PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Rindang Swandari Subagya
NIM 151610101036
Pembimbing :
Dosen Pembimbing Utama : drg. Peni Pujiastuti, M.Kes.
Dosen Pembimbing Anggota : drg. Melok Aris W., M.Kes Sp. Perio
Penguji :
Dosen Penguji Ketua : drg. Tantin Ermawati, M. Kes
Dosen Penguji Anggota : drg. Pujiana Endah Lestari, M.Kes
BAB 1. PENDAHULUAN
keuntungan, klorheksidin juga memiliki kerugian berupa efek samping yang tidak
diinginkan. Efek samping akibat pemakaian obat kumur klorheksidin cukup
bervariasi, salah satunya diskolorisasi merupakan efek yang sering dikeluhkan
(Newman, 2002).
Saat ini telah banyak dikembangkan obat kumur dengan bahan dasar
tanaman obat yang diyakini mempunyai khasiat antibakteri dengan efek samping
minimal (Ristiani, dkk., 2015). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai
lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern.
(Sari, 2006). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional
adalah tanaman kersen (Prilly, 2017).
Kersen (Muntingia calabura L.) merupakan spesies tunggal dari Muntingia.
Di Indonesia pemanfaatan buah kersen masih belum optimal karena dianggap tidak
memiliki nilai ekonomis serta kurangnya pengetahuan mengenai pemanfaaatannya,
padahal buah ini memiliki manfaat yang tinggi dan dapat di-konsumsi sebagai
alternatif pengganti obat. Manfaat kersen sebagai obat dapat dilihat dari kandungan
kimia buah kersen (Senet, 2016).
Analisis fitokimia, ekstrak buah kersen mengandung senyawa saponin,
fenol, steroid triterpenoid, dan flavonoid (Senet,2016). Flavonoid adalah senyawa
yang terdiri dari 15 atom karbon yang berfungsi sebagai pigmen tanaman. Fungsi
flavonoid yaitu meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi dan sebagai
antibiotik. Sedangkan saponin dan tanin merupakan golongan senyawa aktif
tumbuhan yang bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan memiliki aktivitas
antibakteri (Noer dkk., 2007).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Silbi dkk (2012) bahwa kersen
memiliki potensi sebagai antibakteri dan anti jamur. Selain itu, hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Muflikhah (2017) menyebutkan ekstrak daun
kersen menghambat pertumbuhan P. gingivalis. Namun belum ada penelitian
tentang daya antibakteri ekstrak buah kersen terhadap P. gingivalis. Berdasarkan
uraian diatas, dengan melihat kandungan terdapat pada buah kersen (Mutingia
4
calabura L.) dan hasil penelitian terdahulu tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
ekstrak buah kersen terhadap pertumbuhan P. gingivalis
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui daya antibakteri buah kersen (Mutingia calabura L.)
terhadap pertumbuhan P. gingivalis
2. Untuk mengetahui konsentrasi minimal ekstrak buah kersen (Mutingia
calabura L.) dalam menghambat pertumbuhan P. Gin givalis
yang sifatnya merusak host seperti protease, fimbriae dan sebagainya (Haudoko,
2018)
Perlekatan P. gingivalis dibantu berbagai faktor virulensi yang
berhubungan dengan destruksi jaringan dan mekanisme pertahanan terhadap inang,
yang meliputi :
a. Fimbriae sebagai perantara utama dalam perlekatan bakteri ke substrat yang
tersedia, selain itu juga memiliki sifat kemotaktik dan induksi sitokin yang juga
terlibat dalam patogenesis (Iriano, 2008). Fimbriae pada permukaan sel bakteri
bertanggung jawab terhadap interaksi bakteri dengan sel hospes (Khusnan dan
Salasia, 2006).
b. Protease, dapat mendegradasi molekul inang seperti imunoglobulin, komplemen,
protein sekuester hemin, hemolisin, kolagenase, dan protein jaringan ikat inang,
serta berperan dalam jalur tidak langsung untuk menghancurkan dengan
mendegradasi inhibitor yang dihasilkan sel inang untuk mengatur protease sel
inang yang terlibat dalam inflamasi (Pratiwi, 2012).
c. Hemaglutinin akan menginisiasi kolonisasi dengan cara memperantarai
pengikatan bakteri dengan reseptor (biasanya oligosakarida) pada sel manusia,
karena bakteri ini membutuhkan hemin untuk pertumbuhan, maka ikatannya
dengan eritrosit sel tubuh manusia juga memberikan fungsi nutrisi (Iriano,
2008). Hemaglutinin dan fimbriae mempunyai arti sebagai adhesin untuk
perlekatan bakteri gram negatif pada sel hospes (Khusnan dan Salasia, 2006).
d. Kapsular polisakarida yang menghambat fagositosis oleh sel imun inang serta
berperan penting dalam perlekatan sel (Iriano, 2008).
2.3 Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bateri. Zat-
zat ini dapat diperoleh secara alami melalui sintesis dan melalui modifikasi molekul
biosintetik yang bekerja dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
(Madigan, 2003).
8
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales/Columniferae
Suku : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.
terdapat pada vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenol alam talah diketahui
strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenolik juga
terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam
tumbuhan seperti lignin, melanin dan tannin adalah senyawa polifenol (Januarti,
2010). Fenol juga bekerja melalui koagulasi protein dan perusak membran sel.
Persenyawaan fenol dapat bersifiat bakteriosidal dan bakteriostatis tergantung
dengan konsentrasi yang digunakan (Septiani, 2017).
b. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder
yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk
dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (Gambar
2.4). Flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan
cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk
teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub
kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon
di sekitar molekulnya (Redha, 2010). Mekanisme kerja flavonoid sebagai
antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler
dan terlarut sehingga dapat merusak membrane sel bakteri dan diikuti dengan
keluarnya senyawa intraseluler (Cowan, 1999; Nuria et al., 2009; Bobbarala,
2012).
13
c. Saponin
Saponin merupakan glikosida Kompleks dengan berat molekul tinggi dan
berdasarkan agliknnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
steroida dan tipe triterpenoida (Gambar 2.5). Saponin steroida terdapat pada
tumbuhan monokotik maupun dikotil. Sedangkan saponin triteroenoida
(Gambar 2.6) banyak terdapat pada tumbuhan dikotil (Gunawan dan Mulyani,
2004).
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk. Tanin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan
enzim, dan menggangu transport protein pada pada lapisan dalam sel. Selain itu,
kompleksasi dari ion besi dengan tanin dapat menjelaskan toksisitas tanin.
Mikroorganisme yang tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat besi
untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA. Hal
ini disebabkan oleh kapasitas pengikat besi yang kuat oleh tanin (Ngajow, dkk.,
2013)
2.5 Klorheksidin
Klorheksidin merupakan bisbiguanides glukonat, efek antiplaknya dapat
mencegah akumulasi plak serta mengurangi keradangan. Adesivitas klorheksidin
yang lama pada permukaan gigi, membuat klorheksidin efektif bila digunakan 2
kali dalam satu hari (Fiscmen, 1998).
Keuntungan lain bahan ini berasal dari segi sifat bahan itu sendiri yaitu
ikatannya yang lama pada berbagai area dalam rongga mulut, dan dilepaskan secara
perlahan, sehingga berfungsi sebagai antibakteri untuk waktu yang cukup lama.
Efek bakterisid dari bahan ini berupa kerusakan intergritas sel dan presipitasi
kandungan sitoplasmik
16
Antibakteri
Mengubah
Alami Sintetik flora rongga
mulut
Menyebabkan
perubahan pada
Flavonoid Saponin Tanin Fenol permeabilitas
membran sel
Penyakit
P. Gingivalis
Periodontal
Bakteri
berkurang
protein dan enzim dari dalam sel (Madduluri, dkk., 2013). Fenol juga bekerja
melalui koagulasi protein dan perusak membran sel. Persenyawaan fenol dapat
bersifiat bakteriosidal dan bakteriostatis tergantung dengan konsentrasi yang
digunakan (Septiani, 2017). Tanin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba juga
menginaktifkan enzim, dan menggangu transport protein pada pada lapisan dalam
sel (Ngajow, dkk, 2013).
2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dari penelitian ini :
1. Ekstrak buah kersen mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan P.
Gingivalis.
2. Konsentrasi minimal ekstrak buah kersen (Mutingia calabura L.) memiliki
daya hambat terhadap pertumbuhan P. gingivalis
20
c. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah suspensi P. gingivalis, media
pertumbuhan P. gingivalis, suhu (37°C), lama inkubasi (24 jam) cara perhitungan
daya hambat bakteri dan prosedur kerja.
3) Pengeringan buah dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 40°C selama 6
x 24 jam sampai kadar air yang ada dalam buah kersen habis dan kering.
Tujuan dari pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas
dimana mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan akan terhenti, dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat
mempunyai waktu simpan yang lama (Adawyah, 2014).
4) Buah kersen yang sudah kering dijadikan serbuk dengan menggunakan
blender dan diayak sehingga didapatkan bentukan serbuk atau bubuk halus.
Estraksi dengan metode maserasi yaitu dicampur dengan etanol 70%
sejumlah 5 kali berat serbuk dan dikocok dengan hotplate stirrer yang tidak
dinyalakan panasnya sampai serbuk dan etanol menjadi homogen.
5) Serbuk yang telah homogen dengan etanol didiamkan selama 2 x 24 jam
selanjutnya disaring dengan corong yang telah dilapisi kertas saring. Hal ini
dilakukan selama 30 menit untuk mendapatkan pemisahan antara filtrat dan
residu (Pramono, dkk., 2014).
6) Langkah yang terakhir adalah melakukan penguapan dengan rotary
evaporator pada hasil filtrat selama 11 jam hingga didapatkan ekstrak buah
kersen yang kental (Pramono, dkk., 2014).
7) Rendemen yang dihasilkan untuk ekstrak buah kersen konsentrasi 100%
adalah 32.68% (Lampiran C.).
d. Membuat sediaan ekstrak buah kersen dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan
12,5%
1) Pengenceran dilakukan dengan aquades steril untuk mendapat serial dilution
konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan 50%, Ekstrak 100% didapat dari ekstrak
buah murni.
2) Ekstrak buah kersen dengan konsentrasi 50% dibuat dengan cara mencampur
ekstrak buah kersen 100% 1 ml ditambah aquades steril sebanyak 1 ml.
3) Ekstrak buah kersen 50% didapat dengan cara mencampur 1 ml ekstrak buah
kersen ditambah konsentrasi 25% dengan 1 ml aquadest steril.
4) Ekstrak buah kersen 12,5% didapat dengan cara mencampur 1 ml ekstrak
buah kersen ditambah konsentrasi 25% dengan 1 ml aquadest steril.
25
CFU/mL. Kekeruhan ini yg akan dipakai standar suspensi bakteri uji (Kawengian,
dkk., 2017).
4.1 Hasil
Hasil penelitian mengenai daya hambat ekstrak buah kersen (Mutingia
calabura L.) terhadap pertumbuhan P. gingivalis didapatkan zona hambat di sekitar
lubang sumuran yang telah diberi ekstrak pada masing – masing kelompok
penelitian kecuali kelompok kontrol negatif disajikan pada (Gambar 4.1).
Tabel 4.1 Nilai rata-rata dan standar deviasi diameter zona hambat ekstrak buah kersen
terhadap P. gingivalis
N : jumlah sampel
X : nilai rata-rata diameter zona hambat
SD : Standar Deviasi diameter zona hambat
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata diameter zona
hambat berturut-turut mulai dari yang terbesar adalah pada ekstrak buah kersen
100% sebesar 14,15 mm, ekstrak 50% sebesar 12,78 mm, ekstrak 25% sebesar
11,15 mm, diikuti oleh ekstrak 12,5% sebesar 9,09 mm dan terakhir ekstrak 6,25%
sebesar 6,87 mm. Kelompok kontrol positif rata-rata diameter yang didapat sebesar
10,31 mm dan kontrol negatif memiliki rata-rata diameter terkecil yaitu 0 mm.
Berdasarkan rata-rata diameter zona hambat, diperoleh histogram sesuai
dengan zona hambat yang dihasilkan, dapat dilihat pada Gambar 4.2
33
16
Gambar 4.2 Histogram rata-rata diameter zona hambat (mm) terhadap pertumbuhan
P.gingivalis
Kelompok
N Shapiro-Wilk Signifikansi
Penelitian
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai signifikansi yang diperoleh untuk
kontrol positif, ekstrak 100%, ekstrak 50%, ekstrak 25% dan ekstrak 12,5% diatas
0,05 sehingga kelompok tersebut terdistribusi normal. Namun, untuk ekstrak 6,25%
lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data dari kelompok
tersebut tidak terdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas, dilakukan uji
homogenitas varian menggunakan uji Levene Test untuk menguji ragam populasi,
apakah setiap varian kelompok populasi penelitian ini sama atau homogen, dengan
kriteria pengambilan keputusan pada uji ini adalah sebagai berikut :
1. Apabila nilai signifikasni α ≥ 0,05 maka data homogen.
2. Apabila nilai signifikansi α ≤ 0,05 maka data tidak homogen.
1,563 6 21 0,207
35
Hasil uji homogenitas pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi yang didapat menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil data homogen. Berdasarkan uji normalisan Saphiro-
Wilk dan uji homogenitas Levene Test diatas, maka dilakukan uji statistik non
parametrik yaitu Kruskal Wallis.
Kruskal-Wallis df Signifikansi
12,328 3 0,02
Hasil uji Kruskal Wallis pada Tabel 4.4 diperoleh nilai α ≤ 0,05 yaitu 0,02
yang berarti bahwa rata-rata diameter zona hambat pada masing-masing kelompok
memiliki perbedaan yang bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan rata-
rata diameter zona hambat antar kelompok dilakukan uji Mann Whitney.
Kontrol Positif - - - - - - -
Hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai α ≤ 0,05, yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok, yaitu kontrol positif, kontrol negatif,
ekstrak 100% ekstrak 50%, ekstrak 25%, ekstrak 12,5 dan ekstrak 6,25%.
36
4.3 Pembahasan
Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris bertujuan untuk
mengetahui daya antibakteri ekstrak buah kersen (Mutingia calabura L.) terhadap
pertumbuhan P. gingivalis. Pembuatan ekstrak buah kersen dalam penelitian ini
menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Metode maserasi dapat
mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan komponen senyawa kimia yang
terandung dalam ekstrak karena metode maserasi tidak menggunakan panas
(Asmadi, 2014)
Penelitian ini berdasarkan kriteria Davis dan Stout, zona hambat yang
terbentuk pada kelompok ekstrak 100%, ekstrak 50% dan ekstrak 25% digolongkan
sebagai daya antibakteri dengan aktivitas kuat. Setelah itu, untuk ekstrak ekstrak
12,5% dan ekstrak 6,25% digolongkan sebagai daya antibakteri dengan aktvitas
sedang (Rastina, dkk., 2015).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah kersen (Mutingia
calabra L.) mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan P. gingivalis yang
ditandai dengan terbentuk zona hambat. Zona hambat merupakan daerah jernih
sekitar lubang sumuran, dimana bakteri terhambat pertumbuhannya.
Kandungan zat antibakteri di dalam ekstrak buah kersen mengandung
senyawa saponin, fenol, tanin, dan flavonoid (Ami, dkk., 2016). Fenol juga bekerja
melalui koagulasi protein dan perusak membran sel. Persenyawaan fenol dapat
bersifiat bakteriosidal dan bakteriostatis tergantung dengan konsentrasi yang
digunakan (Septiani, 2017).
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membrane sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Tanin
memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan kemampuannya untuk
menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan enzim, dan menggangu
transport protein pada pada lapisan dalam sel. Selain itu, kompleksasi dari ion besi
dengan tanin dapat menjelaskan toksisitas tannin (Ngajow, 2013).
37
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ekstrak buah kersen (Mutingia calabura L.) memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan Porphyromonas gingivalis.
2. Konsentrasi ekstrak buah kersen yang memiliki daya hambat terkecil terhadap
Porphyromonas gingivalis, yaitu konsentrasi 6,25%.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya antibakteri ekstrak buah
kersen (Mutingia calabura L.) terhadap mikroflora lain pada rongga mulut.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain untuk
membandingkan keefektifannya dalam menghambat pertumbuhan P. gingivalis.
3. Perlu dilakukan uji penelitian lebih lanjut mengenai uji biokompabilitas ekstrak
buah kersen terhadap jaringan rongga mulut.
4. Perlu dilakukan sosialisasi pada masyarakat pada masyarakat mengenai manfaat
buah kersen terutama bagi kesehatan gigi dan mulut.
39
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Robiatul. 2014. Pegolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Sinar Grafika
Offset
Ami, Mucharommah. 2016. Kajian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang
dan Buah Kersen (Muntingia Calabura L.) Terhadap Bakteri Escherichia
Coli dan Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Prosiding Seminar
Nasional Biologi. ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Davis, W.W. dan T.R Stout. 1971. Disc plate methods of microbiological antibiotic
assay. J. Microbiology. Vol. 4:659-665
Ernawati dan Kumala Sari. 2015. Kandungan Senyawa Kimia Dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea Americana P. Mill)
Terhadap Bakteri Vibrio Alginolyticus. Jurnal Kajian Veteriner. Vol. 3(2)
: 203-211
Haudoko, G.V. 2018. Daya Hambar Ektrak Daun Wungu (Graptophyltam pictum
(L.) Griff) terhadap Adhesi Bakteri Phorphyromonas gingivalis pada
Neutrofil. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
40
Januarti, S.E. 2010. Efek Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol Daun Salam
(Syzygium Polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Mencit Putih (Mus Musculus) Jantan Galur Balb-C yang Diinduksi
Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Farmasi Uiversitas Muhammadiyah
Surakarta
Kawegian, S. A. F., W dan Jane, A. L. Michael. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak
Daun Serai (Cymbopogon Citratus L) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus Mutans. Jurnal e-GiGi (eG). Vol. 5(1): 7-11
Nurul, Dewi. 2002. Infeksi Dalam Bidang Periodonsia. Jurnal Kedokteran Gigi
Univeritas Indonesia. Vol. 14(16):1
41
Paliling, A., P. Jimm dan P. S. Anindita. 2016. Uji Daya Hambat Ekstrak Bunga
Cengkeh (Syzygium Aromaticum) terhadap Bakteri Porphyromonas
Gingivalis. Jurnal e-GiGi (eG). Vol. 4(2): 229-234
Prayoga, Eko. 2013. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle
L.) Dengan Metode Difusi Disk Dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Stapylococcus Aureus. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universtitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Ristianti, N., Kusnanta, J. dan Marsono. dkk. 2015. Perbedaan Efektifitas Obat
Kumur Herbal dan Non Herbal Terhadap Akumulasi Plak di Dalam
Rongga Mulut. Medali Jurnal. Vol. 2(1):2
Ronderos M., Michalowicz B., Camara R., Contreras A. 2000. Bacterial and Viral
Risk Markers for Juvenile Periodontitis. J.Periodontal. Vol. 7(1)
42
Sari, P. P., Wiwik S. R., Ni M. P. 2015. Identifikasi Dan Uji Aktivitas Senyawa
Tanin Dari Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr)
Sebagai Antibakteri Escherichia Coli (E. Coli). Jurnal Kimia. Vol. 9(1):
27-34
Sitoresmi, S., Elvin N. L., Fani R., Lukman F., Yushardi. 2017. Bioetanol dari
Buah Kersen (Muntingia Calabura) Menggunakan Saccharomyces
Cerevisiae. Jurnal Teknik Kimia. Vol 12(1):19-23
Soejono, S., Susanto, H. S., Udiyono, A. dan Adi, M. S. 2016. Gambaran Penyakit
Periodontal pada Wanita Menopause dan Tidak Menopause di Puskesmas
Srodol, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarat. Vol. 4(4):1
Sriyono, R. A. N., Ika A. 2013. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Manggis
(Garcinia Mangostana Linn.) Terhadap Bakteri Porphyromonas
Gingivalis. IDJ. Vol. 2(2):2
Tulung, P. C., Rorong, J. A. dan Pontoh, J. 2017. Analisis Fitokimia Dan Uji
Toksisitas Dari Kulit Batang Kersen (Muntingia Calabura). J. Chem.
Prog. Vol. 10(1):15-19
LAMPIRAN
V1 x C1 = V2 x C2
Keterangan:
V1 = Volume pertama (volume larutan ekstrak konsentrasi 100%)
C1 = Konsentrasi awal (konsentrasi larutan ekstrak 100%)
V2 = Volume kedua (konsentrasi larutan ekstrak 100%)
C2 = Konsentrasi kedua (konsentrasi larutan ekstrak yang akan dibuat)
Pengenceran ekstrak buah kersen untuk 1ml dari ;
a. Pengenceran 100% murni ekstrak
b. Pengenceran 50%
C1.V1 = C2.V2
100 %. V1 = 50% . 1ml
VI = 50% : 100%
VI = 0,50 ml
( 0,50 ml ekstrak buah kersen, 0,50 ml aquadest)
c. Pengenceran 25%
C1.V1 = C2.V2
100%. V1 = 25% . 1ml
VI = 25% : 100 %
VI = 0,25 ml
( 0,25 ml ekstrak buah kersen, 0,75 ml aquadest)
d. Pengenceran 12,5%
C1.V1 = C2.V2
100%. V1 =12,5% . 1ml
VI =12,5% : 100 %
VI = 0,125 ml
( 0,125 ml ekstrak buah kersen, 0,875 ml aquadest).
47
e. Pengenceran 6,25%
C1.V1 = C2.V2
100%. V1 = 6,25% . 1ml
VI = 6,25% : 100 %
VI = 0,0625 ml
( 0,0625 ml ekstrak buah kersen, 0,9375 ml aquadest).
48
(n-1) (t-1) ≥ 15
Keterangan :
n = besar kelompok
t = jumlah sampel
49 gram
% Rendemen = x 100%
149.91 gram
% Rendemen = 32.68%
Jangka Sorong
Inkubator Gelas Ukur Labu Erlenmeyer
Digital
52
Chorhexidine
Yellow Tip Appendorf Aquadest
0,2%
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
No. P
Pengamat K+ P 100 P 50 P 25 P 6,25 K-
Petridish 12,5
1 10,40 13,10 12,75 10,65 9,50 7,10 0