Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Serangga permukaan tanah, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang


hidup , tetapi juga memakan tumbuhtumbuhan yang sudah mati. Serangga permukaan
tanah berperan dalam proses dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak
akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan serangga permukaan
tanah. Keberadaan serannga permukaan tanah dalam tanah sangat tergantung pada
ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti
bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus
karbon dalam tanah.
Dengan ketersediaan energi dan hara bagi serangga permukaan tanah tersebut,
maka perkembangan dan aktivitas serangga permukaan tanah akan berlangsung baik
Burges dan Raw (1967) dalam Rahmawaty (2000), menjelaskan bahwa secara garis
besar proses perombakan berlangsung sebagai berikut : pertamatama perombak yang
besar atau makrofauna meremah-remah substansi habitat yang telah mati, kemudian
materi ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Feses
juga dapat juga dikonsumsi lebih dahulu oleh mikrofauna dengan bantuan enzim
spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya.
Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna ini
dihancurkan serangga pemakan bahan organik yang mambusuk, membantu merubah
zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga
yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan
serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan seringkali makanan. Tanah
tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara,
tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuhtubuh serangga yang mati.
Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan
organiknya (Borror dkk., 1992). Wallwork (1976), menegaskan bahwa serangga
tanah juga berfungsi sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu.
Szujecki (1987) dalam Rahmawaty (2000), mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan, adalah, struktur tanah
berpengaruh pada gerakan dan penetrasi, kelembaban tanah dan kandungan hara
berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup, suhu tanah mempengaruhi
peletakan telur,cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.

Tujuan
Pelaksanaan praktikum bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
serangga tanah di UBB dan lahan bekas tambang.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Desember 2017. bertempat di
lahan pasca tambang Desa Air Anyir KecamatanMerawang Kabupaten Bangka dan
Laboratorium Biologi Fakultas Pertanian Perikanan Dan Biologi Universitas Bangka
Belitung.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas minuman kemasan
kecil, karung, kayu dan mikroskop. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
alkohol.
Cara Kerja
Praktikum di hutan rawa UBB menggunakan metode PSM dan PCT,
sedangkan di lahan bekas tambang menggunakan metode PSM saja. Lobang-lobang
kecil dibuat sebanyak 7 buah pada lokasi yang telah ditentukan, kemudian alkohol
dimasukkan ke dalam gelas minuman kemasan kira-kira ¼ bagian gelas untuk
kemudian dimasukan kedalam lubang tanah, setelah itu dibiarkan selama satu hari
kemudian itu di identifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Table 1 Hasil pengamatan identifikasi serangga tanah (PSM & PCT) di hutan rawa
kampus UBB

No Famili Jumlah Peran


1. Isotomidae 3 Perombak
2. Formicidae sp.1 3 Predator
3. Anonim 1 1 Predator
4. Culicidae 2 Predator
5. Formicidae sp. 4 2 Predator
6. Ixodidae sp.1 1 Perombak
7. Ixodidae sp. 2 2 Perombak
8. Ixodidae sp.3 1 Perombak
9. Ixodidaesp.4 1 Predator
10. Isotomidae sp.2 1 Perombak
11. Anonim 2 8 Pemangsa
12. Coleoptera 1 Pemangsa
13. Formicidae sp 2 2 Pemangsa
14. Formicidae sp 3 3 Perombak
15. Aranidae sp 1 2 Predator
16. Aranidae sp 2 1 Predator
17. Entomobrydae sp1. 1 Perombak
18. Entomobrydae sp2. 4 Perombak
19. Entomobrydae sp3. 1 Perombak
20. Entomobrydae sp4. 1 Predator
21. Entomobrydae sp5 9 Perombak
22. Neanuridae 2 Perombak
23. Arrhopalitidae 1 Perombak
24. Oncopoduridae 2 Predator
25. Formicidae sp4 1 Perombak
26. Formicidae sp5 11 Pemangsa
27. Arrhopalitidae 1 Predator
Total 70
Table 2 Hasil pengamatan identifikasi serangga tanah (kelas B) dengan menggunakan
metode PSM di lahan bekas tambang Air Anyir, Kecamatan Merawang

No. Nama famili Jumlah Peran


1 Formicidae 19 Predator
2 Gryllidae 3 Predator
3 Ortoptera 4 Predator
4 Drynidae 4 predator
5 Culicidae 1 predator
7 Formicidae sp.1 1 perombak
8 Formicidae sp.2 2 perombak
9 Anthomyzidae 1 perombak
10 Andrenidae 1 predator
11 Entomobryidae 26 Perombak
12 Larva Culicidae 1 Pemangsa
13 Formicidae sp 3 3 Pemangsa
14 Blattidae 2 Pemangsa
15 Protentomidae 1 Perombak
16 Stylopidae 1 Parasit
17 Annonim 2 -
18 Formicidae sp4 1 Pengurai
19 Formicidae sp5 11 Pengurai
20 Arrhopalitidae 1 Perombak
Total 85

Tabel 3 Jenis serangga tanah yang ditemukan di hutan Bukit Mawang, FPPB, UBB
menggunakan metode perangkap sumuran (PSM) dan perangkap cuplikan
tanah (PCT)
No Jenis serangga (Ordo/Famili) Jumlah individu
1 Formicidae 1 5
2 Formicidae 2 15
3 Formicidae 3 12
4 Scolytidae 4
5 Entomobryidae 53
6 Staphyllinidae 2
7 Acarina 6
9 Collembola 1
10 Culicidae 1 2
11 Hymenoptera 7
13 Acarina 3
15 Aranae 6
17 Entomobryidae 8
19 Acarina 3
21 Grillydae 2
22 Termitidae 1
23 Ixodida 2
Total 132

Tabel 4 Jenis serangga tanah yang ditemukan di Lahan Tambang (kelas A)


menggunakan metode perangkap cuplikan tanah (PCT) dan metode
perangkap sumuran PSM
No Jenis serangga (Ordo/Famili) Jumlah individu
1 Formicidae 1 5
2 Formicidae 2 16
3 Formicidae 3 12
4 Hymenoptera 7
5 Entomobrydae 61
6 Araneida 6
7 Culicidae 1 2
8 Acarina 12
9 Paronelit (colembolla) 1
10 Arachnida (Laba2) 6
11 Gryllidae 2
12 Anonim 4 1
13 Termitidae 1
14 Ixodida 2
15 Staphyllinidae 2
16 Scotylidae 4
Jumlah 140

Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1,2, 3, dan 4, diketahui bahwa jumlah jenis makrofauna


tanah lebih banyak dibandingkan dengan mesofauna tanah. Sugiyarto et al. (2007)
dan Sayad et al. (2012), menjelaskan bahwa makrofauna tanah berperan penting
dalam dekomposisi bahan organik tanah guna menyediakan unsur hara. Makrofauna
akan memecah menjadi lebih sederhana substansi nabati yang mati kemudian bahan
tersebut dikeluarkan dalam bentuk kotoran yang kita kenal sebagai bahan humus.
Bahan humus tersebut kemudian akan ditumbuhi oleh berbagai jenis mikroba yang
melakukan konsorsium untuk menguraikan dengan bantuan enzim spesifik, sehingga
terjadi proses dekomposisi bahan mineral yang bisa dimanfaatkan langsung oleh
organism lain (Whalen & Hamel 2004).
Beberapa jenis makrofauna tanah tidak hanya mampu melapukkan (memecah)
bahan organik, tepai juga mampu merangsang kehadiran beberapa jenis mikroba
untuk berasosiasi mempercepat proses dekompisisi. Kondisi lahan pengamatan
dengan tingkat pH yang asam disebut sebagai lahan miskin hara dengan ciri
kandungan organik tanah yang kurang memadai. Jenis fauna tanah didominasi oleh
beberapa jenis semut, kumbang , collembola yang berasosiasi dengan cendawan, serta
beberapa larva serangga yang mendiami bagian dalam tanah.
Keberadaan mesofauna tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan
sumber nutrisi untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa
yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Ketersediaan
nutrisi bagi mesofauna tanah tentu memberikan dampak positif untuk perkembangan
dan aktifitas mesofauna tanah serta menjaga kesuburan tanah dilokasi tersebut.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan jenis mesofauna tanah yang ditemukan dari lokasi
penelitian sangat kurang. Kondisi mesofauna tanah seperti ini tentu dipengaruhi oleh
ketersedian makanan sebagai sumber energi dan kondisi fisika kimia tanah yang
mendukung untuk keberlangsungan mesofauna tanah (Djuuna 2013).
Mesofauna tanah hidup secara berkelompok (colony) memiliki tingkat
aktifitas lebih tinggi. Entomobrydae pada hakikatnya hidup di dalam tanah dengan
system yang tertutup, proses siklus makan-memakan (predasi) individu yang
menyebabkan terjadinya pelumatan dan pengunyahan (ingested) sehingga terjadi
penambahan senyawa organik yang dikenal sebagai produksi sekunder (alates). Tidak
hanya itu Entomobrydae juga memiliki peran sebagai dekomposer primer dari sisa
pelapukan tumbuhan di permukaan tanah dan perombakan humus di dalam tanah.
Peranan fauna tanah lainnya, seperti semut mampu mempertahankan produktivitas
tanah secara langsung. Respirasi dan mineralisasi melalui interaksi dengan fauna
tanah yang lain menentukan immobilisasi, pelepasan dan penyimpanan unsur hara,
serta bahan organik di dalam tanah. Selain meningkatkan kesuburan dan mineralisasi
tanah, jenis makrofauna ini juga membentuk agregasi tanah dan tekstur pori tanah
lebih besar sehingga sirkulasi udara dan air bisa meningkat ke dalam tanah.
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


mesofauna dan makrofauna tanah sebagai bioindikator memiliki peranan penting
menjaga kesuburan tanah. Ketersediaan sumber nutrisi dan biomassa di dalam tanah
menjadi faktor penting keberadaan mesofauna dan makrofauna tanah. Lama waktu
psaca tambang terkait dengan perkembangan vegetasi di atas bekas lahan urugan
serta perubahan sifat fisik dan kimia tanah, sangat menentukan tingkat
keanekaragaman jenis fauna tanah (mesofauna dan makrofauna). Semakin rendah
tingkat kesuburan tanah, maka akan semakin sedikit jenis fauna tanah yang
ditemukan dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran


Serangga. Edisi keenam. Soetiono Porto Soejono. Yogyakarta. Gajah mada
university Press.

Rahmawaty.2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada Komunitas


Rhizopora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal Di Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai, Sulawesi Tenggara. Bogor: Tesis program pascasarjana IPB.

Sayad E. dkk. Soil Macrofauna in Relation to Soil and Leaf Litter Properties in Tree
Plantations. Journal of Forest Science. Vol (4): 170–180.

Sugiyarto dkk. 2007. Preferency of Soil Macrofauna to Cropsresidue at Different


Light Intensity. Jurnal Biodiversitas. Vol 8 (2): 96-100.
Whalen Joann K. and Hamel Chantal. 2004. Effects of Key Soil Organisms on
Nutrient Dynamics in Temperate Agroecosystems. The Haworth Press.
http://www.haworthpress.com/web/JCRIP

Anda mungkin juga menyukai