Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

Judul : DETEKSI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN


TERBAWA BENIH PADA ENAM VARIETAS BENIH
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
Nama : TIARA ASTRA WULANDITA
NPM : E1K020007
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Hendri Bustamam, M.S
Pembimbing Pendamping : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kacang hijau termasuk suku polong-polongan fabaceae yang memiliki
manfaat sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau adalah salah
satu komuditas pangan yang menjadi sumber energi pengganti selain kacang kedelai. Kacang
hijau merupakan tanaman jenis yang tahan akan kekeringan, sehingga mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan (Mustakim, 2015).
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang cukup penting di
indonesia. Kacang hijau merupakan sumber pangan yang memegang peranan penting dalam
menunjang program diversi pangan (Fitriani et al., 2014). Tanaman ini memiliki kandungan
berbagai nutrisi yang baik bagi tubuh, sehingga produksinya perlu terus ditingkatkan. Namun,
produksi tanaman sangat terbatas dan belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal ini
disebabkan karena tanaman ini masih belum mendapat perhatian lebih dari para petani.
(Naomi et al., 2018).
Kacang hijau adalah tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama
hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga tinggi 500m di atas pemukan
laut (dpl), tanaman kacang hijau dapat hidup didaerah curah hujan rendah dengan
memanfaatkan sisa-sisa kelembaban bekas tanaman yang diairi sepenuhnya, misalnya padi,
kacang hijau dapat tumbuh di segala macam tipe tanah, namun pertumbuhan terbaik pada
tanah lempung dengan bahan organik tinggi.
Cendawan terbawa benih memiliki arti penting karena dapat merugikan secara kualitas
dan kuantitas. Produksi kacang hijau yang dicapai petani masih terbilang rendah. Rendahnya

1
hasil produsi kacang hijau disebabkan oleh tehnik budidaya yang kurang baik, persediaan air
yang tidak mencukupi, serangan hama dan serangan penyakit. Serangan penyakit pada
kacang hijau dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan cendawan. Adanya serangan
cendawan ini menjadikan salah satu penyebab terjadinya penurunan produksi kacang hijau.
Sebagian besar biji kacang hijau disimpan didalam karung yang terikat dan disimpan di
dalam gudang. Kondisi suhu yang tidak sesuai akan menyebabkan cendawan tumbuh dan
melekat pada biji kacang hijau (Manurung et al., 2015).
Salah satu penyakit penting pada kacang hijau adalah penyakit terbawa benih yang
harus mendapat perhatian dalam proses produksi pertanian karena dapat menimbulkan
berbagai kerugian. Kerugian tersebut diantaranya yaitu dapat meningkatkan kematian bibit
serta tanaman muda, meningkatkan perkembangan penyakit dilapangan dan inokulum
patogen terbawa benih dapat menurunkan daya kecambah benih. Benih menjadi pembawa
suatu cendawan baru ke suatu tempat sehingga penyakit akan menyebabkan ledakan penyakit
di tempat tersebut. Benih yang terinfeksi atau membawa cendawan akan terkontaminasi oleh
toksin yang dihasilkan oleh cendawan dan dapat merubah nilai nutrisi benih tersebut
(Soekarno, 2003). Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas dari suatu
hasil produksi.
Cendawan terbawa benih dapat menempel pada benih, masuk dalam biji atau keping
biji, dan menembus dalam embrio. Menurut Rahayu (2016) cendawan terbawa benih dapat
tercampur dan menyebar melalui propagul, sklerotia dan spora yang hidup diantara individu
benih, hal ini biasayanya terjadi selama pengelolaan benih di lapangan. Patogen yang
menempel pada permukaan biji terjadi pada sel bakteri dan cendawan. Patogen menginfeksi
masuk ke dalam biji hidup menetap didalam benih, seperti virus dan bakteri. Masa aktif
cendawan penyebab penyakit benih terjadi pada saat benih tumbuh didalam tanah, terutama
pada lingkungan yang cukup lembab.
Geetanjali et al. (2014) menyatakan bahwa ditemukan lima spesies cendawan terbawa
benih kacang hijau, yaitu Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Fusarium sp., Macrophomina
phaseolina, dan Rhizoctonia bataticola. Menurut Sari (2017) Fusarium sp. adalah salah satu
cendawan terbawa benih yang terdeteksi dan teridentifikasi menggunakan meteode blotter
test. Cendawan Fusarium sp. merupakan patogen tular tanah yang dapat bertahan hidup relatif
lama dalam tanah dengan membentuk miselium atau spora tanpa inang. Berdasarkan
penelitian Rahayu (2016) ada beberapa patogen tular benih yang terdapat pada benih kacang
hijau yaitu Alternaria sp., Fusarium spp., Myrothecium roridum, Drechslera sp., Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Macrophomina phaseolina. Berdasarkan penelitian Bakr et al.

2
(1998), Alternaria sp., Fusarium oxysporum, Fusarium solani, Fusarium equiseti,
Myrothecium roridum, Drechslera sp., Aspergillus flavus, dan Aspergillus niger merupakan
kompleks patogen penyebab penyakit busuk kecambah atau seedling rot yang sangat
merugikan karena menurunkan populasi tanaman sehat.
Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu penyakit tanaman (fitofatologi),
penyakit terbawa benih memiliki arti penting karena merugikan secara kualitas dan kuantitas
terhadap produksi tanaman ataupun industri makanan berbahan baku biji. Gejala penyakit
benih nampak secara visual ketika benih dikecambahkan, umumnya berupa busuk biji (seed
rot), rebah bibit (damping-off), atau tanaman mati menyebabkan turunnya populasi tanaman
di lapangan (Malvick, 2002). Pengggunaan benih bermutu mampu meningkatkan produksi
pertanian dan mengurangi serangan hama dan penyakit dilapangan. Patogen terbawa benih
dapat menyebabkan penurunan viabilitas benih, peningkatan kematian bibit, penurunan hasil,
peningkatan perkembangan penyakit, perubahan komponen kimia benih, dan ledakan
penyakit pada suatu daerah (Agarwal et al., 1996).
Lembaga dunia International Seed Testing Association (ISTA) resmi menerapkan
standar mutu benih dan metode pengujian benih. Beberapa metode pengujian benih tersebut
yaitu, pemeriksaan biji kering (Dry Seed Method), pencucian benih (Grinding), platting of
seeds (Blotter Test), dan Seedling Symptom Test. Setiap metode pemeriksaan benih
mempunyai tujuan yang berbeda. Tidak ada satu metode yang dapat digunakan untuk
mendeteksi dan mengidentifikasi langsung cendawan terbawa benih yang ada di permukaan
benih, dalam benih, dan gejala pada tanaman.
Menurut Budiarta (2017) metode pemeriksaan biji kering (Dry Seed Method)
digunakan untuk mendeteksi cendawan terbawa benih yang menyebabkan gejala seperti
perubahan warna, ukuran, dan bentuk benih, sehingga hanya dapat mendeteksi permukaan
benih secara fisik. Metode pencucian benih (Grinding) digunakan untuk mendeteksi patogen
yang membentuk struktur di permukaan benih, sehingga metode ini tidak dapat mendeteksi
patogen yang berada didalam jaringan benih. Metode blotter test digunakan untuk mendeteksi
patogen yang berada didalam jaringan benih, sehingga metode ini tidak dapat digunakan
untuk mendeteksi patogen yang berada dipermukaan benih. Metode Seedling Symptom Test
digunakan untuk mendeteksi patogen terbawa benih melalui gejala pada tanaman yang sudah
ditanam menggunakan media pasir selama satu bulan sehingga metode ini memerlukan waktu
yang lama dan hanya dapat dideteksi melalui gejala yang timbul pada tanaman.
Deteksi dan identifikasi cendawan terbawa benih perlu dilakukan karena inokulum
patogen berpeluang berkembang menjadi penyakit merugikan di lapangan sehingga

3
menurunkan nilai komersial benih, benih dari daerah lain dapat menjadi perantara penyebaran
penyakit di daerah baru. Karantina dan sertifikasi kesehatan benih sangat berguna untuk
mencegah penyebaran penyakit, skala nasional maupun internasional, pengujian kesehatan
benih bertujuan untuk menjelaskan factor penyebab rendahnya daya kecambah di lapangan,
sehingga akan menjadi pelengkap dalam proses uji daya kecambah, hasil pengujian kesehatan
benih dapat menunjukkan perlu tidaknya perlakuan atau treatment dalam suatu lot benih,
terkait dengan upaya pengendalian penyakit atau mengurangi risiko penyebaran penyakit
(Pamekas, 2013).
Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
produksi pertanian karena mampu meningkatkan produksi dan mengurangi adanya
permasalahan penyakit di lapang. Patogen terbawa benih dapat menyebabkan penurunan
viabilitas benih, peningkatan kematian bibit, penurunan hasil, peningkatan perkembangan
penyakit, perubahan komponen kimia benih, dan ledakan penyakit pada suatu daerah
(Harahap et al., 2015). Adanya tanaman inang yang rentan, inokulum yang agresif, dan
kondisi cuaca yang sesuai sangat mendukung perkembangan penyakit.
Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi) merupakan produsen benih
yang bertanggung jawab untuk memproduksi benih kacang-kacangan di Indonesia yang
kemudian disebarkan keseluruh wilayah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan enam
varietas benih kacang hijau yang berasal dari Balitkabi, yaitu varietas Vima 1, Vima 2, Vima
3, Vima 4, Vima 5, dan Kutilang dari 24 varietas benih yang telah diterbitkan. Balitkabi telah
melakukan pengujian ketahanan terhadap penyakit embun tepung dan bercak daun, sehingga
didapatkan hasil bahwa varietas Vima 1 dan Kutilang tahan terhadap penyakit embun tepung,
Vima 4 dan Vima 5 agak tahan terhadap penyakit bercak daun dan embun tepung, serta Vima
2 dan Vima 3 agak rentan terhadap penyakit embun tepung.
Benih yang telah ditanam berulang kali untuk perbanyakan benih membuat kesehatan
benih tidak selalu stabil karena adanya patogen tular tanah yang terbawa oleh benih selama
masa tanam. Varietas Vima 1, Vima 2, Vima 3, Vima 4, Vima 5, dan Kutilang yang
digunakan untuk penelitian ini merupakan varietas yang telah diproduksi oleh Balitkabi
beberapa bulan terakhir dan baru dilakukan pengujian berdasarkan tingkat ketahanan
dilapangan saja, sehingga perlu dilakukan pengujian kesehatan benih untuk mendapatkan
benih yang sehat dan bebas patogen sebagai media tanam yang berkualitas, varietas yang
tahan penyakit, varietas yang memiliki daya produksi tinggi, dan daya adaptasi tanaman
dilahan menjadi bagus. Maka dari itu pemeriksaan kesehatan benih harus dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan pengujian kesehatan benih kacang hijau
dengan menggunakan beberapa metode untuk mendeteksi dan mengeidentifikasi cendawan
4
apa saja yang dapat berpotensi terbawa oleh benih, sehingga dapat diketahui tingkat kesehatan
pada masing-masing varietas benih kacang hijau yang diuji.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, (1) Belum diketahui
tingkat infeksi cendawan yang terbawa pada benih kacang hijau, (2) Belum diketahui jenis –
jenis cendawan yang menginfeksi benih kacang hijau varietas Vima 1, Vima 2, Vima 3, Vima
4, Vima 5, dan Kutilang.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi jenis-jenis
cendawan terbawa benih pada enam varietas kacang hijau.

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dari penelitian ini yaitu, (1) Enam varietas benih kacang hijau terinfeksi oleh
cendawan terbawa benih, (2) Teridentifikasi jenis – jenis cendawan yang menginfeksi benih
kacang hijau varietas Vima 1, Vima 2, Vima 3, Vima 4, Vima 5, dan Kutilang, yaitu
Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Fusarium sp., dan Alternaria sp.

II. METODE PENELITIAN


2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Oktober 2023 sampai bulan Januari 2024
di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

2.2 Rancangan Penelitian


Pengujian pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor
tunggal dengan 6 varietas kacang hijau, yaitu Vima 1, Vima 2, Vima 3, Vima 4, Vima 5, dan
Kutilang yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi).
Setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan.

2.3 Tahapan Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan melalui beberapa metode, yaitu pemeriksaan biji kering
(Dry Seed Method), pencucian benih (Grinding), platting of seeds (Blotter Test), dan Seedling
Symptom Test.

5
2.3.1 Metode Pemeriksaan Biji Kering (Dry Seed Method)
Metode pemeriksaan biji kering yang dilakukan oleh Pamekas (1987), yaitu
dengan cara mengambil 100 benih kacang hijau secara acak dan diletakkan diatas tissue.
Selanjutnya yaitu membuat label benih berdasarkan kategori benih normal, bercak,
keriput, dan bercak keriput pada empat cawan petri yang berbeda. Kemudian benih
diamati secara langsung untuk membedakan benih normal, bercak, keriput, dan bercak
keriput. Lalu letakkan benih tersebut kedalam cawan petri sesuai label yang telah dibuat.
Setelah diamati, hitung banyaknya benih kacang hijau yang normal, bercak, keriput, dan
bercak keriput. Kemudian catat dibuku pengamatan untuk menghitung persentase benih
kacang kacang hijau.

2.3.2 Metode Pencucian Benih (Grinding)


Metode pencucian benih yang dilakukan oleh Pamekas (1987), yaitu dengan cara
mengambil 10 benih kacang hijau secara acak dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian menambahkan 10 ml larutan kimia MgSO4 0,85% dan dishaker pada
temperatur kamar selama ± 2 jam dengan kecepatan 200 rpm. Setelah itu, ambil air
suspensi menggunakan pipet mikro untuk melakukan pengenceran bertingkat sebanyak 3
kali hingga didapatkan suspensi 10-4. Kemudian suspensi 10-4 diambil sebanyak 0,1 ml
dituangkan kedalam cawan petri untuk ditumbuhkan pada media PDA lalu tutup cawan
petri menggunakan plastik wrap hingga rapat dan setelah itu beri label pada cawan petri
sesuai dengan jumlah perlakuan dan ulangan. Kemudian di inkubasi selama 7 hari sampai
didapatkan biakan murni. Setelah murni, dilakukan pengamatan cendawan secara
makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap banyaknya koloni yang tumbuh, bentuk
koloni, arah tumbuh, warna, dan miselium. Kemudian pengamatan mikroskopis yang
meliputi pengamatan terhadap warna dan bentuk spora, bentuk konidia, bentuk hifa,
miselium, dan sekat pada hifa. Identifikasi cendawan mengacu pada buku identifikasi
Barnett and Hunter (1972), Domsch (1993) dan Singh and Mathur (1991).

2.3.3 Metode Platting of Seeds (Blotter test )


Metode platting of seeds (blotter test) yang dilakukan oleh Pamekas (1987), yaitu
dengan cara menyiapkan kertas saring dan kemudian masukkan kedalam cawan petri
untuk dilakukan sterilisasi menggunakan oven dengan suhu 105˚C selama ± 1 jam.
Kemudian sterilkan 10 benih kacang hijau dengan menggunakan NaOCl 1% selama 30
detik kemudian bilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali dan letakkan benih diatas
tissue untuk dikeringkan. Setelah kertas saring steril, ambil kertas saring menggunakan
6
pinset sebanyak tiga lembar, masukkan kedalam cawan petri steril dan siram
menggunakan aquades hingga kertas sedikit lembab, kemudian letakkan benih yang
sudah disterilkan diatas kertas saring yang berada di cawan petri. Selanjutnya beri label
pada cawan petri sesuai dengan jumlah perlakuan dan ulangan. Letakkan isolate di ruang
inkubasi selama 7 hari dengan 12 jam gelap dan 12 jam terang. Setelah 7 hari, amati
pertumbuhan cendawan yang tumbuh pada permukaan benih dengan menggunakan
mikroskop untuk melihat adanya cendawan terbawa benih, berapa banyak benih yang
terserang dan berapa banyak kecambah yang normal, serta rata-rata panjang kecambah.
Variabel yang diamati dalam metode ini, meliputi :
a. Daya kecambah (rumus ISTA 1972 dalam Kuswanto 1996)
Ʃ Kecambah normal
= x 100 %
Ʃ Benih yang diuji
b. Kecambah yang terserang
Ʃ Kecambah yang terserang
= x 100 %
Ʃ Kecambah yang normal
c. Panjang kecambah (cm)
Panjang kecambah terpanjang+ Panjang kecambahterpendek
=
2
d. Isolasi dan identifikasi patogen
Isolasi benih menggunakan media kertas blotter selama 7 hari. Setelah cendawan
tumbuh, isolate dimurnikan hingga didapatkan biakan murni. Setelah murni, dilakukan
pengamatan cendawan secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap
banyaknya koloni yang tumbuh, bentuk koloni, arah tumbuh, warna, dan miselium.
Kemudian pengamatan mikroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna dan
bentuk spora, bentuk konidia, bentuk hifa, miselium, dan sekat pada hifa. Identifikasi
cendawan mengacu pada buku identifikasi Barnett and Hunter (1972), Domsch (1993)
dan Singh and Mathur (1991).

2.3.4 Metode Seedling Symptom Test


Metode Seedling Symptom Test yang dilakukan oleh Pamekas (1987), yaitu
dengan cara penggunaan media pasir sungai sebagai tempat tumbuh atau media tanam.
Campurkan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, yaitu sebanyak 500 gram
pasir dan 250 gram pupuk kandang. Setelah tercampur, sterilkan media tanam
menggunakan autoklaf selama 10-15 menit untuk membunuh bakteri dan spora yang
tercampur di media. Kemudian memberi perlakuan pada benih dengan cara direndam
menggunakan larutan NaOCl 1% selama 30 detik kemudian bilas dengan aquades steril
7
sebanyak 3 kali dan letakkan benih diatas tissue untuk dikeringkan. Tahapan selanjutnya
yaitu memasukkan media pasir dan pupuk kandang yang telah steril kedalam botol aqua
berukuran 1,5 L dan memberi label pada setiap botol. Kemudian ambil sebanyak 10 benih
kacang hijau lalu ditanam kedalam media yang telah disiapkan. Lalu pelihara tanaman
selama 30 hari dengan cara menyiram tanaman setiap hari dan pengendalian organisme
pengganggu. Selama masa tanam, amati daya kecambah, tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang akar, banyaknya tanaman yang tumbuh sehat dan normal, tanaman yang
terinfeksi, dan tanaman yang bergejala.
Variabel yang diamati adalah :
a. Daya kecambah (rumus ISTA 1972 dalam Kuswanto 1996)
Ʃ Kecambah normal
= x 100 %
Ʃ Benih yang diuji
b. Tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi
tanaman dengan menggunakan penggaris atau meteran diamati setiap satu minggu
c. Jumlah daun (helai), diamati dengan menghitung daun pada saat daun sudah membuka
sempurna dan dilakukan setiap satu minggu sekali.
d. Panjang akar (cm), akar yang tumbuh dan terlihat pada permukaan media tanam
diamati setiap satu minggu sekali hingga tanaman berumur 30 hari.
e. Gejala yang muncul selama 30 hari pengamatan
f. Isolasi dan identifikasi patogen yang menyerang.
Isolasi tanaman yang terinfeksi dan bergejala di media PDA selama 7 hari, lalu
isolate dimurnikan hingga didapatkan biakan murni. Setelah murni, dilakukan
pengamatan cendawan secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap
banyaknya koloni yang tumbuh, bentuk koloni, arah tumbuh, warna, dan miselium.
Kemudian pengamatan mikroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna dan
bentuk spora, bentuk konidia, bentuk hifa, miselium, dan sekat pada hifa. Identifikasi
cendawan mengacu pada buku identifikasi Barnett and Hunter (1972), Domsch (1993)
dan Singh and Mathur (1991).

2.5 1 Analisis Data


Data kuantitatif yang diperoleh dari metode Platting of Seeds dan Seedling Symptom
Test dianalisis secara statistik menggunakan ANAVA (analisis varian) dengan uji F taraf 5%
dan akan di uji lanjut dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% jika hasil
menunjukkan berpengaruh nyata atau sangat nyata. Data kualitatif yang diperoleh dari metode

8
pemeriksaan biji kering (Dry Seed Method) dan pencucian benih (Grinding) dianalisis secara
deskriptif dan disertai gambar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, V.K., dan J.B. Sinclair. 1996. Principles of Seed Pathology. New York : Lewis
Publishers.

Andera, R. 2020. Pengujian Kesehatan Delapan Varietas Benih Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Di Provinsi Bengkulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Bakr, M.A. and M.L. Rahman. 1998. Current status of research on mungbean and blackgram
diseases and future needs. Proceeding of the workshop on diseases resistence breeding
in pulse. Bangladesh J. Agric. 11:64-78.

Budiarta, A. 2017. Pengujian Mutu Benih Tanaman. Modul Pendidikan Dan Pelatihan Guru
Paket Keahlian Agribisnis Perbenihan Dan Kultur Jaringan Tanaman, Kelompok
Kompetensi F. 154-160.

Fitriani, A., Y. Yenita., dan A. Ruyani. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah
Organik Terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Geetanjali, K., G.K. Giri., and A.N. Patil. 2014. Detection of seed borne fungi in mungbean
from rain affected seed. Journal of Plant Disease Sciences. 9:91-93.

Harahap, A.S., T.S. Yuliani., dan Widodo. Deteksi dan Identifikasi Cendawan Terbawa Benih
Brassicaceae. Jurnal Fitopatologi. 11(3): 97-98.

Ikenganyia, E.E., M.A.N. Anikwe, T. E. Omeje, and J. O. Adinde. 2017. Pl ant ti s sue culture
regeneration and aseptic techniques. Asian Journal of Biotechnology and Bioresource
Technology. 1(3):1-6

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih.


Yogyakarta : Kanisius.

Malvick, D. 2002. Soybean Seed Treatments and Control of Seed and Seedling Disease.
http://bulletin. Ipm.illions. edu/pastpest/articles/200202i.html. 23 Ags 2023.

Manurung, H., dan H. Setiawan. 2014. Identifikasi Jamur pada Umbi Bawang Merah (Allium
cepa L.) yang Terserang Penyakit dengan Metode Blotter On Test. Prosiding Seminar
Nasional Kimia. 3:178-181.

Mustakim, M. 2015. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Pustaka Baru Press.

Naomi, A., J. Pertiwi., P.A. Permatasari., S.N. Dini., dan A. Saefullah. 2018. Keefektifan
Spektrum Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata).
Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4(2): 94-96.

Pamekas, T. 1987. Pengujian Kesehatan Benih Gandum. Jurusan Hama Dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pamekas, T. 2013. Penyakit Pascapanen: Fisiologi, Patologi, dan Pengendalian. Cetakan


Pertama. Pertelon Media, Bengkulu.

10
Rahayu, M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman Aneka Kacang.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Malang. 2:78-88.

Sari, W., S. Wiyono., A. Nurmansyah., A. Munif., dan R. Poerwanto. 2017. Keanekaragaman


dan Patogenesitas Fusarium sp. Asal Beberapa Kultivar Pisang. Jurnal Fitopatologi
Indonesia. 13(6):216-228.

Soekarno, B.P.W. 2003. Cendawan Terbawa Benih dan Pengujian Kesehatan Benih dalam
Bahan Pelatihan Pengujian Kesehatan Benih: Deteksi Dan Identifikasi Patogen
Terbawa Benih. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

11
DENAH PERCOBAAN

Keterangan:
F1 = Varietas Vima 1
F2 = Varietas Vima 2
F3 = Varietas Vima 3
F4 = Varietas Vima 4
F5 = Varietas Vima 5
F6 = Varietas Kutilang

U1, U2,.............. = Ulangan

F2U1 F4U2 F3U1 F5U4

F4U3 F 1U 1 F6U1 F6U4

F3U2 F 2U 2 F4U4 F1U4

F1U2 F5U1 F2U3 F6U3

F4U1 F3U3 F1U3 F5U3

F2U4 F6U2 F5U2 F3U4

12

Anda mungkin juga menyukai