Anda di halaman 1dari 11

Volume 19, Nomor 6, November 2023

Halaman 265–275
DOI: 10.14692/jfi.19.6.265–275
ISSN: 0215-7950

Keefektifan Kitosan Nano dan Silika Nano Menekan


Pertumbuhan Fusarium oxysporum Penyebab Penyakit Moler
pada Bawang Merah

Effectiveness of Nano Chitosan and Nano Silica to


Suppress the Growth of Fusarium oxysporum,
the Cause of Twisting Disease on Shallot
Hersanti1,2*, Nisrina Febrianti3, Luciana Djaya1,2
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
1

Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363.


2
Functional Nano Powder University Center of Excellence (Finder U-CoE) Universitas Padjadjaran.
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363.
3
Program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363

(diterima Agustus 2023, disetujui Desember 2023)

ABSTRAK

Penyakit moler karena cendawan Fusarium oxysporum f. sp. cepae merupakan penyakit utama pada
bawang merah. Alternatif pengendalian yang ramah lingkungan ialah penggunaan kitosan dan silika
berukuran nano. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan kitosan nano dan silika nano
secara tunggal maupun campurannya untuk menekan perkembangan F. oxysporum secara in vitro dan
in vivo, serta menentukan konsentrasi yang efektif. Uji in vitro disusun dalam rancangan acak lengkap
pada medium uji ADK, sedangkan uji in vivo dilakukan pada bawang merah yang ditanam pada pot
plastik yang disusun menggunakan rancangan acak kelompok. Perlakuan yang diuji ialah kitosan nano
tunggal (50, 100, dan 200 ppm), silika nano tunggal (50, 100, dan 200 ppm), campuran kitosan nano
50 ppm + silika nano 50 ppm, campuran kitosan nano 100 ppm + silika nano 100 ppm, kontrol, dan
fungisida berbahan aktif mankozeb 80% dengan konsentrasi 200 ppm, masing-masing perlakuan diulang
sebanyak tiga kali. Hasil percobaan didapatkan bahwa dibandingkan dengan kontrol, semua perlakuan
mampu menekan pertumbuhan koloni F. oxysporum dan menekan perkembangan penyakit moler pada
tanaman bawang merah. Aplikasi kitosan nano tunggal konsentrasi 100 ppm, dan campuran kitosan
nano 100 ppm + silika nano 100 ppm menghasilkan penghambatan koloni F. oxysporum tertinggi, yaitu
sebesar 85.2% dan 81.3%, serupa dengan aplikasi fungisida mankozeb (83.5%). Campuran kitosan
nano 100 ppm dan silika nano 100 ppm efektif menekan perkembangan penyakit moler bawang merah
dengan penekanan sebesar 56.3%, setara dengan fungisida mankozeb yang penekanannya 50.5%.
Kata kunci: intensitas penyakit, pengendalian ramah lingkungan, teknologi nano

ABSTRACT

Shallot twisting disease caused by Fusarium oxysporum f.sp. cepae is one of the major diseases on
shallot. Alternative fungicides such as nano-sized chitosan and silica can be applied as environmentally
friendly control methods. The objectives of this study were to evaluate the ability of a single or mixture of
nano chitosan and nano silica to inhibit the in vitro growth of F. oxysporum and reduce the development
*Alamat penulis korespondensi: Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran. Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363.
Tel: (022) 84288890; Surel: hersanti16@unpad.ac.id

265
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

of twisting disease on shallot plants, as well as to determine their effective concentrations. The in vitro
test was arranged in a completely randomized design, while the in vivo test was arranged in a randomized
complete block design with 10 treatments and three replications. The treatments were application of
single nano chitosan at 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, single nano silica at 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm,
mixture of nano chitosan 50 ppm + nano silica 50 ppm, mixture of nano chitosan 100 ppm + nano silica
100 ppm, control, and 200 ppm of fungicide mancozeb 80%. The results showed that all treatments,
compared to control, were able to suppress the in vitro growth of F. oxysporum colonies, as well as the
disease development on shallot plants. Application of single nano chitosan at 100 ppm, and the mixture
of nano chitosan at 100 ppm + nano silica 100 ppm caused the highest inhibition of the colony growth
of F. oxysporum, which were 85.2% and 81.3% respectively, comparable to the application of mankozeb
(83.5%). The mixture of nano chitosan at 100 ppm + nano silica 100 ppm was effective in suppressing
the development of shallot twisting disease on shallot plants. The suppression was 56.3%, comparable
to mankozeb which was 50.5%.
Keywords: disease severity, environmentally friendly control method, nanotechnology

PENDAHULUAN tanaman (Suwignyo et al. 2021; Wahyuni et


al. 2022). Kitosan dapat menginduksi respons
Bawang merah (Allium ascalonicum) ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen
merupakan komoditas yang memiliki nilai (El Hadrami et al. 2010) dan penambahan unsur
ekonomis tinggi. Permintaan dan kebutuhan silika mampu menekan laju infeksi patogen
bawang merah terus meningkat sehingga karena tanaman memiliki dinding sel dan
peningkatan produksi bawang merah epidermis yang lebih tebal (Suharti et al. 2021).
harus terus dilakukan, tetapi dalam usaha Berdasarkan potensi yang dimiliki kitosan
peningkatan produksinya sering terkendala dan silika berukuran nano diharapkan campuran
(Hikmahwati et al. 2020). Salah satu kendala kedua bahan tersebut akan berefek sinergistik
dalam produksi bawang merah ialah adanya sehingga penekanan insidensi dan keparahan
infeksi Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyakit moler pada bawang merah menjadi
(F. oxysporum isolat bawang merah), penyebab lebih tinggi. Penelitian ini dilaksanakan
penyakit busuk pangkal batang atau disebut untuk mengevaluasi kemampuan kitosan
juga penyakit moler (Prakoso et al. 2016). nano dan silika nano secara tunggal maupun
Penelitian Prakoso et al. (2016) campurannya untuk menekan pertumbuhan F.
menunjukkan bahwa kehilangan hasil pada oxysporum—penyebab penyakit moler pada
bawang merah akibat penyakit ini lebih dari bawang merah—secara in vitro dan in vivo,
50%. Penyakit ini ditemukan pada pertanaman serta untuk menentukan konsentrasinya yang
bawang merah di lapangan ataupun selama efektif.
masa penyimpanan karena F. oxysporum—
patogen penyakit moler pada bawang BAHAN DAN METODE
merah—memiliki kemampuan membentuk
klamidospora yang memungkinkan untuk Cendawan Fusarium oxysporum fs. cepae
bertahan hidup di dalam tanah meskipun (kode: FocJn1) yang digunakan diambil dari
tanpa tanaman inang dalam waktu yang cukup umbi bawang merah varietas Bima yang
panjang (Udiarto et al. 2005). menunjukkan gejala penyakit moler, yang
Pengendalian penyakit moler umumnya dipanen dari lahan percobaan di Jatinangor,
menggunakan fungisida sintetik, namun hal Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bibit
tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bawang merah varietas Bima untuk uji in vivo
bagi lingkungan. Kitosan dan silika berukuran berasal dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
nano dapat digunakan sebagai salah satu Fungisida yang digunakan adalah yang
alternatif pengendalian yang ramah lingkungan berbahan aktif mankozeb 80% (berbentuk
terhadap cendawan penyebab penyakit serbuk–WP). Suspensi kitosan nano dan

266
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

silika nano diperoleh dari Functional Nano Koloni yang tumbuh dimurnikan pada medium
Powder University Center of Excellence yang sama hingga diperoleh biakan murni
(Finder U-CoE) Universitas Padjadjaran. F. oxysporum isolat bawang merah (kode:
Kitosan nano yang digunakan berukuran 100– FocJn1) (Agrios 2025). Isolat F. oxysporum
200 nm dan silika nano berukuran 58.9 nm. yang diperoleh diidentifikasi secara morfologi,
Percobaan in vitro, disusun dalam mengacu pada Singha et al. (2016).
rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan,
dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Perbanyakan Massal Fusarium oxysporum
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan. Isolat Bawang Merah
Perlakuan yang diuji ialah penambahan Perbanyakan massal isolat cendawan F.
formula berbentuk suspensi pada medium agar oxysporum dilakukan pada medium beras.
dekstrosa kentang (ADK), dengan bahan aktif Medium beras yang digunakan disiapkan
berupa kitosan nano dan silika nano secara dengan cara dikukus selama ±15 menit, lalu
tunggal maupun campurannya, dan fungisida ditiriskan. Beras dimasukkan ke dalam kantong
sebagai pembanding (mankozeb 80%, yang plastik tahan panas masing-masing sebanyak
disuspensikan dengan konsentrasi 200 ppm), 100 g, disterilisasi dalam autoklaf pada suhu
serta kontrol. Sepuluh formula yang diujikan 121 °C dan tekanan 1 atm selama 20 menit.
secara duplo (per ulangan dalam 1 perlakuan Medium beras yang telah siap, diinokulasi
terdapat 2 cawan petri), yaitu a) kontrol dengan 3 potongan koloni cendawan F.
(hanya air); b) kitosan nano tunggal 50 ppm; oxysporum berdiameter ±5 mm kemudian
c) kitosan nano tunggal 100 ppm; d) kitosan diinkubasi selama 14 hari pada suhu ruang.
nano tunggal 200 ppm; e) silika nano tunggal Biakan hasil perbanyakan massal digunakan
50 ppm; f) silika nano tunggal 100 ppm; g) sebagai sumber inokulum pada uji in vivo.
silika nano tunggal 200 ppm; h) campuran
kitosan nano 50 ppm + silika nano 50 ppm; i) Uji Kemampuan Formula Kitosan
campuran kitosan nano 100 ppm + silika nano Nano dan Silika Nano untuk Menekan
100 ppm; dan j) fungisida 200 ppm. Perkembangan F. oxysporum Isolat Bawang
Pengujian in vivo dilaksanakan di rumah Merah Secara in vitro
kasa Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Pengujian in vitro dilakukan dengan
Padjadjaran, dengan sepuluh perlakuan dan tiga metode poisoned food (Yulia et al. 2020), yaitu
ulangan yang disusun sesuai dengan rancangan mencampur formula (suspensi) kitosan dan
acak kelompok. Setiap unit perlakuan pada satu silika nano sesuai dosis perlakuan ke dalam
ulangan pada uji in vivo terdiri atas 3 tanaman medium ADK yang digunakan untuk kultur
yang ditanam pada satu pot plastik, hingga total cendawan. Isolat cendawan F. oxysporum
terdapat 90 tanaman. berdiameter 5 mm diletakkan di tengah cawan
petri berukuran 9 mm sesuai masing-masing
Isolasi Fusarium oxysporum f. sp. cepae perlakuan. Pertumbuhan dan perkembangan
Sampel umbi bawang merah dengan koloni cendawan diamati setiap hari sejak
gejala moler dibersihkan dengan air mengalir isolasi hingga pertumbuhan koloni pada
kemudian dibilas dengan air steril dan kontrol telah mencapai tepi cawan petri, yaitu
dipotong dengan ukuran 1 × 1 cm2. Potongan 14 hari. Penghambatan formula terhadap
umbi bawang merah disterilisasi dengan cara pertumbuhan koloni F. oxysporum f.sp. cepae
direndam dalam alkohol 70% selama 15 detik, dihitung pada 14 hari setelah inokulasi (HSI)
lalu dimasukkan ke dalam larutan sodium dengan rumus:
hypochlorit (NaOCl) 1% selama 1 menit dan c–t
I= c × 100%, dengan
dibilas 3 kali menggunakan akuades steril.
Potongan umbi bawang merah yang sudah I, penghambatan koloni (%); c, diameter
steril diletakkan pada medium ADK dan koloni pada kontrol (cm); dan t, diameter
diinkubasikan pada suhu ruang (±28 ℃). koloni yang diberi perlakuan (cm).

267
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

Uji Daya Hambat Formula Kitosan Nano Variabel keparahan penyakit merupakan
dan Silika Nano Terhadap Penyakit Moler luasan daun yang bergejala dibandingkan
Pada Bawang Merah secara in Vivo dengan daun sehat dari total luasan daun yang
Medium tanam yang digunakan ialah diamati. Keparahan penyakit (KP) moler
campuran tanah yang telah dipasteurisasi, bawang merah dihitung menggunakan rumus:
pupuk kandang, dan arang sekam (2:1:1). i
∑ (ni × vi)
Medium tanam dimasukkan ke dalam pot KP = i=0
× 100%, dengan
plastik berukuran 15 cm × 30 cm hingga N×V
terisi ¾ tinggi pot. Medium tanam diinokulasi ni, jumlah tanaman dengan skala i; vi, skala
isolat F. oxysporum hasil perbanyakan pada i; N, jumlah tanaman sampel (9 tanaman per
medium beras sebanyak 10 g per lubang perlakuan); dan Z, nilai skala tertinggi (5).
tanam. Inokulasi F oxysporum dilakukan satu Skala keparahan penyakit diadaptasi dari
hari sebelum penanaman bibit bawang merah Hersanti (2019) sebagai berikut: 0, tidak terjadi
dengan cara membuat 3 lubang tanam pada gejala; 1, daun bergejala sebesar 0 < X ≤ 12%;
setiap pot plastik. 2, daun bergejala sebesar 12% < X ≤ 25%;
Umbi bibit bawang merah dipotong bagian 3, daun bergejala sebesar 25% < X ≤ 50%;
ujungnya ±¼ bagian, lalu direndam dalam 4, daun bergejala sebesar 50% < X ≤ 75%; dan
masing-masing suspensi formula uji selama 5, daun bergejala sebesar 75% < X ≤ 100%.
15 menit. Selanjutnya dilakukan aplikasi Data keparahan yang diperoleh digunakan
dengan cara penyiraman formula pada medium untuk menghitung area under disease progress
tanam sebanyak 25 mL per lubang tanam curve (AUDPC) yang diadaptasi dari Hersanti
pada saat penanaman, dan 2 minggu setelah et al. (2019), yaitu:

[
tanam (MST), pada pagi hari. Penyemprotan
fungisida mankozeb dengan konsentrasi AUDPC =
Ni-1

(Yi+Yi+1)
2
× (ti-1–ti)
[ , dengan
200 ppm dilakukan saat mulai muncul gejala i=1

moler pada tanaman kontrol, yaitu pada hari Yi, keparahan penyakit pada saat i; Yi+1,
ketiga setelah inokulasi. Alat semprot yang keparahan penyakit pada saat i + 1; ti, beda
digunakan ialah botol semprot dengan volume waktu antar pengamatan; dan ti+1 waktu
1 liter. Fungisida disemprotkan pada tanaman pengamatan saat i + 1.
hingga seluruh permukaan daun terbasahi.
Gejala penyakit moler diamati setiap hari HASIL
sejak tanam. Pengukuran awal dilakukan
setelah muncul gejala pertama—diukur Kemampuan Kitosan Nano dan Silika Nano
skalanya—dan pengukuran skala diulang menghambat perkembangan Fusarium
setiap 7 hari. Variabel pengamatan terdiri oxysporum f.sp. cepae secara in vitro
atas masa inkubasi, insidensi dan keparahan Hasil uji in vitro didapatkan bahwa kitosan
penyakit moler bawang merah, serta bobot nano dan silika nano tunggal maupun campuran
basah hasil panen umbi bawang merah yang mampu menghambat perkembangan koloni
ditimbang pada akhir pengamatan. Insidensi F. oxysporum. Seluruh perlakuan formula
dan keparahan penyakit moler dihitung setiap yang diujikan menghasilkan diameter koloni
tujuh hari sekali, sejak muncul gejala pada F. oxysporum yang lebih kecil dibandingkan
tanaman hingga menjelang panen. Insidensi dengan kontrol (Tabel 1). Konsentrasi
penyakit (IP) moler dihitung dengan rumus kitosan nano 100 ppm tunggal menghasilkan
(adaptasi dari Agrios 2005): persentase penghambatan tertinggi, yaitu
n sebesar 85.2% dan tidak berbeda nyata dengan
IP = N × 100%, dengan
perlakuan fungisida serta campuran kitosan
n, jumlah tanaman sakit; dan N, jumlah nano dan silika nano 100 ppm (Tabel 1 dan
tanaman yang diamati (9 tanaman per Gambar 1).
perlakuan).

268
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

Tabel 1 Diameter koloni dan persentase penghambatan pertumbuhan cendawan F. oxysporum FocJn1
pada medium ADK 14 hari setelah inokulasi
Kode Diameter koloni Penghambatan
Perlakuan
(cm)a pertumbuhan (%)b
A Kontrol 9.0 e -
B Kitosan nano 50 ppm 3.0 bc 66.5
C Kitosan nano 100 ppm 1.3 a 85.2
D Kitosan nano 200 ppm 5.0 d 45.0
E Silika nano 50 ppm 3.6 c 60.2
F Silika nano 100 ppm 3.5 bc 61.7
G Silika nano 200 ppm 5.6 d 38.1
H Kitosan nano 50 ppm + silika nano 50 ppm 2.8 b 68.7
I Kitosan nano 100 ppm + silika nano 100 ppm 1.7 a 81.3
J Fungisida 200 ppm (mankozeb 80%) 1.5 a 83.5
a
Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan data tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda
Duncan pada α 5%.
b
Data penghambatan pertumbuhan (%) tidak dianalisis secara statistik.

a b c d
Gambar 1 Pertumbuhan koloni cendawan Fusarium oxysporum FocJn1 pada medium ADK.
a, Kontrol; b, Kitosan nano 100 ppm; c, Kitosan nano + silika nano 100 ppm; dan d, Fungisida
200 ppm (mancozeb 80%).

Hifa F. oxysporum tetap utuh pada bawang merah, yaitu daun tumbuh meliuk
perlakuan kontrol (Gambar 2a), sedangkan serta warna daun pucat (Gambar 3). Akar
pada perlakuan kitosan nano struktur hifa tanamannya terlihat membusuk, apabila
F. oxysporum mengalami kerusakan, yaitu tanaman bawang merah dicabut. Gejala lanjut
berupa lisis (Gambar 2b). dari penyakit moler ialah tanaman menjadi
kering lalu mati.
Masa Inkubasi dan Insidensi Penyakit
Moler pada Bawang Merah Keparahan Penyakit Moler pada Bawang
Pemberian kitosan dan silika nano pada Merah
medium tanam dapat memperlambat timbulnya Pengukuran keparahan penyakit bertujuan
gejala sehingga masa inkubasi penyakit moler mengetahui tingkat keparahan penyakit moler
menjadi lebih lama. Pada kontrol, gejala bawang merah. Pada minggu ketiga keparahan
moler mulai terlihat pada 3 HSI, sedangkan penyakit moler meningkat pada berbagai
perlakuan campuran kitosan nano dan silika perlakuan, namun pada perlakuan campuran
nano 100 ppm kemunculan gejala penyakit kitosan nano dan silika nano 100 ppm
moler lebih lambat, dan masa inkubasi paling menunjukkan tingkat keparahan yang paling
lama mencapai 14 hari (Tabel 2). Gejala awal rendah (Gambar 4).
penyakit moler yang terlihat pada tanaman
269
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

a b
Gambar 2 Kerusakan hifa Fusarium oxysporum FocJn1. a, Kontrol (hifa normal); dan
b, Hifa mengalalmi lisis pada perlakuan kitosan nano 100 ppm.

Tabel 2 Masa inkubasi, insidensi penyakit, AUDPC dan penekanan penyakit moler pada umbi bawang
merah
Insidensi Penekanan
Masa inkubasi
Kode Perlakuan penyakita AUDPCb penyakit
(HSI)
(%) (%)
A Kontrol 3 33.33 795.7 e -
B Kitosan nano 50 ppm 11 22.22 572.3 c 28.1
C Kitosan nano 100 ppm 11 11.11 510.4 cd 35.8
D Kitosan nano 200 ppm 8 33.33 650.9 d 18.2
E Silika nano 50 ppm 10 22.22 483.8 bc 39.2
F Silika nano 100 ppm 11 22.22 439.5 ab 44.8
G Silika nano 200 ppm 13 11.11 403.3 ab 49.3
Kitosan nano 50 ppm +
H 12 11.11 425.2 ab 46.6
silika nano 50 ppm
Kitosan nano 100 ppm +
I 14 11.11 348.1 a 56.3
silika nano 100 ppm
Fungisida 200 ppm
J 13 22.22 393.8 ab 50.5
(Mankozeb 80%)
Saat pertama kali terlihat gejala.
a

Nilai AUDPC yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (5%).
b

a b c
Gambar 3 Gejala awal penyakit moler pada 13 HSI. a, Umbi bawang merah tidak bergejala;
b, Gejala busuk pada umbi; dan c, Gejala moler daun.

Keparahan penyakit moler pada tanaman perlakuan yang memiliki keparahan penyakit
bawang merah terlihat meningkat seiring yang paling tinggi pada waktu ke waktu
waktu (Gambar 4). Perlakuan kontrol adalah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

270
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

Keparahan penyakit (%)

Pengamatan minggu ke- ...

Gambar 4 Perkembangan keparahan penyakit moler pada umbi bawang merah yang diberi
berbagai perlakuan. , Kontrol; , Kitosan nano 50 ppm; , Kitosan nano 100 ppm;
, Kitosan nano 200 ppm , Silika nano 50 ppm; , Silika nano 100 ppm; , Silika
nano 200 ppm; , Kitosan + Silika nano 50 ppm; , Kitosan + Silika nano 100 ppm; dan
, Fungisida 200 ppm (Mankozeb 80%).

Perkembangan penekanan terhadap penyakit perlakuan nampak lebih kecil dibandingkan


moler pada tanaman bawang merah dapat dengan umbi bawang merah varietas
diketahui dengan menganalisis area under Bima pada umumnya. Perlakuan kontrol
disease progress curve (AUDPC). Semakin menghasilkan ukuran umbi yang lebih kecil
kecil nilai AUDPC, mengindikasikan semakin daripada perlakuan lainnya (Gambar 5).
besar penekanan terhadap perkembangan
penyakit moler. PEMBAHASAN
Hasil perhitungan AUDPC, perlakuan
kitosan nano dan silika nano dapat menekan Penggunaan kitosan nano dan silika
penyakit moler pada bawang merah sebesar nano mampu menghambat dan menekan
18.2%-56.3%. Hasil analisis menunjukkan pertumbuhan koloni cendawan F.
nilai AUDPC pada seluruh perlakuan kitosan oxysporum pada medium ADK saat uji in
nano dan silika nano yang diuji secara nyata vitro, memperpanjang masa inkubasi, dan
lebih rendah daripada kontrol (Tabel 2). mengurangi insidensi dan keparahan penyakit
Perlakuan campuran kitosan nano 100 ppm moler pada bawang merah saat uji in vivo.
dan silika nano 100 ppm (Perlakuan i) Muatan positif kitosan dapat berinteraksi
memiliki nilai AUDPC terendah. dengan muatan negatif komponen fosfolipid
pada plasma membran sel cendawan sehingga
Pengaruh Perlakuan Kitosan Nano dan meningkatkan permeabilitas membran
Silika Nano terhadap Bobot Basah Umbi dan menyebabkan kebocoran isi sel, yang
Bawang Merah selanjutnya dapat menyebabkan kematian sel
Umbi bawang merah yang diberi perlakuan (Suwignyo et al. 2021). Namun, penggunaan
formula uji seluruhnya memiliki bobot umbi kitosan dan silika berukuran nano dengan
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
(Tabel 3). Hal ini sejalan dengan penghambatan menurunnya penghambatan terhadap
penyakit yang dihasilkan. Ukuran umbi hasil koloni F. oxysporum isolat bawang merah.

271
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

Tabel 3 Bobot basah umbi bawang merah setelah diberi perlakuan formula uji
Bobot basah
Kode Perlakuan
(g)a
A Kontrol 12.6 a
B Kitosan nano 50 ppm 26.5 ab
C Kitosan nano 100 ppm 31.6 bc
D Kitosan nano 200 ppm 15.1 a
E Silika nano 50 ppm 35.6 bc
F Silika nano 100 ppm 40.5 bcd
G Silika nano 200 ppm 45.7 cd
H Kitosan nano 50 ppm + silika nano 50 ppm 41.4 bcd
I Kitosan nano 100 ppm + silika nano 100 ppm 57.5 d
J Fungisida 200 ppm (Mankozeb 80%) 53.1 d
a
Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan data tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda
Duncan pada α 5%.

a b
Gambar 5 Umbi bawang merah hasil panen. a, Kontrol: ukuran umbi lebih kecil; dan b, Umbi
bawang merah diberi perlakuan campuran kitosan nano + silika nano 100 ppm.

Semakin banyak molekul kitosan maka menjadi senyawa D-glukosamin yang akan
gugus amino reaktif juga akan semakin mengurai kitin pada dinding hifa sehingga
banyak sehingga kemampuan kitosan untuk pertumbuhan cendawan terhambat. Gugus
menempel pada permukaan patogen akan asam amino dalam bentuk asetil amino
semakin menurun (Suryadi et al. 2017). (HCOCH3) dan glukosamin (C6H9NH2) dalam
Sebaliknya, pada konsentrasi kitosan nano kitosan yang bermuatan positif dapat berikatan
yang rendah maka partikel yang dimiliki akan dengan bagian makromolekul bermuatan
semakin sedikit dan kompak sehingga dapat negatif pada permukaan sel cendawan (Restuati
menghasilkan muatan permukaan yang tinggi 2008). Hal ini menyebabkan apresorium
(Suwignyo et al. 2021). (ujung tabung kecambah) membengkak dan
Struktur hifa F. oxysporum setelah diberi pertumbuhan cendawan akan terhambat.
perlakuan kitosan nano dan silika nano Masa inkubasi penyakit moler pada
mengalami pertumbuhan abnormal. Banyak bawang merah dapat terjadi selama 3 hari
konidia tidak mampu berkecambah dan pada tanah yang mengandung F. oxysporum
mengalami lisis. Aktivitas antifungi dari isolat bawang merah. Semakin pendek periode
kitosan terjadi karena adanya aktivitas enzim inkubasi penyakit moler mengindikasikan
kitinase yang dihasilkan oleh cendawan dan semakin awal pula tanaman mengalami
adanya senyawa kimia yang terurai dari kitosan infeksi oleh cendawan sehingga kerusakan
seperti polimer D-glukosamin yang bersifat dan kematian tanaman akan semakin cepat
toksik bagi cendawan (Rogis et al. 2007). (Wiyatiningsih dan Pancadewi 2010).
Enzim kitinase mengakibatkan kitosan terurai Penggunaan kitosan nano dan silika nano
272
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

dapat memperlambat masa inkubasi penyakit Aplikasi kitosan nano dan silika nano—
moler pada bawang merah. Campuran secara tunggal maupun campuran—mampu
kitosan nano dan silika nano pada konsentrasi menghambat pertumbuhan koloni F.
100 ppm mampu memberikan ketahanan oxysporum isolat bawang merah pada uji in
tanaman bawang merah terhadap infeksi vitro dengan kisaran 38%-85%, dan menekan
cendawan F. oxysporum. Penekanan insidensi penyakit moler bawang merah berkisar 18%-
penyakit yang disebabkan oleh cendawan 56% secara in vivo. Kitosan nano dengan
menjadi lebih efektif karena partikel kitosan konsentrasi 100 ppm merupakan konsentrasi
berukuran lebih kecil, yakni dalam bentuk terbaik dalam menekan pertumbuhan koloni
nano sehingga mudah diserap oleh jaringan F. oxysporum isolat bawang merah secara in
tanaman (Eris et al. 2019). Silika nano pada vitro. Campuran kitosan nano 100 ppm dan
tanaman dapat meningkatkan ketahanan silika nano 100 ppm merupakan konsentrasi
jaringan tanaman dengan mempertebal yang efektif menekan keparahan penyakit
dinding epidermis tanaman agar tidak mudah moler bawang merah secara in vivo.
terinfeksi patogen (Hersanti et al. 2022).
Kitosan nano dan silika nano mampu UCAPAN TERIMA KASIH
mengurangi keparahan penyakit moler pada
bawang merah. Penggunaan silika dalam Penelitian didanai dari hibah Academic
bentuk nano dapat meningkatkan resistensi Leadership Grant tahun 2022, Universitas
tanaman terhadap cekaman biotik serta Padjadjaran.
memperkuat jaringan tanaman sehingga dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap DAFTAR PUSTAKA
serangan hama maupun patogen (Sharon et al.
2010). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan
Dewi et al. (2014) bahwa pada jaringan Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed.
tanaman, silika mampu menginduksi proses Elsevier Academic Press.
pembentukan senyawa lignin dan suberin. Dewi AY, Putra ETS, Trisnowati S. 2014.
Senyawa tersebut kemudian diakumulasi di Induksi ketahanan kekeringan delapan
dinding sel sehingga terjadi penebalan dan hibrida kelapa sawit (Elaeis guineensis
penguatan dinding sel yang menyebabkan Jacq.) dengan silika. Vegetalika. 3(3):1–13.
sulit ditembus oleh cendawan. El Hadrami A, Adam LR, El Hadrami I, Daayf
Kerusakan umbi yang disebabkan oleh F. 2010. Chitosan in plant protection.
penyakit moler adalah salah satu penyebab Marine Drugs. 8(4):968–987. DOI: DOI:
lebih rendahnya bobot umbi total tanaman https://doi.org/10.3390/md8040968.
pada setiap perlakuan. F. oxysporum isolat Eris DD, Wahyuni S, Putra SM, Yusup CA,
bawang merah ialah cendawan yang mampu Mulyatni AS, Siswanto S, Winarti C.
memproduksi enzim exo-polygalacturonase 2019. Pengaruh nanokitosan-Ag/Cu pada
(exo-PG) dan endopectin-trans-eliminase perkembangan penyakit antraknosa pada
(endo-PTE) sehingga dapat membantu cabai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
pembusukan umbi (Nugroho et al. 2011). 24(3):201–208. DOI: https://doi.
Apabila keparahan penyakit moler tinggi, org/10.18343/jipi.24.3.201.
maka penurunan hasil produksi bawang merah Hersanti H, Sudarjat S, Damayanti A.
akan lebih besar. Pemberian kitosan mampu 2019. Kemampuan Bacillus subtilis dan
meningkatkan hasil dan bobot buah tanaman Lysinibacillus sp. dalam silika nano dan
okra dan stroberi hingga 42% (Rahman et al. serat karbon untuk menginduksi ketahanan
2018). Penambahan silika dapat meningkatkan bawang merah terhadap penyakit bercak
serapan unsur hara lain oleh akar terutama ungu (Alternaria porri (Ell.) Cif).
unsur fosfor yang memengaruhi tinggi Agrikultura. 30(1):8–16. DOI: https://doi.
tanaman dan jumlah daun (Putri et al. 2017). org/10.24198/agrikultura.v30i1.22698.

273
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

Hersanti, Choiriah WS, Rizkie L, Putri alami chitosan terhadap patogen pasca
SNS. 2022. Effects of chitosan and silica panen antraknosa Colletotrichum musae.
nanoparticles against the development Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia.
and growth of red chilli anthracnose 9(1):58–63.
disease Colletotrichum sp. Pakistan Sharon M, Choudhary AK, Kumar R. 2010.
Journal of Biological Sciences. 25(8):748– Nanotechnology in agricultural diseases
754. DOI: https://doi.org/10.3923/ and food safety. Journal of Phytology.
pjbs.2022.748.754. 2(4):83–92.
Hikmahwati H, Auliah MR, Ramlah R, Singha IM, Kakoty Y, Unni BG, Das J,
Fitrianti F. 2020. Identifikasi cendawan Kalita MC. 2016. Identification and
penyebab penyakit moler pada tanaman characterization of Fusarium sp. using
bawang merah (Allium ascolonicum L.) di ITS and RAPD causing fusarium wilt of
Kabupaten Enrekang. Agrovital. 5(2):83– tomato isolated from Assam, North East
86. DOI: https://doi.org/10.35329/ India. Journal of Genetic Engineering and
agrovital.v5i2.1745. Biotechnology. 14(1):99–105. DOI: https://
Nugroho B, Astriani D, Mildaryani W. doi.org/10.1016/j.jgeb.2016.07.001.
2011. Variasi virulensi isolat Fusarium Suharti WS, Bahtiar J, Kharisun K. 2021.
oxysporum f.sp. cepae pada beberapa Pengaruh ragam sumber silika terhadap
varietas bawang merah. Jurnal Agrin. pertumbuhan dan ketahanan tanaman
15(1):8–17. padi terinfeksi Rhizoctonia solani. Jurnal
Prakoso EB, Wiyatingsih S, Nirwanto H. Pertanian Terpadu. 9(1):26–39. DOI:
2016. Uji ketahanan berbagai kultivar https://doi.org/10.36084/jpt..v9i1.297.
bawang merah (Allium ascalonicum) Suryadi Y, Priyatno TP, Samudra IM,
terhadap infeksi penyakit moler (Fusarium Susilowati D, Sriharyani TS, Syaefudin.
oxysporum f.sp. cepae). Berkala Ilmiah 2017. Control of anthracnose disease
Agroteknologi-PLUMULA. 5(1):10–20. (Colletotrichum gloeosporioides) using
Putri FM, Suedy SWA, Darmanti S. 2017. nano chitosan hydrolyzed by chitinase
Pengaruh pupuk nanosilika terhadap derived from Burkholderia cepacia isolate
jumlah stomata, kandungan klorofil dan e76. Jurnal AgriBiogen. 13(2):111–122.
pertumbuhan padi hitam (Oryza sativa DOI: https://doi.org/10.21082/jbio.
L. cv. japonica). Buletin Anatomi dan v13n2.2017.p111-122.
Fisiologi. 2(1):72–79. DOI: https://doi. Suwignyo S, Hersanti, Widiantini F. 2021.
org/10.14710/baf.2.1.2017.72-79. Pengaruh kitosan nano terhadap penyakit
Rahman M, Mukta JA, Sabir AA, Gupta DR, bercak coklat (Alternaria solani Sor.) pada
Mohi-Ud-Din M, Hasanuzzaman M, Miah tanaman tomat. Agrikultura. 32(2):239–
MG, Rahman M, Islam MT. 2018. Chitosan 247. DOI: https://doi.org/10.24198/
biopolymer promotes yield and stimulates agrikultura.v32i3.34954.
accumulation of antioxidants in strawberry Udiarto BK, Setiawati W, Suryaningsih E.
fruit. PLOS One. 13(9):e0203769. 2005. Pengenalan Hama dan Penyakit
DOI: https://doi.org/10.1371/journal. pada Tanaman Bawang Merah dan
pone.0203769. Pengendaliannya. Bandung (ID): Balai
Restuati M. 2008. Perbandingan kitosan Penelitian Tanaman Sayuran, Badan
kulit udang dan kulit kepiting dalam Litbang Pertanian.
menghambat pertumbuhan kapang Wahyuni S, Muhammad Abdul Aziz,
Aspergillus flavus. Di dalam: Prosiding Sentiawati, Deden Dewantara Eris,
Seminar Nasional Sains dan Teknologi; Maria Bintang, Priyono, Siswanto. 2022.
Lampung (ID). hlm 582–590. Pengujian aktivitas antifungi kitosan,
Rogis A, Pamekas T, Mucharromah. 2007. nanokitosan, dan nanokitosan-Cu
Karakteristik dan uji efikasi senyawa bahan secara in vitro terhadap Colletotrichum

274
Jurnal Fitopatologi Indonesia Hersanti et al.

gloeosporioides pada buah mangga Seminar Nasional HPTI; Surabaya (ID).


(Mangifera indica). Menara Perkebunan. hlm 75–80.
90(2):134–144. DOI: https://doi. Yulia E, Sari E, Sudarjat, Widiantini F,
org/10.22302/iribb.jur.mp.v90i2.510. Nurhelawati I. 2020. Ekstrak metanol daun
Wiyatiningsih S, Pancadewi S. 2010. binahong (anredera cordifolia) menekan
Peningkatan hasil dan ketahanan kultivar pertumbuhan koloni jamur Rhizoctonia
bawang merah terhadap Fusarium oryzae dan kejadian penyakit hawar bibit
oxysporum f. sp. cepae penyebab padi. Jurnal Agrikultura. 31(3):202–213.
penyakit moler menggunakan suspensi DOI: https://doi.org/10.24198/agrikultura.
mikroorganisme. Di dalam: Prosiding v31i3.30876.

275

Anda mungkin juga menyukai