Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

PENGENDALIAN HAYATI

HAMA DAN GULMA

Nama Mhs : Irene Bungaria Euroito Sibarani

NIM : 20/459542/PN/16736

Laboratorium Teknologi Pengendalian


Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta
2022
Acara 3
Parasitoid : Morfologi, Biologi, dan Parasitisme

Tujuan:
Mengenal cemiri morfologi, biologi, dan mempelajari kinerja parasitoid mengendalikan
hama sasaran.

Bahan dan alat:

1. Preparat berbagai jenis parasitoid:

1. Trichogrammatidae 5. Tachinidae
2. Eulophidae 6. Sarchophagidae
3. Braconidae 7. Chalcididae
4. Ichneumonidae

2. Parasitasi
a. Pias telur Corcyra cephalonica terparasit oleh Trichogramma spp. dalam tabung
reaksi.
b. Mikroskop

Cara kerja:

1. Pengenalan Parasitoid
a. Specimen yang telah disediakan diamati , kemudian diamati secara umum dengan mata
telanjang, kemudian dilihat bagian tubuh sebagai cemiri morfologinya menggunakan kaca
pembesar atau mikroskop
b. Pastikan nama Species, Genus, Family, dan Ordo, dari spesimen yang diamati benar.
c. Dicatat ciri khas (= cemiri) , morfologi, specimen (warna, bentuk, ukuran, lainnya), foto
close up preparate utuh .

2. Parasitisme
a. Kerja tim. Praktikan dibagi dalam lima kelompok, satu kelompok terdiri atas 6 - 7
praktikan.
b. Setiap kelompok disediakan satu set preparate; satu cawan petri berisi pias umur 1-2 hari
yaitu telur Corcyra cephalonica dan parasitoid Trichogramma sp. dan satu cawan petri
berisi pias terparasit.
c. Proses parasitasi. Parasitisme ialah proses suatu parasit(oid) memarasit inangnya. Daya
parasitasi dinyatakan dalam persen (%), yakni jumlah inang terparasit dibagi dengan jumlah
total inang yang tersedia dikalikan 100%.
1). Amati dengan cara merekam video bagaimana mobilitas Trichogramma spp. memarasit
telur inang.
2). Hitung telur yang terparasit dan total telur yang ada.
3). Tentukan persentase parasitasi
4). Buat Tabel parasitasi
Hasil Praktikum :

1. Trichogrammatidae

Cemiri morfologi: Trichogramma memiliki tubuh berukuran 0,75 mm dengan warna hitam
dan bermata merah yang khas. Sayap depannya lebar dengan rambut-rambut yang
membentuk garis. Sayap belakangnya sempit dan berambut. Imago jantan memiliki antena.
Ukuran telur serangga ini sekitar 0,31 mm. Antena terdiri dari 3-8 segmen flagelomer, clava
berbentuk. gada dengan 1-3 flagelomer. Trichogrammatidae pada bagian sayap terdapat
keteraturan (susunan) rambut. Sayap berumbai-rumbai, rambut yang terdapat pada sayap
tersusun teratur. Ovipositor berukuran pendek Saat tumbuh dan berkembang, rasio jenis
kelamin dewasa jantan dan betina 1:2,3. Parasitoid ini hidup secara berkelompok ( Ni
Nyoman, 2012).
Biologi: Trichogramma termasuk kelompok parasitoid telur. Imago dari Trichogramma akan
memasukkan telurnya ke dalam telur penggerek batang padi. Larva kemudian berkembang
dalam tiga instar. Setelah mencapai instar 3 (3-4 hari setelah telur terparasit atau
dimasukkan dalam telur inang), telur penggerek batang akan berubah warna menjadi gelap
atau hitam. Larva lalu berkembang menjadi pupa. Dalam 4-5 hari pupa berubah menjadi
imago dan keluar dari telur inang dengan cara melubangi telurnya. Siklus tersebut
berlangsung sekitar 8 hari. Jumlah individu parasitoid yaitu satu jenis,per individu inang (
Goswani et al., 2017).
Contoh Spesies parasitoid dan inang : Trichogramma sp. dapat menggunakan inang
alternatif yaitu telur ulat beras (Corcyra cephalonica)

2.Eulophidae

Cemiri morfologi : merupakan serangga yang berukuran kecil, panjang sekitar 1-3 mm.
Tubuh umumnya berwarna biru atau hijau metalik. Antena jantan seperti sisir ( Wibowo et
al.,2015), terdiri dari 6 atau kurang segmen flagellomere, umumnya clava tidak berbentuk
gada. Antena betina terdiri dari 2-4 segmen flagellomere.Bagian skutelum umumnya
terdapat sepasang garis submedian yang memanjang. Tarsi terdiri atas 4 tarsomer ( Hufanaa,
2019). Bagian tubuh Eulophidae umumnya mengempis apabila dalam keadaan kering.
Biologi : termasuk kelompok parasitoid telur. Perilaku pertama larva parasitoid yang baru
muncul langsung bergerak mencari inangnya. Setelah menemukan inangnya larva parasitoid
tersebut langsung mengaitkan mulutnya pada inang. Perilaku kedua larva parasitoid yang
sudah mengaitkan mulutnya pada inang segera menghisap cairan tubuh inangnya
(parasitisasi). Perilaku parasitisasi tersebut terjadi pada awal instar-1 (48 jsi). Inang yang
terparasit lama kelamaan tubuhnya hancur dan mati ( Wiasa et al., 2018). Jumlah individu
parasitoid yang dapat diserang oleh Eulophidae lebih lebih dari satu jenis
per individu inang (Albrectsen & Hansson, 2012).
Contoh Species parasitoid dan inang : Tetrastichus sp. yang merupakan parasitoid telur
penggerek batang padi

3.Braconidae
Cemiri morfologi: Famili Braconidae memiliki tubuh dengan panjang kurang lebih 2-12
mm, dengan panjang ovipositor umumnya sama dengan badannya, berwarna hitam, coklat
atau merah pada bagian tubuhnya. Braconidae memiliki 3 ocelli. Bagian sayap depan
terdapat vena. Pada sayap bagian belakang umumnya terpisah menjadi R1 dan Rs. Stigma
terlihat jelas. Tergum metasoma segmen ke 2 dan 3 bersatu. Femur tidak bergerigi ( Sari et
al., 2022).
Biologi: termasuk kelompok parasitoid pada larva serangga hama, seperti larva kumbang,
lalat dan kupu-kupu/ngengat; juga parasit pada kutu daun dan kepik. Telur dimasukkan ke
dalam ulat atau serangga lain, yang menjadi inangnya. Telur menetas dan menjadi larva
yang memakan inang dari dalam. Akhirnya inang mati. Larva berubah menjadi kepompong.
Kadang-kadang ditemukan ulat dengan 50-150 butir kepompong kuning di atasnya. Tawon
dewasa keluar dari kepompong, terbang dan kawin Parasitoid Braconidae memarasit pada
inangnya dengan cara meletakkan telur hingga 50-150 butir per individu inang (Departemen
Pertanian, 2002).
Contoh Species parasitoid dan inang : Chelonus sp. yang merupakan parasitoid telur-larva
Pectinophora gossypiella
4. Ichneumonidae
Cemiri morfologi : Ichneumonidae merupakan salah satu famili terbesar dalam seluruh
insekta. Ditemukan terdapat 3 spesies dari famili Ichneumonidae yang bersifat parasitoid,
yaitu Charops sp., Casinaria sp., dan Xanthopimpla sp. Ichneumonidae memiliki ciri
morfologi, yaitu tubuh berukuran 13 mm, berwarna hitam. Memiliki antena dengan jumlah
12 - 16 ruas. Ovipositor panjang, umumnya lebih panjang dari panjang tubuh (Wibowo et
al., 2015). Bagian venasi sayap IM dan IR, pada sayap depan bersatu, karena hilangnya
venasi Rs+M (Sektor radial + Media): Venasi submarginal kedua terletak berhadapan
dengan venasi melintang 2m-cu (media + cubitus) yang umumnya berukuran sangat kecil.
Biologi:termasuk kelompok parasitoid larva dan pupa., Perkembangan siklus hidup dari
famili Ichneumonidae berawal dari telur yang berlangsung selama 38 jama, larva berkisar 4-
5 hari dan pupa selama 5-6 hari. Suhu yang diperlukan selama silus berlangsung yaitu
sekitar 25°C. Mekanisme parasitoid Ichneumonidae memarasit serangga inangnya yaitu
ketika parasitoid menemukan inang yang sama, ovipositornya akan ditusukkan ke larva
inang tersebut sehingga akan terjadi beberapa kali peletakan telur, hal ini menyebabkan
terjadinya superparsitisasi, dengan menggunakan ovipositornya yang panjang serangga dari
familli Ichneumonidae dapat mengetahui letak larva inangnya walaupun larva inangnya
berada didalam jaringan tumbuhan. Imago betina Ichneumonidae biasa meletakkan telurnya
dalam satu inang tunggal atau bersifat soliter. Beberapa jenis ichneumonid menyerang inang
dengan cara memakannya dari luar (Borror et al., 1991).

Contoh Species parasitoid dan inang : Isotima sp. yang merupakan parasitoid larva
Tryporyza innotata (Quickke,
1997).

5.Tachinidae
Cemiri morfologi : Larva tachinid adalah parasit internal dari pradewasa kumbang, kupu-
kupu, ngengat, sawflies, earwigs, belalang, atau serangga sejati. Ukuran dewasa antara 3
dan 14 mm (<1/2 inci), seringkali gelap, kuat, berbulu, dan menyerupai lalat rumah, tetapi
dengan bulu yang sangat gagah di ujung abdomen.memiliki antena berjumlah 3 ruas
dimana ruas dimana ruasketiga kadang-kadang membulat sering dengan sebuah asrista
yang tidak berambut dan memajang, dan juga lalat tachinidae ini relatif mudah di
kenalikarena ukuran tubuhnya yang cukup besar, berambut dan penampilannya seperti
lebah atau tabuhan ( Yudi d. Y. dkk, 2016 ).
Biologi : termasuk kelompok parasitoid pada berbagai larva serangga (2) Cara meletakkan
telur tergantung pada jenisnya. Ada yang meletakkan telurnya di atas badan ulat. Ada juga
yang meletakkan telurnya di atas permukaan daun yang akan dimakan oleh ulatnya. Lalat
tachinid betina bertelur di atas permukaan daun di dekat ulat yang sedang makan atau di
atas badan ulat. Telur tachinid menetas di atas atau di dalam badan ulat. Larva lalat
tachinid kemudian menjadi parasitoid yang memakan badan ulat dari dalam hingga ulat
tersebut tidak bisa jadi kepompong atau dewasa. Sedangkan larva lalat tachinid berubah
menjadi kepompong yang jatuh ke tanah. Akhirnya dewasa keluar dari kepompong untuk
kawin dan mencari inang lagi ( Nelly et al., 2008).
Contoh Species parasitoid dan inang : Lalat tachinidae sebagai salah satu serangga
parasit bagi Erionota Ethrax L( ulat penggulung ) yang merupakan hama penggulung daun
pisang yang seringmenyerang bagian ujung daun pisang

6.Sarcophagidae
Cemiri morfologi: Imago Sarcophagidae berupa lalat yang biasa dikenal sebagai
lalat daging. Umumnya tubuh lalat ini berwarna keabu-abuan serta memiliki corak
seperti papan catur pada bagian abdomen dan pada bagian toraks mempunyai tiga garis
longitudinal (Setiati et al., 2016). Panjang tubuh 7mm dan panjang venasi sayap 6 mm.
Kepalanya besar berwarna coklat gelap, mata besar menonjol dan terpisah. Sayap tipis
serta tembus cahaya, dan berpangkal kuning. tegula pucat, Costa tanpa duri dan R1 tanpa
seta, vena sayap dm-cu sinuate, terdapat 3 pasang seta pada presutural acrostichal dan
postsutural dorsocentral dan palpus maksila berwarna hitam. Imago jantan memiliki
abdomen yang lebih panjang dan ramping dibandingkan dengan betina serta memiliki
ctenidium pada femurnya. Larva instar akhir parasitoid ini keluar dari timpanum
inang kemudian berpupa di dalam tanah selama 11.2 hari. Larva yang siap berpupa
berwarna kekuningan dengan panjang 8.6mm. Pupa berwarna coklat muda dengan
panjang 7.3 mm ( Putri, 2018).
Biologi: Telur Sarchopagidae jarang ditemukan karena Sarcophagidae bersifat ovovivipar
yang induk Sarcophaga langsung meletakkan larva instar ke-1. Sarcophagidae terdiri dari
telur, larva instar ke-1, instar ke-2, instar ke-3, pupa, dan imago. Bangkai akan
mengeluarkan bau busuk yang berupa ammonia dan hydrogen sulfide (Laksmita et al.,
2015). Bau busuk ini akan menarik Sarcohopagidae untuk datang pada bangkai.
Sarcophagidae dapat tertarik karena mempunyai alat deteksi berupa chemical detector dan
visual detector untuk mendeteksi bau busuk tersebut bahkan dalam jarak yang jauh (
Maramis , 2013). Termasuk kelompok parasitoid pada telur Umumnya penetasan telur
terjadi di dalam saluran telur utama sesaat sebelum larva diletakkan (larviposisi)
Contoh Species parasitoid dan inang : Lalat parasitoid Famili Sarcophagidae yang
menyerang V. nigricornis adalah Blaesoxipha sp.
7. Chalcididae

Cemiri morfologi : Umumnya disebut lalat chalcid karena memiliki warna yang mirip
tembaga. Chalcididae memiliki tubuh dengan panjang kurang lebih 2- 12 mm, dengan
warna tubuh hitam atau cokelat bercak putih, kuning atau kemerahan. Ukuran kepala kecil,
dengan antena yang umumnya berukuran pendek, memiliki mata yang besar dan thorax
yang besar. Bagian thorax bermotif dan abdomen dihubungkan dengan tangkai pendek (
Stireman et al., 2006).
Biologi: termasuk kelompok parasitoid pupa. Mekanisme parasitoid Chalcididae
memarasit serangga inangnya yaitu induk Chalcididae akan meletakkan telur pada
permukaan kulit inang atau dengan tusukan ovipositornya maka telur akan langsung
dimasukkan dalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur akan menghisap cairan dari
inangnya dan menyelesaikan perkembangannya dapat berada di luar tubuh inangnya
(sebagai ektoparasitoid) atau sebagian besar dalam tubuh inangnya (sebagai
endoparasitoid). Parasitoid Chalcididae termasuk parasitoid gregarius atau berkelompok.
Parasitoid gregarius adalah jenis parasitoid yang dapat hidup beberapa individu dalam
tubuh satu inang secara bersama-sama dengan meletakkan telur lebih dari 1, sehingga
dalam inangnya dapat berkembang lebih dari 1 individu parasitoid.Jumlah imago yang
keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali (Sopialena, 2018).
Contoh Species parasitoid dan inang : Chalcididae merupakan parasitoid pupa
Lepidoptera (Siregar et al., 2015)

SISTEM PERBANYAKAN PARASITOID

Trichogramma sp.

Gambar 1.1 Tubuh Trichogramma sp.

Trichogramma sp memiliki tubuh berukuran 0,75 mm dengan warna hitam dan


bermata merah yang khas. Sayap depannya lebar dengan rambut-rambut yang
membentuk garis. Sayap belakangnya sempit dan berambut. Imago jantan memiliki
antena. Ukuran telur serangga ini sekitar 0,31 mm. Antena terdiri dari 3-8 segmen
flagelomer, clava berbentuk, gada dengan 1-3 flagelomer. Trichogrammatidae pada
bagian sayap terdapat keteraturan (susunan) rambut. Sayap berumbai-rumbai, rambut
yang terdapat pada sayap tersusun teratur. Ovipositor berukuran pendek. Saat tumbuh
dan berkembang, rasio jenis kelamin dewasa jantan dan betina 1:2,3. Parasitoid ini hidup
secara berkelompok. Trichogramma termasuk kelompok parasitoid telur. Imago dari
Trichogramma akan memasukkan telurnya ke dalam telur penggerek batang padi. Larva
kemudian berkembang dalam tiga instar. Setelah mencapai instar 3 (3-4 hari setelah telur
terparasit atau dimasukkan dalam telur inang), telur penggerek batang akan berubah
warna menjadi gelap atau hitam. Larva lalu berkembang menjadi pupa. Dalam 4-5 hari
pupa berubah menjadi imago dan keluar dari telur inang dengan cara melubangi telurnya.
Siklus tersebut berlangsung sekitar 8 hari.
Trichogrammatidae mengalami metamorphosis sempurna (holometabola). Fase
larva terdiri dari tiga instar. Pupa berwarna kuning muda yang kemudian akan berubah
menjadi berwarna coklat kehitaman. Lama perkembangan parasitoid berkisar antara 7 -
14 hari. Imago parasitoid keluar dengan cara membuat lubang pada korion telur inang.
Imago parasitoid biasanya keluar dari inang pada pagi hari dan dapat melakukan
oviposisi pada saat yang sama
Daur hidup Trichogramma antara 7 - 9 hari. Larva Trichogramma sp. terdiri dari
3 instar, saat larva memasuki instar ke-3, larva akan menempelkan zat melanin pada
dinding dalam telur sehingga dari luar telur akan terlihatmenghitam. Penempakan telur
yang menghitam tersebut yang dijadikan penanda bahwa telur tersebut telah diparasit
oleh parasitoid Trichogramma sp. Setelah dinding dalam telur terlapisi oleh melanin
maka larva siap berkembang menjadi pupa, setelah 7-8 hari pupa akan menjadi imago
dankeluar dari inang dengan membuat lubang pada kulit telur (Knutson, 2002). Imago
Trichogramma berukuran antara 0,3 - 1,0 mm. Tubuhnya berwarna coklat kehitaman.
Bagian antena dan koksa tungkai berwarna coklat muda. Sayap bening transparan dan
dikelilingi rambut-rambut halus. berukuran lebih besar dari sayap belakang. Sayap depan
Antena imago parasitoid jantan memiliki rambut-rambut yang agak panjang dan kasar,
sedangkan antena imago betina memiliki rambut-rambut yang lebih sedikit dan pendek
(Nurindah et al.,2016).
Tipe reproduksi Trichogramma adalah arrhenotoky. Imago parasitoid betina yang
berkopulasi akan memiliki keturunan jantan dan betina. Nisbah kelamin antara jantan dan
betina adalah 1:2. Imago betina dapat memarasit 1 - 10 telur per hari atau 190 telur
selama siklus hidupnya (Noor et al., 2017). Betina yang besar lebih banyak memarasit
daripada betina yang kecil. Jumlah telur inangdari inang yang ada sekitar 1 sampai 20
sesuai dengan ukuran telur inang tersebut. Di pertanaman tebu, adapun telurtelur inang
yang sangat kecil dapat di parasit oleh parasitoid 1 atau 2 per telur (Godfray, 1994).

Corcyra cephalonica

Gambar 1.2 Larva Corcyra cephalonica


Gambar 1.2 Imago Corcyra cephalonica

Ngengat Corcyra cephalonica merupakan salah satu hama penting pada


penggilingan beras dan tepung sering pula disebut tawny. Serangga ini toleran pada
kelembapan tinggi dan ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropika. Walaupun
mampu memakan biji utuh, hama ini lebih sering ditemukan cepat berbiak sebagai hama
sekunder. Daur hidup optimum selama 26-27 hari pada 30-32,5 °C dengan kelembapan
70% ( Setiatii et al., 2016).
Imago berwarna cokelat agak pucat dengan ukuran panjang tubuhnya sekitar 11-
12 mm. Panjang sayap apabila direntangkan sekitar 11-15 mm. Tepi bagian atas dari
sayapnya sama sekali tidak ada bercak tetapi mempunyai vena yang berwarna agak
gelap.Tepi atas bagian sayap yang belakang dari kupu-kupu jantan dapat dikatakan
berwarna agak gelap. Palpi lialis tampak melengkung ke atas atau lurus di depan kepala .
Serangga biasanya terbang pada malam hari atau nokturnal. Hama ini bertelur sebanyak
400 butir.Warna telur putih dan bertekstur halus. Bentuknya lonjong dengan panjang
sekitar 0,3 x 0,5 mm, menempel pada bahan pangan atau serat karung di penyimpanan.
Setelah 10 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva berwarna krem sampai putih
kecuali bagian kapsul kepala dan protoraks berwarna coklat. Panjang tubuh lebih kurang
17 mm. Biasanya larva membuat pintalan yang mengandung kotoran dan sisa – sisa
makanan. Warna pintalan tersebut sesuai dengan objek yang diserangnya, apabila yang
diserangnya beras putih, warna pintalannya juga putih. Selanjutnya, ula ttersebut menjadi
kepompong setelah 9 hari. Kepompongnya berwarna kuning coklat, panjangnya sekitar 8
mm. Kepompong terletak dalam kokon yang warnanya putih. Kepompong kemudian
akan menjadi ngengat setelah 7 hari ( Knutson, 2002).

Parasitoid merupakan musuh alami hama dan dapat digunakan sebagai agen
pengendalian secara biologis. Dalam siklus hidupnya parasitoid dapat menyerang inang
baik pada stadia telur, larva, nimfa, kepompong atau inang dewasa. Salah satu alternatif
dalam pengendalian hama yang aman, murah dan dapat dikombinasikan dengan cara
pengendalian lainnya adalah pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan musuh
alami misalnya parasitoid. Parasitoid yang dapat menyerang telur penggerek pucuk salah
satunya adalah Trichogramma. .Jenis parasitoid ini mudah dikembangbiakkan dengan
menggunakan Corcyra cephalonica Staint. Sebagai inang pengganti. Oleh karena itu
dilakukan penelitian untuk mengetahui media perkembangbiakan Corcyra cephalonica
Staint. Sebagai sumber pakan pada Trichogramma sp. Dengan menggunakan kertas pias.

Trichogramma sp.Digunakan sebagai parasit telur penggerek batang padi dan


penggerek batang tebu. Hal ini sangat efektif dilakukan karena hama penggerek batang
terletak di dalam batang tanaman. Selain itu dengan menggunakan musuh alami produk
pertanian tidak tercemari oleh residu-residu pestisida. Cara kerja perbanyakan parasitoid :

Bahan :

1. Imago Corcyra Cephalonica


2. Jagung yang dihaluskan,
3. Kotak peneluran berbentuk silinder yang terbuat dari paralon
4. Kuas untuk memanen
5. Kain kassa tempat pemeliharaan larva
6. Kertas pias berukuran 2 x 2,5 cm
7. Lem gum cair
8. Trichogramma sp.
9. Tabung reaksi
10. Nampan / petridish
11. Lemari pendingin
12. Kain penutup untuk tabung reaksi
13. Karet gelang

Cara kerja :

1. Media pakan dari jagung yang sudah dihaluskan disiapkan.


2. Pembibitan. Memasukkan telur atau larva Corcyra chepalonica ke box yang telah berisi media
pakan. Apabila telur dan larva tidak tersedia dapat juga memasukkan imago Corcyra chepalonica
ke dalam box pembibitan dengan perbandingan Corcyra chepalonica betina dan jantan adalah 1:1.
Proses pembentukan telur sampai menjadi kepompong (pupa) adalah 35 hari.
3. Setelah itu, dipindahkan ke ruang penangkapan. Imago yang muncul pada box pembibitan
dikumpulkan dengan menggunakan tabung reaksi kemudian di masukkan ke dalam tabung
peneluran yang terbuat dari pipa paralon, bagian atas dan bawah tabung peneluran ditutup dengan
kain kassa yang bisa dibongkar pasang.
4. Tabung peneluran disimpan dengan posisi tegak.
5. Kemudian, telur Corcyra chepalonica harus dikumpulkan setiap pagi agar telur yang
dihasilkan dalam keadaan segar. Pengambilan telur dari tabung peneluran dengan menggunakan
kuas. Corcyra cephalonica dipanen hingga setinggi 2 ruas jari sebanyak 200-250 ngengat jantan
betina dan jantan dengan rasio 1:1.
6. Selanjutnya, disiapkan kertas pias yang berukuran 2 x 2,5 cm. kertas pias dilapisi dengan
menggunakan lem gum cair secukupnya.
7. Setelah itu, telur yang telah dipanen dietempelkan pada kertas pias berukuran 2 x 2,5 cm yang
terlebih dahulu di olesi oleh gum cair, kemudian telur ditaburkan secara merata dan kertas pias
telur Corcyra sp sudah siap digunakan untuk perbanyakan Trichogramma sp.
8. Selanjutnya, kertas pias yang telah berisi telur dimasukan ke dalam tabung rekasi. Jangan lupa,
untuk menuliskan tanggal inokulasi yang ditulis pada kertas pias yang tidak berisi telur.
9. Tabung parasitasi ditutup dengan kain, kemudian diikat dengan karet gelang , lalu disimpan
pada rak penyimpanan.
10. Proses parasitasi berlangsung selama 24 jam, setelah 3 – 4 hari telur Corcyra Chepalonica
yang sudah terparasit akan berubah warna menjadi kehitam hitaman yang berarti proses parasitasi
berhasil.
11. Kertas pias hasil parasitasi yang berhasil,siap digunakan untuk pelepasan di lapangan atau
disimpan dalam lemari pendingin (reprigrator) karena dapat bertahan selama 1 tahun apabila di
letakkan di lemari pendingin. Dalam 1 lembar kertas pias dapat menampung populasi telur kurang
lebih 2.500.
Tabel 1. Jumlah telur sehat dan terparasit Trichogramma sp. pada telur Corcyra cephaloica

Parasitasi Trichogramma sp. pada telur Parasitasi


Corcyra cephaloica (b/(a+b)*100%
Kelompok

Telur sehat (a) Telur terparasit (b)


1. 1660 840 33,6
2. 2406 94 3,76
3. 2381 119 4,76
4. 1988 512 20,48
5. 1768 732 29,28
6. 1513 987 39,48
7. 1157 1343 53,72
8. 1438 1062 42,48
9. 1549 951 38,04
10. 2223 277 11,08

Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan Kelompok 10 mengenai tingkat


predasi Trichogramma sp. pada telur Corcyra ccephalonica didapatkan hasil tingkat parasitasi
sebesar 42,48%. Data tersebut didapat dengan mengamati telur sehat sebanyak 1438 dan telur
yang terparasit sebanyak 1062. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat
parasitasi Trichogramma sp. pada telur C. cephalonica tergolong tinggi karena hampir
separuhnya terparasitasi. Imago Trichogramma sp. yang menetas dari pias starter langsung
memarasit telur inang pada saat infestasi dilakukan. Telur inang yang terparasit ditandai dengan
adanya perubahan warna menjadi hitam. Telur inang yang berwarna hitam dijadikan sebagai
indikator dalam perhitungan persentase parasitisasi untuk mempermudah perhitungan secara
visual. Perubahan warna yang terjadi pada telur inang disebabkan oleh pengendapan pigmen
hitam (zat melanin) pada dinding telur inang yang terparasitisasi (Silaban, 2019). Pengendapan
pigmen hitam pada selaput telur inang yang menyebabkan telur tampak berwarna hitam.
Kemampuan reproduksi Trichogramma sp. dapat meningkat atau mengalami penurunan sesuai
dengan jenis inang dan jumlah betina serta jantan pada imago Trichogramma sp. Faktor yang
mempengaruhi penurunan parasitasi Trichogramma sp. diantaranya yaitu ruang gerak parasitoid
tersebut dalam tabung reaksi terbatas dan letak antara kelompok telur inang saling berdekatan
sehingga inang tidak terparasit semuanya (Silaban, 2019).
Daftar Pustaka
Albrectsen, B. R. and C. Hansson. 2012. The diversity and identification of
Eulophid parasitic wasps (Hymenoptera: Chalcidoidea: Eulophidae) on
Phyllocnistis labyrinthella (Lepidoptera: Gracillariidae) from Västerbotten,
Sweden. Ent. Tidskr 133 : 111-118.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn and N. F. Johnson. 1991. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman
Kopi. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat
Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Godfray, 1994. Parasitoids. Behavioral and Evolutionary Ecology. Princeton
University Press,New Jersey.
Goswami, Namrata. (2017). The China Pakistan Economic Corridor, China,
and Pakistan: More Than Just Economy, Section II China Monitor, Centre
for Land Warfare Studies.
Hufanaa, L.L. 2019. Inventarisasi serangga parasitoid (Hymnoptera) pada
tanaman padi (Oryza sativa L.) di area persawahan Antirogo Kabupaten
Jember. Skripsi S1. Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
Knutson. 2002. The Trichogramma Manual: A Guide to the Use of
Trichogramma for Biological Control with Special Reference to
Augmentative Releases for Control of Bollworm and Budworm in Cotton.
[serial online] http://entowww.tamu.edu/exten
sion/bulletins/b6071.html#trichogramma (19 September 2022).
Laksmita, A. S., N. L. Watiniasih, dan I. K. Junitha. 2015. Identifikasi larva
Sarcophagidae (genus sarcophagi) pada bangkai mencit (Mus musculus) di
Hutan Mangrove. Jurnal Biologi 19(2) : 84-88.
Maramis dan D. S. Kandowangko. 2013. Keanekaragaman jenis parasitoid
Trichogrammatidae hama Helicoverpha armigera berdasarkan karakter
morfologi pada tanaman jagung di Sulawesi Utara. Eugenia, 19(1): 19-26.
Nelly, N., dan D. Buchori. 2008. Pengaruh pakan terhadap lama hidup dan
kebugaran imago Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera:
Ichneumonidae). Jurnal entomologi Indonesia. 5(01). 1-9.
Ni Nyoman, AA. 2012. Keanekaragamaan parasitoid telur penggerek batang
padi putih (Scirpophaga innotata WK.) (Lepidoptera: Pyralidae) pada
pertanaman padi di Provisi Sulawesi Tengah.Fakultas Pertanian.
Universitas Tadulako Palu. Skripsi.
Noor, T., M. Muhamat, J. Jumar. 2017. Identifikasi serangga pakan walet
daerah rawa di kecamatan Gambut pada musim pancaroba. Bioscientiae,
14(1).
Nurindah, D. A., Sunarto, dan Sujak. 2016. Evaluasi pelepasan Trichogramma
spp. untuk pengendalian penggerek pucuk dan batang tebu. Jurnal
Entomologi Indonesia 13(2): 107–116.
Putri. P. Y. 2018. Taksonomi lalat di Pasar Induk Jakabaring Kota Palembang.
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 15(2):
105-111.
Quicke, D.L.J., 1997. Parasitic wasp. Chapman & Hall. London.
Sari, T., G., A. A. A. S. Sunari., dan I. W. Supartha. 2022. Tanggap parasitoid
Braconidae (Hymenoptera) terhadap hama invasif Liriomyza trifolii
(Burgess) (Diptera:Agromyzidae) pada tanaman sayuran dan hias di Bali.
Agrotrop : Journal onAgriculture Science 12(1): 127 – 140.
Silaban, M.K.S., S. F. Sitepu., dan S. Oemry. 2019. Pengaruh perbandingan
jumlah pias inang laboratorium Corcyra cephalonica Stainton (Lepidoptera
: Pyralidae) dan lama penyinaran sinar ultraviolet terhadap parasitasi oleh
Trichogramma (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Jurnal
Agroekoteknologi 7(2): 317-323
Siregar, M., S. F. Sitepu, dan Hasanuddin. 2015. Parasitisasi dan kapasitas
reproduksi Cotesia flavipes Cam. (Hymenoptera: Braconidae) pada
beberapa jumlah dan ukuran larva Chilo sacchariphagus Boj. (Penggerek
Tebu Bergaris) (Lepidoptera: Crambidae) di Laboratorium. Jurnal Online
Agroekoteaknologi, 3(2): 606- 612
Setiati, Y., N. H. Mutmainah, dan M. Subandi. 2016. Efektivitas jumlah telur
Corcyra cephalonica terparasitasi Trichogramma sp. terhadap presentasi
telur yang terparasit dan jumlah larva penggerek batang tebu bergaris
(Chilo sacchariphagus). Jurnal Agro, 3 (1):43-48
Sopialena. 2018. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Potensi
Mikroba. Mulawarman University Press, Samarinda
Wiasa, I. P. D., A. A. A. A. S. Sunari., dan I. W. Supartha. 2018.
Perkembangan pradewasa dan perilaku parasitisasi Hemiptarsenus
varicornis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae) sebagai ektoprasitoid larva
Liriomyza sativae (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae). AGROTROP 8
(2): 163 – 171.
Wibowo, L., Indriyati, dan Purnomo. 2015. Kemelimpahan dan keragaman
jenis parasitoid hama daun pisang Erionota thrax L, di Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal HPT Tropika. 15(1): 26 – 32.
Yudi., D. Y., L. Wibowo, dan I. Indriyat. 2016. Inventarisasi parasitoid hama
penggulung daun pisang (Erionota Thrax L.) di Kota Metro dan sekitarnya
Provinsi Lampung. Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 21-28.

Anda mungkin juga menyukai