Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN


PERKECAMBAHAN TANAMAN INVASIF

OLEH :

KELOMPOK/KELAS : IV/B
ANGGOTA KELOMPOK : 1. PUTRI RAHMA FAJIRA (1710423018)
2. SAFIRA AMINI (1810422046)
3. FADILLA HEFZI (1810422055)
4. M. FATIH ALFARIS (1810422061)
5. ANANDA TIKA PUTRI (1810423002)
6. CITRA EMELTA (1810423005)
ASISTEN KELOMPOK : 1. SILVIA DARMAWI
2. YOMITA MARDIANTI

LABORATORIUM PENDIDIKAN I
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................. 1
1.2 TUJUAN................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN TEMPAT......................................................................... 8
3.2 ALAT DAN BAHAN............................................................................... 8
3.3 CARA KERJA.......................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 9
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN.......................................................................................... 13
5.2 SARAN...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
LAMPIRAN KEGIATAN................................................................................ 16

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman flora nya adalah indonesia.
Keanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia.
Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25.000
jenis atau lebih dari 10 % dari flora didunia (Soemarwoto, 1983). Dari sekian banyak
jenis-jenis tumbuhan yang ada, sebagian besar terdapat di kawasan hutan hujan
tropis, terutama hutan primer, yang menutup sebagian besar daratan Indonesia. Hutan
ini mempunyai struktur yang kompleks yang menciptakan lingkungan sedemikian
rupa sehingga memungkinkan beranekaragam jenis dapat tumbuh di dalamnya
(Solfiyeni, 2015).
Sebagai salah satu negara yang kaya dengan keanekaragaman jenis
flora,Indonesia termasuk ke dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi
dibandingakan keanekaragaman hayati di daerah tropis lainnya. Tingginya tingkat
keanekaragaman jenis flora yang terdapat di Indonesia tersebar di berbagai jenis
habitat. Sebagian besar jenis-jenis tumbuhan tesebut terdapat di kawasan
basah,terutama hutan primer, yang menutupi sebagian besar wilayah Indonesia. Dari
sekian banyak jenis tumbuhan yang ada banyak terdapat di dalam jenis-jenis yang
kisaran ekologi yang sama namun ada pula yang berbeda. Pada jenis-jenis tertentu
memiliki kisaran persebaran yang luas dan menempati berbagai habitat dan
mempunyai variabelitas genetika yang tinggi (Sofyan, 2010).
Jenis dan varies tanaman dari berbagai negeri telah diintroduksi ke Indonesia
dari sejak jaman kolonial. Impor tanaman jenis dan varietas baru khususnya tanaman
pangan dan hias terus berlanjut hingga sekarang.Banyak jenis yang memang
mendatangkan manfaat untuk kehidupan manusia Indonesia.Beberapa jenis telah
mampu mengadaptasikan diri sehingga seperti tumbuh alami, namun demikian
banyak pula yang kemudian membawa petaka karena bersifat invasif. Di Indonesia
terdapat lebih dari 900 jenis tumbuhan asing yang dimasa depan berpotensi menjadi
invasif. Keberadaan tumbuhan asing invasif berdampak sangat buruk pada komunitas
flora dan fauna setempat (Tjitrosoedirdjo, 2005).

1
Spesies asing merupakan spesies yang dibawa atau terbawa masuk ke suatu
ekosistem secara tidak alami. Spesies invasif adalah spesies, baik spesies asli
maupun bukan, yang secara luas mempengaruhi habitatnya, dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, atau membahayakan manusia. Spesies
asing tidak selalu invasif, spesies invasif belum tentu berasal dari luar/asing. Invasive
Alien Spesies (IAS) merupakan kombinasi dari spesies asing dan spesies invasif
(CBD-UNEP, 2014).
Invasive Alien Species (IAS) telah menjadi perhatian dunia, hal ini
disebabkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan IAS yang tidak
terkendali di lokasi tertentu sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan
kerugian ekonomi. Beberapa studi telah melaporkan bahwa kerugian secara ekonomi
yang ditanggung suatu negara akibat invasi spesies asing dapat mencapai 375 juta
dolar per tahun, bahkan di Eropa dalam kurun waktu antara tahun 1988 sampai tahun
2000 kerugiannya mencapai 5 milyar dolar (Purwono dkk, 2002).
Spesies tumbuhan invasif yang paling serius mengancam ekologi di suatu
habitat adalah spesies yang tidak memiliki musuh alami, alat perkembangan generatif
dan vegetatif yang baik dan penyebarannya mudah, cepat membentuk naungan,
umumnya memiliki habitus semak, liana, herba, pohon dan palem. Perbedaan antara
spesies tumbuhan asli dan tumbuhan invasif dalam akuisisi sumber daya dan
konsumsi dapat menyebabkan perubahan dalam struktur tanah, dekomposisi, dan
kandungan nutrisi dari tanah. Dengan demikian, spesies tumbuhan invasif merupakan
penghalang serius bagi upaya konservasi dengan dampak yang ditimbulkan
(Srivastava et al. 2014).
Invasive Alien Species (IAS) adalah spesies yang diintroduksi baik secara
sengaja maupun tidak disengaja dari luar habitat alaminya, bisa pada tingkat spesies,
subspesies, varietas dan bangsa, meliputi organisme utuh, bagian-bagian tubuh,
gamet, benih, telur maupun propagul yang mampu hidup dan bereproduksi pada
habitat barunya, yang kemudian menjadi ancaman bagi biodiversitas, ekosistem,
pertanian, sosial ekonomi maupun kesehatan manusia, pada tingkat ekosistem,
individu maupun genetik (CBD-UNEP 2014).
Adapun latar belakang diadakannya praktikum mengenai Perkecambahan
Tumbuhan Invasif ini yaitu kurangnya pengetahuan praktikan mengenai jenis-jenis

2
tumbuhan invasif yang dapat mengancam suatu ekosistem. Oleh karena itu, dengan
praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengetahui jenis-jenis dari tumbuhan asing
invasif.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Perkecambahan Tumbuhan Invasif ini adalah


untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan invasif serta melihat kemampuan
perkecambahan tumbuhan invasif.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan invasif adalah tumbuhan yang memperoleh keuntungan kompetitif setelah


hilangnya kendala alamiah terhadap perbanyakannya yang memungkinkan jenis itu
menyebar cepat untuk mendominasi daerah baru dalam ekosistem dimana jenis itu
dominan. Tumbuhan invasif dapat berupa jenis lokal maupun jenis asing. Jenis
tumbuhan asing invasif umumnya memiliki karakter tambahan yaitu cenderung
mengubah struktur dan komposisi habitat tumbuhan asli serta tidak memiliki musuh
alami. Selain itu, tumbuhan asing invasif memiliki kemampuan dalam
mempengaruhi ekosistem asli dengan mengubah siklus hidrologi dan siklus nutrisi
(Kohli dkk, 2009).
Istilah invasif diberikan terhadap tumbuhan yang dapat mengolonisasi atau
mendominasi suatu daerah atau ekosistem baru. Spesies asing invasif memiliki
kemampuan untuk mendominasi semua bagian ekosistem alami/asli dan
menyebabkan spesies asli menjadi punah. Spesies tumbuhan asing invasif diartikan
sebagai spesies flora yang dapat hidup dan berkembang di luar habitat alaminya,
memiliki kemampuan mendominasi vegetasi atau habitat yang baru karena didukung
oleh faktor lingkungan serta tidak memiliki musuh alami yang berdampak buruk bagi
spesies lokal, baik secara ekologis maupun ekonomis (Radosevich dkk, 2007).
Species invasif dikenal sebagai species yang mengancam integritas
lingkungan alam maupun semi alam dan memberikan dampak yang luar biasa pada
komunitas flora maupun fauna alam kita. Species invasif demikian ini akan
menangkarkan diri dan menyebar teruswalaupun tidak ada lagi introduksi dan
ekosistem tidak terganggu lagi. Dengan demikian, species invasif sungguh menjadi
ancaman nyata pada keanekaragaman hayati, yang hanyakalah dari kerusakan
habitat. Invasi biologi menjadi isu internasional bagi konservasi keragaman hayati,
dimana pengendalian dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat besar
(Vale’ry dkk, 2008).
Tumbuhan invasif adalah jenis-jenis tumbuhan yang mampu berkembang
sangat cepat pada suatu lingkungan sehingga dapat merugikan secara ekonomis
maupun ekologis. Ciri-ciri tumbuhan invasif antara lain mampu tumbuh dengan
cepat, reproduksinya cepat seringkali mampu bereproduksi secara vegetatif, memiliki

4
kemampuan menyebar tinggi, toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan, dan
umumnya berasosiasi dengan manusia. Pada dasarnya, invansif diketahui dapat
muncul dalam bentuk habitus atau forma yang sangat beragam, mulai dari bentuk
pohon, semak, liana, tumbuhan pemanjat atau merambat, rerumputan, herba dan jenis
– jenis tumbuhan sekulen, termasuk tumbuhan yang memiliki umbi- umbian dan
rhizoma. Setiap bentuk habitus tersebut akan dapat memberikan akibat yang sangat
berbeda pada ekosistem alami dan spesies flora dan fauna di dalamnya (Shindel,
2000).
Secara ekologi, invasif merupakan pergerakan suatu spesies dari suatu area
dengan kondisi tertentu menuju ke area lain dengan kondisi yang berbeda kemudian
secara perlahan spesies tersebut mengokupasi habitat barunya. Invasif merupakan
proses masuknya bakal kehidupan berbagai spesies organisme pioneer baik itu
berupa buah,biji, spora, telur, larva dan sebagainya dari suatu daerah ke daerah yang
baru danmenetap di daerah baru tersebut. Suatu spesies introduksi dapat menjadi
invasif jika mereka mampu menyingkirkan spesies asli dari persaingan
memerebutkan sumber daya seperti nutrisi, cahaya, ruang, air dan sebagainya. Selain
itu suatu spesies mampu menginvasi lingkungan apabila berasosiasi dengan baik di
lingkungan yang baru sehingga akan menguntungkan pertumbuhannya, tetapi
merugikan bagi spesies lokal. Jika spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi
yang sengit dengan tingkat predasi yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin
membuat spesies tersebut berkembang biak dengan cepat (Rahardjanto, 2001).
Spesies invasif merupakan elemen utama dari perubahan global dan
berkontribusi terhadap hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, dan
menimbulkan berbagai gangguan pada ekosistem diseluruh dunia. Tumbuhan invasif
merupakan tanaman yang tumbuh dan menyebar ke daerah di luar habitat aslinya.
Ada beberapa mekanisme yang dilakukan tumbuhan invasif untuk memengaruhi
komunitas alami, di antaranya melalui kompetisi, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan proses dalam suatu ekosistem. Tumbuhan invasif memiliki
senyawa yang dapat membahayakan spesies alami, yaitu alelopati. Senyawa kimia
unik yang berasal dari tumbuhan invasif dilaporkan memiliki banyak aktivitas,
meliputi anti herbivora, anti fungi, anti mikroba, dan efek alelopati yang dapat

5
memberikan beberapa keuntungan pada tumbuhan tersebut di lingkungan yang baru
(Moenandir, 2006).
Proses invasif suatu lingkungan tidak hanya disebabkan oleh adanya
introduksi spesies asing, tetapi spesies-spesies lokal juga dipertimbangkan dapat
menjadi invasif ketika penyebarannya dilakukan di dalam habitat buatan manusia
seperti kebun atau halaman atau ketika kelimpahannya meningkat akibat campur
tangan manusia di habitat alaminya. Pada dasarnya proses invasi dari spesies
tumbuhan asing dapat dibagi menjadi tiga proses, yaitu proses introduksi, proses
Spesies invasif bisa berupa spesies asli (native) yang hidup diluar habitat alaminya,
tumbuh dengan pesat dan menimbulkan kerusakan pada lingkungan baik itu secara
ekologis maupun ekonomi (Jumin, 2002).
Suatu spesies introduksi dapat menjadi invasif jika mereka mampu
menyingkirkan spesies asli dari persaingan memerebutkan sumber daya seperti
nutrisi, cahaya, ruang, air dan sebagainya. Selain itu suatu spesies mampu
menginvasi lingkungan apabila berasosiasi dengan baik di lingkungan yang baru
sehingga akan menguntungkan pertumbuhannya, tetapi merugikan bagi spesies lokal.
Jika spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi yang sengit dengan tingkat
predasi yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin membuat spesies tersebut
berkembang biak dengan cepat (Soemarwoto, 1983).
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-
kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga
merupakan tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak
dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik
tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi
di daerah yang mudah menggandakan atau membelah diri (meristematik) untuk
menghasilkan energi bagi pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh. Sementara daun belum dapat

6
berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat
tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2000).
Dampak kerusakan yang ditimbulkan spesies invasif antara lain mampu
mengubah struktur habitat yang ditempati, mengurangi ketersediaan air, mengurangi
perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman, serta mampu mengubah komposisi
gizi dan mengubah lanskap. Selain itu spesies invasif juga berdampak negatif pada
keanekaragaman hayati, pertanian, kesehatan manusia, serta memiliki dampak
langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan mata pencaharian
(Moenandir, 2006).
Pengaruh dan dampak spesies invasif bagi ekosistem memang beragam.
Namun yang menjadi perhatian pada spesies invasif adalah kemampuan sebarannya
meningkat cepat, daya saing yang tinggi dan kemampuan untuk menginvasi wilayah
baru memerlukan periode yang singkat, selain itu spesiesinvasif memiliki
kecenderungan sifat yang agresif, mampu menembus hambatan alam dan menjadi
pemangsa spesies lokal sehingga mengubah komposisi keanekaragaman hayati di
habitat baru (Odum, 1992). Sebagai contoh tumbuhan invansif yang berbentuk
semak dapat rumpun yang rapat dan padat saat berhasil menginvansi dan menguasai
suatu daerah. Semak – semak ini kemudian pada akhirnya lansung akan mencegah
dan menghambat pertumbuhan bibit dan semai jenis – jenis tumbuhan asli di daerah
tersebut ( Zimdahl, 2007).

7
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ekologi tumbuhan mengenai Perkecambahan Tanaman Invasif


dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Maret sampai 20 maret 2020 WIB di Laboratorium
Pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum perkecambahn biji tanaman invasif
yaitu 3 buah baki dan kapas, sedangkan bahan yang digunakan yaitu biji Lantana
camara, Leucaena glauca, dan Passiflora foetida yang masing-masingnya 50 biji.

3.3 Cara Kerja


Kapas diletakkan di dalam masing-masing baki sebagai media tanam biji invasif.
Kapas dilembabkan dengan air dan masing-masing biji diletakkan di dalam baki.
Masing-masing baki diisi dengan 50 biji dari 3 tanaman yang berbeda. Biji disimpan
di dalam labor dan dilakukan pengamatan selama 2 minggu.

8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Perkecambahan Tanaman


Invasif didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel pengamatan tumbuhan invansif
No Hari/ Jenis tumbuhan Jumlah biji Jumlah Rata-rata
tanggal awal biji yang tinggi
tumbuh tanaman
1. Jumat, 6 1. Lantana camara 50 0 0
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 2 1 cm
3. Passiflora foetida 50 0 0
2. Senin, 9 1. Lantana camara 50 0 0
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 4 1,5 cm
3. Passiflora foetida 50 0 0
3. Rabu, 11 1. Lantana camara 50 0 0 cm
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 9 2,5
3. Passiflora foetida 50 3 1,5 cm
4. Jumat, 13 1. Lantana camara 50 0 0
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 13 3 cm
3. Passiflora foetida 50 6 2,5 cm
5. Senin, 16 1. Lantana camara 50 0 0
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 14 5,5 cm
3. Passiflora foetida 50 9 3 cm
6. Rabu, 18 1. Lantana camara 50 0 0
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 16 6 cm
3. Passiflora foetida 50 15 4 cm
7. Jumat, 20 1. Lantana camara 50 0 0
Maret 2020 2. Leucaena glauca 50 19 7 cm
3. Passiflora foetida 50 16 4,5 cm

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat biji tanaman invasif yang paling banyak tumbuh
adalah Leucaena glauca (petai cina) sebanyak 19 biji dengan tingga rata-rata
kecambah 7 cm. Selanjutnya, diikuti dengan biji Passiflora foetida (markisa hutan)
sebanyak 16 buah dengan tinggi rata-rata kecambah 4,5 cm. Sedangkan, biji dari

9
tanaman Lantana camara tidak tumbuh menjadi kecambah. Hal ini dapat
dikarenakan masa dorman biji yang lama dan dapat juga disebabkan karena pada saat
praktikum biji tidak direndam terlebih dahulu.
Lantana camara (tembelekan) merupakan tanaman perdu tegak atau setengah
merambat dengan ciri-ciri batang berkayu, bercabang banyak, ranting berbentuk segi
empat, tinggi lebih dari 0,5-4m, memiliki bau yang khas, terdapat dua varietas
(berduri dan tidak berduri). Daunnya tunggal, duduk berhadapan, bentuk bulat telur
dengan ujung meruncing dan bagian pinggirnya bergerigi, panjang 5-8 cm, lebar 3,5-
5 cm, warna hijau tua,tulang daun menyirip, permukaan atas berbulu banyak, kasar
dan permukaan bawah berbulu jarang. Bunga majemuk bentuk bulir, mahkota bagian
dalam berbulu, berwarna putih, merah muda, jingga kuning,dan masih banyak warna
lainnya. Buahnya seperti buah buni dan berwarna hitam mengkilat bila sudah matang
(Dalimarta, 1999).
Lantana camara berasal dari Amerika Utara (Meksiko) dan Amerika
selatan (daerah tropis) dan biasanya dapat ditemukan dari dataran rendah hingga
dataran tinggi sampai ketinggian 1.700 m diatas permukaan laut, pada tempat-tempat
terbuka yang terkena sinar matahari. Saat ini tanaman tembelekan telah tersebar di
seluruh dunia (Farida, 2008).
Lantana camara pertama kali ditemukan di Indonesia di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi (Bitrop 2011). Spesies ini juga telah tercatat dalam
100 spesies asing paling invasif di dunia. Hal ini dikarenakan L. camara dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang miskin hara dan mudah beregenerasi
seperti kondisi semula setelah terjadi kerusakan. Biji disebar oleh burung.
Meskipun termasuk spesies intoleran, koloni spesies ini menjadi semak tebal
dapat menghilangkan vegetasi asli dan merubah hutan alam menjadi padang semak.
Koloni yang rapat dari L. camara dapat mengganggu area yang ditempatinya,
termasuk pertumbuhan spesies lain di area tersebut (Webber 2003).
Leucaena glauca berasal dari Amerika Tropis, biasa ditemukan di
pekarangan sebagai tanaman pagar atau tanaman peneduh, kadang tambah liar dan
dapat ditemukan dari 1-1500 m di atas permukaan laut. Leucaena glauca merupakan
tumbuhan berkayu (lignaceus) atau merupakan tumbuhan yang memiliki batang
pohon keras dan berukuran tidak besar. Tingginya mencapai 2-10 m, ranting

10
berbentuk bulat silindris, dan ujungnya berambut rapat. Daunnya majemuk, menyirip
genap ganda. Anak daun ukurannya kecil-kecil, terdiri dari 5-20 pasang, berbentuk
bulat lanset, ujung runcing, tepi rata. Permukaan bawah daun berwarna hijau
kebiruan, panjangnya 6-21 mm, lebarnya 2-5 mm. Bunganya berbentuk bonggol
yang bertangkai panjang berwarna putih kekuningan dan, terangkai dalam karangan
bunga majemuk. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk.
Buahnya mirip dengan buah petai, namun ukurannya jauh lebih kecil dan
berpenampang lebih tipis. Buah lamtoro termasuk buah polong, pipih, dan tipis,
bertangkai pendek, panjangnya 10-18 cm, lebar sekitar 2 cm, berisi biji-biji kecil
yang cukup banyak dan diantara biji ada sekat. Leucaena glauca ini memiliki tipe
pengembangbiakan dengan penyebaran biji tua dan stek batang (Lowe dkk, 2004).
Leucaena glauca merupakan spesies tumbuhan yang berasal dari Amerika
Utara. L. glauca termasuk spesies invasif yang menyerang daerah terganggu baik
di wilayah tropis maupun subtropis dan tercatat sebagai salah satu 100 spesies asing
invasif terburuk di dunia. Invasi L. glauca pada awal proses suksesi akan
mengubah lingkungan, membatasi regenerasi jenis tumbuhan asli, menyebabkan
timbulnya spesies tumbuhan asing invasif yang lebih agresif, dan menurunkan
kekayaan jenis. L. glauca dapat ditemukan hingga ketinggian 1400 m dpl.
Pohon berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Penyebaran L. glauca di
Indonesia mencakup seluruh wilayah, jenis ini pada awalnya diintroduksi di Pulau
Jawa (Yoshida dan Oka, 2004).
Passiflora foetida merupakan tumbuhan yang tumbuh liar dan merambat.
Buahnya berbentuk bulat-bulat kecil berwarna hijau saat muda dan kuning terang
saat buahnya masak, yang dibungkus dengan selaput seperti bulu atau jaring-jaring.
Tumbuhan ini banyak tumbuh di antara semak belukar misalnya di kebun, tegalan,
sawah yang mengering, di pasir pantai, tepi jalan, tepi hutan dan bagian-bagian hutan
yang terbuka disinari terik matahari (Lowe dkk, 2004)
Passiflora foetida berasal dari Amerika Tropis. P. foetida merupakan
jenis tanaman pemanjat yang invasif di daerah terbuka, tanah kosong, di
pinggir jalan, dan area pertanian. Spesies ini mampu tumbuh pada tanah yang
mengandung asam sulfat, biasanya P. foetidatumbuh di daerah basah atau

11
daerah-daerah dengan musim kemarau yang jelas. Pertama kali diintroduksi
di Pulau Jawa, kini sudah menyebar di seluruh Indonesia (Seameo, 2008).
Secara umum potensi yang dimiliki spesies asing invasif adalah
memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dan silis pendek, kemampuan
adaptasi yang tinggi seperti terhadap kekeringan dan kondisi perubahan
iklim, kemampuan dominasi ruang perakaran akibat struktur perakarannya yang
dalam dan lebat serta memiliki kemampuan tingkat konsumsi penyerapan air
dan hara yang tinggi. Selain itu spesies invasif memiliki karaktertidak tahan
terhadap naungan, kecepatan merespon kerusakan lingkungan atau ekosistem
dan mampu bertahan dalam iklim yang kering (Pusat Litbang Hutan Tamanan
Departemen Kehutanan, 2014).

12
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Perkecambahan Tumbuhan


Invasif dapat disimpulkan:
1. Beberapa jenis dari tumbuhan invasif adalah Lantana camara, Leucaena glauca,
dan Passiflora foetida.
2. Biji tanaman yang paling banyak tumbuh adalah Leucaena glauca sebanyak 19
buah dengan tinggi rata-rata kecambah 7 cm, dilanjutkan dengan biji Passiflora
foetida sebanyak 16 buah dengan tinggi rata-rata kecambah 4,5 cm, sedangkan
biji Lantana camara tidak tumbuh.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya sebelum menumbuhkan biji diatas media
kapas, biji direndam terlebih dahulu selama sehari semalam agar kecambah dapat
tumbuh dengan cepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

CBD-UNEP. 2014. Emerging Issues in Our Global Environment. Nairobi: UNEP.


Dalimarta, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Jakarta: Trubus
Agriwidya.
Farida, A. 2006. Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Spasial Spesies Tumbuhan
Asing Invasif di Cagar Alam Kamojang. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Jumin, Hasan Basri. 2002. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta.


Kohli R. K., Singh H. P., Batish D. R., Dogra K. S. 2009. Ecological Status of Some
Invasive Plants of Shiwalk Himalayas in Northwestern India. New York:
CRC Press.

Lowe, S., Browne, M., Boudjelas, S., de P. M. 2004. 100 of the World’s Worst
Invasive Alien Species: A Selection from the Global Invasive Species
Database. sinne locco: ISSG-SSC-IUCN.
Moenandir. 2006. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT.RajaGrafindoPersada:
Jakarta.
Odum, H. T., 1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. UGM Press: Yogyakarta.
Purwono, B., Wardhana, B.S., Wijanarko, K., Setyowati, E. and Kurniawati, D.S.
2002 Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Jenis Asing Invasif. Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup : The Nature Conservancy, Jakarta.
Pusat Litbang Hutan Tamanan Departemen Kehutanan. 2014. Statistik Kehutanan
Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Radosevich K., Wittenberg R., Cock, M. J. W. 2007. Invasive Alien Species. United
Kingdom.

14
Rahardjanto, A. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press.

Seameo, M. 2008. Know your enemy: recent records of potentially serious weeds in
northern Australia, Papua New Guinea and Papua (Indonesia). Telopea,
10(1), 488–485.
Shindel, B. 2000. Weels and Their Impact. In R.G. & F.J. Richardson (Ed).
Australian Weed Management Systems (pp.3-18). Victoria, Australia.
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit
Djambatan. Jakarta.
Sofyan, A. C., 2010. Tingkat Keanekaragaman Dalam Kehidupan.
http://www.Sentraedukasi.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 28 April
2016.
Solfiyeni. 2015. Kenekaragaman Tumbuhan Asing Invasif di Hutan Pendidikan dan
Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas. Padang: Universitas
Andalas.
Srivastava, S., Chaouhan, V. S. 2014. Understanding Competencies and Competency
Modeling.
Sutopo, Lita. 2000. Teknologi Benih (edisi revisi). Fakultas Pertanian Unibraw.
Rajawali Press. Jakarta.
Tjitrosoedirjo S, Setyawati T, Sunardi, Subiakto A, Irianto R, Garsetiasih R. 2005.
Pedoman Analisis Risiko Tumbuhan Asing Invasif (Pre Border). Bogor (ID):
FORIS Indonesia.
Webber, E. 2003. Invasive Plants of the World: A Reference Guide to Environmental
Weeds. Wallingford: CABI Publishing.
Yoshida, K & Oka, S. 2004. Invasion of Leucaena glauca and Its Effects on The
Navive Plant Community in The Ogasawara (Bonin) Islands.

Zimdahl, R. 2007. Fundamentals of Weed Science. London: Academic Press


Elsevier.

15
LAMPIRAN

Gambar 1. Leucaena Gambar 2. Lantana Gambar 3. Passiflora


glauca camara foetida

16
Gambar 4. Foto pengamatan kecambah tanaman invasif

17

Anda mungkin juga menyukai