Anda di halaman 1dari 42

Penyakit Moler Pada Bawang Merah

Dari Deteksi Hingga Pengelolaannya


Dr. Ir. Arif Wibowo, M. Agr. Sc
Bawang Merah

Di Indonesia, bawang merah (Allium cepa L.


Aggregatum group) merupakan tanaman
yang termasuk ke dalam komoditas
hortikultura yang banyak dimanfaatkan
sebagai bumbu masakan dan dibudidayakan
dalam sekala besar.
Bawang Merah

Menurut Kementrian Pertanian (2014)


produktivitas bawang merah di Indonesia
masih rendah yaitu dengan rata-rata 9,24
ton/ha, sedangkan potensi produksi bawang
merah yaitu 20 ton/ha.
• Minat petani terhadap bawang merah sangat tinggi, namun masih
ditemukan berbagai kendala teknis dan ekonomis.
• Menurut Gunawan (1991) usaha peningkatan produksi bawang
merah sering mengalami kendala, terutama karena serangan
beberapa patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman
bawang merah
• Salah satu penyakit penting pada bawang merah adalah penyakit
moler (twisted disease).
• Penyakit moler pada bawang merah
pertama kali dilaporkan di Nigeria pada
tahun 1969

• Penyakit yang sama dilaporkan di Kalpitiya


Sri Lanka pada tahun 1980 dengan gejala
penyakit berupa daun mengalami klorosis,
meliuk (twisted) dan mengalami
pemanjangan (elongation)
(Kuruppu, 1999)
• Hasil isolasi dari pangkal daun yang meliuk
diperoleh biakan jamur F. oxysporum

• Hasil Postulat Koch pada tanaman bawang


merah dg isolat F. oxysporum tersebut
menunjukkan gejala yang sama di lapangan
(Kuruppu, 1999)
• Pada bawang bombai (onion) juga ditemukan gejala menyerupai
penyakit moler pada bawang merah yang disebut sebagai twister
disease
• Penyakit ini disebabkan oleh Colletotrichum sp. (Nischwitz et al,
2008)
• Pada bawang bombai dan juga ditemukan penyakit lain
yaitu busuk pangkal umbi (basal rot) dengan gejala
berupa daun mengering dan pembusukan pada pangkal
umbi

• Penyakit busuk pangkal umbi pada bawang bombai


disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae
• Berdasarkan pada morfologi koloni dan konidiumnya serta acuan bahwa Fusarium
oxysporum f.sp. cepae dapat menyebabkan penyakit basal rot pada onion maka
menurut Wiyatiningsih (2003), penyakit moler pada bawang merah disebabkan
juga oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae

• Lestiyani et al (2016) menunjukkan bahwa dengan identifikasi secara molekuler


menggunakan primer ITS, penyakit moler pada bawang merah disebabkan oleh
kompleks Fusarium yang terdiri dari F. solani,
F. acutatum dan F. oxysporum
HASIL ISOLASI
• Diperoleh 44 isolat jamur
Fusarium yang berasal dari
tanaman bawang merah
bergejala moler dari 5 provinsi
di Indonesia
• Tipe gejala layu dan kemudian
mengering adalah gejala yang
paling mendominasi dari ketiga
tipe gejala dengan total 18,
sedangkan moler dan busuk
pangkal/umbi masing-masing
berjumlah 13
Perkembangan penyakit bawang merah hasil uji multi infeksi
Fusarium spp. secara in vivo.

Kontrol, A inokulasi dengan F. acutatum, S


inokulasi dengan F. solani, O inokulasi dengan
F. oxysporum, A+S inokulasi ganda
dengan F. acutatum dan F. solani, A+O
inokulasi ganda dengan F. acutatum dan F.
oxysporum, S+O inokulasi dengan F. solani dan
F. oxysporum, A+S+O inokulasi dengan F.
acutatum, F. solani dan F.
Tanaman bawang merah uji multi infeksi
Fusarium spp. secara in vivo
a. Kontrol umur 2 minggu b. F. acutatum (A)
umur 1 minggu c. F. solani (S) umur 3 minggu d.
F. oxysporum (O) umur 3 minggu e. F.
acutatum+F. solani (A+S) umur 4 minggu f. F.
acutatum+F. oxysporum (A+O) umur 3 minggu g.
F. solani+F. oxysporum (S+O)
umur 3 minggu
Siklus Penyakit

Le et al, 2021 Gambar 1. Siklus Penyakit Moler pada Bawang Merah


Pengelolaan Penyakit

?????

Pengelolaan
yang ramah
Residu kimia lingkungan
dalam tanah,
air, dan umbi
Pengendalian bawang
dengan
Fungisida
Kimiawi
(Wiyatiningsih et al, 2009)
FUNGSISIDA
1. Pengujian Fungisida terhadap pertumbuhan F. acutatum Secara In Vitro
• Teknik yang dilakukan dalam pengujian yaitu teknik makanan beracun (Food Poisoned
Technique)

a) Perlakuan A : Kontrol
Perlakuan A menggunakan aquades.
b) Perlakuan B : Triazole (200)G/L
Perlakuan B menggunakan fungisida berbahan aktif Triazole sebanyak 200µl fungisida/100ml aquades.
c) Perlakuan C : Azoxystrobin+Difenoconazole (125/200)G/L
Perlakuan C menggunakan fungisida berbahan aktif Azoxystrobin+ Difenoconazole sebanyak 100µl fungisida/100ml
aquades.
d) Perlakuan D : Propineb (70%)W/W
Perlakuan D menggunakan fungisida berbahan aktif Propineb sebanyak 0,8g fungisida/100ml aquades.
Pengujian Fungisida Secara In Vitro
Kontrol Triazole
Azoxystrobin/Difenoconazole Propineb
7
6.34c
6
6.24c
Diameter Koloni (cm)

5
(Simamora, 2021)
4

3 2.60b

2
1.18a
1

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Pengamatan Hari ke-i

Gambar 5.2 Grafik pertumbuhan koloni F. acutatum dengan perlakuan beberapa macam fungisida
(Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama tidak beda nyata berdasarkan Uji Tuckey’s LSD pada taraf 5%)
2. Pengujian Fungisida terhadap Penyakit Moler di Lapang
• Tempat : Lahan Pertanian Kecamatan Kretek, Bantul
• Tiga perlakuan (triazole, azoxystrobin + difenoconazole, propineb) dan satu kontrol (aquades).
Pengujian Fungisida di Lapangan
Kontrol Triazole
Azoxystrobin/Difenoconazole Propineb
8.00

7.00 7.20c
6.00
Keparahan Penyakit (%)

5.33ab
(Simamora, 2021)
5.00

4.00
3.17a
3.00

2.00
2.97a

1.00

0.00
1 2 3 4 5

Pengamatan Minggu ke-i

Gambar 5.3 Grafik keparahan penyakit di lapang dengan perlakuan beberapa macam fungisida
(Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama tidak beda nyata berdasarkan Uji Tuckey’s LSD pada taraf 5%)
Berat Basah, Berat Kering, Berat Umbi
Tabel 5.1 Berat Basah, Berat Kering, dan Berat Umbi Bawang Merah
Perlakuan Berat Basah Berat Kering Berat Umbi
Kontrol 4,1a 2,67a 2,03a
Triazole 4,3a 2,77a 2,2a
Azoxystrobin/Difenoconazole 4,57a 3,03a 2,2a
Propineb 3,93a 2,5a 1,83a

Keterangan :
Angka yang diikuti huruf sama tidak beda nyata berdasarkan Uji Tuckey’s LSD pada taraf 5%

(Simamora, 2021)
KULTIVAR TAHAN

(Wiyatiningsih et al, 2009)


Twisted Disease Incidence of Shallot Twisted Disease Incidence of Shallot
In Dry Season In Rainy Season
50
50

Disease incidence (%)


40 40
Disease incidence (%)

30 3 weeks
30 3 weeks
5 weeks
5 weeks
20 7 weeks
20 7 weeks

10
10
0
0 Nganjuk Nganjuk Bantul Bantul
Nganjuk Nganjuk Bantul (Biru) Bantul (Tiron) (Bauji) (Thailand) (Biru) (Tiron)
(Bauji) (Thailand)
Locations
Locations

(Perdana, 2016)
PEMUPUKAN

The effect of nitrogen and potassium fertilizer on twisted disease incidence

40 100
35 90
80

Disease incidence (%)


Disease incidence (%)

30
70
25
60
20 50
15 40
30
10
20
5 10
0 0
N0I0 N1I0 N2I0 N3I0 N4I0 N0I1 N1I1 N2I1 N3I1 N4I1 K0I0 K1I0 K2I0 K3I0 K4I0 K0I1 K1I1 K2I1 K3I1 K4I1
Nitrogen application Potassium application

(Kurniasih, 2015)
HOT WATER TREATMENT

(Wibowo et al, 2014)

The seed treatment used were: P1 = negative control/ seedlings were dipped in sterile water
and planted in uninoculated soil, P2 = positive control/seedlings were dipped only in sterile
water and planted in soil inoculated with Fusarium sp., P3 = seed treatment by soaking in hot
water with temperature of 45°C for 15 min., P4 = seed at 45°C for 30 min., P5 = seed at 50°C
for 15 min., P6 = seed at 50°C for 30 min., P7 = seed the treatment by soaking in fungicide (1
mL 1 L-1), P8 = seed the treatment by soaking in biological fertilizer (10 mL 2 L -1).
(Wibowo et al, 2014)

The seed treatment used were: P1 = negative control/ seedlings were dipped in sterile water
and planted in uninoculated soil, P2 = positive control/seedlings were dipped only in sterile
water and planted in soil inoculated with Fusarium sp., P3 = seed treatment by soaking in hot
water with temperature of 45°C for 15 min., P4 = seed at 45°C for 30 min., P5 = seed at 50°C
for 15 min., P6 = seed at 50°C for 30 min., P7 = seed the treatment by soaking in fungicide (1
mL 1 L-1), P8 = seed the treatment by soaking in biological fertilizer (10 mL 2 L -1).
INDUCED RESISTANCE

(Khotimah et al, 2016)


(Wijoyo et al, 2020)
(Wijoyo et al, 2020)
TRICHODERMA
The treatments tested include:
Treatment Disease Incidence (%)
G : Compost + Fungicide (Spraying)
G 16ab H : Compost + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
H 4a I : Compost + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
I 8ab J : Manure + Fungisida (spraying)
J 20b K : Manure + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
K 8ab L : Manure + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
L 12ab

(Ilma et al, 2021)


SHALLOT PRODUCTION
77,84 The treatments tested include:
74,88
80.00 a 70,76
67,02 ab 68,48 G : Compost + Fungicide (Spraying)
ab 63,00 ab
70.00 59,20 a 60,06
56,4 56,40 ab 56,60 H : Compost + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
b ab 53,0
60.00 a ab 50,8 51,04 ab
48,00 ab
bc ab
SHALLOT PRODUCTION

50.00 b 43,2 I : Compost + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)


38,2 bc
bc 34,5
40.00
c
J : Manure + Fungisida (spraying)
30.00 K : Manure + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
20.00
L : Manure + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
10.00

0.00
G H I J K L

FRESH WEIGHT DRY WEIGHT PRODUCTION WEIGHT

(Ilma et al, 2021)


(Ilma et al, 2021)

The treatments tested include:


G : Compost + Fungicide (Spraying)
H : Compost + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
I : Compost + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
J : Manure + Fungisida (spraying)
K : Manure + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
L : Manure + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
(Ilma et al, 2021)

The treatments tested include:


G : Compost + Fungicide (Spraying)
H : Compost + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
I : Compost + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
J : Manure + Fungisida (spraying)
K : Manure + Trichoderma sp. 200:1 (100 gram)
L : Manure + Trichoderma sp. 500:1 (40 gram)
RHIZOBACTERIA

(Istiqomah, 2015)
Kejadian Penyakit Produksi
Perlakuan Moler (%) (Ton/Ha)
Air Steril (Kontrol) 25.00 a 5,603 b
Bacillus subtilis (Bp.25.7) 22.00 ab 6,465 ab
(Yanti , 2018)
Burkholderia cepacia (BrSM.4) 22.00 ab 6,321 ab
Bacillus methylotrophicus (Bp.25.2) 21.67 ab 6,034 ab
Trichoderma 21.00 b 6,609 ab
Bacillus amyloliquofaciens (Bp.26.6) 20.67 b 6,494 ab
Bacillus amyloliquofaciens (BrSG.5) 19.67 b 7,241 a
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagian penelitian-penelitian di atas ini didanai oleh ACIAR dengan nomor ACIAR HORT
2009/056 dan ACIAR SLAM 2018/145

Student Team
1. Ayu Lestiyani
2. Eni Khaeni
3. Rahmada yanti
4. Daniel Yoga Simamora
5. Dina Istiqomah
6. Khusnul Khotimah
7. Rachmanto Bambang Wijoyo
8. Hurin Nabila Aghnia Ilma
9. Kusuma Adhy Perdana
10. Ratih Kurniasih
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai