Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATA KULIAH STUDIUM

GENERALE
[Lecture in Naturale Product Chemistry:
A Botanichal Fungcide for Indonesian Farmers]

Nama Mahasiswa : Muhammad Fazli


Nomor Induk Mahasiswa : 122190140
Tanggal Pelaksanaan : 25 Maret 2024

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI INSTITUT
TEKNOLOGI SUMATERA
2024
Muhammad Fazli (122190140)

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris, yang mana pertanian merupakan tulang punggung
ekonomi negara Indonesia. Kesulitan yang berkelanjutan dalam menjaga kesejahteraan
dan produktivitas petani selalu menjadi keresahan masyarakat, terutama yang berkaitan
dengan penyakit tanaman yang berbahaya. Fungisida botani telah muncul sebagai
alternatif yang menarik dan berpotensi berguna dalam mencari jawaban yang
berkelanjutan dan bisa diterapkan [1]. Dibandingkan dengan bahan kimia sintetis,
fungisida botani memiliki kemampuan untuk melindungi tanaman secara efektif tanpa
memiliki dampak yang merugikan besar pada lingkungan atau kesehatan manusia.
Mengingat keragaman beragam tanaman Indonesia, ada banyak peluang untuk
menyelidiki bahan kimia alami yang terkandung didalam tumbuhan yang ada di
Indonesia, dengan tujuan adalah untuk menyediakan fungisida yang berkelanjutan dan
inventif untuk pertanian. Tujuan webinar ini adalah berharap dapat meraangsang
kolaborasi dan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan pertanian Indonesia dalam
menghadapi tantangannya yang kompleks.

Petani kita Indonesia sekarang ini sangat membutuhkan perlindingan tanaman yang aman
dan efisien untuk meningkatkan proses panen. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memahami berbagai fungisida botani yang dapat memenuhi kebutuhan petani tersebut,
bagaimana menggunakannya secara efisien, dan bagaimana mereka mempengaruhi
lingkungan. Memeriksa sejumlah fungisida botani yang sesuai untuk petani Indonesia,
memberikan rincian tentang karakteristik, teknik aplikasi, dan potensi keuntungan bagi
petani yang ingin melestarikan dan meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara
yang berkelanjutan. Oleh karena itu diharapkan bahwa makalah ini akan berfungsi
sebagai bahan tambahan ilmu yang membantu bagi petani Indonesia dalam memilih dan
menggunakan fungisida botani dengan aman. Pada sesi ini kita akan mengeksplorasi
potensi yang belum diolah dan dikembangkan untuk menyediakan alternatif yang
berkelanjutan sebagai fungisida botani

B. PEMBAHASAN

Alternatif untuk mengobati kerusakan dan penyakit yang disebabkan oleh hama dan
penyakit tanaman di pertanian adalah tujuan dari fungisida botani. Penggunaannya yang
murah, sederhana, efektif, dan ramah lingkungan merupakan hal penting dari manfaat
fungisida alami.. Potensi tanaman Indonesia disorot dengan jumlah keanekaragaman
hayati yang dimiliki Indonesia sangatlah beraneka ragam. Salah satu negara dengan
keragaman terbesar spesies tanaman di seluruh dunia, Indonesia mencakup berbagai
lingkungan, dari hutan hujan tropis yang tinggi. Fungisida botani adalah bahan kimia yang
Muhammad Fazli (122190140)

berasal dari tumbuhan dan digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh jamur. Fungisida botani dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran,
bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal
bahan aktifnya. Contoh fungisida botani yang dapat ditemukan antara lain Copcide 77
WP, yang berbahan aktif tembaga hidroksida (Cu(OH)2).

Permasalahan fungisida yang ada di Indonesia seperti methil bromida, cholorothalomi,


propineb, popineb, depletes ozone layer, toxic to fish, dan expensive. Penggunaan methil
bromida dapat menyebabkan imbalan ekosistem, karena ia dapat membunuh jamur yang
bermanfaat sekalipun, jamur yang terkena methil bromida dapat menjadi resisten terhadap
bahan fungisida ini, methil bromida dapat berbahaya bagi manusia dan hewan jika
digunakan secara tidak tepat, selain itu juga dapat menyebabkan pencemaran tanah dan
air, pennggunaan methil bromide disuntikan kedalam tanah atau disemprotkan untuk
mensterilkan tanah tersebut. Cholorotalonil sebagai pelindung kayu, pestisida, akarisida,
dan untuk mengendalikan jamur, lumut, bakteri, alga. Chlorothalonil memiliki potensi
toksisitas terhadap tumbuhan, terutama jika digunakan dalam dosis yang tinggi, sehingga
dapat mengakibatkan kerusakan pada daun, batang, atau akar tanaman. Popineb adalah
nama dagang untuk nebuamycin, yang merupakan fungisida kontak yang biasanya
digunakan untuk melawan penyakit jamur pada tanaman. Propineb bekerja dengan
mengganggu respirasi jamur, yang pada akhirnya membunuh jamur. Merupakan fungisida
kontak yang artinya hanya membunuh jamur yang sudah ada pada tanaman. Ia tidak
mempunyai aktivitas sistemik, sehingga tidak dapat melindungi tanaman dari infeksi
jamur yang belum ada. Depletes ozone layer adalah kemampuan suatu zat kimia untuk
merusak lapisan ozon yang terdapat di stratosfer. Lapisan ozon ini penting karena
melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet berbahaya yang berasal dari matahari. Zat kimia
yang dapat merusak lapisan ozon disebut ozon-depleting substances (ODS), seperti
chlorofluorocarbons (CFCs), halons, carbon tetrachloride, dan methyl chloroform. Toxic
to fish mengacu pada kemampuan suatu zat untuk menjadi beracun bagi ikan. Zat-zat
yang toksik bagi ikan dapat merusak sistem pernapasan, sistem saraf, atau organ lainnya,
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan. Kadar toksisitas suatu zat
terhadap ikan dapat bervariasi tergantung pada jenis zat tersebut, dosis yang terpapar, dan
kondisi lingkungan di mana ikan tersebut berada. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola bahan kimia dengan hati-hati agar tidak mencemari lingkungan air dan
mengancam kehidupan ikan. Expensive adalah permasalahan dari bahan fungisida yang
terlalu mahal sehingga petani sulit untuk memenuhi kebutuhan penggunana fungisida
dalam pertanian.
Muhammad Fazli (122190140)

Fungisida botani adalah fungisida yang berasal dari bahan-bahan alami, seperti tanaman,
mikroba, atau mineral. Keuntungan penggunaan fungisida botani bagi petani antara lain
lebih ramah lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan hewan. Banyak sekali jenis
fungida botani alternatif yang dapat dimanfaatkan petani, seperti minyak neem berasal
dari pohon neem (Azadirachta indica) dan telah digunakan secara tradisional sebagai
fungisida dan insektisida. Ini efektif melawan berbagai penyakit jamur pada tanaman,
sulfur adalah fungisida yang efektif melawan penyakit jamur seperti kutu daun, oidium,
dan penyakit lainnya pada tanaman, minyak atsiri, seperti minyak jeruk, minyak kayu
manis, dan minyak lavender, dapat memiliki sifat fungisidal dan dapat digunakan sebagai
alternatif alami untuk mengendalikan penyakit jamur, dan masih banyak lagi. Selain itu,
beberapa senyawa dalam fungisida botani juga dapat mempengaruhi sintesis dinding sel
jamur. Dinding sel adalah struktur penting yang memberikan dukungan dan dinding sel
menjadi lemah atau tidak stabil, membuat sel jamur lebih rentan terhadap tekanan osmotic
dan kerusakan fisik. Akibatnya, sel jamur kehilangan kemampuannya untuk bertahan
hidup dan akhirnya mengalami kematian.

Webinar ini memberikan gambaran yang jelas tentang seberapa baik zat organik tersebut
bekerja dalam memerangi infeksi jamur pada tanaman. Studi kasus dapat berupa
pengamatan empiris dari petani yang menggunakan produk yang berasal dari komponen
aktif tanaman Indonesia, percobaan lapangan, atau penelitian laboratorium. Temuan studi
kasus ini menyoroti potensi bahan alami ini sebagai kandidat fungisida botani yang kuat
dan efisien. Data yang dikumpulkan dari studi kasus ini dapat menjadi landasan untuk
penyelidikan tambahan guna memaksimalkan penerapan zat-zat tersebut untuk
perlindungan tanaman. Studi kasus pada webinar ini merujuk pada situasi konkret di
mana senyawa-senyawa alami yang berasal dari tumbuhan Indonesia telah menunjukkan
aktivitas fungisida yang signifikan dalam pengendalian penyakit tanaman.

Tantangan dalam menciptakan fungisida botani adalah sebagai berikut :

1. Efektifitas: Membuat fungisida botani yang efektif dalam mengendalikan


penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur.
2. kesimbangan ekosistem: Membuat fungisida botani yang tidak menyebabkan
imbalan ekosistem, karena ia dapat membunuh jamur yang bermanfaat sekalipun.
3. Resistensi: Membuat fungisida botani yang tidak dapat diterima oleh jamur yang
terkena.
4. Keselamatan: Membuat fungisida botani yang aman bagi manusia dan hewan jika
digunakan secara tidak tepat.
Muhammad Fazli (122190140)

5. Pencemaran: Membuat fungisida botani yang tidak menyebabkan pencemaran


tanah dan air.
6. Pengembangan: Membuat fungisida botani yang lebih efektif, aman, dan ramah
lingkungan.
7. Pengujian: Melakukan pengujian efektifitas fungisida botani terhadap cendawan
patogenik.
8. Pengembangan teknologi: Membuat fungisida botani yang dapat digunakan
secara efektif dalam pertanian organic.
9. Konsentrasi: Menentukan konsentrasi yang tepat untuk mencapai efektifitas
fungisida botani.
10. Pengembangan alternatif: Membuat fungisida botani yang dapat digantikan
dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti pestisida biologis.

Mitra industri, petani, dan peneliti mempunyai peluang besar untuk bekerja sama
mengatasi kendala tersebut. Kerja sama lintas sektor seperti ini dapat mempercepat
penelitian dan pemasaran fungisida botani dengan memfasilitasi pertukaran sumber daya
dan informasi. Penelitian para ilmuwan dapat dikombinasikan dengan pengetahuan nyata
para petani, dan dunia usaha dapat membantu dengan infrastruktur dan pendanaan untuk
mempercepat pengembangan dan pengiriman produk. Oleh karena itu, kemitraan ini
memiliki kemampuan untuk memaksimalkan penggunaan fungisida nabati sekaligus
mengatasi hambatan logistik dan teknologi dalam pengembangannya secara luas dalam
hal pertanian ramah lingkungan.

C. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil adalah kita harus memahami betapa beruntungnya kita
sebagai negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya
alam yang melimpah tentunya kita harus bisa mengolah dan mempertahankannya dengan
efektif dan seefesien mungkin. Petani merupakan sektor penting yang melakukan peran
tersebut, namun dengan banyaknya keluhan dan permasalahn yang dirasakan petani maka
pemanfaatan tersebut belum berjalan optimal, seperti keluhan mengenai hama tanaman
seperti jamur. Penggunaan pestisida kimia akan merusak ekosistem agraris Indonesia,
baik itu flora maupun fauna. Maka diperlukan alternatif solusi dari keresahan yang
dirasakn oleh petani, dalam upaya mengatasi tantangan yang dihadapi oleh petani,
terutama terkait dengan serangan penyakit tanaman, fungisida nabati muncul sebagai
alternatif menarik yang menjanjikan. Fokus pada kekayaan tumbuhan Indonesia, webinar
ini memberikan wawasan mendalam tentang potensi senyawa alami dari sumber daya
Muhammad Fazli (122190140)

alam yang melimpah di negara ini. Proses identifikasi senyawa calon dan studi kasus yang
menjanjikan menyoroti kemungkinan pengembangan fungisida nabati yang efektif dan
ramah lingkungan. Tujuan webinar ini adalah meningkatkan kesadaran kita akan kayanya
sumber daya yang ada di Indonesia sehingga perlu kolaborasi antara peneliti, pemerintah,
dan sektor petani

D. DAFTAR PUSTAKA
[1] S. T. C. Sara Yulis, "Pengujian Konsentrasi Ekstrak Kirinyuh (Chromolaena
odorata L) Sebagai Fungisida Botani Dalam Menghambat Pertumbuhan
Colletotrichum capsici In Vitro," Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, vol. 8,
2023.
Muhammad Fazli (122190140)

E. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai