Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN FITOFARMAKA

WIWIK KRISNAWATI
1910517320007
KELOMPOK 1

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................... i

DAFTAR TABEL....................................................................................... ii

PENDAHULUAN...................................................................................... 1

Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan................................................................................................ 3

BAHAN DAN METODE........................................................................... 4

Alat dan Bahan.................................................................................. 4


Waktu dan Tempat............................................................................ 4
Prosedur Kerja................................................................................... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 5

Hasil .................................................................................................. 5
Pembahasan....................................................................................... 9

KESIMPULAN........................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Tabel 1. Hasil Tanaman Obat................................................... 5


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh


jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida
berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan
dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama
tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha
intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan
pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan
lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti
dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi
jasad penganggu selain menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan
waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi
tertentu (Sa’id, 2016).
Hama merupakan binatang yang merusak tanaman dan umumnya
merugikan manusia dari segi ekonomi. Kerugian tersebut dihubungkan dengan
nilai ekonomi, karena apabila tidak terjadi penurunan nilai ekonomi, maka
kehadiran hama tersebut pada tanaman tidak perlu dikendalikan atau diberantas.
Sementara, penyakit tanaman dapat berupa bakteri, jamur, ganggang dan virus.
Serangga yang menjadi hama penting pada tanaman sayuran diantaranya adalah
ulat tritip (Plutella xylostella), ulat krop (Crocidolomia binotalis Zell.), ulat tanah
(Agrotis ipsilon), dan ulat grayak (Spodoptera litura) untuk tanaman sayuran
famili brassicaceae, sedangkan pada family cucurbitaceae hama utamanya antara
lain adalah lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.), lalat pengkorok daun (Liriomyza
huidobrensis), oteng-oteng atau kutu kuya (Aulocophora similis Oliver), dan siput
(Achatina fulica) (Cristina, 2018).
Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia, Keanekaragaman hayati
merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah
(1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi
umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-
5

obatan serta kebutuhan hidup yang lain (2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan
dan tehnologi (3) mengembangkan sosial budaya umat manusia (4)
Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya. (Endarwati,
2005)
Pestisida hayati (pestisida nabati dan pestisida mikroba) merupakan salah
satu komponen dalam konsep PHT yang ramah lingkungan. Pestisida hayati
(biopestisida) adalah senyawa organik dan mikroba antagonis yang menghambat
atau membunuh hama dan penyakit tanaman. Biopestisida memiliki senyawa
organik yang mudah terdegradasi di alam. Namun di Indonesia jarang dijumpai
tanaman yang berkhasiat menghambat atau mematikan hama dan penyakit
tanaman. Penggunaan biopestisida kurang disukai petani karena efektivitasnya
relatif tidak secepat pestisida kimia. Biopestisida cocok untuk pencegahan
sebelum terjadi serangan hama dan penyakit (preventif) pada tanaman (Sumartini,
2016).
Pestisida nabati memiliki banyak macam berdasarkan fungsi
mengendalikan hama seperti insektisida, bakterisida, akarisida dan lain-lain.
Penggunaan insektisida nabati dilakukan sebagai alternative untuk mengendalikan
hama tanaman sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti
penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010).
Menurut Suryaningsih & Hadisoeganda (2004), kriteria tumbuhan sumber
bahan bahan pestisida nabati yang baik meliputi (i) toksisitas terhadap OPT bukan
sasaran nol atau rendah, (ii) biotoksin lebih dari satu cara kerja, (iii) diekstrak dari
tumbuhan yang mudah diperbanyak, tahan terhadap kondisi suboptimal, dan tidak
menjadi inang alternatif OPT, (iv) tumbuhan sumber tidak berkompetisi dengan
tanaman budidaya, (v) tumbuhan sumber berfugsi multiguna, (vi) biotoksin efektif
pada konsentrasi kurang dari 10 ppm (3-5% bobot kering bahan), (vii) sebagai
pelarut digunakan air, (viii) bahan baku dapat digunakan baik kondisi segar atau
kering, (ix) teknologi pestisida nabati bersifat sederhana dan mudah dipahami, dan
(x) murah, bahan baku mudah diperoleh, dan tersedia secara berkesinambungan.
Bahan-bahan alami potensial menggantikan pestisida kimiawi tersedia melimpah
6

dan mudah diperoleh di sekitar lingkungan kegiatan pertanian. Beberapa bahan


berbasis sumberdaya lokal dapat digunakan sebagai pestisida nabati misalnya
kunyit, daun randu, biji srikaya, daun kenikir, daun/biji mimba, daun/biji mindi,
biji mahoni, dan brotowali. Tumbuhan yang mengandung senyawa fitokimia
seperti eugenol, alakaloid, polifenol, tanin, dan saponin dapat dimanfaatkan
sebagai insektisida nabati (Marlinda, 2012).

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efektifitas
pemberian pestisida nabati daun pepaya dan daun sirsak terhadap produksi
tanaman terong pada kondisi cuaca yang ekstrim di wilayah Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
TINJAUAN PUSTAKA

Tomat merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam family


Solanaceae (Dewi dan Jumini, 2012). Kata tomat berasal dari bahasa Aztek, salah
satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate. Menurut Sagala (2009), tanaman
tomat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta;
Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Tubiflorae; Famili: Solanaceae; Genus:
Lycopersicum, Spesies: Lycopersicumesculentum Mill. Tomat berasal dari
Amerika Latin dan merupakan tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan. Pada
awal abad ke- 16, tanaman tomat ini mulai masuk ke Eropa, sedangkan
penyebarannya ke Benua Asia dimulai dari Filipina melewati jalur Amerika
Selatan. Tanaman ini sudah muncul di Malaysia sekitar tahun 1650 (Leovini,
2012).
Indonesia mempunyai sumberdaya alami melimpah yang bilamana
dikelola berpotensi sebagai proteksi hayati. Menurut Heyne (1987), Indonesia
kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk tumbuhan yang mengandung bahan
aktif pestisida. Tidak kurang dari 2.000 jenis dapat digunakan sebagai pestisida
nabati yang keberadaannya tersebar di seluruh dunia. Setiap daerah mempunyai
jenis dan karakteristik tanaman berpotensi pestisida nabati yang berbeda-beda,
oleh karena itu penggunaan bahan alami berpotensi digunakan sebagai bahan baku
pestisida berbasis sumberdaya lokal. Bahan alami berbasis sumber daya lokal
dapat digunakan sebagai bahan pestisida hayati untuk mengendalikan hama utama
tanaman pangan yang murah, mudah, tidak meninggalkan residu, dan ramah
lingkungan. Persistensi singkat dan cepat terdegradasi merupakan salah satu
keuntungan dari insektisida nabati (Murray, 2013).
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan tingginya biaya
obat dari bahan kimia. Tingginya biaya obat kimia dikarenakan bahan baku obat
kimia perlu didatangkan dari luar negeri. Kondisi yang demikian mendorong
masyarakat Indonesia terutama masyarakat yang masih berada di pedesaan
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisional (Mahendra, 2005). Pengetahuan
tentang tumbuhan obat dan pengembangannya yang bersumber dari hutan dan
2

pekarangan seharusnya mendapat perhatian besar. Untuk menunjang kelestarian


lingkungan hidup dan menjaga agar tumbuhan obat tetap ada maka perlu
dikembangkan kegiatan budidaya tumbuhan obat (Abdi, Murdiono, & Sitompul,
2015).
Pestisida organik atau pestisida nabati merupakan ramuan obat-obatan
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang dibuat dari bahanbahan
alami. Bahan-bahan untuk membuat pestisida organik diambil dari tumbuhan-
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Karena dibuat dari bahan-bahan yang
terdapat di alam bebas, pestisida jenis ini lebih ramah lingkungan dan lebih aman
bagi kesehatan manusia. Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan pestisida
organik biasanya mengandung zat aktif dari kelompok metabolit sekunder seperti
alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia lainnya. Bahan aktif ini bisa
mempengaruhi (sa'id, 2016).
Pestisida nabati merupakan jenis pestisida yang berasal dari bahan-bahan
alami, seperti tumbuhan, mineral, atau mikroorganisme. Dibandingkan dengan
pestisida kimia sintetis, pestisida nabati umumnya dianggap sebagai alternatif
yang lebih ramah lingkungan dan berpotensi lebih aman bagi kesehatan manusia.
Bahan aktif dalam pestisida nabati sering kali berasal dari ekstrak tanaman
tertentu yang memiliki sifat pengendalian hama atau sifat insektisida. Beberapa
contoh bahan aktif yang umum digunakan dalam pestisida nabati termasuk neem
oil (minyak nimba), ekstrak bawang putih, atau ekstrak tanaman lainnya yang
memiliki sifat penghalang terhadap hama (Zarkani, 2015).
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan
pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum
digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya.
Insektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan
hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang
lain digunakan untuk mengendalikan hama dari tikus dan siput (Sa’id, 2016).
3

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit tomat, pupuk
kandang, air, polybag dan pestida nabati daun sirsak.

Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul/parang,


kayu ajir, botol air mineral, gelas ukur, penggaris dan kamera.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 4 September – 6 November


2023 pukul 14.40- 16.20 WITA. Bertempat di lahan pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
4

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Memasukkan tanah dan sekam ke dalam polybag.
3. Membuat lubang pada tanah lalu memasukkan bibit tomat pada 6 polybag,
setiap polybag ditanami satu bibit tomat. Lalu tutup kembali dengan tanah
sisa galian tadi.
4. Menyiram tanaman yang baru saja ditanam dengan air mengalir.
5. Melakukan penyiraman setiap hari pada pagi dan sore hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tinggi tanaman

Pengamatan Mingguan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata
Perlak
No. -
uan (11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
rata
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
1. Kontrol 7,3 10 19 29 30,5 32 31 33,5 33,6 25,1

2. P1 11 15 19 30 35 40 40 41 37 29,8

3. P2 8,5 11,2 18,5 25,5 33 45 52 54,5 58 34

4. P3 14 23 38 51 64 64 79 70 73 52,9

5. P4 7,5 15,5 29,5 38 48 55 57 62 60 41,4

6. P5 5 7,5 9 13,5 17 17 21 22 22 14,9

7. P6 7,2 9,7 10,5 14 15 14 12 0 0 9,2

Tabel 2. Jumlah Daun

Pengamatan Mingguan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata
Perlak
No. -
uan (11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
rata
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
1. Kontrol 9 21 32 48 57 69 67 31 11 38,3

2. P1 17 33 45 92 210 225 230 240 242 148,


6

2
3. P2 19 19 38 47 59 68 88 92 125 61,7

4. P3 26 39 54 113 188 64 142 130 70 91,8

5. P4 20 33 57 110 152 160 173 163 115 109,


2
6. P5 14 18 20 27 29 29 32 27 16 23,6

7. P6 14 12 16 17 15 14 17 0 0 11,7

Tabel 3. Populasi hama

Pengamatan Mingguan
Perl 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No. aku
(11/9/2 (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
an
023) 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
Liriomy Lirio lirio lizio lirio lirio Lirio Lirio lirio
za, myz myz myz myz myz myz myz myz
kutu a, a a a, a, a, a, a
Kont daun kutu sem kutu kutu kutu
1.
rol dau ut kebu kebu kebu

l l, l,
n
lalat lalat
kecil kecil

2. P1 Liriomy lirio lirio lirio Lirio Lirio Lirio Lirio Kutu


za myz myz myz myz myz myz myz kebu
a a a a, a, a, a, l,
lalat lalat lalat lalat kutu
kecil kecil kecil kecil kebu
, dan l
7

kum kum bersi


bang bang sik

Lalat, Lirio lalat, Lirio Lirio Lirio Lala Lalat Kutu


Liriomy myz Lirio myz myz myz t dan dan kebu
za, a, myz a, a. a kutu kutu l

3. P2 kutu kutu a, lalat lalat, kebu kebu

daun dau kutu sem l l

n dau ut

Liriomy Lirio lirio lirio Lirio lirio Lala Lalat Kutu


za myz myz myz myz myz t dan dan kebu
a a a a a kutu kutu l dan
4. P3
dan dan kebu kebu lalat
aphi lalat l l kecil
d kecil

Liriomy Lirio lirio lirio lirio Lirio Lirio Lirio Kutu


za, myz myz myz myz myz myz myz kebu
kutu a, a a a a a a l
5. P4 daun kutu dan dan

dau kutu kutu


kebu kebu
n
l l

Liriomy Lirio Lirio


6. P5 za myz myz
a a

7. P6 Liriomy Lirio Lirio Sem


za myz myz ut,
a a kutu
8

kebu
l

Tabel 4. Predator

Pengamatan Mingguan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perlak
No.
uan (11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
1. Kontrol

Laba Laba Laba


2. P1
-laba -laba -laba

Laba sem Laba Laba


3. P2
-laba ut -laba -laba

Laba sem
4. P3
-laba ut

Laba Laba
5. P4
-laba -laba

6. P5

7. P6

Tabel 5. Intensitas serangan

No. Perlak Pengamatan Mingguan Rata


uan -
1 2 3 4 5 6 7 8 9
rata
(11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
9

23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)

1. Kontrol 30% 19% 20% 21% 25% 31% 48% 76% 87% 39,7
%

2. P1 27% 32% 40% 43% 64% 65% 69% 78% 80% 55,3
%

3. P2 15% 57% 60% 65% 67% 69% 70% 73% 75% 61,2
%

4. P3 28% 17% 28% 55% 59% 81% 82% 87% 90% 58,6
%

5. P4 31% 37% 41% 45% 46% 64% 82% 85% 89% 57,8
%

6. P5 18% 61% 68% 79% 85% 86% 88% 90% 93% 74,2
%
20% 35% 69% 80% 90% 95% 95% 96% 100 75,6
7. P6
% %

Pembahasan

Praktikum pestisida nabati dan teknik pengendalian bertempat di lahan


pertanian jurusan proteksi tanaman. Pada praktikum ini adalah melakukan
penanaman serta pengaplikasian pestisida nabati pada tanaman untuk mengetahui
pengaruh pestisida nabati yang diaplikasikan.
Dalam praktikum kali ini terlihat bahwa pestisida tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman tomat tumbuh
dengan normal, namun sedikit layu. Layu tersebut mungkin karena cuaca di
daerah lahan sangat panas, berakibat pada tanaman layu walaupun sudah di siram
secara rutin pagi dan sore hari. Tinggi tanaman menunjukkan pertumbuhan
normal tidak terlihat adanya gangguan dari OPT.
Dari data yang diperoleh setiap minggunya, intensitas serangan hama yang
terjadi pada tanaman kontrol lebih tinggi dari pada tanaman yangg di beri
perlaluan. Pada P1 rata-rata nya 55%, P2 rata-ratanya 61%, P3 rata-ratanya 59%,
10

P4 rata rata nya 58, P5 rata ratanya 74%, P6 rata ratanya 75, dari data tersebut
menunjukkan bahwa dosis yang paling efektif ada lah dosis 45 ml. Pada P5
intensitas serangan hama hampir sama dengan P6 yaitu 60ml pestisida nabati daun
sirsak dan pestisida nabati daun pepaya. Hal tersebut mungkin terjadi karena pada
P5 dan P6 konsentrasi bahan aktif pada pestisida terlalu banyak tetapi tanaman yg
tumbuh tidak terlalu baik.
Dosis pestisida nabati terhadap pertumbuhan daun serta tinggi tanaman yang
berpengaruh nyata yaitu pada dosil 45ml yang memiliki angka persenan 52%,
91% dan 41%, 109%, sedangkan untuk dosis 60 ml memiliki pengaruh yang tidak
nyata dikarenakan tanaman menjadi lambat pertumbuhan, angka yang diperoleh
yaitu 14%, 23% dan 9%, 11%. Dan untuk dosis 15ml cukup berpengaruh nyata
diangka 29% , 148% dan 34%, 61% .
Hama yang terlihat menyerang pada tanaman hanya jenis kutu kutuan (Ordo
Hemiptera) seperti kutu kebul, kuti putih, kutu daun. Sedangkan serangan
Liriomyza hanya terlihat pada minggu pertama saja. Hal tersebut terjadi karena
pestisida sangat berpengaruh terhadap Liriomyza atau terhadap ordo Diptera
sedangkan untuk jenis kutu-kutuan (Hemiptera) kurang efektif. Untuk hama dari
golongan belalang (ordo orthoptera) tidak ditemukan sama sekali. Pestisida ini
efektif untuk mengatasi serangan hama dari ordo orthoptera, terlihat dari sekitaran
tanaman bahwa belalang hanya memakan rerumputan sekitar tanaman. Kurang
nya dari pestisida ini adalah predator atau musuh alami dari hama juga ikut terusir
dari lingkungan tanaman. Terbukti dari pengamatan yang terlihat hanya semut
(predator dari ordo Hymenoptera).
Kondisi iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, cuaca pada saat
penanaman hingga pengamatan terakhir yang selalu berubah-ubah membuat
tanaman memerlukan perhatian lebih akan kandungan air pada media tanam.
Cuaca panas yang terjadi hampir setiap hari dengan panas yang sangat terik
mencapai 36°C membuat tanaman menjadi kekurangan air sehingga apabila
penyiraman pada sore hari atau pagi hari tidak dilakukan dapat menyebabkan
tanaman layu kekurangan air. Hal ini berdampak pula pada efektivitas pestisida
11

yang di aplikasikan, dengan cuaca yang rata rata panas dapat membuat pestisida
yang diaplikasikan mudah menguap. Hal ini di jelaskan pula oleh (Parnata, 2018),
faktor-faktor seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas sinar matahari dapat
memengaruhi kinerja pestisida nabati secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya, suhu yang tinggi dapat meningkatkan volatilitas bahan aktif dalam
pestisida nabati, sehingga mengurangi daya tahannya dilalapangan.
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Obat tradisional pada bagian-bagian tertentu baik akar, batang, kulit, daun
maupun hasil ekskresinya merupakan warisan budaya bangsa yang perlu
untuk dilestarikan dan dikembangkan guna menunjang kesehatan.
2. Pada dosis pestisida nabati 45 ml berpengaruh cukup nyata dikarenakan
intensitas serangan hama pada angka 58-59% serangan.
3. Pada pestisida nabati daun sirsak dan pestisida nabati daun pepaya dosis 60ml,
tidak berpengaruh nyata terhadap pengendalian serangan hama dikarenakan
tanaman yang kerdil dan tidak tumbuh dengan baik.
4. Pada dosis pestisida nabati 15 ml daun sirsak berpengaruh cukup nyata dalam
menekan serangan diangka 55%, sedangkan di dosis pestisida nabati daun
pepaya 15 ml kurang berpengaruh nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Azmin, N., & Rahmawati, A. (2019). Skrining dan Analisis Fitokimia Tumbuhan
Obat Tradisional Masyarakat Kabupaten Bima. Jurnal Bioteknologi &
Biosains Indonesia (JBBI), 6(2):259-268.
Cristina, R.D. (2018). Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Pada
Ekosistem Pertanian Organik dan Konvensional. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas.

Fadil, M., & Sutejo, H. (2020). Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terong (Solanum Melongena l.)
Varietas Milano. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 19(1): 87-
98.

Indriyani, T. 2017. Pengaruh Penyiangan Gulma dan Dua Varietas Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Terong (Solanum melongena L). Skripsi. Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Mayestic Silverly Chintami Mawuntu. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak dan Daun
Pepaya Dalam Pengendalian Plutella xylostella L. (Lepidoptera;
Yponomeutidae) Pada Tanaman Kubis Di Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah
Sains, 16(1): 34-44.

Nur Alindatus, S. (2013). Pengaruh Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera odollam)


Terhadap Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.). Jurnal Sains
dan Seni Pomits, 2(2): 22-31.

Rizky, M. (2018). Respon pertumbuhan dan produksi tanaman terung (Solanum


melongena L) Terhadap pemberian POC Urin kelinci dan berbagai media
tanam. Junal Pengendalian Hayati, 2(1):1-8.

Sa’id, E.G., (2016). Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua.
Agrotek, 2(1):71-72.

Sahri, M & Rosdiana. (2017). Respon Tanaman Terong (Solanum malongena L.)
Terhadap Interval Pemberian Pupuk Organik Cair Dengan Interval Waktu
Yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, Hal
: 155–162

Sastroutomo, S. S. ( 2019). Pestisida. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Murray T, Miles C, Daniels C. (2013). Natural insecticides. A Pacific Northwest


Extension Publication, PNW 649. Washington State University.
15

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sumartini. (2016). Biopestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman


aneka kacang dan umbi. Iptek Tanaman Pangan 11(2): 159-166.

Suryaningsih E, Hadisoeganda WW. (2004). Pestisida botani untuk


mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman sayuran. Monografi No.
26. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Jawa Barat.

Tohir, Mohamad. (2010). Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida


Nabati untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura
Fabr.) Di Laboratorium. Teknik Pertanian 15(1):37-40.

Anda mungkin juga menyukai