Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015

(ISSN: 2442-3750) (Halaman 197-208)

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN


PERKEBUNAN COKLAT (Theobroma cacao L. ) SEBAGAI BIOINDIKATOR
KESUBURAN TANAH DAN SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Endrik Nurrohman1, Abdulkadir Rahardjanto1, Sri Wahyuni1


1
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
e-mail: rahardjanto@gmail.com

ABSTRAK
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 20-28 Maret 2015 dengan metode jebakan (Pit tfall Trap). Penelitian dilakuka bertujuan untuk
mengetahui jenis makrofauna tanah, parameter ekologi, indeks keanekaragaman jenis, dan indeks
kemerataan jenis yang terdapat di kawasan perkebunan coklat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
makrofauna tanah yang ditemukan terdiri dari jenis Tachita angulata, Cryptocercus garciai, Lymnaea
rubiginosa, Odontoponera denticulata, Sigmoria trimaculata, Pirata piratichus, Sitena sp., Grillus sp.,
Scolopendra gigantea, Forficula auricularia, Hydrochara soror, Leptocarisa acuta, Trigoniulus
corallinus, Odontomanchus sp., Lumbricus rubellus, Phyllopaga sp., Componatus arogans, Geophilus
sp., Gryllotalpa grillotalpa, Ploiaria sp.. Parameter ekologi makrofauna tanah adalah: (1) Kepadatan
berkisar antara 0,25 ind/m2 – 4,75 ind/m2, kepadatan relatif berkisar antara 0,002 - 0,052. kepadatan
terendah jenis Grillotalpa grillotalpa dan tertinggi jenis Pirata piraticus (2) Frekuensi berkisar antara
0,16 – 1,00, frekuensi relatif berkisar antara 0,018 – 0,115 dengan nilai frekuensi terendah jenis
Grillotalpa grillotalpa dan tertinggi jenis Scolopendra gigantea. (3) Indeks nilai penting tertinggi jenis
Pirata piratichus 5,28, terendah Grillotalpa grillotalpa 0,027. Indeks keanekaragaman jenis Shannon
wiener (H’) kategori keanekaragaman jenis rendah. Nilai evennes (E) populasi cenderung merata. Hail
Uji C-Organik tanah sangat tinggi berarti tanah tergolong tanah yang subur. Rendahnya
keanekaragaman karena adanya penggunaan pestisida jenis Carbokfuran yang mendominasi. Hasil
penelitian ini digunakan sebagai sumber belajar biologi berupa buku petunjuk praktikum.

Kata kunci: Makrofauna Tanah, Bioindikator dan Keanekaragaman

Indonesia adalah Negara yang mendapat taksonomi maupun fungsi ekologinya.


sebutan sebagai Mega Biodiversity terbesar Untuk itu diperlukan upaya untuk
setelah Brazil dan Madagaskar. mengkaji dan sekaligus melestarikannya
Diperkirakan 25% spesies dunia berada di (Hagvar dalam Sugiyarto, 2000).
Indonesia, dengan kombinasi yang cukup Biodiversitas fauna tanah adalah
unik. Secara total keanekaragaman hayati hewan-hewan yang hidup di atas maupun
di Indonesia sebesar kurang lebih 325.350 di bawah permukaan tanah. Berdasarkan
jenis flora dan fauna (Rahmawaty, dalam ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat
Imawan, 2013). Keanekaragaman hayati dibedakan menjadi empat kelompok yaitu
merupakan totalitas dari kehidupan Mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-
organisme di suatu kawasan tertentu 0,2 mm, Mesofauna dengan diameter
(Sugiyarto dkk., 2007). tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda,
Biodiversitas suatu kawasan collembola dan acarina. Makrofauna
merupakan fungsi dari diversitas lokal atau dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh
habitat tertentu dan struktur yang ada di cacing, semut, dan rayap Megafauna
dalamnya pada daerah terestial, dengan diameter tubuh lebih besar dari 2
biodiversitas tanah merupakan salah satu cm contoh bekicot (Nusroh, 2007).
bentuk diversitas alfa yang sangat berperan Peran aktif makrofauna tanah dalam
dalam mempertahankan sekaligus menguraikan bahan organik tanah dapat
meningkatkan fungsi tanah untuk mempertahankan dan mengembalikan
menopang kehidupan di dalamnya. produktivitas tanah dengan didukung
Pemahaman tentang biodiversitas tanah faktor lingkungan disekitarnya (Thamrin
masih sangat terbatas, baik dari segi dan Hanafi dalam Wulandari dkk., 2005).

197
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

Brussaard dalam Wulandari dkk (2005), fauna pengganggu, karena aktifitas


menjelaskan bahwa keberadaan dan tersebut maka akan mengancam
aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah keberadaan dari makrofauna. Rahmawati
dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, (2012) menjelaskan penggunaan pupuk
agregasi tanah, serta mendistribusikan kimia sintetik dan insektisida sintetik
bahan organik tanah sehingga diperlukan secara berlebihan dapat menimbulkan
suatu upaya untuk meningkatkan berbagai permasalahan minimnya kajian
keanekaragaman mesofauna dan dan penelitian tentang makrofauna tanah
makrofauna tanah. menyebabkan kurangnya informasi dan
Keberadaan fauna tanah sangat pengetahuan tentang makrofauna tanah.
dipengaruhi oleh kondisi tanah, salah Terbatasnya penelitian makrofauna
satunya adalah adanya bahan organik ini dikuatkan oleh Lavelle et al., dalam
dalam tanah (Putra, 2012). Keberadaan Sugiyarto (2000) meskipun telah banyak
fauna dapat dijadikan parameter dari yang melaporkan tentang peran
kualitas tanah, fauna tanah yang digunakan makrofauna tanah dalam sistem reproduksi
sebagai bioindikator kesuburan tanah tanaman pertanian, tetapi perhatian pada
tentunya memiliki jumlah yang relatif perlunya melakukan konservasi terhadap
melimpah (Ibrahim, 2014). Salah satu biodiversitas makrofauna tanah masih
fauna tanah yang dapat dijadikan sangat terbatas. Banyak tema penelitian
bioindikator adalah makrofauna tanah. Hal yang masih perlu dilakukan guna
tersebut dijelaskan oleh (Tim Sintesis meningkatkan kelestarian dan daya
Kebijakan dalam Paritika, 2010) manfaat makrofauna tanah (Sugiyarto,
menjelaskan bahwa masing-masing biota 2000).
tanah mempunyai fungsi yang khusus Pembelajaran merupakan suatu
dan mempunyai fungsi ekologis yang proses yang terdiri dari kombinasi dua
khusus. Keanekaragaman biota dalam aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa
tanah dapat digunakan sebagai indikator yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
biologis kualitas tanah. Setiap grup berorientasi pada apa yang harus dilakukan
fauna tanah dapat dijadikan bioindikator oleh guru sebagai pengajar (Haris dkk,
karena keberadaan fauna tanah sangat 2008). Belajar merupakan proses interaksi
bergantung dengan faktor biotik dan antara peserta didik dengan pendidik dan
abiotik tanah (Sugiyarto, 2010). sumber belajar pada suatu lingkungan
Makrofauna tanah mempunyai peranan belajar (Liandini, 2006). Pengembangan
besar untuk memperbaiki sifat-sifat sumber belajar tersebut perlu dilakukan
fungsional tanah (Nusroh, 2000). pada mata pelajaran biologi materi
Penelitian makrofauna tanah keanekaragaman hayati di SMA.
terutama yang terdapat pada lahan Biologi sebagai bagian dari sains,
perkebunan coklat masih sedikit dilakukan. menuntut kompetensi belajar pada ranah
Tanaman coklat yang berada di pemahaman tingkat tinggi yang
Banyuwangi merupakan kawasan komprehensif. Namun dalam kenyataanya
perkebunan coklat yang paling luas di siswa saat ini cenderung menghafal
Jawa Timur, perkebunan ini dikelola oleh daripada memahami, padahal pemahaman
PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan modal dasar bagi penguasaan
yang berlokasi di Desa Jatirono Kecamatan selanjutnya (Wena at al., dalam Mastiroh,
Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Hasil 2012). Biologi merupakan mata pelajaran
observasi dan wawancara yang dilakukan, yang wajib ditempuh bagi siswa SMA di
kendala dalam berkebun coklat adalah kelas X, materi keanekaragaman hayati
banyaknya hama yang menyerang, karena sangat berkaitan dengan ekosistem
itu banyak pestisida yang digunakan untuk lingkungan. Oleh karena itu, peneliti
menjaga tanaman coklat dari serangan menganggap sangat penting untuk

198
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

dilakukan penelitian tentang Nusantara XII (Persero) yang berlokasi di


“Keanekaragaman Makrofauna Tanah di Dusun Jatirono Desa Kajarharjo
Kawasan Perkebunan Coklat (Theobroma Kecamatan Kalibaru Kabupaten
cacao L.) sebagai Bioindikator Kesuburan Banyuwangi.
Tanah dan Sumber Belajar Biologi”. Teknik sampling menggunakan
simple random sampling, penelitian ini
METODE PENELITIAN dilakukan pada 6 stasiun yang berbeda.
Jenis Penelitian yang digunakan Alat dan bahan yang digunakan meliputi;
dalam penelitian ini adalah penelitian Cangkul, pH meter, Soil tester, roll meter,
deskriptif-kuantitatif. Menurut termometer, beaker glass, formalin,
Sukmadinata (2011) penelitian deskriptif aquades, cawan petri, kamera, dan alat
merupakan penelitian yang tulis.
mendeskripsikan atau menggambarkan Penelitian dilakukan melalui
fenomena-fenomena yang ada, baik beberapa tahapan yaitu penentuan lokasi
fenomena yang bersifat alamiah atau penelitian dan dilanjutkan dengan
rekayasa manusia. Penelitian kuantitatif pemetaan untuk menentukan stasiun dan
bertujuan untuk menjelaskan angka-angka ulangat/ pemasangan jebakan pit fall trap.
data analisis mengunakan statistik Makrofauna tanah yang terkoleksi di
(Sugiyono, 2010). Penelitian ini akan bersihkan dan diidentifikasi dengan
mendeskripsikan tentang keanekaragaman mengacu pada buku pengenalan serangga
makrofauna tanah dan faktor biotik tanah, Borror et al., (1992), Ekologi Hewan
kemudian data yang diperoleh akan Tanah Suin (2012), dan Buku
dianalisis untuk dilanjutkan sebagai Calssification of Insects Brues et al.,
sumber belajar Biologi berupa buku (1954) dan di identifikasi di Laboratorium
petunjuk praktikum pada materi Diversitas FMIPA Universitas Brawijaya
Keanekaragaman Hayati jenjang Malang.
pendidikan SMA kelas X. Penelitan ini Instrumen pengambilan data
dilakukan untuk memperoleh fakta atau meliputi; kepadatan dan kepadatan relatif,
data tentang keanekaragaman jenis, frekuensi dan frekuensi relatif, indeks nilai
kemerataan, Indeks nilai penting penting, keanekaragaman, kemerataan,.
makrofauna tanah di kawasan perkebuna Teknis analisis data menggunakan korelasi
coklat (Theobroma cacao L.). Kecamatan pearson untuk mengatahui hubungan
Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. antara makrofauna tanah dengan faktor
Penelitian ini dilaksanakan pada 18 Maret abiotik.
sampai dengan 28 April 2015 di kawasan
perkebuna coklat (Theobroma cacao L.). HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Kalibaru Kabupaten
Banyuwangi. Jenis-Jenis Mesofauna Tanah yang
Populasi dalam penelitian ini adalah Ditemukan
semua hewan makrofauna tanah yang
ditemuakan pada lokasi penelitian di Jenis–jenis makrofauna tanah yang
kawasan perkebunan coklat (Theobroma ditemukan di lokasi penelitian di kawasan
cacao L.). PT. Perkebunan Nusantara XII perkebunan coklat kecamatan Kalibaru
(Persero) yang berlokasi di Dusun Jatirono Kabupaten Banyuwangi yang terkoleksi
Desa Kajarharjo kecamatan kalibaru terdiri dari 7 kelas dengan 14 Bangsa dan
kabupaten banyuwangi. Sampel dalam tergolong dalam 17 Suku 20 Marga dan 20
penelitian ini adalah makrofauna tanah jenis. Jenis yang ditemukan adalah Tachita
yang ditemukan pada setiap setasiun angulata, Cryptocercus garciai, Lymnaea
penelitian di daerah perkebunan coklat rubiginosa, Odontoponera denticulata,
(Theobroma cacao L.). PT. Perkebunan Sigmoria trimaculata, Pirata piratichus,
199
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

Sitena sp., Grillus sp., Scolopendra Lumbricus rubellus, Phyllopaga sp.,


gigantea, Forficula auricularia, Componatus arogans, Geophilus sp.,
Hydrochara soror, Leptocarisa acuta, Gryllotalpa grillotalpa, Ploiaria sp.
Trigoniulus corallinus, Odontomanchus sp., Seperti yang tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Makrofauna yang Terkoleksi


Jumlah Individu
Stasiun
No Kelas Ordo Suku Marga Jenis Penelitian
1 2 3 4 5 6
Gryllotalpa
Gryllotalpidae Gryllotalpa 0 1 0 0 0 0
Orthroptera grillotalpa
Gryllinae Gryllus Gryllus sp 1 0 0 0 1 2

Odontopone Odontoponera
3 0 0 2 1 0
ra denticulata
Hymenoptera Formicidae
Odontoman Odontomanch
0 0 1 0 0 0
chus us sp
Componotus
Componotus 0 1 1 2 1 2
1 Insecta arogans
Forficula
Dermaptera Forficulidae Forficula 1 1 0 0 0 1
auricularia
Scarabaeidae Phyllophaga Phyllopaga sp 0 0 0 1 0 1
Hidrochara
Hydrophilidae Hidrochara 0 2 0 1 1 1
Coleoptera soror
Tachyta
Meloidae Tachyta 1 0 1 0 1 1
angulata
Pyrrhocoridae Ploiaria Ploiaria sp 0 0 1 0 0 0
Hemiptera Leptocorisa
coreidae Leptocarisa 0 1 0 0 0 0
acuta
Cryptocercus
Blattaria Cryptocercidae Cryptocercus 1 0 0 0 0 0
garciai
2 Hexapoda Coleoptera Chrysomelidae Systena Systena sp 1 0 0 1 1 1
Sigmoria
Polydesmida Xystodesmidae Sigmoria 1 0 0 1 1 0
trimaculata
3 Diplopoda
Trigoneolus
Spirobolida Trigoniulidae Trigoneulus 0 1 1 1 1 1
corallinus
Pirata
4 Arachnida Araneae Lycosidae Pirata 4 6 7 0 2 0
piraticus
Lumbricus
5 Citellata Haplotaxida Lumbricidae Lumbricus 0 0 0 0 0 1
rubellus
Scolopendro Scolopendra
Scolopendridae Scolopendra 4 2 3 3 3 0
morpha gigantea
6 Chilopoda
Geophilomo
Geophilidae Geophilus Geophilus sp 2 1 1 2 0 1
rpha
Stylommato Lymnaea
7 Gastropoda Lymnaeidae Lymnaea 1 1 1 0 0 0
phora rubiginosa
Jumlah 19 17 17 13 13 12

Berdasarkan Tabel 1. diperoleh 2 kelas diketemukan di lokasi penelitian. Jenis


mesofauna tanah yang terdiri dari 20 makrofauna tanah yang ditemukan di
marga dan 20 jenis berbeda yang stasiun yang berbeda dapat disebabkan

200
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

karena mesofauna tanah tersebut bersifat Indeks Keanekaragaman (Diversity)


mobil (bergerak), sehingga bila kondisi Mesofauna Tanah
lingkungan tidak baik maka makrofauna Adapun hasil keanekaragaman
tanah tersebut akan berpindah tempat. makrofauna tanah pada stasiun I, II, III,
Keberadaan fauna tanah sangat IV, V dan VI tersajikan pada Gambar 1.
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu berikut.
faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
lingkungan abiotik yang mempengaruhi 2.5
2.26
adalah faktor fisika antara lain tekstur 1.97 2.02
1.85 1.82
tanah, struktur tanah, dan faktor kimia 2 1.61
antara lain pH, salinitas, kadar bahan 1.5
organik dan unsur mineral tanah.
1
Sedangkan faktor biotik yang
mempengaruhi antara lain mikroflora 0.5
dan tanaman. Tanaman dapat 0
meningkatkan kelembaban tanah dan
sebagai penghasil seresah yang disukai Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
fauna tanah (Nusroh, 2007). Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Gambar 1. Indeks keanekaragaman mesofauna


Indeks Nilai Penting (INP) Mesofauna tanah pada 3 stasiun penelitian
Tanah
Berdasarkan grafik diatas diketahui
Indeks Nilai Penting (INP) atau bahwa 4 stasiun dari 6 stasiun berada
Important Value Index merupakan Indeks dalam kategori dengan nilai indeks
kepentingan yang menggambarkan keanekaragaman yang rendah, hal tersebut
pentingnya peranan suatu jenis vegetasi karena memang lokasi penelitian
dalam ekosistem (Fachrul, 2012). merupakan lokasi dengan keadaan yanh
Berdasarkan hasil Perhitungan Indeks Nilai homogen. Menurut Fatawi (2002) semakin
Penting makrofauna tanah di kawasan heterogen dan kompleks suatu daerah atau
perkebunan coklat dapat diketahui bahwa lingkungan secara fisik maka semakin
nilai Indeks Nilai Penting pada lokasi tinggi tingkat keanekaragaman jenisnya.
penelitian stasiun 1 tertinggi adalah jenis Selain itu faktor biotik dan abiotik dari
Pirata piratichus yaitu 5,28% kemudian lingkungan juga mempengaruhinya.
jenis makrofauna yang memiliki indeks Sugiyarto (2000) menambahkan
nilai penting tertinggi pada stasiun 2 yaitu keanekaragaman makrofauna tanah
jenis Scolopendra gigantea yaitu 4,50% menunjukkan korelasi tinggi dengan
kemudian jenis makrofauna yang memiliki kandungan bahan organik tanah. Suin
indeks nilai penting tertinggi pada stasiun (2012) mengungkapakan rendahnya nilai
3 yaitu jenis Pirata piratichus yaitu 5,28% indeks keanekaragaman (Diversity)
kemudian jenis makrofauna yang memiliki kemungkinan besar dipengaruhi oleh
indeks nilai penting tertinggi pada stasiun faktor-faktor lingkungan abiotic.
4 yaitu jenis Scolopendra gigantea yaitu Kelembaban tanah juga memiliki
4,50% kemudian jenis makrofauna yang peranan penting di dalam menentukan
memiliki indeks nilai penting tertinggi tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu
pada stasiun 5 yaitu jenis Pirata komunitas. Pada lokasi penelitian
piratichus yaitu 5,28% kemudian jenis didapatka rat-rata kelembapan 35-38,5%
makrofauna yang memiliki indeks nilai diamana hasil tersebut masih dalam
penting tertinggi pada stasiun 6 yaitu jenis kelembapan normal. Sukarsono (2009)
Hidrochara soror yaitu 1,42%. menjelaskan temperatur dan kelembaban
memiliki peran penting dalam lingkungan
201
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

daratan dan sebagai bagian paling penting terdekomposisi maupun yang sedang
dari iklim. Temperatur memberikan efek terdekomposisi. Menurut Supriyadi (2008)
membatasi pertumbuhan organisme kandungan bahan organik (C-organik)
apabila keadaan kelembaban ekstrim tinggi dalam tanah mencerminkan kualitas tanah,
atau rendah, akan tetapi kelembaban dimana kandungan bahan organik
memberikan efek lebih kritis terhadap dikatakan sangat rendah apabila < 2 %, dan
organisme pada suhu yang ekstrim tinggi rendah apabila > 2 %, kandungan bahan
atau ekstrim rendah, selain itu kelembaban organik yang berkisar 2-10% memiliki
tanah juga sangat mempengaruhi peranan yang sangat penting.
nitrifikasi, kelembaban tinggi lebih baik Suhu tanah adalah merupakan faktor
bagi hewan tanah dari pada kelembaban fisika tanah yang sangat menentukan
rendah. Berkurangnya suatu jenis fauna tingkat keanekaragaman jenis fauna tanah,
tanah akan mengakibatkan adanya suatu suhu tanah sangat menentukan proses
jenis yang mendominasi di suatu daerah terjadinya dekomposisi bahan organik
tersebut. tanah (Suin, 2012). Pada lokasi penelitian
pH tanah sangat penting dalam didapatkan suhu rata-rata 22oC diamana
ekologi fauna tanah karena keberadaan dan suhu tersebut sesuai dengan kehidupan
kepadatan fauna tanah sangat tergantung makrofauna tanah. Menurut Handayanto &
pada pH tanah. Pada lokasi penelitian Hairiah (2009) menjelaskan bahwa suhu
didapatkan rata pH 5-6 dimana pH tersebut tanah sangat terkait erat dengan
kurang sesuai dengan kehidupan kelambaban tanah. Jenis-jenis fauna tanah
makrofauna tanah. Pengukuran pH tanah memiliki variasi suhu yang berbeda dalam
sangat penting dalam ekologi hewan tanah mempertahankan tubuhnya. Seperti
karena keberadaan dan kepadatan hewan dijelaskan Sukarsono (2009) bahwa
tanah sangat bergantung pada Ph tanah fruktuasi 10-20oC dengan rata-rata 15oC
(Suin, 2012). Handayanto & Hairiah tidak sama pengaruhnya terhadap hewan
(2009) menjelaskan bahwa sebagian besar tanah bila di bandingkan dengan
fauna tanah menyukai pH berkisar 6-7 lingkungan bersuhu konstan 15 oC, laju
karena ketersediaan unsur hara yang cukup tersebut menghasilkan pertumbuhan yang
tinggi. Kondisi pH tanah yang terlalu asam lebih cepat pada sebagian fauna tanah.
dan basa dapat menggangu kehidupan Tingginya laju pertumbuhan maka semakin
fauna tanah, tetapi Suin (2012) tinggi tingkat keanekaragaman jenisnya
menjelaskan bahwa terdapat fauna tanah dan begitu juga dengan sebaliknya.
yang dapat hidup di kondisi pH asam dan Tingkat residu pestisida di
dapat dijumpai pula pada kondisi pH lingkungan dipengaruhi oleh beberapa
basah. faktor, seperti suhu lingkungan,
Suin (2012) menjelaskan bahan kelarutanya dalam air, serta penyerapanya
organik tanah sangat menentukan oleh koloid bahan organik tanah. Hasil
kepadatan populasi organisme tanah salah penelitian menunjukkan organofosphat
satunya adalah fauna tanah diamana yang ada pada kawasan perkebunan coklat
semakin tinggi kandungan organik tanah adalah jenis Dichlorvos, Diamidafos,
maka akan semakin beranekaragaman Carbofuran, Mevinphos, Buprofezin,
fauna tanah yang terdapat pada suatu Glyphosat, dan Benthlavalicarb.
ekosistem. Komposisi dan jenis serasa Organofosphat yang mendominasi atau
daun menentukan jenis fauna tanah yang nilai paling tinggi berdasarkan uji
terdapat di daerah tersebut dan banyaknya laboratorium pada stasiun 1,3,4,5, dan 6
tersedia serasah menentukan kepadatan adalah Carbufuran sedangkan stasiun 6
fauna tanah. Material bahan organik adalah Diamidafos. Pestisida dalam tanah
merupakan sisa tumbuhan dan hewan memiliki persisten atau sukarnya pestisida
organisme tanah, baik yang telah terurai dalam tanah yang berbeda jangka

202
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

waktunya. Menurut Shu Gui Dai (1998) Menurut Supriyadi (2008)


pestisida dikatakan tidak persisten apabila kandungan bahan organik (C-organik)
waktu paruhnya antara 3-12 bulan. Berikut dalam tanah mencerminkan kualitas tanah,
ini disajikan waktu paruh Organophosfat dimana kandungan bahan organik
yang ada pada tanah lokasi penelitian. dikatakan sangat rendah apabila < 2 %, dan
Kemerataan merupakan pembagian rendah apabila > 2 %, kandungan bahan
individu yang merata diantara jenis organik yang berkisar 2-10% memiliki
(Suheriyanto, 2008). Berdasarkan peranan yang sangat penting. Bahan
perhitungan tentang indeks kemerataan, organik tanah merupakan indikator dari
didapatkan hasil bahwa indeks kemerataan kualitas tanah, karena merupakan sumber
untuk stasiun I sebesar 0,62, stasiun II dari unsur hara. Bahan organik tanah erat
0,84, stasiun III 0,83, stasiun IV 0,95, kaitannya dengan kondisi tanah baik secara
stasiun V sebesar 0,98, dan stasiun VI fisik, kimia dan biologis yang selanjutnya
1,88. Diketahui bahwa Indeks kemerataan turut menentukan produktivitas suatu lahan
tertinggi pada stasiun VI. Mengacu pada (Waluyaningsih, 2008). Menurut Hanafiah
kriteria menurut Goegianto (2012) pada (2013) kesuburan tanah juga dipengaruhi
penelitian didapatkan Nilai Indeks oleh ketersediaan hara, rendahnya
kemerataan pada stasiun I yaitu 0,64, dan ketersediaan hara mencerminkan
stasiun II yaitu 0,84, pada stasiun III yaitu rendahnya kesuburan tanah sehingga
0,83. pada stasiun IV yaitu 0,95. pada keberadaan makrofauna tanah sebagai
stasiun V yaitu 0,98, tiga stasiun tersebut perombak bahan organik sangat
mendekati angka 1 yang berarti menentukan ketersediaan hara dalam
kemerataan antar jenis merata . Pada menyuburkan tanah.
stasiun VI yaitu 1,88. Indeks kemerataan Meningkatnya keanekaragaman
tertinggi pada stasiun VI yaitu sebesar makrofauna di dalam tanah dengan
1,88,. hal tersebut dimungkan bahwa pada meningkatnya kandungan bahan organik
lokasi stasiun tersebut banyak adanya tanah dan dominansi vegetasi bawah
seresah-seresah yang dapat diubah oleh disebabkan oleh karena bahan organik
makrofauna tanah menjadi bahan organik tanah maupun sisa-sisa tanaman dari
dalam tanah sehingga memungkinkan vegetasi bawah dapat dimanfaatkan oleh
sereseh tersebut menjadi sumber makanan makrofauna di dalam tanah sebagai sumber
atau nutrisi yang melimpah bagi makananya (Sugiyarto, 2000). Suin (2012)
makrofauna tanah. menjelaskan bahan organik tanah sangat
Berdasarkan hasil penelitian pada menentukan kepadatan populasi organisme
perhitungan tentang hasil uji C-Organik tanah salah satunya adalah fauna tanah
tanah dapat diketahui bahwa tanah pada diamana semakin tinggi kandungan
lokasi penelitian menunjukkan kriteria organik tanah maka akan semakin
tanah yang tergolong subur karena nilai C- beranekaragaman fauna tanah yang
Organik tanah yang tinggi. Menurut terdapat pada suatu ekosistem.
Hanafiah (2013) kesuburan tanah juga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dipengaruhi oleh ketersediaan hara atau C- pada tabel 4.3 tentang indeks
Organik tanah, rendahnya ketersediaan keanekaragaman makrofauna tanah
hara mencerminkan rendahnya kesuburan didapatkan hasil bahwa pada lokasi
tanah sehingga keberadaan makrofauna penelitian keanekaragaman jenisnya
tanah sebagai perombak bahan organik rendah. Rendahnya keanekaragaman pada
sangat menentukan ketersediaan hara lokasi penelitian disebabkan oleh beberapa
dalam menyuburkan tanah. Semakin tinggi faktor, salah satu faktor tersebut adalah
kandunga bahan Organik dalam tanah penggunaan pestisida sintetik. Hasil uji
maka tanah tersebut akan semakin subur tanah tentang Organofotphat menunjukkan
begitu juga sebaliknya. organofosphat yang ada pada kawasan

203
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

perkebunan coklat adalah jenis Dichlorvos, Hasil Penelitian sebagai Sumber belajar
Diamidafos, Carbofuran, Mevinphos,
Buprofezin, Glyphosat, dan Merurut Jasmiko dkk (2010),
Benthlavalicarb. Organofosphat yang Sumber belajar adalah semua sumber
mendominasi atau nilai paling tinggi (yang meliputi data,orang dan barang)
berdasarkan uji laboratorium pada stasiun yang mungkin dapat digunakan oleh
1,3,4,5, dan 6 adalah Carbufuran pebelajar baik secara sendiri-sendiri
sedangkan stasiun 6 adalah Diamidafos. maupun dalam bentuk kelompok,
Rahmawati (2012) menjelaskan biasanya dalam bentuk informal untuk
penggunaan pupuk kimia sintetik dan memberikan kemudahan belajar. Sediman
insektisida sintetik secara berlebihan dapat (2006) mendefinisikan sumber belajar
menimbulkan berbagai permasalahan. sebagai segala sesuatu yang dapat
Permasalahan yang ditimbulkan yaitu bisa digunakan untuk belajar, yakni dapat
pencemaran pupuk kimia dan pestisida, berupa orang, benda, pesan, bahan.
penurunan kualitas lahan, penurunan AECT (1977) mengartikan sumber
kesehatan manusia akibat menkonsumsi belajar sebagai semua sumber (data,
hasil pertanian yang banyak mengandung manusia, dan barang) yang dapat dipakai
residu dari bahan-bahan kimia, serta bisa oleh pelajar sebagai suatu sumber
menyebabkan kepunahan pada jenis-jenis tersendiri atau dalam kombinasi untuk
makrofauna tanah tertentu yang berdampak memperlancar belajar dan meliputi pesan,
pada kurangnya keanekaragaman jenis orang, material, alat, teknik, dan
makrofauna tanah yang ada di ekosistem lingkungan.
tersebut. Berdasarkan penelitian tentang
Berdasarkan hasil perhitungan makrofauna tanah ini peneliti
korelasi antara faktor abiotik mengembangkan dan mengharapkan dapat
(Kelembapan, Ph, suhu dan C-Organik) digunakan sebagai sumber belajar biologi
dengan jumlah jenis makrofauna tanah di SMA kelas X semester 1 pada materi
kawasan perkebunan coklat kecamatan berbagai tingkat keanekaragaman hayati
Kalibaru kabupaten Banyuwangi dapat berdasarkan kurikulum yang berlaku saat
diketahui nilai korelasinya. Berdasarkan ini dengan kompetensi dasar yaitu 3.2
hasil analisis korelasi antara faktor abiotik menganalisis data hasil observasi tentang
(pH tanah, kelembaban tanah dan tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis,
kandungan C-organik tanah) dengan dan ekosistem). Dan 3.7 mendeskripsikan
jumlah jenis serangga tanah adalah sebagai keanekaragaman gen, jenis , dan ekosistem
berikut: pH tanah memiliki nilai korelasi melalui kegiatan pengamatan.
pearson (r), yaitu 0,375 < 0,5, artinya pH Hasil penelitian yang akan
tanah memiliki hubungan lemah terhadap dimanfaatkan sebagai sumber belajar
jumlah jenis makrofuana tanah. menurut Djohar dalam Ningsih (2014)
Kelembaban tanah memiliki nilai korelasi harus memperhatikan syarat pemanfaatan
pearson (r), yaitu -0,345 < 0,5, sehingga sumber belajar yaitu kejelasan potensi,
memiliki arti bahwa kelembaban tanah kesesuaian dengan tujuan belajar,
memiliki hubungan lemah terhadap jumlah ketapatan sasaran, kejelasan informasi
jenis serangga tanah, sedangkan faktor yang diungkapkan, kejelasan pedoman
abiotik yang terakhir yaitu kandungan C- eksplorasi, dan kejelasan perolehan yang
organik tanah. Hasil analisis korelasi diharapkan. Pada penelitian ini akan
pearson (r) memiliki nilai yaitu -0,21> 0,5 diuraikan syarat pemanfaatan sebagai
sehingga memiliki arti bahwa C-organik sumber belajar yaitu sebagai berikut.
tanah memiliki hubungan kuat terhadap
jumlah jenis makrofauna tanah. Kejelasan Potensi

204
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

Mempelajari hal ini berarti peserta Berbagai Keanekaragaman Hayati


didik akan mendapatkan informasi, Indonesia
keterampilan, serta pengetahuan mengenai
bagaimana cara mengidentifikasi jenis Kejelasan pedoman eksplorasi
Makrofana yang berada di lingkungan
sekitar berdasarkan ciri-ciri morfologi Hasil penelitian ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada literatur mengenai oleh siswa SMA sebagai petunjuk untuk
kunci identifikasi fauna tanah. Jika setiap melakukan pengamatan secara
subjek dan objek apapun dan dimanapun berkelompok mengenai struktur komunitas
dapat memberikan pengalaman belajar makrofauna tanah di lingkungan sekitar
siswa maka makrofauna sebagai objek rumah.
penelitian dapat dikatakan sebagai sumber Berdasarkan uraian diatas hasil
belajar. penelitian tentang keanekaragaman
makrofauna tanah di kawasan perkebunan
Ketepatan Sasaran coklat sebagai bioindikator kesuburan
tanah dan sumber belajar Biologi maka di
Fokus utama dalam kegiatan susunlah sumber belajar berupa buku
pembelajaran ini adalah kajian mengenai petunjuk praktikum yang isinya meliputi :
struktur komunitas makrofauna tanah yang 1. Sampul atau cover 2. Kata pengantar 3.
meliputi jenis-jenis makrofauna yang Kompetensi initi 4. Kompetensi dasar 5.
diketemukan, keanekaragaman jenis, Daftar isi 6. Dasar teori 7. Tujuan 8.
kemerataan dan Indeks Nilai Penting. Langkah pengamatan 9. Langkah
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengawetan 10. Bahan diskusi 11. Tugas
struktur komunitas makrofauna tanah. 12. Lembar kerja 13. Daftar pustaka.
4.6.1 Kesesuaian dengan tujuan belajar
Kegiatan pembelajaran ini berarti KESIMPULAN
harus melibatkan berbagai macam aspek
kemampuan seperti kognitif dan afektif 1. Jenis Makrofauna Tanah yang
maupun psikomotorik karena kegiatan ini diketemukan di kawasan perkebunan
tidak lepas dari aktivitas observasi, coklat kecamatan Kalibaru kabupaten
merumuskan masalah, melakukan Banyuwangi diantaranya adalah
pengamatan, melakukan pengukuran Tachyta angulata, Cryptocercus
lingkungan abiotik, menemukan jenis-jenis garciei, Lymnea rubigenosa,
makrofauna tanah, menyatakan hasil Odontoponera denticulata, Sigmoria
pengamatan dn membuat kesimpulan trimaculata, Pirata piratichus, Sitena
dengan demikian tujuan dari belajar adalah sp., Grillus sp., Scolopendra gigantea,
dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif Forficula auricularia, Hydrochara
dan psikomotorik bagi peserta didik. soror, Leptocarisa aculata, Trigoniulus
corallinus, Odontomanchus sp.,
Kejelasan informasi yang diungkapkan Lumbricus rubellus , Phyllopaga sp.,
Componatus arogans, Geophilus sp.,
Informasi yang diungkapkan dari Gryllotalpa grillotalpa, Ploiaria sp.
penelitian ini adalah berupa fakta yang 2. Indeks keanekaragaman Makrofauna
dapat dikembangkan menjadi konsep dan Tanah yang diketemukan di kawasan
prinsip. Informasi tersebut berkisar pada perkebunan coklat kecamatan Kalibaru
keanekaragaman makrofauna tanah, kabupaten Banyuwangi berkisar antara
peranan makrofauna tanah di dalam 1,61 sampai 2,26. Indeks
Konsep yang diperoleh dapat digunakan keanekaragaman Makrofauna tanah
untuk mengisi struktur konsep pada materi tertinggi terdapat pada stasiun
penelitian 5 yaitu 2,26. Berdasarkan

205
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

nilai Indeks keanekaragaman Semut Jurnal Penelitian USU :Sumatera


pada stasiun penelitian I, II, dan III Utara.
berada dalam kategori rendah dan Atmojo, S. W. 2003. Peranan bahan
stasiun IV,V dan VI dalam kategori organik terhadap kesuburan tanah
sedang. dan upaya pengelolaannya.
3. Indeks kemerataan Makrofauna Tanah Pengukuhan Guru Besar Ilmu
yang diketemukan di kawasan Kesuburan Tanah. Universitas
perkebunan coklat kecamatan Kalibaru Sebelas Maret. Surakarta.
kabupaten Banyuwangi berkisar antara Boror, D. J,. C. A. Triplehorn & N.F.
0,64 sampai 1,88. Indeks kemerataan Johnson. 1997. Pengenalan
makrofauna tertinggi terdapat pada Pelajaran Serangga. Yogyakarta:
stasiun penelitian VI yaitu 1,88. GAdjah Mada University Press:
Berdasarkan nilai Indeks kemerataan 1083 hal.
Makrofauna tanah pada stasiun Bruyn et al. 1997. The status of soil
penelitian I, II, III, IV, V, dan VI macrofauna as indicators of soil
menunjukkan bahwa kemerataan antar health to monitor the
jenis relatif merata atau jumlah individu sustainability of Australian
masing-masing relatif sama. agricultural soil.: Australian.
4. Indeks Nilai Penting (INP) Makrofauna Fitrahtunnisa dkk. 2002. Perbandingan
Tanah yang mendominasi yang Keanekaragaman Dan
diketemukan di kawasan perkebunan Predominansif Auna T Anah Dalam
coklat kecamatan Kalibaru kabupaten Proses Pengomposan Sampah
Banyuwangi yaitu pada jenis Pirata Organik. Jurnal Penelitian UNS :
piraticus yaitu sebesar 5,28 % dan pada Surakarta.
jenis Scolopendra gigantea sebesar Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling
4,50%. Bioekologi. Edisi I Cetakan III.
5. Hasil penelitian keanekaragaman Jakarta : Bumi Aksara.
Makrofauna Tanah yang diketemukan Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-Dasar Imu
di kawasan perkebunan coklat Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
kecamatan Kalibaru kabupaten Persada
Banyuwangi dapat digunakan sebagai Heddy. 2001. Budidaya Tanaman Caccao.
sumber belajar Biologi SMA Kelas X . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
pada materi Keaneakaragaman Hayati Imawan,hardi. 2013. Keanekaragaman
Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013 Makrofauna Tanah Pada Vegetasi
pada KD 3.2. dan 3.7 Pohon Pinus (Pinus merkusii) Di
Kesatuan Pemangkuhan Hutan
DAFTAR PUSTAKA (KPH) Wisata Alam Coban Rondo
Kecamatan Pujon Kabupaten
Agustina, Lyli dkk. 2007. Preferensi Malang. Skripsi Pendidikan Biologi
Berbagai Jenis Makrofauna Tanah UMM. Tidak diterbitkan. Malang
Terhadap Sisa Bahan Organik Ibrahim, Hasan. 2014. Keanekaragaman
Tanaman pada Intensitas Cahaya Mesofauana Tanah Daerah
Berbeda. Jurnal Penelitian UNS : Pertanian Apel Desa Tulungrejo
Surakarta. Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Ariani, Desi. 2009. Komposisi Komunitas Sebagai Bioindikator Kesuburan
Makrofauna Tanah Untuk Memantau Tanah Dan Bahan Ajar Biologi
Kualitas Tanah Secara Biologis SMA. Skripsi Pendidikan Biologi
Pada Areal Perkebunan Ptpn UMM. Tidak diterbitkan. Malang
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.

206
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Sekaran Universitas Negeri


( Invertebrata dan vertebrata) untuk Semarang. Jurnal penelitian
universitas. Sinar Wijaya : Bandung. Universitas Negeri Semarang:
Kastawi, Yusuf dkk. 2002. Zoologi Semarang.
Avertebrata. Erlangga : Jakarta Rahmawti, D. A. 2012. Upaya
Leksono, A.S 2011. Keanekaragaman Peningkatan Pendapatan Petani
Hayati. Malang: UB Press Melalui Penggunaan Pupuk Organik
Maharadatunkamsi. 2011. Profil Mamalia (Studi Kasus Pada Petani Jagung Di
Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah. Desa Surabayan, Kecamatan
Jurnal Biologi Indonesia, 7(1): 171- Sukodadi, Kabupaten Lamongan).
185 Malang: Program Studi Agribisnis.
Miguran, A.E. 2004. Measuring Biological Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
Diversity. Australia: Black Well Fakultas Pertanian. Universitas
Publising Brawijaya
Ningsih, Dwi Septi. 2014. Analisis Samudra, Budi dkk. 2013. Kelimpahan dan
Keanekaragaman Semut Di Daerah Keanekaragaman Arthropoda Tanah
Pemukiman Daerah Aliran Sungai di Lahan Sayuran Organik “Urban
(Das) Brantas Hulu Dusun Wukir Farming”. Jurnal Penelitian UNDIP:
Sebagai Sumber Belajar Biologi Sma Semarang.
Kelas X . Skripsi. Tidak diterbitkan. Setyawati, Rima Try dkk. 2013.
Pendidikan Biologi UMM. Malang Keanekaragaman Cacing Tanah
Putra, Muhammad dkk. 2012. Makrofauna (Oligochaeta) pada Tiga Tipe
Tanah Pada Ultisol Di Bawah Habitat di Kecamatan Pontianak
Tegakan Berbagai Umur Kelapa Kota. Jurnal Penelitian: Tanjung
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pura.
Jurnal Penelitian UNRI: Riau. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif.
Nusroh, Zaidatun.2007. Studi Diversitas Surabaya:Usaha Nasional
Makrofauna Tanah Di Bawah Sugiyarto dkk. 2002. Biodiversitas Hewan
Beberapa Tanamanpalawija Yang Permukaan Tanah Pada Berbagai
Berbeda Di Lahan Kering Pada Saat Tegakan Hutan diSekitar Goa
Musim Penghujan. Jurnal Penelitian Jepang, BKPH Nglerak, Lawu
UNS: Surakarta. Utara, Kabupaten Karanganyar.
Odum, E. P. 1998. Dasar – Dasar Ekologi. Jurnal Penelitian UNS : Surakarta.
Edisi Ketiga. Terjemahan Tjahjono Sugiyarto., Efendi. M.,Mahajoeno. E.,
Samingan. Gadjah Mada University Sugito. Y., Handayanto. E.,
Press. Yogyakarta. 967 hal Agustina. L. 2007. Preferensi
Peritaka, M. Z. 2010. Keanekaragaman Berbagai Jenis Makrofauna Tanah
Makrofauna Tanah Pada Berbagai Terhadap Sisa Bahan Tanaman
Pola Agoforesi Lahan Miring Di Pada Intensitas Cahaya Berbeda.
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Biodiversitas, 7 (4): 96-100
Skripsi. Tidak diterbitkan. Surakarta: Sugiyarto.,Uteni Wulandari., Wiryanto.
Jurusan Biologi. Fakultas 2005. Pengaruh Keanekaragaman
Matematika dan ilmu pengetahuan Mesofauna dan Makrofauna Tanah
alam. Universitas sebelas maret terhadap Dekomposisi Bahan
Radioputro. 1991. Zoologi. Erlangga: Organik Tanaman di Bawah
Jakarta Tegakan Sengon (Paraserianthes
Rahayuningsih dkk. 2012. Persebaran Dan falcataria). Jurnal Penelitian UNS:
Keanekaragaman Herpetofauna Surakarta.
Dalam Mendukung Konservasi Sugiyarto. 2000. Keanekaragaman
Keanekaragaman Hayati Di Kampus Makrofauna Tanah pada

207
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 146-164)

BerbagaiUmur Tegakan Sengondi Karakteristik Biologi Pada Tanah


RPH Jatirejo, Kabupaten Kediri. Gambut. Program Studi Biologi
Jurnal Penelitian UNS : Surakarta. PMIPA, FKIP, Universitas
Sugiyono. 2013. Metode Pendekatan Pendidikan Indonesia
Penelitian Pendidikan Pendekatan Suwondo. 2007. Dinamika Kepadatan dan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Distribusi Vertikal Arthropoda
Alfabeta: Bandung. Tanah pada Kawasan Hutan
Suheriyanto, D. 2013. Keanekaragaman Tanaman Industri. Jurnal Pilar
Makrofauna Tanah Di Taman Sains, 6 (2);41-45
Nasional Bromo Tengger Semeru Ummi. Z. R. 2007. Studi Keanekaragaman
Sebagai Bioindikator Tanah Serangga Tanah di UPT Balai
Bersulfur Tinggi. Jurnal Lingkungan. Konservasi Timbuhan Kebun Raya
34-40. Purwodadi-LIPI (Desa Purwodadi
Suhardjono, Y. R. 1997. Arthropoda Kecamatan Purwodi Kabupaten
Tanah, Artinya Bagi tanah, Makalah Pasuruan). Skripsi. Tidak
pada Kongres dan Simposium Diterbitkan. Jurusan Biologi Malang,
Entomologi V, Bandung 24-26 Juni Universitas Islam Negeri.
1997. Hal:10. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan
Suin, Muhammad Nurdin. 2012. Ekologi Hama Terpadu. Gadjagmada
Hewan Tanah: Bandung. Bumi University Press: Yogyakarta
Aksara Wahyudi dkk. 2008. Panduan lengkap
Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi KAKAO Managenen Agribisnis Dari
Hewan: Konsep, Perilaku, Psikologi, Hulu Hinga Hilir. Kemetrian
dan Komunikasi. Malang: UMM Pertanian RI: Jakarta.
Press. Widyati, Enny. 2013. Pentingnya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Keragaman Fungsional Organisme
Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Tanah Terhadap produktivitas Lahan
Remaja Rosdakarya . Jurnal Penelitian: Bogor.
Suwondo. 2007. Dinamika Kepadatan dan Wulandari, Uteni dkk. 2005. Pengaruh
Distribusi Vertikal Arthropoda Keanekaragaman Mesofauna dan
Tanah Pada Kawasan Hutan Makrofauna Tanah terhadap
Tanaman Industri. Jurnal Pilar Dekomposisi Bahan Organik
Sains,6(2) 41-50 : RIAU. Tanaman di Bawah Tegakan Sengon
Suwondo, 2002. Komposisi dan (Paraserianthes falcataria). Jurnal
Keanekaragaman Makroarthropoda Penelitian UNS: Surakarta.
Tanah Sebagai Bioindikator

208
Endrik Nurrohman dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah

Anda mungkin juga menyukai