Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN KACANG- KACANGAN (MKB 5309)

Disusun Oleh :
Kelompok III Kelas VA
EVA FADILLAH MUSTIKA 1710631090023
WINDI TIA 1710631090024
ARI SHANDY RAHMAN 1710631090041
AZIE PUTRA N 1710631090045
CUCU SANTIKA 1710631090048
M AGUNG CD 1710631090095
NAMIRA FAHIRA AZHARI 1710631090102
RISCHA AINUNNISA F 1710631090120
DARINI 1810631090176
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Lutfi Afifah, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPEBANGSA KARAWANG
2020
LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TANAMAN KACANG- KACANGAN (MKB 5309)

INDEKS KEANEKARAGAMAN HAMA DI LAHAN BUDIDAYA


KACANG- KACANGAN

Disusun Oleh :
Kelompok III Kelas VA
EVA FADILLAH MUSTIKA 1710631090023
WINDI TIA 1710631090024
ARI SHANDY RAHMAN 1710631090041
AZIE PUTRA N 1710631090045
CUCU SANTIKA 1710631090048
M AGUNG CD 1710631090095
NAMIRA FAHIRA AZHARI 1710631090102
RISCHA AINUNNISA F 1710631090120
DARINI 1810631090176
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Lutfi Afifah, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPEBANGSA KARAWANG
2020
I. PENDAHULUAN

- Latar Belakang

Didalam suatu ekosistem terdapat berbagai jenis spsies yang hidup


dilamannya yang menunjukkan adanya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan hidup organisme di bumi, yang
berupa tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya,
serta ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Dimana kita
ketahui bahwa ekosistem adalah suatu sistem dialam yang terdapat hubungan
timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, juga dengan
lingkungannya (Umar, 2013).
Semakin banyak jenis yang dapat dijumpai pada suatu ekosistem maka
semakin tinggi tingkat keanekaragaman hayatinya, semakin tinggi
keanekaragaman hayati suatu tempat, semakin kompleks ekosistemnya. Untuk
mengetahui keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem diperlukan suatu
indeks keanekaragaman dalam suatu komunitas (Lakitan, 1994).

Studi tentang keanekaragaman jenis hama sangatlah penting untuk


dilakukan, karena dapat menghasilkan data dasar yang bisa digunakan sebagai
salah satu pedoman pengelolaan suatu tempat. Menurut Santosa (1995) dalam
beberapa data yang diambil dalam studi keanekaragaman jenis mamalia
meliputi kondisi fisik kawasan, flora dan fauna yang terdapat dalam habitatnya.

Indeks keragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan


kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Indeks keragaman dengan variabel
yang menggolongkan struktur komunitas meliputi : jumlah spesies,
kelimpahan relatif spesies (kesamaan), dan homogenitas dan ukuran dari area
sampel. Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat
keragaman jenis organisme yang ada di dalamnya (Krebs, 1978 dalam Sianipar
et al, 2015). Untuk memeroleh keragaman jenis ini diperlukan kemampuan
mengenal dan membedakan jenis. Serangga sering digunakan sebagai model
dalam kajian ilmu pengetahuan, baik murni maupun terapan karena serangga
memiliki keragaman yang tinggi, baik dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi
maupun perilaku adaptasi dalam lingkungannya, dan banyaknya serangga yang
terdapat di muka bumi (Jumar, 2000).

Tingkat keragaman jenis serangga memiliki peran yang penting bagi


kestabilan di dalam ekosistem. Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas
yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada
didalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis ini diperlukan kemampuan
mengenal dan membedakan jenis hama (Putra, 1994). Keanekaragaman hayati
serangga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produk pertanian yang
dihasilkan, pada ekosistem alami umumnya telah terjadi kestabilan populasi
antara hama dan musuh alami sehingga keberadaan serangga hama tidak lagi
merugikan (Widiarta dkk., 2000 dalam Susanto et al, 2018). Tingkat
keanekaragaman pertanaman tanaman memengaruhi timbulnya masalah hama,
sistem pertanaman yang beranekaragam berpengaruh kepada populasi spesies
hama (Oka, 1995)

- Tujuan
1. Menentukan indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di lahan
pertanian budidaya kacang kedelai dengan menggunakan indeks Kennedy
2. Mengetahui indeks keanekaragaman hayati pada petak lahan pertanian
budidaya kacang kedelai
II. BAHAN DAN METODE

- Waktu dan Tempat

Pengamatan dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian


Universitas Singaperbangsa Karawang, di Desa Pasirjengkol, Kecamatan
Majalaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Praktikum dilaksanakan pada
bulan Oktober sampai Desember 2019.

- Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat pengamatan adalah, Alat tulis,


kamera/Handphone, dan booklet hama dan penyakit pada tanaman kedelai.
Bahan yang digunakan adalah tanaman kacang kedelai.

- Prosedur

a. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan cara mengamati adanya hama


secara langsung maupun melalui gejala dan tanda yang ditunjukkan.
b. Gejala atau tanda pada tanaman dapat di identifikasi dengan membaca
booklet hama dan penyakit pada tanaman kacang kedelai.
c. Semua hama dan penyakit dicatat di buku catatan beserta nama ordo, famili,
spesies dan peran ekologinya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

- Hasil Data Indeks Keanekaragaman Hayati


Table 1 Data Hasil Pengamatan

MS PET MORFOSPE PERAN QT


Sampel ORDO FAMILI
T AK SIES EKOLOGI Y
Diptera Agromyzida Ophiomyia
2 A 3 Detritivor 1
e phaseoli
Diptera Agromyzida Melanagromy
2 A 2 Detritivor 1
e za sojae
2 A 3 Hemiptera Aphididae Aphis glycines Herbivora 25
Diptera Agromyzida Ophiomyia
2 B 5 Detritivor 3
e phaseoli
Stylommato Achatinidae Achatina
2 B 4 Lainnya 1
phora fulica
2 B 4 Hemiptera Aleyrodidae Bemisia tabaci fitofag 18
Diptera Agromyzida Ophiomyia
2 C 9 Detritivor 1
e phaseoli
2 C 8 Hemiptera Aphididae Aphis glycines Herbivora 17
2 C 10 Orthoptera Acrididae Acrididae mf 1 Herbivora 1

4 C 8 Hemiptera Aphididae Aphis glycines Herbivora 20

4 C 10 Hemiptera Aleyrodidae Bemisia tabaci Herbivora 15


Diptera Agromyzida Melanagromy Herbivora
5 B 4 1
e za sojae
Diptera Agromyzida Melanagromy
5 B 4 Detritivor 1
e za sojae
Coleoptera Chrysomeli Phaedonia Herbivora
5 B 4 1
dae inclusa
5 C 8 Orthoptera Acrididae Acrididae mf 1 Herbivora 2

6 B 4 Lepidoptera Diaphania Diaphania sp Herbivora 1

6 B 4 Hemiptera Aleyrodidae Bemisia tabaci Herbivora 1


Coleoptera Chrysomeli Phaedonia Herbivora
6 C 7 1
dae inclusa
Hemiptera Aleyrodidae Melanagromy Herbivora
7 A 3 31
za sojae
7 B 5 Lepidoptera Pyralidae Etiella sp Herbivora 8

8 A 2 Hemiptera Aphididae Aphis glycines Herbivora 18

8 A 1 Orthoptera Acrididae Acrididae mf 1 Herbivora 1


Coleoptera Chrysomeli Phaedonia Herbivora
8 A 3 1
dae inclusa
Hemiptera Alydidae Riportus Herbivora
8 B 6 1
linearis
Araneae Araneidae Araneidae
8 B 7 predator 1
mf1
Lepidoptera Noctuidae Spodoptera Herbivora
8 B 4 1
litura
8 B 7 Hemiptera Aphididae Aphis glycines Herbivora 32
Lepidoptera Noctuidae Spodoptera Herbivora
8 C 8 2
litura
Hymenopte Formicidae Formicidae
8 C 8 Detritivor 2
ra mf1
Lepidoptera Noctuidae Noctuidae Herbivora
9 A 1 1
mf1
Hemiptera Pentatomid Nezara Herbivora
9 B 5 2
ae Viridula
9 B 7 Lepidoptera Pyralidae Etiella sp Herbivora 8

9 C 10 Orthoptera Acrididae Acrididae mf 1 Herbivora 1

Table 2 Indeks Keanekaragaman

Row Labels Sum of QTY pi lnpi Pi X lnpi


Achatina fulica 1 0,004525 -5,39816 -0,02443
Acrididae mf 1 5 0,022624 -3,78872 -0,08572
Aphis glycines 112 0,506787 -0,67966 -0,34445
Araneidae mf1 1 0,004525 -5,39816 -0,02443
Bemisia tabaci 34 0,153846 -1,8718 -0,28797
Diaphania sp 1 0,004525 -5,39816 -0,02443
Etiella sp 16 0,072398 -2,62557 -0,19009
Formicidae mf1 2 0,00905 -4,70502 -0,04258
Melanagromyza sojae 34 0,153846 -1,8718 -0,28797
Nezara Viridula 2 0,00905 -4,70502 -0,04258
Noctuidae mf1 1 0,004525 -5,39816 -0,02443
Ophiomyia phaseoli 5 0,022624 -3,78872 -0,08572
Phaedonia inclusa 3 0,013575 -4,29955 -0,05836
Riportus linearis 1 0,004525 -5,39816 -0,02443
Spodoptera litura 3 0,013575 -4,29955 -0,05836
Grand Total 221 -1,60593
INDEKS KEANEKARAGAMAN 1,605925

Table 3 Indeks Keanekaragaman Petak A

Row Labels Sum of QTY pi Lnpi pi X Lnpi


Acrididae mf 1 1 0,01266 -4,3694 -0,0553
Aphis glycines 43 0,5443 -0,6082 -0,3311
Melanagromyza sojae 32 0,40506 -0,9037 -0,3661
Noctuidae mf1 1 0,01266 -4,3694 -0,0553
Ophiomyia phaseoli 1 0,01266 -4,3694 -0,0553
Phaedonia inclusa 1 0,01266 -4,3694 -0,0553
Grand Total 79 -0,9184
Indeks di Petak A 0,92

Table 4 Indeks Keanekaragaman Petak B

Row Labels Sum of QTY pi Lnpi pi X Lnpi


Achatina fulica 1 0,0125 -4,38203 -0,05478
Aphis glycines 32 0,4 -0,91629 -0,36652
Araneidae mf1 1 0,0125 -4,38203 -0,05478
Bemisia tabaci 19 0,2375 -1,43759 -0,34143
Diaphania sp 1 0,0125 -4,38203 -0,05478
Etiella sp 16 0,2 -1,60944 -0,32189
Melanagromyza sojae 2 0,025 -3,68888 -0,09222
Nezara Viridula 2 0,025 -3,68888 -0,09222
Ophiomyia phaseoli 3 0,0375 -3,28341 -0,12313
Phaedonia inclusa 1 0,0125 -4,38203 -0,05478
Riportus linearis 1 0,0125 -4,38203 -0,05478
Spodoptera litura 1 0,0125 -4,38203 -0,05478
Grand Total 80 -1,66605
Indeks di Petak B 1,67
Table 5 Indeks Keanekaragaman Petak C

Sum of pi X
Row Labels pi Lnpi
QTY Lnpi
Acrididae mf 1 4 0,06452 -2,7408 -0,1768
Aphis glycines 37 0,59677 -0,5162 -0,3081
Bemisia tabaci 15 0,24194 -1,4191 -0,3433
Formicidae mf1 2 0,03226 -3,434 -0,1108
Ophiomyia
phaseoli 1 0,01613 -4,1271 -0,0666
Phaedonia inclusa 1 0,01613 -4,1271 -0,0666
Spodoptera litura 2 0,03226 -3,434 -0,1108
Grand Total 62 -1,1829
Indeks di Petak C 1,18

Indeks Keanekaragaman (H’) merupakan indeks yang menyatakan struktur


komunitas dan kestabilan ekosistem. Indeks keanekaragaman ( H’) dapat diartikan
sebagai suatu penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan
dapat memudahkan proses analisa informasi- informasi mengenai macam dan jumlah
organisme. Semakin baik indeks keanekaragaman spesies maka suatu ekosistem semakin
stabil
Indeks keanekaragaman (H’) merupakan suatu angka yang tidak memiliki satuan
dengan kisaran 0-3. Indeks keanekaragaman akan tinggi jika ( H’) mendekati 3. Sehingga
hal ini menunjukan ekosistem yang baik. Sebaliknya jika nilai (H’) mendekati 0 maka
keanekaragaman rendah dan kondisi ekosistem kurang baik ( Odum, 1993).
Pada pengamatan kelompok kami terdapat 221 individu dan memiliki indeks
keanekaragaman 1,609569 yang termasuk kategori tinggi karena lebih tinggi dari 1,5.
Pada petak A memiliki jumlah individu 79. Memiliki indeks keanekaragaman 0,92
termasuk dalam kategori rendah. Pada petak B memiliki jumlah individu 80 lebih banyak
dibandingkan petak A. Memiliki indeks keanekaragaman 1,67 termasuk dalam kategori
sedang. Pada petak C memiliki jumlah individu 62 merupakan yang paling sedikit
diantara petak lainya. Memiliki indeks keanekaragaman 1,18 termasuk dalam kategori
sedang. Petak A, B dan C didominasi oleh kutu daun ( Aphis glycines ) sebagai hama
utama tanaman kacang kedelai.
Keanekaragaman hayati adalah kekayaan atau bentuk kehidupan di bumi, baik
tumbuhan, hewan, mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, maupun ekosistem,
serta proses-proses ekologi yang dibangun menjadi lingkungan hidup (Primak et al dalam
1998 dalam Kuswanda 2009). Kekayaan jenis suatu ekosistem didukung oleh kondisi
lingkungan yang baik pula ( Nuruddin et al, 2013). Jenis organisme yang ada di daerah
petakan budidaya kacang kedelai yang diamatidapat dipengaruhi oleh cuaca, teknik
budidaya dan aktivitas manusia.

- Hasil Peran Ekologi

Grafik. 1 Peran Ekologi

90

80

70

60

50 A

40 B
C
30

20

10

0
Detritivor fitofag Lainnya predator

Menurut Susilawati et al 2016, ekosistem merupakan hubungan timbal balik


antara Makhluk hidup dan lingkungan. Makhluk hidup antara lain tumbuhan hijau
sebagai produsen, herbivora, karnivora, omnivora dan dekomposer. Materi ini juga
mempelajari aliran energi, daur biogeokimia, dan interaksi yang terjadi di
dalamnya.

Keanekaragaman jenis serangga di setiap tempat atau daerah tertentu


tergantung dari keanekaragaman tanaman disekitarnya. (Susanto et al, 2018)
Perkembangan atau kelimpahan suatu serangga dipengaruhi oleh faktor cuaca,
ketersediaan makanan dan kepadatan populasinya. Pada suatu ekosistem, serangga
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan serangga dapat
juga menghindari keadaan ekstrim suatu lingkungan. Pada data yang diamati
dilakukan pada tempat budidaya kacang kedelai sehingga ditemukan lebih dominan
jenis fitofag dimana tanaman kacang kedelai merupakan sumber makanannya.
Keberadaan serangga tergantung dari makanan yang didapatkannya. Banyaknya
serangga khususnya serangga herbivora yang hidup di hutan Nanga- nangan Papalia
yang mendukung untuk bertahan hidup (Alrazik, 2017).

Data menunjukan bahwa serangga yang memiliki peran ekologi sebagai


serangga fitofag merupakan jenis yang paling banyak atau yang paling
mendominasi petak ukuran untuk semua perlakuan. Sedangkan yang paling sedikit
yaitu serangga yang memiliki peran ekologi sebagai serangga dekomposer pada
semua perlakuan. Hal ini dikarenakan serangga fitofag memiliki peluang tinggi
untuk bertahan hidup meskipun ada pengendalian ataupun tidak ada penendalian.
Serangga fitofag bertahan hidup dan memakan segala jenis tanaman, tidak
tergantung hanya pada satu pertanaman saja sehingga distribusi serangga fitofag
jauh lebih luas dan memiliki kelimpahan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Alrazik M U., Jahidin., Damhuri. 2017. Keanekaragaman Serangga (Insekta) Subkelas


Pterygota di Hutan Nanga- Nanga Papalia. Jurnal Ampibi. 2(1): 1-10.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 42-51.

Kuswanda, W., P. Mudiana, dan J. Ginting. 2009. Potensi dan Strategi Pengelolaan
Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Batang Gadis. http://bpkaeknauli.org/
[27, Desember 2019]
Lakitan, B., 1994. Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Nurudin, F A., Kariada, A., Irsadi, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai
Sekonuer Tanaman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Jurnal Unnes
2(2): 122-125.

Odum, E P. 1993. Dasar- Dasar Ekologi. Penerjemahan : Samingan, T dan B. Srigandono.


Gajah Mada University Press. Yogyakarta 607 p.

Oka, IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Putra, NS. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta.

Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan I. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Sianipar, M S., et al. 2015. Indeks Keragaman Serangga Hama Pada Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) Di Lahan Persawahan Padi Dataran Tinggi Desa Sukawening,
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Bioma. 17(1): 9- 15. ISSN: 1410-8801

Susanto, A et al. 2018. Keragaman Serangga Hama pada Tanaman Asparagus (Asparagus
officinalis L.) di Sentra Budidaya Tanaman Agroduta Lembang Jawa Barat. Jurnal
Agrikultura. 29 (1): 48-54. ISSN 0853-2885

Susilawati, E. Rahayuningsih, M., Ridlo, S. 2016. Pengembangan Perangkat


PembelajaranEkologi SMA dengan Strategi Outdoor Learning. Jurnal Unnes 5(1):
1091-1097.
Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
Kepik

Anda mungkin juga menyukai