Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Serangga merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki jumlah


spesies terbanyak. Beberapa anggota dari serangga memiliki peranan positif
maupun negatif di bidang pertanian dan kehidupan. Peran negatif serangga
dibidang pertanian dan kehidupan adalah sebagai pemakan tumbuhan budidaya,
sebagai vektor penyebab penyakit pada tanaman, dan sebagai penyebab penyakit
pada manusia. Peran positif serangga adalah sebagai polinator atau penyerbuk,
sebagai dekomposer atau pengurai, sebagai predator atau parasitoid (musuh
alami), sebagai bioindikator lingkungan, sebagai penghasil bahan-bahan berguna
dan bermanfaat dalam bidang kesehatan(Meilin dan Nasamir 2016).
Serangga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Bila
mendengar nama serangga, maka selalu diidentikkan dengan hama di bidang
pertanian yang bersifat merugikan, seperti walang sangit, wereng, ulat grayak dan
lainnya. Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vector
penyakit pada manusia. Ratusan butir telur kupu-kupu yang menempel pada daun,
akan menetas menjadi ulat yang rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman
bukannya untung tapi malah rugi(Untung 2006).
Dengan mempelajari struktur ekosistem seperti komposisi jenis-jenis
tanaman, hama, musuh alami, dan kelompok biotik lainya, serta interaksi dinamis
antar komponen biotik, dapat ditetapkan strategi pengelolaan yang mampu
mempertahankan populasi hama pada suatu aras yang tidak merugikan.
Agroekosistem perlu dikelola sedemikian rupa sehingga musuh alami dapat
dilestarikan dan dimanfaatkan. Setiap jenis hama secara alami dikendalikan oleh
kompleks musuh alami yang dapat meliputi predator (pemangsa), parasitoid, dan
patogen hama. Dibandingkan dengan penggunaan pestisida, penggunaan musuh
alami bersifat alami, efektif, murah, dan tidak menimbulkan dampak samping
negatif bagi kesehatan dan lingkungan hidup (Soesanthy dan Trisawa, 2011).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui jenis parasitoid yang ada pada
lapangan.

Tujuan

Praktikum bertujuan mengamati parasitoid yang hidup pada beberapa


inang di lapangan. Selain itu mengetahui cara mengoleksi arasitoid degan
mengoleksi inang dan memeliharanya di labolatorium.
BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat


Praktikum ini menggunakan larva atau pupa penggulung daun pisang
Erionota thrax (Lepidpoptera: Hesperiidae), larva dan pupa Doleschallia
bisaltidae (Lepidoptera: Nymphalidae), kelompok telur Aspidomorpha milliaris
(Coleoptera: Chrysomelidae), pada tanaman kangkung-kangkungan, jambu air
atau jambu biji yang busuk, telur Oxia sp. pada pelepah daun talas, belimbing
yang jatuh (busuk), dan berbagai larva atau pupa yang ditemukan di lapangan.
Alat yang digunakan yaitu wadah plastik berkasa untuk pemeliharaan, tabung film
dengan alkohol, aspirator, dan kuas kecil.

Metode
Serangga inang yang masih pradewasa pada berbagai tanaman inang
diambil dan dimasukkan kedalam kantung plastik. Bila serangga masih larva
maka perlu diambil makanannya untuk pemeliharaan di laboratorium. Serangga
inang yang cukup besar untuk setiap grup minimal 10 ekor inang dan untuk
kelompok telur Aspidomorpha minimal 5 kelompok telur per orang. Di
laboratorium, serangga inang dipindahkan ke wadah plastik berkasa. Wadah
diberi alas kertas lembab dan label. Inang dipelihara hingga imago hama atau
parasitoid keluar. Jambu atau belimbing busuk dimasukkan ke dalam wadah
plastik. Wadah platik sebelumnya diberi lapisan tanah dan lembaran kertas.
Pengamatan dilakukan setiap hari meliputi kapan imago hama atau parasitoid
keluar, berapa jummlah imago hama atau parasitoid yang keluar tersebut. Tingkat
parasitisasi parasitoid dihitung dengan rumus. Ditentukan apakah parasitoid
bersifat soliter (satu parasitoid per inang) atau gregarius (lebih dari satu parasitoid
per inang). Parasitoid yang keluar diidentifikasi hingga tingkat famili dengan
acuan buku kunci identifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Tabel 1 Jumlah parasitoid gregarious


Jumlah Parasitoid Tingkat
Famili
Komoditas Inang yang Keluar (Ekor) Parasitasi
Parasitoid
U1 U2 U3 U4 (%)
Talas Oxya sp. 3 0 3 10
Kedelai Liriomyza sp. 0 0 0 0
Kedelai Bemisia tabaci 0 0 0 0
Pisang Erionota thrax 1 5 7 0
Jambu Bactrocera sp 3 0 4 1
Cabai Bactrocera sp. 5 0 7 0

Tabel 2 Data pengamatan parasitoid soliter

Jumlah parasitoid
Komodita Famili yang Keluar Tingkat
Inang
s parasitoid parasitasi (%)
1 2 3 4 rata
Pisang, Erionota Ichneumo-
thrax nidae 1 5 7 0 3 50 %
Chalcidae
Talas Oxia sp. Ichneumo-
nidae
3 0 3 1 4 66.67 %
Sarcopha-
gidae
Kedelai Bemisia
Tachinidae 0 0 0 0 0 0%
tabaci
Tomat Ichneumo-
0 0 0 0 0 0%
nidae
Cabai Bactrocera
Tachinidae 5 0 7 0 3 60 %
dorsalis
jambu Batrocera
Tachinidae 3 0 4 1 2 66.67 %
sp.

Pembahasan

Parasitoid adalah golongan organisme yang hidupnya menumpang pada atau di


dalam tubuh inangnya (hama) serta menghisap cairan tubuh inang supaya dapat
tumbuh dan berkembang secara normal. Parasitoid dapat menyebabkan kematian
pada inangnya (Mahrub 1987). Berdasarkan cara menyerangnya, parasitiod dibagi
menjadi dua, yaitu parasitoid soliter dan parasitoid gregarious.
Menurut Parasitoid di golongkan parasitoid soliter jika dalam satu individu inang
hanyya terdapat satu ekor parasitoid yang dapat berkembang secara normal.
Contoh Xanthopimpla sp. Pada Erionota thrax (ulat penggulung daun pisang),
Anastatus dasyni pada Dasynus piperis (Penggerek batang lada), Aphantheles
artonae pada Artona catoxantha (ulat api kelapa) (Mahrub 1987).
Parasitoid digolongkan parasitoid gregarious jika beberapa ekor parasitoid
dapat berkembang secara normal menjadi dewasa dalam satu individu inang
(parasitoid berasal dari jenis yang sama). Sering disebut parasitoid poliembrionik
karena dari satu telur menetas banyak larva parasitoid. Contoh Pteromalus
puparum pada beberapa larva kupu-kupu (Dorn dan Beckage 2007), Apantales
ruficrus dan A. Kariyai pada larva ulat grayak (Sato et al. 1986).
Pengamatan musuh alami ini didapatkan parasitoid bersifat soliter dan
gregarius dari inang daun pisang, jambu, daun tomat, tangkai daun talas, dan
cabai. Parasitoid ini digolongkan ke dalam parasitoid soliter karena tiap inangnya
terdapat hanya satu parasitoid. Parasitoid soliter yang didapatkan, yaitu pada
daun pisang dari ordo Hymenoptera famili Ichneumonidae dan Chalcididae, pada
jambu dari ordo Diptera dan Hymenoptera famili Ichneumonidae dan
Sarcophagidae, pada cabai dari ordo Diptera famili Tachinidae, pada tangkai daun
talas dari ordo Hymenoptera famili Ichneumonidae serta dari ordo Diptera famili
Sarcophagidae, pada daun tomat dari ordo Hymenoptera famili Ichneumonidae
dan pada kedelai dari ordo Diptera famili Tachinidae (Tengkano et al. 2015).
Namun dalam pengujian ditemukan tidak ada parasitoid yang keluar.
Sedangkan parasitoid gregarius yang didapatkan, yaitu pada jambu biji
dari ordo Hymenoptera famili Braconidae dengan tingkat parasitasi 100%, pada
cabai dari ordo Hymenoptera famili Trichogrammatidae dengan tingkat parasitasi
50%, dan pada tangkai daun talas dari ordo Hymenoptera famili Scelionidae
dengan tingkat parasitasi 50% (Kurniawati 2015). Parasitoid tersebut digolongkan
ke dalam parasitoid gregarius karena tiap inangnya terdapat lebih dari satu
parasitoid.
SIMPULAN

Parasitoid yang muncul dari inang yang dipelihara jenis, yaitu gregarious
dan soliter. Parasitoid soliter yang muncul dari famili ichneuomonidae dan
Tachinidae. Parasitoid gregarious yang muncul yaitu terdapat pada inang Oxya sp.
DAFTAR PUSTAKA

Dorn S, Beckage N. 2007. Superrparsitism in gregarious hymenopteran


parasitoids: ecologiacal, behavioural, and physiological persectives.
Physilogical Entomology (32): 199-211.
Kurniawati, N. (2015). Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama pada
Habitat Padi yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga. Ilmu
Pertanian (Agricultural Science), 18(1), 31-36.
Mahrub E. 1987. Pengenalan Musuh Alami Hama Tanaman. Yogyakarta: UGM
press.
Meilin A dan Nasamsir. 2016. Serangga dan peranannya dalam bidang pertanian
dan kehidupan. Jurnal Media Pertanian.1(1): 18-28.
Sato Y, Tagawa J, Hidaka T. 1986. Effects of the gregarious parasitoids Apanteles
ruficrus and A. Kariyai on host groth anad development. J. Insect Physiol .
32(4): 281-286.
Soesanthy, F., IM. Trisawa. 2011. Pengelolaan Serangga-Serangga yang
Berasosiasi dengan Tanaman Jambu Mete. Buletin RISTRI 2 (2) : 221-230.
Tengkano, W., Supriyatin, S., Suharsono, S., Bedjo, B., Prayogo, Y., &
Purwantoro, P. (2015). Status Hama Kedelai dan Musuh Alami pada
Agroekosistem Lahan Kering Masam Lampung. Iptek Tanaman
Pangan, 2(1).
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai