun Lidah Buaya
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 2001. (Aloe vera L.) terhadap bakteri
Mikrobiologi kedokteran (1st ed.). Escherichia coli dan
Jakarta: Salemba Medika. Staphylococcus aureus: Review.
Ji, Y. S., Dian, N., & Rinanda, T. 2012. Farmaka Suplemen. 14(2): 9–17.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak Radam, R., Soendjoto, M. A., &
etanol kelopak bunga Rosella Prihatiningtyas, E. 2017.
(Hibiscus sabdariffa L) terhadap Pemanfaatan tumbuhan yang
Streptococcus pyogenes secara in berkhasiat obat oleh masyarakat di
vitro. Jurnal Kedokteran Syiah kabupaten Tanah Bumbu,
Kuala. 12(4): 31–36. Kalimantan Selatan. Prosiding
Kusuma, S. A. F. 2010. Streptococcus Seminar Nasional Lahan Basa.
pyogenesis. Retrieved from 486-492.
https://docplayer.info/32702709- Repi, N., Mambo, C., & Wuisan, J.
Makalah-bakteri-streptococcus- 2016. Uji efek antibakteri ekstrak
pyogenes-oleh-sri-agung-fitri- kulit Kayu Manis ( Cinnamomum
kusuma-m-si-apt.html burmannii ) terhadap Escherichia
Kusumowati, I. T. D., Rosita, M., & coli dan Streptococcus pyogenes.
Prasetyawan, A. 2014. Daya Jurnal E-Biomedik (EBm). 4(1): 1-
antibakteri ekstrak etano, daun 5.
senggani (Melastoma affine D. Sari, R., Nour, F., Mustari, A., &
Don). Biomedika, 6(2): 22–25. Wahdaningsih, S. 2013. Aktivitas
Madduluri, S., Rao, B., & Sitaram, B. antibakteri minyak atsiri kulit jeruk
2013. In vitro evaluation of Pontianak terhadap
antibaterial activity of five Staphylococcus aureus dan
indigenous plants extrak against Escherichia coli. Traditional
five bacterial pathogens of human. Medicine Journal. 18(2): 121-126.
Academi Sciences: International Setiawan, A. T. 2017. Upaya
Journal of Pharmacy and penanganan gangguan nyeri akut
Pharmaceutical Sciences. 5(4): pada a.n C dengan faringitis.
679–684. (Online), ( http://eprints.ums.ac.id/
Maryam, S., Juniasti, S., & Kosman, M. 52248/4/NASKAH
2015. Uji aktivitas antibakteri PUBLIKASI.pdf).
ekstrak etanol buah belimbing Sidharti, L., Pemula, G., Lisiswanti, R.,
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) asal & Soleha, T. U. 2015. Kesesuaian
kota Watampone. Asy-Syifaa, peresepan penyakit faringitisa akut
07(01): 60–69. terhadap standar pengobatan di
Novita, N. T. 2018. Skrining fitokimia, puskesmas rawat inap Simpur
aktivitas peredaman radikal DPPH Bandar Lampung tahun 2013.
dan sititiksis ekstrak bunga dan Jurnal Agromedicine. 2(3): 196–-
buah belimbing wuluh (Averrhoa 202.
bilimbi L.). (Online), Suryaningsih, S. 2016. Belimbing
(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bi wuluh (Averrhoa Bilimbi) sebagai

24
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.6, November 2019

sumber energi dalam sel Galvani. resistensi dan rasionalitas terapi.


Jurnal Penelitian Fisika Dan El-Hayah. 1(4): 191–198.
Aplikasiny. 6(1): 11–17. Retrieved (Online), (https://www.research
from https://journal.unesa.ac.id gate.net/publication/265579606_A
/index.php/jpfa/article/view/880/66 NTIBIOTIKA_RESISTENSI_DA
9 N_RASIONALITAS_TERAPI).
Utami, E. R. 2011. Antibiotika,

25

Anda mungkin juga menyukai